• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA ANAK DENGAN HAMBATAN PENDENGARAN KELAS 4 DI SLB-B PRIMA BAKTI MULYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA ANAK DENGAN HAMBATAN PENDENGARAN KELAS 4 DI SLB-B PRIMA BAKTI MULYA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA ANAK

DENGAN HAMBATAN PENDENGARAN KELAS 4 DI SLB-B

PRIMA BAKTI MULYA

Dewi Ekasari Kusumastuti dan Zaenal Alimin Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154

Email: pinkyplb2009@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih rendahnya pemahaman anak dengan hambatan pendengaran dalam memahami bacaan (membaca pemahaman). Untuk mengetahui kemampuan membaca pemahaman anak dengan hambatan pendengaran secara lebih mendalam perlu dilakukannya asesmen membaca pemahaman. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kemampuan membaca pemahaman anak dengan hambatan pendengaran kelas 4 di SLB-B Prima Bakti Mulya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata siswa dengan hambatan pendengaran kelas 4 di SLB-B Prima Bakti Mulya mengalami hambatan dalam pemahaman konsep kata tanya, penguasaan kosakata dan pemahaman isi teks bacaan secara utuh.

Kata kunci: Kemampuan Membaca Pemahaman, Asesmen Membaca Pemahaman, Anak dengan Hambatan Pendengaran

PENDAHULUAN

Bunawan dan Yuwati (2000 : 33) mengemukakan bahwa “Permasalahan utama yang dialami oleh anak dengan hambatan pendengaran adalah bukan ketidakmampuannya dalam berbicara melainkan akibat dari keadaan tersebut terhadap perkembangan kemampuan berbahasa, yaitu ketidakmampuan mereka dalam memahami lambang dan aturan bahasa.” Selain itu, mereka juga mengalami keterbatasan dalam penguasaan kosakata dan memaknai kata. Sebagaimana dikemukakan oleh Queril dan Forschhammer (dalam Bunawan dan Yuwati, 2000 : 52) :

Anak yang mendengar tidak mengalami masalah dalam memperoleh masukan bahasa dalam jumlah yang besar, lengkap dan jelas karena sepanjang hari akan dibanjiri dengan bahasa melalui pendengarannya,

(2)

2 sedangkan bagi kaum anak dengan hambatan pendengaran keadaan itu hanya dapat dicapai bila diimbangi dengan membaca.

Sejalan dengan pernyataan di atas, salah satu dampak dari hambatan berbahasa yang dialami anak dengan hambatan pendengaran adalah mereka mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan atau yang biasa disebut dengan membaca pemahaman. Aulia (2012 : 347) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa “ membaca pemahaman bagi anak dengan hambatan pendengaran dilihat sebagai alat yang tidak tergantikan dalam perkembangan bahasa, karena kemampuan tersebut merupakan dasar untuk memiliki kemampuan selanjutnya.” Berkenaan dengan itu, penguasaan dari kemampuan ini ditekankan pada pemahaman makna dari bacaan yang dibaca.

Berdasarkan pemaparan di atas diketahui bahwa pentingnya penguasaan kemampuan membaca pemahaman bagi anak dengan hambatan pendengaran. Namun, proses penguasaan kemampuan tersebut tidaklah mudah dikarenakan hambatan pendengaran yang mereka alami. Berlandaskan pendapat beberapa ahli (dalam Coppens, dkk, 2010 : 464) dalam penelitiannya diketahui bahwa ‘In general, hearing-impaired children show lower levels of reading comprehension than their hearing peers’. Makna pernyataan beberapa ahli di atas adalah secara umum, anak-anak dengan hambatan pendengaran menunjukkan tingkat pemahaman bacaan yang lebih rendah daripada anak mendengar. Lebih lanjut beberapa ahli (dalam coppen, dkk, 2010 : 464) tersebut mengemukakan bahwa ‘Only 4% of the hearing-impaired students in their study were reading at an age-appropriate level. The poor vocabulary (in terms of size and/or depth of semantic knowledge) of hearing-impaired students may limit their reading comprehension’. Secara garis besar, beberapa ahli tersebut mengemukakan bahwa hanya 4% dari siswa dengan hambatan pendengaran dalam penelitian mereka yang mampu membaca pada tingkat yang sesuai dengan usia. Minimnya kosakata yang dimiliki (dalam hal ukuran dan/atau kedalaman pengetahuan semantik) siswa dapat membatasi kemampuannya dalam memahami bacaan.

Sehubungan dengan pemaparan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kemampuan membaca pemahaman anak dengan hambatan

(3)

3 pendengaran kelas 4 di SLB-B Prima Bakti Mulya. Dalam rangka mencapai tujuan penelitian tersebut, peneliti harus menjawab pertanyaan penelitian, “Bagaimana kemampuan membaca pemahaman anak dengan hambatan pendengaran kelas 4 SDLB?”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini berlokasi di SLB-B Prima Bakti Mulya dengan subyek penelitian 6 orang anak dengan hambatan pendengaran kelas 4 di SLB-B Prima Bakti Mulya. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan asesmen membaca pemahaman dengan teknik analisis data secara kualitatif. Sehubungan dengan itu, analisis data yang digunakan berlandaskan pada kerangka yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Teknik analisis ini terdiri dari tiga fase, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan menarik kesimpulan atau verifikasi (Basrowi dan Suwandi, 2008). Sehingga dalam penelitian ini kemampuan membaca pemahaman anak dengan hambatan pendengaran kelas 4 di SLB-B Prima Bakti Mulya yang diperoleh dari kegiatan asesmen membaca pemahaman dianalisis secara kualitatif. Sebagai penunjang, sebelum dilakukan analisis, dilakukan penskoran nilai terlebih dahulu untuk menentukan tingkat kemampuan membaca pemahaman masing-masing anak.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

Peneliti melakukan asesmen kepada enam orang siswa dengan hambatan pendengaran kelas 4 di SLB-B Prima Bakti Mulya. Jenis-jenis pertanyaan yang diujikan dalam proses asesmen tersebut meliputi jenis pertanyaan eksplisit tentang fakta, eksplisit tentang urutan/sekuen, eksplisit tentang argumentasi, implisit dan pertanyaan terkait pemahaman interpretasi. Berkenaan dengan itu; Herdianti, dkk (2014) secara garis besar memaparkannya pada tabel di bawah ini:

(4)

4 Ruang Lingkup Jenis Pertanyaan Indikator Bobot Penilaian Pemahaman Isi Bacaan Eksplisit tentang Fakta

Dapat memahami isi teks bacaan yang bersifat tekstual. Cara untuk menggali pemahaman ini melalui pertanyaan apa, siapa, berapa dan kapan.

1

Eksplisit tentang Sekuen / Urutan

Dapat memahami isi teks bacaan berdasarkan urutan logika teks yang dibacanya. Pemahaman ini dapat digali melalui pertanyaan yang mengarah kepada urutan peristiwa atau kejadian dan hubungan sebab akibat.

1

Eksplisit tentang Argumentasi

Dapat memahami isi teks bacaan yang mengandung argumentasi. Pemahaman ini digali melalui pertanyaan yang mengandung argu-mentasi. Seperti: mengapa, bagaimana.

2

Implisit Dapat memahami isi teks bacaan yang terdapat di luar konten bacaan tetapi masih memiliki hubungan dengan teks tersebut.

1

Pertanyaan terkait pemahaman interpretasi

Dapat memahami teks bacaan dengan cara mengungkapkan kembali apa yang tersampaikan dalam teks dalam suatu ringkasan yang relatif sederhana.

(5)

5 Langkah selanjutnya setelah diketahui indikator pencapaian kemampuan membaca pemahaman siswa melalui tes pemahaman isi bacaan, dilakukan penskoran nilai untuk menentukan tingkat kemampuan membaca pemahaman. Adapun hasil penskoran tes pemahaman isi bacaan dijelaskan pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.2 Hasil Penskoran Tes Pemahaman Isi Bacaan

No. Nama Siswa

Paket Soal

Perolehan Nilai Kelas 4

Tahap 1 16 Maret 2016 Level Tahap 2 16 Maret 2016 Level 1. HAS A 73,33 % Instruction Level 53,33 % Instruction Level 2. WMF A 46,67 % Frustation Level 46,67 % Frustation Level 3. AAR B 73,33 % Instruction Level 66,67 % Instruction Level 4. RMA B 46,67 % Frustation Level 33.33 % Frustation Level 5. PNS B 73,33 % Instruction Level 60 % Instruction Level 6. MTA A 46,67 % Frustation Level 38,46 % Frustation Level

Setelah diketahui indikator pencapaian dan tingkat kemampuan membaca pemahaman masing-masing siswa, diperoleh gambaran kemampuan pemahaman isi bacaan anak dengan hambatan pendengaran kelas 4 di SLB-B Prima Bakti Mulya. Adapun gambaran kemampuan tersebut dijelaskan lebih lanjut pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.3 Gambaran Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV di SLB-B Prima Bakti Mulya Berdasarkan Hasil Asesmen

Inisial Siswa Gambaran Kemampuan Siswa

(6)

6 pada instruction level. Artinya, HAS dapat memahami isi bacaan namun belum sempurna sehingga membutuhkan bantuan berupa penjelasan lebih detail tentang soal atau konsep yang tidak dipahami. Berdasarkan hasil asesmen tahap I dan II, HAS telah mampu menjawab jenis pertanyaan eksplisit tentang fakta. Hal tersebut terlihat dari HAS mampu menjawab dengan benar pertanyaan apa, siapa, berapa, kapan dan dimana dengan mencari jawabannya pada teks bacaan. Untuk jenis pertanyaan implisit, HAS telah mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang menanyakan judul dari teks bacaan. Sedangkan, untuk jenis pertanyaan eksplisit tentang sekuen/urutan, salah atau benarnya jawaban HAS tergantung pada teks bacaan. Diasumsikan seperti itu karena terdapat perbedaan hasil pada tahap I dan II. Pada tahap I, HAS mampu menjawab dengan benar, sedangkan pada tahap II HAS tidak mampu menjawab dengan benar. Sama halnya dengan jenis pertanyaan eksplisit tentang sekuen/urutan, pada jenis eksplisit tentang Argumentasi juga terdapat perbedaan hasil pada tahap I dan II. Pada tahap I, HAS mampu menjawab dengan benar, sedangkan pada tahap II, HAS tidak mampu menjawab dengan benar. Hal tersebut dikarenakan pertanyaan-pertanyaan tersebut membutuhkan kemampuan untuk menganalisis teks bacaan, selain itu juga berkaitan erat dengan tingkat pemahaman siswa terhadap teks bacaan yang diberikan. Selanjutnya, untuk pertanyaan terkait pemahaman interpretasi, HAS telah mampu menceritakan kembali inti dari isi teks bacaan dalam bentuk poin-poin, namun poin-poin tersebut belum mencakup inti dari isi teks bacaan. Dapat dikatakan hampir mendekati indikator yang ingin dicapai. WMF Kemampuan pemahaman isi bacaan WMF dikategorikan pada frustation level. Artinya, WMF belum mampu atau gagal dalam memahami isi bacaan walaupun telah diberikan bantuan atau

(7)

7 arahan. Berdasarkan hasil asesmen tahap I dan II, WMF telah mampu menjawab jenis pertanyaan eksplisit tentang fakta. Hal tersebut terlihat dari WMF mampu menjawab dengan benar pertanyaan siapa, berapa, kapan dan dimana dengan mencari jawabannya pada teks bacaan. Namun, pada pertanyaan “apa” salah atau benarnya jawaban WMF tergantung pada teks bacaan yang diberikan. Diasumsikan seperti itu karena terdapat perbedaan hasil pada tahap I dan II. Pada tahap I, WMF tidak mampu menjawab dengan benar, sedangkan pada tahap II WMF mampu menjawab dengan benar. Untuk jenis pertanyaan eksplisit tentang sekuen/urutan, WMF telah mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang mengarah kepada hubungan sebab akibat. Selain itu, WMF juga telah mampu menjawab dengan benar jenis pertanyaan implisit yang menanyakan tentang judul teks bacaan. Sedangkan, untuk jenis pertanyaan eksplisit tentang Argumentasi, WMF belum mampu menjawab dengan tepat. Hal tersebut dikarenakan pertanyaan-pertanyaan tersebut membutuhkan kemampuan untuk menganalisis teks bacaan, selain itu juga berkaitan erat dengan tingkat pemahaman siswa terhadap teks bacaan yang diberikan. Selanjutnya, untuk pertanyaan terkait pemahaman interpretasi, WMF telah mampu menceritakan kembali inti dari isi teks bacaan dalam bentuk poin-poin. Poin-poin tersebut tampak menyalin dari teks bacaan dan belum mencakup inti dari isi teks bacaan tersebut. Namun, dapat dikatakan hampir mendekati indikator yang ingin dicapai.

AAR Kemampuan pemahaman isi bacaan AAR dikategorikan berada pada instruction level. Artinya, AAR dapat memahami isi bacaan namun belum sempurna sehingga membutuhkan bantuan berupa penjelasan lebih detail tentang soal atau konsep yang tidak dipahami. Berdasarkan hasil asesmen tahap I dan II, AAR telah mampu menjawab jenis pertanyaan eksplisit tentang fakta. Hal tersebut terlihat dari AAR mampu menjawab dengan benar pertanyaan apa, berapa, kapan dan dimana dengan mencari jawabannya pada teks bacaan. Namun, pada pertanyaan yang mengandung kata tanya “siapa”, salah atau benarnya jawaban AAR tergantung pada teks bacaan yang diberikan. Diasumsikan seperti itu karena terdapat perbedaan hasil pada tahap I dan II. Pada tahap I, AAR tidak mampu menjawab dengan benar, sedangkan pada tahap II AAR mampu menjawab

(8)

8 dengan benar. Untuk jenis pertanyaan eksplisit tentang sekuen/urutan, AAR telah mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang mengarah kepada hubungan sebab akibat. Selain itu, AAR juga telah mampu menjawab dengan benar jenis pertanyaan implisit yang menanyakan tentang judul teks bacaan. Sedangkan, untuk jenis pertanyaan eksplisit tentang Argumentasi, terdapat perbedaan hasil pada tahap I dan II. Pada tahap I, AAR mampu menjawab dengan benar, sedangkan pada tahap II AAR tidak mampu menjawab dengan benar. Hal tersebut dikarenakan pertanyaan-pertanyaan tersebut membutuhkan kemampuan untuk menganalisis teks bacaan, selain itu juga berkaitan erat dengan tingkat pemahaman siswa terhadap teks bacaan yang diberikan. Selanjutnya, untuk pertanyaan terkait pemahaman interpretasi, AAR telah mampu menceritakan kembali inti dari isi teks bacaan dalam bentuk poin-poin. Poin-poin tersebut tampak menyalin dari teks bacaan dan belum mencakup inti dari isi teks bacaan tersebut. Namun, dapat dikatakan hampir mendekati indikator yang ingin dicapai. RMA Kemampuan pemahaman isi bacaan RMA dikategorikan berada

pada frustation level. Artinya, RMA belum mampu atau gagal dalam memahami isi bacaan walaupun telah diberikan bantuan atau arahan. Berdasarkan hasil asesmen tahap I dan II, RMA telah mampu menjawab jenis pertanyaan eksplisit tentang fakta. Hal tersebut terlihat dari RMA mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang mengandung kata tanya “siapa, berapa dan kapan” dengan mencari jawabannya pada teks bacaan. Namun, pada pertanyaan apa, salah atau benarnya jawaban RMA tergantung pada teks bacaan. Diasumsikan seperti itu karena terdapat perbedaan hasil pada tahap I dan II. Pada tahap I, RMA mampu menjawab dengan benar, sedangkan pada tahap II RMA tidak mampu menjawab dengan benar. Selain itu, RMA belum mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang mengandung kata tanya “dimana”. Ia tampak belum memahami penggunaan kata tanya “dimana.” Dikarenakan tidak terdapat hubungan sama sekali antara jawaban RMA dengan pertanyaan bacaan. Begitu halnya dengan jenis pertanyaan eksplisit tentang sekuen/urutan, RMA juga belum mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang mengarah kepada hubungan sebab akibat. Untuk jenis pertanyaan implisit, RMA telah mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang menanyakan judul

(9)

9 dari teks bacaan. Sedangkan, untuk jenis pertanyaan eksplisit tentang Argumentasi, RMA belum mampu menjawab dengan tepat. Hal tersebut dikarenakan pertanyaan-pertanyaan tersebut membutuhkan kemampuan untuk menganalisis teks bacaan, selain itu juga berkaitan erat dengan tingkat pemahaman siswa terhadap teks bacaan yang diberikan. Selanjutnya, untuk pertanyaan terkait pemahaman interpretasi, RMA telah mampu menceritakan kembali inti dari isi teks bacaan dalam bentuk poin-poin. Poin-poin tersebut tampak menyalin dari teks bacaan dan belum mencakup inti dari isi teks bacaan tersebut. Namun, dapat dikatakan hampir mendekati indikator yang ingin dicapai. PNS Kemampuan pemahaman isi bacaan PNS dikategorikan berada

pada instruction level. Artinya, PNS dapat memahami isi bacaan namun belum sempurna sehingga membutuhkan bantuan berupa penjelasan lebih detail tentang soal atau konsep yang tidak dipahami. Berdasarkan hasil asesmen tahap I dan II, PNS telah mampu menjawab jenis pertanyaan eksplisit tentang fakta. Hal tersebut terlihat dari PNS mampu menjawab dengan benar pertanyaan apa, siapa, berapa, kapan dan dimana dengan mencari jawabannya pada teks bacaan. Untuk jenis pertanyaan eksplisit tentang sekuen/urutan, PNS telah mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang mengarah kepada hubungan sebab akibat. Selain itu, PNS juga telah mampu menjawab dengan benar jenis pertanyaan implisit yang menanyakan tentang judul teks bacaan. Sedangkan, untuk jenis pertanyaan eksplisit tentang Argumentasi, PNS belum mampu menjawab dengan tepat. Hal tersebut dikarenakan pertanyaan-pertanyaan tersebut membutuhkan kemampuan untuk menganalisis teks bacaan, selain itu juga berkaitan erat dengan tingkat pemahaman siswa terhadap teks bacaan yang diberikan. Selanjutnya, untuk pertanyaan terkait pemahaman interpretasi, PNS telah mampu menceritakan kembali inti dari isi teks bacaan dalam bentuk poin-poin. Poin-poin tersebut tampak menyalin dari teks bacaan dan belum mencakup inti dari isi teks bacaan tersebut. Namun, dapat dikatakan hampir mendekati indikator yang ingin dicapai.

MTA Kemampuan pemahaman isi bacaan MTA dikategorikan berada pada frustation level. Artinya, MTA belum mampu atau gagal dalam memahami isi bacaan walaupun telah diberikan bantuan atau arahan. Berdasarkan hasil asesmen tahap I dan II, MTA

(10)

10 telah mampu menjawab jenis pertanyaan eksplisit tentang fakta. Hal tersebut terlihat dari MTA mampu menjawab dengan benar pertanyaan apa, berapa, kapan dan dimana dengan mencari jawabannya pada teks bacaan. Namun, pada pertanyaan siapa salah atau benarnya jawaban MTA tergantung pada teks bacaan. Diasumsikan seperti itu karena terdapat perbedaan hasil pada tahap I dan II. Pada tahap I, MTA mampu menjawab dengan benar, sedangkan pada tahap II MTA tidak mampu menjawab dengan benar. Begitu halnya dengan jenis pertanyaan eksplisit tentang sekuen/urutan, terdapat perbedaan hasil pada tahap I dan II. Pada tahap I, MTA tidak mampu menjawab dengan benar, sedangkan pada tahap II, MTA mampu menjawab dengan benar. Untuk jenis pertanyaan implisit, MTA telah mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang menanyakan judul dari teks bacaan. Sedangkan, untuk jenis pertanyaan eksplisit tentang Argumentasi, MTA belum mampu menjawab dengan tepat. Hal tersebut dikarenakan pertanyaan-pertanyaan tersebut membutuhkan kemampuan untuk menganalisis teks bacaan, selain itu juga berkaitan erat dengan tingkat pemahaman siswa terhadap teks bacaan yang diberikan. Selanjutnya, untuk pertanyaan terkait pemahaman interpretasi, pada dasarnya MTA telah memahami inti dari teks bacaan. MTA menceritakan kembali isi teks ini berdasarkan pengalamannya dan mencoba mengungkapkannya dengan bahasanya sendiri. Namun, bukan hal tersebut yang dimaksudkan dalam pertanyaan ini sehingga diasumsikan jawaban MTA belum sesuai dengan indikator.

Berdasarkan gambaran kemampuan siswa kelas 4 di SLB-B Prima Bakti Mulya di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya hambatan yang dialami siswa di kelas tersebut pada pemahaman konsep kata tanya, penguasaan kosakata dan pemahaman isi teks bacaan secara utuh.

2. Pembahasan

Setelah melakukan kegiatan asesmen membaca pemahaman diperoleh gambaran kemampuan pemahaman isi bacaan siswa kelas 4 di SLB-B Prima Bakti Mulya. Pada dasarnya hambatan yang dialami siswa di kelas tersebut adalah pemahaman konsep kata tanya, penguasaan kosakata dan pemahaman

(11)

11 isi teks bacaan secara utuh. Hambatan yang dialami oleh para siswa tersebut merupakan dampak dari keterlambatan perkembangan bahasa yang mereka alami. Hal tersebut didukung oleh pendapat Leigh dalam Hernawati (2007, hlm.2-3):

Masalah utama kaum dengan hambatan pendengaran bukan terletak pada tidak dikuasainya suatu sarana komunikasi lisan, melainkan akibat hal tersebut terhadap perkembangan kemampuan berbahasanya secara keseluruhan yaitu mereka tidak atau kurang mampu dalam memahami lambang dan aturan bahasa. Secara lebih spesifik, mereka tidak mengenal atau mengerti lambang/kode atau „nama‟ yang digunakan lingkungan guna mewakili benda-benda, peristiwa kegiatan, dan perasaan serta tidak memahami aturan/sistem/tata bahasa. Keadaan ini terutama dialami anak tunarungu yang mengalami ketulian sejak lahir atau usia dini (tuli prabahasa).

Sejalan dengan pendapat di atas, Rachman (dalam Rohman, 2013, hlm. 2) mengemukakan bahwa:

Penguasaan bahasa anak dengan hambatan pendengaran dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari banyaknya perbendaharaan kata yang dimilikinya. Peningkatan perbendaharaan kata dalam menyusun kata atau kalimat menentukan keberhasilan anak dengan hambatan pendengaran sedang dalam berkomunikasi dan dapat memahami informasi yang diperolehnya. Bahwa perbendaharaan atau kosa kata yang dimiliki seseorang biasanya dijadikan ukuran untuk menetapkan kadar pengetahuan, tingkat kecerdasan, dan pengalaman pribadi orang yang bersangkutan.

Beberapa pendapat di atas memperkuat hasil asesmen membaca pemahaman yang telah dilakukan pada penelitian ini. Anak dengan hambatan pendengaran mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa sehingga perbendaharaan kata yang dimilikinya tidak seperti siswa reguler pada umumnya. Adapun dampak dari kondisi tersebut, mereka mengalami kesulitan untuk mengenal atau mengerti lambang/kode atau „nama‟ yang digunakan lingkungan guna mewakili benda-benda, peristiwa kegiatan, dan perasaan serta tidak memahami aturan/sistem/tata bahasa. Sehingga para siswa dengan hambatan pendengaran mengalami kesulitan dalam memahami konsep kata tanya, penguasaan kosakata dan pemahaman isi teks bacaan secara utuh. Sehubungan dengan itu, hasil penelitian ini sejalan dengan

(12)

12 pernyataan Yuwati (dalam Budiarti, 2013) dalam penelitiannya yang mengemukakan bahwa „tingkat pemahaman membaca siswa sekolah luar biasa berada jauh di bawah kemampuan siswa sekolah reguler, bahkan nilai yang diperoleh siswa dengan hambatan pendengaran berada jauh dibawah kemampuan siswa sekolah reguler‟.

KESIMPULAN

Kemampuan Anak Dengan Hambatan Pendengaran Kelas 4 di SLB-B Prima Bakti Mulya adalah rata-rata siswa di kelas tersebut mengalami hambatan dalam pemahaman konsep kata tanya, penguasaan kosakata dan pemahaman isi teks bacaan secara utuh. Sehingga dapat dikatakan Anak dengan hambatan pendengaran di kelas tersebut memiliki kemampuan membaca pemahaman yang membutuhkan perhatian dan intervensi khusus.

DAFTAR PUSTAKA

Aulia, R. 2012. Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Pada Anak Tunarungu. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus, 1 (2), hlm. 347-357

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta

Budiarti, K. (2013). Strategi Pembelajaran PQ4R Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Tunarungu di SMALB-B Surabaya. Jurnal Pendidikan Khusus, 3 (3), hlm. 1-7.

Bunawan dan Yuwati. 2000. Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santirama

Coppens, K.M., Tellings, A., Verhoeven, L.., & Schreuder, R. 2011. Depth of Reading Vocabulary in Hearing and Hearing-impaired children. Journal Reading and Writing, 24 (4), hlm. 463-477

Herdiyanti, R.S, dkk. 2014. Asesmen Membaca Lanjutan. Bandung : ________

Hernawati, Tati. 2007. Pengembangan Kemampuan Berbahasa dan Berbicara Anak Tunarungu. JASSI_anakku, 7 (1), hlm. 101-110

(13)

13 Rohman, F. (2013). Permainan Susun Kata Terhadap Peningkatan Perbendaharaan Kata Anak Tunarungu. Jurnal Pendidikan Khusus, 2 (2), hlm. 1-10

Gambar

Tabel 1.3 Gambaran Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV di  SLB-B Prima Bakti Mulya Berdasarkan Hasil Asesmen

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi bakteri indigenus yaitu bakteri penambat nitrogen, bakteri pelarut fosfat dan bakteri selulolitik yang terdapat

Pada saat ini merokok telah dimasukan sebagai salah satu faktor risiko utama sindroma koroner akut.Disamping hiperkolesterolami orang yang merokok>20 batang perhari

b. bahwa perusahaan-perusahaan farmasi merupakan cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak, dan oleh karena itu

menentukan penelitian skripsi ini dengan judul “ Politik Ekspansi Turki Utsmani di Bawah Kepemimpinan Suleiman The Magnificent 1520-1566 M

Oleh karena itu, hal tersebut sangatlah menarik apabila dilakukan studi yang mendalam tentang persepsi pertanian terhadap pelaksanaan program UPSUS PAJALE khususnya di

Pada ha,n ini, senin tatggalEnam bulan AFil tahun llua Ribu Lima Belas, dengan mengambil tempat di Kantor Layanan Pengadaan (KLP) Kabupaten Tapin, dilatsanakan

[r]

Segala puji serta syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah ﷻ yang telah memberikan rahmat, hidayah dan pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal