• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai strategi penanganan pembiayaan bermasalah yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya : 1. Tionika Meisi ; 2019 ; Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah

Pada PT BPRS Rajasa Lampung Tengah Di Bandarjaya ; Pembiayaan bermasalah menjadi masalah terbesar bagi suatu lembaga keuangan, maka setiap lembaga keuangan harus memiliki strategi untuk meminimalisir terjadinya pembiayaan bermasalah. Secara umum dapat dilakukan dengan cara resrtukturisasi rescheduling dan reconditioning, reconditioning, penyerahan jaminan, penyelesaian melalui litigasi , dan hapus buku. Selain dari adanya kebijakan perusaahan, pembiayaan bermasalah juga disesbkan oleh beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor ekternal dikarenakan mudhorib mengalami gagal bayar karena macetnya kegiatan ekonomi, dan juga karena faktor lingkungan dan cuaca yang menyebabkan gagal panen. Bencana alam juga menyebabkan pembiayaan bermasalah karena hilangnya mata pencaharian mudhorib.

2. Maulistina Laili ; 2017 ; Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Terhadap Akad Murabahah Dalam Prespektif Ekonomi Islam Pada BPRS Bandar Lampung ; strategi penyelesaian pembiayaan murabahah bermasalah dilakukan dengan tahap yang panjang, yaitu melalui tahap non-litigasi. Melakukan pendekatan kepada nasabah dan memberikan alternatif solusi. Melakukan penagihan intensif dengan cara penagihan secara langsung dan memberikan surat peringatan 1 sampai 3. Penjadwalan kembali (resceduling) yaitu melakukan perpanjangan waktu jatuh tempo, persyaratan kembali(recondetioning) merubah persyaratan pembiayaan tanpa menambah sisa pokok

(2)

6

pembayan, (restukturing) yaitu merubah persyaratan pembiayaan dengan cara konversi akad, penataan kembali, penghapus bukuan (write off). Penyelesaian pembiayaan melalui jalur hukum di pengadilan agama dan pengambilan jaminan sebagai langkah terakhir yang dapat dilakukan.

3. Dwi Prasetyo Yagus ; 2015 ; Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah Pada Murabahah Di BPRS Sukowati Cabang Boyolali ; Analisa pembiayan bermasalah pada BPRS Sukowati Cabang Boyolali disebabkan banyak faktor penyebab pembiayaan bermasalah anatara lain: 1). Marketing dikejar target; 2).AO kurang teliti dalam menganalisis calon nasabah.; 3).AO memberikan pembiayaan kepada keluarganya sendiri.; 4). Manipulasi data.; 5). Bencana alam, tidak dipungkiri lagi karena bencana alam tidak bisa diprediksi atau juga datang tiba-tiba.

4. Nur Cahyani Aulia ; 2018 ; strategi Pencegahan Pembiayaan Bermasalah Pada Bank Syariah (BUKTI DI INDONESIA) ; penyebab pembiayaan bermasalah diakibtkan dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Kebanyakan pembiayaan bermasalah berasal dari faktor eksternal. Faktor eksternal menjadi hal yang penting dalam mempengaruhi pembiayaan bermasalah. Penyebab utama pembiayaan bermasalah di ekternal karena pengaruh SDM. Pencegahan pembiayaan bermasalah pada ekternal yaitu perlu adanya edukasi dan monitoring penggunaan dana oleh nasabah. Strategi pecegahan yang paling utama yaitu rutin mengunjungi usaha nasabah.

Dalam penelitian ini digunakan Kamperatif Research yang mana menyamakan dan perbedaan penelitan terdahulu dengan yang telah dibuat. Dalam hal ini kesamaan yaitu menggunakan substansi atau pembahasan yang sama seperti penangana pembiayaan bermasalah mulai dari faktor-faktor penyebab pembiayaan bermasalah sampai dengan penanganan pembiayaan. Perbedaan dalam pembahasan kali

(3)

7

ini yaitu digunakannya ketentuan syariah Islam dalam penanganan pembiayaan bermasalah.

B Landasan Teori 1. Konsep Pembiayaan

Kata pembiayaan berasal dari istilah i beliave, i turst yang artinya saya percaya dan mempercayai. Kata pembiayaan berasal dari kata mempercayai (trust) yang berarti bank menaruh kepercayaan kepada nasabah untuk mengemban amanah yang diberikan oleh bank sebagai shohibul maal. Dana yang diberikan shohibul maal harus dipergunakan dengan jelas, adil, dan sesuai dengan syariat Islam. Dalam hal ini perlu adanaya ikatan yang jelas antara shohibul maal dengan mudhorib persyaratan ini harus terikat dan tidak merugikan satu sama lain.

 Menurut M. Syafi’i Antonio, menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.

Sedangkan menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan “Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”. Sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nisa ayat 29:

Artinya:

“wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan harta-harta kalian diantara kalian dengan cara yang bathil, kecuali dengan perdagangan yang kalian saling ridha. Dan janganlah kalian

(4)

8

membunuh diri-diri kalian, sesungguhnya Allah itu Maha Kasih Sayang kepadamu”

Berdasarkan Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang perbankan syraiah pasal 1 poin 25 menjelaskan tentang pembiayaan atau penyedia utang dapat dipersamakan dengan :

1. Transkasi bagi hasil bagi mudharobah dan musyarokah

2. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijaroh dan ijarih mutakiyah bittamlik

3. Transaksi jual beli dalam bentuk murabahah, salam dan istidnah

4. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijaroh dengan menggunakan multijasa.

Berdasarkan persetujuan anatara bank dan orang yang dibiayaai harus memfasilitasi dengan cara memberikan sebuah imbalan berupa bagi hasil, ujroh, atau tanpa imbalan dalam kurun waktu yang telah disepakati.

Dalam prinsip tolong menolong dalam Islam sudah diatur dalam Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 5 yang berbunyi :

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebijakan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”

Bedasarka arti ayat diatas menjelsakan bahwa Allah SWT menyeruhkan dalam berbuat kebaikan dengan cara tolong menolong dan menghindari keburukan.

2. Prinsip-Prnisip Pembiayaan

Prinsip pembiayaan disebut juga prinsip 5C, pada dasarnya prinsip ini untuk mengetahui iktikad baik dan kemampuan bayar dari seorang peminjam. Prinsip pembiayaan tersebut adalah :

(5)

9 1. Character (watak) 2. Collecetral (jaminan) 3. Capatal (modal) 4. Capasity (kapasitas)

5. Condition of economi (kondisi ekonomi)

3. Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah ini dapat berupa: pembiayaan yang tidak lancar, pembiayaan dimana mudhoribnya tidak memenuhi persyaratan yang dijanjikan, pembiayaan yang tidak menepati jadwal angsuran, serta pembiayaan yang memiliki potensi merugikan pihak shohibul maal. Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu resiko dalam satu pelaksanaan pembiayaan

 Fatturahman Djamil (2014) menerangkan pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang kualitas pembayarannya berada dalam kategori kurang lancar, diragukan, dan macet.

 Adiwarman A. Karim menjelaskan bahwa resiko pembiayaan merupakan resiko yang disebabkan oleh adanya counterparty dalam memenuhi kewajibannya.

Berdasarkan QS. Al-Baqarah: 282 yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar”

Pembiayaan bermasalah menurut ajaran Islam sebagaimana arti dari ayat diatas adalah pembiayaan yang sudah ditentukakan jangka waktu. Apabilah mengalami kesulitan pembayaran pokok dan bagi

(6)

10

hasil/ujro/margin hendakalah berkata jujur dan dan dapat diselesaikakn secara musyawarah.

4. Kolektabilitastas pembiyaaan

Kolektabilitas adalah keadaan pembayaran pokok atau angsuran pokok dan margin oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali pembiayaan yang diberikan. Dari pengkategorian pembiayaan berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR sebagai berikut:

a. Lancar

Lancar adalah pembiayaan yang tidak ada tunggakan margin maupun angsuran pokok, dan pinjaman belum jatuh tempo atau tepat waktu. Pembayaran angsuran mendatang diperkirakan lancar atau sesuai jadwal dan tidak diragukan sama sekali. Suatu pembiayaan dikatakan lancar apabila:

1) Pembayaran angsuran pokok atau bunga tepat waktu. 2) Memiliki mutasi rekening yang aktif

3) Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral).

b. Kurang Lancar

Kurang lancar adalah pembiayaan yang mana pembiayaan margin dan angsuran pokok mungkin akan atau sudah terganggu karena adanya perubahan yang tidak menguntungkan dari segi keuangan dan manajemen mudhorib, kebijakan ekonomi maupun politik yang merugikan, atau sangat tidak memadainya agunan. Dikatakan kurang lancar memenuhi kriteria : 1) Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang telah

melampaui 90 hari. 2) Sering terjadi cerukan

3) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari

(7)

11

4) Frekuensi mutasi rekening relatif rendah

5) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi mudhorib 6) Dokumen pinjaman yang lemah

c. Diragukan

Diragukan adalah pembiayaan yang pembiayaan seluruh pinjaman mulai diragukan, sehingga berpotensi menimbulkan kerugian pada bank, hanya saja belum dapat ditentukan besar maupun waktunya. Tindakan yang cermat dan tepat harus diambil untuk meminimalkan kerugian. Dikatakan diragukan memenuhi kriteria :

1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok atau bunga yang lebih telah melampaui 180 hari

2) Terjadi cerukan yang bersifat permanen 3) Terjadi wanprestrasi lebih dari 180 hari 4) Terjadi kapitalasi bunga

5) Dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian pembiayaan maupun pengikatan jaminan.

d. Macet (loss)

Macet adalah pembiayaan yang dinilai sudah tidak bisa ditagih kembali. Bank akan menanggung kerugian atas pembiayaan yang diberikan.

1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 270 hari

2) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru

3) Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai yang wajar.

Pembiayaan dibedakan menjadi pembiayaan tidak bermasalah dan pembiayaan bermasalah, pembiayaan tidak bermasalah apabila termasuk dalam kategori lancar. Sedangkan pembiayaan bermasalah apabila termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan, dan macet.

(8)

12

5. Penyelamatan Dari Pembiayaan Bermasalah

Penyelamatan pembiayaan ada 2 cara yaitu dengan penyelamatan pembiayaan dan penyelesaian pembiayaan. Yang pertama dengan cara penyelamatan pembiayaan.

a. Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah

Penyelamatan pembiayaan (restrukturisasi pembiayaan) adalah istilah teknis yang biasa dipergunakan di kalangan perbankan terhadap upaya dan langkah-langkah yang dilakukan bank dalam mengatasi pembiayaan bermasalah.

Terdapat beberapa perraturan Bank Indonesia yang berlaku bagi BUS dan UUS dalam melakukan restrukturisasi pembiayaan, yaitu:

1) Peraturan Bank Indonesia No. 10/18/PBI/2008 tanggal 25 September 2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, sebagaimana telah diubah dengan PBI No. 13/9/PBI/2011 tanggal 8 Februari 2011.

2) Surat Edaran Bank Indonesia No.10/35/DPbS tanggal 22 Oktober 2008 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/35/DPbS tanggal 22 Oktober 2008 perihal Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, sebagaimana telah diubah dengan SEBI No. 13/18/DPbS tanggal 30 Mei 2011.

Dari ketentuan-ketentuan Bank Indonesia dalam uraian restruturisasi terhadap pembiayaan bermasalah berdasarkan prinsip syariah dilakukan melalui:

a). Penjadwalan Kembali (rescheduling)

Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya, tidak

(9)

13

termasuk perpanjangan atas pembiayaan mudharabah atau musyarakah yang memenuhi kualitas lancar dan telah jatuh tempo serta bukan disebabkan nasabah mengalami penurunan kemampuan membayar.

b). Persyaratan Kembali (reconditioning)

Persyaratan kembali (resconditioning), yaitu perubahan sebagian seluruh persyaratan pembiayaan tanpa menambah sisa pokok kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada bank, meliputi:

(1) Perubahan jadwal pendaftaran (2) Perubahan jumlah angsuran (3) Perubahan jangka waktu

(4) Perubahan nisbah dalam pembiayaan mudharabah atau musyarakah

(5) Perubahan proyeksi bagi hasil dalam pembiayaan mudharabah atau musyarakah

(6) Pemberian potongan

c). Penataan Kembali (restructuring)

Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan pembiayaan yang meliputi:

(1) Penambahan dana fasilitas pembiayaan BUS atau UUS. (2) Konversi akan pembiayaan.

(3) Konversi pembiayaan menjadi Surat Berharga Syariah Berjangka Waktu Menengah.

(4) Konversi pembiayaan menjadi Penyertaan Modal Sementara pada perusahaan nasabah yang dapat disertai degan rescheduling atau resconditioning

b. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah adalah upaya dan

tindakan untuk menarik kembali pembiayaan mudhorib dengan kategori bermasalah, terutama yang sudah jatuh tempo atau

(10)

14

sudah memenuhi syarat pelunasan berdasarkan Pasal 55 UU Perbankan Syariah pada dasarnya dilakukan dan penjelasan pasal tersebut, penyelesaian sangketa perbankan Penyelesaian sangketa dilakukan sesuai dengan isi akad adalah upaya berupa:

1). Musyawarah 2). Mediasi Perbankan

3). Melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) atau lembaga arbitrase lain.

4).Melalui peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum Penyelesaian Pembiayaan Macet dapat dilakukan dengan cara:

a). Penyelesaian oleh bank sendiri. b). Penyelesaian oleh debt collector. c). Penyelesaian melalui kantor lelang. d). Penyelesaian melalui badan peradilan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan berat badan lahir anak antara pemberian insulin dengan pemberian ekstrak jahe (pemberian ekstrak jahe lebih baik daripada

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepuasan konsumen ditinjau dari mengenai apa yang telah dirasakan pelanggan atas pelayanan yang telah diberikan

Diantara pemikirannya adalah mengenai konsep falah, hayyah thayyibah, dan tantangan ekonomi umat Islam, kebijakan moneter, lembaga keuangan syariah yang lebih ditekankan kepada

Hal tersebut dapat dilihat dari Room Production Report dari Watermark Hotel Jimbaran tahun 2016 yang menunjukan sebesar 65 persen dari total penjualan kamar di Watermark

Kemampuan siswa melakukan perhitungan matematika dengan tepat ditunjukkan dengan prestasi siswa. Bila prestasi matematika siswa baik maka kemampuan siswa melakukan

Edukasi pada program acara Asyik Belajar Biologi dalam Mata Pelajaran. IPA

Telah kami dapati pada umat ini terkhusus yang bersuku Holimombo dari Buton, mereka berlebih-lebihan dalam memuliakan plasenta ini, ketika seorang wanita akan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pelatihan dan disiplin terhadap kinerja karyawan di hotel De Green City Bandar Lampung.. Jenis