• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL SINERGI RISTEKDIKTI & INDUSTRI DALAM PENGUATAN INOVASI MENUJU PEMBANGUNAN NASIONAL YANG BERDAYA SAING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL SINERGI RISTEKDIKTI & INDUSTRI DALAM PENGUATAN INOVASI MENUJU PEMBANGUNAN NASIONAL YANG BERDAYA SAING"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA. MODEL SINERGI RISTEKDIKTI & INDUSTRI DALAM PENGUATAN INOVASI MENUJU PEMBANGUNAN NASIONAL YANG BERDAYA SAING Jumain Appe Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Disampaikan pada Rapat Kerja Nasional Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Yogyakarta, 30 Januari 2017. Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi. Kementerian Ristek dan Dikti. 0. 1.

(2) Arah Pembangunan Nasional Jangka Panjang. Pembangunan. Penciptaan nilai tambah berbasis keunggulan kompetitif (SDA + SDM + IPTEK). RPJMN Tahun 2010-2014 RPJMN Tahun 2005-2009 Menata kembali NKRI, membangun Indonesia yg aman dan damai, yg adil dan demokratis dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Memantapkan penataan kembali NKRI, meningkatkan kualitas SDM, membangun kemampuan iptek, memperkuat daya saing perekonomian. VISI. 2025. RPJMN Tahun 2020-2024 RPJMN Tahun 2015-2019. Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan pembangunan di segala bidang dengan. Memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan. pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta kemampuan iptek. struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif 2. 2.

(3) 9 (Sembilan) Agenda Prioritas Pembangunan (Nawa Cita) 1.. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara;. 2.. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya;. 3.. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan;. 4.. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya;. 5.. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia;. 6.. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional;. 7.. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi domestik;. 8.. Melakukan revolusi karakter bangsa;. 9.. Memperteguh ke-bhinneka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.. 3.

(4) GLOBAL COMPETITIVENESS INDEX – INDONESIA 2016 - 2017 Ranked 41 of 138 Countries 1st pillar: Institutions. 4.1. 2nd pillar: Infrastructure 3rd pillar: Macroeconomic environment 4th pillar: Health and primary education 5th pillar: Higher education and training. 4.2. 6th pillar: Goods market efficiency. 4.4. 7th pillar: Labor market efficiency 8th pillar: Financial market development. 3.8. 5.5 5.3 4.5. 4.3. 9th pillar: Technological readiness. 3.5. 10th pillar: Market size. 5.7. 11th pillar: Business sophistication. 4.3. 12th pillar: Innovation. 4.0. Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi. Score. Ranking. 1. Secondary education enrollment. Indicators. 82.5. 92. 2. Tertiary education enrollment. 31.1. 82. 3. Quality of the educatioAn system. 4.4. 39. 4.4. 53. 5. Quality of management schools. 4.5. 49. 6. Internet access in schools. 4.9. 43. 4.7. 49. 4.5. 34. 4. Quality of math and science education. 7. Availability of specialized training services 8. Extent of staff training Indicators 9th pillar: Technological readiness. Score. Ranking. 3.5. 91. Availability of latest technologies. 4.7. 73. Firm-level technology absorption. 5.0. 39. FDI and technology transfer. 4.6. 60. Indicators 12th pillar: Innovation. Score. Ranking. 4.0. 31. Capacity for innovation. 4.7. 32. Quality of scientific research institutions. 4.4. 41. Company spending on R&D. 4.4. 26. University-industry collaboration in R&D. 4.4. 28. Gov’t procurement of advanced tech products. 4.3. 12. Availability of scientists and engineers. 4.5. 38. PCT patents, applications/million pop.*. 0.1. 99. 0. 4.

(5) Fungsi dan Tujuan Perguruan Tinggi UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012. Fungsi (Pasal 4, ayat b). Mengembangkan Sivitas Akademika yang inovatif, responsif, kreatif, terampil, berdaya saing, dan kooperatif melalui pelaksanaan Tridharma;. • •. Tujuan (Pasal 5, ayat b,c) Dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing bangsa; Dihasilkannya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui Penelitian yang memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia; dan terwujudnya Pengabdian kepada Masyarakat berbasis penalaran dan karya Penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.. Pasal 47 (ayat 4) Pemerintah memberikan penghargaan atas hasil Pengabdian kepada Masyarakat yang diterbitkan dalam jurnal internasional, memperoleh paten yang dimanfaatkan oleh dunia usaha dan dunia industri, dan/atau teknologi tepat guna. 5.

(6) MODEL TRANSFORMASI PERGURUAN TINGGI. 6.

(7) Tugas Perguruan Tinggi Pendidikan & Pengajaran. Inovasi. Pendidikan dan Pengajaran. Pendidikan dan Pengajaran. Penelitian dan Pengemb angan. Penelitian dan Pengemb angan. Penelitian. Pengabdian Kepada Masyarakat. Inovasi untuk masyarak at. Pengabdi an Masyarak at 7.

(8) KERANGKA LOGIS RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI. LEMBAGA YANG BERKUALITAS. INOVASI. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. SUMBERDAYA BERKUALITAS. Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi. DAYA SAING. TENAGA KERJA TERAMPI & PROFESIONAL. 0. 8.

(9) 9.

(10) INNOVATION Market Need and Application. New and Old S&T. INNOVATION. Business Model, Supply Chain, Manufacturing. ITERATION Innovation I 10.

(11) Ilustrasi : Tingkat Keberhasilan Tahapan R n D  Inovasi Concept Stage Advance to Feasibility Stage (33% probability). Advance to Development Stage (50% probability). Advance to Early Commercialization Stage (75% probability). Advance to FULL Commercialization (83% probability). Low Case Commercial. (25% probability). Base Case Commercial. (50% probability). Terminate. (67% probability). Terminate. (50% probability). Terminate. (25% probability). Terminate. (17% probability). High Case Commercial. (25% probability). Sumber : The Valuation of Technology : business and financial issues in R&D (F. Peter Boer 1999). 11.

(12) PERMASALAHAN DALAM IMPLEMENTASI RISET DAN INOVASI. Lembaga Litbang dan Perguruan Tinggi Kelemahan lembaga litbang dan perguruan tinggi • Jumlah SDM peneliti masih rendah (Jumlah: 1071/1 juta peneliti) • Produktivitas peneliti rendah (Jumlah jurnal: 2/100 peneliti) • Program R&D tidak sesuai dengan kebutuhan industri • Kinerja perguruan tinggi masih rendah (desain: 54, paten: 677, prototipe: 210, dan TTG 720) • Penelitian masih berorientasi pada keilmuan • Lemahnya pengetahuan peneliti terhadap kebutuhan industri • Sarana penelitian masih skala riset (belum skala industri) • Sistem pendidikan sangat berorientasi pada keilmuan (belum berorientasi industri) • Anggaran penelitian dan pendidikan masih rendah. Industri Kelemahan Industri • Industri tidak mengetahui apa yang dihasilkan perguruan tinggi • Kurangnya minat industri melakukan penelitian dan pengembangan karena sebagian besar industri tersebut principle-nya di luar negeri • Terbatasnya SDM peneliti di industri • Terbatasnya anggaran penelitian dan pengembangan oleh industri • Industri tidak ingin menanggung resiko kegagalan penelitian dan pengembangan • Lemahnya dukungan pemerintah dalam pengembangan teknologi di industri • Kualifikasi SDM yang terbatas (keterampilan sertifikasi kompetensi): 58.5% berpendidikan SD-SMP • Sertifikasi dan standar teknis produk yang masih terbatas • Rendahnya: produktivitas tenaga kerja, • Kebijakan insentif fiskal, nonfiskal dan moneter yang masih rendah • Pengembangan investasi tidak sepenuhnya mengarah pada kebijakan industri nasional: industri hilir, industri padat karya yang berorientasi ekspor, industri untuk kepentingan nasoinal dan industri kreatif. 12.

(13) 13.

(14) Penguatan Inovasi Industri PT Temuan baru. Penguatan Inovasi. EKSPLORASI. UJI ALPHA (α). 1. Ide/Konsep 2. Riset Eksplorasi 3. Feasibility/Scanning. 1. Pengembangan purwarupa (prototype) 2. Replikasi 3. Uji laboratorium. Penyempurnaan Prototipe Industri Audit Teknologi. Pengujian. UJI BETA (β) 1. Uji Lapangan (lingkungan pengguna/nyata) 2. Pengembangan Lanjut. Sertifikasi. Alih Teknologi Pendaftaran HKI. DIFUSI 1. Aplikasi di pengguna 2. Komersialisasi awal 3. Pengembangan pasar 4. Komersialisasi lanjut. Penyesuaian Standar. Ijin Produksi/Ijin Edar. Trial Production. 14.

(15) Lembaga Intermediasi Pada Perguruan Tinggi dan Industri yang dapat mengelola Inovasi (Manajemen Inovasi). LEMBAGA LITBANG (LPNK/LPK/ SWASTA PT. LITBAN G. PENDI DIKA N. ABDI MAS. INTERMEDIATSI : - TTO - STP - TP - INKUBATOR - Sentra HKI - Cluster Inovasi - Teaching Industry - dsb. INDUSTRI DAN/ATAU MASYARAKAT. Penemuan >>>>>>>>>>>> Inovasi 15.

(16) Ruang Lingkup Lembaga Intermediasi di PT 1. 2. 3. 4. 5.. Audit Teknologi (technology audit) Kekayaan intelektual (intellectual property), Pembelajaran berorientasi industri (teaching industry), Perubahan angka kredit dosen (change of credit lecturer), Mobilitas dosen ke industri (mobility of lecturers to industry), 6. Pelayanan jasa ilmu pengetahuan dan teknologi (science and technology services) 7. Lisensi (licence), 8. Inkubasi (incubation), 9. Publikasi (publication), 10. Sertifikasi (certification) dan 11. Standarisasi (standardization). 16.

(17) PENGEMBANGAN MANAJEMEN INOVASI DI PT 1. Mengembangkan peraturan pendukung pengelolaan inovasi di perguruan tinggi. 2. Mengembangkan sistem pengelolaan inovasi di perguruan tinggi. • Membangun mindset dan budaya inovasi di perguruan tinggi • Mengembangkan sistem pengelolaan inovasi secara institusional dan individual • Mengembangkan sistem pengelolaan kemitraan perguruan tinggi dengan industri. 3. Meningkatkan Kemampuan Perguruan Tinggi untuk Menghasilkan Inovasi 17.

(18) PROGRAM PENGUATAN INOVASI KEMENRISTEK DIKTI. 1. Pengembangan Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) 2. Penguatan Inovasi Industri 3. Pengembangan Kebijakan Sistem Inovasi. 18.

(19) 1. Pengembangan Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT). 19.

(20) 1. PROSES PEMBENTUKAN PPBT Peneliti/Dosen. INKUBATOR. INVENTOR. Peneliti/Dosen/ Enterpreneur. INVESTOR Penyedia Dana. INOVATOR. START UP (PPBT) 20.

(21) CONTOH PROSES PEMBENTUKAN PPBT KAPAL PELAT DATAR Peneliti/Dosen/Mahasiswa. INVENTOR (UI). Peneliti/Dosen/ Enterpreneur. INVESTOR. (PT. Gunung Mas) Penyedia Dana. INOVATOR (UI). PT. JURAGAN KAPAL (PPBT) 21.

(22) CONTOH PROSES PEMBENTUKAN PPBT IFA HOME DRINKING WATER PURIFIER Peneliti/Dosen/Mahasiswa. INVENTOR (ITB). INVESTOR (PT. IFARIA GEMILANG). PT. IFA WATER Peneliti/Dosen/ Enterpreneur. INOVATOR (ITB). (PPBT) OMSET : 1,3 M selama 1 tahun.. Penyedia Dana 22.

(23) CONTOH PROSES PEMBENTUKAN PPBT LAMPU LEDIKAN. INKUBATOR (INCUBIE-IPB). Peneliti/Dosen. INVENTOR (IPB). Peneliti/Dosen/ Enterpreneur. INVESTOR (INSENTIF). INOVATOR (IPB). START UP (PPBT). Penyedia Dana 23.

(24) CONTOH PROSES PEMBENTUKAN PPBT PENGEMBANGAN SMART TRANSPORTATION E- TICKETING Peneliti/Dosen/Masyarakat. INVENTOR (MASYARAKAT). Peneliti/Dosen/ Enterpreneur. INVESTOR (INSENTIF). INOVATOR (MASYARAKAT). INKUBATOR (IKITAS) START UP (PPBT). Penyedia Dana 24.

(25) 2. PENGUATAN INOVASI INDUSTRI. 25.

(26) 2.a. PENERARAPAN TEKNOLOGI DI INDUSTRI Focus Tujuan. ICT; Hankam; Pangan; Kesehatan; Energi; Transportasi; Material maju. Mempercepat Hilirisasi hasil-hasil R & D. Sinergi Kerjasama ABG untuk mengembangkan Produk Inovasi. Output/Outcome Produk Inovasi. Pendanaan Inovasi Penyempurnaan Prototipe Industri, Pengujian, Penyesuaian Standar, Sertifikasi, Audit Teknologi, Alih Teknologi, Trial Production 26.

(27) RESUME CAPAIAN KINERJA INOVASI INDUSTRI 2016. o FGD (Mediasi) o Panduan o Sosialisasi. o Desk Evaluationo Kebijakan o Ketersediaa o Presentasi n Anggaran o Fact Finding. Pendnaan Inovasi (Uji, Standarisasi, Sertifikasi, Alih Teknologi, Audit Teknologi, Initial Production). 20 Kategori Hijau. Program. 14 Kategori Kuning. 194 Proposal masuk. 134 Proposal Lolos. 40 Proposal Pendampingan, Didanai (30 Mediasi dengan pelaku industri, Sektor 13 lembaga (Regulator) dan litbang/PT) End User. 2 Kategori Biru OUT PUT/ OUTCOME. Catatan: (Internal Analisis) o Sudah dimanfaatkan Pengguna o Siap Produksi Massal dalam 1 Tahun o Sudah ada Pengguna o Siap Produksi Massal dalam 2 Tahun o Sudah ada/ Belum ada Pengguna o Siap Produksi Massal dalam 3 Tahun 27.

(28) Supply-Chain: Inovasi Teknologi Implan Tulang Stainless Steel (PT. Zenith Almart dan PTM-BPPT) UJI ALPHA (α) 1. Pengembangan purwarupa (prototype) 2. Replikasi 3. Uji laboratorium. Riset trial production. PT. Zenith PTMBPPT Testing. Prosedur standar produksi ALKES. PT. Zenith PTMBPPT. UJI BETA (β) 1. Uji Lapangan (lingkungan pengguna/nyata) 2. Pengembangan Lanjut. DIFUSI 1. Aplikasi di pengguna 2. Komersialisasi awal 3. Pengembangan pasar 4. Komersialisasi lanjut. Pembangunan fasilitas produksi. Sampling produk untuk sertifikasi. Ijin produksi implan. PT. Zenith BPPT. PT. Zenith PTM-BPPT Dinkes Jatim RS Orthopedi. Dinkes Jatim PT. Zenith. Trial produksi perdana implan. Uji produk ke pasien bedah tulang. /. Penjualan produk ke RS seluruh Indonesia. PT. Zenith Distributor Alkes. LKPP. Penjualan produk untuk pasien BPJS. 28.

(29) Production Process Technology. 29.

(30) SUPPLY CHAIN PENGEMBANGAN INOVASI GESITS. 30.

(31) Dukungan Pendanaan R & D  Inovasi. 31.

(32) 2.b. INOVASI INDUSTRI DI PERGURUAN TINGGI Tujuan Membangun Industri berbasis teknologi yang berfungsi sebagai sarana pembelajaran dan pengembangan produk inovasi. Focus. Teaching Industry. ICT; Hankam; Pangan; Kesehatan; Energi; Transportasi; Material Maju. Output/Outcome Pembelajaran, Industri dan Produk Inovasi. Kriteria Seleksi Kelayakan Pembelajaran; Kelayakan Bisnis (Industry); Kesiapan dan Rekam Jejak Peneliti; Luaran, Resiko dan Dampak 32.

(33) RESUME CAPAIAN KINERJA INOVASI PERGURUAN TINGGI DI INDUSTRI 2016 o FGD (Mediasi) o Panduan o Sosialisasi. o Desk Evaluationo Kebijakan o Ketersediaa o Presentasi n Anggaran o Fact Finding. Pendanaan Inovasi (mencakup infrastruktur produksi). 7 Kategori Hijau. Program. 3 Kategori Kuning. 30 Proposal masuk. 12 Proposal Lolos. 7 Proposal Didanai : - 6 PT - 12 Teknologi. Pendampingan, Mediasi dengan Sektor (Regulator) dan End User. 2 Kategori Biru OUT PUT/ OUTCOME. Catatan: (Internal Analisis) o Sudah dimanfaatkan Pengguna o Siap Produksi Massal dalam 1 Tahun o Sudah ada Pengguna o Siap Produksi Massal dalam 2 Tahun o Sudah ada/ Belum ada Pengguna o Siap Produksi Massal dalam 3 Tahun 33.

(34) Konsep Teaching Industry di ITB (Design Center Elektronika) KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI Pemenuhan kebutuhan anggaran. Pengadaan pemerintah. SDM ahli, teknologi,. Pengadaan pemerintah. kebutuhan spesifik. Insentif pajak Regulasi TKDN. kapasitas. BTS :. Institut Teknologi Bandung. Design Center Eletronika (BTS & Smartphone 4G). order/load market driven,. Peran PT/Litbang : 1.Memenuhi fixed cost foresight technology., revenue 2.Teknologi dan SDM ahli 3.Kapasitas produksi/ “fabrication lab”. PT. LEN (Produsen) Telkomsel (User). SMARTPHONE :. PT. INDI (Marketing & Distribution) PT. TSM (Produsen) Koperasi Digital (User). Peran Industri : 1.Pemberi order (load) 2.Quality control 3.“Bapak angkat” 4.Informasi dinamika pasar. Nilai Tambah Nasional 1. Pemenuhan kebutuhan dalam negeri 2. Peningkatan TKDN (daya saing dan kemandirian industri) 3. Pengembangan dan pemenuhan tenaga kerja trampil 4. Peningkatan ekspor produk DN 34.

(35) SUPPLY-CHAIN INDUSTRI SMARTPHONE DIGICOOP (SUMBER: PUSAT MIKROELEKTRONIKA ITB). PCB, ID Design, Mech. Design Dami, Leadcore, others Component Vendors & Suppliers. PT TSM, PT INDI, PT SDS, ITB OS, Platform, Applications. SMT, Moulding & Dies, Plastic Injection PT VS Technology,. Customer Relationship Manag., Logistics, Service Centers. PT TSM. PT Jalawave Integra, KDIM. Assembling, Logistic, QC. Investment, Bussiness Model. Koperasi Digital Indonesia Mandirii. Market Research. IMPORT 35.

(36) Konsep Teaching Industry di UGM (Technomed Factory) KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI. Pemenuhan kebutuhan anggaran. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pelatihan fabrikasi alkes di Industri Legalisasi produk alkes. Pengadaan pemerintah (JKN). SDM ahli, teknologi Kapasitas produksi. Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM.  PT Phapros  Rumah sakit. PT Swayasa Prakarsa order. Peran UGM : market driven, 1.Memenuhi fixed cost foresight technology., revenue 2.Teknologi dan SDM ahli 3.Kapasitas produksi/ “fabrication lab”. Peran PT Phapros, RS, JKN : 1. Pemberi order 2. Quality control 3. Informasi dinamika pasar. Nilai Tambah Nasional 1. Pemenuhan kebutuhan alkes dalam negeri 2. Peningkatan daya saing dan kemandirian industri alkes 3. Pengembangan dan pemenuhan tenaga kerja trampil dibidang alkes 4. Ekspor alkes(future) 36.

(37) Supply-Chain Inovasi Teknologi INA SHUNT (Technomed Factory UGM) Penjualan produk ke RS seluruh Indonesia. Fortune MI. Riset dan Uji In vitro UGMRSUP DR.SARD JITO. Bahtera Adi Jaya. Mitra Jaya MA. CPAKB. PT. SWAYASA PRAKARSA - UGM. Clinical Trial Dokumendokumen standar. Pembangunan Pengajuan Sertifikat fasilitas Produksi produksi PT. SWAYASA PRAKARS A-UGMRISTEK. Rekomen dasi Dinkes Prop DIY. PT. SWAYASA PRAKARSA -DINKES PROP DIY. Sertifikat Produksi. Pengajuan Ijin Edar Produk PT. SWAYASA PRAKARSAKEMENKES. Ijin Edar. Trial Produksi PT. SWAYASA PRAKARSA. Up Scalling. Kerjasama Distribusi dan Pemasaran. PT. SWAYASA PRAKARSA- PT PHAPROS-SUB DISTRIBUTOR. PT. SWAYASA PRAKARSA - PT PHAPROS. Marketing Plan. PT. SWAYASA PRAKARSA- PT PHAPROS- LKPP. Penjualan produk untuk pasien BPJS. 37.

(38) Konsep Teaching Industri di UNHAS (Maiwa Breeding Center) KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI Pemenuhan kebutuhan anggaran. Pengadaan Sarana dan Prasarana. Pelatihan Pembibitan Sapi di Industri/LN. UNHAS Fakultas Peternakan. SDM ahli, teknologi,. Pengadaan pemerintah. Insentif Program/ Kegiatan. pembibitan sapi kapasitas. Maiwa Breeding Center order/load market driven,. Peran UNHAS : 1.Memenuhi fixed cost foresight technology., revenue 2.Teknologi dan SDM ahli 3.Kapasitas produksi/ “fabrication lab”. Industri Sapi Potong /Peternak Industri Sapi Potong/Peternak : 1.Pemberi order (load) 2.Quality control 3.“Bapak angkat” 4.Informasi dinamika pasar. Nilai Tambah Nasional 1. Pemenuhan kebutuhan bibit sapi potong dan daging dalam negeri 2. Peningkatan daya saing dan kemandirian industri sapi potong 3. Pengembangan dan pemenuhan tenaga kerja trampil pembibitan sapi potong 4. Ekspor sapi/daging sapi (future) 38. 38.

(39) MODEL PENGEMBANGAN INDUSTRI PERBIBITAN SAPI LOKAL BERBASIS IPTEK DI MAIWA BREEDING CENTRE UNHAS REARING DI MBC:. PROSES PRODUKSI BIBIT. INTRODUKSI TEKNOLOGI: -RECORDING -INTRODUKSI IB SEXING -SELEKSI -EARLY NUTRITION. PETERNAK PEMBIBIT: Barru : 500 Soppeng : 100 Enrekg: 200 , MBC 200. BANK FECES. INDUSTRI PUPUK ORGANIK. KLP TANI MITRA MBC. PENGOLAHAN PUPUK. ORGANIK MBC. PERTANIAN ORGANIK. INDUSTRI PAKAN. INDUSTRI OLAHAN. INOVASI PEMASARAN. INTRODUKSI TEKNOLOGI: -GREEN CONCENTRAT -PAKAN KOMPLIT ISI ULANG -FORMULASI EARLY NUTRITION DAN EARLY FEEDING. SUPLAI BAHAN BAKU DARI MITRA. PLAN MARKETING. SAPI BIBIT 1000 EKOR. ENREKANG: 250 HA DAN SOPPENG 80 HA. MBC. REARING DI PETERNAK: BARRU, ENREKANG SOPENG (Bagi Hasil 60%-40%). RUMAH KOMPOS MBC. INSTANSI PEMERINTAH. BISNIS TERNAK dan DIVERSIFIKASI. PERHOTELAN. RUMAH ORGANIK MBC. INDUSTRI PAKAN MBC (SOPPENG) INDUSTRI OLAHAN DI MBC. KLP TANI MITRA MBC. UMKM BINAAN. PENJUALAN LANGSUNG PENJUALAN TIDAK LANSUNG. RESTORAN CATERING UMUM. PASAR 39.

(40) Konsep Teaching Industri di IPB (Seed Center) KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI Pemenuhan kebutuhan anggaran. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pelatihan Perbenihan di Industri/LN. IPB Departemen AGH. SDM ahli, teknologi,. Pengadaan pemerintah. perbenihan kapasitas. Seed Center order/load market driven,. Peran IPB : 1.Memenuhi fixed cost foresight technology., revenue 2.Teknologi dan SDM ahli 3.Kapasitas produksi/ “fabrication lab”. Insentif Program/ Kegiatan.  PT BLST.  Industri Benih (Asbenindo) Peran Industri Benih (Asbenindo) : 1.Pemberi order (load) 2.Quality control 3.“Bapak angkat” 4.Informasi dinamika pasar. Nilai Tambah Nasional 1. Pemenuhan kebutuhan benih dalam negeri 2. Peningkatan daya saing dan kemandirian industri benih 3. Pengembangan dan pemenuhan tenaga kerja trampil perbenihan 4. Ekspor benih (future) 40.

(41) START UP INDUSTRI BENIH PADI IPB 3S UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA PANGAN NASIONAL Lembaga Pelaksana : IPB Lembaga Litbang/Indutri/PT : PT. BLST dan ASBENINDO Ouput :.    . Launching Kegiatan Oleh Menristekdikti Sosialisasi, persiapan tanam dan penanaman Upgrading Seed Teaching Industry IPB Telah dihasilkan benih sumber sebanyak 250 Ton  Pelatihan SDM (Alih Teknologi Produksi Benih dan Teknologi IPB Prima)  250 Ton benih sumber. 41.

(42) 3. PENGEMBANGAN KEBIJAKAN SISTEM INOVASI. 42.

(43) KERANGKA PIKIR KEBIJAKAN dan PROGRAM SISTEM INOVASI • •. Sistem Inovasi Nasional Kebijakan SINas dan Kebijakan SIDa Pengukuran Indeks Daya Saing Daerah. Pengembangan Kapasitas. • Mobilisasi SDM • Pengembangan dan Pemberdayaan Wahana Inovasi. • Kebijakan Source Sharing. Penetapan Prioritas Pengembangan Klaster Inovasi Berbasis Potensi Daerah (& Prakarsa Penetapan Klaster. Hilirsasi. Intermediasi 1. Kekayaan intelektual (intellectual property), 2. Pembelajaran berorientasi industri (teaching industry), 3. Mobilitas dosen ke industri (mobility of lecturers to industry), 4. Pelayanan jasa ilmu pengetahuan dan teknologi (science and technology services) 5. Lisensi (licence), 6. Inkubasi (incubation), 7. Publikasi (publication), 8. Sertifikasi (certification) dan 9. Standarisasi (standardization). • • • •. Kriteria Produk Inovasi Audit Teknologi Double Tax Deduction Pemanfaatan Purwarupa. Integrasi Sistem Informasi Inovasi Database Inovasi Nasional (Database, Produk & Manajemen Sistem Informasi) 43.

(44) PERPRES: Optimalisasi Sumberdaya Litbang dan PT untuk Penguatan Industri Nasional PERJANJIAN KONSORSIUM PRODUK INOVASI INDUSTRY. Lampiran 1: Source Sharing. Lampiran 2: Pendanaan Konsorsium PT/LPK/LPNK Anggar an Sumber Daya. PROSES INOVASI. FOKUS PRODUK. Fasility. HR. MOBILITAS. Lampiran 4: Metoda Pelaksanaan. Lampiran 3: Mobilitas SDM IPTEK. Lampiran 5: Metoda evaluasi. 44.

(45) Pokok Pokok Pengaturan 1.. 2. 3.. 4. 5. 6.. Mengatur Hubungan Kerjasama antara LPK/LPNK/PT (Litbang) dengan Industri dalam rangka hilirisasi hasil Litbang ke Pasar. Hasil Litbang yang dimaksud adalah hasil Litbang yang berasal dari LPK/LPNK/PT dan atau Industri. Hubungan Kerjasama (point 1) dikukuhkan dengan keputusan Menteri Pengaturan mencakup : a. Penggunaan Sumber Daya b. Penggunaan Sumber Daya Manusia c. Penggunaan Sumber Daya Anggaran Fasilitas yang dimiliki oleh Lembaga Litbang/PT dan Industri dapat saling digunakan dalam rangka hilirisasi hasil Litbang sesuai perjanjian Mobilitas SDM Iptek dapat dilakukan sepanjang sesuai dengan perjanjian dan dalam masa perjanjian tersebut Anggaran yang disediakan oleh Kementerian dalam bentuk Insentif, dapat digunakan langsung oleh para pihak sesuai dengan perjanjian 45.

(46) USULAN REKOMENDASI 1. Perubahan pola pikir penelitian dari orientasi keilmuan menjadi orientasi pengguna (kebutuhan masyarakat dan industri); 2. Perguruan tinggi perlu menyusun road map inovasi sesuai dengan kebutuhan pembangunan wilayah dan potensinya dimana perguruan tinggi tersebut berada; 3. Meningkatkan kerjasama antar intra-perguruan tinggi dan antar perguruan tinggi serta dunia usaha dan pemerintah, baik nasional maupun internasional; 4. Perlunya menerapkan tridharma perguruan tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat) dalam tingkat institusi atau tidak dalam tingkat individu; 5. Meningkatkan peran LPPM dalam mendorong produktivitas penelitian yang berbasis pada kebutuhan masyarakat dan industri; 6. Perguruan tinggi perlu mengembangakan lembaga-lembaga 46 intermediasi, seperti Pusat Inovasi, STP, TP, dan Inkubator..

(47) KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA. TERIMAKASIH. 47.

(48)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil kajian Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah (PPKOD) tahun 2012 menemukan (1) Belum semua pemerintah desa menyusun dokumen-dokumen perencanaan, hanya beberapa