• Tidak ada hasil yang ditemukan

Zaman Prasejarah. Pengantar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Zaman Prasejarah. Pengantar"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Zaman Prasejarah

Pengantar

 Kebudayaan selalu berubah-ubah, lebih-lebih jika ada sebab dari luar, maka perubahan dalam kebudayaan itu mungkin sangat besar dan luas, sehingga timbul kebudayaan baru

 Kebudayaan dewasa sekarang ini adalah hasil dari pertumbuhan dan perkembangan di waktu yang lalu, maka untuk mengetahui-mengenal-menyelami, perlulah ditinjau sejarah

 Guna mengikuti perkembangan umat manusia di bumi ini, terlebih dahulu harus meninjau waktu sejak terjadinya dunia sampai saat ini>> dibagi atas jaman-jaman sbb:

1. Zaman Arkaekum

Zaman ini berlangsung kurang lebih 2.500 juta tahun yang lalu. Diyakini bahwa tidak ada kehidupan pada masa ini karena kondisi kulit bumi yang panas. Bumi masih mengalami perubahan atau penyesuaian menjadi bentuk yang lebih padat sehingga nantinya dapat didiami oleh manusia atau kehidupan. Bentuk bumi diibaratkan sebagai bola gas.

2. Zaman Paleozoikum

Zaman ini berlangsung lebih kurang 340 juta tahun yang lalu. Di bumi sudah ada kehidupan dengan mahluk hidup seperti mikroorganisme, ikan, reptil, dan binatang invertebrata. Zaman ini disebut juga dengan zaman primer. Paleozoikum dikategorikan lagi menjadi 5 zaman, yaitu :

a) Zaman Kambrium, diyakini sebagai waktu pembentukan endapan-endapan, terutama fosil atau jasad air, karena keadaan bumi pada masa itu sebagian besar adalah air.

b) Zaman Silur, ditandai mulai munculnya kelompok binatang baru seperti hewan bertulang belakang atau vertebrata. Juga diketahui bahwa pada zaman ini mulai terjadi perubahan iklim yang mengakibatkan munculnya kelompok binatang baru dan relief-relief alam lainnya.

c) Zaman Devon, pada zaman ini mahluk bertulang belakang bertumbuh semakin pesat dan juga muncul mahluk tak bertulang belakang yang hidupnya di laut atau air. Perubahan iklim juga disimpulkan semakin ekstrem dibandingkan zaman sebelumnya.

d) Zaman Karbon, zaman ini ditandai dengan jumlah karbon bebas di udara pada berbagai bagian bumi. Peninggalan penting dari zaman ini adalah pembentukan daratan baru menjadi benua. Daratan ini bergerak dengan sangat cepat hingga sampai ke posisi saat ini.

e) Zaman Perm, ciri khas dari zaman ini adalah pembentukan lapisan batu bara yang merupakan endapan fosil dari zaman terdahulu yang mulai muncul ke permukaan.

3. Zaman Mesozoikum

Zaman ini berlangsung kurang lebih 140 juta tahun yang lalu. Disebut juga zaman reptil karena pada masa ini jenis reptil mencapai jumlah yang sangat besar dan mendominasi berbagai wilayah bumi. Reptil yang menjadi ciri khas pada masa ini adalah dinosaurus. Mesozoikum disebut juga sebagai zaman sekunder. Dominasi reptil dinosaurus berakhir setelah terjadinya pergeseran lempeng bumi yang menyebabkan perubahan suhu secara ekstrem. Dinosaurus dan reptil lainnya yang termasuk kategori berdarah dingin tidak mampu beradaptasi sehingga mengalami kepunahan. Setelah punahnya dinosaurus dan hewan berdarah dingin lainnya, maka muncullah beberapa jenis burung baru dan binatang menyusui dengan tingkatan yang masih rendah.

(2)

Disebut juga zaman kainozoikum atau zaman hidup baru. Dibedakan menjadi dua zaman utama, antara lain : a) Zaman tersier

Zaman ini berlangsung sekitar 60 juta tahun lalu. Pada masa ini ditandai dengan perkembangan binatang menyusui, khususnya primata. Pada masa ini juga mulai terjadi persebaran tumbuhan ke berbagai daerah atau bagian bumi. Batu bara sudah muncul pula secara sempurna di lapisan bumi.

b) Zaman kuarter

Zaman ini ditandai dengan adanya kehidupan manusia. Dikelompokkan lagi menjadi dua masa berdasarkan perkembangan manusia di masanya, yakni Zaman Plestosen yang ditandai dengan adanya manusia purba dan Zaman Holosen yang terus berkembang sampai saat ini dan ditandai dengan munculnya manusia jenis Homo Sapiens dengan ciri-ciri seperti manusia sekarang.

Zaman Prasejarah

Zaman prasejarah adalah zaman pada saat manusia belum mengenal tulisan (Disebut juga zaman belum ada tulisan). Dimulai sejak adanya manusia sampai manusia mengenal tulisan.

Sumber yang digunakan untuk mengetahui kehidupan prasejarah antara lain fosil dan artefak.

Fosil adalah sisa mahluk yang telah membatu (menjadi batu). Fosil yang dapat memberi petunjuk disebut fosil pandu ( Keifosil) Artefak adalah alat-alat yang digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (terbuat dari batu, tulang maupun logam).

Cara mempelajari peninggalan sejarah zaman purba ada dua cara :

1 Cara stratigrafi adalah cara mempelajari peninggalan purba berdasarkan letaknya di dalam lapisan tanah (sesuai lapisan tanah)

2 Cara Tipologi adalah cara mempelajari peninggalan purba dengan mengelompokkan benda-benda purbakala ke dalam kelompok yang sejenis.

Pembagian zaman prasejarah

.

Kehidupan zaman prasejarah dibedakan menjadi dua :

a. Zaman Batu.

Yaitu zaman dimana semua peralatan dibuat dari batu. Dibedakan menjadi empat yaitu :

i. Zaman Batu Tua (Palaeolithicum)

Memiliki ciri-ciri :

(a) Peralatan terbuat dari batu

(3)

(c) Manusia hidup mencari makan dengan meramu dan berburu (d) Bertempat tinggal berpindah-pindah (nomaden)

(e) Belum mengenal seni.

ii. Zaman Batu Madya (mesolithicum)

Memiliki ciri-ciri :

(a) Peralatan terbuat dari batu

(b) Jenis alat yang digunakan (Kapak genggam, kapak perimbas dan alat serpih) (c) Manusia hidup mencari makan dengan meramu dan berburu

(d) Bertempat tinggal berpindah-pindah (nomaden)

(e) Ditemukannya Kjokkenmoddinger (bukit-bukit karang hasil sampah dapur) (f) ditemukannya Abris Sous Roche (gua-gua sebagai tempat tinggal)

(g) Sudah mengenal seni (lukisan pada dinding gua berbentuk cap tangan dan babi hutan) (h) Alat yang digunakan disebut peble/Kapak Sumatra.

iii. Zaman Batu Muda (neolithicum)

Zaman ini merupakan revolusi pada zaman prasejarah (terjadi perubahan yang mendasar). Dan telah mengenal hasil-hasil kebudayaan sebagai berikut :

(a) Peralatan sudah dihaluskan, diberi tangkai.

(b) Jenis alat yang digunakan kapak persegi dan lonjong.

(c) Pakaiannya dari kulit kayu, perhiasannya dari batu dan manik. (d) Telah bertempat tinggal menetap (sedenter)

(e) Telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme

iv. Zaman Batu Besar (megalithicum)

Hasil kebudayaannya umumnya terbuat dari batu dalam ukuran besar. Hasil benda-bendanya sebagai berikut : (a) Menhir yaitu tugu yang terbuat dari batu besar (untuk tempat memuja arwah leluhur)

(b) Dolmen yaitu meja batu yang digunakan untuk meletakkan sesaji (c) Kubur batu yaitu tempat menyimpan mayat.

(d) Waruga yaitu kubur batu yang berbentuk kubus. (e) Sarkofagus yaitu kubur batu yang berbentuk lesung.

(f) Punden berundak yaitu batu yang disusun berundak-undak (bertingkat)

(4)

Yaitu zaman dimana manusia sudah menggunakan peralatan yang dibuat dari logam. Zaman ini dibedakan menjadi tiga yaitu :

i. Zaman perunggu

Yaitu zaman dimana peralatan yang digunakan di buat dari perunggu, diantaranya :

(a) Nekara Yaitu genderang besar terbuat dari perunggu yang digunakan untuk upacara mengundang hujan. Nekara terbesar ditemukan di Bali yang disimpan di Pura Besakih yang disebut The Moon Of Pejeng.

(b) Moko yaitu genderang kecil terbuat dari perunggu yang digunakan untuk upacara keagamaan atau mas kawin. (c) Kapak corong – kapak sepatu.

(d) Arca perunggu berbentuk orang atau binatang.

(e) Bejana perunggu berbentuk gitar spanyol tanpa tangkai. (f) Perhiasan perunggu berupa gelang, cincin, dan kalung.

ii. Zaman Tembaga

Indonesia tidak mengalami zaman tembaga, setelah zaman perunggu Indonesia memasuki zaman besi.

iii. Zaman Besi

Menghasilkan benda peralatan hidup dan senjata, antara lain tombak, mata panah, cangkul, sabit dan mata bajak.

Perkembangan Masyarakat Zaman Batu

Zaman batu adalah masa prasejarah yang luas, ketika manusia menciptakan alat dari batu karena belum memiliki teknologi yang lebih baik. Bagaimanakah perkembangan masyarakat pada Zaman Batu? Untuk mengetahui lebih lanjut, mari simak bahasan berikut.

Disebut Zaman Batu karena pada masa ini perkakas manusia (purba) yang menjadi penghuninya masih terbuat dari batu. Demikian juga benda-benda budaya dari manusia praaksara pada zaman ini yang banyak terbuat dari batu. Ciri perkakas dari batu ini sedikit banyak juga memberikan gambaran kepada peneliti setelahnya mengenai tingkat pengetahuan maupun kebiasaan sosial dan ekonomi mahluk purba di masa itu.

Berdasarkan tingkat kerumitan perkakas masyarakatnya, Zaman Batu dikelompokkan menjadi 4 bagian utama yaitu : 1. Zaman Batu Tua (Paleolithikum)

Diperkirakan berlangsung pada masa plestosen lebih kurang 650.000 tahun yang lalu. Pada masa ini juga berlangsung zaman es (glasial) sehingga turut memperlambat perkembangan kebudayaan masyarakatnya. Perkakas yang dihasilkan masih sangat kasar dikarenakan masih minimnya pengetahuan tentang cara pembuatan alat-alat. Perkakas dihasilkan dengan cara dibenturkan satu sama lain untuk menghasilkan bentuk yang diinginkan. Berdasarkan tempat pernemuannya, zaman batu tua dibagi menjadi dua, yaitu :

a) Kebudayaan Pacitan

Di Pacitan dijumpai kapak genggam, kapak perimbas, kapak penetak, flake (alat serpih) dan beberapa perkakas kasar lainnya. Disebut kebudayaan Pacitan karena lokasi penemuan perkakas yang terbesar berada di daerah ini, tapi dalam penelitiaannya ditemukan juga

(5)

Perigi dan Gombong (Jawa Tengah), Awang Bangkal (Kalimantan Selatan), serta beberapa daerah lainnya. b) Kebudayaan Ngandong

Di Ngandong lebih banyak dijumpai alat-alat serpih (flakes) dan beberapa alat-alat batu. Keduanya dihasilkan dengan teknik pembuatan yang masih kasar. Penemuan terbanyak ditemukan di Ngandong dan Sidorejo (Jawa Timur). Sedangkan di Sangiran (Jawa Tengah) dan Cabenge (Sulawesi Selatan) ditemukan alat serupa namun dengan kuantitas lebih kecil. Disebut juga dengan kebudayaan Ngandong karena di daerah inilah ditemukan banyak fosil Pithecanthropus oleh Von Koenigswald di rentang tahun 1931-1933.

2. Zaman Batu Tengah (Mesolithikum)

Disebut juga Zaman Batu Madya, berlangsung pada masa Holosen. Perkakas yang digunakan oleh mahluk penghuni zaman ini telah

mendapat pengaruh dari wilayah Asia daratan. Alat-alat yang digunakan masih meminjam model dari Zaman Batu Tua namun mengalami perubahan dalam cara pembuatan karena pengaruh dari luar. Pada masa ini juga ditemukan banyak sampah-sampah dapur dari kulit kerang di gua-gua pesisir pantai timur Sumatera dan pedalaman Jawa, Sulawesi, maupun Nusa Tenggara Timur sebagai pendukung teori bahwa manusia di masa ini telah mulai menetap walaupun tidak dalam jangka waktu yang lama.

Dari penelitian yang dilakukan, terutama di Indonesia ditemukan bahwa masing-masing daerah yang diklaim pernah ditinggali oleh manusia purba memiliki kekhasan peninggalan budaya masing-masing. Seperti misalnya kebudayaan Tukang Sampung dari ras Papua Melanesoid di bukit-bukit kerang Sumatra Timur, flakes (alat serpih), batu penggiling dan gerabah di gua-gua wilayah Maros, Bone, dan Bantaeng

(Sulawesi Selatan). Sementara di daerah Timor, dan Nusa Tenggara Timur ditemukan alat serpih bergerigi dan alat serpih dari batu obsidian di daerah Priangan, Bandung. Penemuan flakes dalam jumlah banyak di beberapa tempat ini dijuluki Flakes Culture oleh arkeolog Alfred Buhler.

3. Zaman Batu Muda (Neolithikum)

Perkembangan kebudayaan pada masa ini sudah sangat maju. Terutama dikarenakan adanya migrasi bangsa Proto Melayu dari Yunan (Cina Selatan) ke wilayah Asia Tenggara. Pendatang tersebut membawa keahlian untuk mengasah benda-benda hingga halus dan pembuatan

gerabah. Peninggalan kebudayaannya sendiri tersebar secara merata di seluruh Indonesia. Kebudayaan Neolithikum dibagi menjadi dua, yaitu :

a) Kebudayaan Kapak Persegi

Kapak Persegi memliki bentuk persegi panjang atau trapesium. Umum ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, Maluku dan Kalimantan. Berdasarkan penelitian, kebudayaan kapak persegi diyakini menyebar dari Asia daratan ke Nusantara melalui jalan barat yaitu Yunan (Cina Selatan), Semenanjung Malaka dan menyebar ke Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan sebagainya. Pada beberapa tempat tersebut juga dijumpai banyak pusat-pusat kerajinan kapak persegi yang umumnya dibuat dari batu-batu chalcedon yang sangat halus. Diperkirakan benda tersebut adalah lambang upacara, jimat, dan alat tukar.

b) Kebudayaan Kapak Lonjong

Disebut kapak lonjong karena penampangnya berbentuk lonjong dengan ujung lancip dan memiliki tangkai, sementara ujung lainnya diasah hingga tajam. Kapak berukuran besar dinamakan Walzenbeil dan yang berukuran kecil disebut Kleinbeil. Penyebaran kapak lonjong sebgian besar ditemukan di Papua. Karenanya disebut juga dengan Neolithikum Papua.

4. Zaman Batu Besar (Megalithikum)

Kebudayaan Batu Besar adalah kebudayaan yang ditandai dengan bangunan-bangunan monumental yang terbuat dari batu-batu besar.

Diyakini pendirian bangunan-bangunan tersebut adalah untuk tujuan pemujaan terhadap arwah. Kebudayaan ini sendiri berlanggsung hingga Zaman Logam. Akibat lamanya jangka zaman ini berlangsung, sampai sekarang masih banyak dijumpai sisa-sisa tradisi tersebut di berbagai wilayah Indonesia.

Beberapa hasil kebudayaan Megalithikum yang menonjol adalah :

a) Menhir, yakni tugu besar yang terbuat dari batu inti, banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.

b) Dolmen, yaitu batu besar menyerupai meja dan terbuat dari batu utuh yang dihaluskan.Banyak ditemukan di Bondowoso (Jawa Timur). c) Sarkofagus, yakni batu yang dibentuk seperti lesung dengan wadah dan tutup. Banyak dijumpai di Bali.

d) Peti Kubur Batu, yaitu bangunan dengan empat papan batu atau lebih menyerupai bentuk peti mati. Banyak ditemukan di Sumatera dan Kuningan (Jawa Barat)

(6)

PERKEMBANGAN MASYARAKAT ZAMAN LOGAM

Istilah ‘Zaman Logam’ menjadi penegasan bahwa pada masa itu kebudayaan dan alat-alat masyarakat telah mempergunakan logam dengan teknik pembuatan yang lebih maju. Secara umum di Indonesia, zaman logam disebut juga zaman perunggu karena alat-alat besi yang

ditemukan sebagai simbol kebudayaan masyarakat purba jumlahnya terlalu sedikit bila dibandingkan dengan penemuan alat-alat berbahan perunggu.

Peralatan yang ditemukan dan dinilai cukup penting pada masa ini adalah kapak corong, nekara, perhiasan, bejana perunggu, dan arca

perunggu. Persebaran peralatan peninggalan tersebut ditemukan di banyak daerah nusantara, seperti Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Selatan, dan Papua. Sementara secara spesifik berdasarkan jenisnya, kapak corong dengan bentuk corong dan tangkai kayu banyak

ditemukan di daerah Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, Jawa, Bali dan Papua. Sedangkan dari segi penggunaannya, kapak corong yang difungsikan sebagai alat upacara atau kemudian dikenal dengan sebutan candrasa banyak dijumpai di Yogyakarta dan Nusa Tenggara. Nekara atau genderang besar dari perunggu sebagai salah satu peralatan dari masa ini banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Bali, Pulau Sangean, Sumbawa dan Kepulauan Kei. Nekara berfungsi dalam upacara keagamaaan dengan hiasannya sebagai petunjuk untuk upacara dan kebudayaan masyarakat yang berkembang pada saat itu. Selain fungsi dimaksud, hiasan nekara juga dijadikan penunjuk persebaran kebudayaan perunggu (logam).

Dalam proses pembuatannya, logam diolah dengan beberapa teknik untuk menjadi wujud yang dibutuhkan manusia pada masa itu. Diantaranya adalah :

1. Teknik Bivalve

Teknik ini menggunakan dua cetakan yang dirapatkan dengan lubang di bagian atasnya untuk dituang logam cair. Setelah didinginkan, maka cetakan dibuka untuk melihat bentuk alat yang ingin dihasilkan.

2. Teknik A Cire Perdue

Pembuatan dengan cara ini didahului pembuatan alat cetak dari tanah liat sebagai inti, yang kemudian dihias dengan pola tertentu. Selanjutnya alat cetak diisi lilin dan kemudian dipanaskan sampai lilin keluar dari cetakan, lantas didinginkan.

Secara umum di dunia, zaman logam dibagi ke dalam tiga periode berdasarkan pemakaian logam yang ditemukan sebagai peninggalan mahluk purba, yaitu :

1. Zaman Tembaga

Dokumentasi terkait Zaman Tembaga dapat dikatakan sangat terbatas, karena periode ini tidak berlangsung merata di bumi, melainkan hanya di beberapa tempat saja seperti benua Amerika dan Eropa. Terlebih untuk Asia Tenggara yang sama sekali tidak mengenal periode ini.

2. Zaman Perunggu

Pada periode ini, manusia sudah mulai melakukan eksperimen peleburan untuk mencampur dua bahan utama sebagai pembentuk perkakas yang mereka gunakan. Timah dan tembaga dilebur untuk menghasilkan jenis logam baru yang lebih kuat, yaitu perunggu.

3. Zaman Perak

Seiring dengan kemampuan manusia pada masa itu untuk melakukan peleburan dua jenis logam, mereka pun melakukan eksperimen untuk menghasilkan jenis logam baru yang kuat namun lebih lentur dibandingkan perunggu. Ini didorong juga oleh kenyataan kian langkanya timah yang dulu mereka kombinasikan dengan tembaga untuk membentuk perunggu. Teknik peleburan perak dianggap mampu

menghasilkan produk yang lebih bisa diandalkan untuk perkakas yang mereka perlukan dibanding dengan pembuatan perunggu.

Dari beberapa fase di zaman logam dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan di setiap periodenya terkait kemahiran masyarakat untuk beradaptasi dengan alam dan menghasilkan alat pendukung kehidupan mereka sesuai kebutuhan. Terjadi pula pergeseran pengetahuan dan kecakapan yang sedikit banyak dipengaruhi oleh percampuran kebudayaan yang didapatkan melalui arus perpindahan dari suatu tempat ke tempat lainnya.

(7)

Batas-batas Prasejarah

 Manusia lahir diantara jaman Tertair dan Quartair

 Pada tingkat pertama, manusia masih berusaha melengkapi dirinya yang serba kekurangan demi mempertahankan hidupnya, sudah berarti hasil kebudayaan

 Permulaan prasejarah jatuhnya bersamaan dengan permulaan jaman geologi quartair, permulaan diluvium

 Jaman prasejarah meliputi waktu mulai dari adanya manusia sampai kepada ada keterangan-keterangan tertulis yang sampai pada kita  Maka prasejarah>> ilmu yang mempelajari manusia beserta peradabannya sejak jaman permulaan adanya manusia sampai kepada jaman

sejarah

 Keterangan tertulis itu ada yang langsung dari bangsa itu sendiri asalnya, adapula yang tidak langsung (bisa dari kontak dengan bangsa lain yang lebih tinggi peradabannya)

Layanan Gratis:

SMS Online Indonesia

,

Jam Online

Kritik dan saran, silahkan sampaikan kepada admin di Facebook https://www.facebook.com/fajar.unsoedatau E-mailwapversi@gmail.com

Copyright © 2016

Fajar Fitrianto

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut dapat diduga karena pertambahan lebar tubuh spons mengikuti substrat tali yang telah merekat erat pada seminggu setelah penusukan substrat berbeda dengan

Sedangkan untuk nilai Koe-fisien Determinasi (KD) yang diperoleh adalah 0,869 yang dapat ditafsirkan bahwa variabel X atau bauran pemasar-an memiliki pengaruh sebesar 0,869

[r]

Akibat hukum dari suatu akta yang se- harusnya dibuat dihadapan PPAT tetapi ka- rena penerima hak tidak memenuhi syarat mendapatkan suatu hak atas tanah maka ak- tanya harus

dimulai. Jika tidak demikian, tinggi kepala harus diperkirakan dengan sering melalui palpasi abdomen untuk mengobservasi apakah kepala janin akan dapat melewati

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa untuk meningkatkan kemampuan praktik shalat anak, gerakan dan sebagian bacaan pendek dalam shalat sesuai tuntunan Nabi

Pertamanan dengan pengusaha desa Kandangan tersebut dimanfaatkan oleh Moh Riski untuk sharing dan berdiskusi dan yang paling penting dukungan untuk membangun

AHMAD SOPYAN, M.Pd NIP... AHMAD SOPYAN,