PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN,
PENGETAHUAN PERPAJAKAN, DAN SANKSI
PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI PEMILIK USAHA MIKRO DAN
KECIL
(Studi Kasus di Asosiasi UMKM Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah)
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Maria Monalisa Christin Alma Sulistyo NIM : 162114133
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN,
PENGETAHUAN PERPAJAKAN, DAN SANKSI
PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI PEMILIK USAHA MIKRO DAN
KECIL
(Studi Kasus di Asosiasi UMKM Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah)
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Maria Monalisa Christin Alma Sulistyo NIM : 162114133
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Sebab Tuhan, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertaiengkau,
Dia tidak akan membiarkan engkau
dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati”
(Ulangan 31:8)
Miracle is another name for Hard Work (To The Beautiful You, 2012)
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria
Orangtuaku, Hadi Soelistijo dan Margareta Saham
ix DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xii
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
ABSTRAK ... xiv
ABSTRACT... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah... 4
C. Batasan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Sistematika Penulisan ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Pajak... 8
B. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ... 12
C. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 ... 13
D. Sosialisasi Perpajakan ... 16
E. Pengetahuan Perpajakan ... 18
F. Sanksi Pajak ... 20
G. Kepatuhan Wajib Pajak ... 23
x
I. Perumusan Hipotesis ... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
A. Jenis Penelitian ... 31
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 31
C. Subjek Penelitian ... 31
D. Data Penelitian ... 31
E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31
F. Teknik Pengumpulan Data ... 32
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 33
H. Model Penelitian ... 37
I. Teknik Analisis Data ... 38
BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI ... 42
A. Profil Asosiasi UMKM Kabupaten Grobogan ... 42
B. Maksud Dan Tujuan Asosiasi UMKM Kabupaten Grobogan ... 42
C. Anggota Asosiasi UMKM Kabupaten Grobogan... 43
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 46
A. Deskripsi Data ... 46
B. Pengujian Instrumen Penelitian ... 48
C. Analisis Statistik Deskriptif ... 50
D. Uji Normalitas ... 51
E. Uji Asumsi Klasik ... 51
F. Uji Hipotesis ... 52 G. Pembahasan ... 55 BAB VI PENUTUP ... 60 A. Kesimpulan ... 60 B. Keterbatasan Penelitian ... 60 C. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA ... 62 LAMPIRAN ... 67 BIOGRAFI PENULIS ... 104
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Klasifikasi UMKM menurut UU No. 20 Tahun 2008 ... 12
Tabel 2. Penentuan Ukuran Sampel ... 32
Tabel 3. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 36
Tabel 4 Alamat Anggota Asosiasi UMKM Kab. Grobogan ... 44
Tabel 5. Jenis Usaha Anggota Asosiasi UMKM Kab. Grobogan ... 44
Tabel 6. Kepemilikan NPWP Anggota Asosiasi UMKM Kab. Grobogan ... 45
Tabel 7. Rincian Kuesioner ... 46
Tabel 8. Profil Responden ... 47
Tabel 9. Hasil Uji Validitas ... 48
Tabel 10. Hasil Uji Reliabilitas ... 49
Tabel 11. Analisis Statistik Deskriptif ... 50
Tabel 12. Hasil Uji Normalitas ... 51
Tabel 13. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 51
Tabel 14. Hasil Uji Multikolinieritas ... 52
Tabel 15. Hasil Uji F ... 52
Tabel 16. Hasil Uji t ... 53
Tabel 17. Koefisien Determinasi ... 54
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Model Penelitian ... 37
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I Kuesioner Penelitian ... 68
Lampiran II Tabulasi Data Responden ... 74
Lampiran III Rekapitulasi Jawaban Responden ... 76
Lampiran IV Hasil Pengolahan Data Responden ... 84
Lampiran V Hasil Pengujian Instrumen Penelitian ... 87
Lampiran VI Statistik Deskriptif ... 96
Lampiran VII Hasil Uji Normalitas ... 97
Lampiran VIII Hasil Uji Asumsi Klasik ... 98
Lampiran IX Hasil Uji Hipotesis ... 99
Lampiran X R tabel ... 101
Lampiran XI F tabel ... 102
xiv ABSTRAK
PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, PENGETAHUAN PERPAJAKAN, DAN SANKSI PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB
PAJAK ORANG PRIBADI PEMILIK USAHA MIKRO DAN KECIL
(Studi Kasus di Asosiasi UMKM Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah)
Maria Monalisa Christin Alma Sulistyo NIM : 162114133
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2020
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sosialisasi perpajakan, pengetahuan perpajakan, dan sanksi pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pemilik Usaha Mikro dan Kecil. Responden dalam penelitian ini adalah 71 anggota Asosiasi UMKM Kabupaten Grobogan
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada pemilik Usaha Mikro dan Kecil yang tergabung dalam Asosiasi UMKM Kabupaten Grobogan. Penilaian variabel dalam instrumen penelitian menggunakan skala
likert. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pemilik Usaha Mikro dan Kecil, sedangkan sosialisasi perpajakan dan sanksi pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pemilik Usaha Mikro dan Kecil.
Kata Kunci: sosialisasi pepajakan, pengetahuan perpajakan, sanksi pajak,
xv
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF TAX SOCIALIZATION, TAX KNOWLEDGE, AND TAX PENALTIES TO INDIVIDUAL TAXPAYERS COMPLIANCE OF
MICRO AND SMALL ENTERPRISES OWNERS
(Case Study on Grobogan, Central Java MSMEs Association)
Maria Monalisa Christin Alma Sulistyo NIM : 162114133
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2020
The purpose of this study is to determine the influence of tax socialization, tax knowledge, and tax penalties to individual taxpayers compliance of Micro and Small Enterprises owners. The respondents are 71 members of Grobogan MSMEs Association.
The type of this research is a case study with quantitative approach. Sampling technique used is saturated sampling. Data was collected by distributing questionnaires to the 100 members of Grobogan MSMEs Association. The assessment of variables on research instrument uses likert scale. Analysis data used was multiple linear regression analysis.
The result showed that tax knowledge influenced individual taxpayers compliance of Micro and Small Enterprises owners. On the other hand, tax socialization and tax penalties did not influence the individual taxpayers compliance of Micro and Small Enterprises (MSEs) owners.
Keywords: tax socialization, tax knowledge, tax penalties, individual taxpayers
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pajak berperan penting dalam pembangunan suatu negara sebagai sumber
pendapatan untuk membiayai belanja negara. Data realisasi penerimaan
negara dari tahun 2015-2019 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) melalui laman bps.go.id menunjukkan bahwa penerimaan negara dari
sektor perpajakan merupakan yang paling besar dibanding penerimaan dari
sektor lain dan selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kontribusi
rata-rata sektor perpajakan selama lima tahun terakhir mencapai 80,90% dari
total penerimaan negara. Pernyataan ini menunjukkan bahwa komponen yang
paling dominan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
dari sisi pendapatan adalah penerimaan pajak.
Penerimaan pajak mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun
dalam APBN 2020 tax ratio sebagai perbandingan antara penerimaan pajak
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) cenderung menurun dari tahun ke
tahun. Revenue Statistics in Asia and Pacific Economies yang diterbitkan oleh
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dalam
laman www.oecd.org tahun 2019 menyatakan bahwa tax ratio Indonesia pada
tahun 2017 sebesar 11,5% menempati urutan terakhir dari tujuh belas negara
anggota OECD di kawasan Asia Pasifik, di bawah rata-rata OECD yaitu
sebesar 34,2% serta di bawah rata-rata kawasan LAC (Latin America and
Caribbean) sebesar 22,8%, dan Afrika sebesar 18,2%. Nilai rasio ini
pemungutan pajak, berbagai insentif dan pengecualian pajak, serta
kemungkinan terjadinya pidana pajak seperti penghindaran dan penggelapan
pajak (tax avoidances and tax evasions). Rendahnya tax ratio juga
menggambarkan tingkat kepatuhan pajak yang masih rendah (Kementerian
Keuangan RI, 2019).
Data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah tahun
2014-2018 dalam laman depkop.go.id menunjukkan komposisi Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) mencapai 99,99% dari keseluruhan unit usaha
dan mengalami peningkatan sebesar 6.298.336 unit dalam lima tahun.
Kontribusi rata-rata sektor UMKM terhadap PDB Indonesia selama
2014-2018 mencapai 55,47%, namun hingga tahun 2018 WP pelaku UMKM
yang terdaftar baru mencapai 1,69 juta. Jumlah Wajib Pajak (WP) pelaku
UMKM yang terdaftar dalam sistem administrasi perpajakan serta
penerimaan pajak yang berasal dari UMKM masih jauh dari kondisi yang
seharusnya (Direktorat Jenderal Pajak, 2018).Yustinus Prastowo menyatakan
hal ini disebabkan oleh rendahnya kepatuhan WP, kurangnya literasi
perpajakan di kalangan UMKM, serta besarnya tantangan untuk mengajak
pelaku UMKM berperan dalam perpajakan (Kementerian Keuangan RI,
2019)
Upaya pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan WP diwujudkan
dengan merumuskan peraturan-peraturan di bidang perpajakan, terkhusus
untuk WP sektor UMKM diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun
atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
Kebijakan-kebijakan yang rumit seringkali sulit dipahami oleh WP sehingga
diperlukan adanya sosialisasi dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk
memberikan pengertian kepada WP mengenai segala hal tentang perpajakan
agar memahami bagaimana cara melaksanakan kewajiban perpajakannya
dengan baik (Winerungan, 2013)
Self assessment system yang dianut Indonesia menuntut masyarakat
berperan aktif dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. WP diwajibkan
untuk lebih mendalami peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku agar dapat melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik.
Pengetahuan perpajakan merupakan hal mendasar dan sangat penting untuk
menumbuhkan kepatuhan WP karena bagaimana akan patuh menjalankan
kewajibannya apabila tidak mengetahui apa yang harus dilakukan (Herryanto
dan Toly, 2013)
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 perubahan ketiga atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan berisi rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan sesuatu
yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.
Pelanggaran atas rambu-rambu tersebut akan menimbulkan hukuman karena
pajak mengandung unsur paksaan. Hukuman ini disebut sanksi pajak yang
dapat berupa sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi pajak akan
dikenakan apabila WP tidak melaksanakan kewajiban perpajakanya, sanksi
mengulangi kesalahannya lagi sehingga menjadi WP yang patuh. (Ermawati
dan Afifi, 2018)
Sosialisasi perpajakan merupakan kewajiban pemerintah sebagai langkah
awal pengenalan pajak kepada masyarakat, pengetahuan perpajakan
merupakan hal penting dan yang mendasari WP dalam bertindak, dan sanksi
pajak sebagai langkah tegas pemerintah dalam bentuk hukuman atas
pelanggaran terhadap peraturan perpajakan. Berdasarkan pemaparan diatas,
peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Sosialisasi Perpajakan, Pengetahuan Perpajakan, dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi Pemilik Usaha Mikro dan Kecil” (Studi Kasus di Asosiasi
UMKM Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah)
B. Rumusan Masalah
1. Apakah sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak orang pribadi pemilik UMKM?
2. Apakah pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak orang pribadi pemilik UMKM?
3. Apakah sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
orang pribadi pemilik UMKM?
C. Batasan Masalah
1. Responden dalam penelitian ini adalah anggota Asosiasi UMKM
Kabupaten Grobogan.
2. Variabel independen sosialisasi perpajakan (X1), pengetahuan
(PPh) yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.
28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas UU No. 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) dan
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan
atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak
yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh sosialisasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib
pajak orang pribadi pemilik UMKM
2. Mengetahui pengaruh pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan
wajib pajak orang pribadi pemilik UMKM
3. Mengetahui pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak
orang pribadi pemilik UMKM
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada WP OP
pemilik UMKM terkait pentingnya melaksanakan kewajiban
perpajakan sebagai upaya meningkatkan penerimaan negara yang
digunakan sebagai pembiayaan belanja negara.
2. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan menambah informasi bagi pemerintah
mengenai faktor yang dapat memengaruhi kepatuhan WP OP sektor
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi dan
referensi di bidang perpajakan khususnya mengenai faktor-faktor yang
memengaruhi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pemilik UMKM.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai
faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan WP OP pemilik UMKM
serta mengasah kemampuan berpikir dan pemecahan masalah sehingga
dapat bermanfaat di masa depan.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari enam bab yang akan dibahas, yaitu:
Bab I Pendahuluan
Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan skripsi.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi teori-teori yang mendukung penelitian ini, hasil
penelitian terdahulu, dan perumusan hipotesis penelitian.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini terdiri dari jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian,
subjek penelitian, data penelitian, populasi dan sampel penelitian,
teknik pengumpulan data, variabel penelitian, dan teknik analisis
Bab IV Gambaran Umum Organisasi
Bab ini membahas tentang profil organisasi, maksud dan tujuan
pendirian, serta anggota Asosiasi UMKM Kabupaten Grobogan.
Bab V Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini berisi deskripsi data, analisis data, dan hasil penelitian
beserta interpretasinya.
Bab VI Penutup
Bab ini terdiri dari kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak
1. Pengertian Pajak
Pengertian pajak menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani adalah iuran
kepada negara bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat
prestasi kembali yang dapat langsung ditunjukkan, berguna untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum terkait dengan tugas negara
dalam menyelenggarakan pemerintahan (Pandiangan, 2013). Pendapat
lain oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S. H pajak adalah iuran kepada
kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung
ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum
(Waluyo, 2017)
Menurut UU No. 28 Tahun 2007 pajak merupakan kontribusi wajib
dari orang pribadi atau badan kepada negara yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, tanpa mendapatkan balas jasa secara
langsung, dan digunakan untuk membiayai keperluan-keperluan negara
demi sepenuhnya kemakmuran rakyat.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa pajak memiliki ciri-ciri dipungut berdasarkan undang-undang
oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, sifatnya
langsung dari pemerintah digunakan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
2. Fungsi Pajak
Menurut Resmi (2019) ada dua fungsi pajak, yaitu :
a. Fungsi Budgetair (Sumber keuangan negara)
Fungsi budgetair artinya pajak merupakan salah satu sumber
penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin
maupun pembangunan.
b. Fungsi Regularend (Pengatur)
Fungsi pengatur artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan
ekonomi serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang
keuangan.
3. Sistem Pemungutan Pajak
a. Official Assessment System
Sistem ini memberi kewenangan kepada aparatur perpajakan untuk
menentukan jumlah pajak terutang sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya
wewenang aparatur perpajakan (Resmi, 2019)
b. Self Assessment System
Sistem ini memberi wewenang kepada WP dalam menentukan
sendiri jumlah pajak terutang setiap tahunnya sesuai peraturan yang
berada di tangan WP. WP dianggap mampu menghitung, memahami
peraturan perpajakan, mempunyai kejujuran tinggi, dan menyadari
arti penting membayar pajak (Resmi, 2019).
Kewajiban WP dalam Self Assessment System adalah
mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan
dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) yang wilayahnya
meliputi tempat tinggal atau kedudukan WP dapat pula secara online
melalui e-register; menghitung sendiri pajak terutang pada setiap
akhir tahun pajak dengan cara mengalikan tarif pajak dengan Dasar
Pengenaan Pajak (DPP) dan memperhitungkan dengan cara
mengurangi pajak terutang dengan jumlah pajak yang dilunasi dalam
tahun berjalan yang disebut kredit pajak; membayar sendiri pajak
terutang atau melalui pemotongan dan pemungutan pihak lain;
melaporkan penyetoran pajak kepada DJP melalui Surat
Pemberitahuan (SPT) baik SPT Masa untuk pelaporan pajak bulanan
maupun SPT Tahunan untuk pelaporan pajak tahunan (Rahayu,
2010)
c. Withholding System
Sistem ini memberi kepercayaan kepada pihak ketiga baik WP
Orang Pribadi maupun WP Badan dalam negeri untuk memotong
atau memungut pajak penghasilan yang dibayarkan kepada penerima
ketiga akan dibayarkan kepada negara seperti dalam self assessment
system nantinya jumlah tersebut akan diperhitungkan kembali oleh
WP dengan melampirkan bukti pemotongan atau pemungutan yang
diberikan pihak ketiga. Pajak tersebut dapat dikreditkan pada akhir
tahun pajak atas jumlah pajak terutang untuk seluruh penghasilan
WP (Rahayu, 2010)
4. Wajib Pajak
Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Badan adalah sekumpulan
orang dan/atau modal yang merupakan satu kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun tidak (UU No. 27 Tahun 2008).
Berdasarkan laman onlinepajak WP termasuk orang pribadi yang
belum atau tidak memiliki NPWP jika sudah mempunyai kewajiban dan
hak dalam perpajakan. Kewajiban yang dimaksud adalah kewajiban
mendaftarkan diri, kewajiban pembayaran, pemotongan/pemungutan,
dan pelaporan pajak, kewajiban dalam hal diperiksa, dan kewajiban
memberi data. Hak yang dimaksud adalah hak hak atas kelebihan
pembayaran pajak, hak dalam hal dilakukan pemeriksaan, hak
mengajukan keberatan, banding, dan peninjauan kembali, hak
kerahasiaan, hak mengangsur atau menunda pembayaran, hak menunda
pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak, dan hak
mendapatkan pajak ditanggung pemerintah,
B. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Buku Profil Bisnis UMKM yang ditulis oleh Bank Indonesia dan
Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) diunduh dari
bi.go.id menjelaskan pengelompokkan UMKM menurut beberapa instansi
dan peraturan perundang-undangan. Bank Dunia (World Bank),
mengelompokkan UMKM berdasarkan jumlah tenaga kerjanya, yaitu
usaha mikro dengan jumlah tenaga kerja maksimal sepuluh orang; usaha
kecil maksimal tiga puluh orang; dan usaha menengah maksimal tiga ratus
orang. UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM mengklasifikasikan
UMKM berdasarkan kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha) dan penjualan tahunan.
Tabel 1. Klasifikasi UMKM menurut UU No.20 Tahun 2008
Jenis usaha
Kriteria Kekayaan bersih (tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha)
Penjualan tahunan
Usaha Mikro Maksimal Rp50 juta Maksimal Rp300
juta
Usaha Kecil >Rp50 juta-Rp500 juta >Rp300 juta-Rp2,5 miliar Usaha
Menengah >Rp500 juta-Rp10 miliar
>Rp2,5 miliar-Rp50 miliar
Sumber : UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM
Selain penggolongan skala usaha, dalam Profil Bisnis UMKM juga
terdapat penggolongan UMKM berdasarkan jenis kegiatan ekonomi yang
menganut konsep dari International Standard Classification of All
perbandingan tingkat aktivitas ekonomi dari berbagai sektor kegiatan.
Penggolongan sektor ekonomi ini dibagi menjadi sembilan, yaitu
pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan; pertambangan dan
penggalian; industri pengolahan; listrik, gas, dan air bersih; bangunan;
perdagangan, hotel, dan restoran; pengangkutan dan komunikasi;
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; dan jasa-jasa.
C. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018
1. Tujuan PP No. 23 Tahun 2018
PP No. 23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari
Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki
Peredaran Bruto Tertentu diterbitkan dengan tujuan memberikan
kemudahan dan keadilan kepada WP dengan peredaran bruto tertentu
agar terdorong untuk berperan serta dalam kegiatan ekonomi.
2. Ketentuan dalam PP No. 23 Tahun 2018
a. Jenis Pajak Penghasilan (PPh) PP No. 23 Tahun 2018
Pajak penghasilan yang diatur dalam PP ini disetor perbulan dan
terutang di masing-masing tempat usaha merupakan PPh Pasal 4 ayat
(2) yang bersifat final bukan merupakan PPh Pasal 25.
b. Subjek Pajak dan Jangka Waktu
Subjek pajak dalam peraturan ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi
(WP OP) atau Wajib Pajak Badan (WP Badan) tertentu yaitu
Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, Persekutuan Komanditer (CV),
dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp4,8M dalam satu tahun
pajak.
Jangka waktu berlakunya peraturan ini bagi WP OP adalah tujuh
tahun pajak dan bagi WP Badan PT tiga tahun, koperasi, CV, firma
selama empat tahun. Jangka waktu tersebut terhitung sejak tahun
pajak WP terdaftar bagi WP yang baru terdaftar sejak berlakunya PP
ini atau terhitung sejak tahun pajak berlakunya PP ini bagi WP yang
telah terdaftar sebelum berlakunya PP ini.
c. Yang Tidak Dikenakan PP No. 23 Tahun 2018
1) WP yang memilih dikenai tarif dalam UU No. 36 Tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 17 ayat (1) huruf a, Pasal
17 ayat (2a), atau Pasal 31 E.
2) CV dan Firma yang dibentuk beberapa orang WP OP
berkeahlian khusus dan menyerahkan jasa sejenis dengan
pekerjaan bebas
3) WP Badan yang mendapat fasilitas PPh berdasarkan Pasal 31A
UU PPh atau PP No. 94 Tahun 2010 tentang Penghitungan
Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam
Tahun Berjalan
4) Bentuk Usaha Tetap (BUT)
d. Objek Pajak
Objek Pajak PPh ini adalah penghasilan dari usaha yang diterima
melebihi Rp4,8M dalam satu tahun pajak. Peredaran bruto adalah
imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang
diterima atau diperoleh dari usaha sebelum dikurangi potongan
penjualan, potongan tunai, dan/atau potongan-potongan lainnya.
Pajak yang terutang adalah sebesar 0,5% x jumlah peredaran bruto
(omzet)
e. Bukan Objek Pajak
1) Penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas
2) Penghasilan dari usaha yang dikenai PPh Pasal 4 ayat (2)
3) Penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri yang
pajaknya terutang atau telah dibayar di luar negeri
4) Penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak
f. Pembayaran Pajak
Pembayaran PPh ini setiap bulan untuk setiap tempat usaha dapat
disetor sendiri menggunakan Kode Billing melalui bank persepsi/pos,
Anjungan Tunai Mandiri (ATM), dan internet banking. Transaksi
dengan pemotong/pemungut penyetoran dilakukan oleh
pemotong/pemungut, WP harus mengajukan permohonan ke KPP
untuk menerbitkan Surat Keterangan bahwa yang bersangkutan
D. Sosialisasi Perpajakan
1. Pengertian Sosialisasi Perpajakan
Sosialisasi perpajakan adalah sebagai kegiatan pemberian wawasan,
pengertian, informasi, dan pembinaan kepada masyarakat pada
umumnya dan wajib pajak pada khususnya agar mengetahui segala hal
mengenai perpajakan dan undang-undang perpajakan yang dilakukan
oleh Direktorat Jenderal Pajak (Irwansah dan Akbal, 2014)
2. Tujuan Sosialisasi Perpajakan
Sosialisasi dilakukan bukan semata-mata agar norma dan kaidah
tertentu dapat dimengerti, tujuan akhirnya agar penerima sosialisasi
dapat bersikap dan mampu bertindak sesuai norma dan kaidah yang
berlaku. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-03/PJ/2013
tentang Pedoman Penyuluhan Perpajakan menyebut tujuan
diberikannya penyuluhan perpajakan adalah untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam perpajakan dan mengubah
perilaku wajib pajak agar semakin paham serta peduli dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
3. Jenis Sosialisasi Perpajakan
Menurut Herryanto dan Toly (2013) kegiatan sosialisasi atau
penyuluhan perpajakan dapat dilakukan dengan dua cara sebagai
berikut.
Sosialisasi langsung adalah kegiatan sosialisasi perpajakan dengan
berinteraksi secara langsung dengan WP atau calon WP. Bentuk
sosialisasi langsung yang pernah diadakan antara lain Early Tax
Education, Tax Goes to School/ Tax Goes to Campus, perlombaan
perpajakan (Cerdas Cermat, Debat, Pidato Perpajakan, Artikel),
sarasehan/tax gathering, kelas pajak/klinik pajak, seminar/diskusi/
ceramah, dan workshop/ bimbingan teknis (Laporan Tahunan DJP
2018)
b. Sosialisasi Tidak Langsung
Sosialisasi tidak langsung adalah kegiatan sosialisasi perpajakan
yang tidak berinteraksi secara langsung dengan WP atau calon WP.
Sosialisasi tidak langsung dapat berupa sosialisasi melalui
radio/televisi, penyebaran buku/booklet/leaflet perpajakan.
Bentuk-bentuk sosialisasi tidak langsung dapat dibedakan
berdasarkan media yang digunakan, dengan media elektronik dapat
berupa talkshow TV, built-in program, dan talkshow radio,
sedangkan dengan media cetak (koran/majalah/tabloid/buku) dapat
berupa suplemen, advertorial (booklet/ leaflet perpajakan), rubrik
tanya jawab, penulisan artikel pajak, dan penerbitan
majalah/buku/alat peraga penyuluhan termasuk komik pajak.
Laporan Tahunan DJP tahun 2018 menyebutkan usaha DJP
Instagram, Youtube, dan website resmi di pajak.go.id serta saluran
pengaduan melalui telepon dengan nama Kring Pajak.
4. Indikator Sosialisasi Perpajakan
Wijayanto dan Yushita (2017) mengukur sosialisasi perpajakan
dengan indikator sebagai berikut.
a. Tatacara sosialisasi, sosialisasi perpajakan yang dilakukan DJP
kepada masyarakat pada umumnya dan WP pada khususnya baik
secara langsung maupun tidak langsung.
b. Frekuensi sosialisasi, sosialisasi harus dilakukan secara berkala
karena peraturan perpajakan selalu mengalami perubahan dari
waktu ke waktu.
c. Kejelasan sosialisasi, sosialisasi perpajakan yang diberikan harus
dapat menyampaikan informasi dengan jelas agar WP dapat
memahami materi sosialisasi yang diberikan.
E. Pengetahuan Perpajakan
1. Pengertian Pengetahuan Perpajakan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui; kepandaian
berkaitan dengan proses belajar yaitu hasil kerja penalaran yang
merubah dari tidak tahu menjadi tahu dan menghilangkan keraguan
terhadap suatu perkara (Lestari, 2017)
Pengetahuan perpajakan adalah kemampuan WP dalam mengetahui
perpajakan baik soal tarif pajak yang akan mereka bayar berdasarkan
kehidupan mereka (Mardiasmo, 2016). Menurut Ermawati dan Afifi
(2018) pengetahuan perpajakan adalah ilmu yang dimiliki oleh WP
tentang segala yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh
dilakukan.
2. Indikator Pengetahuan Perpajakan
Indikator pengetahuan perpajakan menurut Bornman dan Ramutumbu
(2019) ada tiga, yaitu:
a. Pengetahuan Umum Perpajakan (General Tax Knowledge)
Pengetahuan ini diartikan sebagai pengetahuan dasar perpajakan
secara umum yang diketahui masyarakat, meliputi pajak sebagai
penerimaan negara, mengapa harus membayar pajak, manfaat
pajak bagi negara, siapa yang harus membayar pajak, dan moralitas
pajak.
b. Pengetahuan Peraturan Pajak (Legal Tax Knowledge)
Pengetahuan ini mempunyai dua dimensi yang terdiri dari
pengetahuan peraturan perpajakan secara konseptual berdasarkan
UU Perpajakan serta dapat membedakan konsep-konsep dalam
perpajakan dan pengetahuan peraturan perpajakan secara teknis
yaitu kemampuan untuk menerapkan peraturan perpajakan sesuai
dengan keadaan WP serta dapat memenuhi kewajiban
perpajakannya sesuai peraturan.
Pengetahuan mengenai prosedur dalam perpajakan meliputi
pendaftaran (registrasi) sebagai WP, pembukuan dan pencatatan,
penghitungan pajak terutang, penyetoran pajak terutang, pengisian
SPT, dan pelaporan informasi yang diperlukan sesuai peraturan
yang berlaku. Pengetahuan ini juga mengenai pemahaman
mengenai arti tanggung jawab sebagai WP yang patuh, ketepatan
waktu, ketepatan dalam penghitungan dan pengisian, serta
memiliki informasi keuangan berupa catatan atau dokumen yang
diperlukan dalam perpajakan.
Ketiga indikator diatas dapat dijabarkan menjadi beberapa
indikator yang lebih spesifik, yaitu:
a. Pengetahuan tentang pengertian umum dalam perpajakan, bersumber dari UU KUP mengenai pengertian pajak, NPWP, WP, dan SPT
b. Pengetahuan keuangan mengenai pembukuan dan pencatatan yang harus dilakukan WP
c. Pengetahuan tentang tatacara perhitungan pajak terutang. d. Pengetahuan tentang tatacara pembayaran pajak terutang.
e. Pengetahuan tentang pelaporan pajak terutang melalui Surat Pemberitahuan.
F. Sanksi Pajak
1. Pengertian Sanksi Pajak
Sanksi berarti hukuman yang dijatuhkan kepada pihak yang
berisi rambu-rambu mengenai apa yang harus dilakukan dan apa
yang seharusnya tidak dilakukan. Pelanggaran atas rambu-rambu
tersebut akan dikenai hukuman yang disebut sanksi. Pengenaan
sanksi pajak dapat menyebabkan kewajiban WP terpenuhi karena
mendapat tekanan dengan adanya sanksi yang akan dikenakan
apabila melanggar (Imaniati, 2016)
Sanksi pajak yang efektif adalah yang mampu mencegah
(deterrence) tindakan melanggar dan memotivasi (motivate) WP agar
selalu patuh, bukan malah menekan (repressive) WP. Unsur
pencegahan berarti sanksi pajak dapat memengaruhi perilaku WP
dalam upaya pencegahan ketidakpatuhan saat ini dan menimbulkan
sikap patuh di kemudian hari.
Unsur motivasi mengandung makna sanksi pajak memberi
pengertian kepada WP mengenai keadilan (fairness) sanksi pajak,
apabila sanksi terlalu ringan WP akan kembali bertindak tidak patuh
karena merasa hal itu lebih menguntungkan, namun apabila sanksi
terlalu berat WP akan terbebani dan akan memilih untuk
menghindari pajak sejak awal. Selain itu, sanksi pajak harus
mempromosikan norma-norma sosial di masyarakat dengan memberi
pesan “membayar pajak adalah hal yang benar” “WP adalah orang yang jujur”. Norma-norma sosial semacam itu dibutuhkan untuk menumbuhkan motivasi dalam diri WP, terkhusus bagi UMKM yang
faktor-faktor tanggungjawab personal, sosial, dan emosional sangat
memengaruhi perilaku dalam perpajakannya (Swistak, 2016)
2. Jenis Sanksi Pajak
Dalam UU KUP dikenal dua macam sanksi, yaitu sanksi
administrasi dan sanksi pidana. Sanksi administrasi berupa
pembayaran kerugian terhadap negara berupa denda, bunga, dan
kenaikan. Sanksi pidana berupa denda pidana, pidana kurungan, dan
pidana penjara.
Denda adalah sanksi administrasi yang dikenakan kepada
pelanggaran yang berkaitan dengan kewajiban pelaporan. Bunga
adalah sanksi administrasi yang dikenakan kepada pelanggaran yang
berkaitan dengan kewajiban pembayaran pajak. Kenaikan adalah
sanksi administrasi yang berupa kenaikan jumlah pajak yang harus
dibayar dikenakan kepada pelanggaran berkaitan dengan kewajiban
yang diatur dalam UU (Rahayu, 2010)
Sanksi pidana berupa pidana kurungan yaitu perampasan
kebebasan pelanggar dalam jangka waktu relatif singkat dan pidana
penjara yaitu perampasan kebebasan pelanggar dalam jangka waktu
cukup lama. Selain mendapat hukuman pidana kurungan atau pidana
penjara, pelanggar juga dikenai sanksi denda pidana.
3. Indikator Sanksi Pajak
Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel sanksi pajak
a. Pemahaman WP mengenai sanksi pajak, berupa keberadaan sanksi
pajak dan jenis sanksi pajak.
b. Sikap WP terhadap sanksi pajak, menunjukkan bagaimana perilaku
WP dalam memenuhi kewajiban perpajakan dengan adanya sanksi
pajak serta efek jera yang ditimbulkan oleh sanksi pajak.
G. Kepatuhan Wajib Pajak
1. Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti suka menurut
perintah; taat pada perintah atau aturan. Kepatuhan adalah perilaku
sesuai aturan; ketundukan; ketaatan; keadaan tunduk menuruti
sesuatu atau seseorang. Kepatuhan wajib pajak dapat diartikan
sebagai perilaku WP dalam memenuhi kewajiban perpajakannya
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku. (Lestari, 2017)
2. Jenis Kepatuhan Wajib Pajak
Jenis kepatuhan perpajakan dibagi menjadi dua, yaitu kepatuhan
formal dan kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah suatu
kondisi dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannnya
secara formal sesuai dengan dasar dan ketentuan dalam UU
perpajakan, misalnya WP melaporkan SPT PPh Tahunan sebelum atau
tepat pada batas waktu penyampaian maka WP telah memenuhi
kepatuhan formal, akan tetapi isinya belum tentu memenuhi
para wajib pajak memenuhi semua ketentuan material perpajakan
sesuai dengan isi dan jiwa dari undang-undang perpajakan. (Rahayu,
2010)
3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
Beberapa faktor yang memengaruhi kepatuhan WP menurut Ardy et al.
(2018) yaitu:
a. Sosialisasi perpajakan, yaitu upaya DJP untuk memberikan
pengertian, informasi, dan pembinaan kepada masyarakat dan WP
mengenai perpajakan.
b. Pengetahuan perpajakan, yaitu kemampuan WP dalam mengetahui
perpajakan baik soal tarif pajak yang akan mereka bayar
berdasarkan undang-undang maupun manfaat pajak yang akan
berguna bagi kehidupan mereka.
c. Kesadaran perpajakan, perilaku WP berupa pandangan atau
perasaan disertai tindakan yang sesuai dengan peraturan perpajakan
d. Kualitas pelayanan petugas pajak, pelayanan yang diberikan oleh
DJP untuk membantu WP agar tercipta kepuasan dan ketercapaian
tujuan.
e. Sanksi pajak, yaitu hukuman bagi pihak yang melanggar aturan
dalam menjalankan kewajiban perpajakannya.
4. Indikator Kepatuhan Wajib Pajak
Indikator kepatuhan wajib pajak menurut Rahayu (2010) sebagai
a. Mendaftarkan diri sebagai WP agar memperoleh NPWP karena
NPWP merupakan syarat utama dalam administrasi pajak.
b. Mencatat keuangan usahanya secara rutin dan benar karena
pencatatan keuangan merupakan hal yang harus dilakukan dalam
keperluan penghitungan pajak terutang.
c. Menghitung dan membayar pajak dengan tepat sesuai aturan yang
berlaku serta tepat waktu.
d. Mengisi dan melaporkan jumlah pajak terutang dalam SPT dengan
jujur, lengkap, benar, dan tepat waktu sesuai aturan yang berlaku.
H. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Moh. Wawan Setyabudi tahun 2017
yang berjudul “Pengaruh Sosialisasi Perpajakan, Pengetahuan Perpajakan, Sanksi Pajak dan PPh Final (Implementasi PP Nomer 46 Tahun 2013)
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi” merupakan penelitian kuantitatif dengan jumlah responden seratus orang yang merupakan
wajib pajak orang pribadi yang mempunyai usaha dengan penghasilan
dibawah Rp4,8M per tahun dan terdaftar di KPP Pratama Surakarta.
Hasil penelitian ini adalah sosialisasi perpajakan, pengetahuan
perpajakan, dan sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak orang pribadi, sedangkan PPh Final (Implementasi PP No. 46
Tahun 2013) tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang
Penelitian oleh Oktaviane Lidya Winerungan tahun 2013 berjudul
“Sosialisasi Perpakan, Pelayanan Fiskus dan Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan WPOP di KPP Manado dan KPP Bitung” merupakan penelitian kuantitatif dengan mengambil sampel sebanyak 25 responden
di masing-masing KPP. Hasil dari penelitian ini adalah sosialisasi
perpajakan, pelayanan fiskus, dan sanksi perpajakan tidak berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di kedua KPP.
Penelitian oleh Narti Eka Putri dan Nurhasanah tahun 2019 dengan
judul “Sosialisasi Pajak, Tingkat Pendidikan dan Sanksi Pajak Terkait dengan Kepatuhan Wajib Pajak UKM (Studi Kasus: Pengusaha UKM
Kecamatan Manggar Belitung Timur) menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan sampel berjumlah 353 responden berupa WP sektor
UKM yang terdaftar di Kecamatan Manggar Belitung Timur. Hasil yang
didapat dari penelitian ini adalah sosialisasi pajak dan sanksi pajak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan WP pelaku UKM
sementara tingkat pendidikan berpengaruh positif namun tidak signifikan
terhadap kepatuhan WP pelaku UKM Kecamatan Manggar Belitung
Timur.
Penelitian oleh Muhammad Yudhy Guztaman dan Sartika
Djamaluddin tahun 2019 berjudul “Single Tariff and Tax Compliance of
Micro Small and Medium Enterprises in Indonesia (Case Study in DKI Jakarta Province)” dengan 396.731 data yang terdiri dari 98.262 WP
2012-2017. Penelitian ini menggunakan variabel dummy yaitu variabel
dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan WP UMKM ditunjukkan
dengan nilai 1 apabila melaporkan SPT Tahunan dan 0 apabila tidak
melaporkan SPT. Variabel independen tarif pajak dengan nilai 1 apabila
menggunakan tarif dalam PP No. 46 Tahun 2013 dan 0 apabila tidak
menggunakan. Variabel independen jenis WP dengan nilai 1 untuk WP
OP dan 0 untuk WP Badan dan umur WP dihitung sejak WP
mendaftarkan diri. Variabel independen sanksi pajak adalah jumlah
denda yang dibayar karena terlambat melaporkan atau yidak melaporkan
SPT. Hasil penelitian ini tarif pajak dan jenis WP berpengaruh signifikan
terhadap kepatuhan WP sektor UMKM, sementara sanksi pajak dan usia
WP tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan WP sektor UMKM
di DKI Jakarta.
I. Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh sosialisasi perpajakan terhadap kepatuhan WP OP pemilik
UMKM
Sosialisasi perpajakan adalah kegiatan pemberian wawasan,
pengertian, informasi, dan pembinaan kepada masyarakat pada
umumnya dan wajib pajak pada khususnya agar mengetahui segala hal
mengenai perpajakan dan undang-undang perpajakan yang dilakukan
oleh DJP (Irwansah dan Akbal, 2014). Tujuan sosialisasi perpajakan
adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
dan berkontribusi dalam kegiatan perpajakan. Dengan mengikuti
sosialisasi baik secara langsung maupun tidak langsung, WP
mendapatkan tambahan wawasan, informasi, dan keterampilan dalam
perpajakan untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai
peraturan yang berlaku sehingga kepatuhannya akan meningkat.
Penelitian yang dilakukan oleh Setyabudi (2017), Ermawati dan Afifi
(2018) menyebutkan sosialisasi perpajakan berpengaruh dengan arah
positif terhadap kepatuhan WP yang berarti apabila sosialisasi
perpajakan yang diberikan oleh DJP meningkat maka kepatuhan WP
juga akan meningkat. Penelitian Winerungan (2013) serta Lianty dan
Kurnia (2017) menyebutkan sosialisasi perpajakan tidak berpengaruh
terhadap kepatuhan WP karena WP tidak dapat memahami materi
yang disampaikan saat sosialisasi dengan baik. Berdasarkan uraian di
atas hipotesis yang dirumuskan adalah
H1 : Sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan WP OP pemilik UMKM
2. Pengaruh pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan WP OP
pemilik UMKM
Pengetahuan perpajakan adalah ilmu yang dimiliki oleh WP tentang
segala yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan
dalam perpajakan (Ermawati dan Afifi, 2018). Pengetahuan
perpajakan befungsi sebagai pedoman wajib pajak dalam
memperhitungkan, membayar, dan melaporkan jumlah pajak yang
terutang (Lestari, 2017). Semakin banyak pengetahuan perpajakan
yang dimiliki berarti mengetahui bagaimana harus melaksanakan
kewajiban perpajakannya sesuai peraturan, sebaliknya karena
kurangnya pengetahuan maka WP kurang memahami tata cara dan
ketentuan perpajakan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat
kepatuhan wajib pajak tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Setyabudi (2017) serta Ermawati dan Afifi (2018) menunjukkan
bahwa pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan WP.
Hal ini berarti semakin tinggi pengetahuan WP, kepatuhan pajaknya
juga semakin meningkat. Berdasarkan uraian di atas hipotesis yang
dirumuskan adalah
H2 : Pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan WP OP pemilik UMKM
3. Pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan WP OP pemilik UMKM
Sanksi pajak memiliki peran penting guna memberikan pelajaran bagi
pelanggar pajak agar tidak meremehkan peraturan perpajakan dan
patuh dalam membayar pajak. Sanksi pajak akan dikenakan apabila
WP tidak melaksanakan kewajiban perpajakanya, dengan adanya
sanksi pajak WP akan menghindari setiap perbuatan yang akan
menyebabkan ia dikenai sanksi sehingga akan mematuhi peraturan
perpajakan yang berlaku. Penelitian Setyabudi (2017), Putri dan
berpengaruh terhadap kepatuhan WP. Hal ini berarti semakin tegas
sanksi perpajakan yang diterapkan, maka kepatuhan wajib pajak akan
meningkat. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Winerungan
(2013), Ermawati dan Afifi (2018), serta Guztaman dan Sartika (2019)
menunjukkan bahwa sanksi pajak tidak berpengaruh terhadap
kepatuhan WP. Berdasarkan uraian di atas hipotesis yang dirumuskan
adalah
H3 : Sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan WP OP pemilik UMKM
31 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan kuantitatif.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan pada pengujian
teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka
dan dianalisis menggunakan prosedur statistik (Nur Indriantoro dan
Supomo, 2002)
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2020 di
Asosiasi UMKM Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
C. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah anggota Asosiasi UMKM Kabupaten
Grobogan, Jawa Tengah.
D. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer
pada penelitian ini berupa jawaban dari kuesioner yang diperoleh secara
langsung menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden
yaitu anggota Asosiasi UMKM Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
E. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota Asosiasi UMKM
Kabupaten Grobogan sebanyak 100 UMKM di Kabupaten Grobogan,
Jawa Tengah. Penentuan besarnya ukuran sampel menurut Rule of Thumb
Tabel 2. Penentuan Ukuran Sampel
Besarnya Populasi Besarnya Sampel
0-100 100%
101-1.000 10%
1.001-5.000 5%
5.001-10.000 3%
>10.000 1%
Sumber: Yount, 2006 dan Charles, 2015
Berdasarkan tabel diatas jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 100%
dari populasi yaitu sebesar 100 UMKM. Teknik pengambilan sampel
dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel dinamakan
teknik sampling jenuh atau sensus (Sugiyono, 2009)
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik kuesioner. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Hartono, 2014). Kuesioner yang akan
dibagikan kepada responden yaitu anggota Asosiasi UMKM Kabupaten
Grobogan, Jawa Tengah berupa pernyataan yang bersifat tertutup karena
responden hanya dapat memilih satu alternatif jawaban dan tidak
diperkenankan mengeluarkan pendapat. Kuesioner terdiri dari tiga bagian,
bagian pertama berisi pengantar dari peneliti, bagian kedua berisi
pertanyaan demografi responden, dan bagian ketiga berisi pernyataan
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Independen (X)
Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang
memengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang
pengaruhnya diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk
menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi dalam
kaitannya dengan variabel lain (Sarwono dan Suhayati, 2010). Variabel
independen dalam penelitian ini adalah Sosialisasi Perpajakan,
Pengetahuan Perpajakan, dan Sanksi Pajak.
a. Sosialisasi Perpajakan (X1)
Sosialisasi perpajakan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Pajak untuk memberikan informasi, pengetahuan,
dan pembinaan kepada masyarakat pada umumnya dan Wajib Pajak
pada khususnya mengenai segala sesuatu tentang perpajakan
(Irwansah dan Akbal, 2014). Variabel ini diukur menggunakan tiga
indikator, yaitu tatacara sosialisasi perpajakan, frekuensi sosialisasi
perpajakan, dan kejelasan sosialisasi perpajakan yang diberikan.
Variabel ini diukur menggunakan skala pengukuran berupa skala
Likert untuk mengukur jawaban responden ke dalam lima poin
dengan interval yang sama. Skala likert 5 poin yang digunakan
dalam setiap pernyataan adalah 5: Sangat Setuju (SS), 4: Setuju (S),
3: Cukup Setuju (CS), 2: Tidak Setuju (TS), dan 1: Sangat Tidak
b. Pengetahuan Perpajakan (X2)
Pengetahuan perpajakan adalah ilmu yang dimiliki oleh WP
tentang segala yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh
dilakukan dalam perpajakan (Ermawati dan Afifi, 2018).
Pengetahuan perpajakan diukur dengan menggunakan lima indikator,
yaitu pengetahuan WP mengenai pengertian umum perpajakan,
pembukuan dan pencatatan keuangan, tatacara perhitungan pajak
terutang, tatacara pembayaran pajak, dan batas waktu penyampaian
SPT.
Variabel ini diukur menggunakan skala pengukuran berupa skala
Likert untuk mengukur jawaban responden ke dalam lima poin
dengan interval yang sama. Skala likert 5 poin yang digunakan
dalam setiap pernyataan adalah 5: Sangat Tahu (ST), 4: Tahu (T), 3:
Cukup Tahu (CT), 2: Tidak Tahu (TT), dan 1: Sangat Tidak Tahu
(STT).
c. Sanksi Pajak (X3)
Sanksi pajak adalah alat pencegah agar WP tidak melakukan
pelanggaran terhadap aturan perpajakan (Imaniati, 2016). Sanksi
perpajakan diukur dengan menggunakan dua indikator yaitu
pemahaman WP mengenai keberadaan dan jenis sanksi pajak dan
sikap WP terhadap sanksi pajak.
Variabel ini diukur menggunakan skala pengukuran berupa skala
dengan interval yang sama. Skala likert 5 poin yang digunakan
dalam setiap pernyataan adalah 5: Sangat Setuju (SS), 4: Setuju (S),
3: Cukup Setuju (CS), 2: Tidak Setuju (TS), dan 1: Sangat Tidak
Setuju (STS).
2. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang
memberikan reaksi/respon jika dihubungkan dengan variabel bebas.
Variabel ini keberadaannya diamati dan diukur untuk menentukan
pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas (Sarwono dan Suhayati,
2010). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi (WPOP) pemilik UMKM. Kepatuhan wajib pajak
adalah perilaku WP dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
(Lestari, 2017). Variabel ini diukur dengan empat indikator yaitu
pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), artinya pelaku
UMKM terdaftar sebagai wajib pajak dan memiliki NPWP; perhitungan
pajak terutang dengan omzet sebagai dasar pengenaan pajaknya;
pembayaran pajak terutang; dan pengisian serta pelaporan SPT baik
SPT Masa maupun SPT Tahunan.
Variabel ini diukur menggunakan skala pengukuran berupa skala
Likert untuk mengukur jawaban responden ke dalam lima poin dengan
pernyataan adalah 5: Sangat Patuh (SP), 4: Patuh (P), 3: Cukup Patuh
(CP), 2: Tidak Patuh (TP), dan 1: Sangat Tidak Patuh (STP).
Tabel 3. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Definisi Indikator No. Item Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pemilik UMKM (Y) Perilaku WP dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku (Lestari, 2017) Pendaftaran NPWP 1, 2 Perhitungan pajak terutang 3, 4 Pembayaran pajak terutang 5, 6, 7 Pengisian dan pelaporan SPT 8, 9, 10 Sosialisasi Perpajakan (X1) Upaya DJP untuk memberikan informasi, wawasan, pengetahuan, dan pembinaan kepada masyarakat pada umumnya dan WP pada khususnya mengenai perpajakan (Irwansah dan Akbal, 2014) Tata cara sosialisasi perpajakan 1, 2, 3 Frekuensi sosialisasi perpajakan 3 Kejelasan sosialisasi perpajakan 4, 5, 6, 7 Pengetahuan Perpajakan (X2)
Ilmu yang dimiliki oleh WP tentang segala yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh
dilakukan dalam perpajakan (Ermawati dan Afifi, 2018). Pengertian umum 1, 2, 3, 4, 5 Pencatatan dan pembukuan 6, 7 Perhitungan pajak 8, 9 Pembayaran pajak 10, 11 Pelaporan SPT 12, 13 Sanksi Perpajakan (X3)
Sanksi pajak adalah alat pencegah agar WP tidak melakukan pelanggaran terhadap aturan perpajakan (Imaniati, 2016) Pemahaman WP mengenai keberadaan sanksi pajak 1, 2 Sikap WP terhadap sanksi pajak 3, 4, 5
H. Model Penelitian
Penelitian ini memiliki model penelitian prediktif kuantitatif yang
memperkirakan pengaruh variabel independen sosialisasi perpajakan,
pengetahuan perpajakan, dan sanksi pajak terhadap variabel dependen
yaitu kepatuhan WP OP pemilik UMKM. Model penelitian digambarkan
sebagai berikut
Gambar 1. Model Penelitian
Gambar diatas menunjukkan model penelitian dengan tiga hipotesis
penelitian, yaitu
H1 Sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap Kepatuhan WP OP
Pemilik UMKM
H2 Pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap Kepatuhan WP OP
Pemilik UMKM
H3 Sanksi pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan WP OP Pemilik UMKM Sosialisasi Perpajakan (X1) Pengetahuan Perpajakan (X2) Sanksi Pajak (X3) Kepatuhan WP OP Pemilik UMKM (Y) H1 H2 H3
I. Teknik Analisis Data
1. Pengujian Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk
memperoleh, mengolah, dan menginterpretasikan informasi yang
diperoleh dari para responden dengan menggunakan pola ukur yang
sama. Pengujian instrumen penelitian terdiri dari dua, yaitu:
a. Uji Validitas
Uji validitas menunjukkan ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Nilai validitas didapat
dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson.
Uji validitas pada penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi
sebesar 0,05 dengan kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
1) Apabila r hitung > r tabel maka item-item pernyataan pada
kuesioner berkorelasi signifikan terhadap skor total item
pernyataan, maka instrumen atau item-item pernyataan
dinyatakan valid.
2) Apabila r hitung < r tabel maka item-item pernyataan yang
terdapat pada kuesioner tidak berkorelasi signifikan terhadap skor
total item pernyataan, maka instrumen atau item-item pernyataan
dinyatakan tidak valid (Siregar, 2010)
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menunjukkan stabilitas dan konsistensi dari suatu
reliabilitas sebuah keputusan dapat diambil dengan melihat nilai
Cronbach’s Alpha, apabila nilai tersebut lebih dari 0,6 maka
pertanyaan pada variabel tersebut dinyatakan reliabel, sebaliknya
apabila nilai Cronbach’s Alpha kurang dari 0,6 maka pertanyaan
pada variabel tersebut dianggap tidak reliabel.
2. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk mengetahui gambaran
variabel-variabel penelitian lalu disajikan dalam bentuk tabel disertai
penjelasan singkat. Analisis ini terdiri dari nilai maksimum, nilai
minimum, rata-rata, dan standar deviasi dari masing-masing variabel.
3. Uji Normalitas
Pengujian ini dilakukan untuk menilai sebaran data pada sebuah
kelompok data atau variabel berdistribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal. Pengujian
normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai
signifikansi > 0,05 maka menunjukkan bahwa data berdistribusi
normal, sebaliknya jika nilai signifikansi < 0,05 maka menunjukkan
bahwa data tidak berdistribusi normal. (Ghozali, 2011)
4. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah dalam suatu model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (X).
independen dalam model regresi. Ada atau tidaknya
multikolinieritas dapat dilihat dari besarnya Tolerance Value dan
Variance Inflation Factor (VIF). Nilai Tolerance Value ≥ 0,1 dan
dengan nilai VIF ≤ 10 maka tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independennya (Ghozali, 2011)
b. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi yang digunakan terjadi ketidaksamaan varian dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain. Pengujian ini menggunakan
uji Glejser. Kriteria pengambilan keputusan adalah nilai
signifikansi dari variabel independen lebih besar dari 0,05 maka
tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011)
5. Uji Hipotesis
a. Uji F
Uji statistik F digunakan untuk menguji kelayakan model regresi
(Goodness of Fit) dengan sekurang-kurangnya terdapat satu
variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel
dependen. Model regresi dikatakan layak apabila nilai signifikansi
(p-value) < alpha (0,05) dan nilai F hitung > F tabel (Ghozali,
2011).
b. Uji t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
variasi variabel dependen. Jika nilai signifikansi (p-value) > alpha
(0,05) secara parsial variabel independen tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Jika nilai
signifikansi (p-value) < alpha (0,05) secara parsial variabel
independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen (Ghozali, 2011)
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar
pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi semakin besar berarti
pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel
42 BAB IV
GAMBARAN UMUM ORGANISASI A. Profil Asosiasi UMKM Kabupaten Grobogan
Asosiasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kabupaten
Grobogan didirikan tanggal 27 April 2015 dengan akta notaris Edy
Riyanto, S. H., S. E., MM. nomor 126 di Grobogan. Asosiasi yang
didirikan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun 1945 ini
berkedudukan di Kabupaten Grobogan, dengan alamat di Jalan Getasrejo,
nomor 21, Desa Getasrejo, Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan.
B. Maksud dan Tujuan Asosiasi UMKM Kabupaten Grobogan
Maksud dan tujuan asosiasi ini didirikan yang tertulis dalam Anggaran
Dasar Pasal 4 adalah:
1. Mewujudkan tatanan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun 1945
2. Meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat melalui kegiatan
ekonomi dan sosial
3. Terciptanya lapangan kerja dan pengembangan usaha produktif
masyarakat
4. Membina dan mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) di Kabupaten Grobogan.
Guna mencapai maksud dan tujuan diatas, usaha-usaha yang tercantum
dalam Anggaran Dasar Pasal 5 adalah:
2. Pengembangan wirausaha dan keterampilan lainnya
3. Perdagangan dan pengembangan pemasaran usaha
4. Konsultan manajemen dan pendampingan usaha
5. Pemberdayaan perempuan melalui kegiatan sosial dan ekonomi
6. Pengembangan kepariwisataan dan kebudayaan
7. Penerbitan dan perpustakaan
8. Advokasi di bidang hukum
9. Melakukan kegiatan kursus, latihan, dan workshop serta
mempersiapkan kegiatan dibidang kewirausahaan
10. Melakukan usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan peraturan
yang berlaku.
C. Anggota Asosiasi UMKM Kabupaten Grobogan
Anggota aktif sampai bulan Maret 2020 berjumlah 100 UMKM yang
terdiri dari 94 usaha mikro dengan omzet ≤Rp300juta dan 6 usaha kecil
dengan omzet >Rp300juta – 2,5milyar yang bertempat di 17 kecamatan
yang ada di Kabupaten Grobogan. Sejumlah 42 pemilik UMKM terdaftar
sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi sehingga mempunyai Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) dan seluruhnya menggunakan tarif pajak sesuai
de4ngan PP No. 23 Tahun 2018 yaitu sebesar 0,5% dari peredaran bruto
(omzet) usaha.
Seluruh anggota tergabung dalam WhatsApp Group bersama Kepala
Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Grobogan beserta Kepala Bidang
anggota dan pihak Dinas. Kegiatan rutin yang diselenggarakan adalah
pertemuan rutin asosiasi setiap bulan yang diadakan bergilir dari rumah
anggota satu ke rumah anggota lain untuk mengadakan arisan, pemberian
informasi kegiatan dari pihak Dinas, dan mempererat silaturahmi antar
anggota. Kegiatan rutin lainnya adalah mengikuti pameran atau bazaar
baik di dalam kota maupun luar kota, dan mengikuti pelatihan
pengembangan usaha yang diselenggarakan baik oleh pemerintah
kabupaten maupun provinsi.
Tabel 4. Alamat Anggota Asosiasi UMKM Kab. Grobogan No. Alamat (Kecamatan) Jumlah Persentase (%)
1 Brati 7 7,0 2 Geyer 1 1,0 3 Godong 4 4,0 4 Grobogan 1 1,0 5 Gubug 9 9,0 6 Karanganyar 1 1,0 7 Karangrayung 5 5,0 8 Klambu 1 1,0 9 Kradenan 8 8,0 10 Ngaringan 2 2,0 11 Pulokulon 2 2,0 12 Purwodadi 27 27,0 13 Tanggungharjo 2 2,0 14 Tawangharjo 1 1,0 15 Tegowanu 2 2,0 16 Toroh 13 13,0 17 Wirosari 14 14,0 Total 100 100
Sumber: Asosiasi UMKM Kab. Grobogan, diolah.
Tabel 5. Jenis Usaha Anggota Asosiasi UMKM Kab. Grobogan
Kategori Usaha Jumlah Persentase (%)
Mikro 94 94
Kecil 6 6
Total 100 100
Tabel 6. Kepemilikan NPWP Anggota Asosiasi UMKM Kab. Grobogan
Kepemilikan NPWP Jumlah Persentase (%)
Ya 42 42
Tidak 58 58
Total 100 100
46 BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh
melalui penyebaran kuesioner kepada responden penelitian yaitu Wajib
Pajak Orang Pribadi pemilik Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
yang tergabung dalam Asosiasi UMKM Kabupaten Grobogan, Jawa
Tengah. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2020.
Kuesioner yang disebarkan berjumlah 100 kuesioner sesuai dengan
jumlah populasi dalam penelitian ini. Pengisian kuesioner ini dilakukan
oleh pemilik UMKM secara langsung. Penyebaran kuesioner dilakukan
pada saat anggota Asosiasi UMKM Kabupaten Grobogan melakukan
Pelatihan Boga, pertemuan rutin asosiasi, dan Rapat Anggota Tahunan
(RAT) 2019 Koperasi Serba Usaha Suka Maju pada bulan Februari sampai
Maret 2020. Rincian kuesioner yang kembali adalah
Tabel 7. Rincian Kuesioner
No. Keterangan Jumlah Persentase (%)
1. Kuesioner yang disebarkan 100 100
2. Kuesioner yang tidak kembali 29 29
3. Kuesioner yang kembali 71 71
Response Rate (71/100 x 100%) = 71% Sumber: Data primer diolah tahun 2020
Kuesioner yang disebarkan kepada responden sejumlah 100
kuesioner, namun 29 kuesioner tidak kembali dan yang dikembalikan
sejumlah 71 kuesioner dengan tingkat pengembalian (response rate) dalam