• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERWAKILAN BPK RI PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN ANGGARAN 2009 NOMOR :.. TANGGAL :.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERWAKILAN BPK RI PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN ANGGARAN 2009 NOMOR :.. TANGGAL :."

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

ATAS

PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

PROGRAM JAMKESMAS

TA 2008 DAN SEMESTER I TA 2009

PADA

PEMERINTAH KOTA PADANG

DI PADANG

PERWAKILAN BPK RI PROVINSI SUMATERA BARAT

TAHUN ANGGARAN 2009

NOMOR : ………..

(2)

DAFTAR ISI

Halaman RESUME HASIL PEMERIKSAAN ... i

BAB I PENDAHULUAN ... BAB II GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

... BAB III HASIL PEMERIKSAAN ...

Evaluasi Sistem Pengendalian Intern ...

1 4 18 18

1. Penyaluran Dana Kapitasi Puskesmas di Kota Padang Tidak Memperhitungkan Sisa Dana Tahun Sebelumnya, Penghitungan Alokasinya Tidak Berdasarkan Petunjuk Teknis dan Terdapat Perbedaan Jumlah Sisa Dana Tahun Sebelumnya Versi BKU

Puskesmas Dengan Laporan Dinas Kesehatan Kota Padang ………... 26 2. Penggunaan Dana Jamkesmas Pada Beberapa Puskesmas di Kota Padang Sebesar

Rp59.052.400,00 Tidak Sesuai Ketentuan ... 29 3. Kebijakan Akuntansi Mengenai Perlakuan Penerimaan Luncuran Dana Jamkesmas

dan Pengeluarannya Pada Puskesmas dan Rumah Sakit Yang Statusnya SKPD di Lingkungan Pemerintah Kota Padang Tidak Sesuai Dengan Pengelolaan Keuangan

Daerah ...………….. 31 4. Terdapat Peserta Ganda Intra dan Antar Masterfile Peserta Jamkesmas dan

Jamkesda Kota Padang ... 34 5. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Padang Tidak Membuat Laporan

Pelayanan Sesuai Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas ... 37 6. Pasien Jamkesmas RSUD Kota Padang Masih Dikenakan Biaya Tambahan ... 39 7. Luncuran Dana Jamkesmas Yang Diterima RSUD Kota Padang Tidak

Memperhitungkan Sisa Dana Jamkesmas dan Rata-Rata Pembayaran Per Bulan

pada Periode Sebelumnya ... 40 8. RSUD Kota Padang Harus Menanggung Seluruh Biaya Pelayanan Pasien Maskin

Yang Tidak Bisa Diklaim ke Jamkesmas Sebesar Rp19.914.263,52 ... 41 9. Sarana dan Prasarana RSUD Kota Padang Kurang Memadai Untuk Memberikan

Pelayanan Sesuai Dengan Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Di Rumah

Sakit... 43 10. Penerimaan Jasa Giro Sebesar Rp20.315.643,00 Yang Terdapat Pada Rekening

Penampungan Dana Jamkesmas RSUD Kota Padang Tahun 2008 dan 2009 Tidak

Disetorkan ke Kas Negara dan Dikenakan Pajak Sebesar Rp5.078.909,00 ... 45 11. Pengajuan Klaim Dana Jamkesmas Oleh Petugas Pengelola Jamkesmas RSUD Kota

Padang Terlambat ...

(3)

12. Luncuran

Awal Dana Jamkesmas Yang Diterima RSUP DR. M. Djamil

Padang Tidak Memperhitungkan Sisa Dana Jamkesmas dan Rata-Rata

Pembayaran Per Bulan di Rumah Sakit ...

49 13. Direktur

Utama RSUP Dr. M. Djamil Padang Tidak Membentuk Tim

Pelaksana Program Jamkesmas ...

51 14.

RSUP Dr. M. Djamil Padang Tidak Membuat Laporan Pelayanan Sesuai

Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas ...

51 15.

Pencairan Klaim RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode September 2008 s.d.

Juli 2009 Belum Berdasarkan Hasil Verifikasi Verifikator Independen ...

52

16.

Proses Entry Data Oleh Petugas Rumah Sakit RSUP Dr. M. Djamil Padang

Untuk Mendukung Pengajuan Klaim Pasien Jamkesmas Terlambat ...

55 17.

Pasien Jamkesmas di RSUP Dr. M. Djamil Padang Masih Dikenakan Biaya

Tambahan ...

56 18.

Terdapat

Pengeluaran Dalam Rangka Kegiatan Manajemen Kepesertaan Yang

Telah Dilakukan Oleh PT Askes (Persero) Cabang Padang Selama Tahun 2009

Namun Belum Didukung Oleh Perjanjian Kerjasama ... 57 19.

Proses

Pengumpulan Data dan Penggantian Kartu Peserta Jamkesmas Kota Padang

dan Kabupaten Padang Pariaman Oleh PT Askes (Persero) Cabang Padang Tidak

Tertib ... 58 20. Penanganan Keluhan Pasien Jamkesmas Tidak Dilaksanakan PT Askes (Persero)

Kantor Cabang Padang Sesuai Ketentuan ... 61 21. PT Askes (Persero) Cabang Padang Tidak Membuat Laporan Analisa Utilisasi

Kepesertaan Program Jamkesmas dan Kebijakan Penyampaian Laporan Bulanan

Secara Berjenjang Kurang Memperhatikan Kepentingan Rumah Sakit ... 62

(4)
(5)
(6)

BAB I

PENDAHULUAN

Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas didasarkan pada :

1. Pasal 23 E, Pasal 23 F, dan Pasal 23 G UUD 1945;

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

3. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

4. Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan; 5. Rencana Kegiatan Pemeriksaan (RKP) Tahun Anggaran 2009

Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas dilakukan dengan mengacu kepada Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan dalam Peraturan BPK-RI Nomor 1 Tahun 2007.

Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas merupakan pemeriksaan dengan tujuan tertentu bersifat eksaminasi yang dilakukan untuk menilai apakah:

1. Sistem Pengendalian Intern (SPI) atas manajemen kepesertaan, penyaluran dan penggunaan dana, pelayanan, serta pertanggungjawaban Program Jamkesmas telah dirancang dan dilaksanakan secara memadai.

2. Dana Jamkesmas telah diterima oleh Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) dalam jumlah, waktu dan cara yang tepat.

3. Pemerintah daerah telah memberikan kontribusi dana bagi masyarakat miskin (maskin) yang tidak tercatat sebagai peserta Jamkesmas.

4. Dana Jamkesmas telah dipergunakan tepat sasaran dan dipertanggungjawabkan sesuai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang berlaku.

Berdasarkan tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan, sasaran pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas meliputi:

1. Kegiatan perencanaan dan penganggaran Program Jamkesmas pada Kantor Pusat Departemen Kesehatan (Depkes) yang mencakup kegiatan penetapan alokasi dana Program Jamkesmas ke dalam Daftar Isian Pengguna Anggaran (DIPA) masing-masing unit Eselon I Depkes, meliputi Sekretariat Jenderal (setjen) d.h.i. Biro Perencanaan dan Anggaran, Biro Umum, dan Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (PPJK); Direktrorat Jenderal Bina Pelayanan Medik (Ditjen Bina Yanmedik); Direktorat Jenderal Bina kesehatan Masyarakat (Ditjen Binkesmas); dan DIPA Dekonsentrasi Setjen Depkes pada masing-masing Dinas Kesehatan (Dinkes) provinsi. Dasar Pemeriksaan Standar Pemeriksaa n Jenis dan Tujuan Pemeriksaan Sasaran Pemeriksaan

(7)

2. Kegiatan pendataan masyarakat miskin peserta Jamkesmas dan penganggaran dana kontribusi Program Jamkesmas oleh pemerintah daerah (Pemda).

3. Kegiatan manajemen kepesertaan Program Jamkesmas oleh PT Askes (Persero) pada Kantor Pusat, Kantor Regional, dan Kantor Cabang/Area Asisten Manajer (AAM) PT Askes (Persero).

4. Kegiatan penyaluran dana Jamkesmas dari Ditjen Bina Yanmedik ke masing-masing PPK Tingkat Lanjutan (RS) dan dari Ditjen Binkesmas ke puskesmas selaku PPK Tingkat Pertama.

5. Kegiatan penggunaan dan pertanggungjawaban dana Jamkesmas oleh PPK. 6. Kegiatan pelayanan Jamkesmas yang dilaksanakan oleh PPK Tingkat Pertama

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan PPK Tingkat Lanjutan yang meliputi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP), Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), RS Angkatan/Polri, RS Swasta, RS Jiwa, dan RS Kusta.

7. Kegiatan pembinaan, pemantauan/monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan oleh Tim Pengelola Pusat, Tim Pengelola Jamkesmas provinsi/kabupaten/kota dan ketertiban penyusunan dan penyampaian laporan secara berjenjang mulai dari RS/puskesmas (PPK), Tim Pengelola Program Jamkesmas tingkat provinsi/kabupaten/kota sampai dengan Tim Pengelola Jamkesmas Pusat.

Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas dilakukan terhadap entitas-entitas berikut:

1. Depkes meliputi Setjen d.h.i. PPJK dan Biro Umum; Ditjen Bina Yanmedik, dan Ditjen Binkesmas.

2. PT Askes (Persero) meliputi kantor pusat, kantor regional, dan kantor cabang. 3. Pemda provinsi/kabupaten/kota sebagai Tim Koordinasi Jamkesmas daerah. 4. Dinkes provinsi/kabupaten/kota sebagai Tim Pengelola Jamkesmas daerah. 5. RSUP, RSUD, RS Angkatan/Polri, RS Swasta, RS Jiwa, dan RS Kusta. 6. Puskesmas.

Sedangkan entitas pemeriksaan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban Program Jamkesmas pada Pemerintah Kota Padang meliputi :

1. Dinas Kesehatan Kota Padang, Puskesmas, dan jaringannya 2. RSUD Kota Padang

Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas meliputi TA 2008 dan semester I TA 2009.

Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas dilakukan untuk menilai aspek-aspek sesuai tujuan pemeriksaan, dilaksanakan secara uji petik (sampling) melalui:

1. Observasi fisik di PPK; Entitas yang Diperiksa Tahun Anggaran yang Diperiksa Metodologi Pemeriksaan

(8)

2. Penyampaian kuesioner; 3. Wawancara;

4. Analisis dokumen; dan 5. Konfirmasi.

Pemeriksaan dilaksanakan secara serentak pada seluruh Provinsi di Indonesia. Untuk Provinsi Sumatera Barat, Entitas yang diperiksa adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Pemerintah Kota Padang, Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman, RSUP M. Djamil, dan PT Askes Cabang Padang. Entitas yang diperiksa berdasarkan surat tugas dari Kepala Perwakilan BPK-RI Perwakilan Provinsi Sumatera Barat mulai Bulan Agustus dan berakhir Bulan September 2009.

Pemeriksaan dilaksanakan pada 33 pemerintah provinsi dan 63 pemerintah kabupaten/kota di seluruh Indonesia dengan total realisasi anggaran Tahun 2008 sebesar Rp4.492.157.570.264,00 dan realisasi anggaran sampai dengan semester I Tahun 2009 sebesar Rp2.768.311.361.800,00. Sesuai dengan sasaran pemeriksaan, seluruh Tim telah melaksanakan pemeriksaan terhadap entitas yang diperiksa dengan cakupan tahun 2008 sebesar Rp2.728.220.022.042,00 atau 60.73 % dari realisasi anggaran dan untuk tahun 2009 sebesar Rp990.585.791.800,00 atau 35,78 % dari realisasi anggaran.

Cakupan pemeriksaan pada pemerintah Kota Padang TA 2008 untuk dana kapitasi puskesmas-puskesmas sebesar Rp1.623.403.000,00, dana operasional Tim Pengelola dan Tim Koordinasi sebesar Rp57.720.000,00, dan RSUD Kota Padang sebesar Rp1.734.015.150,00 . Sedangkan untuk TA 2009 (sampai dengan Agustus) dana kapitasi yang diterima Puskesmas sebesar Rp2.220.012.000,00, RSUD Padang sebesar Rp1.048.127.000,00. Dana tersebut merupakan dana jamkesmas yang diluncurkan oleh Departemen Kesehatan kepada Dinas Kesehatan dan RSUD Kota Padang.

Hambatan yang dihadapi selama pemeriksaan berlangsung adalah luasnya obyek pemeriksaan yang secara geografis tersebar dengan jarak yang relatif berjauhan sehingga menyulitkan pelaksanaan pemeriksaan sesuai batas waktu yang telah ditentukan dan sumber daya manusia (SDM) yang tersedia.

Waktu Pemeriksaan Cakupan Pemeriksaan Hambatan Pemeriksaan

(9)

BAB II

GAMBARAN UMUM

PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

Pelaksanaan Program Jamkesmas mengacu pada ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H;

2. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan; 3. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 4. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 5. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

6. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

7. Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Sejak tahun 1998, pemerintah melaksanakan berbagai upaya pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin, yaitu:

1. Periode 1998—2001 dengan nama Program Jaring Pengaman bidang Kesehatan (JPS-BK), untuk mengatasi krisis ekonomi tahun 1997.

2. Periode 2001—2002 dengan nama Program Penanggulangan Dampak Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak bidang Kesehatan (PDPSE-BK). 3. Periode 2002—2004, dengan nama Program Kompensasi Pengurangan Subsidi

Bahan Bakar Minyak bidang Kesehatan (PKPS BBM-BK).

Dalam PKPS BBM-BK pemberi pelayanan kesehatan (PPK) yaitu rumah sakit (RS) dan puskesmas. Puskesmas dan RS menerima dana langsung untuk membiayai pelayanan kesehatan yang diberikan.

Permasalahan yang dihadapi adalah terjadi defisit dana pada beberapa RS dan terjadi surplus dana dibeberapa puskesmas.

4. Periode 2004—2005, pemerintah mengeluarkan suatu Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (PJK MM), dimana pemerintah menunjuk PT Askes (Persero) sebagai badan pelaksana (Bapel PJKMM).

Melalui program ini pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan jaringannya serta pelayanan kesehatan rujuk di RS dikelola sepenuhnya oleh PT Askes (Persero). Karena terjadi kendala dilapangan, maka mulai semester II 2005 pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan jaringannya, pembiayaannya langsung ke puskesmas melalui Bank BRI.

PT Askes (Persero) hanya mengelola pelayanan kesehatan rujukan bagi maskin yang dilayani oleh rumah sakit.

5. Periode 2006—2007

Dalam rangka memberikan jaminan kesehatan kepada masyarakat miskin dan tidak mampu, pemerintah melalui dana belanja bantuan sosial yang pengelolaannya dilaksanakan melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial yang dikenal dengan Program Askeskin.

Melalui Program Askeskin ini, pengelolaannya sepenuhnya ditugaskan kepada PT Askes (Persero).

Hasil evaluasi Depkes, Program Askeskin diubah namanya menjadi Program Jamkesmas, antara lain dengan pertimbangan sebagai berikut:

Dasar hukum terkait dengan penyelenggaraan Jamkesmas Latar Belakang Penyelenggaraan Program Jamkesmas

(10)

a. Belum adanya Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

b. Penyelenggaraan Askeskin kurang terkendali, hal ini terbukti dalam tahun 2007 terjadi defisit anggaran (hutang klaim) kepada PT Askes (Persero) sebesar Rp1.130.150.678.334,00.

Perubahan dari Program Askeskin menjadi Program Jamkesmas, terjadi perubahan yang sangat mendasar, yaitu semula pengelolaannya sepenuhnya dilaksanakan oleh PT Askes (Persero), maka mulai tahun 2008 pengelolaan diambil alih langsung oleh pemerintah (Departemen Kesehatan), sementara PT Askes (Persero) hanya dilibatkan dalam manajemen kepesertaan.

Berdasarkan Manlak tahun 2008, tujuan Program Jamkesmas adalah sebagai berikut:

Tujuan Umum :

Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh maskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.

Tujuan Khusus :

1. Meningkatnya cakupan maskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di puskesmas serta jaringannya dan di RS.

2. Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar bagi peserta, tidak berlebihan sehingga terkendali mutu dan biayanya.

3. Memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan kepada peserta di seluruh jaringan PPK Jamkesmas.

4. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.

Berdasarkan Manlak Jamkesmas tahun 2008 dan 2009 menyatakan bahwa :

1. Pengorganisasian dalam penyelenggaraan Jamkesmas terdiri dari Tim Pengelola dan Tim Koordinasi Jamkesmas di pusat, provinsi dan kabupaten/kota

Tim Pengelola Jamkesmas bersifat internal lintas program di Depkes/Pusat dan Dinkes provinsi/kabupaten/kota. Tim Koordinasi Program Jamkesmas melaksanakan koordinasi penyelenggaraan jaminan kesehatan masyarakat miskin yang melibatkan lintas sektor dan stakeholder terkait dalam berbagai kegiatan seperti koordinasi, sinkronisasi, pembinaan, pengendalian, dan lain-lain.

2. Pelaksana verifikasi di PPK

Kepala Dinkes provinsi atas nama Menkes berdasarkan usul Kepala Dinkes kabupaten/kota menetapkan pelaksana verifikasi yang bertugas memverifikasi administrasi kepesertaan, pelayanan dan pembiayaan.

3. PT. Askes (Persero)

PT Askes (Persero) pusat, regional, dan cabang/AAM atas penugasan Menkes, melaksanakan tugas-tugas manajemen kepesertaan.

Maksud dan Tujuan Program Jamkesmas

(11)

Berdasarkan Manlak Jamkesmas tahun 2008 dan 2009, sasaran program adalah maskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya. Alokasi anggaran Jamkesmas tahun 2008 sebesar Rp4.742.158.474.097,00 dengan realisasi Rp4.492.157.570.264,00. Sedangkan tahun 2009 sebesar Rp4.728.960.000.000,00 dengan realisasi sampai semester 1 tahun 2009 adalah Rp2.768.311.361.800,00. Rincian selengkapnya tampak dalam lampiran 1.

Berdasarkan data yang tercantum dalam tabel dapat diketahui bahwa, realisasi anggaran tahun 2008 sebesar Rp4.492.157.570.264,00, terinci:

1. Biaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh puskesmas dan rumah sakit mencapai Rp4.168.748.487.728,00, terbagi:

a. Puskesmas untuk pelayanan dasar sebesar Rp571.488.819.500,00

b. Rumah sakit untuk pelayanan rujukan sebesar Rp3.597.259.668.228,00 diantaranya sebesar Rp1.130.150.678.334,00 untuk pelunasan hutang Askeskin tahun 2007

2. Biaya manajemen kepesertaan PT Askes (Persero) sebesar Rp187.059.500.000,00. 3. Biaya operasional Tim Pengelola, Tim Koordinasi Pusat, Provinsi,

Kabupaten/Kota sebesar Rp136.349.582.536,00

Berdasarkan Manlak Jamkesmas tahun 2008 dan 2009, penyelenggaraan manajemen kepesertaan Program Jamkesmas tahun 2008 dan semester I tahun 2009 dilaksanakan secara nasional dan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat, Pemda dan PT Askes (Persero).

Peserta Program Jamkesmas tahun 2008 adalah setiap orang miskin dan tidak mampu, yang terdaftar dan memiliki kartu Jamkesmas dan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Sejak awal September 2008, penggunaan SKTM tidak berlaku lagi, dan hanya peserta yang memiliki kartu Jamkesmas yang dapat dijamin oleh program ini. Untuk tahun 2009, peserta Program Jamkesmas adalah pemegang kartu Jamkesmas dan pemegang kartu Program Keluarga Harapan (PKH). Jumlah sasaran peserta Program Jamkesmas tahun 2008 dan tahun 2009 bersumber dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006, yaitu sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa, yang terdiri dari 73.770.631 jiwa kuota untuk kabupaten/kota dan 2.629.369 jiwa kuota bagi gelandangan, pengemis, anak terlantar dan maskin

yang tidak mempunyai identitas. Data BPS tahun 2006 dengan jumlah masyarakat

miskin sebanyak 19,1 juta RTM yang bersangkutan merupakan hasil pendataan sosial ekonomi yang dilakukan BPS pada tahun 2005 dengan menggunakan 14 variabel/kriteria. Angka tersebut dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara nasional oleh Menkes.

Berdasarkan jumlah sasaran nasional tersebut Menkes membagi alokasi sasaran kuota kabupaten/kota, kemudian bupati/walikota menetapkan peserta Jamkesmas kabupaten/kota dalam satuan jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta dalam bentuk keputusan bupati/walikota. Apabila jumlah peserta Jamkesmas yang ditetapkan bupati/walikota melebihi dari jumlah kuota yang telah ditentukan, maka menjadi tanggung jawab Pemda setempat. Kemudian daftar tersebut segera dikirimkan dalam

Kepesertaan Sasaran Kegiatan Program Jamkesmas

(12)

bentuk softcopy dan hardcopy kepada PT Askes (Persero), RS peserta Jamkesmas, Dinkes provinsi/kabupaten/kota dan Depkes.

Terkait administrasi kepesertaan pada Program Jamkesmas, Depkes melakukan Perjanjian Kerjasama (PKS) dengan PT Askes (Persero) No 213/MENKES/PKS/III/2008 dan 41/KTR/0308 tanggal 3 Maret 2008. Dalam PKS Pasal 6, PT Askes (Persero) mempunyai kewajiban melakukan advokasi kepada bupati/walikota & jajarannya termasuk Dinas Sosial (Dinsos), membuat database kepesertaan dan mendistribusikan data peserta (masterfile) kepada RS/Balai Kesehatan Indera Masyarakat (BKIM)/Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM)/Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM)/ Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM)/Balai Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Paru (BP4), Dinkes provinsi/kabupaten/kota, dan data peserta nasional kepada Depkes. Selain itu melakukan pencetakan blangko, entry data, penerbitan dan pendistribusian kartu, dan melakukan analisis kepesertaan berdasarkan aspek demografi (umur dan jenis kelamin).

Penyelenggaraan Program Jamkesmas tahun 2009 oleh PT Askes (Persero) didasarkan pada surat Menkes No. 1199/Menkes/XII/2008 tanggal 30 Desember 2008 perihal Penugasan PT Askes (Persero) dalam Jamkesmas 2009. Namun PKS antara Depkes dan PT Askes (Persero) sampai 30 Juni 2009 belum ditandatangani karena belum ada kesepakatan standar perhitungan biaya yang dipergunakan. Depkes berdasarkan Standar Biaya Umum (SBU) APBN sedangkan PT Askes (Persero) berdasarkan SBU Korporat. Penyelenggaraan manajemen kepesertaan ini bertujuan untuk menerbitkan

kartu peserta bagi yang berhak melalui pembentukan Masterfile Nasional berdasarkan jumlah maskin yang ditetapkan dalam Surat Keputusan (SK)/Surat Pernyataan (SP) bupati/walikota yang menjadi dasar identifikasi peserta untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan.

Pelayanan kesehatan dalam Program Jamkesmas ini menerapkan pelayanan berjenjang berdasarkan rujukan. Pelayanan rawat jalan tingkat primer diberikan di puskesmas dan jaringannya. Pelayanan rawat jalan lanjutan diberikan di RS dan BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM.

Setiap peserta Jamkesmas mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan dasar meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan (RJ) dan rawat inap (RI), serta pelayanan kesehatan rujukan rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL), rawat inap tingkat lanjutan (RITL) dan pelayanan gawat darurat (IGD).

Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta adalah sebagai berikut: 1. Peserta harus menunjukkan kartu yang keabsahan kepesertaannya merujuk kepada

daftar maskin yang ditetapkan oleh bupati/walikota setempat.

2. Apabila peserta Jamkesmas memerlukan pelayanan kesehatan rujukan, maka yang bersangkutan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan disertai surat rujukan dan kartu peserta yang ditunjukkan sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan.

3. Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar berkunjung ke puskesmas dan jaringannya. Tata cara pelayanan kesehatan dasar di puskesmas diatur dalam “Petunjuk Teknis Jamkesmas di Puskesmas dan Jaringannya tahun 2008”, berdasarkan Keputusan Dirjen Binkesmas No. HK.02.03/BI.3/2318/08 tanggal 21 Agustus 2008. Pelayanan Kesehatan Pelayanan di Puskesmas dan Jaringannya

(13)

Ruang lingkup pelayanan kesehatan Program Jamkesmas di puskesmas dan jaringannya adalah upaya kesehatan perorangan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif) bagi peserta Jamkesmas meliputi pelayanan Rawat Jalan Tingkat Primer (RJTP), Rawat Inap Tingkat Primer (RITP), persalinan, spesialistik, rujukan, dan upaya pelayanan kesehatan masyarakat yang terbatas pada pencegahan yang bersifat sekunder, yaitu diagnosis awal kemungkinan berkembangnya suatu penyakit dan tindakan yang tepat untuk mengurangi faktor resiko ancaman penyakit tersebut terhadap masyarakat.

Manajemen pengelolaan puskesmas merupakan tahapan dalam pengelolaan administrasi yang perlu diperhatikan meliputi:

1. Perencanaan

Penyusunan Plan Of Action (POA) merupakan unsur perencanaan yang wajib dibuat oleh Puskesmas dan harus mendapat persetujuan Kepala Dinkes kabupaten/kota untuk pencairan anggaran Program Jamkesmas. Periode POA dilaksanakan secara tahunan pada awal kegiatan dan POA bulanan/triwulanan sebagai rencana pelaksanaan kegiatan bulanan/triwulanan.

2. Pelaksanaan

Kegiatan pelaksanaan diawali dengan proses lokakarya mini untuk membahas hasil kegiatan bulan lalu, hambatan/masalah yang dihadapi oleh puskesmas, dan penyusunan POA bulanan/triwulanan bulan selanjutnya. Lokakarya mini yang dilaksanakan oleh puskesmas diharapkan dihadiri oleh Tim Pengelola Jamkesmas Dinkes kabupaten/kota dan dilakukan kegiatan pembinaan/supervisi atas pelaksanaan kegiatan baik di dalam maupun di luar gedung.

3. Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan monitoring ditujukan pada pemantauan pelaksanaan kegiatan sehari-hari termasuk penyelesaian pengaduan masyarakat dan kegiatan evaluasi berupa kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan yang berkesinambungan.

Pelayanan rujukan dari puskesmas ke RS dilakukan untuk rawat inap dan pertolongan atas gawat darurat. Pelayanan rawat inap rujukan dilakukan di ruang rawat inap kelas III di RS pemerintah termasuk RS khusus, RS TNI/POLRI dan RS swasta yang bekerjasama dengan Depkes. Depkes melalui Dinkes kabupaten/kota atas nama Menkes membuat PKS dengan RS setempat yang diketahui kepala Dinkes provinsi. Ruang lingkup pelayanan rujukan Program Jamkesmas Tahun 2008 di RS tersebut meliputi RJTL (spesialistik), RITL kelas III, pelayanan obat-obatan, pelayanan rujukan spesimen dan penunjang diagnostik.

Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan tingkat lanjut bagi peserta Jamkesmas:

1. Peserta Jamkesmas yang memerlukan pelayanan kesehatan (RJTL dan RITL), dirujuk dari puskesmas dan jaringannya disertai kartu peserta Jamkesmas atau surat/kartu PKH atau surat rujukan yang ditunjukkan sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan. Pada kasus emergency tidak memerlukan surat rujukan.

2. Peserta harus menunjukkan Kartu Jamkesmas atau SKTM (sampai dengan 31 Agustus 2008), surat rujukan dari puskesmas di loket PPATRS, dilengkapi Kartu

Pelayanan di Rumah Sakit

(14)

Keluarga (KK) atau Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk diverifikasi

kebenaran dan kelengkapannya dan selanjutnya PPATRS mengeluarkan Surat Keabsahan Peserta (SKP). Tata cara penerbitan SKP berpedoman pada Keputusan Direksi PT Askes No. 143/KEP/0408 tanggal 18 April 2008 tentang “Petunjuk Teknis Pelaksanaan Manajemen Kepesertaan Program Jamkesmas Tahun 2008”. Anak terlantar, pengemis dan gelandangan yang belum teridentifikasi dan belum mempunyai kartu Jamkesmas, bersangkutan masih dapat dilayani dengan mendapatkan surat keterangan/rekomendasi yang dikeluarkan oleh Dinsos setempat.

Pada kasus-kasus tertentu yang dilayani di IGD peserta harus menunjukkan kartu peserta atau SKTM dan surat rujukan dari puskesmas di loket pusat PPATRS. Bila peserta tidak dapat menunjukkan kartu peserta atau SKTM sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan, maka yang bersangkutan diberi waktu 2 x 24 jam hari kerja untuk menunjukkan kartu tersebut. Pada kondisi tertentu (anak terlantar, gelandangan, pengemis, karena domisili yang tidak memungkinkan segera mendapatkan SKTM) di mana yang bersangkutan belum mampu menunjukkan identitas sebagaimana dimaksud di atas, maka direktur RS dapat menetapkan status miskin atau tidak miskin yang bersangkutan. Jika selama tenggang waktu tersebut pasien miskin belum mampu menunjukkan identitas miskinnya, pasien tersebut tidak boleh dibebankan biaya dan seluruh pembiayaannya menjadi beban RS dan untuk selanjutnya diklaimkan ke Depkes.

3. Bayi-bayi yang terlahir dari keluarga peserta Jamkesmas secara otomatis menjadi peserta dengan merujuk pada kartu orang tuanya. Bila bayi memerlukan pelayanan dapat langsung diberikan pelayanan dengan menggunakan identitas kepesertaan orangtuanya dan dilampirkan surat kenal lahir dan KK orang tuanya.

Pelayanan persalinan normal dibayarkan secara paket baik ibu maupun bayinya, akan tetapi apabila bayi yang mempunyai kelainan dan memerlukan pelayanan khusus dapat diklaimkan terpisah sesuai dengan diagnosanya.

4. Ruang lingkup pelayanan kesehatan tahun 2009 sama dengan di tahun 2008. 5. Untuk kasus kronis tertentu yang memerlukan perawatan berkelanjutan dalam

waktu lama, surat rujukan dapat berlaku selama 1 bulan (seperti Diabetes

Mellitus). Untuk kasus kronis khusus seperti kasus gangguan jiwa dan kasus pengobatan paru, surat rujukan dapat berlaku sampai dengan 3 bulan.

6. Rujukan pasien antar RS termasuk rujukan antar daerah dilengkapi surat rujukan dari RS yang merujuk, copy kartu peserta atau surat keterangan/rekomendasi dari Dinsos (bagi gelandangan pengemis, anak dan orang terlantar) serta kartu PKH bagi peserta PKH yang belum mempunyai kartu Jamkesmas serta surat pengantar dari petugas yang memverifikasi kepesertaan. Pada kasus-kasus rujukan antar daerah, petugas yang memverifikasi kepesertaan pada RS rujukan dapat melakukan konfirmasi ke database kepesertaan melalui petugas PT Askes (Persero) tempat asal pasien.

Bagi PPK penerima rujukan, wajib memberikan jawaban atas pelayanan rujukan (rujukan balik) ke PPK yang merujuk disertai keterangan kondisi pasien dan tindak lanjut yang harus dilakukan.

7. Pada keadaan gawat darurat (emergency), apabila setelah penanganan kegawat-daruratannya peserta memerlukan rawat inap dan identitas kepesertaanya belum

(15)

lengkap, maka yang bersangkutan diberi waktu 2 x 24 jam hari kerja untuk melengkapinya atau status kepesertaannya dapat merujuk pada database kepesertaan yang dilengkapi oleh petugas PT Askes (Persero).

Untuk penanganan gawat darurat, seluruh PPK wajib memberikan pelayanan penanganan gawat darurat kepada peserta Jamkesmas walaupun tidak sebagai PPK jaringan Jamkesmas. Selanjutnya PPK tersebut segera merujuk ke PPK jaringan Jamkesmas untuk penanganan lebih lanjut.

8. Pelayanan obat di RS dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Untuk memenuhi kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai (BMHP) di RS, Instalasi Farmasi/Apotik RS bertanggungjawab menyediakan semua obat dan bahan habis pakai yang diperlukan. Meski telah diberlakukan Indonesia

Diagnose Related Group (INA-DRG), pemberian obat didorong agar menggunakan formularium obat Jamkesmas di RS. Pada tahun 2009, ketersediaan obat dan beberapa alat dan BMHP, dilakukan dengan perjanjian kesepahaman dan penugasan beberapa BUMN farmasi oleh Menkes.

2) Pemberian obat untuk pasien diberikan untuk 3 hari kecuali untuk penyakit-penyakit kronis tertentu dapat diberikan lebih dari 3 hari sesuai dengan kebutuhan medis. Pemberian obat dilakukan dengan efisien dan mengacu pada

clinical pathway.

9. Sebanyak 15 RSUP Vertikal di seluruh Indonesia (rincian pada lampiran 2) per 1 September 2008 ditetapkan sebagai proyek percontohan penerapan sistem INA-DRG di Indonesia. Sedangkan untuk RS lainnya baru menerapkan sistem tersebut per 1 Januari 2009. Pemberlakuan INA-DRG tersebut memerlukan persiapan perangkat keras, perangkat lunak, administrasi klaim, dan proses verifikasi, serta SDM.

Software INA-DRG baru tiba di PPK tingkat lanjut pada Bulan April 2009 yang membutuhkan proses install dan pelatihan/sosialisasi bagi petugas entry data RS dan verifikator independen. Software ini baru dapat dipergunakan pada Bulan Juli 2009 untuk memverifikasi pertanggungjawaban berkas klaim mulai 1 Januari 2009.

10. Pelayanan kesehatan RJTL dan RITL di RS dilakukan secara terpadu sehingga biaya pelayanan kesehatan diklaimkan dan diperhitungkan menjadi satu kesatuan menurut INA-DRG. Agar software ini dapat berjalan dengan baik, dokter harus menuliskan diagnosa menurut ICD-X dan atau ICD-IX CM, melaksanakan pelayanan sesuai dengan clinical pathway dan menggunakan sumber daya yang paling efisien. Coders melakukan pengecekan kesesuaian diagnosa dan selanjutnya melakukan entry pada software INA-DRG. Selanjutnya petugas administrasi klaim RS melakukan klaim dan melengkapi data tambahan yang diperlukan seperti nama pasien, nomor SKP, nama dokter penanggung jawab, tanda tangan dokter, surat rujukan dan pengesahan Komite Medik atau Direktur Pelayanan atau Supervisor yang ditunjuk dan diberi tanggung jawab oleh RS (pada kasus severity level 3) dengan menggunakan format klaim (software) yang ditentukan dan verifikator melakukan verifikasi klaim RS.

11. Apabila dalam proses pelayanan terdapat diagnosa penyakit/prosedur yang belum tercantum baik kode maupun tarifnya dalam Tarif Paket INA-DRG (ungroupable), maka Balai-Balai Kesehatan/RS melaporkannya ke Center for

(16)

Casemix/Ditjen Bina Yanmedik untuk dilakukan penetapannya. Pengaturan khusus untuk pelaksanaan INA-DRG dilakukan dengan petunjuk teknis tersendiri, SK dan surat edaran (SE) lainnya. Proses aktivasi software INA-DRG dilakukan dengan konsultasi.

12. Pada kasus-kasus dengan diagnosa yang kompleks dengan severity level-3 menurut kode INA-DRG selain harus dilengkapi butir 10 diatas, harus juga mendapatkan pengesahan dari Komite Medik atau Direktur Pelayanan atau

Supervisor yang ditunjuk untuk dan yang diberi tanggung jawab oleh RS.

13. Pasien yang masuk ke instalasi rawat inap melalui instalasi rawat jalan atau instalasi gawat darurat hanya diklaim menggunakan satu kode INA-DRG dengan jenis pelayanan rawat inap.

14. Pasien yang datang kedua atau lebih instalasi rawat jalan dengan dua atau lebih diagnosa akan tetapi diagnosa tersebut merupakan diagnosa sekunder dari diagnosa utamanya maka diklaimkan menggunakan satu kode INA-DRG.

15. Pasien yang datang kedua atau lebih instalasi rawat jalan dengan kasus yang bukan merupakan diagnosa sekunder dari diagnosa utamanya dapat diklaimkan menurut diagnosa masing-masing. Setiap pasien yang datang untuk kontrol ulang di instalasi rawat jalan, diagnosa utamanya menggunakan kode Z.

16. Agar pelayanan berjalan dengan lancar, RS bertanggungjawab untuk menjamin ketersediaan Alat Medis Habis pakai (AMHP), obat, dan darah. Untuk menjamin ketersediaan dan harga obat/vaksin/serum di pusat dan daerah serta di Balai-Balai dan RS, dilakukan kesepakatan kerja sama antara Menkes dan konsorsium BUMN Farmasi. RS dan balai-balai kesehatan menindaklanjutinya dengan kerjasama teknis dengan mengacu kepada pedoman pelaksanaan kesepakatan kerjasama tersebut

17. Dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada peserta, tidak boleh dikenakan iur biaya oleh PPK dengan alasan apapun.

Pendanaan Program Jamkesmas merupakan program bantuan sosial (bansos). Pembayaran ke RS dalam bentuk paket berdasarkan klaim. Khusus untuk BKMM/BBKPM/ BKPM/BP4/BKIM pembayaran paket disetarakan dengan tarif paket pelayanan rawat jalan dan/atau rawat inap RS . Pembayaran ke PPK disalurkan langsung dari Kas Negara melalui PT Pos Indonesia (Persero) ke puskesmas dan KPKN melalui Bank BRI ke rekening BRI RS/BKMM/BBKPM/ BKPM/BP4/BKIM. Peserta tidak boleh dikenakan iur biaya dengan alasan apapun.

1. Sumber dan Alokasi Dana Jamkesmas

Sumber Dana Jamkesmas berasal dari APBN sektor Kesehatan TA 2008 dan TA 2009 serta kontribusi APBD. Sumber dana APBN terdiri dari:

1) Biro Umum Setjen Depkes untuk honor tim verifikator independen;

2) Dana dekonsentrasi (Program Kebijakan Manajemen dan Pembangunan Kesehatan) untuk biaya operasional manajemen di Dinkes provinsi yang melekat di Satuan Kerja (Satker) 01 Setjen;

3) DIPA PPJK untuk dana operasional PPJK, selaku Tim Pengelola Pusat;

(17)

4) Ditjen Binkesmas untuk pelayanan di puskesmas dan jaringannya, tambahan kegiatan pelayanan di puskesmas dan jaringannya (buffer stock), dana Tim Pengelola dan Koordinasi provinsi/kabupaten/kota;

5) Ditjen Bina Yanmedik untuk biaya di RS/PPK tingkat lanjut dan biaya manajemen kepersertaan ke PT Askes (Persero).

Pemerintah daerah berkontribusi dalam menunjang dan melengkapi pembiayaan pelayanan kesehatan bagi maskin di daerah masing-masing, meliputi:

1) Maskin yang tidak masuk dalam pertanggungan kepesertaan Jamkesmas. Kontribusi Pemda provinsi/kabupaten/kota seyogyanya mengikuti pola Jamkesmas. Terkait pelayanan pasien diluar kuota Jamkesmas, pemda setempat harus membuat komitmen/PKS dengan RS rujukan.

2) Selisih harga diluar jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan tahun 2008. Dengan diberlakukannya INA-DRG mulai tahun 2009, pelayanan RS diharapkan dapat dilakukan dengan cost efficient dan cost effective agar biaya pelayanan seimbang dengan tarif INA-DRG.

3) Biaya transportasi rujukan dan rujukan balik pasien maskin dari RS kabupaten/kota ke RS yang dirujuk. Sedangkan biaya transportasi rujukan dari puskesmas ke RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM ditanggung oleh biaya operasional puskesmas, sedangkan transportasi pemulangan pasien dari RS serta rujukan dari RS ke sarana pelayanan kesehatan lainnya menjadi tanggung jawab Pemda asal PPK lanjutan yang merujuk.

4) Penanggungan biaya transportasi pendamping pasien rujukan; 5) Pendamping pasien rawat inap; dan

6) Menanggulangi kekurangan dana operasional puskesmas.

2. Mekanisme Pendanaan meliputi:

1) Dasar Peluncuran Dana Jamkesmas

(1) PPK tingkat pertama di puskesmas dan jaringannya

Menkes menetapkan besarnya dana yang akan diluncurkan ke tiap kabupaten/kota. Berdasarkan SK Menkes tersebut, Dinkes kabupaten/kota menetapkan SK alokasi dana setiap puskesmas di wilayahnya. Alokasi dana di tiap kabupaten/kota dihitung berdasarkan jumlah maskin dan tidak mampu yang ditetapkan Menkes berdasarkan kuota dikalikan Rp1.000,00 dikalikan 12 bulan.

Langkah-langkah dalam penerbitan SK Kepala Dinkes kabupaten/kota yaitu menetapkan alokasi dana rawat inap untuk puskesmas perawatan dengan cara menghitung utilisasi pelayanan rawat inap tahun sebelumnya di masing-masing puskesmas perawatan. Kemudian, sisa alokasi dana setelah dikurangi untuk puskesmas perawatan dibagi ke seluruh puskesmas secara proporsional.

Jumlah dana yang diluncurkan pada tahun 2008 berdasarkan SK Menkes No. 483/Menkes/SK/V/2008 sebesar Rp559.807.121.000,00. Selain dana tersebut juga terdapat dana tambahan untuk kegiatan pelayanan di puskesmas dan jaringannya (buffer stock) sebesar Rp11.681.698.500,00. Sedangkan dana yang diluncurkan pada tahun 2009, berdasarkan SK

(18)

Menkes No. 256/Menkes/SK/IV/2009 adalah sebesar Rp885.248.292.000,00.

(2) PPK tingkat lanjut di RS/BBKPM/BKMM/BKPM/BP4/BKIM

Sumber dana pelayanan kesehatan di RS/BBKPM/BKMM/ BKPM/BP4/BKIM didasarkan pada DIPA Ditjen Bina Yanmedik yang didistribusikan ke PPK tingkat lanjut dalam empat tahapan luncuran. Dalam rangka penyaluran dana Jamkesmas tersebut, Depkes mengadakan kerja sama dengan PT BRI (Persero) Tbk No. HK.06.01/I-3/643/2008 dan B.057-DIR/HBL/02/2008 tanggal 6 Februari 2008 tentang Penyaluran Dana Penyelenggaraan Program Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Tahun 2008. Melalui Surat Ditjen Bina Yanmedik No. PR.03.01/I.1/655/08 tanggal 8 Februari 2008 perihal Pembukaan Rekening Bank Pemerintah Bagi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin di RS tahun 2008, Depkes meminta masing-masing RS untuk membuka Rekening Giro pada Bank BRI di masing-masing tempat domisili RS. Penggunaan rekening tersebut berlanjut hingga luncuran dana tahun 2009.

Luncuran selama Tahun 2008 sebesar Rp2.474.418.261.625,00 terinci: (1)) Luncuran 1 berdasarkan SK Menkes No.119/Menkes/SK/II/2008

tanggal 6 Februari 2008 sebesar Rp533.636.869.625,00;

(2)) Luncuran 2 berdasarkan SK Menkes No.514/Menkes/SK/VI/2008 tanggal 6 Juni 2008 sebesar Rp725.537.140.000,00;

(3)) Luncuran 3 berdasarkan SK Menkes No.1050/Menkes/SK/XI/2008 tanggal 11 November 2008 sebesar Rp1.017.157.326.000,00;

(4)) Luncuran 4 berdasarkan SK Menkes No.1150/Menkes/SK/XII/2008 tanggal 5 Desember 2008 sebesar Rp198.086.926.000,00.

Luncuran s.d Juni 2009 sebesar Rp1.845.258.882.000,00 terinci:

(1)) Luncuran 1 berdasarkan SK Menkes No. 124/Menkes/SK/II/2009 tanggal 6 Februari 2009 sebesar Rp1.139.696.057.000,00;

(2)) Tambahan Luncuran 1 berdasarkan SK Menkes No. 346/Menkes/SK/V/2009 tanggal 7 Mei 2009 sebesar Rp24.905.480.000,00;

(3)) Luncuran 2 berdasarkan SK Menkes No. 434/Menkes/SK/VI/2009 tanggal 18 Juni 2009 sebesar Rp 680.657.345.000,00.

(3) Dana bagi Manajemen Kepesertaan

Berdasarkan PKS antara Depkes dengan PT Askes (Persero) No. 213/Menkes/ PKS/III/2008 dan No. 41/KTR/0308 tentang Manajemen Kepesertaan dalam Penyelenggaraan Program Jamkesmas Tahun 2008 tanggal 3 Maret 2008 dengan total biaya sebesar Rp187.059.500.000,00. Pembayaran dilakukan dalam empat tahap:

(1)) Tahap 1 sebesar 20% atau Rp37.411.900.000,00 pada tanggal ditandatanganinya perjanjian;

(19)

(2)) Tahap 2 sebesar 30% atau Rp56.117.850.000,00 setelah pendistribusian blanko kartu ke Kantor Cabang PT Askes (Persero) mencapai 50%;

(3)) Tahap 3 sebesar 40% atau Rp74.823.800.000,00 setelah 70% Kartu Peserta diserahkan kepada Peserta;

(4)) Tahap 4 sebesar 10% atau Rp18.705.950.000,00 setelah menyerahkan Laporan Manajemen Kepesertaan Triwulan III.

Pembiayaan manajemen kepesertaan pada penyelenggaraan Program Jamkesmas tahun 2009 belum diperoleh kesepakatan biaya antara Depkes dan PT Askes (Persero).

(4) Dana Operasional Manajemen Tim Pengelola Provinsi/ Kabupaten/Kota Penggunaannya untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

(1) Pembayaran honorarium dan operasional

(2) Koordinasi pelaksanaan, konsultasi dan pembinaan program (3) Sosialisasi program bagi stakeholder dan melalui media (4) Rekrutmen tenaga verifikator independen Jamkesmas (5) Evaluasi program di provinsi/kabupaten/kota

(6) Pengelolaan Pelaporan Pelaksanaan Jamkesmas di provinsi/ kabupaten/kota.

Disamping itu, untuk menunjang kelancaran pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya disediakan pula dana Operasional Manajemen melalui DIPA Sesditjen Binkesmas langsung ke Dinkes provinsi/kabupaten/kota.

2) Pencairan dan pemanfaatan dana Jamkesmas

(1) PPK tingkat pertama di puskesmas dan jaringannya

Tata cara penyaluran dana ke rekening puskesmas diatur dalam Petunjuk Teknis Jamkesmas di Puskesmas dan Jaringannya dimuat dalam Bab III tahun 2008 dan Bab IV tahun 2009.

Penyaluran dana pelayanan kesehatan ke puskesmas dan jaringannya dilakukan melalui PT Pos Indonesia (Persero) berdasarkan PKS No. HK.06.01/BI.1/1938/2008 dan No. 56/DIRBISKUG/0708 tanggal 7 Juli 2008, dengan addendum No. HK.06.01/BI.1/3073/2008 dan No. 95/DIRBISKUG/1108 tanggal 3 November 2008, serta PKS No. 400/YANKESDAS/V/2009 dan No. 28/DIRBISKUG/ 0509 tanggal 13 Mei 2009 tentang Penyaluran Dana Kegiatan Pelayanan Kesehatan Bagi Seluruh Penduduk di Puskesmas dan Jaringannya. Jangka waktu penyaluran dana ke PPK maksimum 75 hari kalender atau sampai dengan tanggal 4 Agustus 2009.

Dana diluncurkan oleh KPKN Jakarta V melalui PT Pos Indonesia (Persero) – Sentral Giro Pos dan Layanan Keuangan (SGLK), untuk selanjutnya dikirim ke Kantor Pos Pemeriksa (KPRK) dan diteruskan ke Kantor Pos Bayar sebagai rekening giro pos puskesmas.

Pencairan dana di puskesmas dilaksanakan dengan membuat POA berdasarkan kesepakatan dalam lokakarya mini, laporan pemanfaatan

(20)

dana sebelumnya, dan laporan hasil kegiatan untuk diverifikasi oleh Tim Pengelola Jamkesmas Dinkes kabupaten/kota yang hasilnya dilaporkan ke Dinkes kabupaten/kota. Berdasarkan persetujuan kepala Dinkes kabupaten/kota, puskesmas menarik dana dari rekening giro pos untuk menjadi dana operasional puskesmas.

(2) PPK Tingkat Lanjut di RS/BBKPM/BKMM/BKPM/ BP4/BKIM

Tata cara pembayaran tiap tahap luncuran diatur dalam Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas Tahun 2008 Bab V tentang Tata laksana Pendanaan. Luncuran tahap pertama, diperhitungkan berdasarkan rata-rata pembayaran per bulan di RS pada tahun sebelumnya. Tahap kedua, dana pelayanan kesehatan diluncurkan setelah klaim RS diverifikasi oleh tim verifikator dengan mengacu pada jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan tahun 2008.

Berdasarkan penjelasan dari Tim Pengelola Jamkesmas Pusat, mekanisme luncuran tahun 2008 belum sesuai dengan ketentuan dalam pedoman pelaksanaan karena sarana dan prasarana yang mendukung belum siap (dana DIPA yang terlambat, perubahan dari sistem Askeskin tahun 2007 ke sistem Jamkesmas tahun 2008, tenaga verifikator dan pemahaman tim medis terhadap penerapan INA-DRG). Dana luncuran tahap kedua dan seterusnya tetap diluncurkan, tanpa menunggu verifikasi dari verifikator independen.

Untuk periode klaim Bulan Juli − Desember tahun 2008, dasar besaran klaim RS mengacu pada Tarif Paket Jamkesmas (INA-DRG). Pemanfaatan dana yang ada di RS/BBKPM/BKMM/ BKPM/BP4/BKIM, antara lain digunakan untuk jasa medik/pelayanan, jasa sarana, pemenuhan kebutuhan BMHP, dana operasional, pemeliharaan, obat, darah dan kebutuhan administrasi lainnya.

Penyaluran dana pelayanan kesehatan di PPK tingkat lanjut pada tiap tahunnya dilakukan dengan cara transfer luncuran dana dari rekening Bank Operasional I (BO I) KPKN langsung ke rekening RS berdasarkan SP2D dan SPM yang dikeluarkan Tim Pengelola Pusat. Rekening RS tersebut adalah rekening BRI yang dibuka untuk “Bantuan Sosial bagi Pelayanan Kesehatan masyarakat miskin” sesuai perintah Surat Ditjen Bina Yanmedik No. PR.03.01/I.1/655/08 tanggal 8 Februari 2008 perihal Pembukaan Rekening Bank Pemerintah Bagi Pelayanan Kesehatan Maskin di RS tahun 2008.

Untuk mendapatkan otorisasi dari luncuran dana Jamkesmas, PPK tingkat lanjut mengajukan klaim yang telah diverifikasi oleh verifikator independen, dan laporan pertanggungjawaban dana Jamkesmas kepada Depkes atau PPJK sebagai Tim Pengelola Jamkesmas Pusat. Uraian lebih lanjut tentang administrasi klaim dan verifikasi oleh tim verifikator diatur dalam “Petunjuk Teknis Administrasi Klaim dan Verifikasi Program Jamkesmas Tahun 2008” yang dikeluarkan oleh PPJK. Administrasi klaim dan verifikasi pada tahun 2009 masih mengacu pada petunjuk teknis yang digunakan pada tahun 2008.

(21)

Pencairan dana manajemen kepesertaan pada tahun 2008 dilaksanakan dalam empat tahap. PKS antara Depkes dengan PT Askes (Persero) untuk Tahun 2009 belum dibuat dan DIPA Ditjen Bina Yanmedik belum menganggarkan manajemen kepesertaan tersebut (masih akan dibuat revisi DIPA).

(4) Dana Operasional Manajemen Tim Pengelola Provinsi/ Kabupaten/Kota Pencairan dan pemanfaatan dana bagi operasional manajemen tidak optimal karena selain DIPA Dekonsentrasi secara definitif baru bisa dicairkan pada Bulan September 2008. Sedangkan dana bansos dari DIPA Ditjen Binkesmas bagi Tim Pengelola Jamkesmas Provinsi/Kabupaten/Kota, SP2D-nya baru terbit tanggal 4 November 2008.

Pelaksanaan verifikasi di puskesmas dilakukan oleh Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota ketika puskesmas mengajukan permintaan pencairan dana. Sedangkan untuk RS, verifikasi dilakukan oleh tim verifikator independen.

Syarat kelengkapan administrasi klaim yang harus dipenuhi terkait dengan pertanggungjawaban yang harus dilakukan oleh PPK kepada Depkes (PPJK sebagai Tim Pengelola Jamkesmas Pusat), yaitu:

1. Bukti kepesertaan, surat rujukan, dan surat keabsahan peserta; dan

2. Dokumen klaim pelayanan RJTL, RITL, IGD dan One Day Care (ODC), meliputi bukti pemeriksaan, bukti penunjang diagnosis, bukti tindakan medik, bukti diagnosis yang menyebutkan nama dokternya, bukti resep dokter, dan bukti

billing pelayanan dari masing-masing unit pelayanan.

Pemantauan dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kesesuaian antara rencana dengan pelaksanaan Program Jamkesmas, sedangkan evaluasi dilakukan untuk melihat pencapaian indikator keberhasilan.

Pemantauan dan evaluasi diarahkan agar pelaksanaan program berjalan secara efektif dan efisien sesuai prinsip-prinsip kendali mutu dan kendali biaya. Pemantauan merupakan bagian program yang dilaksanakan oleh Dinkes provinsi/kabupaten/kota. Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkala, baik bulanan, triwulanan, semester maupun tahunan, melalui:

1. Pertemuan dan koordinasi.

2. Pengelolaan pelaporan program (pengolahan dan analisis). 3. Kunjungan lapangan dan supervisi.

4. Penelitian langsung (survei/kajian).

Untuk mendukung pemantauan dan evaluasi, dilakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan Program Jamkesmas secara rutin setiap bulan. Data dan laporan dari puskesmas dan RS yang mengikuti Program Jamkesmas dikirim ke Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota untuk direkap (diolah dan dianalisa) dan selanjutnya dikirim ke Tim Pengelola Jamkesmas Provinsi untuk direkap dan dilaporkan setiap bulan ke Tim Pengelola Jamkesmas Pusat.

Tim Pengelola Jamkesmas kabupaten/kota membuat dan mengirimkan umpan balik (feedback) pelaporan ke puskesmas dan RS. Tim Pengelola Jamkesmas Provinsi

Pemantauan dan Evaluasi Program Pertanggungjawaban dana Jamkesmas

(22)

membuat dan mengirimkan umpan balik (feedback) ke Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota. Tim Pengelola Jamkesmas Pusat membuat dan mengirimkan umpan balik (feedback) ke Tim Pengelola Jamkesmas Provinsi.

(23)

BAB III

HASIL PEMERIKSAAN

Hasil pengujian terhadap SPI atas pengelolaan dan pertanggungjawaban Program Jamkesmas menunjukkan terdapat kelemahan yang perlu mendapatkan perhatian, terutama dalam unsur kebijakan terkait pengelolaan dan pertanggungjawaban Program Jamkesmas yang ditetapkan dengan SK Menkes (Manlak Program Jamkesmas). Manlak tersebut tidak dapat dijadikan landasan hukum bagi kegiatan yang melibatkan berbagai instansi lintas sektoral dan penetapan kebijakan dilaksanakan terlambat dan berlaku surut sehingga pelaksanaannya banyak terjadi ketidaksesuaian dengan Manlak yang dijadikan acuan. Kebijakan terkait pengelolaan dana Program Jamkesmas juga menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan karena bertentangan dengan kebijakan pengelolaan keuangan daerah. Kebijakan penetapan maskin peserta Program Jamkesmas yang diserahkan mekanismenya kepada Pemda juga menimbulkan banyak permasalahan, karena belum adanya pedoman mengenai pendataan maskin yang berhak.

Dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban Program Jamkesmas, pemerintah pusat dan daerah telah menetapkan SPI untuk memastikan tercapainya tujuan Program Jamkesmas. Namun dari hasil pemeriksaan masih ditemukan kelemahan SPI baik pada tingkat organisasi, kebijakan, perencanaan, prosedur kerja, pencatatan, pelaporan, personalia, dan pengawasan.

Pengorganisasian dalam penyelenggaraan Jamkesmas dimulai dari Tingkat Pusat hingga tingkat kabupaten/kota. Hal ini sesuai dengan apa yang tertuang didalam Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) 2008 dan 2009. Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan Jamkesmas yang efektif dan efisien di tingkat kota/kabupaten, Pemerintah Kota Padang telah membentuk :

a. Tim Pengelola Kota melalui Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Nomor 5011 Tahun 2008 tanggal 3 Januari 2008 untuk periode 2008. Sedangkan untuk periode 2009 berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Nomor 1085 Tahun 2009 yang bertugas untuk :

1. Melakukan manajemen kepesertaan, manajemen pelayanan kesehatan dan manajemen keuangan;

2. Mengkoordinasikan pelaksanaan verifikasi di PPK;

3. Menyusun dan membuat laporan pelaksanaan tugas kepada Menteri Kesehatan melalui Dinas Kesehatan Propinsi setempat.

dengan susunan sebagi berikut:

a) Penanggung Jawab : Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang b) Kordinator : 1 orang

c) Pelayanan : 1 orang d) Keuangan dan Adm : 1 orang e) Kepesertaan dan Kord. Verifikator : 1 orang

b. Surat Keputusan Walikota Padang Nomor 188.4.30/SK.SB.Bappeda/I.08 tanggal 8 Januari 2008 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Jaminan Pemeliharan

Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Organisasi Dinas Kesehatan Kota Padang

(24)

Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (Jamkesmas) Kota Padang Tahun 2008 menyebutkan yang bertugas :

1) Melakukan manajemen kepesertaan, manajemen pelayanan kesehatan, manajemen keuangan;

2) Mengkoordinasikan pelaksanaan verifikasi di PPK;

3) Menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada Menteri Kesehatan melalui Dinas Kesehatan Propinsi setempat;

4) Menetapkan arah kebijakan koordinasi dan sinkronisasi program Jamkesmas tingkat Kota Padang;

5) Melakukan pembinaan dan pengendalian program Jamkesmas tingkat Kota Padang dengan susunan sebagai berikut :

a) Pelindung : Walikota Padang

b) Ketua : Sekretaris Daerah Kota Padang c) Anggota : Kepala Bappeda Kota Padang d) Anggota : Asisten II Bidang Kesra e) Anggota : Pimpinan RSUD Kota Padang f) Anggota : Komisi D DPRD Kota Padang g) Anggota : PT Askes Cabang Padang h) Sekretariat, terdiri dari

a. Ketua : Kabid. Pemberdayaan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan

b. Staf Sekretariat : Kabid. Sosbud Bappeda Kota Padang c. Staf Sekretariat : Sub Bidang Sosial Bappeda Kota Padang

Hasil evaluasi terhadap pelaksanaan tugas, Tim Pengelola belum melaksanakan tugasnya secara optimal antara lain dalam penyampaian laporan tidak dilaksanakan secara tepat waktu. Sedangkan Tim Koordinasi belum melakukan pertemuan-pertemuan dan masih terdapat peserta ganda antara peserta jamkesmas dan jamkesda.

Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Padang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 17 tahun 2008 tanggal 19 Desember 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kota Padang yang telah mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.

Untuk mensukseskan pelaksanaan program Jamkesmas pada RSUD Kota Padang, Direktur RSUD Kota Padang telah membentuk Tim Pengelola Jamkesmas melalui Surat Keputusan Direktur RSUD Padang Nomor 445.549/SK Direktur/RSUD P/IV/2009 tanggal 1 April 2009 tentang Tim Pengelola Jamkesmas/Jamkesda dan Askes RSUD Padang yang bertugas untuk melaksanakan administrasi dan klaim pelayanan terhadap pasien pemegang Kartu Jamkesmas/Jamkesda dan Askes Kota Padang dengan susunan sebagai berikut :

1. Penanggung Jawab : Direktur RSUD Kota Padang

2. Koordinator : Kabag. Tata Usaha RSUD Kota Padang

Kabid. Keuangan dan Program RSUD Kota Padang Kabid. Pelayanan RSUD Kota Padang

Kabid. Keperawatan RSUD Kota Padang

RSUD Kota Padang

(25)

3. Ketua : 1 orang 4. Sekretaris : 1 orang 5. Anggota : 3 orang 6. Bendahara : 1 orang

Dalam pelaksanaan kegiatan Jamkesmas mulai dari pendaftaran peserta sampai pengajuan klaim seluruhnya dilaksanakan oleh Tim Pengelola.

Perubahan dari Program Askeskin menjadi Program Jamkesmas sejak tahun 2008, terjadi perubahan yang sangat mendasar. Departeman Kesehatan (Depkes) semula sebagai regulator dan dilaksanakan oleh PT Askes, maka dengan Program Jamkesmas Depkes sekaligus sebagai regulator dan pelaksana.

Perubahan kebijakan tersebut tidak dilakukan secara cermat, hal tersebut dapat diketahui adanya beberapa kelamahan sebagai berikut:

1. Pedoman atau petunjuk terkait dengan pelaksanaan Program terlambat ditetapkan, contoh:

1) Pedoman penyelenggraan Program Jamkesmas baru ditetapkan oleh Menkes pada tanggal 6 Februari 2008 melalui Keputusan No 125/Menkes/SK/III/2008. Ketentuan tersebut berlaku surut sejak 1 Januari 2008.

2) Petunjuk teknis Jamkesmas di puskesmas dan jaringannya, baru ditetapkan oleh Dirjen Binkesmas pada tanggal 21 Agustus 2008 melalui keputusan No. HK.02.03/BI.3/2318/08.

3) Software INA-DRG baru diujicobakan pada 15 RSUP sebagai proyek percontohan, dimulai Bulan September 2008.

Padahal menurut Manlak Jamkesmas, pembayaran klaim sejak periode Juli 2008 seharusnya menggunakan INA-DRG. Dengan menerapkan INA-DRG setiap PPK (RS) lanjutan dapat memberikan pelayanan secara efisien dan efektif, yaitu dengan prinsip kendali biaya dan kendali mutu. Penyerahan

software kepada PPK lanjutan dan pelatihan INA-DRG baru dimulai pada Bulan April 2009.

Kendala yang dihadapi oleh PPK dalam menerapkan INA-DRG antara lain: (1) Ketidaksiapan SDM dan perangkat pendukung di RS.

(2) Pertanggungjawaban secara lengkap dengan mengisi file atas form-form yang ditetapkan dalam softcopy, perlu sosialisasi,sementara software tersebut digunakan untuk memverifikasi tagihan sejak Januari 2009. 3. Kelemahan lainnya menunjukkan bahwa terdapat kelemahan dalam kebijakan

pendataan yang dilakukan oleh Pemda provinsi/kabupaten/kota yaitu penetapan kriteria untuk menentukan maskin menjadi peserta Jamkesmas. Selain itu, sebagian Pemda belum sepenuhnya memberikan kontribusi dana pendamping bagi pelayanan kesehatan pasien Jamkesmas dan terjadi ketidaksesuaian kebijakan pengelolaan dana Jamkesmas antara Pemda berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) dan SE Menkes sebagai pemilik program. Melalui surat No. 113/Menkes/II/2008 tanggal 4 Februari 2008 dan No. 028/Menkes/I/2009 tanggal 12 Januari 2009, dinyatakan bahwa dana Jamkesmas merupakan dana bantuan

(26)

sosial yang secara langsung dapat digunakan oleh RS/PPK untuk pelayanan peserta Jamkesmas tanpa dilewatkan menjadi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal lain yang menjadi kendala dalam penetapan kebijakan pada masing-masing Pemda adalah Manlak Jamkesmas terlambat disampaikan kepada PPK dan adanya perubahan kebijakan terkait pola pertanggungjawaban klaim oleh RS, sehingga berpengaruh pada proses pertanggungjawaban secara keseluruhan.

Pemerintah Kota Padang tidak memiliki kebijakan yang mengatur khusus tentang pelaksanaan Jamkesmas. Pelaksanaan Jamkesmas seluruhnya mengacu pada Pedoman Pelaksanaan (manlak) yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan. Perlakuan atas luncuran dana Jamkesmas tidak disetorkan ke Kas Daerah namun langsung digunakan oleh UPTD dhi. Puskesmas-puskesmas yang menerima luncuran dana langsung dari Pusat.

Untuk Puskesmas seluruh alokasi dana luncuran Jamkesmas digunakan secara langsung dan untuk penggunaannya diatur sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang Nomor 3603/VIII.SK/YANKES-DKK/2008 tanggal Agustus 2008 tentang Penetapan Proporsi penggunaan Dana Program Jaminan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Puskesmas Kota Padang Tahun 2008 yang memutuskan proporsi penggunaan dana Jamkesmas untuk :

a. Pelayanana kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) b. Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) c. Biaya Persalinan

d. Pelayanan Spesialistik e. Pelayanan Gawat Darurat

f. Pelayanan Rujukan Gawat Darurat g. Dukungan Manajemen Puskesmas.

Lebih lanjut diatur dalam Lampiran Keputusan Kepala Dinas dengan rincian sebagai berikut:

I. Dana Pelayanan Kesehatan Dasar A. Jasa Pelayanan Kesehatan 20%

B. Biaya transportasi untuk pelayanan kesehatan dasar luar gedung Rp25.000,00/hari

C. Pelayanan kesehatan rawat inap tingkat pertama (RITP) diluar persalinan untuk puskesmas perawatan, dengan unit cost rawat inap per hari Rp50.000,00. Biaya perawatan termasuk akomodasi dan makan pasien, biaya petugas jaga dan jasa pelayanan. Untuk pengadaan obat dan bahan habis pakai menggunakan obat-obatan dan bahan habis pakai dari pengadaan di Kabupaten/Kota.

D. Jasa tindakan pelayanan gawat darurat Rp10.000,00/paket E. Jasa pelayanan spesialistik disesuaikan dengan peraturan daerah F. Operasional dan manajemen puskesmas

II. Dana Pelayanan Kebidanan (Persalinan) dengan rincian biaya unit cost paket rawat inap per hari Rp50.000,00; jasa tindakan persalinan normal Rp200.000,00; dan jasa tindakan persalinan dengan penyulit (PONED) Rp500.000,00.

III. Pemanfaatan dana tidak boleh tumpang tindih atau duplikasi dengan sumber dana lain.

Dinas Kesehatan Kota

(27)

Dana Jamkesmas digunakan untuk operasional puskesmas berdasarkan Planning of

Action (POA) yang dibuat oleh masing-masing puskesmas tersebut, dimana untuk penggunaannya/pencairannya harus mendapatkan persetujuan dari tim pengelola kota. Disamping Jamkesmas bagi masyarakat miskin yang tidak terdaftar dalam keanggotaan Jamkesmas, Pemerintah Kota Padang juga telah menyediakan Jamkesda yang sumber dananya merupakan sharing cost dengan Provinsi Sumatera Barat sejak Desember 2007. Anggaran Jamkesda berada pada Dinas Kesehatan Kota Padang yang bekerjasama dengan PT Askes dengan sistem kontrak asuransi yang diperpanjang setiap tahunnya. Untuk Tahun 2009 Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara PT Askes (Persero) Cabang Padang dengan Dinas Kesehatan Kota Padang tentang Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Mendekati Miskin/Tidak Mampu (Program Kemitraan) di Puskesmas masih dalam proses penyusunan.

Sesuai dengan janji Walikota Incumbent yakni pelayanan kesehatan gratis, maka sejak tahun 2009 untuk pengobatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) di Puskesmas tidak dikenakan biaya atau gratis, bahkan untuk warga miskin yang tidak memilki biaya untuk transportasi ke Puskesmas, maka setelah selesai pengobatan akan diberikan pengganti transport sebesar Rp2.000,00 per orang per kunjungan. Untuk sumber dananya dibiayai dari zakat penghasilan pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Padang yang dikelola oleh pihak ketiga, yakni Badan Amil Zakat (BAZ) Kota Padang.

Dukungan RS terhadap Program Jamkesmas berjalan baik dengan memberikan kemudahan pelayanan bagi pasien Jamkesmas sehingga berdasarkan wawancara dengan pasien Jamkesmas, pasien tidak merasa kesulitan dan mengalami hambatan selama melakukan pengobatan di RS. Pihak Manajemen Rumah Sakit tidak memiliki kebijakan yang mengatur khusus tentang pelaksanaan Jamkesmas. Pelaksanaan Jamkesmas seluruhnya mengacu pada Pedoman Pelaksanaan (manlak) yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan. Perlakuan atas luncuran dana Jamkesmas tidak melalui Kas Daerah namun langsung ditransfer ke rekening milik Rumah Sakit. Pada RSUD Kota Padang, seluruh luncuran dana Jamkesmas ditampung pada rekening penampungan Jamkesmas di BRI, kemudian berdasarkan jumlah klaim yang telah disetujui oleh verifikator Independen dana tersebut ditarik kemudian digunakan untuk pembelian obat, pembelian Bahan Habis Pakai (BHP) dan untuk pembayaran jasa sarana dan prasarana, dan jika masih terdapat kelebihan maka disimpan pada rekening Bank Nagari atas nama RSUD Padang. Penggunaan dana luncuran Jamkesmas di RSUD diatur oleh Surat Keputusan Direktur RSUD Nomor 445.580/SK Direktur/RSUD P/III/2008 tanggal 24 Maret 2008 tentang Petunjuk Operasional Penggunaan Jasa Pelayanan Pasien Askes Pegawai, Jamkesmas dan Jamkesda Rumah Sakit Umum Daerah Padang yang antara lain mengatur besarnya jumlah setoran ke Kas Daerah. Jumlah setoran ke Kas Daerah ditetapkan sebesar 15% dari Jasa Sarana, sedangkan untuk Jasa sarana sendiri ditetapkan sebesar 60% dari total klaim yang disetujui. Dengan kata lain, jumlah setoran ke Kas Daerah adalah sebesar 9% dari total klaim yang disetujui, dan sisanya digunakan langsung untuk operasional Rumah Sakit. Hasil evaluasi terhadap kebijakan Pemerintah Kota Padang terhadap penerimaan dan pengeluaran dana Jamkesmas di RSUD Kota Padang dan Puskesmas-puskesmas Kota Padang belum sesuai dengan pengelolaan Keuangan Daerah. Dana Jamkesmas yang diterima digunakan langsung oleh puskesmas, sedangkan di RSUD Kota Padang

RSUD Kota Padang

(28)

sebesar 9% dari klaim dana jamkesmas telah disetor ke kas daerah dan sisanya 91% digunakan langsung.

Hasil evaluasi atas perencanaan yang telah dilakukan oleh Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa perencanaan dalam rangka penyaluran dana pelayanan kesehatan ke puskesmas dan jaringannya belum memperhatikan kebutuhan puskesmas.

POA merupakan unsur perencanaan yang wajib dibuat oleh puskesmas dan harus mendapat persetujuan kepala Dinkes kabupaten/kota untuk pencairan anggaran Jamkesmas. POA yang disusun oleh puskesmas berupa POA tahunan (pada awal kegiatan) maupun POA bulanan/triwulanan/tahunan sebagai rencana pelaksanaan kegiatan bulanan/triwulanan. Hasil evaluasi atas kegiatan penyusunan anggaran oleh puskesmas dalam bentuk POA menunjukkan bahwa secara umum puskesmas belum menyusun POA bulanan/triwulanan/tahunan.

Hasil evaluasi atas prosedur kerja Pemerintah Kota Padang tidak memiliki SOP untuk: • Tim Pengelola Jamkesmas

• SOP untuk rekruitmen verifikator independen • Prosedur monitoring dan evaluasi PPK

• SOP tentang pedataan masyarakat miskin Jamkesmas

• Prosedur koordinasi tim dengan PT Askes, Dinas Kesehatan, Direktur PPK Tingkat Lanjut, Satker yang melakukan pendataan, atau internal tim.

Seluruh tugas, kegiatan Tim Pengelola Jamkesmas mengacu kepada Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas Tahun 2008 dan diperbaharui dengan Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas Tahun 2009.

Beberapa prosedur kerja yang belum diatur dalam Manlak Program Jamkesmas yaitu mekanisme penilaian kinerja verifikator independen, dan mekanisme pembuatan PKS antara Pemda dengan RS. Selain itu Depkes belum secara optimal dalam menyediakan sarana dan prasarana pendukung Program Jamkemas di RS, dan kegiatan manajemen kepesertaan yang telah dilaksanakan oleh PT Askes (Persero) dalam penyelenggaraan Program Jamkesmas sampai dengan Bulan Juni 2009 belum diikat dengan PKS. Disamping itu Pertanggungjawaban dan kapitasi pada puskesmas dan jaringannya tidak terintegrasi dengan sistem pengelolaan keuangan daerah dan pendistribusiannya mengalami keterlambatan, dan Software Jamkesmas 2008 dan INA-DRG 2009 terlambat diterima dan belum dapat dioperasionalkan oleh RS sesuai kebutuhan. Penerimaan dana Jamkesmas oleh Puskesmas adalah melalui PT Pos, sedangkan penerimaan dana Jamkesmas oleh RS adalah melalui rekening RS masing-masing sesuai dengan yang dilaporkan kepada Depkes. Namun dalam pelaksanaannya SK tentang Alokasi Dana Jamkesmas dari Depkes tidak rutin diterima setiap awal triwulan.

Hasil evaluasi atas pencatatan dan pelaporan diketahui bahwa pelaporan secara berjenjang dari PPK (puskesmas dan RS) sampai ke Tim Pengelola Jamkesmas Pusat

Prosedur Kerja Pencatatan dan Pelaporan Perencanaan

(29)

tidak dilaksanakan secara tertib. Penyampaian laporan dari Tim Pengelola Kota kepada Tim Pengelola Provinsi tidak disampaikan tepat waktu.

Tim Pengelola Kota Padang telah melakukan pencatatan atas dana yang dikelolanya, seperti dana Dekon dan dana Bantuan Sosial dari Departemen Kesehatan yang digunakan untuk biaya operasional dan honor Tim Pengelola Kota. Sedangkan untuk masing-masing puskesmas memiliki Bendahara tersendiri yang mencatat dan membukukan transaksi keluar masuk dana Jamkesmas. Bendahara Jamkesmas biasanya juga merangkap sebagai Bendahara Jamkesda. Paling lambat tanggal 5 setiap bulannya masing-masing puskesmas membuat laporan penerimaan dan penggunaan dana Jamkesmas sesuai Manlak yang ditandantangani oleh Kepala Puskesmas. Kemudian tanggal 10 setiap bulannya Tim Pengelola Kota melakukan kompilasi laporan dari seluruh Puskesmas tersebut untuk dikirimkan kepada Tim Koordinasi Provinsi.

Sekretariat Tim Pengelola Program Jamkesmas Dinas Kesehatan Kota Padang setiap bulannya melakukan rekapitulasi laporan dari seluruh laporan hasil kegiatan Puskesmas di wilayah Kota Padang dengan menggunakan format yang telah ditentukan dalam Juknis Jamkesmas di Puskesmas dan Jaringannya Tahun 2008 dan mengirimkan ke Dinas Kesehatan Provinsi cq Sekretariat Tim Pengelola Program Jamkesmas Dinas Kesehatan Provinsi.

Tim Pengelola dan Tim Koordinasi Jamkesmas Kota Padang juga telah membuat laporan pertanggungjawaban dana Bansos dan Dekon untuk mendanai kegiatannya dan mengirimkan laporan tersebut ke Dinas Kesehatan Provinsi.

Pencatatan atas pengelolaan dana Jamkesmas dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Jamkesmas RSUD dengan menunjuk satu orang bendahara Jamkesmas yang bertanggungjawab terhadap penggunaan dana luncuran dari pusat dan menyelenggarakan pembukuan dan kelengkapan administrasi penggunaan dana. Bendahara Jamkesmas telah membuat BKU atas dana jamkesmas yang pengelolaannya terpisah dari bendahara rutin RSUD. Sejak Tahun 2008 RSUD Kota Padang telah mengalami pergantian bendahara Jamkesmas sebanyak 4 kali.

RSUD Padang sebagai pemberi pelayanan kesehatan setiap bulannya berkewajian membuat laporan bulanan yang disampaikan kepada kepada Tim Pengelola Kota untuk kemudian dikompilasikan dan dikirimkan kepada Tim Pengelola Provinsi. Namun dalam pelaksanannya, selama Tahun 2008 Tim Pelaksana Jamkesmas RSUD Padang tidak pernah membuat laporan bulanan untuk disampaikan kepada Tim Pengelola Jamkesmas Kota. Sampai saat ini Tim pelaksana RSUD baru membuat laporan bulan Januari sampai dengan September 2008 pada Februari 2009. Sedangkan untuk bulan Oktober 2008 sampai Agustus 2009, Tim Pelaksana RSUD belum membuat laporan pelaksanaan jamkesmas.

Hasil evaluasi terhadap personalia pendukung Program Jamkesmas menunjukkan adanya kekurangan dan ketidaksiapan tenaga pelaksana Program Jamkesmas. Hal tersebut terlihat dari kurangnya tenaga pembukuan di puskesmas dan ketidaksiapan tenaga administrasi, petugas coder, tenaga medis untuk menuliskan diagnosa yang sesuai dengan sistem INA DRG, bagian farmasi, hingga verifikator independen di RS.

Personalia Dinas Kesehatan

RSUD Kota Padang

Referensi

Dokumen terkait

[r]

judul Jur.nal llmiah (Artikel) : Does Human capital lnvestment Matter for Growth.. Evidence from lndonesia During the Fiscal Decentralization

Karena kedua entitas merupakan entitas sepengendali pada tanggal tersebut, hasil keuangan PT Meadow Indonesia dan Perusahaan digabungkan dengan menggunakan nilai buku aset

Many articles supply answers, but here I do not. Here, I ask the questions. If you want to rack your brains for finding the answers to these life conundrums. These are not easy,

i) Pelajaran rendah dalam bahasa kebangsaan dimajukan dengan mengadakan pelajaran menerusi bahasa kebangsaan di sekolah yang dahulunya sekolah rendah kerajaan dengan syarat ada

Algoritma genetik dipilih sebagai metode untuk menghasilkan rancangan jadwal yang efisien dikarenakan karakteristik proses produksi nugget yang memiliki banyak sekali variasi

Mungkin sebagian orang malas untuk membaca buku-buku yang menjelaskan tentang teknik dasar Bola Volley, yang penyajiannya kurang menarik, dimana hanya ada gambar-gambar mati

Kepada peserta pelelangan yang keberatan, diberikan kesempatan untuk menyampaikan sanggahan khususnya mengenai ketentuan dan prosedur yang telah ditentukan dalam