• Tidak ada hasil yang ditemukan

Empat Ajaran Liao-Fan. Buku Yang Indah, Kami Bermaksud Membaginya Dengan Anda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Empat Ajaran Liao-Fan. Buku Yang Indah, Kami Bermaksud Membaginya Dengan Anda"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Empat Ajaran Liao-Fan

(4)
(5)

Empat Ajaran Liao-Fan

Buku Yang Indah,

(6)

Untuk Donasi:

Bank Central Asia KCP Cideng Barat

No. 3973 019 828

a.n. Yayasan Triyanavardhana Indonesia

Bukti pengiriman dana

dapat dikirim melalui fax (021) 5674104

viii + 106 hlm; 14,5x21 cm

Galeri Penerbit Dian Dharma: n Galeri 1: Jl. Mangga I Blok F

No. 15

Dharma Tak Ternilai

Empat Ajaran Liao Fan

Yuan Liao-Fan

Cetakan Oktober 2016. Penerjemah: Tim Penerjemah Penyunting: Tim Penyunting Tata Letak dan Sampul: ST Design

Diterbitkan oleh: Penerbit Dian Dharma

Jl. Mangga I Blok F No. 15, Duri Kepa

(Greenville-Tanjung Duren Barat) Jakarta Barat 11510 Telp. & Fax. (021) 5674104 Hp. & WA: 08111504104 PIN BB: 582866E9

Email: penerbit@diandharma.com Fanpage: Dian Dharma Book Club

(7)

Kata Pengantar Empat Ajaran Liao Fan

Hal 1

Ajaran Pertama: Belajar Menciptakan Takdir

Hal 5

Ajaran Kedua: Cara-Cara Mereformasi Diri

Hal 29

Ajaran Ketiga:

Cara-Cara Mengembangkan Kebajikan

Hal 43

Ajaran Keempat: Manfaat Kerendahan Hati

Hal 91

Metode Pelafalan Sepuluh Kali

Hal 101

Jalan Menuju Kebahagiaan Sejati

Hal 103

Kalama Sutra

Hal 105

(8)
(9)

Kata Pengantar

Di Wihara Ekayana Arama selalu tersedia sejumlah buku tentang ajaran agama Buddha yang dapat dimiliki secara gratis oleh mereka yang berminat mengambilnya.

Suatu saat, tersedia setumpuk buku “Liao-Fan’s Four Lessons”. Ternyata kemudian sebagian dari mereka yang membaca buku tersebut hatinya tergerak untuk menerjemahkannya, agar dapat diterbitkan dalam edisi bahasa Indonesia.

Penerbit Dian Dharma akhirnya bertindak untuk mengkoordinir agar buku “Empat Ajaran Liao-Fan” dapat segera diterbitkan. Berkat andil dari semua pihak yang telah mengirimkan hasil terjemahannya, penerbitan buku ini dapat terwujud.

Buku ini memang tidak sepenuhnya bernapaskan ajaran agama Buddha. Di dalamnya ada pandangan-pandangan yang bernafaskan ajaran lain. Namun demikian, lepas dari itu, harus diakui bahwa selama ini buku ini telah banyak membantu merubah sikap hidup umat manusia ke arah kebaikan.

(10)
(11)

Empat Ajaran Liao-Fan

Karya Asli Liao-Fan dari Dinasti Ming Diinterpretasikan oleh Huang Zhi-Hai

Tuan Yuan Liao-Fan menulis “Empat Ajaran Liao-Fan” di Tiongkok pada abad ke-16. Buku ini dimaksudkan untuk mengajar anaknya, Yuan Tian-Chi, bagaimana memahami takdir yang sebenarnya, membedakan yang baik dari yang buruk, dan cara memperbaiki kesalahan seseorang dan menjalankan kebajikan. Selain itu, karya ini juga memberikan bukti-bukti nyata tentang hasil dan manfaat yang diterima oleh orang-orang yang menjalankan kebajikan, mengembangkan jasa-jasa baik, dan rendah hati. Bercerita berdasarkan pengalaman pribadinya sendiri dalam merubah takdir, Liao-Fan merupakan wujud hidup dari ajarannya.

Setelah membaca buku yang indah ini, orang akan bisa merasa lebih terbuka dan percaya diri dalam menjalani hidup, dan pada saat yang sama, berani untuk mengikuti teladan Liao-Fan yang berhasil mengubah takdirnya. “Empat Ajaran Liao-Fan” benar-benar merupakan buku yang sangat langka, yang bukan hanya tak ternilai manfaatnya bagi kebutuhan spiritual, tetapi juga akan mampu mereformasi sikap-sikap tidak sehat di masyarakat dewasa ini. Ketika sedang membaca, orang mungkin bertanya-tanya mengapa orang Tiongkok begitu mementingkan ujian-ujian pada masa itu. Pada masa lampau, belajar merupakan hal yang paling terhormat,

(12)

sedangkan pekerjaan yang lain dianggap tidak terpandang. Pemerintahan Tiongkok memilih para pejabat negara melalui sistem meritokrasi. Banyak tingkatan dalam ujian negara yang diadakan bagi mereka yang ingin mengikutinya. Sangat sulit untuk dapat lulus dari ujian tersebut. Untuk lulus, orang harus sangat terpelajar dan berbakat dalam menulis karangan.

Mereka yang lulus mempunyai kesempatan mendapat kenaikan pangkat ke jabatan yang lebih penting, hidup kaya, dan terkenal. Mereka yang tidak lulus tidak akan terkenal, tidak peduli betapa pandai atau cakapnya mereka. Itulah sebabnya mengapa banyak anak muda pada waktu itu mencurahkan hati untuk belajar guna mengikuti ujian kekaisaran demi mendapatkan masa depan yang cerah. Karena aslinya ditulis dalam bahasa Tiongkok kuno, karya Liao-Fan ini cenderung puitis dan pendek, membuatnya sulit dibaca dan dipahami. Pada awal 1900-an, Tuan Huang Zhi-Hai menambahkan ulasan terperinci terhadap karya tersebut menggunakan bahasa Mandarin kontemporer. Edisi buku “Empat Ajaran Liao-Fan” yang telah mendapat ulasan dari Huang Zhi-Hai itu menjadi sangat populer dan bermanfaat bagi banyak orang di masanya. Akan tetapi, dengan berjalannya waktu, edisi Huang Zhi-Hai tersebut juga menjadi sulit untuk dicerna pembaca masa sekarang, karenanya manfaat buku itu menjadi sangat berkurang.

Melihat keadaan yang kurang menggembirakan ini, Yayasan “Empat Ajaran Liao-Fan”, yang mengabdikan diri untuk menyusun kembali, melakukan penyuntingan dan mencetak ulang buku tersebut, mulai mendanai penyuntingan “Penjelasan Ringkas Empat Ajaran Liao-Fan.” Sebagai hasilnya mereka menerbitkan edisi “Empat Ajaran Liao-Fan” yang telah diperbaharui. Buku-buku terbitan selanjutnya merupakan suntingan lanjutan dari hasil kerja yayasan tersebut. Kami harap setiap

(13)

orang mempelajari semangat Liao-Fan dalam mengubah takdir dan membentuk masa depan yang lebih cerah bagi individu, masyarakat, bangsa, dan seluruh umat manusia di bumi ini.

(14)
(15)

Ajaran Pertama:

Belajar Menciptakan Takdir

Narator: “Menciptakan Takdir” berarti membentuk nasib dan

bukannya menjadi terikat olehnya. Ajaran “Belajar Menciptakan Takdir” membicarakan prinsip di balik nasib dan pengetahuan yang diperlukan untuk merobahnya. Dengan menceritakan pengalaman-pengalaman pribadinya dan upaya-upaya yang dilakukannya dalam mengubah takdir, Liao-Fan mengajari anaknya, Tian-Chi, untuk tidak terikat oleh nasib, tetapi sebaliknya berusaha sekuat tenaga untuk mempraktikkan kebajikan dan mengikis habis perbuatan yang salah.

Orang jangan menolak berbuat baik semata-mata karena tindakan tersebut kelihatannya tidak berarti manfaatnya, atau melakukan kejahatan hanya karena tampak sepele. Jika dilakukan dengan cara yang benar, dapat dipastikan bahwa takdir seseorang akan berubah. Sering dikatakan “Dengan menahan diri dari tindakan yang salah dan melaksanakan segala bentuk perbuatan baik, malapetaka juga akan menyingkir dan nasib baik berdatangan.” Inilah prinsip di balik penciptaan nasib seseorang.

Liao-Fan: Ayah meninggal ketika saya masih kecil dan ibu membujuk

saya untuk belajar ilmu pengobatan daripada menjadi seorang sarjana.

(16)

Ibu: Belajar ilmu pengobatan merupakan jalan yang baik untuk

menyokong dirimu sendiri dan menolong orang lain. Selain itu, dengan keahlian seperti itu, engkau tidak perlu khawatir lagi dalam mencari nafkah dan bahkan bisa terkenal dengan ilmu pengobatanmu. Ayahmu juga selalu berharap seperti itu.

Liao-Fan: Suatu hari, di Kuil Awan Welas Asih, saya bertemu orang

tua yang berpenampilan luar biasa dan berjenggot panjang. Dia begitu mirip petapa suci sehingga saya cepat-cepat memberi hormat padanya. Orang tua itu berkata pada saya...

Orang Tua: Engkau ditakdirkan menjadi pejabat negara. Engkau dapat

mencapai kedudukan Sarjana Terpandang Tingkat Pertama tahun depan, tetapi mengapa engkau tidak belajar untuk mengikuti ujian?

Liao-Fan: Jadi saya menceritakan padanya bagaimana ibu menyarankan

saya berhenti berusaha menjadi sarjana dan sebaliknya mempelajari ilmu pengobatan. Kemudian saya menanyakan nama, tempat lahir dan tempat tinggalnya. Dia menjawab...

Orang Tua: Nama panggilan saya Kong. Saya datang dari Propinsi

Yunnan. Saya mewarisi pengetahuan dari Tuan Shao, orang yang mengembangkan seni meramal. Menurut perhitungan, saya seharusnya meneruskannya kepadamu.

Liao-Fan: Saya membawa Tuan Kong ke rumah saya dan memberitahu

ibu mengenainya. Ibu berpesan untuk memperlakukannya dengan baik dan berkata...

Ibu: Karena Tuan Kong begitu ahli dalam seni meramal masa depan,

dia harusnya juga mengetahui masa lalu kita. Mari kita tanya padanya dan uji keasliannya.

(17)

Liao-Fan: Hasilnya, saya menemukan perhitungan Tuan Kong sangat

tepat bahkan untuk hal-hal kecil. Setelah mendengar nasihatnya, kembali terpikir oleh saya untuk belajar. Saya kemudian meminta nasihat sepupu saya Shen-Chen. Dia memberiku saran...

Sepupu: Kawanku, Tuan Yu Hai-Gu sedang mengajar di rumah Sheng

Yo-Fu. Saya dengan senang hati akan membawa kamu ke sana untuk menumpang tinggal dan belajar.

Liao-Fan: Itulah ceritanya bagaimana saya menjadi murid Tuan Yu.

Kembali, Tuan Kong membuat ramalan untukku.

Tuan Kong: Sebagai murid, engkau akan memperoleh ranking ke-14

dalam ujian kabupaten, ranking ke-71 dalam ujian daerah, dan ranking ke-9 dalam ujian propinsi.

Liao-Fan: Tahun berikutnya, pada tiga tempat pelaksanaan ujian itu,

saya mendapatkan ranking persis dengan yang diramalkan Tuan Kong. Kemudian Tuan Kong membeberkan ramalan bagi seluruh hidup saya.

Tuan Kong: Engkau akan lulus ujian ini dan ujian itu pada tahun sekian

dan sekian; engkau akan menjadi pegawai negeri di tahun sekian, dan pada tahun sekian engkau akan mendapatkan kenaikan pangkat. Akhirnya, engkau akan ditunjuk sebagai hakim di Propinsi Sechuan. Setelah menjadi hakim selama 3½ tahun, engkau akan meletakkan jabatan dan kembali ke kampung halaman. Pada umur 53 tahun engkau akan mati sekitar pukul 01.00 pagi di bulan ke-8 tanggal 14. Sayang sekali engkau tidak akan mempunyai anak.

Liao-Fan: Saya mencatat dan mengingat semua perkataannya. Sejak

(18)

ramalan Tuan Kong. Tuan Kong meramalkan saya baru akan dinaikkan jabatan setelah menerima upah seberat 91 goni dan 5 gantang beras. Akan tetapi, hanya dengan menerima 71 goni beras, saya telah mendapat rekomendasi kenaikan pangkat dari Tuan Tu, pejabat senior bidang pendidikan. Ini membuat saya diam-diam mulai meragukan ramalan-ramalan Tuan Kong.

Liao-Fan: Akan tetapi, ramalan Tuan Kong pada akhirnya ternyata

tepat, sebab rekomendasi tadi ditolak Tuan Yang, atasan Tuan Tu. Hingga beberapa tahun kemudian, saat Tuan Ying Chiu-Min melihat hasil ujian saya terdahulu dan berseru...

Tuan Ying: Kelima karangan singkat ini sungguh bagus, sama baiknya

dengan laporan untuk Kaisar sendiri! Bagaimana mungkin kita dapat mengubur karya sarjana sehebat ini?

Liao-Fan: Tuan Ying memerintahkan pengadilan mengeluarkan surat

perintah resmi bagi saya untuk dijadikan kandidat “siswa kerajaan” di bawah otoritas beliau. Setelah menjalani kenaikan pangkat yang bersejarah ini, perhitungan menunjukkan bahwa saya telah menerima persis 91 goni dan 5 gantang beras. Sejak itu, apakah itu kenaikan pangkat, promosi atau pun peningkatan jumlah kekayaan, saya betul-betul percaya bahwa semuanya terjadi sesuai dengan waktunya. Bahkan umur orang pun sudah ditakdirkan.

Saya mulai melihat bahwa segalanya ini sudah pasti, dan berhenti untuk mencari kemenangan dan keuntungan. Setelah terpilih sebagai salah seorang siswa kerajaan, saya diharuskan memasuki Universitas Beijing. Tahun-tahun di ibukota, minat saya untuk bermeditasi tumbuh dan saya sering duduk diam tanpa memikirkan apa pun, saya kehilangan minat terhadap buku dan berhenti belajar sama sekali.

(19)

Sebelum memasuki Universitas Nasional di Nanjing, saya berkunjung kepada Yun Gu, seorang guru Zen yang telah cerah, di Pegunungan Chishia. Kami duduk saling berhadapan di dalam Aula Zen selama tiga hari tiga malam tanpa tidur. Guru Yun-Gu akhirnya bertanya kepada saya...

Guru Yun-Gu: Orang biasa tidak mampu mencapai tingkat kesucian

karena mereka terlalu banyak memiliki pikiran yang berkeliaran dan palsu. Dalam meditasi tiga hari yang kita jalankan, saya tidak melihat sedikit pun adanya pikiran yang bercabang dalam diri Anda. Bagaimana bisa begitu?

Liao-Fan: Saya menjawab, “Tuan Kong telah meramal dengan tepat

semua yang akan terjadi dalam hidup saya. Saya telah mengerti bahwa hidup, mati, promosi, dan kegagalan sudah ditakdirkan. Tidak ada gunanya bagi saya untuk memikirkan atau berusaha mendapatkannya. Itulah sebabnya Guru tidak melihat adanya pikiran yang berkeliaran dalam diri saya.” Guru Yun-Gu tertawa.

Guru Yun-Gu: Tadinya saya pikir engkau orang yang punya kemampuan

luar biasa! Sekarang saya sadar engkau bukan siapa-siapa melainkan cuma orang awam, dan rata-rata!

Liao-Fan: Merasa bingung atas perkataan Guru Yun-Gu, saya memohon

penjelasan darinya.

Guru Yun-Gu: Batin orang rata-rata selalu ditempati oleh pikiran yang

melantur dan khayalan, sehingga secara alamiah kehidupan mereka diikat oleh hawa yin-yang, dan nasib. Kita tidak dapat menyangkal bahwa takdir itu memang ada, namun hanya orang-orang biasa yang terikat olehnya. Takdir tidak dapat mengikat mereka yang mengembangkan kebajikan agung.

(20)

Narator: Jasa-jasa baik yang berhasil dikumpulkan dari

perbuatan-perbuatan besar sedemikian agungnya sehingga nasib ‘asli’ juga dapat berubah menjadi lebih baik dengan melakukan perbuatan-perbuatan itu.

Guru Yun-Gu: Jasa-jasa yang dikumpulkan sesungguhnya dapat

mengubah takdir mereka dari penderitaan kepada kebahagiaan, dari kemiskinan kepada kemakmuran, dan umur pendek menjadi umur panjang. Demikian pula halnya, takdir tidak dapat menjamin mereka yang melakukan perbuatan yang luar biasa jahatnya.

Narator: Kejahatan yang berat dan kuat dapat menghancurkan hidup

orang yang dipenuhi kemakmuran dan nasib baik karena akibat kejahatan itu akan merusak takdirnya semula. Hidup orang itu dapat berubah dari baik menjadi buruk.

Guru Yun-Gu: Selama 20 tahun belakangan ini, engkau menjalani

hidup sesuai dengan ramalan Tuan Kong dan tidak melakukan apa pun untuk mengubahnya. Engkau malah terjerat oleh nasibmu sendiri. Jika engkau bukan orang biasa, lalu siapa lagi?

Liao-Fan: Terkejut, saya bertanya lebih lanjut padanya, ”Menurut Guru,

apakah betul orang bisa mengubah nasibnya, bahwa orang bisa lolos dari jeratan nasib?” Guru Yun-Gu menjawab...

Guru Yun-Gu: Nasib dibuat oleh diri sendiri. Baik atau buruk nasib

kita ditentukan oleh diri kita sendiri. Jika berbuat kejahatan, bencana pasti datang. Jika mengembangkan kebajikan, nasib baik akan menghampiri. Semua itu tertulis dalam kitab-kitab agung kuno tentang kebijaksanaan. Dalam ajaran Agama Buddha, tertulis bahwa jika orang berharap menjadi kaya, punya jabatan, anak laki-laki, anak perempuan, atau umur panjang, ia bisa mendapatkannya. Ia cuma

(21)

perlu mengembangkan kebajikan untuk bisa lepas dari jeratan nasib. Karena ucapan yang tidak benar merupakan pelanggaran berat dalam ajaran Agama Buddha, kita boleh merasa yakin bahwa pernyataan itu bukanlah omong-kosong. Para Buddha dan Bodhisattwa tidak memunyai alasan untuk membohongi kita.

Liao-Fan: Saya tidak begitu paham dengan apa yang dimaksudnya

dengan “mencapai semua yang dicita-citakan”, jadi saya bertanya lagi padanya. Mencius pernah berkata...

Mencius: Apa saja yang dicari bisa didapatkan. Pencarian itu ada

dalam diri kita sendiri.

Liao-Fan: Ini merujuk kepada kualitas-kualitas sebelah dalam seperti

kebajikan, hati yang tulus, dan moralitas. Ini semua merupakan kualitas yang dapat kita raih. Akan tetapi, ketika menyangkut unsur-unsur dari luar seperti kekayaan, ketenaran, dan nama baik, bagaimana kita dapat berusaha untuk mendapatkannya? Bukankah hal ini harus dianugerahkan orang lain supaya dapat tercapai? Guru Yun-Gu menjawab...

Guru Yun-Gu: Mencius benar, tetapi engkau salah memahaminya.

Hui-Neng, Sesepuh Keenam Aliran Zen mengajarkan bahwa...

Sesepuh Keenam Hui-Neng: Semua lapangan jasa ada di dalam hati.

Jika mencari di sebelah dalam, orang dapat berhubungan dengan semua nasib baik dan malapetaka. Yang di luar hanyalah refleksi dari yang di sebelah dalam.

Guru Yun-Gu: Dengan mencari di dalam diri masing-masing, kita tidak

hanya dapat memperoleh kualitas-kualitas spiritual seperti kebajikan, ketulusan hati, dan moralitas, namun juga kekayaan, kemasyhuran,

(22)

Narator: Jika kemakmuran, kemasyhuran, dan martabat telah melekat

dalam takdir seseorang, maka orang tersebut akan mencapainya bahkan meskipun ia tidak mengejarnya. Jika tidak, orang tidak akan mendapatkannya meskipun dengan tipu muslihat dan rencana yang matang.

Guru Yun-Gu: Oleh karena itu, jika orang tidak dapat berefleksi

pada hatinya sendiri melainkan cuma secara membuta mengejar kemasyhuran, nasib baik, dan umur panjang dari sumber-sumber luar, usahanya ini cuma akan sia-sia. Seperti yang pernah dikatakan Mencius ...

Mencius: Dalam berupaya, orang harus mengikuti jalan yang benar.

Dalam meraih, orang meraih apa yang berhak didapatkannya sesuai dengan nasibnya.

Narator : Pada akhirnya, apa pun yang dicapai tetap merupakan

bagian dari takdir orang itu sendiri.

Guru Yun-Gu: Jika orang mencoba mendapatkan kualitas-kualitas ini

dari luar, bahkan melakukan perbuatan buruk untuk mendapatkannya, maka orang itu tidak hanya akan kehilangan kualitas-kualitas sebelah dalamnya, seperti kebajikan dan ketulusan, tetapi juga nasib baik yang telah ada sebelumnya. Bahkan kejahatan yang dilakukan karena adanya ketamakan untuk memperoleh lebih banyak, dapat mengurangi rejeki yang ada dalam takdirnya semula. Dari sini, kita dapat melihat bahwa tidak ada manfaat yang dapat diperoleh dari pencarian secara membuta. Apa yang telah diramal Tuan Kong tentang hidupmu?

Liao-Fan: Saya katakan padanya semua yang telah diramalkan secara

(23)

Guru Yun-Gu: Menurut penilaianmu sendiri, apakah engkau patut

menerima jabatan di kerajaan atau pun seorang anak?

Liao-Fan: Saya merenungkan dengan cukup lama

perbuatan-perbuatan dan sikap saya di masa lalu. Kemudian saya menjawab, “Tidak, saya tidak merasa pantas mendapatkan jabatan di kerajaan maupun seorang anak. Mereka yang mendapatkan jabatan di istana, semuanya memiliki tampang orang yang bernasib baik, sedangkan saya tidak. Saya juga tidak memupuk kebajikan untuk mengembangkan nasib baik. Saya orang yang sangat tidak sabar, tidak toleran, dan tidak disiplin, kalau bicara juga tidak terkendali. Saya juga memiliki keangkuhan dan rasa sombong yang tinggi. Ini semua merupakan tanda-tanda nasib yang kurang baik dan kurangnya jasa-jasa baik. Bagaimana mungkin saya bisa mendapatkan jabatan di istana?”

Narator: Selanjutnya, kita akan melihat mengapa Liao-Fan tidak

mempunyai anak. Suka akan kebersihan merupakan hal yang baik, tapi itu dapat menjadi masalah jika orang menjadi terobsesi oleh kebersihan. Ada pepatah tua yang mengatakan, “Hidup berasal dari debu di bumi dan air yang terlalu bersih sering tidak ada ikannya.”

Liao-Fan: Alasan pertama mengapa saya merasa tidak berhak

mendapatkan seorang putra adalah saya terlalu terikat dengan kebersihan, yang menyebabkan saya kurang memiliki perhatian pada orang lain. Alasan kedua adalah...

Narator: ...keserasian merupakan pemekar semua kehidupan. Liao-Fan: Saya mempunyai watak mudah marah. Alasan ketiga

(24)

Narator: ...Kasih sayang adalah dasar untuk mendapatkan keturunan,

dan kekasaran merupakan akar kemandulan.

Liao-Fan: Saya terlalu menjaga nama baik saya dan tidak mau

berkorban sedikit pun untuk kepentingan orang lain. Alasan keempat adalah bahwa saya berbicara terlalu banyak sehingga menghabiskan banyak tenaga (chi). Alasan kelima adalah bahwa saya suka menegak minuman keras yang melemahkan jiwa saya.

Narator: Untuk tetap sehat, orang jangan tidur di siang hari lalu tidak

tidur hingga larut malam.

Liao-Fan: Alasan keenam saya tidak mempunyai anak laki-laki adalah

kebiasaan saya tidak tidur hingga jauh malam, saya tidak mengerti bagaimana caranya menghemat tenaga saya. Di samping itu, saya mempunyai banyak kelemahan lainnya, terlalu banyak untuk disebutkan satu-persatu. Guru Yun-Gu kemudian berkata...

Guru Yun-Gu: Jadi menurutmu, ada banyak hal dalam hidup ini yang

tidak patut engkau terima, tidak hanya ketenaran dan anak!

Narator: Nasib baik dan nasib buruk keduanya dibentuk dari dalam

hati. Orang bijaksana tahu bahwa semua yang berhasil mereka capai atau pun gagal mereka capai dalam hidup ini adalah hasil dari perbuatan dan pikiran mereka sendiri. Hanya orang bodoh dan tidak mengerti yang menganggap semua itu adalah nasib dan takdir!

Guru Yun-Gu: Mereka yang memunyai uang jutaan dalam hidup ini

pasti telah mengembangkan nasib baik yang setara dengan jumlah uang itu di masa lalu. Mereka yang memiliki uang ribuan, pasti telah mengembangkan nasib baik yang setara dengan hasil tersebut. Mereka yang mati kelaparan, menerima hal itu karena setimpal

(25)

dengan perbuatan mereka di masa lalu. Kita harus memahami bahwa pikiran dan perbuatan orang-orang itu di masa lalu menciptakan nasib mereka di saat ini; hasil karma hari ini semata-mata buah dari perbuatan mereka. Langit sekadar menghukum orang yang berbuat kejahatan dengan penderitaan yang patut mereka terima dan menganugerahkan nasib baik bagi mereka yang memang berhak.

Narator: Bagian selanjutnya adalah nasihat Guru Yun-Gu kepada

Liao-Fan, dengan menggunakan pandangan orang awam, guna meyakinkannya untuk berbuat kebajikan.

Guru Yun-Gu: Memiliki anak sama dengan memiliki buah yang

tumbuh dari benih. Jika benih tertanam dengan baik, buahnya akan tumbuh dengan baik pula. Jika benih tidak tertanam dengan baik, maka buah yang dihasilkan juga tidak akan baik. Contohnya, jika seseorang telah cukup mengumpulkan jasa baik dan kebajikan untuk seratus keturunan, maka dia akan mempunyai keturunan yang akan berlangsung hingga seratus generasi.

Ia yang telah mengumpulkan jasa-jasa dan kebajikan untuk sepuluh keturunan, akan mendapat keturunan hingga sepuluh generasi untuk menikmati hasil baik tersebut. Prinsip yang sama berlaku bagi mereka yang memiliki tiga keturunan atau dua keturunan. Bagi mereka yang tidak mempunyai keturunan sama sekali, itu dikarenakan mereka tidak cukup mengumpulkan jasa-jasa baik dan kebajikan. Bahkan, bisa jadi mereka malah telah memupuk kejahatan!

Sekarang, setelah mengenali kelemahan-kelemahan diri sendiri, engkau dapat berusaha untuk mengubah dan memperbaiki perbuatan-perbuatan salah yang telah menyebabkan engkau tidak mempunyai anak dan tidak dapat menjadi pejabat di istana. Engkau harus berupaya mengembangkan kebajikan dan tenggang rasa,

(26)

memperlakukan orang lain dengan penuh welas-asih dan harmoni. Di samping itu, jagalah kesehatan dan hematlah tenaga serta semangatmu.

Hiduplah seolah-olah semua yang berasal dari masa lalu telah buyar kemarin, dan semua yang akan datang dimulai hari ini. Jika mampu mencapai ini, engkau telah menjadi orang yang baru dilahirkan kembali. Jika tubuh fisik kita saja diatur oleh nasib, bagaimana mungkin pikiran yang penuh kebajikan dan disiplin tidak mendapatkan tanggapan dari langit? Seperti yang tertulis dalam bab Tai Ja dalam Kitab Tiongkok Tentang Sejarah...

Narator: “Orang bisa saja lari dari apa yang telah ditentukan oleh

langit, tetapi ia tidak akan pernah lepas dari akibat perbuatan-perbuatan buruk yang telah dilakukannya.” Dengan kata lain, orang dapat merubah hukuman yang harus diterima akibat perbuatan masa lalu, tetapi jika ia terus bersikap tidak bermoral maka tidak akan ada jalan baginya untuk menghindari malapetaka.

Guru Yun-Gu: Ini juga tertulis dalam Kitab Syair-Syair...

Narator: “Orang-orang harus terus merenungkan dengan

sungguh-sungguh pikiran dan tindakan mereka apakah telah sesuai dengan jalan langit. Jika ia berlatih tekun dengan cara ini, nasib baik juga akan datang tanpa perlu dikejar. Pilihan untuk mendapatkan nasib baik atau kesengsaraan semata-mata terserah pada masing-masing individu.”

Guru Yun-Gu: Tuan Kong telah meramalkan bahwa engkau tidak akan

menerima pengangkatan dari kaisar dan tidak akan mempunyai anak. Kita dapat menganggap hal tersebut sebagai ketetapan dari langit, namun itu pun tetap dapat diubah. Engkau hanya perlu memperbaiki

(27)

jalanmu yang tidak benar, melakukan perbuatan-perbuatan baik dan berusaha mengumpulkan jasa-jasa dan kebajikan. Itu merupakan transaksi dirimu sendiri untuk menciptakan nasib baik, tidak seorang pun dapat merampasnya darimu. Bagaimana mungkin engkau tidak akan dapat menikmatinya?

Narator: I Ching, Kitab Tentang Perubahan, ditulis untuk menolong

orang-orang yang baik hati memperoleh nasib baik dan terhindar dari kemalangan.

Guru Yun-Gu: Jika semuanya telah ditakdirkan tanpa menyisakan

tempat bagi perubahan, bagaimana bisa kita memperbaiki nasib, mendatangkan keberuntungan dan menghindari kemalangan? Bab pertama dari I Ching, Kitab Tentang Perubahan juga menyatakan...

Narator: “Keluarga-keluarga yang sering melakukan kebajikan akan

membuka pintu kepada nasib baik yang berlimpah untuk dilanjutkan pada keturunan mereka selanjutnya.”

Guru Yun-Gu: Engkau percaya akan hal ini?

Liao-Fan: Saya mengerti dan percaya pada Guru dan dengan penuh

rasa terima kasih saya memberi hormat padanya. Lalu di depan pratima Buddha saya mulai menyesali semua tindakan-tindakan saya yang salah di masa silam, baik kesalahan besar maupun kecil. Saya mencatat harapan saya untuk dapat lulus ujian negara dan bersumpah untuk menyelesaikan 3.000 perbuatan bajik untuk menunjukkan rasa terima kasih kepada para leluhur, bumi dan langit. Mendengar sumpah saya, Guru Yun-Gu menunjukkan pada saya sebuah gambar dan mengajarkan bagaimana membuat catatan harian dari perbuatan baik dan perbuatan jahat yang saya lakukan. Dia memberitahukan saya bahwa perbuatan jahat dapat menetralisir jasa-jasa yang telah

(28)

saya kumpulkan dari perbuatan baik. Guru juga mengajarkan saya bagaimana melafalkan mantra Jwun Ti (Cundi); suatu untuk melatih pikiran untuk berkonsentrasi pada satu tujuan. Hanya dengan pikiran yang murni dan tidak terpencar-pencar, apa yang saya cari dapat menjadi kenyataan. Guru Yun-Gu lalu berkata...

Guru Yun-Gu: Engkau juga dapat mempelajari cara yang benar dalam

mempraktikkan seni menulis mantra. Dikatakan, “Mereka yang dianggap ahli dalam seni menulis mantra tapi tidak tahu cara yang benar untuk melakukannya akan ditertawakan oleh para dewa dan makhluk halus...” Rahasia di balik penulisan mantra adalah tidak adanya pikiran apa pun di benak penulisnya dari awal hingga akhir. Dalam proses penulisan, tidak boleh ada satu pikiran salah pun yang muncul; bahkan pikiran-pikiran yang baik sekalipun juga harus ditinggalkan. Hanya dalam keadaan demikian suatu mantra dapat berhasil. Ketika meminta atau mencari sesuatu untuk mengubah takdir, sangatlah penting untuk melakukannya dengan pikiran yang hening. Dengan cara ini, keinginan dapat dengan mudah terpenuhi.

Guru Yun-Gu: Mencius menguraikan dalam Kaidah-Kaidah Pembentukan

Takdir bahwa...

Mencius: Tidak ada perbedaan antara umur panjang dan umur

pendek.

Guru Yun-Gu: Sekilas, orang akan sukar memahami hal ini. Bagaimana

umur panjang bisa sama dengan umur pendek? Pada kenyataannya, jika melihat ke dalam hati kita sendiri, kita tidak akan menemukan dualitas, tidak ada bedanya. Kita akan melihat semuanya ini dengan tidak membeda-bedakan, dan menjalankan hidup bermoral, baik di masa senang maupun sulit. Jika dapat berlatih dengan cara ini, orang akan dapat menguasai takdir kesejahteraan dan kemelaratan. Oleh

(29)

sebab itu, jika telah mampu membentuk takdir kita sendiri, tidaklah penting lagi apakah pada saat ini kita kaya atau miskin.

Narator: Seperti halnya orang kaya tidak boleh bertindak ceroboh

dalam pikiran dan tindakannya karena ia kaya, orang miskin juga jangan melakukan kejahatan karena ia miskin. Dalam kedua keadaan itu, orang harus memenuhi tanggung jawabnya dalam masyarakat dan menjadi orang yang dipenuhi kebajikan.

Guru Yun-Gu: Jika orang dapat mempraktikkan moralitas pada

keadaan apa pun, maka dia pasti akan dapat merubah hidup yang miskin menjadi kaya, dan hidup yang kaya menjadi kemakmuran yang lebih panjang lagi. Orang harus memandang umur panjang sama dengan umur pendek. Orang yang telah tahu ia berumur pendek jangan berpikir, “Saya toh akan mati, jadi tidak ada gunanya berbuat kebaikan. Lebih baik mencuri dan membunuh untuk keuntungan saya selagi masih bisa.”

Narator: Sebaliknya, orang yang telah tahu ia berumur pendek harus

lebih rajin dalam berbuat baik, dengan harapan memperoleh umur lebih panjang pada kehidupan yang akan datang, dan bisa saja jasa-jasa kebajikannya itu malah akan memperpanjang umurnya pada kehidupan yang sekarang.

Guru Yun-Gu: Orang yang berumur panjang jangan berpikir, “Saya

mempunyai banyak waktu di dunia ini, tidaklah menjadi masalah jika sesekali saya berbuat jahat.”

Narator: Umur panjang tidak datang dengan mudah. Itu harus

disyukuri dan dimanfaatkan untuk mengumpulkan lebih banyak lagi kebajikan dan jasa-jasa baik. Kalau tidak, kita mungkin sedang memperpendek umur kita yang panjang.

(30)

Guru Yun-Gu: Orang yang mengerti prinsip ini, akan mampu merubah

umur pendek menjadi umur panjang dengan berbuat baik.

Persoalan hidup dan mati merupakan masalah yang paling kritis dalam hidup ini. Oleh karena itu, umur panjang dan umur pendek juga merupakan masalah paling penting bagi kita. Prinsip yang sama juga berlaku pada kemakmuran dan kemiskinan, reputasi baik dan buruk. Persoalan hidup dan mati mencakup semua ini.

Narator: Itulah sebabnya Mencius tidak menyinggung

masalah-masalah itu dalam membabarkan kaidah pembentukan nasib, karena dia telah membicarakan umur panjang dan pendek yang mencakup semua persoalan itu.

Liao-Fan: Guru Yun-Gu lalu menceritakan kepada saya ajaran Mencius

untuk memperbaiki diri sendiri.

Guru Yun-Gu: Orang yang hendak memperbaiki diri perlu

melakukannya setiap hari, penuh perhatian pada tingkah lakunya setiap saat, dan memastikan jangan sampai terjadi pelanggaran. Soal mengubah takdir tergantung kepada upaya pengumpulan jasa-jasa baik, upaya untuk mendapatkan tanggapan dari langit. Dalam upaya memperbaiki diri, orang perlu menyadari kesalahannya sendiri dan bertekad untuk mengobatinya seperti menyembuhkan penyakit. Kegigihan sangat dibutuhkan dan pencapaian akan datang saat latihan kita telah matang dan ranum. Dalam hal ini, takdir pasti akan berubah ke arah yang lebih baik. Kita harus mengakhiri semua kebiasaan dan pikiran buruk. Akan merupakan pencapaian yang hebat jika manfaat sesungguhnya dari ajaran ini dapat dirasakan saat orang mencapai keadaan ‘tanpa pikiran’.

(31)

Orang duniawi biasanya bertindak mengikuti pikiran mereka. Apa saja yang dari ‘pikiran’ tidaklah alami. Saya tahu engkau masih belum mampu mencapai keadaan ‘tanpa pikiran’, tetapi jika berlatih melafalkan mantra Jwun Ti terus-menerus, engkau akan terbantu dalam mengatasi pikiran yang melantur. Saat sedang melafalkan, jangan memikirkan pelafalan itu, tetapi dengan penuh kesadaran dan tekun melafalkan tanpa kemelekatan sedikit pun. Mantra itu akan efektif saat pelafalan itu telah menjadi alami.

Narator: Intisari latihan ini hanya akan dimengerti jika orang sudah

mempraktikkannya.

Liao-Fan: Dahulu nama saya adalah Shuei Hai, yang berarti

“pengetahuan luas”, tetapi setelah menerima ajaran-ajaran ini dari Guru Yun-Gu, saya mengubahnya menjadi Liao-Fan, yang mempunyai makna “melampaui yang biasa”. Itu mencerminkan pengertian saya terhadap kebenaran bahwa kita membentuk takdir kita sendiri, dan bahwa saya tidak ingin seperti manusia duniawi yang membiarkan takdir mengendalikan hidup mereka.

Sejak itu, saya mulai menjadi sadar setiap saat terhadap apa yang saya pikirkan dan lakukan. Saya menjadi sangat waspada dan berhati-hati dalam berpikir atau pun bertindak. Dalam waktu singkat, saya menemukan perubahan dalam diri saya. Dulu, saya terbiasa ceroboh, hidup terombang-ambing, dan sama sekali tidak memiliki disiplin diri.

Sekarang saya melihat diri saya menjadi penuh rasa hormat dengan sewajarnya, berhati-hati dan konservatif dalam setiap pikiran, ucapan, dan perbuatan. Saya mempertahankan sikap ini bahkan ketika sedang sendiri, karena saya tahu para dewa dan makhluk halus ada di mana-mana dan akan mengetahui setiap tindakan dan pikiran saya. Bahkan saat bertemu dengan orang-orang yang tidak menyukai dan

(32)

memfitnah saya, saya dapat menerima hinaan mereka dengan sabar, dengan pikiran yang damai, dan sama sekali tidak merasa perlu untuk bertengkar dengan mereka.

Tahun setelah saya bertemu Guru Yun-Gu, saya mengikuti ujian awal kerajaan yang menurut ramalan Tuan Kong akan saya lewati dengan ranking ketiga. Sungguh menakjubkan! Saya memperoleh ranking pertama! Ramalan Tuan Kong mulai kehilangan ketepatannya. Dia bahkan tidak meramalkan saya akan lulus ujian negara, tetapi pada musim gugur itu, saya berhasil! Tidak satu pun dari semua ini merupakan bagian dari takdir saya semula. Guru Yun-Gu berkata...

Guru Yun-Gu: Takdir dapat dirubah.

Liao-Fan: Sekarang saya lebih percaya lagi! Walaupun telah

memperbaiki banyak kesalahan, saya melihat bahwa sekarang saya tidak dapat dengan sepenuh hati melakukan apa yang seharusnya saya lakukan. Bahkan jika pada akhirnya perbuatan itu saya lakukan, itu pun dengan terpaksa dan tidak alami. Saya merenungkan hal itu dan ternyata saya masih memiliki banyak kelemahan.

Narator: Seperti melihat kesempatan berbuat baik, tetapi tidak

memiliki cukup kemauan untuk melakukannya, atau ragu-ragu ketika hendak menolong orang yang membutuhkan.

Liao-Fan: Terkadang saya memaksakan diri untuk berbuat baik, tetapi

perkataan saya masih tetap kurang terkendali dan sering menyakitkan hati. Saya masih dapat mengendalikan diri ketika sedang tidak mabuk, tetapi setelah beberapa cangkir arak, saya mulai tidak disiplin dan kehilangan kendali. Walaupun sering melakukan perbuatan baik dan mengumpulkan jasa-jasa, kesalahan dan kejahatan saya sangat banyak, bahkan barangkali lebih dari perbuatan baik yang saya

(33)

lakukan. Banyak waktu saya terbuang percuma. Saya membutuhkan sepuluh tahun lebih untuk menyelesaikan 3.000 perbuatan baik itu. Saya baru bisa mempersembahkan jasa-jasa baik dari 3.000 perbuatan baik itu di kuil ketika saya kembali ke kampung halaman di selatan beberapa tahun kemudian. Lalu saya mengucapkan harapan saya yang kedua, yaitu seorang putra. Saya bersumpah untuk menyelesaikan 3.000 perbuatan baik lainnya. Beberapa tahun kemudian, ibumu melahirkan dan memberimu nama Tian-Chi.

Setiap kali berbuat kebajikan, saya akan mencatatnya dalam sebuah buku. Ibumu, yang tidak bisa membaca dan menulis, akan menggunakan bulu angsa yang dicelupkan dalam tinta untuk membuat lingkaran merah pada kalender setiap kali dia berbuat baik. Kadang-kadang dia memberi makanan pada fakir-miskin dan membawa hewan hidup dari pasar untuk dibebaskan di alam bebas. Dia mencatat semua perbuatan ini dengan lingkaran merah di kalendernya. Sering kali, dia dapat mengumpulkan lebih dari sepuluh lingkaran merah dalam sehari !

Setiap hari kami melakukan hal ini dan dalam waktu empat tahun, 3.000 perbuatan baik itu berhasil diselesaikan. Sekali lagi, saya mengadakan persembahan jasa, dan kali ini di dalam rumah kita. Pada tanggal 13 bulan ke-9 tahun yang sama, saya mengajukan harapan yang ketiga dan itu adalah lulus pada tingkatan selanjutnya dari ujian kerajaan, tingkat Jinshr. Saya juga bersumpah untuk menyelesaikan 10.000 perbuatan baik. Setelah tiga tahun, keinginan saya terkabul, saya lulus tingkat Jinshr. Saya juga di angkat menjadi walikota daerah Baodi. Ketika menjabat, saya menyiapkan sebuah buku kecil untuk mencatat jasa-jasa dan kesalahan-kesalahan saya, dan me-namakannya Kitab Mendisiplinkan Pikiran.

(34)

Narator: Buku itu dinamakan Kitab Mendisiplinkan Pikiran dengan

harapan dapat membantu dia menghindarkan diri dari pikiran yang salah dan mementingkan diri sendiri.

Liao-Fan: Sejak itu, saya mencatat semua perbuatan baik dan

buruk saya dalam buku tersebut dan menyimpannya di meja tulis. Setiap malam, saya membakar dupa dan membuat laporan tentang perbuatan saya kepada langit pada altar kecil di kebun. Pernah sekali, ibu cemas ketika dia melihat bahwa ternyata saya belum mengumpulkan banyak jasa dan bertanya...

Ibu Tian-Chi: Pada masa lalu, saya mampu membantumu dalam

mengumpulkan perbuatan-perbuatan baik dan kita mampu menyelesaikan 3.000 perbuatan terpuji. Sekarang, kamu telah berjanji untuk menyelesaikan 10.000 perbuatan baik dan sangat sedikit kesempatan untuk melakukannya di sini di dalam kediaman rumah pemerintah. Harus berapa lama sumpahmu baru dapat terlaksana?

Liao-Fan: Malam itu, setelah ibumu mengatakan hal tersebut, saya

bermimpi bertemu dewa dan memberitahukan kepadanya kesulitan saya menyelesaikan 10.000 perbuatan baik. Dewa itu berkata kepada saya...

Dewa: Ketika menjadi walikota, engkau menurunkan tarif pajak

sawah; itu merupakan perbuatan baik yang luar biasa dan perbuatan itu sendiri bernilai 10.000 jasa baik. Sumpahmu sudah terpenuhi!

Liao-Fan: Ketika saya baru menjabat sebagai walikota, para petani

di daerah Baodi harus membayar pajak yang tinggi dan dalam masa jabatan sebagai walikota, saya menurunkan tarif pajak di bidang pertanian hampir setengah dari tarif semula. Tetapi saya tetap merasa aneh...

(35)

Narator: ...bagaimana dewa bisa mengetahui penurunan tarif pajak

itu? Liao-Fan masih menyimpan rasa ragu-ragu dan bertanya-tanya bagaimana satu perbuatan baik bisa bernilai 10.000 jasa baik.

Liao-Fan: Secara kebetulan, Guru Zen, Huan-Yu, mengadakan

perjalanan dari Pegunungan Lima Dataran Tinggi dan singgah di Baodi. Saya mengundangnya ke komplek rumah pemerintah, mem-beritahukan isi mimpi saya dan menanyakan apakah itu bisa dipercaya. Guru Huan-Yu berkata...

Guru Huan-Yu: Ketika melakukan perbuatan baik, orang harus

melakukannya dengan benar dan tulus, tanpa mencari imbalan atau bertindak dengan kepalsuan. Jika orang melakukan perbuatan baik dengan sungguh-sungguh, dan hati yang tulus, maka jasa baik satu perbuatan tersebut sesungguhnya dapat bernilai 10.000 perbuatan baik. Di samping itu, tindakanmu menurunkan tarif pajak di daerah ini memberi manfaat lebih dari 10.000 orang; engkau telah meringankan penderitaan para petani dari beban pajak yang mencekik. Nasib baik yang akan engkau peroleh dari perbuatan ini sangat luar biasa!

Liao-Fan: Mendengar ucapannya, saya diliputi perasaan terima

kasih dan segera memberikan seluruh uang tabungan saya untuk dibawa pulang olehnya ke Pegunungan Lima Dataran Tinggi. Saya meminta Guru Huan-Yu untuk mempergunakan uang tersebut untuk menyediakan makanan kepada 10.000 biksu dan mengadakan pelimpahan jasa dari kebajikan itu.

Tuan Kong telah meramalkan bahwa saya akan mati pada umur 53 tahun. Namun, saya bertahan hidup pada tahun itu tanpa menderita sakit walaupun saya tidak meminta langit untuk memberi umur yang lebih panjang. Sekarang saya telah berumur 69 tahun dan telah hidup 16 tahun lebih dari yang telah ditakdirkan sebelumnya! Kitab Tiongkok

(36)

Narator: “Jalan langit tidak ditetapkan sebelumnya, begitu pula

takdir seseorang. Takdir seseorang tidak ditetapkan, tetapi dibuat dan dibentuk oleh orang itu sendiri.”

Liao-Fan: Semua ini benar adanya, dan saya mulai mengerti bahwa

nasib baik dan kesengsaraan merupakan hasil dari perbuatan diri sendiri. Ini sungguh-sungguh merupakan kata-kata orang yang bijaksana dan suci! Jika ada orang yang mengatakan bahwa nasib baik dan buruk telah ditetapkan oleh langit, maka saya akan menganggap ia sebagai orang biasa.

Tian-Chi, anakku, saya tidak tahu bagaimana jalan hidupmu kelak? Dalam soal nasib kita harus selalu siap menerima yang terburuk; karena itu, bahkan dalam keadaan makmur, bertindaklah seolah-olah kita tidak begitu; dan jika segalanya berjalan sesuai kehendakmu, waspadalah terhadap kemalangan yang mungkin timbul. Ketika hidupmu sedang kaya dan sejahtera, waspadalah terhadap kemiskinan, dan tatkala sedang disukai dan dihormati semua orang, tetaplah berhati-hati dan sederhana. Saat keluargamu sangat dihormati dan dipuja, bersikaplah rendah hati. Ketika pengetahuanmu luas dan dalam, jangan memamerkannya dan tetaplah bersikap rendah hati.

Narator: Enam cara kontemplasi di atas merupakan cara untuk

mengatasi suatu masalah dari sisi lawanya. Jika orang dapat menjaga pikirannya dengan cara seperti itu, maka kebajikan dan moralitas akan tumbuh, dan nasib baik akan bertambah dengan sendirinya.

Liao-Fan: Ketika “perhatian ditujukan pada masa lalu”, kita

harus menyebarkan kebajikan-kebajikan dari para leluhur kita. Ketika “perhatian ditujukan pada masa sekarang”, kita dapat menyembunyikan kesalahan-kesalahan dari orang tua kita sendiri. Itulah yang disebut Mencius sebagai...

(37)

Mencius: Orang tua mengasihi anak-anaknya dan anak-anak mengasihi

orang tuanya.

Liao-Fan: Ketika “perhatian ditujukan kepada negara”, kita dapat

merenungkan bagaimana caranya membalas kebaikan yang telah diberikan negara kepada kita; dan ketika “perhatian ditujukan kepada keluarga”, kita dapat merenungkan bagaimana caranya mengembangkan nasib baik. Ketika “perhatian ditujukan kepada dunia luar”, pikirkanlah bagaimana caranya menolong orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan pertolongan; dan ketika “perhatian ditujukan ke sebelah dalam”, pikirkanlah bagaimana caranya mencegah timbulnya pikiran dan perbuatan yang salah.

Narator: Keenam renungan tersebut merupakan cara yang positif

untuk mengembangkan watak yang baik. Jika orang dapat berlatih dengan cara itu, ia tentu akan menjadi orang sejati yang benar-benar terhormat.

Liao-Fan: Orang harus mampu mengenali kesalahannya setiap hari

untuk bisa memperbaiki kesalahan tersebut setiap hari. Jika tidak mampu mengetahui kesalahan dalam dirimu, maka perbaikan watak menjadi tidak mungkin. Banyak orang pandai di dunia ini yang menolak mengembangkan moralitas dan kebajikan, dan tidak mampu berusaha dengan tekun dalam melakukan pekerjaan mereka. Kegagalan dalam kehidupan mereka nantinya diakibatkan oleh satu kata: kemalasan. Tian-Chi, ajaran Guru Yun-Gu merupakan ajaran yang sangat bermanfaat, dalam, ajaran yang sejati dan benar; saya berharap kamu mempelajarinya dengan cermat dan melaksanakannya dengan sepenuh hati. Kamu harus mempergunakan waktumu dengan bijaksana dan jangan membiarkannya terbuang sia-sia.

(38)
(39)

Ajaran Kedua:

Cara-Cara Mereformasi Diri

Narator: Bagaimana kita bisa bebas dari kesalahan jika tidak terlahir

sebagai orang yang suci dan kudus? Confucius pernah berkata...

Confucius: Orang yang bersalah tidak perlu takut memperbaiki

kesalahannya.

Narator: Setelah berbicara tentang cara menciptakan takdir, Liao-Fan

melanjutkan mengajar anaknya mengenai tiga cara mereformasi diri. Pertama, orang harus merasa malu; kedua, orang harus mempunyai rasa takut; dan ketiga, orang harus mempunyai kebulatan tekad dan keberanian. Jika kita tergerak untuk memperbaiki kesalahan yang kecil sekalipun, maka kesalahan besar akan dapat dihindari dengan sendirinya.

Periode Musim Semi dan Musim Gugur yang disebut-sebut dalam buku ini merujuk kepada suatu periode dalam sejarah Tiongkok lebih dari 2.000 tahun yang lalu ketika negeri sedang mengalami perubahan besar dan kekacauan.

(40)

di kerajaan-kerajaan ini mampu dengan tepat meramalkan apakah masa depan seseorang baik atau buruk, berlimpah rezeki atau penuh bencana, dengan cara mengamati ucapan dan perilaku orang tersebut. Kejadian-kejadian ini banyak tercatat dalam buku sejarah. Biasanya, ada tanda-tanda bahwa bahaya sedang mengancam, atau nasib baik sedang menghampiri. Tanda-tanda ini merupakan cermin dari hati seseorang. Walaupun pikiran muncul dari dalam hati, gerak-gerik tubuh dapat mencerminkan watak seseorang.

Narator: Misalnya, jika orang memunyai hati yang baik, maka setiap

gerakannya akan menunjukkan kemantapan dan ketenangan. Jika orang itu licik, maka tubuhnya akan menggambarkan sifat yang picik dan kerdil dengan sendirinya.

Liao-Fan: Sering kali seseorang lebih beruntung jika bertindak ke

arah kebaikan dan mengundang kesulitan ketika condong ke arah kejahatan. Orang-orang duniawi sering kali tidak mampu melihat apa yang sesungguhnya sedang terjadi. Seolah-olah penglihatan mereka telah kabur. Karena tidak mampu melihat kebenaran, mereka menyatakan bahwa nasib baik dan malapetaka tidak dapat diperkirakan.

Ketika benar-benar jujur dan tulus, hati orang selaras dengan kehendak langit. Karena itu, jika orang mampu menggunakan sikap yang tulus ini dalam berhubungan dengan orang lain dan masalah sehari-hari, nasib baik dengan sendirinya akan mengikutinya. Ini berarti bahwa dalam mengamati seseorang, kita hanya perlu memberikan perhatian pada tingkah laku orang tersebut. Jika tingkah lakunya mencerminkan kebajikan, maka dapat dipastikan nasib baik juga tidak akan jauh darinya.

(41)

Narator: Sebaliknya, ketika melihat tingkah laku yang tidak baik,

kita segera tahu bahwa kesulitan sedang menunggunya. Jika benar-benar ingin bernasib baik dan terhindar dari kesengsaraan, orang pertama-tama perlu mereformasi kesalahan-kesalahannya sebelum mempraktikkan kebajikan.

Liao-Fan: Ada tiga cara mereformasi kesalahan seseorang. Pertama,

rasa malu. Pikirkanlah orang-orang bijaksana dan suci di zaman dulu yang nama dan ajarannya telah bertahan selama ratusan generasi. Mereka orang-orang biasa seperti kita, tetapi mengapa nama saya tercemar dan rusak hanya dalam satu masa kehidupan? Kesemuanya disebabkan saya terlalu memanjakan diri dengan kesenangan jasmaniah dan tenggelam dalam lingkungan yang tidak baik. Saya dengan diam-diam melakukan banyak hal yang seharusnya tidak saya lakukan, dan mengira tidak ada orang lain yang tahu tentangnya. Kadang-kadang saya mengabaikan hukum negara dan tidak merasa malu terhadapnya.

Tanpa disadari, saya telah merendahkan diri saya setiap hari sehingga tidak berbeda lagi dengan binatang. Tidak ada di dunia ini yang lebih memalukan dan disesali seperti ini. Mencius pernah berkata...

Mencius: “Malu” merupakan kata yang paling penting dalam

kehidupan seseorang. Mengapa? Sebab orang yang tahu malu, akan berusaha sekuat tenaga memperbaiki kesalahannya, dan pada akhirnya ia akan mencapai kesucian atau menjadi orang suci. Orang yang tidak mengerti kata “malu” akan menjadi tidak terkendali dan tidak bermoral. Orang ini hanya akan menjadi seperti binatang nantinya.

Liao-Fan: Kesemua ini benar-benar kata kunci untuk mereformasi

(42)

akan rasa takut”. Apa yang kita takutkan? Bumi, makhluk-makhluk halus, langit, dan para dewa ada di atas kepala mengamati semua perbuatan kita.

Narator: Mereka itu berbeda dari manusia karena mampu melihat

segala sesuatu tanpa rintangan. Karena itu, tidak mudah menipu mereka.

Liao-Fan: Meskipun perbuatan itu dilakukan di tempat yang tidak

ada orangnya sama sekali, bumi, makhluk halus, langit, dan para dewa akan menjadi cermin yang dengan jelas memantulkan semua kesalahan saya. Jika pelanggaran itu berat, maka segala jenis malapetaka akan menimpa saya; jika kecil, pelanggaran itu tetap bisa mengurangi nasib baik saya. Bagaimana bisa saya tidak merasa takut? Setiap saat, bahkan ketika sedang berada dalam ruangan kosong pun, makhluk-makhluk halus dan para dewa mengawasi saya dengan seksama dan mencatat semuanya. Kita dapat mencoba menutupi perbuatan salah kita dari orang lain...

Narator: ...tetapi makhluk halus dan para dewa dapat melihat sampai

ke dalam hati kita dan karena itu mereka mengetahui segala tindakan kita.

Liao-Fan: Akhirnya, kita tidak dapat membohongi diri kita sendiri.

Kita akan malu dan kehilangan harga diri jika orang lain mengetahui perbuatan salah kita. Karena itu, bagaimana mungkin kita bisa tidak berhati-hati terhadap setiap tindakan kita dan tidak merasa takut terhadap akibat yang akan ditimbulkannya? Tetapi ada yang lebih penting dari itu! Sepanjang orang masih memiliki setarik napas, dia masih memunyai kesempatan menyesali kesalahan dan pelanggaran yang paling gawat sekalipun.

(43)

Narator: Dahulu, ada orang yang bertingkah laku buruk sepanjang

hidupnya, dan baru merasa menyesal saat hampir meninggal. Dia menyadari kesalahan di masa lalu dan menyesali semua perbuatan yang buruk yang telah dia lakukan. Hatinya memunculkan pikiran yang sangat baik, dan segera setelah itu, dia meninggal dengan damai.

Liao-Fan: Ini artinya, jika orang mampu mempunyai pikiran baik yang

berlimpah dan berani pada saat yang paling penting, maka pikiran itu dapat menghapus perbuatan salah selama ratusan tahun. Seperti halnya, cuma sebuah lampu yang diperlukan untuk membawa terang ke dalam sebuah lembah yang telah gelap gulita selama ribuan tahun. Tidaklah penting berapa lama orang telah melakukan kejahatan atau apakah perbuatan jahat itu baru dilakukan. Dia tetap merupakan orang yang hebat, jika mampu berubah!

Narator: Walaupun kita telah berbuat salah, sungguh baik jika kita

mampu mengubahnya. Tetapi jangan lantas berpikir bahwa boleh berbuat jahat di masa sekarang asal kita dapat menyesali dan memperbaikinya di kemudian hari. Ini sama sekali tidak boleh terjadi. Jika orang melakukan kejahatan dengan sengaja, pelanggarannya menjadi jauh lebih berat dari sebelumnya.

Liao-Fan: Di samping itu, kita hidup dalam dunia yang kacau balau

dan terus-menerus berubah. Tubuh kita, terbuat dari daging dan darah, sangatlah mudah rusak. Jika napas berikutnya tidak muncul, tubuh ini tidak lagi menjadi bagian dari diri kita. Saat itu, walaupun ingin bertobat, kita tidak lagi memunyai kesempatan untuk me-lakukannya.

Narator: Demikian juga halnya, ketika meninggal, orang tidak dapat

membawa serta barang-barang duniawi miliknya. Hanya karma yang menyertai kepergiannya.

(44)

Liao-Fan: Oleh karena itu, jika melakukan perbuatan salah, hukuman

yang pantas di dunia ini adalah nama buruk dan reputasi yang hancur, yang berlangsung ratusan hingga ribuan tahun. Bahkan anak yang berbakti dan cucu yang menyayangi tidak dapat membersihkan namanya. Dan dalam kehidupan yang akan datang, orang tersebut dapat berakhir dalam derita neraka dengan rasa sakit yang tidak terkira. Bahkan orang-orang bijaksana dan suci, para Buddha dan Bodhisattwa tidak dapat menolong orang tersebut dari akibat perbuatannya. Jadi bagaimana mungkin orang tidak menjadi takut? Cara ketiga untuk memperbaiki diri adalah dengan memunyai “kebulatan tekad dan keberanian.”

Narator: Orang yang ragu-ragu memperbaiki kesalahannya adalah

orang yang sebenarnya tidak mempunyai keinginan untuk berubah, tetapi sudah merasa puas jika tidak ketahuan.

Liao-Fan: Tenaga kemauannya mungkin tidak cukup kuat, membuatnya

takut untuk merobah perbuatan salahnya. Supaya reformasi dapat berlangsung, kita harus mempergunakan seluruh kemampuan kita dan bertekad untuk segera melakukan perubahan. Kita tidak boleh ragu-ragu atau menunda memperbaiki kesalahan kita. Jangan menunda untuk berubah sampai besok lusa.

Kesalahan kecil seperti duri menancap di daging kita dan harus segera dikeluarkan. Kesalahan besar seperti jari yang digigit oleh ular beracun. Kita harus mampu memotong jari itu tanpa keraguan sedikit pun untuk mencegah racun menyebar dan merenggut nyawa kita. Jika mengikuti ketiga cara yang telah dijelaskan di atas –malu, takut, dan tekad untuk berubah–, maka kepribadian kita pasti akan berubah. Sama seperti sinar matahari mencairkan lapisan es tipis di musim

(45)

semi, kesalahan kita juga akan hilang jika dihadapi dengan ketiga cara di atas.

Selain itu juga ada tiga metode latihan untuk membantu kita melakukan reformasi. Pertama adalah berubah melalui tindakan; kedua adalah berubah melalui penalaran, dan ketiga berubah dari hati.

Narator: Karena metode tersebut berbeda-beda, demikian juga hasil

perubahan yang ditimbulkan. Pertama-tama, mari kita bicarakan tentang “Berubah melalui tindakan”.

Liao-Fan: Misalnya, jika membunuh makhluk hidup pada masa lalu,

saya sekarang bersumpah untuk tidak membunuh lagi mulai hari ini. Jika sering marah-marah dan membentak orang lain di masa lampau, saya bersumpah untuk tidak cepat naik darah mulai hari ini. Ini adalah contoh bagaimana orang berubah melalui tindakan dan menahan diri untuk tidak mengulangi perbuatan salah, serta bersumpah tidak melakukannya lagi. Akan tetapi, seratus kali akan lebih sulit jika kita memaksakan diri untuk tidak berbuat sesuatu daripada kita berhenti melakukannya secara wajar. Jika kita tidak mencabut hingga ke akar-akarnya, melainkan hanya menekannya, kesalahan-kesalahan kita pada akhirnya akan muncul kembali walaupun untuk sementara kita telah berhenti melakukan kesalahan tersebut. Karena itu, metode berubah melalui tindakan tidak dapat menolong kita terbebas dari kesalahan untuk selamanya.

Kedua, saya akan menjelaskan “berubah melalui penalaran”. Kita dapat mencoba memperbaiki diri dengan menahan diri tidak berbuat kesalahan dengan memahami alasan dan prinsip di balik sebab mengapa kita seharusnya tidak melakukannya. Dalam pembunuhan misalnya, kita dapat memperbaiki diri dengan merenungkan...

(46)

Narator: ...mencintai seluruh makhluk hidup adalah kebajikan dari

langit. Semua makhluk hidup ingin hidup dan takut mati. Bagaimana mungkin saya memperoleh ketentraman dengan mengambil hak hidup makhluk lain guna menghidupi diri saya sendiri? Seringkali hewan-hewan dimasak hidup-hidup, seperti ikan atau kepiting. Mereka mungkin belum benar-benar mati disembelih saat dimasukkan ke dalam panci masak. Rasa sakit dan penderitaan seperti itu merasuk hingga ke tulang. Bagaimana kita bisa begitu kejam terhadap hewan-hewan ini?

Ketika makan, kita mempergunakan segala jenis bahan yang mahal dan lezat untuk menyehatkan tubuh kita, cukup untuk memenuhi seluruh meja makan! Tetapi setelah dimakan, bahkan makanan yang paling enak sekalipun akan menjadi kotoran tubuh dan siap dikeluarkan. Pembunuhan yang kita lakukan terhadap makhluk hidup tidak menghasilkan apa pun juga. Menyantap sayuran saja juga dapat menyehatkan tubuh kita. Mengapa kita membiarkan perut kita menjadi kuburan, dan nasib baik kita berkurang hanya karena dinodai oleh pembunuhan?

Liao-Fan: Pikirkan kembali tentang semua makhluk hidup yang

mempunyai daging dan darah. Seperti kita, mereka mempunyai kesadaran. Kita dapat melakukan kebajikan dan membiarkan makhluk-makhluk hidup tersebut merasa aman di sekitar kita. Bagaimana kita dapat terus melukai mereka dan membuat mereka benci pada kita? Jika kita memikirkannya, kita dengan sendirinya akan merasa sedih terhadap hewan-hewan tersebut dan tidak sanggup untuk menelan daging mereka.

Contoh lain dari “berubah dengan penalaran” adalah orang yang sering marah. Mereka perlu berhenti dan berpikir bahwa setiap orang mempunyai kekuatan dan kelemahan masing-masing. Menurut

(47)

penalaran saya, jika menyinggung kelemahan orang lain, saya seharusnya merasa simpati atas kelemahan tersebut dan memaafkan segala kekurangannya. Jika seseorang menyakiti saya tanpa suatu alasan yang jelas, maka masalahnya terletak pada orang tersebut dan tidak ada sangkut pautnya dengan saya. Tidak ada alasan bagi saya untuk marah. Saya juga bisa berpikir bahwa...

Narator: ...tidak ada orang berpikiran sehat yang menganggap dirinya

selalu benar, karena orang yang berpikiran demikian pasti adalah orang dungu. Tidak ada orang terpelajar yang menyalahkan orang lain hanya karena orang lain itu berpengetahuan luas, sebab orang yang benar-benar terpelajar adalah orang yang rendah hati, mencela hanya dirinya sendiri, dan memperlakukan orang lain dengan tenggang rasa. Oleh sebab itu, orang yang mencela orang lain bukanlah orang terpelajar sejati.

Liao-Fan: Oleh karena itu, ketika hal-hal yang terjadi tidak sesuai dengan

yang kita harapkan, itu semua karena kita belum menumbuhkan kebajikan dan moralitas, dan belum cukup mengumpulkan jasa-jasa baik untuk bisa menggugah orang lain! Kita harus selalu melihat ke dalam diri kita sendiri terlebih dahulu apakah kita telah salah memperlakukan orang lain.

Narator: Jika kita berlatih dengan cara ini dan rajin mengembangkan

kebajikan ini, maka kesengsaraan dan fitnah sesungguhnya dapat menjadi tempat latihan untuk memurnikan watak dan mencapai tujuan kita.

Liao-Fan: Oleh sebab itu, kita harus merasa sangat gembira menerima

kritikan dan ajaran orang lain. Untuk apa kita harus marah dan mengeluh karenanya?

(48)

Apalagi, tetap teguh tak tergoyahkan oleh fitnah seperti membiarkan obor terbakar habis dalam ruang. Jika difitnah orang lain dan mencoba membela diri, kita akan seperti ulat sutera di musim semi memintal kepompong membungkus dirinya sendiri. Ada pepatah lama mengatakan...

Narator: “Mereka yang mengikatkan diri dalam kepompong, mencari

kesulitan bagi diri sendiri.”

Liao-Fan: Karena itu, tidak ada untungnya melainkan cuma kerugian

yang diperoleh jika kita marah. Kesalahan dan pelanggaran lain juga dapat dirubah dengan prinsip yang sama. Jika memahami penalaran di balik keputusan untuk mereformasi diri, kita tidak akan membuat kesalahan yang sama dua kali.

Yang terakhir, apakah yang dimaksud dengan “berubah dari hati”? Walaupun kesalahan seseorang dapat ribuan jenisnya, semua itu berasal dari pikiran yang muncul dari batin/hati kita. Jika batin/ hati saya hening dari pikiran, maka tindakan tidak akan muncul dan kesalahan dapat dihindari. Apabila pikiran saya mengakar dalam sifat buruk seperti nafsu, ketenaran, keuntungan atau pun kemarahan, saya tidak perlu mencari jalan menyingkirkan tiap kesalahan itu. Yang diperlukan cuma hati yang baik dan tulus, serta kemauan untuk melakukan kebajikan. Sepanjang batin/hati kita baik dan bajik, pikiran yang salah dengan sendirinya juga tidak akan muncul.

Semua kesalahan berasal dari hati; karena itu, kita harus berubah dari hati. Sama seperti menyingkirkan pohon beracun. Jika ingin membasminya, kita mencabut hingga ke akar-akarnya sehingga pohon itu tidak dapat tumbuh lagi. Mengapa harus bersusah-payah tanpa hasil dengan mencabut daunnya sehelai demi sehelai, dan memotong ranting demi ranting? Cara terbaik memperbaiki kesalahan adalah

(49)

dengan merawat hati kita, maka dengan demikian menjadi mungkin untuk membersihkan kesalahan kita dengan tuntas.

Narator: Ini karena perbuatan salah berasal dari hati kita.

Liao-Fan: Membersihkan hati dapat menghapus pikiran salah dan

buruk, sebelum pikiran itu menjelma menjadi perbuatan buruk. Jika hati bersih, saya dapat mengenali dan menghentikan pikiran yang salah begitu pikiran itu muncul. Pikiran tidak bermoral akan langsung hilang begitu saya menyadarinya.

Jika tidak mampu memperbaiki kesalahan dengan mengubah hati, maka saya akan mencoba cara penalaran mengapa saya perlu membuat perubahan itu. Jika tidak berhasil dengan cara ini, saya akan berusaha memperbaiki dengan cara berubah melalui tindakan dan memaksa pikiran buruk itu pergi.

Cara terbaik adalah dengan mengembangkan hati, dan memahami alasan di balik perlunya dilakukan perubahan. Cara lain adalah dengan memaksa diri kita untuk tidak melakukan perbuatan salah lagi. Kadang-kadang ketiga cara tersebut harus dipergunakan untuk bisa berhasil mereformasi suatu kesalahan.

Narator: Sungguh bodoh jika kita tidak menggunakan cara terbaik,

yaitu memperbaiki diri dari dalam hati, dan melekat pada cara yang lebih rendah yakni memperbaiki diri melalui perbuatan.

Liao-Fan: Bahkan ketika orang bersumpah untuk berubah, diperlukan

bantuan untuk benar-benar bisa berubah. Kita memerlukan peringatan secara terus-menerus dari teman sejati yang menjadi saksi dari setiap perbuatan kita sehari-hari. Dan dalam hal pikiran yang baik dan jahat, kita dapat meminta para dewa dan makhluk halus untuk menjadi

(50)

Saya menerapkan hal ini dengan menulis semua kesalahan saya dan melaporkannya kepada bumi, makhluk halus, langit, dan para dewa. Kita juga perlu menyesali dengan tulus dan sepenuh hati dari pagi hingga malam hari tanpa lalai. Jika kita dapat dengan tulus menyesali perbuatan buruk kita dari satu minggu menjadi dua minggu, lalu dari satu bulan menjadi tiga bulan, dengan meneruskan cara ini, kita pasti dapat mencapai hasil dan manfaatnya.

Narator: Apakah manfaat dari menyesali perbuatan salah? Kita akan

bisa merasa sangat tenang dan hati kita bisa menjadi ringan dan murah. Orang yang kurang cerdas bisa tiba-tiba menjadi bijaksana, dan mampu mempertahankan pikiran yang jernih dan santai bahkan di lingkungan yang mengganggu dan membingungkan. Kita juga akan merasakan pengetahuan yang luas akan segala sesuatu.

Kita akan mampu mengusir segala kebencian saat bertemu dengan musuh dan mempertahankan sikap yang gembira. Kita mungkin bermimpi meludahkan benda hitam; pertanda membuang pikiran salah dan kekuatan negatif, menjadikan hati kita lebih bersih dan murni. Kita juga mungkin bermimpi tentang orang tua bijaksana atau orang suci dari masa silam yang datang mengangkat dan menolong kita, atau kita bermimpi terbang di angkasa tanpa terikat pada hal-hal di bumi. Kita juga mungkin bermimpi tentang segala jenis bendera yang berwarna-warni dan penuh dengan hiasan. Gejala yang tidak biasa ini kesemuanya merupakan tanda-tanda reformasi diri yang berhasil dan lenyapnya pelanggaran-pelanggaran di masa lalu.

Liao-Fan: Namun, orang tidak boleh melihat gejala ini sebagai tanda

kesempurnaan. Sebaliknya, ia harus bertekad memperbaiki diri lebih jauh lagi dan berusaha lebih keras menjalankan reformasi.

(51)

Yu. Sewaktu berumur 20 tahun, dia telah menyadari kesalahan-kesalahannya di masa lampau. Dia mempelajari kesalahan-kesalahan itu dan berusaha memperbaikinya hingga tuntas. Pada umur 21, dia merasa masih belum sepenuhnya memperbaiki seluruh kesalahannya. Ketika berumur 22 tahun, dia merasa umurnya yang ke-21 telah dilewati bak mimpi, tanpa menunjukkan kemajuan yang berarti. Oleh karena itu, tahun demi tahun, dia terus memperbaiki kesalahan-kesalahannya. Ketika dia mencapai umur 50 tahun, Bwo-Yu masih merasa bahwa 49 tahun yang telah lewat dari hidupnya masih penuh dengan perbuatan salah.

Narator: Ini menunjukkan bagaimana istimewanya para leluhur kita

dalam memperbaiki kesalahan!

Liao-Fan: Kita semua hanya orang-orang biasa dengan kesalahan yang

banyaknya sama dengan duri di badan seekor landak. Sering kali, tatkala menoleh ke belakang, kita bahkan tidak mampu mengenali kesalahan yang telah kita perbuat. Ini karena kita ceroboh dan tidak mengetahui cara merenungkan perbuatan kita sendiri. Mirip dengan selaput yang tumbuh di dalam mata. Kita menjadi begitu buta sehingga tidak mampu melihat bahwa tiap hari kita berbuat salah! Orang yang telah terlalu banyak mengumpulkan pelanggaran dan perbuatan yang salah memiliki tanda-tanda tertentu!

Narator: Hati orang itu menjadi bingung dan tertekan, kurang

bertenaga dan kurang memiliki semangat. Ia menjadi sangat pelupa, penuh dengan kecemasan, merasa malu dan sedih saat bertemu dengan orang bajik. Ia menjadi jengkel saat diberi nasihat yang baik, dan tatkala memperlihatkan kebaikan hati kepada orang lain, ia malah diperlakukan dengan kasar. Ia akan terus-menerus mengalami mimpi buruk dimana segalanya kacau balau, dan akan berbicara dengan tidak

(52)

teratur, serta bertingkah laku secara tidak wajar. Ini adalah tanda-tanda dari mereka yang telah melakukan terlalu banyak pelanggaran dan kejahatan.

Liao-Fan : Jika kita mempunyai tanda-tanda seperti tersebut di atas,

kita dapat segera menghimpun kemauan dan memperbaiki semua kesalahan. Penting bagi kita untuk membentuk hidup baru dan jangan menunda lagi!

(53)

Ajaran Ketiga:

Cara-Cara Mengembangkan

Kebajikan

Narator: Pada bab sebelumnya telah dibicarakan tentang banyak cara

memperbaiki kesalahan-kesalahan kita dalam kehidupan sekarang ini, memastikan bahwa hidup yang baik tidak akan menjadi hidup yang tidak baik. Namun, kita masih belum mampu mengubah sebuah kehidupan yang buruk menjadi kehidupan yang baik. Walaupun menjadi orang baik dan melakukan kebajikan di kehidupan sekarang ini, kita tidak tahu pelanggaran apa yang telah kita lakukan di kehidupan sebelumnya. Hukuman yang harus kita terima akibat perbuatan salah di masa lampau masih harus kita jalani. Oleh karena itu, untuk dapat merubah kehidupan yang buruk menjadi kehidupan yang baik, kita tidak hanya harus mereformasi kesalahan kita, tetapi juga harus mempraktikkan segala bentuk kebajikan dan membangun jasa-jasa baik.

Hanya dengan cara ini kita dapat membebaskan diri dari karma yang diciptakan di masa lampau. Sekali perbuatan-perbuatan baik kita terkumpul, kehidupan kita yang buruk dengan sendirinya akan berubah menjadi sebuah kehidupan yang baik; dengan demikian, praktik mengubah takdir dapat dibuktikan!

(54)

Liao-Fan: I Ching, Kitab Tentang Perubahan mengatakan...

Narator: “Keluarga yang melakukan perbuatan-perbuatan baik akan

mengumpulkan nasib baik, yang dapat bertahan hingga banyak generasi.”

Liao-Fan: Mari saya berikan sebuah contoh. Pernah ada sebuah

keluarga bermarga Yen. Sebelum setuju menikahkan anak perempuan mereka kepada seorang laki-laki yang kemudian menjadi ayah dari Confucius, mereka terlebih dahulu memeriksa perbuatan-perbuatan masa lampau dari keluarga laki-laki itu. Setelah mengetahui keluarga tersebut adalah keluarga yang banyak melakukan perbuatan baik dan mengumpulkan kebajikan, keluarga Yen merasa yakin bahwa anak perempuan mereka akan menikah ke dalam keluarga yang makmur dengan keturunan yang hebat. Memang benar, anak mereka kemudian melahirkan Confucius.

Liao-Fan: Confucius pernah memuji Shwun, seorang kaisar Tiongkok,

atas baktinya kepada orang tua, dengan mengatakan...

Confucius: Karena baktinya yang luar biasa kepada orang tua, Shwun

dan leluhurnya akan dikenal dan dihormati orang lain. Keturunannya akan terkenal hingga banyak generasi.

Liao-Fan: Perkataan Confucius terbukti kebenarannya oleh sejarah.

Sekarang saya akan memperlihatkan beberapa kisah nyata bahwa jasa-jasa baik dapat dicapai dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik.

Di propinsi Fukien, ada seorang laki-laki terkenal bernama Rong-Yang yang menjabat sebagai guru kaisar dalam istana. Leluhurnya adalah tukang perahu yang menghidupi keluarganya dengan menolong

(55)

orang-orang menyeberangi sungai. Suatu hari, terjadi badai yang terjadi cukup lama sehingga banjir besar menyapu habis rumah-rumah penduduk. Orang-orang, hewan-hewan dan barang-barang dibawa arus air ke dalam sungai.

Tukang perahu yang lain menarik keuntungan dari situasi ini dan berusaha keras mengumpulkan barang-barang yang terapung. Hanya kakek dan kakek buyut Rong-Yang yang tergerak untuk menolong orang-orang yang hanyut. Mereka sama sekali tidak mengambil barang-barang yang terapung melewati mereka. Tukang-tukang perahu lain semuanya tertawa dan menganggap mereka sangat bodoh. Di kemudian hari, ketika ayah Rong-Yang lahir, keluarga Yang secara perlahan-lahan menjadi makmur. Suatu hari seorang suci menyamar sebagai pendeta Tao berkunjung ke keluarga Yang.

Pendeta Tao: Leluhurmu telah mengumpulkan banyak jasa baik;

keturunanmu akan menikmati kemakmuran dan ketenaran. Ada suatu tempat istimewa di mana engkau dapat membangun makam leluhurmu.

Liao-Fan: Jadi mereka menuruti saran dari rahib Tao tersebut dan tak

lama kemudian, Rong-Yang lahir. Rong-Yang lulus ujian kekaisaran saat baru berumur 20 tahun dan kemudian menerima pengangkatan kekaisaran.

Narator: Kaisar bahkan menganugerahi kakek dan kakek buyutnya

dengan kehormatan kekaisaran yang sama. Keturunannya masih sangat terkenal hingga hari ini.

Liao-Fan: Yang Zi-Cheng asal Ninpo, propinsi Chehkiang adalah contoh

lainnya. Zi-Cheng bekerja sebagai salah seorang pegawai di pengadilan propinsi. Dia adalah seorang yang baik hati, ramah dan patuh pada

(56)

hukum. Suatu kali, hakim tingkat propinsi menghukum seorang penjahat dengan memukulnya hingga muntah darah ke tanah. Kemarahan hakim belum reda dan dia baru saja akan melanjutkan hukuman bagi penjahat itu, ketika Zi-Cheng berlutut dan memohon hakim berhenti memukul penjahat itu. Hakim berkata ...

Hakim: Tidak masalah jika engkau memohon, tetapi bagaimana saya

tidak marah mengetahui orang ini melanggar hukum!

Zi-Cheng: Ketika orang-orang dalam pemerintahan dengan jabatan

yang terhormat dan berkuasa pun melakukan korupsi, dan tidak mengikuti Jalan Benar, bagaimana orang dapat mengharapkan rakyat biasa mematuhi hukum dan perundang-undangan? Di samping itu, pukulan yang berlebihan dapat memaksa tersangka yang tidak bersalah mengaku bersalah. Oleh karena itu dalam kasus seperti ini kita harusnya lebih memiliki pengertian.

Liao-Fan: Hakim tersentuh oleh perkataan Zi-Cheng dan menghentikan

hukuman pukulan tersebut. Walaupun berasal dari keluarga miskin, Zi-Cheng tidak pernah menerima suap. Jika tahanan kekurangan makanan, dia selalu mengambil makanan dari rumahnya walaupun itu berarti lapar bagi dirinya sendiri. Perbuatan welas asihnya ini tidak pernah berhenti dan akhirnya Zi-Cheng mempunyai dua orang anak laki-laki.

Narator: Anaknya yang sulung bernama Shou-Chen dan anak

bungsunya bernama Shou-Zi. Kedua anaknya menjadi sangat terkenal dan memegang jabatan yang penting di pemerintahan. Keturunan dari keluarga Yang ini tetap terkenal untuk jangka waktu yang lama.

Liao-Fan: Ini cerita nyata lainnya yang terjadi pada masa Dinasti Ming.

Referensi

Dokumen terkait