• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN SIFAT-SIFAT WIRAUSAHA ANTAR ETNIS DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL (PIK) PULOGADUNG, JAKARTA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN SIFAT-SIFAT WIRAUSAHA ANTAR ETNIS DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL (PIK) PULOGADUNG, JAKARTA TIMUR"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN SIFAT-SIFAT WIRAUSAHA ANTAR ETNIS

DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL (PIK)

PULOGADUNG, JAKARTA TIMUR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh: Rahmi Ulfah 106070002292

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Yunita Faela Nisa, M.Si Desi Yustari Muchtar, M,Psi NIP: 19770608 200501 2 003 NIP: 19821214 200801 2 006

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H /2010

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “PERBEDAAN SIFAT-SIFAT WIRAUSAHA ANTAR

ETNIS DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL (PIK) PULOGADUNG, JAKARTA TIMUR” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Desember 2010. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 10 Desember 2010

Sidang Munaqasyah

Dekan/ Pembantu Dekan/

Ketua merangkap anggota Sekretaris merangkap anggota

Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 130 885 522 NIP. 19561 223 198303 2 001

Anggota:

Abdul Rahman Shaleh, M.Si Ikhwan Luthfi, M.Psi NIP. 19720823 199903 1 002 NIP. 19730710 200501 1 006

Yunita Faela Nisa, M.Si Desi Yustari Muchtar, M.Psi NIP. 19770608 200501 2 003 NIP. 19821214 200801 2 006

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rahmi Ulfah

NIM : 106070002292

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PERBEDAAN

SIFAT-SIFAT WIRAUSAHA ANTAR ETNIS DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL (PIK) PULOGADUNG, JAKARTA TIMUR” adalah benar merupakan

karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka dan telah diuji kebenarannya.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 14 Desember 2010

Rahmi Ulfah

106070002292

(4)

Moto dan persembahan

MOTTO :

Nikmatilah kehidupan, karena kehidupan hanya satu kali.

Syukurilah keadaan, karena keadaan adalah rasa kehidupan.

Pujilah Allah, karena Dia Lah ….

pemberi kehidupan dan keadaan ini

untuk kita agar selalu dinikmati dan disyukuri.

PERSEMBAHAN :

Skripsi ini Ku persembahkan untuk semua orang yang

kusayang dan menyayangiku yang selalu memberikan kasih

sayang dan doa tiada henti.

PENGUSAHA

Karya: Purdi E. Chandra (Pendiri Bimbingan Belajar Primagama).

(5)

Seribu jadi satu juta. Satu juta jadi satu milyar. Satu milyar jadi satu trilyun.

Satu trilyun jadi bangkrut. Itulah Pengusaha.

Modalnya adalah dengkulnya. Tak punya dengkul pun, Bisa pinjam dengkul orang lain.

Pengalaman kerjanya adalah Tak pernah melamar pekerjaan. Keberaniannya adalah optimisme

Terhadap duitnya orang lain. Itulah pengusaha.

Kemandirian adalah jiwanya. Memulai usaha sendiri. Mengangkat dirinya sendiri

Sebagai direktur di perusahaannya sendiri. Tidak lakuu dibeli sendiri.

Itulah pengusaha.

Perjuangan adalah hari-harinya. Hutang adalah darahnya. Keuntungan adalah keringatnya. Tak berhutang pun hidupnya terasa hampa.

Baginya, hutang pun tetap mulia. Itulah pengusaha. Hidungnya panjang. Matanya tajam. Senyumnya mekar. Telinganya lebar. Itulah pengusaha. ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi B) 10 Desember 2010 C) Rahmi Ulfah

(6)

D) Perbedaan Sifat-sifat Wirausaha Antar Etnis Di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur

E) xvii + 171 hal (beserta lampiran) F) Isi abstrak

Penelitian ini diawali dengan melihat masih banyaknya jumlah pengangguran yang ada di Negara Indonesia setiap tahunnya. Walaupun pemerintah telah mencanangkan berbagai macam cara untuk memperkecil jumlah angka pengangguran, namun hal tersebut belum bisa memperkecil atau bahkan menghilangkan jumlah pengangguran. Selain menanggulangi jumlah pengangguran dengan cara memberikan bekal keterampilan dan keahlian kepada masyarakat, tapi pemerintah juga perlu membuka lapangan pekerjaan baru yang mengutamakan kemandirian, kreatifitas dan inovasi. Maka dari itu, hal yang penting untuk dicanangkan adalah dengan mencanangkan kewirausahaan untuk segala lapisan masyarakat di seluruh nusantara.

Etnis asli Indonesia yang lebih dahulu dikenal sebagai masyarakat yang memiliki jiwa kewirausahaan adalah etnis Minang. Etnis tersebut memang terkenal sebagai saudagar yang mahir berdagang. Menurut Sukardi (1991) Orang Padang (Minang) sering diasosiasikan dengan profesi ke-antrepeneur-an. Banyak usaha mereka yang dapat dengan mudah kita temui disekitar kita, seperti adanya rumah makan Padang yang menawarkan masakan khas Padang. Selain etnis Minang, etnis Jawa pun juga terkenal dengan sifat mereka yang ulet dalam berusaha. Selain masyarakat dari kedua etnis tersebut, etnis-etnis lain juga berpotensi untuk menjadi wirausaha yang sukses di bidangnya.

Variabel dalam penelitian ini adalah sifast-sifat wirausaha, yakni sifat instrumental, sifat prestatif, sifat keluwesan bergaul, sifat kerja keras, sifat keyakinan diri, sifat pengambilan resiko, sifat swa-kendali, sifat inovatif, dan sifat kemandirian. Populasi dalam penelitian ini adalah pengusaha yang ada di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur denga jumlah sampel sebanyak 122 orang respoden baik laki-laki mapun perempuan. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan Accidental Sampling. Sedangkan pengumpulan data menggunakan alat ukur Sembilan sifat wirausaha yang telah divalidasi oleh Riyanti.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat perbedaan sifat-sifat wirausaha antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. Penelitian ini didasarkan pada delapan kelompok etnis dari pengusaha yang memiliki, mendirikan, dan mengelola usaha mereka sendiri

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik statistic

Confirmatory Factor Analysis (CFA) untuk menguji validitas kontruk.

Sedangkan untuk menguji hipetesis, peneliti menggunakan teknik pengujian Anova dengan one-way ANOVA. Hipotesis dalam penelitian ini sebanyak 9 butir untuk semua factor (sesuai dengan jumlah sifa-sifat wirausaha). Faktor-faktor tersebut diukur dengan jumlah item antara 9 sampai 13 butir item.

(7)

Hasil pengujian hipotesis 1 diperoleh berdasarkan pengujian pengujian Hipotesa dengan menggunakan one-way ANOVA. Apabila nilai signifikansi > 0,05 maka hipotesis tersebut tidak signifikan. Seluruh hipotesis yang diuji menunjukkan hasil tidak signifikan. Dengan kata lain, hipotesis 1 hingga hipotesis 9 tidak memiliki perbedaan sifat-sifat wirausaha antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung.

Saran teoritis dalam penelitian ini adalah sebaiknya penelitian selanjutnya menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak, minimal 200 responden agar hasil penelitian lebih komprehensif dan mewakili populasi. Selain itu, apabila memungkinkan, hindari penggunaan teknik pengambilan sampel dengan accidental. Akan lebih baik jika menggunakan teknik sampling berdasarkan

random sampling. Hal itu bertujuan agar sampel yang diperoleh benar-benar

dapat mewakili jumlah populasi.

G) Bahan bacaan = 44 bahan (1974-2010)

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, kasih sayang, dan pertolongan-Nya kepada peneliti

(8)

untuk dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun peneliti dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan akhir menyelesaikan program studi strata 1 (S1) dan guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat serta salam peneliti haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan ke zaman yang cerdas dan beradab seperti sekarang. Atas rahmat Beliau lah peneliti dapat menyelesaikan salah satu syarat akhir dalam menyelesaikan pendidikan S1 peneliti. Semoga apa yang telah peneliti capai dapat membawa kebaikan kepada setiap orang yang berada disekitarnya. Amin.

Bermacam hambatan dan kekurangan yang dialami peneliti selama menyusun tugas akhir ini merupakan saat-saat dimana pertaruhan semangat, tekad dan perjuangan peneliti diuji. Kesemuanya telah peneliti lewati dengan baik dan akhirnya tiba di satu titik dimana semua itu berakhir, yaitu terselesaikannya skripsi. Peneliti sadar bahwa banyak kekurangan yang dialami peneliti dalam pengerjaan skripsi ini. Namun kekurangan tersebut tergantikan dengan kelebihan. Itu semua adalah hasil bantuan yang peneliti terima dari orang-orang hebat yang peneliti temui selama menyusun skripsi. Maka dengan rendah hati peneliti ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk mereka yang berada dibalik proses ini, yaitu:

1. Bapak Jahja Umar, Ph.D., Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Fadilah Suralaga, M.Si, Pembantu Dekan bidang akademik sekaligus sebagai dosen penasihat akademik peneliti.

3. Ibu Yunita Faela Nisa, M.Si (pembimbing 1). Terima kasih saya ucapkan atas semua dukungan dan nasihat ibu yang ibu curahkan selama penggarapan skripsi saya. Semoga Ibu selalu diberikan kesehatan dan selalu diberkahi Allah SWT. Amin

4. Ibu Desi Yustari Muchtar, M.Psi (pembimbing 2). Terima kasih banyak untuk semua dukungan dan nasihat yang ibu berikan, tertutama pada saat-saat terakhir dosen pembimbing 1 menitipkan

(9)

saya untk dibimbing hingga selesai. Semoga kebaikan ibu dibalas Allah SWT dan selalu dilindungi-Nya. Amin

5. Seluruh dosen pengajar serta staf sekretariat Fakultas Psikologi yang tentunya tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, atas segala ilmu yang telah kalian berikan maupun segala bantuan yang tak henti-hentinya mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Untuk Prof. Dr. Benedicta Prihatin Dwi Riyanti, M.Psi. Guru Besar fakultas Psikologi dan ketua program studi magister profesi psikologi Universtas Atma Jaya Jakarta. Terima kasih peneliti sampaikan karena beliau telah mengizinkan peneliti untuk memakai alat ukur Sembilan sifat wirausaha yang telah divalidasi ulang oleh beliau. Semoga Tuhan YME membalas semua kebaikan yang ibu telah berikan kepada saya. Semoga kita bisa berjumpa, lebih dari sekadar berbincang-bincang via e-mail.

7. Untuk Bapak DR. Muhammad Tamar, M.Si (staf pengajar FISIP dan Kepala pusat bimbingan dan konseling Universitas Hasanuddin, Makassar) yang telah mengizinkan peneliti untuk memakai alat ukur sifat wirausaha yang telah beliau sederhanakan dari alat ukur PTPE 90 dari Sukardi. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan Bapak. Amin

8. Untuk Badan Layanan Usaha Daerah PPUMKMP Pulogadung. Terutama untuk Ibu Imelda Sari yang telah memberikan pengarahan kepada peneliti untuk mendapatkan izin dari lembaga tersebut.

9. Kepada seluruh pengusaha yang telah bersedia menjadi sampel penelitian, saya ucapkan terma kasih yang sebesar-besarnya untuk bapak/Ibu. Karena kalian semua-lah saya dapat menyelesaikan skripsi saya ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak/Ibu. Semoga usaha Bapak dan Ibu semua berjalan lancer dan terus berkembang sukses. Amin

(10)

Peneliti juga mengucapkan terima kasih untuk mereka yang berjasa dalam membangun semangat dan tekad kuat kepada peneliti hingga sampai menuju titik akhir ini. Mereka adalah:

1. Papa, Mama, kakak-kakak serta adik-adik ku, alhamdulillah ulfah telah menyelesaikan skripsi ulfah. Berkat doa, cinta dan semangat kalian semua ulfah mampu menyelesaikan ini semua. Semoga kesuksesan ulfah menjadi kebahagiaan pertama yang ulfah mampu berikan ke papa, mama. Semoga kesuksesan ini pula dapat menjadi kalian semua saudara-saudara ku, terutama untuk Hilal & Rizki; adikku.

2. Untukmu, Heru. Orang yang berjasa meneguhkan niat, semangat dan kerja keras aku selama ini. Terima kasih untuk segala doa-doa yang kau mohonkan untuk aku dimana pun kamu berada. Semoga kesuksesan ini menjadi awal kita untuk selalu menemani selamanya. Amin. Terima kasih juga untuk kehangatan keluarga kamu setiap kali menyambut kedatanganku. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kalian kepadaku. Amin

3. Untukmu, Inaz. Terima kasih atas insight yang diberikan. Terima kasih juga sudah banyak meluangkan waktu untuk mengajarkan peneliti dalam mengolah data. Kamu teman yang memberikan banyak inspirasi untukku. Terimakasih pula peneliti sampaikan untuk para sahabatku, retha, arum, kadek, hani, resti, nisa, , syifa, adit cewe, adit cowo, awe, vika, terimakasih atas kebersamaan yang kalian berikan selama ini. Semoga kita sukses selalu setelah perjuangan kita yang akan dan atau telah kita lalui. amin

4. Terima kasih teman-teman psikologi angkatan 2006, khususnya kelas D. semoga tugas akhir kita masing-masing ini bukan akhir dari kekompakan kita ya... Semoga kalian selesaikan skripsi tepat waktu. Semoga akan selalu ada cerita-cerita unik dan selalu berkesan untuk

(11)

xi

kisah pertemanan kita semua. Semangat teman, jalan kita masih panjang, berjuanglah……

Akhir kata, peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini mungkin masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, peneliti berharap adanya segala kritikan dan masukan yang diberikan pembaca guna membangun dan melengkapi hal yang kurang dalam skripsi ini. Semoga penelitian ini menjadi manfaat bagi pembaca.

Bekasi, Mei 2010

(12)

xii

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan i

Lembar Pengesahan ii

Lembar Pernyataan iii

Motto dan Persembahan iv

Abstrak v

Kata pengantar vii

Daftar Isi xi

Daftar Tabel xiii

Daftar Lampiran xiv

BAB 1

PENDAHULUAN

1

1. 1. Latar Belakang Masalah 1 1. 2. Pembatasan Masalah 13 1. 3. Rumusan Masalah 14 1. 4. Tujuan Penelitian 14 1. 5. Manfaat Penelitian 14 1.6.1 Manfaat Praktis 14 1.6.2 Manfaat Teoritis 15

1. 6.

Sistematika Penulisan 15

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

17

2. 1. Sifat Wirausaha 17

2.1.1 Pengertian sifat 17 2.1.2 Pengaruh budaya terhadap sifat 20

2. 2. Wirausaha 23

2.2.1 Pengertian wirausaha 23 2.2.2 Karakteristik Wirausaha 26 2.2.3 Fungsi wirausaha 30 2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang berwirausaha 31 2.2.5 Kelebihan dan kekurangan menjadi wirausahawan 34 2. 3. Sifat wirausaha menurut Sukardi 35 2. 4. Kerangka Berpikir 39

2. 5. Hipotesis 42

2.5.1 Hipotesis null (Ho) 42 2.5.2 Hipotesis alternatif (Ha) 43

(13)

xiii

BAB 3

METODE PENELITIAN

44

3. 1. Jenis Penelitian 44

3.1. 1. Pendekatan Penelitian 44 3.1. 2. Metode Penelitian 44 3. 2. Jenis Variabel Dan Definisi Operasional 45 3.2. 1. Variabel Penelitian 45 3.2. 2. Definisi Operasional Variabel Penelitian 46 3. 3. Subjek Penelitian 48

3.3.1. Populasi 48

3.3.2. Sampel 49

3. 4. Instrumen Pengumpulan Data 49 3. 5. Teknik Pengambilan Sampel 51 3. 6. Teknik Analisa Data 52 3. 7. Prosedur Penelitian 54 3.7.1. Tahap Persiapan 55 3.7.2. Tahap Pelaksanaan 56

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS DATA 57

4. 1 Gambaran Umum Responden 57 4.1.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Etnis 57 4.1.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 58 4.1.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia 58 4.1.4 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

59 4.1.5 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Sentra Usaha 60 4.1.6 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Lama Usaha 60 4.1.7 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Omzet per tahun

61

4. 2 Uji Validitas Konstruk 61 4.2.1 Uji Validatas Konstruk Sifat Instrumental 62 4.2.2 Uji Validatas Konstruk Sifat Prestatif 65 4.2.3 Uji Validatas Konstruk Sifat Keluwesan Bergaul 68 4.2.4 Uji Validatas Konstruk Sifat Kerja Keras 71 4.2.5 Uji Validatas Konstruk Sifat Keyakinan Diri 74 4.2.6 Uji Validatas Konstruk Sifat Pengambilan Resiko 77 4.2.7 Uji Validatas Konstruk Sifat Swa-kendali 80 4.2.8 Uji Validatas Konstruk Sifat Inovatif 83 4.2.9 Uji Validatas Konstruk Sifat Kemandirian 86 4. 3 Deskripsi variabel penelitian 89

4. 4 Uji Hipotesis 91

4.4.1 Uji Hipotesis sifat Instrumental 93 4.4.2 Uji Hipotesis sifat Prestatif 93

(14)

xiv 4.4.3 Uji Hipotesis sifat Keluwesan bergaul 94 4.4.4 Uji Hipotesis sifatKerja keras 94 4.4.5 Uji Hipotesis sifat Keyakinan diri 95 4.4.6 Uji Hipotesis sifat Pengambilan resiko 95 4.4.7 Uji Hipotesis sifat Swa-kendali 96

4.4.8 Uji Hipotesis sifat Inovatif 96

4.4.9 Uji Hipotesis sifat Kemandirian 97 BAB 5 PENUTUP 98 5. 1. Kesimpulan 98 5. 2. Diskusi 100 5. 3. Saran 102 5.3.1 Saran metodologis 102 5.3.2 Saran praktis 104 DAFTAR PUSTAKA 107 LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 3

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah pengusaha PIK tahun 2004 Tabel 2.1 Karakteristik kewirausahaan

Tabel 4.1 Jumlah responden berdasarkan etnis

Tabel 4.2 Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.3 Jumlah responden berdasarkan usia

Tabel 4.4 Jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan Tabel 4.5 Jumlah responden berdasarkan sentra usaha Tabel 4.6 Jumlah responden berdasarkan lama usaha Tabel 4.7 Jumlah responden berdasarkan omzet per tahun

Tabel 4.8 Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat Instumental

Tabel 4.9 Muatan faktor item variabel sifat instrumental

Tabel 4.10 Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat prestatif

Tabel 4.11 Muatan faktor item variabel sifat prestatif

Tabel 4.12 Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat keluwesan bergaul

Tabel 4.13 Muatan faktor item variabel sifat keluwesan bergaul

Tabel 4.14 Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat kerja keras

Tabel 4.15 Muatan faktor item variabel sifat kerja keras

Tabel 4.16 Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat keyakinan diri

(16)

xvi Tabel 4.17 Muatan faktor item variabel sifat keyakinan diri

Tabel 4.18 Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat pengambilan resiko

Tabel 4.19 Muatan faktor item variabel sifat pengambilan resiko

Tabel 4.20 Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat swa-kendali

Tabel 4.21 Muatan faktor item variabel sifat swa-kendali

Tabel 4.22 Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat inovatif

Tabel 4.23 Muatan faktor item variabel sifat inovatif

Tabel 4.24 Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat kemandirian

Tabel 4.25 Muatan faktor item variabel sifat kemandirian

Tabel 4.26 Deskriptif variabel-variabel penelitian berdasarkan etnis Tabel 4.27 Uji F untuk Sembilan sifat wirausaha

Tabel 4.28 Uji Hipotesis sifat isntrumental Tabel 4.29 Uji Hipotesis sifat prestatif

Tabel 4.30 Uji Hipotesis sifat keluwesan bergaul Tabel 4.31 Uji Hipotesis sifat sifat kerja keras Tabel 4.32 Uji Hipotesis sifat keyakinan diri Tabel 4.33 Uji Hipotesis sifat pengambilan resiko Tabel 4.34 Uji Hipotesis sifat swa-kendali

Tabel 4.35 Uji Hipotesis sifat inovatif Tabel 4.36 Uji Hipotesis sifat kemandirian

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alur kerangka berpikir

Gambar 4.2 Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat instrumental Gambar 4.3 Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat prestatid

Gambar 4.4 Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat keluwesan bergaul

Gambar 4.5 Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat kerja keras Gambar 4.6 Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat keyakinan diri Gambar 4.7 Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat pengambilan

resiko

Gambar 4.8 Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat swa-kendali Gambar 4.9 Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat inovatif Gambar 4.10 Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat kemandirian

(18)

BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, pembatasan masalah, perumusan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang Masalah

Masih tingginya tingkat kemiskinan dan pengangguran merupakan masalah utama di Indonesia. Penciptaan lapangan kerja merupakan salah satu solusi untuk mengurangi pengangguran dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Data mengenai keadaan ketenagakerjaan di Indonesia pada semester kedua tahun 2010 (Berita Resmi Statistik No. 77/12/Th. XIII, 1 Desember 2010) menunjukkan adanya sedikit perbaikan yang digambarkan dengan adanya peningkatan kelompok penduduk yang bekerja, serta penurunan tingkat pengangguran.

Menurut Berita Resmi Statistik tersebut, pada bulan Agustus 2010, jumlah angkatan kerja mencapai 116,5 juta orang atau naik sekitar 530 ribu orang dibanding keadaan Februari 2010 dan naik 2,7 juta orang dibanding Agustus 2009. penduduk yang bekerja pada Agustus 2010 bertambah sebesar 800 ribu dibanding keadaan Februari 2010, dan bertambahnya 3,3 juta orang dibanding keadaan setahun yang lalu (Agustus 2009). Jumlah penganggur pada Agustus 2010 mengalami penurunan sekitar 270 ribu orang jika dibanding keadaan Februari 2010, dan mengalami penurunan 640 ribu orang dibanding keadaan

(19)

Agustus 2009. Peningkatan jumlah tenaga kerja serta penurunan angka pengangguran telah menaikkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 0,49 % selama periode satu tahun terakhir.

Harapan untuk diterima di dunia kerja tentunya tidaklah keliru, namun tidak dapat dipungkiri bahwa kesempatan kerja pun sangat terbatas dan tidak berbanding lurus dengan lulusan lembaga pendidikan baik dasar, menengah maupun pendidikan tinggi. Oleh sebab itu semua pihak harus terus berpikir dan mewujudkan karya nyata dalam mengatasi kesenjangan antara lapangan kerja dengan lulusan institusi pendidikan yang ada. Kesenjangan ini merupakan penyebab utama peningkatan angka pengangguran. Sedangkan pengangguran adalah salah satu permasalahan pembangunan yang sangat kritis khususnya di negara Indonesia yaitu di daerah-daerah pelosok nusantara.

Permasalahan dalam pengangguran akan terus berlangsung, namun bukan berarti pengangguran tidak dapat diatasi. Angka pengangguran yang akan selalu ada seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dapat diminimalisasi. Selain dengan cara membuka kesempatan kerja yang lebih banyak, pemerintah juga giat menyanangkan kewirausahaan. Sesuai dengan pernyataan McClelland, Lavador, Capati (Anggraini, 1995) yang mengatakan bahwa salah satu jalan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa adalaha melalui entrepreneurship. Hal ini terbukti dari pengalaman Negara-negara yang sudah maju, seperti Hongkong, Taiwan, Korea Selatan, dan Singapura.

(20)

Dengan berwirausaha, seseorang dapat membuka lapangan kerja sesuai dengan keahliannya dan kesenangannya akan bidang bisnis yang diminati. Dengan berwirausaha pula, seseorang akan memberikan peluang bekerja minimal kepada satu orang lain yang bekerja dalam bisnis yang dijalankan secara nyata. Oleh karena itu, berwirausaha merupakan langkah nyata yang dapat memengaruhi penurunkan angka pengangguran di Indonesia seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin hari semakin bertambah.

David McClelland (Riyanti, 2010) menyatakan bahwa suatu negara dapat dikatakan makmur bila terdapat minimal 2% wirausahawan dari jumlah populasi penduduknya. Amerika Serikat pada tahun 2009 memiliki 15% wirausaha, Eropa memiliki wirausaha yang mencapai 6%, dan di Asia sendiri, di Singapura misalnya, jumlah wirausaha bisa mencapai 7%.

Berbeda dengan Indonesia, pada tahun 2007 jumlah wirausaha diperkirakan mencapai 400.000 orang atau hanya 0,18% dari yang seharusnya. Jumlah ini belum mampu menyerap seluruh tenaga kerja yang ada. Data BPS (Badan Pusat Statistik) per Agustus 2008 menunjukkan adanya 9,39 juta penduduk Indonesia yang masih menganggur dari 102,55 juta angkatan kerja, serta 37 juta penduduk Indonesia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan (Bisnis Indonesia, 21 Oktober 2008).

Saat ini, jumlah wirausaha Indonesia sebanyak 0,18 % dari total penduduk yang berjumlah 230 juta jiwa. Jumlah yang sangat jauh dibandingkan angka ideal wirausaha suatu negara yang mau maju dan berkembang, yaitu sekitar 2 % dari

(21)

jumlah penduduknya. Bahkan untuk negara maju, jumlah wirausaha umumnya sudah di atas 5 % dari penduduknya. Tentu ini menjadi suatu tantangan dan sekaligus peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan kewirausahaan, mengingat bahwa wirausaha adalah motor penggerak perekonomian suatu negara dan merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah tingginya angka pengangguran dan kemiskinan (www.ukmindonesiasukses.blogspot.com).

Bagi Indonesia, dengan kecilnya jumlah wirausaha, maka kewirausahaan menjadi suatu keharusan. Seperti disebutkan di atas, bahwa suatu negara dapat berkembang dan membangun secara ideal jika wirausahanya sudah mencapai 2 % dari jumlah penduduk (kriteria PBB untuk pengukuran kewirausahaan). Tentu saja, jumlah pengusaha mikro dan pengusaha kecil Indonesia sebanyak lebih dari 49 juta pada tahun 2008 bukan ukuran yang senilai dengan kriteria tersebut di atas.

Sedikitnya pelaku wirausaha ini sangat disayangkan mengingat wirausaha, terutama pada sektor kecil dan menengah, dapat memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pembangunan negara. Dari seluruh badan usaha di Indonesia, 99% diantaranya adalah sektor usaha kecil yang menyerap 71,35% tenaga kerja Indonesia (tempointeraktif.com).

Di Indonesia, peran wirausaha menjadi sangat penting dan dapat memberikan kontribusi yang sangat berarti terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Peran tersebut dimainkan oleh Usaha Kecil dan Menengan (UKM) yang dapat menyelamatkan perekonomian nasional dari keterpurukan. Sebagai katup

(22)

penyelamat perekonomian nasional, UKM dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja dan penciptaan peluang usaha baru sejalan dengan pesatnya kegiatan ekonomi di suatu daerah. Oleh karena itu, gerakan memasyarakatkan kewirausahaan memiliki arti yang sangat strategis dalam menumbuhkan kegiatan ekonomi kelompok masyarakat ekonomi lemah yang menjadi komitmen mengangkat kegiatan ekonomi agar dapat tumbuh secara wajar. Sebagaimana Negara-negara lainnya, seyogyanya pengembangan program kewirausahaan dapat dijadikan momentum awal untuk memacu laju pertumbuhan usaha kecil yang tangguh dan mandiri.

Apabila kita mengingat masa lalu dimana Indonesia dilanda krisis ekonomi yang berkepanjangan pada tahun 1997 dan melihat kenyataan yang terjadi bahwa usaha skala mikro dan kecil justru dapat bertahan di era krisis tersebut dan dijadikan tulang punggung ekonomi nasional untuk tetap bertahan dalam situasi yang kurang menguntungkan. Sifat kekuatan usaha kecil adalah lebih fleksibel dan ulet, dimiliki oleh sebagian besar usaha kecil. Oleh karena itu, pemerintah bertekad untuk membangun sistem ekonomi yang berbasis kerakyatan (Zulkarnain, 2002).

Riyanti (2010) mengungkapkan alasan yang bisa menjadi indikasi mengapa kewirausahaan belum berkembang di Indonesia, yaitu:

Pertama; Hanya sedikit orang yang berminat menekuni dunia wirausaha.

Sedikitnya jumlah wirausaha di Indonesia mungkin karena mayoritas masyarakat Indonesia masih berada dalam struktur dan cara pikir agraris. Nilai agraris pada

(23)

umumnya masih didominasi oleh nilai-nilai yang lebih bergantung pada alam daripada bertumpu pada kemampuan diri sendiri. Nilai agraris lebih menekankan pada ketekunan kerja, yaitu terus menerus mengerjakan hal yang sama, belum menekankan olah pikir kreatif.

Kedua; Masyarakat Indonesia masih cenderung mencari pekerjaan yang

menciptakan rasa aman. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia cenderung lebih senang menjadi pegawai.

Ketiga; dimensi-dimensi budaya Indonesia menghambat pembentukan perilaku

berwirausaha (Meng & Liang, 1996; hofstede, 1991. Dalam Riyanti, 2010). Dimensi-dimensi itu antara lain adalah:

1. Budaya power distance yang tinggi di Indonesia yang menyebabkan adanya distribusi kekuasaan yang tak seimbang dalam institusi-institusi dan organisasi-organisasi.

2. Budaya uncertainty avoidance Indonesia yang rendah mengakibatkan fleksibilitas tinggi (Pareek, 1987; dalam Riyanti, 2010). Positifnya, seseorang mempunyai kelenturan untuk berubah dan cukup nyaman dengan ketidakpastian. Karakteristik ini akan membuat seseorang menjadi tidak fokus dan tidak konsisten dalam melakukan usahanya.

3. Dalam kaitan dengan ciri budaya collectivism-individualism, kita merasakan kuatnya budaya kolektivisme di Indonesia. Dalam warna budaya seperti ini, masyarakat cenderung bersikap kompromistis. Karakteristik ini menghambat kewirausahaan dalam hal kemunculan gagasan-gagasan baru. Namun demikian, karakteristik ini sebetulnya bisa

(24)

berpotensi positif bila dalam kelompok tersebut terdapat leader yang mengarahkan anggotanya ke arah wirausaha.

4. Dalam kaitan dengan ciri masculinity-feminity, kita merasakan warna budaya yang berorientasi feminitas di Indonesia. Di sini, hal terpenting dalam interaksi sosial adalah harmoni. Ciri ini menghambat tumbuhnya orientasi materi dengan memaksimalkan kesempatan dan sifat asertif yang memang penting bagi keberhasilan wirausaha. Namun demikian, karakteristik ini dapat menjadi potensi untuk membuka usaha yang menyejahterakan orang lain dan tidak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan.

Keempat, usaha-usaha kecil di Indonesia masih didominasi oleh kegiatan yang

bergerak pada sektor pertanian, kehutanan, peternakan, dan perikanan (53,5%), sementara usaha menengah banyak bergerak pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran (53,7%), dan usaha besar di industri pengolahan (35,4%). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kewirausahaan di Indonesia, meskipun mengalami lonjakan tajam pada tahun 2007 (dari 7000 usaha di tahun 1980 menjadi 40 juta usaha kecil) muncul karena faktor kebutuhan, bukan karena didorong oleh faktor inovasi. Kewirausahaan yang marak setelah krisis masih mengandalkan pada kerja keras, belum mengandalkan pada kreativitas dan inovasi.

Kajian mengenai wirausaha juga pernah dilakukan oleh Iman Santosa Sukardi (1991) dalam disertasinya. Ia memperkenalkan istilah antrepreneur untuk menyebut kata wirausaha atau entrepreneur. Menurutnya wirausaha adalah orang yang bersedia mengambil resiko pribadi untuk menemukan peluang berusaha,

(25)

mendirikan, mengelola, mengembangkan dan melembagakan perusahaannya sendiri, dimana kelangsungan hidupnya tergantung pada tindakannya sendiri.

Ia menganalisis sifat yang dimiliki pada wirausaha di Indonesia. Dari hasil penelitiannya tersebut, Ia menemukan bahwa calon antrepreneur dapat mempelajari keberhasilan seorang antrepreneur lain melalui tingkah laku mereka dalam kegiatan sehari-hari di perusahaan yang mereka rintis. Selanjutnya tingkah laku antrepreneur berhasil menampilkan karakteristik tertentu yang menjadi sifat-sifat mereka (traits).

Dari penelitian tersebut juga diperoleh beberapa hasil penting, diantaranya adalah sifat-sifat antrepreneur itu meliputi sifat instrumental, sifat prestatif, sifat luwes bergaul, sifat kerja keras, sifat keyakinan diri, sifat pengambilan resiko, sifat kemandirian, sifat inovatif, dan sifat swa-kendali. Menurutnya sifat-sifat tersebut itu merupakan kesatuan kombinasi dengan tingkat ke-antrepreneur-an yang tidak selalu sama dalam proporsinya; dimana ditemukan lima sifat yaitu instrumental, prestatif, luwes bergaul, pengambilan resiko, dan swa-kendali yang merupakan sifat-sifat dominan pada seorang antrepreneur.

Pendapat Ward (Sukardi, 1991) khususnya tentang proses terjun seseorang dalam dunia antrepreneur melalui suatu cara yaitu confidence modality, mengatakan seseorang terjun dalam dunia antrepreneur karena kegiatan

antrepreneur merupakan kebiasaan yang telah menjadi tradisi di lingkungannya.

Dengan demikian seharusnya suatu tradisi atau kebiasaan tertentu di suatu

(26)

masyarakat dapat menjadi faktor pendorong seseorang untuk terjun dalam dunia keantrepreneuran.

Ward mengasumsikan bahwa seorang anak yang secara turun temurun menjadi wirausahawan akan berkembang menjadi seorang wirausahawan juga. Individu dari lingkungan yang mempunyai tradisi wirausaha, sejak dini sudah mendapatkan stimulus sosial yang berkaitan dengan wirausaha. Stimulus ini akan mempengaruhi perkembangan kepribadian sehingga setelah dewasa sebenarnya ia sudah mempunyai benih-benih wirausaha. Selain itu pada individu dengan tradisi wirausaha kemungkinan untuk mendapatkan kesempatan meneruskan usaha keluarha sangat besar sehingga kemungkinan ia menjadi seorang wirausahawa juga sangat besar.

Penelitian McClelland (1961) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 50% pengusaha yang menjadi sampel penelitiannya berasal dari keluarga pengusaha. Penelitian Sulasmi (1989) yang dilakukan terhadap 22 orang pengusaha wanita di Bandung juga menunjukkan hal yang sama, yaitu sekitar 55% pengusaha tersebut memiliki keluarga pengusaha. Sedangkan penelitian yang dilakukan Mu’minah (2001) atas 8 pengusaha paling sukses di Pangandaran menunjukkan bahwa semua pengusaha tersebut memulai usahanya karena dorongan keterpaksaan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Muhandri (2002) mengatakan bahwa pada umumnya pengusaha memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Orang yang masuk dalam kategori ini memang mempersiapkan diri untuk menjadi seorang

(27)

wirausaha, dengan banyak mempelajari keilmuan (akademik) yang berkaitan dengan dunia usaha. Dalam kategori ini, terdapat pengusaha yang langsung memulai usahanya (merasa cukup dengan dasar-dasar keilmuan yang dimiliki) dan ada yang bekerja terlebih dahulu untuk memahami dunia usaha secara riil.

Mencermati ketiga hasil penelitian yang tercantum di atas, kita mendapatkan gambaran bahwa jiwa wirausaha itu didapat dengan berbagai cara. Meskipun memang hasil penelitian tersebut tidak salah, mayoritas pengusaha yang sukses ternyata berasal dari keluarga dengan tradisi yang kuat di bidang usaha. Sehingga dapat kita garisbawahi bahwa kultur (budaya) berwirausaha suatu keluarga, suku, atau bahkan bangsa sangat berpengaruh terhadap kemunculan wirausaha baru.

Secara komunal, kultur beberapa suku di Indonesia memang mengagungkan profesi wirausaha sehingga banyak wirausaha tangguh yang berasal dari suku tersebut. Namun juga kita tidak boleh memungkiri bahwa secara umum kultur masyarakat Indonesia juga masih mengagungkan profesi yang relatif tanpa resiko, misalnya menjadi Pegawai Negeri Sipil, dll.

Lain halnya seperti yang dikemukakan Riyanti (berdasarkan penelitian Meng & Liang, 1996; hofstede, 1991) di atas yang menyatakan bahwa justru pengaruh budaya lah yang menjadi penghambat perilaku berwirausaha di Indonesia. Namun kita tidak boleh memungkiri dan harus mengakui pula adanya kemungkinan bahwa terkadang ada satu etnis tertentu dengan budaya tertentu

(28)

yang lebih unggul dalam hal membangun bisnis dibandingkan dengan anggota kelompok etnis lain.

Di Indonesia orang padang atau orang Minang sering diasosiasikan dengan profesi ke-antrepreneur-an. Kajian dari Ward seharusnya ditemukan pula dalam masyarakat Minang (Sukardi, 1991). Selain suku Minang, Suku Jawa biasanya ditemukan dalam semua bidang, khususnya dalam pegawai negeri sipil dan tentera. Secara tradisi, kebanyakan orang Jawa adalah petani. Ini adalah sebabkan oleh tanah gunung berapi yang subur di Jawa. Walaupun terdapat juga banyak usahawan Indonesia yang berjaya yang berasal daripada suku Jawa, orang Jawa tidak begitu menonjol dalam bidang perniagaan dan perindustrian (www.ms.wikipedia.org).

Salah satu program pembinaan industri kecil yang lebih terpadu adalah melalui PIK (Perkampungan Industri Kecil) seperti yang berada di Kawasan Pulogadung di Jakarta Timur. Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung didirikan berdasarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 532 Tahun 1981. Latar belakang pembangunan PIK karena pada tahun 1982, di seluruh DKI Jakarta terdapat lebih dari 30.000 pengusaha industri kecil yang tersebar di 50 lokasi dengan kondisi tempat yang sebagian besar jauh dari kondisi layak. Pemda DKI melalui Badan Pengelola Industri dan Pemukiman (BPLIP) – sekarang Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD) Pengelola Kawasan Pusat Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Permukiman Pulogadung (PKPPUKMPP) – ditugaskan mendirikan PIK dengan tujuan agar dapat dilakukan pembinaan secara

(29)

terpadu antar institusional baik secara vertikal maupun horisontal antara lain dengan kantor Departemen Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Dinas Tenaga Kerja, Biro Bangproda, Biro Bangsareda dengan koordinasi Badan Pengelola PIK (Anggraini, 1995).

Data terakhir pada tahun 2004 mengenai jumlah pengusaha dan jenis usaha yang ada di kawan PIK Pulogadung adalah seperti yang dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1.1

Tabel jumlah pengusaha PIK Pulogadung tahun 2004 No. Jenis Komoditi

(Sentra) Jumlah Pengusaha 1 Garment 257 2 Kulit 58 3 Meubel 14 4 Logam 71 5 Aneka Komoditi 57 Sumber: Company Profile PIK Pulogadung, 2004

Jika dilihat dari tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa jumlah pengusaha terbanyak yang menjalankan usahanya tersebut berada pada sentra garment. Kemudian disusul oleh sentra logam, kulit, aneka komoditi, dan meubel.

Data di atas sebagian besar telah mengalami perubahan, baik dari jumlah pengusaha secara keseluruhan maupun komposisi pengusaha di tiap-tiap sentra. Dari hasil survey singkat di lapangan yang peneliti lakukan selama beberapa hari, selain usaha terbanyak di wilayah PIK Pulogadung didominasi oleh sentra garment, pengusaha dari etnis Minang juga mendominasi jumlah keseluruhan pengusaha di wilayah itu. Pengusaha etnis Minang hampir dapat dijumpai disetiap

(30)

toko atau barak kerja dan diseluruh sentra. Berbeda dengan pengusaha dari etnis lainnya yang tidak terlalu signifikan jumlahnya hingga hanya beberapa saja yang dapat dijumpai peneliti.

Melihat adanya perbedaan jumlah pengusaha dari etnis Minang yang sangat banyak dibandingkan dengan pengusaha lain yang berasal dari etnis yang berbeda, dan persebaran pengusaha etnis Minang tersebut di seluruh sentra, maka peneliti beranggapan bahwa perlu diadakan suatu penelitian empiris berupa studi perbandingan terhadap sifat-sifat wirausaha para pengusaha insustri kecil dari berbagai etnis yang ada di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur.

1.2 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah yang peneliti lakukan adalah agar penelitian yang dilakukan tidak melebar ke arah yang lebih luas dan juga untuk tetap menjaga fokus penelitian. Pembatasan masalah tersebut antara lain adalah:

1. Wirausaha tersebut didirikan serta dikelola, dikembangkan dan dilembagakan di wilayah Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur.

2. Wirausaha yang dimaksud dalam penelitian ini adalah wirausaha dari sentra garment, kulit, logam, meubel, dan aneka komoditi.

3. Etnis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah etnis Minang, Jawa, Sunda, Betawi, Batak, Bugis, Melayu dan Campuran.

(31)

1.3 Rumusan Masalah

“Apakah terdapat perbedaan sifat-sifat wirausaha yang signifikan antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur?”.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat perbedaan sifat-sifat wirausaha antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

Manfaat Teoritis dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan masukan tambahan akan wacana baru bagi pengembangan teori-teori psikologi, khususnya Psikologi Industri dan Organisasi (PIO) dalam pengembangan tentang perilaku dan sifat-sifat kepribadian yang terutama berhubungan tentang kewirausahaan (entrepreneurship).

2. Dapat dijadikan dasar penelitian lain berikutnya yang berhubungan dengan kewirausahaan, khususnya mengenai sifat-sifat wirausaha yang dikaitkan dengan kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia.

3. Menambah kekayaan studi karakteristik kebudayaan suku bangsa, terutama mengenai sifat-sifat wirausaha antar etnis.

(32)

4. Diharapkan pula penelitian ini dapat mendorong minat peneliti lain untuk memperdalam penelitian mengenai sifat-sifat wirausaha pada pengusaha Industri Kecil.

1.5.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah agar dapat menjadi suatu informasi bagi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Pulogadung dan pihak terkait lainnya, khususnya yang menangani pembinaan dan pengelolaan pengusaha Industri Kecil. Disamping itu juga, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan penerapan pengembangan kewirausahaan bagi pengusaha dari segala etnis, baik pada generasi muda maupun generasi tua, agar lebih terarah dalam mengembangkan dan mengelola usaha, seperti dengan diberikannya pelatihan (training) atau dengan kontribusi wirausaha, dll.

1.6 Sistematika Penulisan

Bab 1 Merupakan bab pendahuluan yang berisi gambaran singkat

mengenai latar belakang timbulnya masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian.

Bab 2 Merupakan bab yang berisi kajian pustaka yang terdiri dari uraian

pembahasan seluruh teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu teori sifat, teori kewirausahaan, teori sembilan sifat wirausaha menurut Sukardi,

Bab 3 Merupakan bab yang membahas tentang metode penelitian yang

digunakan oleh peneliti. Mulai dari jenis atau tipe disain penelitian, sampel dan karakteristik sampel penelitian, teknik pengambilan

(33)

16 sampel, sampai dengan metode pengumpulan dan pengolahan data penelitian tersebut.

Bab 4 Merupakan bab yang membahas tentang hasil dan analisis data

penelitian. Dimana didalamnya berisi mengenai gambaran-gambaran umum subyek berdasarkan data kontrol hingga hasil pengujian hipotesis.

Bab 5 Merupakan bab yang membahas keimpulan, diskusi dan saran

mengenai hasil penelitian yang telah diperoleh peneliti selama penelitian, mendiskusikan hasil penelitian tersebut serta pemberian saran yang dapat meningkatkan kualitas dari penelitian-penelitian selanjutnya yang serupa ataupun yang berhubungan dengan penelitian ini di waktu yang akan datang.

(34)

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini akan membahas mengenai berbagai konsep yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian. Konsep atau teori yang pertama menjelaskan mengenai sifat. Selanjutnya adalah pembahasan sub bab mengenai wirausaha. Bab ini akan diakhiri dengan kerangka berpikir dan hipotesis dalam penelitian ini secara lebih rinci.

2.1. Sifat Wirausaha

2.1.1 Pengertian Sifat (Trait)

Konsep mengenai sifat (traits) disini akan dibahas dengan menggunakan konsep sifat (traits) yang dikemukakan oleh Gordon W. Allport. Menurutnya struktur kepribadian itu terutama dinyatakan dalam sifat-sifat (traits) dan tingkah laku didorong itu oleh traits (Suryabrata, 2003).

Allport menjelaskan bahwa kepribadian sebagai totalitas menganut prinsip-prinsip integrasi (Sukardi, 1991). Dalam integrasi meliputi:

1 conditioned reflexes atau refleks-refleks, yaitu suatu bentuk tingkah laku adaptif yang paling sederhana dari individu dalam berhubungan dengan lingkunganya.

2 Habits atau kebiasaan, yaitu perpaduan dari respon-respon yang dipelajari dengan liputan yang lebih luas dan tampil dalam tingkah laku tipikal pada situasi yang sejenis sejenis.

(35)

3 Traits atau sifat, yaitu kecenderungan yang lebih dinamis dan fleksibel dari sekedar integrasi sejumlah kebiasaan sebagai cara-cara yang khas dari individu dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya.

4 Selves yaitu suatu sistem dari sifat yang saling berkaitan tetapi boleh jadi muncul dalam situasi-situasi yang saling berbeda.

5 Personality yaitu perpaduan terakhir yang progresif dari seluruh sistem tingkah laku yang mewakili penyesuaian diri individual terhadap lingkungannya.

Dari integrasi di atas, Sukardi (1991) merujuk bahwa karakteristik tingkah laku antrepreneur ini didasari oleh suatu disposisi tingkah laku yaitu traits atau sifat. Menurut Allport (Ryckman, 2008), trait adalah:

“…..a geneneralized and focalized neurophyshic system (peculiar to the

individual) with the capacity to render many stimuli functionally equivalent and to initiate and guide consistent (equivalent) forms of adaptive and expressive behavior…..”.

Jadi menurutnya sifat adalah sistem neuropsikis yang digeneralisasikan dan diarahkan, dengan kemampuan untuk menghadapi bermacam-macam perangsang yang sama, memulai membimbing tingkah laku adaptif dan ekspresif secara bersama.

Selain Allport, Angleitner (Sukardi, 1991) mengatakan pengertian sifat secara jelas menekankan kesamaan respon individu terhadap stimulus yang sama (equivalent) dalam berbagai situasi. Artinya seseorang yang memiliki sifat tertentu akan menampilkan tingkah laku-tingkah laku yang konsisten dalam

(36)

berbagai situasi. Konsistensi inilah yang menajdi cirri khasnya. Dalam hal ini sifat menjadi pengarah tingkah laku tersebut.

Sukardi (1991) menunjukkan bahwa sifat sebagai dasar tingkah laku mempunyai liputan yang luas serta fokal yang menjadi kekhasan seseorang individu dimana individu tersebut mampu menanggapi banyak stimulus dari lingkungan dan ini berarti kemampuan sifat sebagai disposisi berbagai tingkah laku yang tampil pada berbagai situasi.

Allport (Sukardi, 1991) juga mengatakan bahwa adanya beberapa konsep penting mengenai traits atau sifat sebagai disposisi individu yang akan tampil dalam perilakunya, yaitu:

a) Sifat merupakan salah satu aspek kepribadian baik sosial maupun bio-phisikal yang menjadi penggerak, pengarah tingkah laku individu yang bersangkutan.

b) Sifat sebagai penggerak, pengarah tingkah laku akan secara konsisten terwujud dalam tingkah laku sebagai respon terhadap satu kelompok stimulus pada berbagai situasi.

c) Sifat sebagai disposisi untuk berespon sekaligus merupakan sesuatu yang unit dank has bagi individu yang bersangkutan.

d) Sifat merupakan bagian dari kepribadian individu yang melekat pada yang bersangkutan, berbeda dengan karakter, tipe, sebagai atribut yang diberikan oleh lingkungan kepada individu itu.

(37)

Jadi, trait atau sifat dapat timbul karena penyebab beberapa factor, yaitu factor lingkungan dan keturunan. Namun bisa juga karena factor campuran dari kedua factor tersebut. Hal ini dikarenakan trait atau sifat merupakan suatu kecenderungan yang dapat mengarahkan perilaku seseorang dalam berhubungan dengan orang lain.

2.1.2 Pengaruh budaya terhadap sifat

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Allport mengemukakan bahwa sifat tidak dapat dilepaskan dari lingkungan dan terbentuknya selalu didasari oleh hubungan yang aktif antara individu dengan lingkungannya. Maka dari itu sifat sebagai disposisi tingkah lagu tidak dengan sendirinya mendorong munculnya tingkah laku tertentu tetapi membutuhkan stimulus dari lingkungan untuk dapat terwujud dalam tingkah laku.

Stagner (Lie, 2004) mengungkapkan “…traits develop from an interaction

of heredity an environmental influences…”. Pernyataan Stagner ini mempunyai

implikasi bahwa sifat sebagai bagian dari kepribadian individu juga tidak dapat dilepaskan dari pengaruh kultur dimana sifat itu barkembang. Menurutnya, didalam pengembangan sifat juga terlibat proses persepsi, belajar selektif yang semuanya menunjukkan bahwa sifat itu semata-mata bukan sesuatu yang dibawa sejak lahir.

Berry (1992), seorang antropolog, menyatakan bagaimana budaya dapat berpengaruh terhadap sifat dapat dijelaskan melalui proses pewarisan budaya. Ia menyatakan bahwa dalam sebuah kebudayaan terdapat proses pewarisan budaya,

(38)

baik secara horizontal ataupun vertikal. Pewarisan secara vertikal datang dari orang tua, yang disebut dengan istilah enkulturasi dan sosialisasi dari orang tua. Pewarisan secara horizontal datang dari proses enkuturasi dan sosialisasi dari teman sebaya.

Enkuturasi menurut Herkovits (Lie, 2004) adalah adanya semacam pelingkupan atau pengelilingan (encompassing or surrounding) budaya terhadap individu. Karena individu adalah bagian dari budaya maka ia tidak akan terlepas dari proses pelingkupan atau pengelilingan ini. Secara langsung maupun tidak langsung ia akan bersentuhan dan dikelilingi oleh budaya yang ada di lingkungan. Dengan adanya pengalaman dan proses pembelajaran, maka individu akan mengetahui dan dapat memperoleh hal-hal penting menurut pandangan budayanya. Proses tersebut tidak selalu diberikan secara terencana (proses pengajaran secara khusus) melainkan terjadi tanpa direncanakan sehingga seringkali terjadi tanpa direncanakan sehingga seringkali terjadi pembelajaran yang alami.

Meng & Liang (1996); Hofstede (1991) yang dikutip oleh Riyanti (2003) mengidentifikasi empat cirri menonjol pada budaya Asia, termasuk Indonesia, yaitu:

1. Power Distance (Jarak kekuasaan)

Budaya power distance yang tinggi di Indonesia yang menyebabkan adanya distribusi kekuasaan yang tak seimbang dalam institusi-institusi dan organisasi-organisasi. Budaya ini paling jelas tampak dalam wujud

(39)

isme” atau orientasi ke atas. Orang terbiasa diperlakukan berbeda karena perbedaan status dan pangkat. Kondisi ini menciptakan hubungan kerja atasan-bawahan yang birokratis, dimana terdapat jarak dalam interaksi atasan dan bawahan. Jarak ini menghambat penyampaian ide kreatif dari atasan kepada bawahan. Jarak ini menghambat penyampaian ide kreatif dari atasan kepada bawahan ataupun sebaliknya dari bawahan kepada atasan.

2. Uncertainty avoidance (penghindaran ketidakpastian)

Menurut Yee (Riyanti 2003) salah satu ciri penting wirausaha yang berhasil adalah keberanian untuk mengambil resiko. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa uncertainty avoidance ini menghambat terbentuknya wirausaha yang inovatif. Dalam kaitannya dengan budaya Indonesia, masyarakat di Indonesia tampaknya masih menekankan nilai kehidupan yang “aman”, dan terhindar dari ketidakpastian. Hal ini tergambar dari preferensi masyarakat Indonesia yang kebanyakan memilih bekerja sebagai pegawai. Dari gambaran tersebut maka dapat disimpulkan bahwa budaya Indonesia cenderung memiliki tingkat avoidance yang tinggi yang dapat menghambat berkembangnya kewirausahaan.

3. Collectivism-individualism

Dalam kaitan dengan ciri budaya collectivism-individualism, kita merasakan kuatnya budaya kolektivisme di Indonesia. Dalam warna budaya seperti ini, masyarakat cenderung bersikap kompromistis sehingga munculnya gagasan-gagasan baru terhambat. Jelas, ini bertolak belakang dengan sifat wirausaha sebagai seorang inovator (Schumpeter dalam Meng & Liang, 1996)

(40)

yang memiliki self confidence tinggi (Niehouse dalam Meng & Liang, 1996) dan locus of control internal (Rotter dalam Meng & Liang, 1996)

4. Masculinity-feminity

Dalam kaitan dengan ciri masculinity-feminity, di Indonesia kita lebih merasakan budaya yang berorientasi feminity. Disini, hal terpenting dalam interaksi sosial adalah harmoni. Ciri ini menghambat tumbuhnya orientasi materi

2.1.3 Wirausaha

2.1.2.1 Definisi Wirausaha

Istilah wiraswasta sering dipakai tumpang tindih dengan istilah wirausaha (Saiman, 2009). Di dalam berbagai literatur dapat dilihat bahwa pengertian wiraswasta sama dengan wirausaha. Demikian pula penggunaan istilah wirausaha seperti sama dengan pengertian wiraswasta. Namun, bila kata tersebut diurai akan muncul perbedaan antara wirausaha dengan wiraswasta.

Istilah wirausaha sebagai padanan kata entrepreneur dapat dipahami dengan menguraikan peristilahan “wira” adalah utama, gagah, luhur, berani, teladan, dan pejuang. Kemudian istilah “usaha” penciptaan kegiatan, dan atau berbagai aktivitas bisnis. Identik dengan wiraswasta yang berarti “wira” yaitu utama, gagah, luhur, berani, teladan dan pejuang. “Swa” yaitu sendiri, “sta” berdiri dan “swasta” yaitu berdiri di atas kaki sendiri, atau dengan kata lain berdiri di atas kemauan dan atau kemampuan sendiri.

(41)

Kata “wirausaha” atau “wiraswasta” dalam bahasa Indonesia (Riyanti, 2003) adalah padanan kata bahasa Prancis entrepreneur, yang sudah dikenal paling kurang sejak abad 17. Kata entrepreneur diturunkan dari kata kerja

entreprendre. Kata entrepreneur dan entrepreneurship dalam bahasa Inggris,

menurut Holt (Riyanti, 2003) berasal dari bahasa prancis.

Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan wirausaha sebagai:

“orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya, serta memasarkannya”.

Menurut David E. Rye (Saiman, 2009) definisi tentang wirausaha adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha baru. Wirausaha berani mengambil resiko yang terkait dengan proses pemulaian usaha. Sedangkan menurut Schorborough & Zimmerer (Suryana, 2001):

“an entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and assembling the necessary resources to capitalize on those opportunities”.

Menurut Dan Steinhoff & John F. Burgess (Suryana, 2001) seorang wirausaha adalah :

“a person who organizes, manages, and assumes the risk of a bussiness or

entreprise is an entrepreneur. Entrepreneur is individual who risk financial, material, and human resources a new way to create a new bussiness concept or opportunities within an existing firm”.

Ini berarti wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola, dan berani menanggung risiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang usaha.

(42)

Selanjutnya, Sukardi (1991) menjelaskan konsep wirausaha sebagai:

“seseorang yang bersedia mengambil risiko pribadi untuk menemukan

peluang usaha, mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri, dimana kelangsungan hidupnya tergantung pada tindakannya sendiri.”

Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995 dicantumkan bahwa:

a. Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan kewirausahaan.

b. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, serta menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan/atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Dengan demikian, wirausaha mengarah kepada orang yang melakukan usaha/kegiatan sendiri dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan kewirausahaan merujuk pada sikap mental yang dimiliki seorang wirausaha dalam melaksanakan usaha/kegiatan.

Dari berbagai pengertian kewirausahaan diatas kita ketahui bahwa wirausaha sangat dibutuhkan dalam pengembangan perekonomian. Tingkat kemajuan perekonomian suatu bangsa sangat tergantung pada jumlah ketersediaan dan kualitas para wirausaha yang ada pada bangsa tersebut. Permasalahannya

(43)

adalah bagaimana masyarakat mampu mengembangkan kewirausahaan di lingkungannya masing-masing.

2.1.2.2 Karakteristik Wirausaha

Banyak para ahli yang mengemukakan sifat atau karakteristik kewirausahaan dengan konsep yang berbeda-beda. M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (Suryana, 2001) mengemukakan 8 karakteristik kewirausahaan. Yakni meliputi:

1. Desire for responsibility; yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri.

2. Preference for moderate risk; yaitu lebih memilih risiko moderat, artinya ia selalu menghindari risiko yang rendah dan menghindari risiko yang tinggi.

3. Confidence in their ability to success; yaitu percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil.

4. Desire for immediate feedback; yaitu selalu menghendaki umpan balik yang segera.

5. High level of energy; yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.

6. Future orientation; yaitu berorientasi ke masa depan, perspektif dan berwawasan jauh ke depan.

(44)

7. Skill at organizing; yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.

8. Value achievement over money; yaitu selalu menilai prestasi dengan uang.

Ahli lain, seperti Geoffrey G. Meredith (Suryana, 2001: 8) misalnya mengemukakan ciri-ciri/karakteristik dan watak kewirausahaan seperti yang tercantum dalam Tabel 2.1. berikut:

Tabel 2.1

Karakteristik Kewirausahaan

.

No. Ciri-ciri Watak

1 Percaya diri Keyakinan, ketidaktergantungan,

individualitas, optimisme

2 Berorientasikan tugas dan hasil Kebutuhan akan prestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekat kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energetik, dan inisiatif

3 Pengambilan risiko Kemampuan mengambil risiko yang wajar, suka pada tantangan.

4 Kepemimpinan Perilaku sebagai pemimpin, bergaul

dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik.

5 Keorisinilan Inovatif dan kreatif, fleksibel. 6 Orientasi masa depan Pandangan kedepan, perspektif. Pengertian dan ciri-ciri kewirausahaan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Percaya diri

Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas dan pekerjaan (soesarsono Wijandi, 1988). Dalam praktek sikap dan kepercayaan diri ini merupakan sikap dan kepercayaan untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang dihadapi. Oleh karena itu kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualitas dan ketidaktergantungan.

(45)

2. Berorientasi tugas dan hasil

Seseorang yang selalu mengutamakan adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik dan berinisiatif.

3. Keberanian mengambil risiko.

Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai risiko yang terlalu rendah atau yang terlalu tinggi. Risiko yang terlalu rendah akan memperoleh sukses yang relatif rendah. Sebaliknya, risiko yang tinggi kemungkinan memperoleh yang tinggi, tetapi dengan kegagalan yang sangat tinggi. Oleh sebab itu, ia akan lebih menyukai risiko yang paling seimbang (moderat). Dengan demikian, keberanian untuk menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan realistik.

4. Kepemimpinan

Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, keteladanan. Ia ingin selalu tampil berbeda, lebih dulu, lebih menonjol. Dengan menggunakan kemampuan dan keinovasiannya, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang dihasilkannya dengan lebih cepat, lebih dulu dan segera berada di pasar. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-jasa yang baru dan berbeda sehingga ia menjadi pelopor yang baik dalam proses produksi maupun pemasarannya. Ia selalu memanfaatkan perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai. Karena itu, perbedaan bagi

(46)

seorang yang memiliki jiwa kewirausahaan merupakan sumber pembaharuan untuk menciptakan nilai.

5. Keorisinilan

Keorisinilan terdiri dari kreativitas dan keinovasian. Nilai inovatif, kreatif dan fleksibel merupakan unsur-unsur keorisinilan seseorang. Wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin dengan adanya cara-cara baru yang lebih baik.

6. Berorientasi masa depan

Orang yang berorientasi ke depan adalah orang yang memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. Karena ia memiliki pandangan yang jauh ke masa depan, maka selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya.

Sedangkan menurut Sukarrdi (1991) berpendapat bahwa sifat-sifat wirausaha terdiri dari sembilan sifat wirausaha (entrepreneur trait). Sifat wirausaha (entrepreneur trait) didefinisikan sebagai derajat sifat-sifat yang berada dalam diri seseorang dimana sifat-sifat tersebut merupakan modal bagi seorang wirausaha untuk berhasil dalam menyelami dunia kewirausahaan. Kesembilan sifat wirausaha tersebut adalah instrumental, prestatif, keluwesan bergaul, kerja keras, keyakinan diri, pengambilan resiko, swa-kendali, inovatif, dan kemandirian.

Dari berbagai karakteristik atau ciri-ciri diatas, peneliti menggunakan karakteristik wirausaha yang telah disampaikan oleh Sukardi (1991) sebagai variabel penelitian.

(47)

2.1.2.3 Fungsi Wirausaha

Setiap wirausaha memiliki fungsi pokok dan fungsi tambahan (Saiman, 2009) sebagai berikut:

1. Fungsi pokok wirausaha, yaitu:

a. Membuat keputusan-keputusan penting dan mengambil resiko tentang tujuan dan sasaran perusahaan.

b. Memutuskan tujuan dan sasaran perusahaan.

c. Menetapkan bisang usaha dan pasar yang akan dilayani. d. Menghitung skala usaha yang diinginkannya.

e. Menentukan permodalan yang diinginkannya (modal sendiri dan modal dari luar) dengan komposisi yang menguntungkan. f. Memilih dan menetapkan criteria pegawai/karyawan dan

memotivasinya.

g. Mengendalikan secara efektif dan efisien. h. Mencari dan menciptakan berbagai cara baru.

i. Mencari terobosan baru dalam mendapatkan masukan serta mengolahnya menjadi barang dan atau jasa yang menarik. j. Memasarkan barang dan atau jasa tersebut untuk memuaskan

pelanggan dan sekaligus dapat memperoleh dan mempertahankan keuntungan maksimal.

2. Fungsi tambahan wirausaha, yaitu:

a. Mengenali lingkungan perusahaan dalam rangka mencari dan menciptakan peluang usaha.

(48)

b. Mengendalikan lingkungan kea rah yang menguntungkan bagi perusahaan.

c. Menjaga lingkungan usaha agar tidak merugikan masyarakat maupun merusak lingkungan akibat dari limbah usaha yang mungkin

dihasilkannya.

d. Meluangkan dan peduli atas CSR. Setiap pengusaha harus peduli dan turut serta bertanggungjawab terhadap lingkungan sosial disekitarnya.

2.1.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang berwirausaha

Banyak faktor yang dapat memotivasi seseorang menjadi wirausaha, salah satu kunci untuk dapat mengetahui faktor tersebut adalah dengan memahami apa yang orang butuhkan. Orang dapat dimotivasi oleh apa saja, tetapi tidak semuanya dimotivasi oleh sesuatu yang sama.

Dalam “Entrepreneur’s Handbook”, yang dikutip oleh Yuyun Wirasasmita (Suryana, 2001) dikemukakan beberapa alasan mengapa seseorang berwirausaha, yakni:

1. Alasan keuangan; yaitu mencari nafkah, untuk menjadi kaya, untuk mencari pendapatan tambahan, sebagai jaminan stabilitas keuangan. 2. Alasan sosial; yaitu memperoleh gengsi/status, untuk dapat dikenal dan

dihormati, untuk menjadi contoh bagi orangtua di desa, agar dapat bertemu dengan orang banyak.

3. Alasan pelayanan; yaitu untuk memberi pekerjaan pada masyarakat, untuk menatar masyarakat, untuk membantu ekonomi masyarakat, demi masa

(49)

depan anak-anak dan keluarga, untuk mendapatkan kesetiaan suami/isteri, untuk membahagiakan ayah dan ibu.

4. Alasan memenuhi diri; yaitu untuk menjadi atasan/mandiri, untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, untuk menghindari ketergantungan pada orang lain, agar lebih produktif, dan untuk menggunakan

kemampuan pribadi.

Berbeda dengan pernyataan diatas, menurut Lambing & Kuehl (2003) faktor yang menyebabkan seseorang menjadi wirausahawan adalah:

1. Individu

Banyak ahli yang percaya bahwa seorang wirausahawan mempunyai kepribadian khusus yang membedakan antara mereka dengan orang lain yang memilih untuk tidak menjadi warausahawan dan hal ini dapat diajarkan. Apakah trait kepribadian ini didapat sejak lahir atau berkembang sesuai dengan perkembangan seseorang, hal tersebut masih menjadi pertentangan sampai sekarang. Namun yang pasti hal ini dibuktikan bahwa memang ada trait kepribadian tertentu yang melekat pada seorang wirausahawan yang sukses.

2. Pengauh budaya dengan trait kepribadian dapat saling tumpang tindih antara yang satu dengan yang lainnya. Akan tetapi harus diakui bahwa kadang kala ada suatu etnis tertentu dengan budaya tertentu yan lebih unggul dalam hal membangun bisnis daripada anggota kelompok etnis yang lain. Faktor budaya dapat terlihat jelas pada nilai belief yang dianut oleh anggita dari kelompok tersebut. Sebagai contoh belief mengenai

(50)

3. keadaan masyarakat

pada beberapa masyarakat dapat kita temukan beberapa orang yang tidak berencana untuk menjadi wirausahawan. Namun mereka terpaksa menjadi wirausahawan karena tuntutan keadaan. Keputusan untuk menjadi wirausahawan dipicu oleh berubahnya keadaan pasar.

Imigran di banyak Negara terpacu untuk menjadi wirausahawan karena tuntutan keadaan dalam masyarakat ini. Mereka terpacu menjadi wirausahawan karena keterbatasan dalam hal bahasa dan kemampuan kerja yang menyebabkan tenaga mereka tidak terserap oleh berbagai lapangan pekerjaan yang tersedia di Negara tersebt. Pola perilaku ini biasa disebut adaptive-response behavior. Bahkan apabila para imigran ini tidak berasal dari Negara dengan budaya yang mendukung wirausaha, mereka akan tetap berusaha untuk menjadi wirausaha sebagai wujud dari respon adaptif terhadap keadaan sebagai salah satu bentuk integrasi sosial.

4. Kombinasi dari berbagai faktor

Seseorang memutuskan untuk menjadi wirausaha karena ketiga faktor yang sudah disebutkan diatas yang saling mempengaruhi satu sama

(51)

lain. Selain faktor-faktor di atas, ada juga suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk menjadi wirausahawan. Menurut Ward (Sukardi, 1991) kondisi dimana seseorang di dibesran dalam lingkungan keluarga dengan tradisi wirausaha dapat menjadi faktor yang mendorong seseorang untuk menjadi wirausahawan.

Ward mengasumsikan bahwa seorang anak yang secara turun temurun menjadi wirausahawan akan berkembang menjadi seorang wirausahawan juga. Individu dari lingkungan yang mempunyai tradisi wirausaha, sejak dini sudah mendapatkan stimulus sosial yang berkaitan dengan wirausaha. Stimulus ini akan mempengaruhi perkembangan kepribadian sehingga setelah dewasa sebenarnya ia sudah mempunyai benih-benih wirausaha. Selain itu pada individu dengan tradisi wirausaha kemungkinan untuk mendapatkan kesempatan meneruskan usaha keluarha sangat besar sehingga kemungkinan ia menjadi seorang wirausahawa juga sangat besar.

2.1.2.5 Kelebihan dan kekurangan menjadi wirausahawan

Berbagai keuntungan menjadi wirausahawan menurut Buchari Alma (Saiman, 2009), yaitu:

1. Tercapai peluang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sendiri

2. Terbuka peluang untuk mendemonstrasikan potensi seseorang secara penuh 3. Terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara

maksimal

4. Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usaha-usaha konkret.

(52)

5. terbuka peluang untuk menjadi bos minimal bagi dirinya sendiri.

Selain keuntungan, ada pula kekurangan menjadi wirausahawan, antara lain: 1. memperoleh pendapatan yang tidak pasti dan memikul berbagai resiko. Jika

resiko ini telah diantisipasi secara baik, wirausahawan telah mampu menggeser resiko tersebut.

2. bekerja keras dan atau jam kerja yang mungkin lebih panjang.

3. kualitas hidup mungkin masih rendah sampai usahanya berhasil, sebab pada tahap-tahap awal seorang wirausahawan harus bersedia untuk berhemat. 4. memiliki tanggung jawab sangat besar, banyak keputusan yang harus dibuat

walaupun mungkin kurang menguasai permasalahan yang dihadapinya.

2.2. Sifat wirausaha menurut Sukardi

Sembilan sifat wirausaha (entrepreneur trait) yang dikemukakan oleh Sukardi (1991) tersebut adalah:

1. Sifat instrumental sebagai karakteristik antrepreneur menunjukkan

bahwa dia dalam situasi selalu memanfaatkan segala sesuatu yang ada di lingkungannya untuk membantu mencapai tujuan pribadi dalam berusaha. Dia selalu mencari segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kinerjanya. Hubungan interpersonal, kehadiran tokoh-tokoh masyarakat, maupun pakar dalam bidang tertentu selalu dimanfaatkan untuk membantu mencapai tujuan dalam berusaha. Dengan perkataan lain segala sesuatu yang ada di lingkungannya di pandang sebagai alat (instrumen) pencapaian tujuan pribadi.

Gambar

Gambar 2.1    Alur kerangka berpikir
Gambar 3.1 Model Satu Faktor  Keterangan :    INS : Instrumental  (Faktor)
Gambar 4. 1: Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat Instrumental.
Gambar 4.2 Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat Prestatif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, untuk mengetahui potensi usahatani padi bersertifikat organik maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui pendapatan dan R/C

Orang Katolik menganggap bahwa dengan berdoa kepada Maria, doa mereka lebih manjur untuk dikabulkan daripada kalau mereka berdoa kepada Allah / Yesus.

Selanjutnya, kepuasan konsumen yang diuraikan dalam tiga dimensi yaitu dimensi setelah mempertimbangkan segalanya, responden merasa sangat puas terhadap merek, dimensi

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

Dari pengertian mengenai sistem informasi menurut berbagai para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi merupakan sebuah sistem buatan manusia yang

Upaya reporter mendapatkan data dan fakta berita dari sumber berita yang relevan dengan berita dalam menghasilkan akurasi informasi berita pada stasiun Banten

Kaum perempuan di Kelurahan Sukamenanti Baru Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung berfungsi sebagai buruh, memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan ekonomi

Metode matching process diperlukan sehubungan dengan masi banyaknya pekerjaan rework yang terjadi selama proses produksi kom bangunan kapal yang dapat menambah