• Tidak ada hasil yang ditemukan

BABESIOSIS PADA SAPI POTONG IMPOR DARI AUSTRALIA MELALUI PELABUHAN TANJUNG PRIOK RITA SARI DEWI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BABESIOSIS PADA SAPI POTONG IMPOR DARI AUSTRALIA MELALUI PELABUHAN TANJUNG PRIOK RITA SARI DEWI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BABESIOSIS PADA SAPI POTONG IMPOR

DARI AUSTRALIA MELALUI PELABUHAN

TANJUNG PRIOK

RITA SARI DEWI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Babesiosis Sapi Potong Impor dari Australia melalui Pelabuhan Tanjung Priok adalah karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2009

Rita Sari Dewi

(3)

ABSTRACT

RITA SARI DEWI. Babesiosis in Australian Cattle imported via Tanjung Priok. Under direction of UMI CAHYANINGSIH and A. WINNY SANJAYA

This study was carried out to determine the prevalence of Babesia sp in Australian cattle by blood smear method, parasitaemia level, Average Daily Gain (ADG), Pack Blood Cell (PCV), Red Blood Cell (RBC) count, and the related factor that influence incidence of babesiosis such as breed, sex, age, farm location and country origin. Four hundred and nine samples were taken from 4 different farms. The Average prevalence of babesiosis was 10,5% with a low parasitaemia level 0,05% (42 heads) and 1% (1 head). The average daily gain (ADG) from 95 cattle were checked with the statistic analyzed result were not significant (20 cattle have ADG under weight gain (<1,2kg/day ). PCV and RBC counted from 163 cattle with statistic analyze result were not significant. The average PCV from cattle with babesiosis were lower (37,0%) than cattle without babesiosis (42,2%) and RBC counted have the same result (8,8 x 106 /ul). Breed factor had significant result to babesiosis (OR= 1.96;SK95%=0,101-0,379). Babesiosis prevalence in Santa gertrudis breed were higher (24%) than Brahman cross (5,8%). Sex, age, farm location and country origin could not use as a parameter in this study, caused they were in the same condition.

(4)

RINGKASAN

RITA SARI DEWI. Babesiosis Pada Sapi Potong Impor dari Australia

melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Dibimbing oleh UMI CAHYANINGSIH

dan A. WINNY SANJAYA

Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat sesuai dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi yang cukup. Jumlah ternak sapi di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan protein hewani khususnya daging sapi maka importasi sapi menjadi salah satu langkah yang diambil. Negara Australia adalah salah satu negara yang mengekspor sapi ke Indonesia pada saat ini. Impor hewan hidup memiliki resiko penyebaran penyakit yang lebih besar jika dibandingkan dengan mengimpor bentuk karkas. Babesiosis adalah salah satu penyakit yang dapat terbawa oleh sapi impor. Babesiosis pada sapi termasuk dalam Hama Penyakit Hewan Karantina Golongan II (Peraturan Menteri Pertanian No. 110/Kpts/TN.530/2/2006 tentang penggolongan jenis-jenis hama penyakit hewan karantina) yaitu jenis penyakit yang sudah diketahui cara penanganannya dan telah dinyatakan ada di suatu area atau wilayah negara Republik Indonesia. Pemeriksaan terhadap babesiosis pada sapi impor Australia belum pernah diteliti sehingga dipandang perlu untuk memeriksa parasit darah tersebut pada sapi potong asal Australia.

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui adanya infeksi dan prevalensi Babesia sp. pada sapi potong Australia berdasarkan pada pemeriksaan ulas darah dan analisa darah (PCV dan jumlah sel darah merah) yang dikaitkan dengan faktor-faktor bangsa/breed, jenis kelamin, umur, lokasi pengambilan sampel dan daerah asal sapi.

Dalam penelitian ini diambil sampel dari 4 kali pemasukan hewan pada bulan September dengan jumlah sampel menggunakan rumus Thrusfield (2005). Berdasarkan prevalensi babesiosis di Australia 7.5% (Jonsson et al. 2008) dengan asumsi sekali kedatangan sapi dianggap sebagai satu populasi ternak.

Pemeriksaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan ulas darah untuk menghitung prevalensi babesiosis dan tingkat parasitemia. Sampel darah diambil melalui vena coccigealis lalu dibuat preparat ulas darah dan dilihat melalui mikroskop untuk menghitung prevalensi babesiosis. Pemeriksaan tingkat parasitemia Babesia sp. untuk melihat tingkat keparahan infeksi maka dilakukan dengan menghitung jumlah Babesia sp. pada 200 sel darah merah. Pemeriksaan selanjutnya Pack Cell Volume (PCV) dan jumlah butir darah merah (BDM) dengan menggunakan alat Automated Hematology Analyzer. Dilakukan pula pengamatan terhadap rata-rata kenaikan berat badan harian (Average daily

gain/ADG) terhadap 95 ekor sapi yang dipilih secara acak dengan

membandingkan selisih berat badan awal (pertama kali masuk kandang) dan berat badan akhir (setelah satu bulan setengah) dibagi dengan waktu pemberian pakan (Day of feed/DOF). Peubah yang digunakan bangsa (breed), jenis kelamin, umur, lokasi pengambilan sampel dan daerah asal (Australia). Pengambilan data dengan menggunakan kuisioner.

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji chi-square (x2) untuk

(5)

uji-t (t-test) untuk menganalisis perbedaan data kontinyu (jujuh) berdasarkan dua kategori (Martin et al. 1987).

Prevalensi babesiosis dari setiap perusahaan pengimpor berbeda-beda. Prevalensi tertinggi yaitu didapat dari Teluk Naga, Tangerang sebanyak 25% sedangkan terendah yaitu 1% dari Cileungsi, Bogor. Rata-rata prevalensi babesiosis sapi potong asal Australia melalui Pelabuhan Tanjung Priok adalah 10,5% yaitu dari 409 sampel didapat hasil positif Babesia sp sebanyak 43 sampel. Tingkat parasitemia yang didapat cukup rendah yaitu 0,5% pada 42 ekor sapi dan 1 % pada 1 ekor sapi. Pengamatan gejala klinis juga dilakukan, pada hewan yang diamati tidak nampak adanya gejala babesiosis seperti kelemahan, demam atau kekuningan. Hal ini dikarenakan tingkat parasitemia yang terjadi rendah yaitu 0,5% dan 1%. Pemeriksaan kenaikan rata-rata berat badan (BB) harian dilakukan terhadap 95 ekor sapi. Kenaikan rata-rata berat badan harian yang diharapkan (standar) adalah 1,2 – 1,4 kg /hari. Pada 20 ekor sapi yang kenaikan berat badannya tidak mencapai 1.2 kg/hari yaitu 3 ekor sapi terinfeksi Babesia sp, 11 ekor terinfeksi parasit darah lain (theileriosis/anaplasmosis) dan 6 ekor sisanya tidak teinfeksi parasit darah. Nilai PCV normal pada sapi yaitu 24 – 46% sedangkan jumlah sel darah merah normal yaitu 5,0 – 10,0 106 /ul. Dari tabel diatas tampak bahwa nilai PCV yang dibawah normal adalah 8,6% (14 sampel) dan 4 sampel menunjukkan positif Babesia sp, sedangkan jumlah sel darah merah yang dibawah normal sebanyak 1,8% (3 sampel) dan 1 sampel menunjukkan positif Babesia sp. Hasil analisa statistik menunjukkan tidak berbeda nyata nilai PCV dan sel darah merah antara sapi terinfeksi babesiosis dan sapi yang tidak terinfeksi, tingkat parasitemia pada hewan yang rendah yaitu 1% dan 0,5% sehingga kerusakan sel darah merah dan perubahan PCV tidak berbeda nyata. Sampel diambil dari 2 jenis bangsa sapi yang berbeda yaitu 309 ekor bangsa

Brahman cross dan 100 ekor bangsa Santa gertrudis. Prevalensi babesiosis pada Santa gertrudis lebih tinggi dibandingkan pada Brahman cross. Faktor resiko

bangsa/ras secara signifikan berpengaruh terhadap terjadinya infeksi Babesia sp (OR= 1.96;SK95%=0,101-0,379). Kejadian babesiosis yang lebih banyak pada sapi Santa gertrudis (25%) dibandingkan pada sapi Brahman cross (5,8%). Peubah lain yang juga diamati adalah umur, jenis kelamin dan daerah asal sapi. Pada penelitian ini umur sapi yang diamati masuk kelompok antara 1 – 3 tahun dan semua sapi yang diimpor berjenis kelamin jantan serta berasal dari Australia Utara sehingga dapat dianggap sama dan tidak dapat dijadikan sebagai faktor peubah.

(6)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2009

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

(7)

BABESIOSIS PADA SAPI POTONG IMPOR

DARI AUSTRALIA MELALUI PELABUHAN

TANJUNG PRIOK

RITA SARI D

EWI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

(8)
(9)

Judul Skripsi : Babesiosis pada Sapi Potong Impor dari Australia melalui Pelabuhan Tanjung Priok

Nama : Rita Sari Dewi NIM : B251064054

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Drh. Umi Cahyaningsih, M.S. Dr.Drh. A. Winny Sanjaya, M.S. Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat Veteriner

Dr. Drh. Denny Widaya. Lukman, MSi. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S. Tanggal Ujian : 15 Januari 2009 Tanggal Lulus :

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli sampai November 2008 ini ialah Babesiosis dengan judul Kajian Prevalensi Babesiosis pada Sapi Potong asal Australia melalui Pelabuhan Tanjung Priok.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Drh. Umi Cahyaningsih, MS. dan Dr. Drh. A. Winny Sanjaya, MS. selaku pembimbing, Kepala Badan Karantina Pertanian yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan ini, Kepala Balai Karantina Pertanian Soekarno Hatta dan Staf, Kepala Balai Karantina Pertanian Tanjung Priok dan staf, khususnya kepada Bapak Ir. Syukur Iwantoro, MS.,MBA, Drh. Basir Nainggolan, Drh. Hadi Wardoko, MM, D. Indra Mulya, S.sos, Msi. dan Drh. Dwi Agus Sudaryanto atas segala sarana dan prasarana dan dukungan yang telah diberikan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kepala Laboratorium protozologi dan staf serta Kepala laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner dan staf di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Disamping itu penghargaan penulis sampaikan kepada teman-teman seangkatan (Risma, Nunung, Era, Arif, Muji, Duma, Maya, Edi, Tatit, Melani, Arum, Iswan, Endah dan Yoyok) dan teman-teman kantor untuk segala kebersamaan yang telah diberikan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Suami, Faiz, Fasha, Ayahanda Noerdin serta Ibunda Salbiah, adik dan kakakku serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya Badan Karantina Pertanian.

Bogor, Januari 2009 Rita Sari Dewi

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Baturaja, Sumatera Selatan pada tanggal 29 September 1974 dari Bapak Noerdin Marsub dan Ibu Salbiah. Penulis merupakan anak ke empat dari delapan bersaudara.

Tahun 1993 penulis lulus dari SMA Negeri 33 Cengkareng Jakarta Barat dan Pada tahun yang sama penulis lulus memasuki Institut Pertanian Bogor Fakultas Kedokteran Hewan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis lulus sebagai sarjana kedokteran hewan pada tahun 1997 dan lulus dokter hewan pada tahun 1999.

Penulis pernah bekerja sebagai karyawati di perusahaan swasta pada tahun 1999 sampai 2003 kemudian diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil di Balai Besar Karantina Pertanian sejak tahun 2003 sebagai Medik Veteriner di Balai Karantina Hewan Tanjung Priok sampai tahun 2005 yang kemudian bertugas di Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta hingga sekarang.

Penulis menikah pada tahun 2000 dengan Putut Eko Wibowo dan telah dikaruniai dua anak M. Faiz Febriandana Putra dan Fasha Ratu Rayani.

(13)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Babesiosis Sapi Potong Impor dari Australia melalui Pelabuhan Tanjung Priok adalah karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2009

Rita Sari Dewi

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL………..……… ii

DAFTAR GAMBAR ……….……… iii

PENDAHULUAN Latar Belakang …………..………... 1 Tujuan Penelitian ………..………... 2 Manfaat Penelitian ……….………. 2 Permasalahan ……….……… 2 Hipotesis ……… 3 TINJAUAN PUSTAKA Importasi Sapi Pedaging di Indonesia … ….……… 4

Babesiosis ……….……… 5 Etiologi ….………..………... 7 Siklus Hidup ……..……….………... 8 Patogenesa …….………..………... 9 Penularan………..………... 10 Diagnosis………..………... 10

Gambaran darah Pada Sapi Babesiosis………….……… 11

Pencegahan dan Kontrol ……….…………. 12

Babesiosis di Indonesia…..……… 12

Babesiosis di Australia ……..……… 13

MATERI DAN METODE Waktu dan tempat penelitian …….……… 15

Penentuan Jenis sampel ..…..……… 15

Alat ………... 16

Bahan ………... 16

Metode Penelitian ……….……… 16

Pemeriksaan Ulas Darah untuk Menghitung Prevalensi Babesiosis dan Tingkat Parasitemia ………... 16 Pemeriksaan Pack Cell Volume (PCV) dan Jumlah Sel Darah Merah (Red Blood Cell/RBC) ……….……….……… 16

Pemeriksaan Rata-rata Kenaikan Berat Badan ……….. 17

Peubah ………....……….... 17

Pengolahan Data ………..……… 17

(15)

HASIL DAN PEMBAHASAN Halaman Prevalensi Babesiosis ………... 18 Tingkat Parasitemia ……..………... 20 Kenaikan Rata-rata Berat Badan Harian .……… 21 Nilai Pack Blood Cell (PCV) dan Jumlah Sel Darah Merah (RBC) .. 22 Bangsa/breed ……….………... 24 Umur, Jenis kelamin, Lokasi Pengambilan Sampel dan Daerah Asal Hewan ………

26

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan …..………. 26 Saran ……….. 26 DAFTAR PUSTAKA……….……. 27 LAMPIRAN………. . 30

Referensi

Dokumen terkait

Kepolisian dituntut untuk luwes juga bergaya dalam membawakan kesenian baik itu. dalam band/ tari-tarian dan orkestra/ ternyata mereka yang setiap harinya harus

Gambar 4.9 merupakan gambar keseluruhan dari perlakuan (buah mengkudu muda, buah mengkudu tua, daun mengkudu muda, daun mengkudu tua) terlihat bahwa daya hambat yang

Sekolah Pascasarjana USAHID adalah satu-satunya unversitas swasta di Indonesia yang menyelenggarakan program Doktor Ilmu Komunikasi (DIK), dengan memberikan

Yang dimaksud dengan memberitahukan adalah Penyidik Pejabat Negeri Sipil memberitahukan kepada Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia bahwa telah dilakukan

[r]

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang menjadi penyebab utama turunnya produksi pangan beras Kota Padang Panjang dan bagaimana Kebijakan

 Adalah kebisingan kebisingan akibat akibat alat alat kerja kerja atau atau lingkungan lingkungan kerja kerja yang yang melebihi melebihi ambang ambang batas