• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL. Ni Kadek Dwiyanti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL. Ni Kadek Dwiyanti"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL

Pura Puseh, Di Desa Pakraman Manuaba, Tegallalang, Gianyar, Bali

(Tinjauan Sejarah, Fungsi Pura Dan Potensinya Sebagai Pewarisan Nilai Dalam

Pembelajaran IPS Tingkat SMP Berdasarkan Kurikulum 2013)

OLEH :

Ni Kadek Dwiyanti

1014091009

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

(2)

TINJAUAN SEJARAH, FUNGSI, DAN POTENSI PURA PUSEH DESA

PAKRAMAN MANUABA SEBAGAI PEWARISAN NILAI DALAM

PEMBELAJARAN IPS

Ni Kadek Dwiyanti, Prof. Dr. Nengah Bawa Admadja,M.A, Dr. I Ketut Margi, M.Si

e-mail:

{dwiyantinikadek@gmail.com, nengah_bawa_atmadja@yahoo.co.id,

ketut.margi@yahoo.co.id}@undiksha.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui Sejarah Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba. (2) Mengetahui Fungsi Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba. (3) Mengetahui Potensi Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba Sebagai Pewarisan Nilai Dalam Pembelajaran IPS Tingkat SMP. Model penelitian yang digunakan untuk menyusun penelitin ini adalah pendekatan kualitatif yang lebih menekankan pemecahan masalah kekinian,dengan tahap- tahap: (1) Rancangan Penelitian, (2) Lokasi Penelitian, (3) Teknik Penentuan Informan, (4) Teknik Pengumpulan Data (Observasi, Wawancara, Studi Pustaka / Dokumen, Teknik Validitas Data (triangulasi data dan Triangulasi Metode)), (5) Analisis Data, dan (6) Penulisan Hasil Penelitian. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, Sejarah Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba, bersamaan dengan berdirinya Desa Manuaba pada tahun 1222- 1417. Pura Puseh mengandung nilai kepurbakalaan, terbukti dengan beberapa peningalan arca di Pura Puseh seperti, arca Ganesa, arca perwujudan, lingga, fragmen cetakan nekara dan beberapa buah fragmen arca.Dengan ditemukanya seni arca di Pura Puseh, hal tersebut membuktikan lokasi Pura Puseh sekarang diyakini sebagai sentral dari Desa Manuaba, maka di bangunlah Pura Kahyangan Jagat di lokasi Pura Puseh saat ini. Fungsi dari Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba adalah; (1) Fungsi Sejarah (Historis), (2) Fungsi Religius, (3) Fungsi Sosial dan (4) Fungsi Budaya. Nilai- nilai yang terdapat pada Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba diantaranya: (1) Nilai Religius, (2) Nilai Sosial, (3) Nilai Estetik, (4) Nilai Politik, (5) Nilai Ekonomi, dan (6) Nilai Teoritik. Nilai-nilai ini nantinya akan diwariskan melalui lembaga sekolah, dengan guru sebagai agen pewarisan nilai.

Kata Kunci: Arca, Pura Puseh, Pewarisan Nilai. ABSTRACT

This study aimed at: (1) Knowing the history of Puseh Temple in the village of Manuaba. (2) Knowing the functions of Puseh Temple in the village of Manuaba. (3) Knowing the potencies of Puseh Temple in the village of Manuaba as the values inheritance in learning Social Science at Junior High School based on the Curriculum 2013. This research was a qualitative study in which it emphasized the problem solving in some stages, that is, (1) Research Planning, (2) Research Location, (3) Criteria of Informants Selection, (4) Method of Data Collection (Observation, Interview, Document Research, Data Validation Techniques (data triangulation and Triangulation method), (5) Data Analysis, (6) The Writing of Research results. The results of this study shows that the history of Puseh Temple in the village of Manuaba was proven by the finding of some statues, that is, the Ganesh statue, the phallus, the fragment of kettledrum, and some statue fragments. By the findings of the statues in Puseh Temple, it had been proven that the location of the Puseh Temple was the central of Manuaba Village. That was the reason of the built of Pura Kahyangan Jagat in this location. Puseh Temple in the village of Manuaba has some functions, that is, (1) Historis Functions, (2) Religious Functions, (3) Social Functions, and (4) Cultural Functions. The values contained in Puseh Temple in the village of Manuaba are: (1) Religious Values, (2) Social Values, (3) Esthetical Values, (4) Political Values, (5) Economical Values, (6) Theoritical Values. These values will be inherited through school institutions where teachers as the values inheritance agents.

(3)

PENDAHULUAN

Kata Pura mulai digunakan untuk menyebutkan suatu lokasi atau tempat pada saat Bali mulai dikuasai oleh Kresna Kepakisan. Pada masa itu kata pura dipakai untuk menyebutkan nama istana Raja, seperti istana Raja Dalem di Samprangan disebut dengan

Linggarsapura, istana Raja Gelgel disebut

dengan Swecapura dan di Klungkung disebut dengan Smarapura. Kata Pura mulai digunakan untuk menyebut tempat pemujaan umat Hindu yang diperkirakan pada zaman kerajaan Kelungkung. Kata Pura yang sebelumnya dipakai untuk menyebutkan nama istana Raja mulai dipakai untuk menyebut nama tempat suci pemujaan, sedangkan istana Raja disebut dengan istilah Puri (Aniek, dkk, 2012 : 6-7).

Secara struktur Pura Puseh di Desa Pakraman Manuaba, penempatan Pura Puseh dengan Pura Desa digabung serta ditambah lagi dengan Pura Subak yang sering disebut oleh dengan Pura Masceti yang berada dalam satu komplek areal Pura. Dengan dibatasi oleh tembok untuk membedakan areal Pura Puseh, Pura Desa dan Pura Masceti. Sedangkan Pura Dalem di Desa Pakraman Manuaba ini, berada agak jauh dari kawasan pemukiman masyarakat sekitar.

Pura Puseh di Desa Pakraman Manuaba serta peninggalan- peninggalan sejarah yang terdapat disana, belum dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran IPS di sekolah, padahal bisa dipakai sebagai pewarisan nilai dalam pembelajaran IPS tingkat SMP, yang terdapat pada silabus mata pelajaran IPS kelas VII di SMP yang termuat dalam Kompetensi Dasar yaitu 1.1 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan waktu dengan segala perubahannya, Kompetensi Dasar 1.2 Menghargai ajaran agama dalam berfikir dan berperilaku sebagai penduduk Indonesia dengan mempertimbangkan kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam masyarakat dan 1.3 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya dan 4.2 Menyajikan hasil

pengamatan tentang hasil-hasil kebudayaan dan fikiran masyarakat Indonesia pada masa praaksara, masa Hindu Buddha dan masa Islam dalam aspek geografis, ekonomi, budaya, dan politik yang masih hidup dalam masyarakat sekarang.

Pembelajaran di sekolah Guru hanya berpanduan kepada buku ajar yang berkaitan dengan materi. Hal tersebut membuat para siswa kurang diminati. Dalam perkembangan dunia pendidikan dewasa ini, tentunya pembelajaran yang paling baik dan efektif dalam proses pendidikan adalah dengan mengajak siswa langsung melihat dan mengalami suatu hal yang dipelajari. Salah satu strategi yang bisa dikembangkan adalah strategi pembembelajaran di luar kelas. Strategi ini cukup penting karena dapat memberikan suatu pengalaman yang nyata terhadap siswa mengenai berbagai peninggalan bersejarah terutama disekitar lingkungan siswa.

Berdasarkan beberapa keunikan dan permasalahan yang ditemukan di Pura Puseh di Desa Pakraman Manuaba, maka perlu dilakukan penelitian lebih mendalam sehingga dalam penelitian ini dapat menambah pengetahuan yang berhubungan dengan sejarah lokal dan pewarisan nilai serta manfaat bagi masyarakat di Desa Pakraman Manuaba khususnya dan wilayah Gianyar pada umumnya untuk dijadikan sumber belajar sejarah yang lebih efektif.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu, untuk mengetahui Sejarah, fungsi serta potensi Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba sebagai pewarisan nilai dalam pembelajaran IPS. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pendirian tempat suci (Pura) selanjutnya fungsi tempat suci (Pura) serta pewarisan nilai melalui pembelajran IPS sesuai dengan kurikulum 2013. Nilai- nilai yang terdapat disana yaitu, Nilai Religius, Nilai Sosial, Nilai Estetik, Nilai Politik, Nilai Ekonomi, dan Nilai Teoritik (Mulyana 2004: 32-35 (dalam Supardi 2010: 3)).

(4)

Model penelitian yang digunakan untuk menyusun penelitin ini adalah pendekatan kualitatif yang lebih menekankan pemecahan masalah kekinian, dan berkaitan dengan pendidikan serta pewarisan nilai yang terdapat pada Pura Puseh di Desa Pakraman Manuaba. Pendekatan kualitatif yang digunakan yaitu, (1) Lokasi Penelitian, peneliti mengambil lokasi di Desa Kenderan khususnya di Desa Pakraman Manuaba tepatnya di Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba, (2) Teknik Penentuan informan, dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik purposive sampling yaitu penentuan informan kunci kepada orang-orang yang memang mengetahui dan mengerti tentang masalah yang akan diteliti. Kemudian dikembangkan lagi dengan teknik “Snow Ball” yaitu penentuan informan dengan bantuan informan kunci. Informan kunci dalam penelitian ini adalah

Bendesa adat Desa Pakraman Manuaba

yaitu I Wayan Rudeg (60 Tahun). Melalui informasi inilah peneliti akan mendapat petunjuk informan lain yang dapat membantu menjawab permasalahan selama penelitian berlangsung diantranya yaitu, Jero Mangku Nyoman Sibang , Jero Mangku Gudug (80 Tahun), Jero Mangku Lempad (60 Tahun), dan I Kadet Maje (54 Tahun); (3) Teknik Pengumpulan data, yang terdiri dari, (a) Teknik observasi, adapun dalam penelitian ini yang diobservasi adalah lingkungan di sekitar Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba dengan mengamati peninggalan arca- arca pada masa Hindu- Buddha. Serta bangunan fisik dari Pura Puseh dan perilaku masyarakat dalam melestarikan bangunan peninggalan arca. Observasi yang peneliti gunakan adalah dengan datang langsung ke tempat penelitian dan mengamati segala sesuatu yang dianggap penting. Dengan begitu hasil dari penelitian ini akan benar-benar valid. Adapun sarana atau alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kamera, lembar observasi (terlampir), dan alat perekam, (b) Teknik wawancara Dalam pelaksanaan wawancara penulis langsung melakukan wawancara kepada informan yang mengetahui secara detail sejarah Pura Puseh di Desa Pakraman

Manuaba. Informasi kunci dalam penelitian ini adalah Bendesa adat Desa

Pakraman Manuaba yaitu I Wayan Rudeg

(60 Tahun). Melalui informasi inlah peneliti akan mendapat petunjuk informasi lain yang dapat membantu menjawab permasalahan selama penelitian berlangsung, (c) Teknik studi dokumen Diketahui bahwa sedikitnya sumber tertulis yang menyebutkan tentang eksistensi Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba. Hal tersebut mungkin desebabkan karena adanya data yang hilang. Selain itu tradisi penulisan yang berkaitan dengan keadaan peristiwa termasuk keberadaan Pura belum membudaya di masa lalu. Dalam lontar Ciwagana dijelaskan bahwa pendirian tempat suci di Desa pakraman (khayangan tiga) yang terdiri dari tiga buah Pura yaitu, Pura Puseh, Pura Desa, dan Pura Dalem sudah ada pada zaman itu, (d) Teknik validitas data (Triangulasi data dan Teknik triangulasi metode)); (4) Analisis data dan (5) Penulisan Hasil Penelitian. Dalam penulisan cerita sejarah di Pura Puseh, Desa Pakraman Manuaba, Tegallalang, Gianyar, Bali (Tinjauan Sejarah, Fungsi Pura dan Potensi Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba Sebagai Pewarisan Nilai Dalam Pembelajaran IPS Tingkat SMP Berdasarkan Kurikulum 2013) tetap menggunakan prinsif 5W+1H yang hendaknya bisa tujukan pada unsur- unsurnya yaitu, What (wujud peristiwa),

Who (pelakunya), Where (tempat terjadinya peristiwa), dan How (bagaimana mungkin peristiwa itu terjadi) (Widja,1988:3).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba

Dahulu kala Desa Manuaba bernama Jagat Gunung pada tahun 1222-1417 datanglah pedanda yang bernama Pedanda Sakti Manuaba yang berdiam di

jagat gunung (Manuaba). Ada seorang

utusan yang bernama Gede Bawa mengatakan bahwa Pedanda Sakti Manuaba akan kelinggiang di Desa Manuaba. Pedanda Sakti Manuaba kemudian mengajak istri dan anaknya

(5)

untuk berdiam di Jagat Gunung (Manuaba). Sering degan berjalanya

waktu Pedanda Sakti Manuaba beserta rekannya Gede Bawa bermukim di Manuaba, pada awalnya kehidupan di Manuaba berjalan dengan tentram dan damai namun datanglah seekor Semut Api, Semut Api tersebut melukai masyarakat yang tinggal di Manuaba, melihat tindakan dari semut api tersebut maka, Gede Bawa ingin membunuh semut api, dalam pertarungan tersebut Gede Bawa dan semut api sama- sama kuat, kemudian Pedanda Sakti Manuaba memberi kutukan kepada semut api untuk menjaga persawahan yang ada di sebelah timur Desa Manuaba dari serangan musuh. Tempat di mana semut api itu di kutuk bernama Pura Batan Waru yang

empon oleh Sekaa Subak Uma Gunung.

Musibah yang menimpa Desa Manuaba beserta masyarakat yang tinggal di sana belum berakhir, di sebelah utara Desa Manuaba ada sebuah sawah dan terdapat sebuah ular yang disebut dengan lelipi

maya. ular tersebut menjadi ancaman bagi

masyarakat karena jika terkena gigitan dari ular tersebut langsung meninggal, ular tersebut setiap hari terus memakan korban. Kejadian tersebut kemudian di ketahui oleh Pedanda Sakti Manuaba beserta rekannya Gede Bawa. Ular tersebut sangat sakti, Gede Bawa berkata

” Nah yen suba keto pemarane ye i lipi maya, lan katungkal jani dini lan, amoncen je pekayun ban guru lan amoncen je peresidan titian lan jani dini toh han ye jni, jani ketohan lan kesaktian ne jani dini amoncen je kesaktian ye i lelipi maya”.

Pertarungan tersebut mengalahkan lelipi

maya, tempat meningalnya lelipi maya

dinamakan Pura Hyang Sakti, karena pada saat pertarungan tersebut Gede Bawa dan Pedanda Sakti Manuaba mengeluarkan semua kesaktianya untuk melawan lelipi maya.

Tempat pemukiman Pedanda Sakti Manuaba berada jauh di timur di puncak pegunungan di Manuaba, karena tempat pemukimanya berada di gunung jadi banyak binatang yang menyerang dan memudahkan musuh untuk mengacaukan Desa maka Gede Bawa mengatakan “Guru yen kene uduke lan jani mekidsid

jani ngauhan kenten penikan ida Gede Bawa, duanin riki wenten asah, pang paek sareng kayangan pang sing guru joh kangin nenggel aluh pang maranin musu e”. Mendengar pertimbangan dari Gede

Bawa kemudian Pedanda Sakti Manuaba pindah ke Desa Manuaba sekarang. Setelah beliau membangun griya disebelah utara Desa Manuaba, di sebelah selata beliau menemukan arca- arca dan percetakan nekara perunggu di pejeng. Pada saat itu beliau mulai berfikir bahwa Desa Manuaba ini merupakan sebuah Desa Kuno pada masa prasejarah dan pada masa Hindu- Buddha karena benda peninggalan tersebut membuktikan sudah adanya kehidupan di Desa Manuaba pada saat itu, serta tempat ditemukan peninggalan prasejarah tersebut diyakini sebagai sentral pemerintahan di Desa Manuaba. Dengan pertimbangan tersebut beliau memutuskan untuk membangun Pura Kahyangan Tiga di tepat ditemukan peninggalan prasejarah tersebut. Dibangunlah Pura Kahyangan Tiga yang terdiri dari Pura Puseh, Pura Desa dan Pura Subak (Masceti). Benda prasejarah tersebut di simpan di gedong arca di Pura Puseh. Peninggalan prasejarah tersebut disucikan serta di sakralkan oleh masyarakat Manuaba dan masih dilestarikan sampai sekarang.

Pura Puseh mengandung nilai kepurbakalaan, terbukti dengan beberapa peningalan arca di Pura Puseh seperti, arca Ganesa, arca perwujudan, lingga, fragmen cetakan nekara dan beberapa buah fragmen arca. Dengan ditemukanya seni arca di Pura Puseh, hal tersebut membuktikan lokasi Pura Puseh sekarang diyakini sebagai sentral dari Desa Manuaba, maka di bangunlah Pura Kahyangan Jagat di lokasi Pura Puseh. Peninggalan prasejarah tersebut, dimanfaatkan sebagai media pemujaan, baik memuja dewa-dewa Hindu maupun sebagai tempat pemujaan nenek moyang serta di simpan di Gedog Arca di Pura Puseh. Gedong arca tersebut tidak boleh dibuka sembarangan sangat disakralkan,

gedong arca terbuka hanya pada saat piodalan di Pura Puseh. Selain itu, arca-

(6)

arca serta peninggalan purbakala lainya juga dijaga oleh petugas dari Badan Pelestarian Purbakala Provinsi Bali.

Pembangunan Pura ini berdasarkan cerita tersebut, didirikan dengan beberapa tahapan. Seperti pada bangunan pelinggih untuk penepatan arca- arca dulunya belum ada. Kemudian seiring berjalannya waktu agar arca yang ada di Pura Puseh tidak cepat rusak dan hilang maka, di bagunlah Gedong Arca untuk menyimpan benda- benda peninggalan sejarah di Pura Puseh.

Fungsi Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba

Pura Puseh Desa Pakraman

Manuaba memiliki fungsi yang sangat penting yaitu, (1) Fungsi sejarah (Historis) di Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba sangat penting dalam kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Hal ini terkait dengan jejak-jejak sejarah yang tersimpan di dalam peninggalan tersebut yang bisa dikembangkan menjadi sumber sejarah yang lebih efektif dan inofatif dalam merekonstrusksi sebuah peristiwa sejarah di masa lampau. Di Pura Puseh terdapat sebuah cetakan nekara pada masa megalitik. Hal tersebut membuktikan pada suatu konsepsi yang berasal dari kepercayaan dan pemujaan terhadap roh nenek moyang. Adanya pemujaan terhadap arwah nenek moyang melalui bentuk-bentuk megalitik yang diciptakan sebagai media penghormatan dengan tujuan untuk memelihara hubungan yang harmonis antara dunia arwah dengan masyarakat pendukungnya atau penyungsungnya guna memohon perlindungan, kesuburan dan keselamatan. (2) Fungsi Religius yaitu Pura merupakan bangunan suci Umat Hindu terutama dalam hal hunbungan dengan sang pencipta alam semesta, sama halnya dengan Pura Puseh di Desa

Pakraman Manuaba sebagai Pura

Kahyangan Tiga memiliki fungsi utama sebagai tempat untuk melakukan pemujaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa beserta manifestasinya, (3) Fungsi Sosial yaitu yang dimiliki oleh sebuah Pura adalah fungsi yang berkaitan dengan hubungan antar umat dan lingkungan

yang ada di sekitar, secara keseluruhan fungsi Pura Puseh ini adalah membinan dan mempererat hubungan kekerabatan antar umat khusunya pengempon Pura Puseh di Desa Pakraman Manuaba, dan (4) Fungsi Budaya dapat dibagi menjadi tiga yaitu (a). Seni suara yang sering dipentaskan di Pura Puseh adalah

kekawin, (b). Seni Tari yang serring

dipentaskan adalah tari wali yaitu tari

baris, tari rejang dan topeng, (c) Seni

Tabuh yang berupa pementasan tabuh untuk mengiringi tarian dan upacara

piodalan.

Nilai- Nilai Yang Terdapat Di Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba Serta Potensinya Sebagai Pewarisan Nilai Dalam Pembelajaran IPS Tingkat SMP Berdasarkan Kurikulum 2013

Pura Puseh Desa Pakraman

Manuaba memiliki poteni sebagai pewarisan nilai- nilai yang dilakukan di sekolah. Nilai- nilai yang terdapat di Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba dapat dibagi menjadi dua yaitu, (1) Nilai- nilai yang hidup dalam masyarakat di Desa Pakraman Manuaba, yang terdiri dari, (a) Nilai religius yaitu yang hidup dalam masyarakat Desa Pakraman Manuaba diwujudkan dengan melakukan persembahyangan dan melaksanakan pemujaan dengan menggunakan sarana upakara sesajen atau banten sebagai wujud tanda terimakasih kepada Hyang Widhi atau sebagai simbol Hyang Widhi atau manifestasi-Nya. Nilai Religius yang terdapat pada Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba yang ditanamkan melalui pelajaran IPS tingkat SMP mendukung Kompetensi Dasar 1.1 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan waktu dengan segala perubahannya. Serta Kompetensi Dasar 1.2 Menghargai ajaran agama dalam berfikir dan berperilaku sebagai penduduk Indonesia dengan mempertimbangkan kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam masyarakat, (b) Nilai sosial yang dilakukan di Pura Puseh di Desa

Pakraman Manuaba yaitu, masyarakat

melaksanakan kegiatan rutin sebelum piodalan yaitu, ngaturan ngayah dapat mempererat pasewitran di antara krama

(7)

adat dan meningkatkan solidaritas antar

krama Desa pakraman Manuaba. Nilai

sosial yang terdapat pada Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba yang ditanamkan melalui pelajaran IPS tingkat SMP mendukung juga Kompetensi Dasar 1.1 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan waktu dengan segala perubahannya, Kompetensi Dasar 1.2 Menghargai ajaran agama dalam berfikir dan berperilaku sebagai penduduk Indonesia dengan mempertimbangkan kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam masyarakat dan 1.3 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya, (c) Nilai estetik yang terdapat di Pura Puseh-Desa, Desa Manuaba adalah seni arca (ikonografi), dibuktikan dengan ditemukannya beberapa buah arca, diantaranya arca Ganesa dan arca perwujudan. Nilai estetik yang terdapat pada Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba yang ditanamkan melalui pelajaran IPS tingkat SMP mendukung juga Kompetensi Dasar 4.2 Menyajikan hasil pengamatan tentang hasil-hasil kebudayaan dan fikiran masyarakat Indonesia pada masa praaksara, masa Hindu Buddha dan masa Islam dalam aspek geografis, ekonomi, budaya, dan politik yang masih hidup dalam masyarakat sekarang, (d) Nilai politik yang terdapat di Pura Puseh dapat dilihat dari peranan pemangku sebagai pemipin upacara di Pura Puseh. Pemangku bertindak sebagai pemimpin di Pura Puseh dan betuga mengontrol jalanya upacara serta kebutuhan upacara yang harus disiapkan oleh masyarakat. Nilai politik yang terdapat pada Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba yang ditanamkan melalui pelajaran IPS tingkat SMP mendukung juga Kompetensi Dasar 1.1 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan waktu dengan segala perubahannya, Kompetensi Dasar 1.2 Menghargai ajaran agama dalam berfikir dan berperilaku sebagai penduduk Indonesia dengan mempertimbangkan kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam masyarakat dan 1.3 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan

lingkungannya, (e) Nilai ekonomi di Pura Puseh dapat diwujudkan oleh masyarakat Desa Manuaba dengan menghaturkan banten. Banten atau upakara yang dihaturkan sesuai dengan perekonomian di Desa Manuaba. Selain itu, untuk menjaga benda peningglan yang ada di Pura Puseh, ditugaskan satu orang sebagai juru pemeliharaan peninggalan purbakala yang secara khusus dipilih oleh Badan Pelestarian Purbakala Provinsi Bali, untuk menjga dan merawat benda cagar budaya yang itemukan di Pura Puseh. Nilai ekonomi yang terdapat pada Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba yang ditanamkan melalui pelajaran IPS tingkat SMP mendukung juga Kompetensi Dasar 1.1 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan waktu dengan segala perubahannya, Kompetensi Dasar 1.2 Menghargai ajaran agama dalam berfikir dan berperilaku sebagai penduduk Indonesia dengan mempertimbangkan kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam masyarakat dan 1.3 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya, dan (f) Nilai teoritik yang hidup dalam masyarakat dalam menjaga kelestarian Pura khususnya Pura Puseh,

prajuru Desa memberikan tugas kepada

masyarakat sebagai juru sapuh yang bertugas khusu menjaga kelestarian Pura. Nilai teoritik yang terdapat pada Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba yang ditanamkan melalui pelajaran IPS tingkat SMP mendukung juga Kompetensi Dasar 1.1 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan waktu dengan segala perubahannya, Kompetensi Dasar 1.2 Menghargai ajaran agama dalam berfikir dan berperilaku sebagai penduduk Indonesia dengan mempertimbangkan kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam masyarakat dan 1.3 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya.

Sedangkan potensi yang kedua yaitu (2). Nilai- nilai pada artefak yang terdapat di Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba, yang terdiri dari, (a) Nilai

(8)

religius pada Pura Puseh yaitu Pura Puseh sebagai tempat untuk sembah sujud dan bakti kehadapan Ide Bahtara Wisnu. Sebelum adanya sebuah tempat persembahnyangan dimana kita sebagai umat Hindu sering disebut dengan Pura. Pada zaman perundagian pada zaman itu juga mengenal sistem kepercayaan. Dengan ditemukannya fragmen cetakan nekara di Pura Puseh Desa Manuaba membuktikan bahwa pada saat itu Nekara merupakan benda yang dipakai sebagai genderang yang ditabuh dalam berbagai upacara seperti upacara memanggil hujan, persiapan perang upacara pemakaman jenazah dan benda bekal kubur. Fragmen cetakan nekara di Pura Puseh Desa Manuaba mempunyai hiasan yang sama dengan hiasan nekara perunggu yang sekarang disimpan di Pura Penataran Sasih Pejeng, walaupun ukurannya lebih kecil. Hiasan-hiasan tersebut merupakan simbol-simbol tertentu yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat prasejarah. Nilai Religius yang terdapat pada Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba yang ditanamkan melalui pelajaran IPS tingkat SMP mendukung juga Kompetensi Dasar 4.2 Menyajikan hasil pengamatan tentang hasil-hasil kebudayaan dan fikiran masyarakat Indonesia pada masa praaksara, masa Hindu Buddha dan masa Islam dalam aspek geografis, ekonomi, budaya, dan politik yang masih hidup dalam masyarakat sekarang, (b) Nilai estetik yang ditemukan di Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba adalah nilai keindahan seni arca (ikonografi). Terbukti dengan ditemukannya lima buah arca Ganesa Arca yang cukup banyak ditemukan di Pura Puseh. Selai itu ditemukannya arca perwujudan yang berjumlah 14 buah dan berupa fragmen berjumlah 32 buah. Yang dimaksud dengan arca perwujudan adalah arca-arca yang pakaian dan perhiasannya seperti arca dewa tetapi tidak mempunyai atribut yang dapat dihubungkan dengan dewa tertentu. Adapun ciri umumnya adalah kuncup bunga yang dipegang kedua tangannya. Kadang-kadang bunga tersebut diganti dengan benda yang bulat lonjong. Arca perwujudan di Pura Puseh

Desa Manuaba memperlihatkan ciri badan yang kaku, lurus, memakai mahkota

kiritamakuta, sikap tangan memegang

kuncup bunga. Ciri-ciri arca ini sesuai dengan ciri-ciri arca dari periode Bali Madya yang dikatakan memiliki hiasan

mukuta berupa susunan kelopak bunga

teratai yang disusun sedemikian rupa makin ke atas makin mengecil, di kanan kiri mahkota terdapat hiasan stiliran daun, berdiri tegap (samabhaga), badan lurus kaku dari atas ke bawah, berkain tebal dari pinggang sampai pergelangan kaki (Aniek, dkk, 2012 :31-32). Nilai Estetik yang terdapat pada Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba yang ditanamkan melalui pelajaran IPS tingkat SMP mendukung juga Kompetensi Dasar 4.2 Menyajikan hasil pengamatan tentang hasil-hasil kebudayaan dan fikiran masyarakat Indonesia pada masa praaksara, masa Hindu Buddha dan masa Islam dalam aspek geografis, ekonomi, budaya, dan politik yang masih hidup dalam masyarakat sekarang, (c) Nilai politik yang terdapat pada artefak yang di temukan di Pura Puseh Desa Manuaba dapat dilihat dengan ditemukanya lima buah arca Ganesa. Dalam Agama Hindu arca ganesa diyakini sebagai simbol kekuasaan. Di Bali arca Ganesa ditemukan pada berbagai pura kuna bersama-sama dengan peninggalan purbakala lainnya. Agak berbeda dengan di Jawa maupun di India sebagai negeri asalnya agama Hindu dimana Ganesa sebagai keluarga Siwa biasanya ditempatkan pada salah satu relung candi Siwa. Tidak adanya bangunan candi monumental di Bali merupakan salah satu penyebab sulitnya mengetahui penempatan arca Ganesa tersebut. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila pada suatu pelinggih terkadang ditemukan berbagai jenis arca sebagaimana yang terdapat di Pura Puseh Desa Manuaba. Dengan adanya bukti tersebut memberikan gambaran bangaimana eksistensi Desa Manuaba yang titik sentralnya atau pusat pemerintahanya berada di Pura Puseh sekarang. Nilai Politik yang terdapat pada Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba yang ditanamkan melalui pelajaran IPS tingkat

(9)

SMP mendukung juga Kompetensi Dasar 4.2 Menyajikan hasil pengamatan tentang hasil-hasil kebudayaan dan fikiran masyarakat Indonesia pada masa praaksara, masa Hindu Buddha dan masa Islam dalam aspek geografis, ekonomi, budaya, dan politik yang masih hidup dalam masyarakat sekarang, dan (d) Nilai teoritik yang terdapat pada artefak yang ditemukan di Pura Puseh, dapat dilihat dari macam- macam arca yang ditemukan disana. Beberapa arca yang ditemukan memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut terlihat jelas darii bahan yang digunakan hingga atribut yang dipakai oleh masing- masing arca yang ditemukan. Nilai teoritik yang terdapat pada Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba yang ditanamkan melalui pelajaran IPS tingkat SMP mendukung juga Kompetensi Dasar 4.2 Menyajikan hasil pengamatan tentang hasil-hasil kebudayaan dan fikiran masyarakat Indonesia pada masa praaksara, masa Hindu Buddha dan masa Islam dalam aspek geografis, ekonomi, budaya, dan politik yang masih hidup dalam masyarakat sekarang

Potensi Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba Sebagai Pewarisan Nilai Dalam Pembelajaran IPS Tingkat SMP Berdasarkan Kurikulum 2013

Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba memiliki potensi sebagai pewarisan nilai, terutama pewarisan nilai pada generasi muda. Agen pewarisan nilai yang digunakan yaitu melalui Guru sebagai aktor utama dalam proses pewarisan nilai-nilai yang terdapat pada Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba tersebut (Damsar. 2011: 70).

Cara yang digunakan untuk mewariskan nilai-nilai melalui pembelajaran IPS di dalam kelas dengan memanfaatkan potensi nilai- nilai yang terdapat di Pura Puseh. Kemudian disisipkan ke dalam Kompetensi Inti “(1) Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya, (2) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya, (3) Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata dan (4) Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori” serta Kompetensi Dasar “Menyajikan hasil pengamatan tentang hasil-hasil kebudayaan dan fikiran masyarakat Indonesia pada masa praaksara, masa Hindu Buddha dan masa Islam dalam aspek geografis, ekonomi, budaya, dan politik yang masih hidup dalam masyarakat sekarang”. Proses penyampainnya menggunakan strategi CTL dan diakhiri dengan evaluasi.

Potensi yang terdapat di Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba tuangkan dalam bentuk Rancangan Perencanaan Pembelajaran (RPP). Pada RPP menyelipkan potensi Pura Puseh sebagai pewarisan nilai dalam pembelajaran IPS tingkat SMP kurikulum 2013 yaitu, pada Indikatornya mengidentifikasi hasil- hasil kebudayaan masyarakat indonesia pada masa praaksara, mendeskripsikan perkembangan dan proses masuknya pengaruh hindu, di indonesia, serta berbagai peninggalan dan mengidentifikasi nilai- nila apa saja yang terdapat pada peninggalan prasejarah di Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba.

Dengan materi Pokok yaitu, hasil- hasil kebudayaan masyarakat indonesia pada masa praaksara, perkembangan dan proses masuknya pengaruh Hindu, Buddha, dan Islam di Indonesia, serta berbagai peninggalannya dan Perubahan masyarakat Indonesia pada masa praaksara, masa Hindu, Buddha dan masa Islam dalam aspek geografis, ekonomi, budaya, pendidikan, dan politik. Serta dengan Tujuan Pembelajaran siswa mampu mendeskripsikan peninggalan

(10)

praaksara yang terdapat di Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba, Perkembangan dan proses masuknya pengaruh Hindu, Buddha, dan Islam di Indonesia, serta berbagai peninggalannya dan mendiskripsikan 6 nilai yang terkandung pada peningalan prasejrah di Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba

Selain itu RPP memberikan masukan kepada para guru agar dapat memanfaatkan sumber pembelajran yang ada di lingkngan sekitar siswa. Dengan begitu pembelajaran IPS di kelas akan terasa menyenangkan dan cepat dipahami oleh siswa

SIMPULAN DAN SARAN

Dari pemaparan pembahasan diatas penulis dapat menarik simpulan yaitu tahun 1222-1417 di Desa Manuaba datanglah pedanda yang bernama Pedanda Sakti Manuaba yang berdiam di

jagat gunung (Manuaba). Pendirian Pura

Puseh bersamaan dengan pendirian Desa Manuaba. Pura Puseh mengandung nilai kepurbakalaan, terbukti dengan beberapa peningalan arca di Pura Puseh seperti, arca Ganesa, arca perwujudan, lingga, fragmen cetakan nekara dan beberapa buah fragmen arca. Benda peninggalan tersebut membuktikan adanya kehidupan di Desa Manuaba pada saat itu, serta tempat ditemukan peninggalan prasejarah tersebut diyakini sebagai sentral pemerintahan di Desa Manuaba. Dengan pertimbangan tersebut beliau memutuskan untuk membangun Pura Kahyangan Tiga di tepat ditemukan peninggalan prasejarah. Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba memiliki fungsi yang sangat penting yaitu, (1) Fungsi Sejarah (historis), (2) Fungsi Religius, (3) Fungsi Sosial dan (4) Fungsi Budaya. Pura Puseh Desa

Pakraman Manuaba memiliki poteni

sebagai pewarisan nilai- nilai yang dilakukan di sekolah. Nilai- nilai yang terdapat di Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba dapat dibagi menjadi dua yaitu, (1) Nilai- nilai yang hidup dalam

masyarakat di Desa Pakraman Manuaba, yang terdiri dari nilai religius, sosial, estetik, politik, ekonomi dan teoritik. Sedangkan potensi yang kedua yaitu (2). Nilai- nilai pada artefak yang terdapat di Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba, yang terdiri dari nilai religius, estetik, politik, dan teoritik. Serta Guru sebagai aktor utama dalam proses pewarisan nilai-nilai yang terdapat pada Pura Puseh Desa

Pakraman Manuaba tersebut. Cara yang

digunakan untuk mewariskan nilai-nilai melalui pembelajaran IPS di dalam kelas dengan memanfaatkan potensi nilai- nilai yang terdapat di Pura Puseh. Kemudian disisipkan kedalam silabus SMP yang sesuai dengan kurikulum 2013.

Saran-Saran

Berdasarkan penelitian di atas penulis memberikan beberapa saran baik sebagai masyarakat maupun sebagai penulis, yaitu: Bagi Guru IPS, diharapkan guru IPS di SMP yang mengajar di kelas VII hendaknya mengaplikasikan peninggalan prasejarah yang terdapat Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba dan khususnya kepada guru IPS yang mengajar di kelas VII rencana pelaksanaan pembelajaraan (RPP) yang telah penulis diterapkan dalam pembelajaran di dalam kelas hendaknya dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran. Bisa juga guru mengaplikasikan peninggalan prasejarah yang terdapat Pura Puseh Desa

Pakraman Manuaba dengan

menggunakan strategi dan metode pembelajaran yang lebih menarik.

Bagi Generasi Muda, tingkatkan lagi kecintaan kepada sejarah lokal, baik itu pada pelajaran IPS di sekolah serta maknailah peninggalan prasejarah yang terdapat Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba beserta nilai-nilai yang terkandung pada peninggalan prasejarah. Hargai dan jaga selalu peninggalan prasejarah yang terdapat Pura Puseh Desa Pakraman Manuaba yang dibangun untuk mengenang peristiwa masa lalu.

(11)

Dengan hal tersebut, nantinya dapat menginspirasikan para generasi muda.

DAFTAR RUJUKAN

Aniek, Purniti Komang dan Ketut Alit Amerta. 2012. Penulisan Laporan Inventaris Cagar Budaya. Makalah disajikan dalam Pusat Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali Wilayah Provinsi Bali, NTB dan NTT, Gianyar 12 Maret 2012.

Supardi dan Saliman. 2010. Penanaman

Nilai-Nilai Dalam Pembelajaran IPS Di SMP. Tesis (tidak

diterbitkan). Universitas Negeri Yogyakarta.

Damsar. 2011. Pengantar sosiologi

Pendidikan. Jakarta: Prenada

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun lebih dari separo responden istri migran menyatakan bahwa dengan perginya suami untuk bekerja ke Malaysia beban pekerjaan rumah tangga menjadi semakin berat,

1) Dengan adanya Manajemen Bandwidth, maka pembagian bandwidth pada setiap client ISP akan dengan mudah diatur sesuai permintaan pelanggan akan bandwidth yang digunakan. 2)

Deskriptor diambil berdasar- kan jumlah panelis yang menyatakan bahwa suatu soal diperkirakan mampu dijawab benar oleh siswa minimal lebih dari separoh (1/2) dari

Objek pada penelitian ini adalah pada perusahaan yang bergerak di bidang penyewaan alat berat. Sistem yang berjalan, proses pencatatan barang invetaris hanya dilakukan

Pentosuria adalah suatu keadaan yang tidak berbahaya, yang Pentosuria adalah suatu keadaan yang tidak berbahaya, yang ditandai dengan ditemukannya gula xylulosa di

Model yang digunakan tersusun atas 2 faktor perlakuan, faktor A terdiri atas 3 taraf dan faktor B terdiri atas 3 taraf dengan ulangan sebanyak 3 kali sehingga disebut

Seperti pada DSM-III-R, halusinasi maupun waham tidak diperlukan untuk diagnosis skizofrenia, karena pasien dapat memenuhi diagnosis jika mereka mempunyai dua gejala

Secara fungsional antigen dibagi menjadi imunogen dan hapten. Contoh hapten adalah dinitrofenol, berbagai golongan antibiotik dan obat lainnya dengan  berat molekul