• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Pengantar. Bab IV Penutup. i Daftar Isi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata Pengantar. Bab IV Penutup. i Daftar Isi"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

Daftar isi

Daftar isi

Kata Pengantar | i Daftar Isi | ii Bab I Pendahuluan | 1 Latar Belakang | 1

Fungsi dan Tugas Ombudsman RI | 2

Wewenang Ombudsman RI | 2

Organisasi dan Sumber Daya Manusia | 4

Bab II

Rencana Kinerja | 6

Bab III

Akuntabilitas Kinerja Ombudsman RI | 7

Capaian Kinerja | 8 Sasaran 1 | 8 Sasaran 2 | 13 | 15 Sasaran 3 | 17 Sasaran 4 | 28 Sasaran 5 | 30 Sasaran 6 Bab IV Penutup | 32

|8

|13

|29

|21

(5)

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik. Pelayanan publik, yang diselengarakan atau dibiayai negara harus dapat memenuhi harapan dan tuntutan warga negara dan penduduk. Sebagaimana dicantumkan dalam Jalan Perubahan Jokowi-JK untuk Rakyat Indonesia. Sebagai perwujudan Jalan Perubahan tersebut, Presiden merumuskan program prioritas dalam Nawa Cita. Ombudsman RI mendukung pencapaian Nawa ke-2 dari Nawa Cita, yaitu "membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. Sesuai dengan peran, fungsi, dan tugas sebagai lembaga negara pengawas pelayanan publik, Ombudsman Republik Indonesia (selanjutnya disebut Ombudsman RI) mendorong pempercepatan peningkatan kualitas pelayanan publik.

Setelah 6 (enam) tahun sejak Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik diberlakukan, efektivitas pelaksanaannya perlu dikaji kembali berdasarkan filosofi pembentukannya, yaitu:

· Pelayanan publik masih dihadapkan pada kondisi yang belum sesuai dengan kebutuhan dan perubahan di berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal tersebut disebabkan antara lain oleh ketidaksiapan untuk mengantisipasi transformasi nilai yang berdimensi luas serta dampak berbagai kebijakan pembangunan yang kompleks. Padahal, tatanan baru masyarakat Indonesia dihadapkan pada harapan dan tantangan global yang dipicu oleh kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, informasi, komunikasi, transportasi, investasi, dan perdagangan.

· Konsepsi sistem pelayanan publik yang berisi nilai, persepsi, dan acuan perilaku yang mampu mewujudkan hak asasi manusia belum dapat diterapkan sehingga masyarakat belum memperoleh pelayanan sesuai dengan harapan dan cita-cita tujuan nasional.

· Peran dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.

Pentingnya peningkatan kualitas pelayanan publik, sepadan dengan survei dan penghargaan dari beberapa lembaga yang menunjukkan penyelenggaraan pelayanan publik masih terus berkembang untuk memenuhi sesuai harapan masyarakat, antara lain:

· Publikasi World Bank tentang Ease of Doing Business (2015) yang dilansir International

Finance Corporation (IFC), menempatkan Indonesia pada peringkat ke-109, atau membaik 5

peringkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terkait dengan kemudahan memulai usaha (prosedur, waktu, biaya, dan pembayaran kebutuhan modal nominal). Posisi Indonesia dalam daftar tersebut diantara Kenya dan Honduras.

· Tranparency International Indonesia (TII) meluncurkan Corruption Perception Index (CPI) atau indeks persepsi korupsi 2015. Hasilnya: Indonesia belum maksimal memberantas korupsi.

(6)

Survei CPI tahun 2015 ini dilakukan terhadap 175 negara di dunia. Indonesia memiliki skor CPI 36 dengan peringkat 88. Terjadi kenaikan 19 peringkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun demikian, dengan skor 36 artinya komitmen berantas korupsi di Indonesia masih rendah.

· Peringkat 2 di wilayah Asia Pasifik pada United Nations Public Service Awards (UNSPA) 2015 pada masing masing kategori “Impoving the Delivery of Public Service” dan “Promoting Whole of Government Approaches in The Information Age”. Penghargaan ini diselenggarakan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dalam rangka pengembangan dan inovasi dalam pelayanan publik

· Penilaian kepatuhan penyelenggara pelayanan publik terhadap Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 yang dilaksanakan Ombudsman RI, dengan hasil kepatuhan masih rendah.

Berdasarkan kondisi tersebut, fungsi dan tugas Ombudsman RI makin meningkat dan kompleks. Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, Ombudsman RI melaksanakan program strategis meliputi:

- meningkatnya Instansi Pemerintah yang memiliki Unit Pengelolaan Pengaduan;

- terwujudnya integrasi Sistem Pengelolaan Pengaduan nasional;

- efektivitas Penyelesaian Pengaduan Masyarakat atas pelayanan Publik;

- meningkatnya kepatuhan K/L/D terhadap Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009;

- terwujudnya perbaikan kebijakan pelayanan publik;

- meningkatnya partisipasi publik;

- meningkatkan kapasitas SDM dan infrastruktur pusat dan perwakilan Ombudsman RI; dan

- meningkatnya dukungan teknis dan administrasi kepada Ombudsman RI.

Pelaksanaan program/kegiatan selengkapnya (target, realiasi, dan persentase capaian) dipaparkan dalam LAKIP berikut. LAKIP merupakan bentuk pertanggungjawaban dan instrumen evaluasi pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang Ombudsman RI dan sebagai umpan balik untuk memperbaiki kinerja tahun yang akan datang agar kualitas pengawasan pelayanan publik makin efektif, efisien, dan berkeadilan.

1.2 Fungsi dan Tugas Ombudsman RI 1.2.1 Fungsi

Fungsi Ombudsman RI berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 adalah mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Penyelenggara Negara dan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan

BAB I

(7)

c. menindaklanjuti laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan Ombudsman RI;

d. melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik;

e. melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara, lembaga pemerintahan, serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan;

f. membangun jaringan kerja;

g. melakukan upaya pencegahan maladminsirasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik; dan

h. melakukan tugas lain yang diberikan oleh undang-undang.

Sebagai pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh undang-undang, wewenang Ombudsman RI dinamis (makin luas dan kuat), antara lain:

a. Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, wewenang Ombudsman RI makin luas termasuk pengawasan pelayanan atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. untuk menyelesaikan ganti rugi Ombudsman RI melakukan mediasi, konsiliasi, dan ajudikasi khusus (Pasal 50).

b. Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, wewenang Ombudsman RI makin kuat. Berdasarkan Pasal 351: Kepala Daerah yang tidak melaksanakan rekomendasi Ombudsman RI sebagai tindak lanjut pengaduan masyarakat diberikan sanksi berupa pembinaan khusus pendalaman bidang pemerintahan yang dilaksanakan oleh Kementerian serta tugas dan kewenangannya dilaksanakan oleh wakil kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk.

1.2.3 Wewenang

Berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008, Ombudsman RI memiliki wewenang:

a. meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari pelapor, terlapor, atau pihak yang terkait mengenai laporan yang disampaikan kepada Ombudsman RI;

b. memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain yang ada pada pelapor ataupun terlapor untuk mendapatkan kebenaran suatu Laporan;

c. meminta klarifikasi dan/atau salinan atau fotokopi dokumen yang diperlukan untuk pemeriksaan laporan dari instansi terlapor;

d. melakukan pemanggilan pelapor, terlapor, dan pihak lain yang terkait dengan laporan; e. menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para pihak;

f. membuat Rekomendasi untuk penyelesaian laporan, termasuk Rekomendasi untuk membayar ganti rugi dan/atau rehabilitasi kepada pihak yang dirugikan; dan

g. demi kepentingan umum mengumumkan hasil temuan, kesimpulan, dan rekomendasi. Selain wewenang tersebut, Ombudsman RI juga berwenang (sebagai pelaksanaan Pasal 8 ayat (2):

a. menyampaikan saran kepada Presiden, Kepala Daerah, atau pimpinan Penyelenggara Negara lainnya guna perbaikan dan penyempurnaan organisasi dan/atau prosedur pelayanan publik; dan

b. menyampaikan saran kepada DPR dan/atau Presiden, DPRD dan/atau Kepala Daerah agar terhadap undang-undang dan peraturan perundang-undangan lainnya diadakan perubahan dalam rangka mencegah Maladministrasi.

BAB I

(8)

1.3 Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi yang diamanatkan, struktur organisasi Ombudsman RI terdiri atas:

a. Ombudsman.

b. Perwakilan Ombudsman. c. Asisten Ombudsman. d. Sekretariat Jenderal.

Menurut Peraturan Ombudsman Nomor 18 Tahun 2015, struktur organisasi Ombudsman RI sebagai berikut:

Struktur organisasi tersebut belum dilaksanakan secara efektif karena belum dilakukan pengisian jabatan.

Berdasarkan Peraturan Sekretaris Jenderal Ombudsman RI Nomor 2/ORI-SEKJEN-PR/IX/2010, Sekretariat Jenderal terdiri atas :

a. Biro Perencanaan, Pengawasan dan Kerja Sama, yang mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana, program, anggaran, evaluasi, pembinaan organisasi, dan pengawasan internal, serta pelayanan administrasi kerjasama di lingkungan Ombudsman Republik Indonesia.

b. Biro Administrasi dan Sistem Informasi Laporan, yang mempunyai tugas melaksanakan fasilitasi pelayanan hukum, hubungan masyarakat, pelayanan pelaporan, dan pengelolaan sistem informasi dan teknologi informasi.

BAB I

(9)

BAB I

(10)

2.1. Penetapan Kinerja

Dalam rangka pengukuran kinerja atas program dan outcome yang dihasilkan, Ombudsman RI telah menetapkan program yang dilengkapi dengan sasaran, indikator, dan target. Tahun 2015, rencana kinerja program yang ditetapkan sebagai berikut:

SASARAN INDIKATOR TARGET

1. Meningkatnya Instansi Pemerintah yang memiliki Unit Pengelolaan Pengaduan

1. % Instansi Pemerintah yang memiliki

Unit Pengelolaan Pengaduan 15%

2. Terwujudnya Integrasi Sistem Pengelolaan Pengaduan Nasional

2. % Integrasi Sistem Pengelolaan

Pengaduan Nasional 12%

3. Efektivitas Penyelesaian Pengaduan Masyarakat atas Pelayanan Publik

3. % Pengaduan Masyarakat atas Pelayanan Publik yang selesai ditindaklanjuti

20%

4. Meningkatnya kepatuhan K/L/ Pemda dengan atas Pelaksanaan UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

4. % K/L/Pemda dengan Tingkat

Kepatuhan tinggi atas Pelaksanaan UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik

Kementerian 70%

Lembaga 25%

Provinsi 60%

Kabupaten/Kota 10%

5. Terwujudnya perbaikan kebijakan pelayanan publik

5. Jumlah Perbaikan Kebijakan Pelayanan

Publik. 22

6. Meningkatnya partisipasi publik

6. Jumlah partisipasi publik (lembaga swadaya masyarakat dan atau perguruan tinggi dan atau individu).

(11)

3.1. Analisis Kinerja

Sesuai dengan Penetapan Kinerja yang telah ditetapkan, Ombudsman RI berupaya sungguh-sungguh untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Pada tabel berikut disajikan capaian kinerja organisasi yang mendasarkan pada capaian masing-masing sasaran strategis unit substansi.

Tabel

Sasaran dan Indikator

SASARAN INDIKATOR TARGET REALISASI CAPAIAN

1. Meningkatnya Instansi Pemerintah yang memiliki Unit

Pengelolaan Pengaduan

1. % Instansi Pemerintah yang memiliki Unit

Pengelolaan Pengaduan 15% 29,39% 195,93% 2. Terwujudnya Integrasi Sistem Pengelolaan Pengaduan Nasional 2. % Integrasi Sistem Pengelolaan Pengaduan Nasional 12% 15,41% 128,41% 3. Efektivitas Penyelesaian Pengaduan Masyarakat atas Pelayanan Publik

3. % Pengaduan Masyarakat atas

Pelayanan Publik yang selesai ditindaklanjuti

20% 48,93% 244,60%

4. Meningkatnya kepatuhan K/L/ Pemda dengan atas Pelaksanaan UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

4. % K/L/Pemda dengan Tingkat Kepatuhan atas Pelaksanaan UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik oKementerian 70% 27,27% 38,95% oLembaga 25% 20% 80% oProvinsi 60% 9,09% 15,15% oKabupaten/Kota 10% 5,26% 52,6% 5. Terwujudnya perbaikan kebijakan pelayanan publik 5. Jumlah Perbaikan Kebijakan Pelayanan Publik. 22 15 68,18% 6. Meningkatnya partisipasi publik

6. Jumlah partisipasi publik (lembaga swadaya masyarakat dan atau perguruan tinggi dan atau individu).

(12)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA OMBUDSMAN RI 3.2. Capaian Kinerja

3.2.1. Sasaran 1: Meningkatnya Instansi Pemerintah Yang Memiliki Unit Pengelolaan Pengaduan.

Ombudsman RI sebagai lembaga pengawas pelayanan publik mempunyai tekad untuk mendorong percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tujuan berbangsa dan bernegara dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Ketertinggalan kualitas pelayanan publik pasti akan menghambat percepatan pembangunan kesejahteraan rakyat dan sekaligus merendahkan daya saing investasi di Indonesia.

Kualitas Pelayanan Publik antara lain ditandai dengan pemenuhan kewajiban bagi penyelenggara layanan untuk membentuk Unit Pengelolaan Pengaduan dan menugaskan pelaksana yang kompeten sebagai pelaksanaan Pasal 36 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009. Ketersediaan Unit Pengelolaan Pengaduan harus menyediakan sarana dan prasarana yang mudah diakses pengguna layanan publik melalui telepon, email, fax, sms dll.

Pada tahun 2015, jumlah Unit Pengelolaan Pengaduan sebagai berikut:

- Kementerian, dibentuk pada 22 dari 34 Kementerian atau 64,70%;

- Lembaga, dibentuk pada 15 dari 60 Lembaga atau 25,00%;

- Pemerintah Provinsi, dibentuk pada 33 dari 34 Pemprov 97,05%;

- Pemerintah Kota dan Kabupaten, dibentuk pada 114 dari 508 Pemda atau 22,44%. Secara total ketersediaan Unit Pengelolaan berjumlah 184 dari 626 Instansi atau 29,39%. Capaian pada tahun 2015 ini sebesar 195,93%.

Grafis 3.1

(13)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA OMBUDSMAN RI Tabel 3.2

Kementerian yang Memiliki Unit Pengelolaan Pengaduan

Tabel 3.3

Lembaga yang Memiliki Unit Pengelolaan Pengaduan

No Kementerian No Kementerian

1 Kementerian Kesehatan RI 12 Kementerian Ketenagakerjaan RI

2 Kementerian Perindustrian RI 13 Kementerian Kelautan dan Perikanan RI

3 Kementerian Energi dan Sumber Daya

Mineral RI 14

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI

4 Kementerian Perdagangan RI 15 Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN

RI

5 Kementerian Pertanian RI 16 Kementerian Luar Negeri RI

6 Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan RI 17

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI

7 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

RI 18

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI

8 Kementerian Dalam Negeri RI 19 Kementerian Pertahanan RI

9 Kementerian Perhubungan RI 20 Kementerian Agama RI

10 Kementerian Komunikasi dan Informatika RI 21 Kementerian Sosial RI 11 Kementerian Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak RI 22

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI

No Lembaga No Lembaga

1 Badan Koordinasi Penanaman Modal 9 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

2 Badan Pusat Statistik 10 Badan Pengawas Tenaga Nuklir

3 Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah 11 Konsil Kedokteran Indonesia

4 Badan Tenaga Nuklir Nasional 12 Badan Standardisasi Nasional

5 Kepolisian Republik Indonesia 13 Badan Pengkajian dan Penerapan

Teknologi

6 Badan Pengawas Obat dan Makanan 14 Badan Nasional Sertifikasi Profesi 7 Badan Nasional Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia 15 Badan Narkotika Nasional 8 Perpustakaan Nasional Republik

(14)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA OMBUDSMAN RI

No Provinsi No Provinsi

1 Provinsi Sulawesi Selatan 18 Provinsi Kep. Bangka Belitung

2 Provinsi Jawa Timur 19 Provinsi Jawa Barat

3 Provinsi Kalimantan Selatan 20 Provinsi D.I Yogyakarta

4 Provinsi Bali 21 Provinsi Sulawesi Tenggara

5 Provinsi Sumatera Utara 22 Provinsi Maluku

6 Provinsi Kalimantan Barat 23 Provinsi Kalimantan Tengah

7 Provinsi Sumatera Selatan 24 Provinsi Papua

8 Provinsi Lampung 25 Provinsi Sulawesi Tengah

9 Provinsi Kepulauan Riau 26 Provinsi Jambi

10 Provinsi Nusa Tenggara Barat 27 Provinsi Bengkulu

11 Provinsi Kalimantan Timur 28 Provinsi Nusa Tenggara Timur

12 Povinsi Sumatera Barat 29 Provinsi Banten

13 Provinsi Aceh 30 Provinsi Sulawesi Barat

14 Provinsi Sulawesi Utara 31 Provinsi Maluku Utara

15 Provinsi Jawa Tengah 32 Provinsi Gorontalo

16 Provinsi DKI Jakarta 33 Provinsi Papua Barat

17 Provinsi Riau

Tabel 3.4

(15)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA OMBUDSMAN RI Tabel 3.5

Pemerintah Kabupaten yang Memiliki Unit Pengelolaan Pengaduan

No Kabupaten No Kabupaten No Kabupaten No Kabupaten

1 Kabupaten Kubu Raya 17 Kabupaten Konawe 33 Kabupaten Agam 49 Kabupaten Jayapura 2 Kabupaten Deli Serdang 18 Kabupaten Kupang 34 Kabupaten Muaro Jambi 50 Kabupaten Konawe Selatan 3 Kabupaten Tanah Laut 19 Kabupaten Kerinci 35 Kabupaten Minahasa Tenggara 51 Kabupaten Keerom 4 Kabupaten Karangasem 20 Kabupaten Temangg ung 36 Kabupaten

Bintan 52 Kabupaten Garut

5 Kabupaten Lahat 21 Kabupaten Parigi Moutong 37 Kabupaten

Pulang Pisau 53 Kabupaten Bone

6 Kabupaten Gianyar 22 Kabupaten Bombana 38 Kabupaten Mempawah 54 Kabupaten Timor Tengah Utara 7 Kabupaten Aceh Tengah 23 Kabupaten Dairi 39 Kabupaten Maluku Tenggara 55 Kabupaten Berau 8 Kabupaten Majalengka 24 Kabupaten Serdang Bedagai 40 Kabupaten Sumbawa 56 Kabupaten Polewali Mandar 9 Kabupaten Badung 25 Kabupaten Banyumas 41 Kabupaten Bangka 57 Kabupaten Mamuju 10 Kabupaten Batang 26 Kabupaten Tanggamus 42 Kabupaten Bangka Tengah 58 Kabupaten Biak Numfor 11 Kabupaten Kapuas 27 Kabupaten Buru 43 Kabupaten Timor Tengah Selatan 59 Kabupaten Halmahera Tengah 12 Kabupaten Langkat 28 Kabupaten Tangerang 44 Kabupaten Donggala 60 Kabupaten Maluku Tengah 13 Kabupaten Kediri 29 Kabupaten Lampung Selatan 45 Kabupaten Aceh Barat 61 Kabupaten Majene 14 Kabupaten Indragiri Hilir 30 Kabupaten Mukomuko 46 Kabupaten Pasaman Barat 61 Kabupaten Boalemo 15 Kabupaten Banjar 31 Kabupaten Lebong 47 Kabupaten

Pinrang 63 Kabupaten Sigi

16 Kabupaten Kudus 32 Kabupaten Dogiyai 48 Kabupaten Pasuruan 64 Kabupaten Lombok Utara

(16)

Tabel 3.6

Pemerintah Kota yang Memiliki Unit Pengelolaan Pengaduan BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA OMBUDSMAN RI

No Kota No Kota No Kota No Kota

1 Kota Pontianak 14 Kota Banda Aceh 27 Kota Metro 40 Kota Samarinda

2 Kota Lubuk

Linggau 15 Kota Palembang 28

Kota

Pekanbaru 41 Kota Bima

3 Kota Yogyakarta 16 Kota Jayapura 29 Kota Bitung 42 Kota Makassar

4 Kota Bandung 17 Kota Ambon 30 Kota Jambi 43 Kota Palangka

Raya

5 Kota Banjar Baru 18 Kota Prabumulih 31 Kota Blitar 44 Kota Serang

6 Kota

Banjarmasin 19 Kota Padang 32 Kota Ternate 45

Kota Padang Panjang

7 Kota Surabaya 20 Kota Pangkal

Pinang 33 Kota Kupang 46 Kota Bengkulu

8 Kota Manado 21 Kota Malang 34 Kota Dumai 47 Kota Tanjung

Pinang

9 Kota Denpasar 22 Kota Batam 35 Kota

Kotamobagu 48 Kota Cilegon 10 Kota Bandar

Lampung 23 Kota Tarakan 36

Kota

Sukabumi 49 Kota Palopo

11 Kota Semarang 24 Kota Balikpapan 37 Kota

Singkawang 50 Kota Gorontalo

12 Kota Mataram 25 Kota Palu 38 Kota

Surakarta

(17)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA OMBUDSMAN RI 3.2.2. Sasaran 2: Terwujudnya Integrasi Sistem Pengelolaan Pengaduan Nasional.

Dalam rangka meningkatkan efektivitas penanganan pengaduan masyarakat, setiap Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah wajib mengembangkan Unit Pengelola Pengaduan dan mengintegrasikan dalam Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional (SP4N) sebagaimana diamanatkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 3 Tahun 2015 tentang Road Map Pengembangan Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional. SP4N adalah integrasi pengelolaan pengaduan pelayanan publik secara berjenjang pada setiap penyelenggara dalam kerangka sistem informasi pelayanan publik. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat secara mudah mendapatkan akses menyampaikan pengaduan pelayanan publik.

Pada tahun 2015, telah diintegrasikan 91 unit pengelolaan pengaduan yang tersebar di seluruh Indonesia (kementerian/lembaga/ pemerintah daerah) atau 15,41% dari total K/L/P. 98 unit yang telah diintegrasikan terdiri dari :

- 34 dari 34 kementerian atau 100%

- 44 dari 60 lembaga atau 73,33%

- 9 dari 34 Provinsi atau 26,47%

- 1 dari 93 kota atau 1,07% yaitu Kota Bandung

- 3 dari 415 Kabupaten atau 0,72% yaitu Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Indragiri Hulu, dan Kabupaten Parigi Moutong.

Jumlah K/L/Pemda adalah 626; terdiri atas kementerian: 34; lembaga: 60; pemerintah daerah: 542 (Provinsi: 34; Kabupaten: 415; Kota: 93). Dengan demikian realisasi: 91/626x100%= 14,53% (Capaian kinerja: 121,08%).

Beberapa Kementerian/Lembaga tidak memiliki Unit Pengelolaan Pengaduan sendiri sehingga Unit Pengelolaan Pengaduannya langsung tergabung dalam Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional (SP4N).

Grafis 3.2

(18)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA OMBUDSMAN RI Tabel 3.7

Unit pengelola pengaduan lembaga yang telah terintegrasi dengan SP4N

Tabel 3.8

Unit pengelola pengaduan Provinsi yang telah terintegrasi dengan SP4N

No. Lembaga No. Lembaga

1 Kepolisian Republik Indonesia 23 Komisi Kepolisian Nasional

2 Badan Kepegawaian Negara 24 Komisi Kejaksaan Republik Indonesia

3 Kantor Staf Presiden 25 Lembaga Sandi Negara

4 Mahkamah Agung 26 Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia

5 Kejaksaan Agung Republik Indonesia 27 Badan Standardisasi Nasional

6 Otoritas Jasa Keuangan 28 Lembaga Sensor Film

7 Badan Nasional Penanggulangan Bencana 29 LPP Televisi Republik Indonesia

8 Bank Indonesia 30 Mahkamah Konstitusi

9 Badan Nasional Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia 31 Lembaga Ketahanan Nasional

10 Badan Pengawas Obat dan Makanan 32 Lembaga Administrasi Negara

11 Badan Koordinasi Penanaman Modal

(BKPM) 33 Arsip Nasional Republik Indonesia

12 Mabes TNI 34 Badan Informasi Geospasial

13 Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah 35 Dewan Pertimbangan Presiden

14 Badan Narkotika Nasional 36 Badan Nasional Sertifikasi Profesi

15 Komisi Pemberantasan Korupsi 37 Badan Intelijen Negara

16 Ombudsman Republik Indonesia 38 Badan SAR Nasional

17 Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan 39 Badan Keamanan Laut

18 Badan Pusat Statistik 40 Dewan Jaminan Sosial Nasional

19 Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas

Bumi 41 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

20 Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional 42 Badan Ekonomi Kreatif

21 Badan Meteorologi Klimatologi dan

Geofisika 43 LPP Radio Republik Indonesia

22 Badan Nasional Penanggulangan

Terorisme 44

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

rs\ b

(19)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA OMBUDSMAN RI 3.2.3. Sasaran 3: Efektivitas Penyelesaian Pengaduan Masyarakat atas Pelayanan Publik.

Kegiatan Penyelesaian Laporan, adalah menindaklanjuti dan menyelesaikan laporan atas dugaan maladministrasi yang diterima Ombudsman RI. Akses masyarakat kepada Ombudsman RI untuk keperluan melapor, konsultasi, mengantar surat, permintaan data guna penelitian skripsi, menghadiri undangan atau bertanya fungsi dan peran dari Ombudsman RI. Peningkatan akses masyarakat tersebut, menunjukkan bahwa masyarakat menaruh harapan besar kepada Ombudsman RI.

Aspek pelayanan merupakan bagian integral dan strategis bagi pengembangan tugas dan fungsi pelayanan pemerintahan. Untuk itu, kualitas pelayanan publik merupakan salah satu parameter keberhasilan birokrasi. Pelayanan yang berkualitas merupakan harapan masyarakat karena pelayanan merupakan hak yang harus diperolehnya. Kesadaran masyarakat terhadap hak untuk memperoleh pelayanan yang baik salah satunya diwujudkan dalam penyampaian akses ke Ombudsman RI.

Kegiatan Penyelesaian Laporan meliputi kegiatan investigasi, monitoring, mediasi/konsilitasi, dan ajudikasi khusus untuk menindaklanjuti laporan yang ditangani oleh Pusat dan Perwakilan.

Sampai dengan saat ini penyelesaian pengaduan melalui ajudikasi khusus belum dapat dilaksanakan karena belum ditetapkan Peraturan Pemeritah tentang Mekanisme dan Ketentuan Pembayaran Ganti Rugi sebagai pelaksanaaan Pasal 50 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009. Sebagai persiapan pelaksanaan ajudikasi khusus, telah dibangun ruang Ajudikasi Khusus dan dilakukan diseminasi pelaksanaan ajudikasi khusus. Tren laporan masyarakat sebagai berikut:

Grafik

(20)

Peningkatan laporan masyarakat tersebut menunjukkan keinginan masyarakat untuk berpartisipasi makin meningkat, sehingga responsi Ombudsman RI untuk menindaklanjuti merupakan suatu keharusan.

Pada tahun 2015, jumlah laporan pengaduan masyarakat sebanyak 6.859 atau naik sebanyak 2,72% dari jumlah laporan pengaduan masyarakat tahun sebelumnya yang berjumlah 6.679 laporan. Dari jumlah pengaduan masyarakat yang masuk ke Ombudsman RI, yang bukan wewenang Ombudsman RI sejumlah 46 laporan atau 0,67% dan Laporan yang tidak memenuhi syarat formil sejumlah 14 laporan atau 0,20%. Laporan pengaduan masyarakat yang diselesaikan namun belum ada Berita Acara Serah Terima sebanyak 446 laporan atau 6,50%, sedangkan Laporan pengaduan masyarakat yang telah selesai dan sudah ada Berita Acara Serah Terima atau yang biasa disebut dengan Laporan Ditutup berjumlah 3.356 Laporan atau 48,93% dari total laporan di tahun 2015. Dengan demikian persentase capaian kinerja di tahun 2015 adalah

Tabel

Tindak Lanjut Laporan Masyarakat

Grafis 3

Persentase pengaduan masyarakat atas pelayanan publik yang selesai ditindaklanjuti BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA OMBUDSMAN RI

No. Tindak Lanjut Jumlah %

1 Bukan Wewenang 46 0,67%

2 Laporan Ditutup 3.356 48,93%

3 Laporan telah diselesaikan 446 6,50%

4 Menunggu Data Tambahan/Lanjutan dari

Pelapor 218 3,18%

5 Menunggu Tanggapan Terlapor 943 13,75%

6 Proses Internal 1836 26,77%

7 Tidak Memenuhi Syarat Formil 14 0,20%

(21)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA OMBUDSMAN RI 3.2.4. Sasaran 4: Meningkatnya Kepatuhan K/L/Pemda Terhadap Pelaksanaan UU Nomor 25

Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Penilaian kepatuhan sangat penting, karena penyediaan komponen standar pelayanan dapat mencegah maladministrasi dan mencegah perilaku koruptif. Dengan pemenuhan komponen standar pelayanan, memenuhi aspek keterbukaan dan transparansi. Masyarakat dapat secara jelas mengetahui biaya yang harus dibayar, jangka waktu penyelesaian, persyarakat yang harus dipenuhi sehingga menutup potensi penyimpangan oleh pelaksana. Dengan demikian penilaian kepatuhan ini mendukung pencegahan korupsi nasional. Ombudsman RI melaksanakan penilaian kepatuhan penyelenggara pelayanan publik secara berkelanjutan sebagaimana diamanatkan pada RPJMN 2015-2019. Hasil penilaian dikategorikan ke dalam zonasi (hijau, kuning, merah).

Dalam rangka memberdayakan masyarakat, Ombudsman RI melibatkan masyarakat untuk melakukan penilaian baik sebagai enumerator maupun melalui program aplikasi ASIK. ASIK memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk secara aktif melakukan penilaian terhadap pemenuhan komponen standar pelayanan di suatu instansi.

Dalam melakukan penilaian kepatuhan ada perbedaan antara penilaian di tahun 2013-2014 dengan di tahun 2015, adapun perbedaannya tertera dalam tabel dibawah ini.

Tabel

Perbedaan Penilaian Kepatuhan tahun 2013-2014 dengan tahun 2015

No. URAIAN Tahun 2013-2014 Tahun 2015 Keterangan

1

Primary Sampling Unit (PSU)

Sampel yang diambil merupakan unit pelayanan publik

dengan memperhatikan produk layanan

Sampel diambil langsung kepada produk layanan

2 Penentuan

Jumlah Sampel

Pelayanan yang diberikan oleh SKPD

Sampel pada Pemda diambil sebanyak 5 (lima) prduk pelayanan di setiap bidang.

Kementerian di breakdown per UPP

Sampel pada Kementerian / Lembaga dilakukan kepada UPP/ Satuan Kerja dengan ketentuan kementerian yang memiliki UPP >5 maka diambil 5 (lima) UPP, sedangkan kementerian yang memiliki UPP ≤5 maka diambil semua.

(22)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA OMBUDSMAN RI

No. URAIAN Tahun 2013-2014 Tahun 2015 Keterangan

3 Tahapan Pengambilan Sampling Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota/ Provinsi) di breakdown ke tingkat SKPD di breakdown ke tingkat unit pelayanan publik Pemerintahan Daerah (Kabupaten/ Kota/ Provinsi) di breakdown ke Pembagian Urusan Kewenangan Pemerintahan Daerah/ Bidang (dengan mengacu pada UU Pemerintahan Daerah) di breakdown langsung ke produk layanan per bidang Generalisasi tidak bisa diterapkan pada tingkat dinas/SKPD hanya bisa di generalisasi pada tingkat Pemerintah Daerah Setempat. Sehingga untuk tahun 2015, sertifikat kepatuhan tinggi diberikan kepada Pemda, bukan SKPD nya. Kementerian/ Lembaga di breakdown ke tingkat Unit Pelayanan Publik (UPP) Penentuan sampel di Kementerian/ Lembaga dilakukan dalam 2 tahap : Generalisasi tidak bisa diterapkan pada tingkat Ditjen/ Deputi/ UPP, hanya bisa di generalisasi pada tingkat

Kementerian/Lemb aga. Sehingga untuk tahun 2015, sertifikat kepatuhan tinggi diberikan kepada Kementerian/

Lembaga, bukan UPP nya.

Melakukan konfirmasi data melalui pendataan UPP pada seluruh kementerian/ Lembaga

Ditetapkan sampel melalui data UPP yang disampaikan oleh Kementerian/ Lembaga 4 Lainnya Pada Permenpan Nomor 15 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan. Pasal 1 ayat (1) Setiap Penyelenggara Pelayanan Publik wajib menetapkan dan

(23)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA OMBUDSMAN RI

No Variabel Penilaian Kategori Komponen Indikator Bobot

1 Standar Pelayanan Utama

Persyaratan 6 Sistem mekanisme dan prosedur 6 Produk Pelayanan 6 Jangka Waktu Penyelesaian 12 Biaya/ Tarif 12

2 Maklumat Layanan Utama Ketersediaan Maklumat Pelayanan 12

3 Sistem Informasi Pelayanan

Publik Utama

Ketersediaan Informasi Pelayanan Publik Elektronik atau Nonelektronik (booklet, pamflet, website, monitor televisi, dll)

12

4 Sarana dan Prasarana Fasilitas Utama

Ketersediaan ruang tunggu 3 Ketersediaan toilet untuk pengguna

layanan 2

Ketersediaan loket/meja pelayanan 3

5 Pelayanan Khusus Utama

Ketersediaan Sarana khusus bagi

pengguna layanan berkebutuhan khusus (ram, rambatan, kursi roda, jalur

pemandu, toilet khusus, ruang menyusui, dll)

2

Ketersediaan Pelayanan khusus bagi

pengguna layanan berkebutuhan khusus 2

6 Pengelolaan Pengaduan Utama

Ketersediaan Sarana Pengaduan

(SMS/Telpon/Fax/Email, dll) 5 Ketersediaan informasi prosedur dan

tatacara penyampaian pengaduan 3 Ketersediaan Pejabat /Petugas

Pengelola Pengaduan 5

7 Penilaian Kinerja Utama Ketersediaan Sarana Pengukuran

Kepuasan Pelanggan 3

8 Visi, Misi dan Motto Pelayanan Tambahan Ketersediaan Visi dan Misi Pelayanan 2 Ketersediaan Motto Pelayanan 2.5

9 Atribut Tambahan Ketersediaan Petugas Penyelenggaran

menggunakan ID Card 2.5

10 Pelayanan Terpadu (Jawaban

Pilihan Harus Satu yang Dipilih) Tambahan

Pelayanan Terpadu Tingkat

Kementerian Lembaga 10 Pelayanan Terpadu Tingkat Direktorat

Jenderal/Deputi 7 Pelayanan terpadu Tingkat

Direktorat/Direktur/Eselon III 5 Bukan Pelayanan Terpadu 0

Total 110

Untuk melakukan penelitian, variabel tersebut dioperasionalisasikan melalui beberapa indikator, sebagai berikut:

(24)

Zona Penilaian Kementerian/ Lembaga

2. Variabel Penilaian Pemerintah Daerah

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA OMBUDSMAN RI

Nilai Tingkat Kepatuhan Zona

0 – 55 Rendah Merah

56 – 88 Sedang Kuning

89 – 110 Tinggi Hijau

No Variabel Penilaian Kategori Komponen Indikator Bobot

1 Standar Pelayanan Utama

Persyaratan 6

Sistem mekanisme dan prosedur 6 Produk Pelayanan 6 Jangka Waktu Penyelesaian 12 Biaya/ Tarif 12

2 Maklumat Layanan Utama Ketersediaan Maklumat Pelayanan 12

3 Sistem Informasi

Pelayanan Publik Utama

Ketersediaan Informasi Pelayanan Publik Elektronik atau Nonelektronik (booklet, pamflet, website, monitor televisi, dll)

12

4 Sarana dan Prasarana

Fasilitas Utama

Ketersediaan ruang tunggu 3 Ketersediaan toilet untuk pengguna layanan 2 Ketersediaan loket/meja pelayanan 3

5 Pelayanan Khusus Utama

Ketersediaan Sarana khusus bagi pengguna layanan berkebutuhan khusus (ram, rambatan, kursi roda, jalur pemandu, toilet khusus, ruang menyusui, dll)

2 Ketersediaan Pelayanan khusus bagi

pengguna layanan berkebutuhan khusus 2

6 Pengelolaan

Pengaduan Utama

Ketersediaan Sarana Pengaduan

(SMS/Telpon/Fax/Email, dll) 5 Ketersediaan informasi prosedur dan tatacara

penyampaian pengaduan 3 Ketersediaan Pejabat /Petugas Pengelola

Pengaduan 5

7 Penilaian Kinerja Utama Ketersediaan Sarana Pengukuran Kepuasan

(25)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA OMBUDSMAN RI Zona Penilaian Pemerintah Daerah

Capaian kinerja: a. Kementerian

Observasi dilaksanakan terhadap 22 Kementerian yang menyelenggarakan pelayanan publik langsung kepada kelompok masyarakat/perorangan/instansi khususnya terkait penyelenggaraan perizinan di tingkat kementerian. Data diambil pada 738 produk layanan yang tersebar di 22 Kementerian.

Tabel 2

Tingkat Kepatuhan Kementerian

Grafis 4

Tingkat Kepatuhan Kementerian Nilai Tingkat Kepatuhan Zona

0 - 50 Rendah Merah

51 - 80 Sedang Kuning

81 - 100 Tinggi Hijau

Uraian Sampel Predikat

Penilaian Kepatuhan

Kementerian 22

4 12 6

(26)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA OMBUDSMAN RI Tabel

Nilai Kepatuhan pada Kementerian

No Kementerian Nilai Zonasi

1 Kementerian Kesehatan RI 105,50 Hijau

2 Kementerian Perindustrian RI 96,93 Hijau

3 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI 96,65 Hijau

4 Kementerian Perdagangan RI 95,00 Hijau

5 Kementerian Pertanian RI 92,79 Hijau

6 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

RI 89,00 Hijau

7 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI 85,93 Kuning

8 Kementerian Dalam Negeri RI 84,70 Kuning

9 Kementerian Perhubungan RI 83,87 Kuning

10 Kementerian Komunikasi dan Informatika RI 83,43 Kuning 11 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak RI 81,00 Kuning

12 Kementerian Ketenagakerjaan RI 80,35 Kuning

13 Kementerian Kelautan dan Perikanan RI 79,55 Kuning

14 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah RI 73,83 Kuning

15 Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN RI 71,92 Kuning

16 Kementerian Luar Negeri RI 71,50 Kuning

17 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat RI 66,00 Kuning

18 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan

Tinggi RI 60,75 Kuning

19 Kementerian Pertahanan RI 54,30 Merah

20 Kementerian Agama RI 51,95 Merah

21 Kementerian Sosial RI 50,50 Merah

(27)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA OMBUDSMAN RI

b .Lembaga

Observasi dilaksanakan terhadap 15 Lembaga, baik LPNK (Lembaga Pemerintah non-Kementerian) dan LNS (Lembaga Negara non-Struktural) di Jakarta khususnya lembaga penyelengaraan pelayanan perizinan dan non-perizinan. Data diambil pada 195 produk layanan yang tersebar di 15 lembaga.

Tabel 3

Tingkat Kepatuhan Lembaga

Grafis 5

Tingkat Kepatuhan Lembaga

Tabel

Nilai Kepatuhan Lembaga

Uraian Sampel Predikat

Penilaian Kepatuhan Lembaga 15 3 9 3

20% 60% 20%

No Lembaga Nilai Zonasi

1 Badan Koordinasi Penanaman Modal 107,50 Hijau 2 Badan Pusat Statistik 107,00 Hijau 3 Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 96,00 Hijau 4 Badan Tenaga Nuklir Nasional 86,00 Kuning 5 Kepolisian Republik Indonesia 83,00 Kuning 6 Badan Pengawas Obat dan Makanan 80,44 Kuning 7 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia 78,00 Kuning 8 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia 76,50 Kuning 9 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 74,50 Kuning 10 Badan Pengawas Tenaga Nuklir 69,50 Kuning 11 Konsil Kedokteran Indonesia 67,00 Kuning 12 Badan Standardisasi Nasional 64,25 Kuning 13 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 51,50 Merah 14 Badan Nasional Sertifikasi Profesi 50,00 Merah 15 Badan Narkotika Nasional 49,50 Merah

(28)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA OMBUDSMAN RI c. Pemerintah Provinsi

Observasi di lingkungan Pemerintah Daerah dilaksanakan terhadap Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) yang menyelenggarakan pelayanan publik langsung kepada kelompok masyarakat/perorangan/instansi di 33 Provinsi Indonesia. Data diambil pada 820 produk layanan yang tersebar di 32 Provinsi, sedangkan untuk Propinsi DKI Jakarta data yang diambil sebesar 1985 produk layanan.

Tabel

Tingkat Kepatuhan Pemerintah Provinsi

Grafis

Tingkat Kepatuhan Pemerintah Provinsi

Tabel

Nilai Kepatuhan Provinsi

Uraian Sampel Predikat

Penilaian Kepatuhan Pemerintah Provinsi 33 13 17 3

39% 52% 9%

No Provinsi NIlai No Provinsi Nilai

1 Provinsi Sulawesi Selatan 88.3 18 Provinsi Kep. Bangka Belitung 55.31 2 Provinsi Jawa Timur 88.2 19 Provinsi Jawa Barat 52.72 3 Provinsi Kalimantan Selatan 82 20 Provinsi D.I Yogyakarta 50.46 4 Provinsi Bali 76.28 21 Provinsi Sulawesi Tenggara 48.05 5 Provinsi Sumatera Utara 75.54 22 Provinsi Maluku 47.66 6 Provinsi Kalimantan Barat 75.11 23 Provinsi Kalimantan Tengah 45.81 7 Provinsi Sumatera Selatan 73.24 24 Provinsi Papua 41.19 8 Provinsi Lampung 72.74 25 Provinsi Sulawesi Tengah 31.25 9 Provinsi Kepulauan Riau 71.88 26 Provinsi Jambi 28.12

(29)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA OMBUDSMAN RI d. Pemerintah Kabupaten/Kota

Observasi di lingkungan Pemerintah Daerah dilaksanakan terhadap Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) yang menyelenggarakan pelayanan publik langsung kepada kelompok masyarakat/perorangan/ instansi berdasarkan 64 kabupaten dan 50 kota yang di Indonesia. Data yang diambil pada kabupaten yaitu sebesar 2873 produk layanan yang

tersebar di 64 kabupaten di 32 provinsi. Sedangkan untuk Kota, data yang diambil 1620 produk layanan yang tersebar di 50 kota di 32 provinsi.

Tabel 5

Tingkat Kepatuhan Pemeritah Kabupaten/Kota

Grafis 7

Tingkat Kepatuhan Pemerintah Kabupaten/Kota

Uraian Sampel Predikat

Penilaian Kepatuhan Pemerintah Kabupaten 64 48 13 3

75% 20% 5%

Uraian Sampel Predikat

Penilaian Kepatuhan Pemerintah Kota 50 27 20 3

(30)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA OMBUDSMAN RI

No Kota Nilai No Kota Nilai

1 Kota Pontianak 87.32 26 Kota Kendari 47

2 Kota Lubuk Linggau 84.69 27 Kota Metro 46.1

3 Kota Yogyakarta 81.03 28 Kota Pekanbaru 45.67

4 Kota Bandung 79.82 29 Kota Bitung 44.93

5 Kota Banjar Baru 79.37 30 Kota Jambi 44

6 Kota Banjarmasin 78.23 31 Kota Blitar 43.42

7 Kota Surabaya 75.75 32 Kota Ternate 43.41

8 Kota Manado 75.67 33 Kota Kupang 43.24

9 Kota Denpasar 75.34 34 Kota Dumai 39.63

10 Kota Bandar Lampung 73.55 35 Kota Kotamobagu 39.58

11 Kota Semarang 70.86 36 Kota Sukabumi 38.73

12 Kota Mataram 7023 37 Kota Singkawang 37.85

13 Kota Medan 68.5 38 Kota Surakarta 35.7

14 Kota Banda Aceh 68.44 39 Kota Bogor 35.3

15 Kota Palembang 68 40 Kota Samarinda 33.86

16 Kota Jayapura 66.6 41 Kota Bima 33.32

17 Kota Ambon 63.03 42 Kota Makassar 29.7

18 Kota Prabumulih 62.92 43 Kota Palangka Raya 29.62

19 Kota Padang 58.41 44 Kota Serang 28.41

20 Kota Pangkal Pinang 55.19 45 Kota Padang Panjang 27.59

21 Kota Malang 53.33 46 Kota Bengkulu 29, 62

22 Kota Batam 50.5 47 Kota Tanjung Pinang 20.5

23 Kota Tarakan 50.11 48 Kota Cilegon 18.72

24 Kota Balikpapan 49.65 49 Kota Palopo 17.51

25 Kota Palu 47.58 50 Kota Gorontalo 15.16

Tabel

(31)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA OMBUDSMAN RI

No Kabupaten NIlai No Kabupaten Nilai

1 Kabupaten Kubu Raya 89.21 33 Kabupaten Agam 49.5 2 Kabupaten Deli Serdang 87.64 34 Kabupaten Muaro Jambi 48.7 3 Kabupaten Tanah Laut 84.13 35 Kabupaten Minahasa Tenggara 48.67 4 Kabupaten Karangasem 79.39 36 Kabupaten Bintan 48.66 5 Kabupaten Lahat 73.44 37 Kabupaten Pulang Pisau 48.04 6 Kabupaten Gianyar 70.38 38 Kabupaten Mempawah 47.92 7 Kabupaten Aceh Tengah 67.4 39 Kabupaten Maluku Tenggara 42.39 8 Kabupaten Majalengka 66.5 40 Kabupaten Sumbawa 41.66 9 Kabupaten Badung 63.5 41 Kabupaten Bangka 40.37 10 Kabupaten Batang 63.44 42 Kabupaten Bangka Tengah 40.13 11 Kabupaten Kapuas 58.99 43 Kabupaten Timor Tengah

Selatan 39.52 12 Kabupaten Langkat 56.67 44 Kabupaten Donggala 39.3 13 Kabupaten Kediri 54.12 45 Kabupaten Aceh Barat 39.25 14 Kabupaten Indragiri Hilir 52.02 46 Kabupaten Pasaman Barat 38.84 15 Kabupaten Banjar 51.92 47 Kabupaten Pinrang 37.22 16 Kabupaten Kudus 51.9 48 Kabupaten Pasuruan 37.2 17 Kabupaten Konawe 36.8 49 Kabupaten Jayapura 26.09 18 Kabupaten Kupang 36.29 50 Kabupaten Konawe Selatan 23.85 19 Kabupaten Kerinci 36.03 51 Kabupaten Keerom 23.82 20 Kabupaten Temanggung 34.46 52 Kabupaten Garut 22.91 21 Kabupaten Parigi Moutong 33.1 53 Kabupaten Bone 21.47 22 Kabupaten Bombana 32.94 54 Kabupaten Timor Tengah Utara 21.39 23 Kabupaten Dairi 31.71 55 Kabupaten Berau 21.15 24 Kabupaten Serdang Bedagai 31.64 56 Kabupaten Polewali Mandar 20.43 25 Kabupaten Banyumas 31.56 57 Kabupaten Mamuju 20.43 26 Kabupaten Tanggamus 29.7 58 Kabupaten Biak Numfor 18.07 27 Kabupaten Buru 29.46 59 Kabupaten Halmahera Tengah 17.38 28 Kabupaten Tangerang 27.98 60 Kabupaten Maluku Tengah 16.81 29 Kabupaten Lampung Selatan 26.91 61 Kabupaten Majene 15.19 30 Kabupaten Mukomuko 26.75 61 Kabupaten Boalemo 15.16 31 Kabupaten Lebong 26.17 63 Kabupaten Sigi 13.87 32 Kabupaten Dogiyai 26.14 64 Kabupaten Lombok Utara 12.95

Tabel

(32)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA OMBUDSMAN RI 3.2.5. Sasaran 5: Terwujudnya Perbaikan Kebijakan Pelayanan Publik.

Berdasarkan kajian terhadap laporan/pengaduan masyarakat yang diterima Ombudsman, dapat disimpulkan bahwa beberapa laporan/ pengaduan masyarakat disebabkan adanya tumpang tindih pengaturan, sehingga perlu kajian untuk melakukan perbaikan. Hasil kajian kebijakan lebih efektif karena dapat menyelesaikan permasalahan sejenis melalui satu tindakan secara komprehensif.

Pasal 8 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 menyatakan bahwa Ombudsman berwenang: Ø menyampaikan saran kepada Presiden, kepala daerah, atau pimpinan Penyelenggara Negara lainnya guna perbaikan dan penyempurnaan organisasi dan/atau prosedur pelayanan publik; Ø menyampaikan saran kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan/atau Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan/atau kepala daerah agar terhadap undangundang dan peraturan perundang-undangan lainnya diadakan perubahan dalam rangka mencegah Maladministrasi.

Pada tahun 2015, jumlah perbaikan kebijakan ditargetkan sejumlah 22. Perubahan Peraturan pada K/L/D yang bertujuan untuk mengupayakan perbaikan kebijakan pelayanan publik yang merupakan saran/rekomendasi Ombudsman RI pada tahun 2015 sebagai berikut:

1. Penetapan SK 76/MenLHK-II/2015 tentang Kawasan Hutan Provinsi Kepulauan Riau tanggal 6 Maret 2015 menggantikan SK 463/Menhut-II/2013

2. Peraturan Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam Nomor 1 Tahun 2015 tentang Perubahan SOTK Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam.

3. Penetapan SE Mendagri No 503/506/SJ tanggal 28 Januari 2015 kepada Gubernur, Bupati dan Walikota tentang Optimalisasi Penyelenggaraan Pelayanan Publik di Daerah.

4. Mulai tanggal 2 Januari 2015 beroperasinya BPPTSP DKI Jakarta melayani 518 perizinan & non perizinan.

5. Pada tanggal 28 Mei 2015 Peresmian Layanan Online di BPPT Kota Bandung dan pembentukan Tim Detektif ala Ombudsman.

6. Penetapan Peraturan Walikota Surabaya Nomor 18 Tahun 2015 tentang Penertiban Izin Usaha Toko Swalayan Kota Surabaya, dan mempermudah Toko Modern yang tidak berizin untuk mengurus izin.

Selain perbaikan kebijakan pelayanan publik yang merupakan saran/rekomendasi Ombudsman RI, terdapat Rekomendasi Ombudsman RI yang mempengaruhi perbaikan kebijakan pelayanan publik, antara lain:

(33)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA OMBUDSMAN RI

4. Rekomendasi Ombudsman RI Nomor 0004/REK/0801.2013/PBP.38/IV/ 2015 tentang Maladministrasi oleh Walikota Jakarta Barat dan jajaran terkait dalam penyelesaian laporan sdr. Tjong Mei Kwi mengenai gangguan kebisingan dan lingkungan akibat penyalahgunaan izin usaha dan bangunan oleh PT. Sinar Gravindo Jaya.

5. Rekomendasi Ombudsman RI Nomor 0005/REK/Perw.Papua/IV/2015 tentang maladministrasi oleh BBPJN X Ditjen Bina Marga Kementerian PU dan Perumahan Rakyat RI dalam Pekerjaan Penimbunan dan Pengaspalan jalan di atas milik PT. Wapoga Mutiara Tomber Unit II KM 0- KM 11 Distrik Bonggo, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua.

6. Rekomendasi Ombudsman RI Nomor 0006/REK/0201.2015/PBP-24/VI/2015 tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkap an Ikan Pukat Hela (Trawis) dan Pukat Tarik (Seine Net) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia yang Meresahkan Nelayan di Provinsi Jawa Tengah.

7. Rekomendasi Ombudsman RI Nomor 0007/REK/Perw.JawaTimur/VII/ 2015 tentang Penundaan Berlarut oleh Kantor Pertanahan Kota Surabaya I dalam Menindaklanjuti Permohonan Sertifikat Hak Milik 85 Warga.

8. Rekomendasi Ombudsman RI Nomor 0008/REK/0360.2015/PBP-41/XI/2015 tentang Permasalahan Pelayanan Publik di Kabupaten Musi Banyuasin, Pasca Penerbitan Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan Nomor 822/MENHUT-II/2013 Tentang Perubahan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan dan Perubahan Bukan Kawasan Hutan Menjadi Kawasan Hutan di Provinsi Sumatera Selatandan Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan Nomor : 866/ MENHUT-II/2014 Tentang Kawasan Hutan Konservasi Perairan Provinsi Sumatera Selatan.

9. Rekomendasi Ombudsman RI Nomor 009/ORI/0425.2015/XII/2015 tentang Maladministrasi dalam Penanganan Laporan Polisi No. Pol:LP-A/1265/X/2012/DIT RESKRIM UM Tanggal 1 Oktober 2012 Oleh Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dengan demikian Perbaikan Kebijakan Pelayanan Publik yang disarankan/direkomendasi Ombudsman RI berjumlah 15 dari target 22 atau secara capaian 68,18%.

Grafis

(34)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA OMBUDSMAN RI 3.2.1.6 Sasaran 6: Meningkatnya Partisipasi Publik.

Edukasi terhadap masyarakat tentang pentingnya partisipasi publik menjadi fokus Ombudsman dalam program ini. Partisipasi masyarakat sangat penting karena pelayanan publik yang berkualitas merupakan hak masyarakat yang wajib disediakan pemerintah. Diharapkan makin tinggi kesadaran masyarakat dapat mempercepat tercapaianya kualitas pelayanan publik. Dalam rangka pencegahan maladministrasi serta meningkatkan kesadaran masyarakat memperoleh hak atas pelayanan publik yang baik.

Pada tahun 2015 ini, jumlah partisipasi publik dengan target 22 partisipan, dengan realisasi sebagai Berikut :

1. Komunitas

2. Lembaga Negara

● Komisi Informasi Pusat (KIP)

3. Perguruan Tinggi

● Universitas Multimedia Nusantara (UMN) ● Universitas Bakrie

● Universitas Indonesia

● Universitas Jenderal Ahmad Yani ● Mahasiswa Universitas Bengkulu ● Mahasiswa Muhammadiyah Malang ● Sekolah staf dan Pimpinan Polri ● Mahasiswa Universitas Narotama ● Universitas 17 Agustus Cirebon

● Kampus Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Padang

4. Sekolah Menengah Umum ● SMA Labschool

● SMA Padang panjang

5. TV Nasional ● TVRI ● TV One 6. TV Lokal ● PJ TV ● Sindo TV ● RB TV NO Nama Provinsi

1 Kanti Ombudsman Jambi

2 Konco Ombudsman Jawa Tengah

(35)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA OMBUDSMAN RI 8. Luar negeri

● Ombudsman Thailand ● Ombudsman Sudan

● Asian Productivity Organization ● ACRC Korea Selatan

● NGO SAJI-UNDP ● Ombudsman Australia

Pada tahun 2015, target yang ditetapkan sasaran partisipasi publik adalah 22 partisipan, sedangkan realisasi: adalah 8 partisipan, dimana partisipan tersebut merupakan kelompok/cluster dari pihak-pihak yang selama 2015 ini mendukung kinerja Ombudsman RI. (Capaian kinerja: 36,36%). Bentuk dukungan para partisipan ini berupa pengenalan hak masyarakat akan pelayanan publik dari Pemerintah serta peran Ombudsman RI sebagai pengawas pelayanan publik.

Grafis 9 Partisipasi Publik

3.3. Kinerja Keuangan.

Pada tahun 2015, Ombudsman RI mendapatkan pagu Anggaran sebesar Rp135,986,845,000,-. Dari Pagu Anggaran yang didapat, Perjanjian Kinerja Ombudsman RI terangkum dalam 4 (empat) Kegiatan/output yaitu Penyelesaian Laporan, Pencegahan, dan Pengawasan Pelayanan Publik. Pagu Anggaran untuk 4 (empat) Kegiatan/output beserta realisasinya di tahun 2015 sebagai berikut :

(36)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA OMBUDSMAN RI

Dari total Pagu Anggaran sebesar Rp. 135,986,845,000,- Pagu 4 (empat) kegiatan/output sebesar Rp. 57,851,055,000,- atau sebesar 42,54% dari total Pagu Anggaran. Sementara realisasi anggaran untuk 4 (empat) kegiatan/output sejumlah Rp.33,689,107,200,- atau 24,77% jika dibandingkan dengan total Pagu Anggaran.

Sementara untuk 57,46% total Pagu Anggaran atau sebesar Rp78.135.790.000,-berada dalam Sasaran Kegiatan Dukungan Manajemen. Adapun rinciannya sebagai berikut:

Walaupun realisasi dukungan manajemen terhadap Pagu dukungan manajemen sebesar 71,84%, realisasi dukungan manajemen dibandingkan dari total Pagu Anggaran yang diterima Ombudsman pada tahun 2015 hanya sebesar 41,28%.

Kecilnya realisasi total ombudsman yang sebesar 66,05% dibanding total Pagu Anggaran disebabkan oleh skema pencairan anggaran yang baru dapat dilaksanakan pada triwulan ke 3 pada tahun 2015. Adanya penambahan Pagu Anggaran di tahun 2015 tidak serta merta dibarengi dengan jadwal pencairan anggaran yang cepat sehingga harus menunggu sampai

(37)

Pengukuran dan penilaian kinerja Ombudsman RI secara bertahap dan berkelanjutan akan terus ditingkatkan. Ke depan akan didukung dengan e-performance yaitu aplikasi yang dibangun untuk memudahkan proses pemantauan dan pengendalian kinerja dalam rangka meningkatkan akuntabilitas kinerja Ombudsman RI. Aplikasi yang dibangun menampilkan proses perencanaan kinerja, penganggaran kinerja, keterkaitan kegiatan/ sub kegiatan dalam pencapaian kinerja, monitoring dan evaluasi pencapaian kinerja dan keuangan.

Ombudman RI ke depan akan lebih fokus pada upaya pencegahan maladministrasi dan meningkatkan efektivitas penyelesaian laporan masyarakat dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Pencegahan maladministrasi melalui kegiatan sosialisasi, pembentukan unit pengelola pengaduan, pengintegrasian unit pengelola pengaduan, penilaian kepatuhan, perbaikan kebijakan pelayanan publik, dan peningkatan partisipasi masyarakat. Sedangkan efektivitas penyelesaian laporan melalui kegiatan menerima, menindaklanjuti, dan menyelesaikan laporan masyarakat terkait maladministrasi pelayanan publik guna meningkatkan kualitas pelayanan publik.

Dalam rangka turut mendukung keberhasilan pembangunan nasional akan terus ditingkatkan berbagai program strategis guna mewujudkan visi-misi dan agenda pemerintahan dalam Nawacita, yang berkomitmen untuk memperkuat pengawasan pelayanan publik guna menciptakan pelayanan publik prima dan berkualitas.

(38)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, siswa kelas VIII SMPN 3 Ciparay Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung menunjukkan keragaman dalam beraktivitas sehari-hari, yakni terdapat siswa yang mencari

Dalam penelitian ini peneliti melakukan perbandingan antara metode Extreme Value Theory dengan metode Monte Carlo Simulation untuk memperoleh kesimpulan metode mana yang

Lampiran

Pengelolaan risiko kredit dalam Bank juga dilakukan dengan melakukan proses analisa kredit atas potensi risiko yang timbul melalui proses Compliant Internal

c) Dalam menerapkan model pembelajaran berbasis  proyek hendaknya sesuai dengan tema dan diawali dengan pengajuan masalah dari siswa atau guru untuk dipecahkan oleh

Pada multifragmentary complex fracture tidak terdapat kontak antara fragmen proksimal dan distal setelah dilakukan reposisi. Complex spiral fracture terdapat dua atau

Untuk membaca scanning, langkah-langkah yang dapat dilakukan diantaranyaa; melihat daftar isi dan kata pengantar secara sekilas; mencari informasi dalam daftar isi bab-bab yang

Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi keberadaan antibodi (IgG) anti Escherichia coli enterotoksigenik ( ETEC ) K99 di dalam darah induk sapi yang divaksin