• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II` TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II` TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II`

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keterampilan Pengambilan Darah Arteri BGA. 1. Pengertian Keterampilan

Suatu kemampuan seseorang untuk bertindak setelah menerima pengalaman belajar tertentu dengan menggunakan anggota badan dan peralatan yang tersedia. Keterampilan merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan afektif (perbuatan atau perilaku) (Notoatmojo, 1997).

2. Tingkat Keterampilan a. Persepsi

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktek tingkat pertama. b. Respon terpimpin

Yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar (dalam hal ini adalah prosedur tetap/ protap), ini merupakan indikator praktek tingkat ke dua.

c. Mekanisme

Apabila sesorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan sebuah kebiasaan, maka ia sudah mencapai tingkatan praktek yang ketiga. d. Adaptasi

Merupakan suatu praktek atau tindakan yang berkembang dengan baik, artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Wibowo (1995).

Dan tingkatan keterampilan yang keempat ini yang berhubungan langsung dengan perawat serta perkembangannya dapat berjalan secara alami dan dapat dipelajari pada setiap orang.

(2)

Sementara menurut James A.F. Stoner (1996) keterampilan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Keterampilan teknis

Merupakan suatu keterampilan yang mampu menggunakan prosedur yang sudah ditetapkan sebelumnya. Keterampilan jenis ini lebih mengutamakan pada penggunaan tenaga dari pada pemikiran yang mendalam, serta jarang menguasai berbagai bidang, biasanya hanya satu bidang tertentu saja.

Bachtiar (1999) menambahkan, keterampilan jenis ini dapat dikembangkan dengan memberikan pelatihan dan dikembangkan dengan memberikan kepercayaan dan wewenang terutama pada pekerjaan yang hampir mirip atau sejenis.

b. Keterampilan manusiawi (Human Relation Skills)

Adalah keterampilan dalam mengadakan kerja sama, memahami dan memotivai orang lain.

Keterampilan jenis ini biasanya banyak dimiliki oleh orang yang mudah bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang disekitarnya dari berbagai lapis masyarakat.

c. Keterampilan konseptual

Adalah keterampilan dalam mengkoordinasikan, mengintegrasikan dan mengaktifkan organisasi. Biasanya jenis keterampilan ini banyak dimiliki oleh seorang menejer yang sudah berpengalaman dalam bidang tertentu dan digunakan untuk membuat suatu keputusan mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi.

3. Pengambilan darah arteri

Peroses pengambilan sampel darah arteri yang digunakan untuk mengetahui keseimbangan asam basa pasien. Pengambilan darah arteri ini sering dilakukan untuk mendukung penatalaksanaan pasien kritis yang mengalami gangguan sistem pernafasan (Muttaqin, 2008). Dalam pengambilan darah arteri ini dituntut suatu keterampilan yang tidak

(3)

mudah, karena hal ini akan menentukan keakurasian hasil yang diambil. Seorang perawat dalam melaksanakan proses pengambilan darah arteri harus berpatokan pada prosedur yang sudah ada, ini untuk menghindari kemungkinan komplikasi yang ditimbulkan sekaligus tuntutan yang tidak diinginkan. Sehingga mutu pelayanan yang diberikanpun menurut Taylor (1997) akan menjadikan pasien nyaman dan aman karena didukung oleh keterampilan yang baik dan professional.

Pengukuran praktek atau keterampilan perawat dapat dilakukan secara langsung yaitu dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden dalam melakukan pengambilan darah arteri BGA (Notoatmojo, 1997). Adapun indikatornya tidak saja terampil tekniknya melainkan juga terampil dalam penggunaan alat serta sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan

Beberapa faktor yang mempengaruhi keterampilan seseorang dalam melakukan sebuah tindakan, dalam hal ini adalah pengambilan darah arteri BGA, dari sebuah artikel yang ditulis oleh Bertnus (2009) di katakana sebagai berikut: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan:

1. Pengetahuan

Pengetahuan akan menciptakan paradigma teoritis, apa yang harus dilakukan dan mengapa.

Ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang bersifat menjelaskan berbagai gejala yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai gejala tersebut berdasarkan penjelasan.

Pengetahuan mencakup segenap apa yang diketahui tentang obyek tertentu dan disimpan didalam ingatan. Merupakan khasanah kekayaan yang secara langsung maupun tidak langsung ikut memperkaya kehidupan. Pengetahuan dipengaruhi berbagai faktor yaitu latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, usia dan jenis

(4)

kelamin. Seseorang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan lebih mudah dalam mengetahui, mengerti, dan memahami, Arikunto (2003).

Menurut Sunaryo (2004) pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap obyek tertentu.

Perawat harus memiliki pengetahuan tentang tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk membangun suatu keterampilan yang bagus. Dan pengetahuan juga memberikan pemahaman mengapa kita melakukan tindakan-tindakan tersebut dalam hubungannya dengan keterampilan yang akan dibangun oleh seorang perawat.

a. Tingkat pengetahuan

Notoatmojo (1997) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Kita ketahui bahwa proses kognitif merupakan salah satu cara untuk memperoleh pengetahuan. Menurut Notoatmojo (1997), ditinjau dari kawasan kognitif maka pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu:

1) Tahu; artinya mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, atau istilah tersebut di kenal dengan recall terhadap suatu bahan materi yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu ini merupakan tingkatan yang paling rendah.

2) Memahami; diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan tentang suatu obyek yang telah diketahui dan dapat diinterpretasikan secara benar. Seseorang dikatakan telah paham terhadap obyek atau materi apabila dapat menjelaskan,

(5)

menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi; penggunaan teori dalam konteks atau situasi yang riil. Misalnya; perawat terampil melakukan tindakan pengambilan darah arteri sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

4) Analisis; menjabarkan materi kedalam suatu komponen. 5) Sintesis; menghubungkan bagian dalam satu bentuk yang baru

atau menyusun dalam suatu formulasi-formulasi yang ada. 6) Evaluasi; kemampuan untuk melakukan penilaian suatu materi

yang telah dipelajari. Penilaian tersebut berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau kriteria yang sudah ada sebelumnya.

b. Pengetahuan Perawat Dalam Pengambilan Darah Arteri

Menurut Mancini (1994), dalam bukunya Pedoman Praktis Prosedur Keperawatan Darurat, pengambilan darah arteri adalah suatu tindakan pengambilan darah arteri dengan tujuan mendapatkan sampel untuk dilakukan analisa gas darah yang meliputi oksigen, karbondioksida, bikarbonat, dan pH darah. Pemeriksaan ini untuk mengetahui derajat asidosis atau alkalosis pasien. Sehingga proses pengobatan pasien dalam rangka menstabilkan kondisi pasien bisa cepat dilakukan.

1) Cara Pengambilan :

Cara pengambilan darah arteri BGA dituangkan dalam sebuah prosedur tetap (protap) yang bertujuan untuk memperlancar pekerjaan dan melindungi perawat serta pasien dari kemungkinan komplikasi yang ditimbulkan.

Untuk melakukan pengukuran tingkat pengetahuan perawat dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan suatu materi yang ingin diukur dari subyek penelitan (Notoatmojo,1997).

(6)

2. Pengalaman

Pengalaman akan memperkuat kemampuan dalam melakukan sebuah tindakan (keterampilan). Pengalamaan ini membangun seorang perawat bisa melakukan tindakan-tindakan yang telah diketahui pada langkah pertama.

Semua tindakan yang pernah dilakukan akan direkam dalam bawah sadar mereka dan akan dibawa terus sepanjang hidupnya. Perawat yang sering mendapat pengalaman melakukan tindakan pengambilan darah arteri dengan baik akan menjadi sangat terampil dan tentunya akan lebih professional, dibanding yang tidak pernah melakukan tindakan tersebut. Karena lamanya bekerja disuatu bidang akan memberikan suatu keterampilan yang semakin lama akan semakin baik. Perawat yang terampil tentunya akan berusaha melahirkan generasi penerus yang terampil pula, yang pada gilirannya nanti akan tercipta perawat-perawat yang terampil dan professional.

Pengalaman kerja seseorang yang banyak, selain berhubungan dengan masa kerja seseorang juga dilatarbelakangi oleh pengembangan diri melalui pendidikan baik formal maupun informal.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa semakin banyak pengalaman seseorang dan dikaitkan dengan masa kerja yang lama dalam menangani suatu pekerjaan, maka akan semakin terampil dan menjadi kebiasaan. Apalagi jika ditunjang dengan tingkat intelegensi, maka orang tersebut akan lebih mudah dalam mengembangkan tingkat keterampilannya.

3. Keinginan/ motivasi

Merupakan sebuah keinginan yang membangkitkan motivasi dalam diri seorang perawat dalam rangka mewujudkan tindakan-tindakan tersebut. Motivasi inilah yang mendorong seorang perawat bisa melakukan sebuah tindakan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan dalam hal ini adalah protap.

(7)

Sementara Widayatun (2005) dalam bukunya Ilmu Perilaku mengatakan bahwa motivasi sebagai motor penggerak, maka bahan bakarnya adalah kebutuhan, sifatnyapun alami dalam rangka memenuhi kebutuhan seseorang guna mencapai tujuan. Yang semua itu terlebih dahulu didukung oleh pengetahuan perawat tentang sebuah tindakan, yang diperkuat dengan pengalaman melakukan.

Secara umum menurut Karriyoso (1997) terdapat 2 faktor yang mempengaruhi motivasi manusia yaitu faktor internal dan faktor eksternal

a. Faktor Internal.

Faktor Internal meliputi jenis kelamin, sifat fisik, sifat kepribadian, intelegensi atau pengetahuan, sikap, dan cita-cita. 1) Jenis kelamin sebagai faktor internal dimana tingkah laku

antara pria dan wanita mempunyai perbedaan, hal ini terjadi karena pengaruh hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas.

2) Sifat fisik merupakan tingkah laku seseorang yang dikaitkan dengan tipe fisiknya, seperti: orang pendek dan gemuk adalak tipe piknis yang cenderung senang bergaul dan ramah, sehingga orang dengan tipe piknis lebih mempunyai motivasi karena mereka mudah menerima saran dari orang lain.

3) Sifat kepribadian adalah corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap rangsangan dari dalam diri maupun lingkungan, sehingga corak dan cara kebiasaannya itu merupakan kesatuan fungsional yang khas pada manusia itu,

(8)

sehingga orang yang berkepribadian pemalu akan mempunyai motivasi berbeda dengan orang yang memiliki kepribadian keras.

4) Intelegensi atau pengetahuan merupakan seluruh kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah dan efektif, sehingga orang yang mempunyai intelegensi tinggi akan mudah menyerap informasi, saran, dan nasihat.

5) Sikap merupakan perasaan mendukung atau tidak mendukung pada suatu objek, dimana seseorang akan melakukan kegiatan jika sikapnya mendukung terhadap obyek tersebut, sebaliknya seseorang tidak melakukan kegiatan jika sikapnya tidak mendukung.

6) Cita-cita merupakan sesuatu yang ingin dicapai dengan adanya cita – cita maka seseorang akan termotivasi mencapai tujuan. b. Faktor Eksternal.

Faktor eksternal meliputi lingkungan, pendidikan, agama, orang tua/ senior, dan saudara/ teman dekat.

1) Pengaruh lingkungan baik fisik, biologis, maupun lingkungan sosial yang ada sekitarnya dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang sehingga dorongan dan pengaruh lingkungan akan dapat meningkatkan motivasi individu untuk melakukan sesuatu.

(9)

2) Pendidikan merupakan proses kegiatan pada dasarnya melibatkan tingkah laku individu maupun kelompok. Inti kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah terbentuknya seperangkat tingkah laku, kegiatan dan aktivitas. Dengan belajar baik secara formal maupun informal, manusia akan mempunyai pengetahuan, dengan pengetahuan yang diperoleh seseorang akan mengetahui manfaat dari saran atau nasihat sehingga akan termotivasi dalam usaha meningkatkan status kesehatan. 3) Agama merupakan keyakinan hidup seseorang sesuai dengan norma atau ajaran agamanya. Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai norma dan nilai yang diajarkan, sehingga seseorang akan termotivasi untuk mentaati saran, atau aturan yang telah ditetapkan (protap) karena mereka berkeyakinan bahwa hal itu lebih baik.

4) Orang Tua dalam hal ini adalah seorang perawat senior yang terlebih dahulu belajar melakukan tindakan pengambilan darah arteri yang dianggap sudah pengalaman dalam banyak hal, sehingga apapun nasihat atau saran dari seorang senior yang sudah berpengalaman akan dilakasanakan.

5) Saudara/ teman dekat, dimana teman dekat merupakan orang terdekat yang akan secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh pada motivasi untuk berperilaku.

(10)

Selain motivasi yang baik, menurut Sarwoto (1991) menambahkan bahwa dalam meningkatkan keterampilan juga diperlukan sarana yang memadai guna terciptanya pelayanan yang bermutu.

4. Sarana

Sarana disini adalah seluruh fasilitias dan peralatan yang memadai yang digunakan dalam suatu kegiatan pengambilan darah arteri BGA, misalnya jarum suntiknya, penerangannya, boks tempat sampel dikirim yang dilengkapi dengan es. Sehingga faktor sarana akan menjadikan suasan kerja menjadi lebih optimal yang tentunya akan lebih mendukung keterampilan seseorang dalam melakukan suatu tindakan.

Keterampilan tidak akan dapat dicapai bilamana tidak didukung dengan sarana yang memadai sesuai dengan apa yang diinginkan, karena saran merupakan bagian dari proses untuk menjadikan seseorang menjadi terampil.

Keempat hal tersebut sangat penting dimiliki oleh seorang perawat dalam membangun sebuah keterampilan yang bagus dan profesional. C. Gas Darah Arteri

Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data laboratorium lainnya. (Muttaqin, 2008).

(11)

1. Langkah-langkah untuk menilai gas darah:

a. Pertama-tama perhatikan pH (jika menurun pasien mengalami asidemia, dengan dua sebab asidosis metabolik atau asidosis respiratorik; jika meningkat pasien mengalami alkalemia dengan dua sebab alkalosis metabolik atau alkalosis respiratorik; ingatlah bahwa kompensasi ginjal dan pernafasan jarang memulihkan pH kembali normal, sehingga jika ditemukan pH yang normal meskipun ada perubahan dalam PaCO2 dan HCO3 mungkin ada gangguan campuran).

b. Perhatikan variable pernafasan (PaCO2 ) dan metabolik (HCO3) yang berhubungan dengan pH untuk mencoba mengetahui apakah gangguan primer bersifat respiratorik, metabolik atau campuran (PaCO2 normal, meningkat atau menurun; HCO3 normal, meningkat atau menurun; pada gangguan asam basa sederhana, PaCO2 dan HCO3 selalu berubah dalam arah yang sama; penyimpangan dari HCO3 dan PaCO2 dalam arah yang berlawanan menunjukkan adanya gangguan asam basa campuran). c. Langkah berikutnya mencakup menentukan apakah kompensasi

telah terjadi (hal ini dilakukan dengan melihat nilai selain gangguan primer, jika nilai bergerak yang sama dengan nilai primer, kompensasi sedang berjalan).

d. Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan asam basa campuran)

2. Tujuan pengambilan Gas darah arteri : a. Diagnostik

b. Mengetahui kadar Oksigen (O2) dan Karbondioksida (CO2)

c. Mengetahui status keseimbangan asam basa tubuh pasien (Asidosis atau Alkalosis).

3. Indikasi :

a. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik b. Pasien dengan edema pulmo

(12)

c. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS) d. Infark miokard

e. Pneumonia f. Pasien syok

g. Post pembedahan coronary arteri baypass h. Resusitasi cardiac arrest

i. Pasien dengan perubahan status respiratori j. Anestesi yang terlalu lama

4. Kontraindikasi :

Pengambilan darah arteri tidak dilakukan pada pasien yang sedang menjalani terapi anti koagulan, dan pasien dengan riwayat gangguan pembekuan darah.

5. Lokasi pengambilan darah arteri :

a. Arteri radialis dan arteri ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s test) Test Allen’s :

Merupakan uji penilaian terhadap sirkulasi darah di tangan, hal ini dilakukan dengan cara yaitu: pasien diminta untuk mengepalkan tangannya, kemudian berikan tekanan pada arteri radialis dan ulnaris selama beberapa menit, setelah itu minta pasien untuk membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15 detik, warna merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan negatif, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.

b. Arteri brakialis c. Arteri femoralis d. Arteri tibialis posterior e. Arteri dorsalis pedis

Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan jika masih ada alternatif lain, karena tidak mempunyai sirkulasi kolateral

(13)

yang cukup untuk mengatasi bila terjadi spasme atau trombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya risiko emboli otak.

6. Persiapan pasien:

a. Jelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang dilakukan

b. Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa sakit.

c. Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul. d. Jelaskan tentang allen’s test.

7. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan darah arteri BGA menurut Widayatun (2005).

a. Tindakan pengambilan darah arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih.

b. Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin untuk mencegah darah membeku.

c. Kaji ambang nyeri pasien, apabila pasien tidak mampu mentoleransi nyeri, berikan anestesi lokal.

d. Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allen’s untuk mengetahui kepatenan arteri.

e. Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat darah yang keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah arteri.

f. Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah tercampur rata dengan heparin dan tidak membeku.

g. Lakukan penekanan pada bekas area insersi (aliran arteri lebih deras daripada vena).

h. Keluarkan udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup ujung jarum dengan karet atau gabus.

i. Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil. j. Segera kirim ke laboratorium ( cito ).

(14)

8. Prosedur pengambilan darah arteri BGA

Prosedur tetap ( Protap) merupakan sebuah standar sebagai rumusan tentang kinerja atau nilai – nilai yang diinginkan yang mampu untuk dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan. Standar mempunyai pengertian sebagai pedoman yang dijalankan untuk meningkatkan mutu menjadi efektif dan efisien.

Adapun tahapan prosedur kerjanya berdasarkan protap ICU revisi (2010) yaitu terlampir.

(15)

D. Kerangka Teori Penelitian

Keterangan:

: Area yang diteliti

Gambar 1: Kerangka teori faktor-faktor yang berhubungan dengan keterampilan perawat dalam melakukan pengambilan darah arteri (Bertnus, (2009). Arikunto, (2003), Karriyoso (1997), Sarwoto (1991) ).

Keterampilan perawat melakukan pengambilan darah arteri - Umur

- Jenis Kelamin - Lama bekerja - Pendidikan

Faktor Intrinsik jenis kelamin, sifat fisik, sifat

kepribadian, intelegensi/ pengetahuan, sikap, dan cita-cita.

Faktor Ekstrinsik lingkungan, pendidikan, agama, orang tua/ senior, dan saudara/ teman dekat - Pengetahuan - Pengalaman - Motivasi - Sarana

(16)

Keterampilan perawat melakukan pengambilan darah arteri E. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan uraian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel dependen

Gambar 2: Kerangka konsep factor-faktor yang mempengaruhi keterampilan perawat melakukan pengambilan darah arteri.

F. Variabel Penelitian

Dalam peneltian ini variable yang akan diteliti adalah :

1. Variabel dependen : keterampilan melakukan pengambilan darah arteri BGA.

2. Variabel independen : pengetahuan, pengalaman..

G. Hipotesis

Hipotesis yang dapat muncul dalam penulisan ini adalah :

Ha : Ada hubungan antara pengetahuan, pengalaman, dengan keterampilan perawat dalam melakukan pengambilan darah arteri BGA di ICU / ICCU RSUD Tuguejo Semarang.

- Pengetahuan - Pengalaman

(17)

Gambar

Gambar 1: Kerangka teori faktor-faktor yang berhubungan dengan keterampilan perawat dalam melakukan pengambilan darah arteri (Bertnus, (2009).

Referensi

Dokumen terkait

Usaha yang telah dilakukan antara lain: (i) Sinkronisasi perencanaan kebijakan strategis KKP; (ii) Penyusunan dokumen manajemen kinerja berbasis BSC; (iii) Koordinasi

Induksi elektromagneti ialah gejala terjadinya arus listrik dalam suatu penghantar akibat adanya perubahan medan magnet di sekitar kawat..

linearis didasarkan 8 (delapan) parameter: tingkat mortalitas yang lebih tinggi, jumlah telur yang dihasilkan/keperidian, jumlah telur menjadi nimfa, jumlah nimfa

Dengan menghubungkan mobile phone/modem sebagai penghubung servis SMS Gateway dengan komputer, software servis SMS Gateway, program autorespond dan komputer maka siswa

Buku ilmiah populer Etnobotani Tumbuhan Leucosyke capitellata di Kawasan Hutan Bukit Tamiang Kabupaten Tanah Laut mempunyai nilai 92,71% dengan kriteria sangat valid yang

Penelitian ini bertujuan untuk memahami kinerja dan faktor penghambat kinerja BKM Mekar Sari dalam merealisasikan kawasan prioritas PNM di Kelurahan Pati Lor, Kecamatan

Setelah studi perbandingan biaya pada proyek yang dijadikan obyek penelitian, sesuai dengan research question atau rumusan masalah “apa dan bagaimana” pada bab I, maka

energi listrik yang cukup besar untuk menghasilkan cahaya yang sama dengan.