• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP PERUBAHAN SKALA NYERI SENDI PADA LANSIA DI DUSUN REJOSO WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO PERPUSTAKAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP PERUBAHAN SKALA NYERI SENDI PADA LANSIA DI DUSUN REJOSO WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO PERPUSTAKAAN"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

i

PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP PERUBAHAN SKALA NYERI SENDI PADA LANSIA DI DUSUN REJOSO WIJIMULYO

NANGGULAN KULON PROGO

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

NURUL KHOIRIN ATIFAH 3211049

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

(2)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

(3)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

(4)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul ‘‘Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Skala Nyeri Sendi pada Lansia di Dusun Rejoso Wijimulyo Nanggulan Kulon Progo’’.

Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan atas bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak, dan pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

2. Dewi Retno Pamungkas, MNg selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan dan menyusun skripsi.

3. Agus Warseno, M.Kep selaku pembimbing I yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, saran dan pendapat selama proses penyelesaian penyusunan skripsi.

4. Tri Prabowo, MSc selaku pembimbing II yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, saran dan pendapat selama proses penyelesaian penyusunan skripsi.

5. Paulus Subiyanto, M.Kep., Sp.KMB selaku penguji yang telah memberikan saran dan pendapat pada penyusunan skripsi.

6. Pegawai Puskesmas Nanggulan, serta Kader-Kader Posyandu Lansia Dusun Rejoso yang telah membantu selama studi pendahuluan.

7. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang banyak memberikan do’a, nasehat dan motivasi hingga terselesaikannya penyusunan skripsi.

(5)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

vii

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya, sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar harapan penulis semoga karya tulis ilmiah ini berguna bagi semua.

Yogyakarta, Agustus 2015

(6)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

viii DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

INTISARI ... xiii ABSTRACT ... xiv BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 4 1. Tujuan Umum ... 4 2. Tujuan Khusus ... 4 D. Manfaat Penelitian ... 4 E. Keaslian Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Lansia. ... 8

1. Definisi ... 8

2. Teori Penuaan... 8

3. Penuaan pada Sistem Muskuloskeletal ... 9

B. Nyeri Sendi pada Lansia ... 10

1. Definisi ... 10

2. Penyebab ... 11

3. Klasifikasi ... 11

4. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri ... 12

5. Transmisi Nyeri ... 14

6. Teori Gate Control ... 15

7. Pengkajian Nyeri ... 16

8. Penatalaksanaan ... 17

C. Kompres Hangat... 18

(7)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

ix

2. Manfaat ... 19

3. Alat dan Bahan ... 19

4. Prosedur Kerja ... 19

5. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan ... 20

6. Mekanisme Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri... 20

D. Landasan Teori ... 21

E. Kerangka Teori... 25

F. Kerangka Konsep ... 26

G. Hipotesa... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Rancangan Penelitian ... 27

B. Lokasi dan Waktu ... 27

C. Populasi dan Sampel ... 28

D. Variabel Penelitian ... 29

E. Definisi Operasional... 30

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ... 30

G. Analisa dan Model Statistik ... 35

H. Etika Penelitian ... 35

I. Pelaksanaan Penelitian ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Hasil ... 38

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 38

2. Karakteristik Responden ... 38

3. Analisis Hasil Penelitian ... 39

B. Pembahasan ... 41

C. Keterbatasan Penelitian ... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49 LAMPIRAN

(8)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

x

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1 Skala Nyeri Angka ... 16

Gambar 2 Skala Nyeri Penjelasan Verbal ... 16

Gambar 3 Skala Nyeri Analog Visual ... 16

Gambar 4 Skala Nyeri Wajah ... 17

Gambar 5 Kerangka Teori ... 25

(9)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xi

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1 Rancangan Penelitian ... 27

Tabel 2 Definisi Operasional ... 30

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 39

Tabel 4 Hasil Rata-Rata Skala Nyeri Sendi pada Lansia ... 40

Tabel 5 Hasil Uji Perbandingan Skala Nyeri Sendi pada Lansia ... 40

(10)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Time Schedule

Lampiran 2 Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 4 Format Pengumpulan Data

Lampiran 5 Tata Cara Teknik Kompres Hangat Lampiran 6 Tata Cara Mengukur Skala Nyeri Lampiran 7 Lembar Observasi Skala Nyeri Lampiran 8 Hasil Uji Statistik

Lampiran 9 Gambar Dokumentasi Penelitian Lampiran 10 Surat-surat Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 11 Surat-surat Ijin Penelitian

(11)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xiii

PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP PERUBAHAN SKALA NYERI SENDI PADA LANSIA DI DUSUN REJOSO WIJIMULYO

NANGGULAN KULON PROGO

Nurul Khoirin Atifah1, Agus Warseno2, Tri Prabowo3

INTISARI

Latar Belakang : Lansia adalah seseorang yang berusia lebih dari 60 tahun, dimana

mengalami beberapa proses penuaan. Salah satu proses penuaan yang terjadi yaitu pada sistem muskuloskeletal dimana terjadi kemunduran kartilago sendi yang memungkinkan terjadinya inflamasi, nyeri sendi, penurunan mobilitas sendi dan

deformitas. Nyeri sendi adalah nyeri yang disebabkan karena adanya gangguan sendi

seperti, radang sendi (arthritis), sendi tulang yang keropos (osteoporosis), patah tulang (fraktur), dislokasi, dan kelainan pada saraf yang terjepit. Beberapa teknik non farmakologis dapat mengurangi nyeri, salah satunya adalah penggunaan kompres hangat. Meskipun teknik kompres hangat dapat mengurangi nyeri, teknik ini belum dilakukan oleh lansia di Dusun Rejoso, Wijimulyo, Nanggulan, Kulon Progo.

Tujuan Penelitian : Diketahuinya pengaruh kompres hangat terhadap perubahan

skala nyeri sendi pada lansia.

Metode Penelitian : pre-eksperiment dengan desain One-Shot Case Study. Jumlah

sampel yang digunakan adalah 26 responden dengan teknik purposive sampling. Pengukuran skala nyeri dengan menggunakan skala wajah. Analisis data menggunakan Wilcoxon dan Mann-Whitney.

Hasil : Hasil uji Mann-Whitney penurunan skala nyeri sendi pada lansia, dimana

antara pengambilan data tanpa perlakuan dan dengan perlakuan didapatkan hasil p 0,000 < 0,05. Rata-rata penurunan skala nyeri pada pengambilan data dengan perlakuan 1,00 lebih tinggi jika dibandingkan dengan pengambilan data tanpa perlakuan yang memiliki rata-rata 0,06.

Kesimpulan : Pemberian kompres hangat berpengaruh terhadap perubahan skala

nyeri sendi pada lansia

Kata Kunci : Lansia, Nyeri Sendi, Kompres Hangat.

1 Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2 Dosen PSIK Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

(12)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xiv

THE INFLUENCE WARM COMPRESS TOWARD THE CHANGE OF JOINTS PAIN SCALE FOR ELDERLY IN REJOSO WIJIMULYO

NANGGULAN KULON PROGO DISTRICT Nurul Khoirin Atifah1, Agus Warseno2, Tri Prabowo3

ABSTRACT

Background : Elderly is someone who was more than 60 years, which has

experienced several aging process. One of the process of aging is happened in the musculoskeletal system where there a setback cartilages joints that allow for inflammatory, joint pain, the decline in the mobility of the joints and deformity. Joint pain is pain that caused because of the disorder such as the joints, inflammation of joints (arthritis), the joint of the porous (osteoporosis), a broken bone (fracture), dislocation, and abnormalities in a pinched nerve. Some techniques non pharmacological can reduce pain, one of them was the warm compress. Although warm compress technique could reduce pain, this technique has not performed by the elderly in Rejoso, Wijimulyo, Nanggulan, Kulon Progo district.

Objective : To know the influence of warm compress to change the scale of joint

pain to elderly.

Method : Pre-eksperiment One-Shot Case Study. The total sample used 26

respondents with a purposive sampling techniques. The measurement of the scale of pain by using a scale of face. Analysis data use Wilcoxon and Mann-Whitney.

Result : Mann-Whitney testing shows a decrease in the scale of joint pain to elderly,

where between the taking of data without treatment and with treatment obtained the results of p 0,000 < 0,05. The decrease of the scale of average pain in the taking of the data with treatment 1,00 higher than if being compared with taking of the data without treatment which having an average 0,06 .

Conclusion : By giving of warm compress influence on the scale joint pain to

elderly.

Keyword : Elderly, joint pain,warm compress.

1

Student of Nursing of Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. 2Lecturer of Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

(13)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dampak Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), terutama di bidang medis atau ilmu kedokteran meningkatkan kualitas kesehatan penduduk yang akhirnya dapat meningkatkan umur harapan hidup. Akibatnya, jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan cenderung bertambah lebih cepat. Bertambahnya usia harapan hidup di Indonesia yaitu 72 tahun, mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia semakin besar (Nugroho, 2008; Kemensos, 2012).

Menurut Susenas (2013) dalam Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2013 penduduk lansia di Indonesia mencapai 20,04 juta atau sekitar 8,05%, provinsi yang mempunyai proporsi lansia paling tinggi adalah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 13,20%, Jawa Tengah sebanyak 11,11% dan Jawa Timur 10,96%. Prevalensi penduduk Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2013 sebanyak 430.488 jiwa. Penduduk laki-laki sebanyak 213.835 jiwa (49,67%) dan perempuan sebanyak 216.653 jiwa (50,33%), kelompok umur 45–64 tahun sebanyak 106.533 jiwa dan > 65 tahun sebanyak 51.894 jiwa. Pada tahun 2025, jumlah lansia diperkirakan menjadi 40 juta dan pada tahun 2050, jumlah lansia diperkirakan mencapai 71,6 juta jiwa (Dinkes, 2014; Kemensos, 2012).

Penuaan adalah proses normal dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang terjadi pada setiap orang saat mencapai usia perkembangan kronologis tertentu. Salah satu penuaan yang terjadi adalah pada sistem muskuloskeletal. Perubahan tersebut meliputi penurunan tinggi badan, redistribusi massa otot dan lemak subkutan, peningkatan porositas tulang, atrofi otot, pergerakan yang lambat, pengurangan kekuatan dan kekakuan sendi-sendi. Secara umum, pada sendi terdapat kemunduran kartilago yang sebagian besar terjadi pada

(14)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

2

sendi-sendi yang menahan berat dan pembentukan tulang di permukaan sendi. Akibatnya, komponen kapsul sendi pecah dan terdapat peningkatan kolagen pada jaringan penyambung yang akhirnya menyebabkan inflamasi, nyeri sendi, penurunan mobilitas sendi dan deformitas. Masalah muskuloskeletal yang sering terjadi diantaranya yaitu osteoporosis, osteoarthritis, dan arthritis

rheumatoid (Stanley dan Beare,2006).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia pada tahun 2013, prevalensi penyakit sendi adalah 24,7%. Prevalensi di Jawa Tengah 11,2%, Yogyakarta 5,6% dan Jawa Timur 11,1%. Hasil Dinas Kesehatan (Dinkes) kabupaten Kulon Progo pada tahun 2013, prevalensi penyakit sendi (arthritis) di Kulon Progo sebanyak 13.780 dan penyakit sendi menduduki peringkat kelima dari sepuluh besar penyakit yang ada di Kulon Progo. Menurut penelitian yang dilakukan Wurangian, dkk (2014), dari 30 responden, kelompok umur penderita gout arthritis paling banyak berada pada kelompok umur 50–64 tahun dengan persentase 40%, kelompok umur 30–49 tahun dengan persentase 23,3%, dan kelompok umur >65 tahun dengan persentase 36,7%.

Arthritis merupakan penyakit peradangan sendi. Kata arthritis berasal

dari bahasa yunani arthron (sendi) dan akhiran itis (radang). Terdapat berbagai macam jenis arthritis diantaranya, Osteoartritis, Arthritis

rheumatoid (artritis simetris), Ankylosing spondylitis, Psoriatic arthritis,

Asam Urat dan Arthritis pada lupus. Osteoarthritis terjadi akibat ausnya sendi yang merusak tulang rawan pada lapisan terluar sendi karena penggunaan sendi yang berulang-ulang. Arthritis rheumatoid (artritis simetris) pada penyakit ini, kaku pada pagi hari tidak mereda setelah 1 atau 2 jam. Kadang-kadang kaku merupakan tanda awal penyakit ini. Asam Urat, jenis artritis ini menimbulkan nyeri yang cukup hebat dengan terjadinya penumpukan asam urat di sendi-sendi. Pada penyakit peradangan sendi, hampir selalu terdapat gejala nyeri dan kaku terutama pada persendian (Agoes, dkk 2010).

(15)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

3

Nyeri merupakan suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa, dan menderita yang akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis dan lain-lain. Penanganan untuk nyeri meliputi terapi farmakologis dan non farmakologis. Terapi farmakologis dengan menggunakan analgesik. Walaupun nyeri ditangani melalui penggunaan obat-obatan, beberapa teknik non farmakologis dapat juga membantu mengendalikan nyeri, diantaranya dengan kompres hangat (Asmadi, 2008; Stanley dan Beare, 2006).

Kompres hangat merupakan pemberian sensasi hangat dengan suhu 40oC–43oC dengan tujuan untuk memberikan relaksasi pada otot, mengurangi rasa sakit dan dilakukan selama 5–10 menit (Potter dan Perry, 2010), sedangkan menurut penelitian yang dilakukan Fananda dan Widyaiswara (2012), dari 20 responden yang diberikan intervensi kompres hangat menghasilkan kesimpulan bahwa kompres hangat dapat menurunkan skala nyeri pada lansia yang mengalami nyeri rematik.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di dusun Rejoso terdapat 93 lansia dan 29 diantaranya mengalami nyeri sendi. Lansia paling muda berumur 60 tahun dan yang paling tua berumur 93 tahun. Hasil wawancara yang dilakukan pada 10 lansia yang mengalami nyeri sendi, sebanyak 80 % lansia mengalami nyeri skala sedang dengan rata-rata skala 5 dan 20 % lainnya mengalami nyeri skala berat dengan rata-rata skala 7. Penanganan yang telah dilakukan lansia ketika mengalami nyeri sendi yaitu 4 lansia dengan minyak hangat dan 6 lansia lainnya hanya didiamkan. Meskipun kompres hangat berpengaruh terhadap nyeri dan terapi yang mudah untuk dilakukan, namun dari 10 responden yang diwawancarai belum ada yang menggunakan terapi kompres hangat.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian pengaruh kompres hangat terhadap skala nyeri sendi pada lansia penting untuk dilakukan.

(16)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Adakah pengaruh kompres hangat terhadap perubahan skala nyeri sendi pada lansia?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Diketahui pengaruh kompres hangat terhadap perubahan skala nyeri sendi pada lansia.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui skala nyeri sendi pada lansia sebelum pada pengambilan data tanpa perlakuan.

b. Diketahui skala nyeri sendi pada lansia sesudah pada pengambilan data tanpa perlakuan.

c. Diketahui skala nyeri sendi pada lansia sebelum diberikan terapi kompres hangat.

d. Diketahui skala nyeri sendi pada lansia sesudah diberikan terapi kompres hangat.

e. Diketahui rata-rata perubahan skala nyeri sendi pada lansia.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Menambah referensi tentang penelitian di bidang perawatan komunitas bagi mahasiswa dalam institusi Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. 2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dasar pertimbangan terapi alternatif pada nyeri sendi bagi masyarakat khususnya lansia.

(17)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

5

3. Bagi Ilmu Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu keperawatan gerontik terkait terapi non farmakologi untuk menangani nyeri sendi pada lansia.

E. Keaslian Penelitian

1. Wurangian Mellynda, dkk. (2014), melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Penderita Gout Arthritis”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompres hangat dalam menurunkan skala nyeri pada penderita

gout arthritis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-eksperiment dengan desain one group pre-test post-test, pemilihan sampel

dengan purposive sampling dan penelitian ini menggunakan analisis uji

Wilcoxon Signed Ranks Test dengan a 0,05. Dari penelitian tersebut

didapatkan hasil p value 0,000 yang bermakna bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pemberian kompres hangat terhadap penurunan skala nyeri pada penderita gout arthritis. Penelitian Wurangian Mellynda, dkk. (2014) ini memiliki persamaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan, yaitu sama-sama menggunakan skala nyeri sebagai variabel terikat dan kompres hangat sebagai variabel bebas. Selain itu, persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis lakukan terletak pada cara pemilihan sampel yaitu dengan purposive sampling sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis lakukan terletak pada desain penelitian, uji statistik dan subyek penelitian yaitu dengan desain One-Shot Case Study, uji statistik dengan Mann-Whitney dan subyek penelitiannya pada lansia yang mengalami nyeri sendi.

2. Fanada Mery dan Muda Widyaiswara. (2012), melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kompres Hangat dalam Menurunkan Skala Nyeri pada Lansia yang Mengalami Nyeri Rematik”. Penelitian ini bertujuan

(18)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

6

untuk mengetahui pengaruh kompres hangat dalam menurunkan skala nyeri pada lansia yang mengalami nyeri rematik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-eksperiment dengan desain pre dan

post-test only, pemilihan sampel dengan purposive sampling dan penelitian ini

menggunakan analisis uji T dependent dengan a 0,05. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil p value 0,000 yang bermakna bahwa kompres hangat dapat menurunkan skala nyeri pada lansia yang mengalami nyeri rematik. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis lakukan terletak pada variabel bebas, variabel terikat, dan cara pemilihan sampel sedangkan perbedaannya terletak pada analisis uji, desain penelitian dan subyek penelitian yaitu uji Mann-Whitney, desain penelitian dengan One-Shot Case Study dan subyek penelitiannya pada lansia yang mengalami nyeri sendi.

3. Wulan, Rifda Angelina. (2015), melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Terapi Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Sendi Pada Wanita Lansia”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompres air hangat terhadap penurunan skala nyeri sendi pada wanita lansia. Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen semu dengan desain one group pre-test and post-test, pemilihan sampel dengan

purposive sampling dan penelitian ini menggunakan analisis uji paired sample T-test dengan a 0,05. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil p value 0,000 yang bermakna bahwa ada pengaruh terapi kompres air hangat

terhadap penurunan skala nyeri sendi pada wanita lansia. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan, yaitu sama-sama menggunakan skala nyeri sebagai variabel terikat dan kompres hangat sebagai variabel bebas. Selain itu, persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis lakukan terletak pada cara pemilihan sampel yaitu dengan purposive sampling, sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis lakukan terletak pada desain

(19)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

7

penelitian, uji statistik dan subyek penelitian yaitu dengan desain

One-Shot Case Study, uji statistik menggunakan Mann-Whitney dan subyek

(20)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Dusun Rejoso adalah dusun yang terletak di Kelurahan Wijimulyo, Kecamatan Nanggulan dan Kabupaten Kulon Progo dengan luas wilayah 51.5005 ha. Wilayah Rejoso bagian utara berbatasan dengan Dusun Temanggal, bagian timur berbatasan dengan Dusun Kemiri, sedangkan bagian selatan dan barat berbatasan dengan Dusun Donomulyo dan Sokorojo. Penduduk di dusun Rejoso berjumlah 445 jiwa, laki-laki sebanyak 213 jiwa dan perempuan sebanyak 232 jiwa, sedangkan penduduk lansianya berjumlah 93 jiwa. Mata pencaharian penduduk Rejoso sebagian besar adalah petani yaitu sebanyak 117 orang, 76 orang bermata pencaharian sebagai PN/Swasta, 13 orang bermata pencaharian sebagai pedagang, 16 orang bermata pencaharian sebagai buruh tani, 11 orang bermata pencaharian sebagai pensiunan, 14 orang bermata pencaharian sebagai pertukangan dan 5 orang bermata pencaharian sebagai ABRI. Di Dusun Rejoso terdapat 26 lansia yang mengalami nyeri sendi. Penanganan yang telah dilakukan lansia ketika nyeri sendi yaitu 16 lansia dengan minyak hangat dan 10 lansia lainnya hanya didiamkan. 2. Karakteristik Responden

Deskripsi karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan yang disajikan dalam tabel 3 berikut :

(21)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

39

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

No Karakteristik Responden n % 1 Usia 60–74 Tahun 75–90 Tahun 24 2 92,3 7,7 2 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 7 19 26,9 73,1 3 Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja 19 7 73,1 26,9 4 Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP 11 14 1 42,3 53,8 3,8 Jumlah 26 100

Sumber: Data Primer yang diolah, 2015

Berdasarkan pada Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden berusia 60–74 tahun yaitu sebanyak 24 orang (92,3%). Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 19 orang (73,1%). Pekerjaan sebagian besar responden yaitu bekerja sebanyak 19 orang (73,1%) dan mayoritas responden berpendidikan SD yaitu sebanyak 14 orang (53,8%).

3. Analisis Hasil Penelitian a. Analisis Univariabel

Analisis Univariabel menjelaskan dan mendiskripsikan skala nyeri sendi pada lansia sebelum dan sesudah pada pengambilan data tanpa perlakuan dan dengan perlakuan yang akan disajikan dalam tabel 4 berikut :

(22)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

40

Tabel 4. Hasil Rata-rata Skala Nyeri Sendi pada Lansia

Kelompok Rerata Skala Nyeri

Sebelum Sesudah

Tanpa Perlakuan 2,55 2,49

Dengan Perlakuan 2,54 1,54

Sumber : Data Primer yang diolah, 2015

Tabel di atas menunjukkan skala nyeri sendi sebelum pada pengambilan data tanpa perlakuan yaitu memiliki rata-rata 2,55, sedangkan pada pengambilan data dengan perlakuan, sebelum dilakukan kompres hangat memiliki rata-rata 2,54. Skala nyeri sendi sesudah pada pengambilan data tanpa perlakuan memiliki rata-rata 2,49, sedangkan pada pengambilan data dengan perlakuan memiliki rata-rata 1,54.

b. Analisis Bivariabel

Sebelum dilakukan pengujian antara pengambilan data tanpa perlakuan dan dengan perlakuan, dilakukan pengujian skala nyeri pada masing-masing pengambilan data dengan menggunakan uji wilcoxon. Uji wilcoxon digunakan karena data yang didapatkan tidak berdistribusi normal. Hasil yang didapatkan disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 5. Hasil Uji Perbandingan Skala Nyeri Sendi pada Lansia

Kelompok Rerata Skala Nyeri ∆ Penurunan P

Sebelum Sesudah

Tanpa Perlakuan 2,55 2,49 0,06 0,196

Dengan Perlakuan 2,54 1,54 1,00 0,000

Sumber : Data Primer yang diolah, 2015

Tabel 5 menunjukkan perbedaan rata-rata skala nyeri pada pengambilan data tanpa perlakuan dan dengan perlakuan, dimana penurunan skala nyeri sebelum dikurangi sesudah pada pengambilan data tanpa

(23)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

41

perlakuan sebesar 0,06 dan pada pengambilan data dengan perlakuan sebesar 1,00. Penurunan skala nyeri pada pengambilan data dengan perlakuan lebih besar daripada pengambilan data tanpa perlakuan.

Selanjutnya dilakukan uji perbandingan penurunan skala nyeri dengan menggunakan uji Mann-Whitney. Uji Mann-Whitney digunakan karena data yang didapatkan tidak berdistribusi normal.

Tabel 6. Hasil Uji Perbandingan Penurunan Skala Nyeri Sendi pada Lansia

Skala nyeri ∆ Penurunan Perubahan P

Tanpa Perlakuan 0,06

Dengan Perlakuan 1,00 1,00 0,000

Sumber: Data Primer yang diolah, 2015

Tabel 6 menunjukan hasil uji perbandingan penurunan skala nyeri sendi pada lansia, dimana antara pengambilan data tanpa perlakuan dan dengan perlakuan didapatkan hasil p 0,000 < 0,05, artinya ada perbedaan yang nyata antara skala nyeri sendi pada pengambilan data tanpa perlakuan dan dengan perlakuan. Rata-rata skala nyeri pengambilan data dengan perlakuan 1,54 lebih rendah jika dibandingkan dengan pengambilan data tanpa perlakuan yang memiliki rata-rata 2,49, sehingga dapat disimpulkan pemberian kompres hangat berpengaruh terhadap perubahan skala nyeri sendi pada lansia.

B. Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia responden paling banyak berumur 60–74 tahun (92,3%). Menurut Stanley dan Beare (2006), kemunduran sistem muskular dipercepat setelah umur 60 tahun dan sendi juga mengalami kemunduran kartilago yang memungkinkan terjadinya nyeri sendi. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Wulan (2015) bahwa responden terbanyak berada pada usia 60–74 tahun (75%).

(24)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

42

Menurut jenis kelamin, responden paling banyak berjenis kelamin perempuan (73,1%). Hal ini didukung oleh Susenas dalam Badan Pusat Statistik pada tahun 2013, bahwa jumlah lansia perempuan yaitu 10,67 juta orang (8,61% dari seluruh penduduk perempuan), lebih besar daripada lansia laki-laki yaitu 9,38 juta orang (7,49 persen dari seluruh penduduk laki-laki). Penelitian yang sejalan dilakukan oleh Fananda dan Widyaiswara (2012) bahwa responden terbanyak adalah perempuan (60%). Populasi pada penelitian yang dilakukan Fananda dan Widyaiswara (2012) sebanyak 38 orang perempuan dan 27 orang laki-laki. Selain itu, penelitian yang dilakukan Wulan (2015) juga mendukung penelitian ini bahwa responden yang diambil adalah perempuan. Menurut Smetzler et al (2010) dalam Wulan (2015) wanita lansia yang telah berusia di atas 60 tahun dan telah mengalami menopause akan mengalami penurunan hormon estrogen sehingga terjadi resorpsi tulang. Penelitian yang tidak sejalan dilakukan oleh Wuragian, dkk (2014) bahwa responden terbanyak adalah laki-laki (70%). Menurut Ode (2012) dalam Wuragian, dkk (2014), pada umumnya pria lebih banyak terserang asam urat dan kadar asam urat pria cenderung meningkat sejalan dengan perkembangan usia.

Menurut pekerjaan, responden paling banyak bekerja (73,1%). Hal ini didukung oleh teori yang dikemukakan Agoes, dkk (2010) bahwa osteoartritis terjadi karena penggunaan sendi yang berulang-ulang sehingga merusak tulang rawan pada lapisan terluar sendi. Dimana Lansia yang masih bekerja akan menggunakan sendi yang berulang-ulang yang menyebabkan tulang yang berdekatan akan saling bergeser sehingga menimbulkan rasa nyeri. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fananda dan Widyaiawara (2015), hal ini dimungkinkan karena mayoritas responden tidak bekerja. Penelitian yang dilakukan Fananda dan Widyaiswara (2015) bertempat di Panti Sosial Tresna Werdha sehingga sebagian besar responden tidak bekerja.

(25)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

43

Menurut pendidikan, sebagian besar responden berpendidikan SD (53,8%). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fananda (2015) bahwa responden terbanyak tidak bersekolah (65%). Menurut Susenas (2013) dalam Badan Pusat Statistik (BPS), hampir 84 % lansia di Indonesia masih berpendidikan rendah yaitu SD ke bawah, tidak bersekolah sebesar 25,17 %, tidak tamat SD sebesar 32,59 % dan 25,72 % tamat SD.

Hasil pengukuran rata-rata skala nyeri sebelum pada pengambilan data tanpa perlakuan adalah 2,55 dan rata-rata skala nyeri sesudah pada pengambilan data tanpa perlakuan adalah 2,49, sedangkan hasil rata-rata skala nyeri pada pengambilan data dengan perlakuan sebelum dilakukan kompres hangat adalah 2,54 dan sesudah dilakukan kompres hangat adalah 1,54. Penurunan skala nyeri pada pengambilan data tanpa perlakuan yaitu 0,06 dan skala nyeri pada pengambilan data dengan perlakuan sebesar 1,00, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian kompres hangat berpengaruh terhadap perubahan skala nyeri sendi pada lansia. Hasil uji Mann-whitney antara pengambilan data tanpa perlakuan dan dengan perlakuan diperoleh p 0,000 < 0,05, artinya ada perbedaan yang nyata penurunan skala nyeri pada pengambilan data tanpa perlakuan dan dengan perlakuan.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Wulan (2015), dari 16 responden yang diberikan kompres hangat menghasilkan kesimpulan bahwa rata-rata penurunan skala nyeri adalah 1,13. Hal ini berarti kompres hangat berpengaruh terhadap perubahan skala nyeri sendi pada wanita lansia. Selain itu, penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Wuragian, dkk (2014) bahwa dari 30 responden yang diberikan kompres hangat menghasilkan kesimpulan rata-rata penurunan nyeri sesudah dilakukan kompres hangat yaitu 2,93. Hal ini berarti kompres hangat berpengaruh terhadap penurunan skala nyeri pada pasien gout arthritis.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan Fananda dan Widyaiawara (2012) juga mendukung penelitian ini bahwa dari 20 responden yang

(26)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

44

diberikan kompres hangat menghasilkan kesimpulan rata-rata penurunan skala nyeri sesudah diberikan kompres hangat yaitu 2,25. Hal ini berarti kompres hangat berpengaruh terhadap penurunan skala nyeri rematik.

Nyeri sendi adalah nyeri yang disebabkan karena adanya gangguan sendi seperti, radang sendi (arthritis), sendi tulang yang keropos (osteoporosis), patah tulang (fraktur), dislokasi, dan kelainan pada saraf yang terjepit yang ditandai dengan pembengkakan sendi, warna kemerahan, rasa nyeri dan terjadinya gangguan gerak (Nugroho, 2008; Santosa, 2009), sedangkan menurut Stanley dan Beare (2006), nyeri sendi yang terjadi pada lansia disebabkan karena adanya artritis dan jenis artritis yang sering terjadi pada lansia adalah osteoarthritis.

Nyeri sendi yang dirasakan pada peradangan terjadi karena pembengkakan jaringan yang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal. Perubahan suhu yang ekstream (dingin) akan memperburuk nyeri sendi pada peradangan karena menganggu sirkulasi dan suhu yang dingin menyebabkan

vasokonstriksi serta mencegah absorpsi cairan interstisial. Nyeri sendi yang

dirasakan biasanya terjadi pada pagi hari (Potter dan Perry, 2005; Noor, 2012).

Menurut teori yang dikemukakan Stanley dan Beare (2006), tindakan non farmakologis yang dapat mengurangi nyeri diantaranya kompres hangat dan menurut Tamsuri (2006), kompres hangat adalah salah satu stimulasi kutaneus yang dapat memberikan efek penurunan nyeri yang efektif.

Kompres hangat merupakan pemberian sensasi hangat dengan suhu 40oC–43oC dengan tujuan untuk memberikan relaksasi pada otot, mengurangi rasa sakit dan dilakukan selama 5–10 menit. Manfaat dari kompres hangat diantaranya untuk memperlancar sirkulasi darah (vasodilatasi), mengurangi rasa sakit, memberi rasa hangat, nyaman dan tenang, memperlancar pengeluaran eksudat, merangsang peristaltik usus, meningkatkan pengiriman

(27)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

45

mengurangi nyeri dari spasme dan kekakuan (Asmadi, 2008; Potter dan Perry 2010).

Kompres hangat yang dilakukan pada peradangan akan memperlancar sirkulasi (vasodilatasi) dan membantu absorpsi cairan interstitial sehingga mengurangi penekanan jaringan lokal dan akan mengurangi nyeri (Potter dan Perry, 2005; Noor, 2012).

Berdasarkan fisiologis nyeri, pemberian kompres hangat menyebabkan pelepasan endorfrin, sehingga memblok transmisi stimulus nyeri. Stimulus kutaneus seperti kompres hangat mengaktifkan transmisi serabut A-beta yang lebih besar dan lebih cepat dan implus ini akan menghambat implus dari serabut berdiameter kecil sehingga sensasi atau nyeri yang dibawa oleh serabut kecil akan berkurang atau bahkan tidak dihantarkan ke otak (Potter dan Perry, 2005; Tamsuri, 2006).

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan yang mengakibatkan hasilnya belum sesuai yang diharapkan. Keterbatasan tersebut meliputi :

1. 5 lansia mengalami penurunan fungsi pendengaran sehingga volume suara peneliti ketika berkomunikasi dengan lansia harus lebih keras..

2. Pelaksanaan kompres hangat dalam penelitian ini dilakukan dalam waktu yang singkat yaitu hanya 3 hari, sehingga penurunan skala nyeri yang dialami lansia hanya 1,00.

3. Intervensi (tindakan kompres hangat) yang dilakukan pada responden tidak dilakukan secara bersamaan. Responden pada gelombang pertama pada tanggal 10 juli 2015–12 juli 2015, sedangkan pada gelombang kedua dilakukan pada tanggal 13 juli 2015–15 juli 2015. Hal ini dikarenakan peneliti tidak menggunakan asisten.

(28)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

46

4. Wawancara pengukuran skala nyeri pada responden dengan perlakuan dilakukan 2 kali dalam sehari, sedangkan pada responden tanpa perlakuan hanya 1 kali dalam sehari. Namun wawancara yang dilakukan pada responden tanpa perlakuan adalah tentang skala nyeri ketika malam hari dan pagi hari.

(29)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

47

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dibuat kesimpulan bahwa :

1. Rata-rata skala nyeri sebelum dan sesudah pada pengambilan data tanpa perlakuan sebesar 2,55 dan 2,49, sehingga didapatkan selisih skala nyeri sebesar 0,06 dengan p 0,196 > 0,05. Hal ini berarti bahwa perubahan skala nyeri tersebut tidak signifikan.

2. Rata-rata skala nyeri sebelum dan sesudah pada pengambilan data dengan perlakuan sebesar 2,54 dan 1,54, sehingga didapatkan selisih skala nyeri sebesar 1,00 dengan p 0,000 < 0,05. Hal ini berarti bahwa perubahan skala nyeri tersebut signifikan.

3. Hasil uji pengaruh kompres hangat terhadap perubahan skala nyeri sendi pada lansia didapatkan p 0,000 < 0,05. Ada pengaruh kompres hangat terhadap perubahan skala nyeri sendi pada lansia.

B. Saran

Berdasarkan hasil, pembahasan, dan kesimpulan penelitian tentang pengaruh kompres hangat terhadap skala nyeri sendi pada lansia, beberapa saran yang dapat diajukan sebagai bahan pertimbangan adalah :

1. Bagi Institusi Pendidikan

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian tentang tindakan kompres hangat dalam menurunkan skala nyeri dengan menggunakan rancangan penelitian yang berbeda, cakupan sampel yang lebih luas dan lokasi penelitian yang berbeda.

2. Bagi Masyarakat

Masyarakat dapat melakukan terapi kompres hangat sebagai terapi alternatif pada nyeri sendi. Selain menggunakan buli-buli, masyarakat

(30)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

48

dapat menggunakan handuk atau botol kaca yang diisi air hangat kemudian dibalut dengan handuk sebagai pengganti buli-buli untuk tindakan kompres hangat.

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan hendaknya menggunakan teknik kompres hangat sebagai salah satu pilihan terapi non farmakologi untuk menangani nyeri sendi pada klien.

(31)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

49

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, H. Azwar., Agoes, H.Achdiat., Agoes, H. Arizal. (2010). Penyakit di Usia

Tua. Jakarta: EGC.

Aimul Hidayat, A.Azis. (2006). Pengantar Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan

Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

______. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan

Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Ed.1. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Badan Pusat Statistik. (2013). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2013. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Dinkes Kabupaten Kulon Progo. (2014). Profil Kesehatan Kabupaten Kulon Progo

Tahun 2014 (Data Tahun 2013). Kulon Progo.

Fanada, M dan Muda, W. (2012). Pengaruh Kompres Hangat Dalam Menurunkan Skala Nyeri Pada Lansia Yang Mengalami Nyeri Rematik Di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang. Dalam www.banyuasinkab.go.id. Diakses pada 21 april 2015 pukul 12.35.

Hidayat, A.Azis Aimul dan Uliyah, Musrifatul. (2004). Buku Saku Praktikum

Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.

Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. 2012. Lansia Masa Kini dan Mendatang. Dalam www.oldkesra.menkokesra.go.id. Diakses pada tanggal 20 april 2015.

Kozier, Barbara., Erb, Glenora., Beram, Audrey., Snyder, Shirlee J. (2010). Buku

Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Ed. 7.

Jakarta: EGC.

Krowa, Yuliana R dan Savitri W. (2013). Kompres Hangat Untuk Pasca Operasi Sectio Caesarean. Medika Ilmu Kesehatan, Vol. 2, No. 4.

(32)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

50

Maryam, R. Siti., Ekasari, Mia Fatma., Rosidawati., Jubaedi, Ahmad., Batubara, Irwan. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Noor Helmi, Zairin. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Ed.3. Jakarta : EGC.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Potter, Patricia A dan Perry, Anne G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:

konsep, proses, dan praktik. Ed.4. Jakarta: EGC.

______. (2010). Fundamental Keperawatan. Ed.7. Jakarta: Salemba Medika.

Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tentang Penyakit Sendi. Dalam www. Litbang.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 14 April 2015.

Stanley, M dan Patricia G.B. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Ed.2. Jakarta: EGC.

Santoso. (2009). Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta.

Saryono. (2011). Kumpulan Instrumen Penelitian Kesehatan. Ed.2. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA.

Tamsuri, Anas. (2006). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC. Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.

Wulan, Rifda Angelina. (2015). Pengaruh Terapi Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Sendi Pada Wanita Lanjut Usia Di Panti Tresna Werdha Mulia Dharma Kabupaten Kubu Raya. Dalam

www.jurnal.untan.ac.id. Diakses pada 25 juni 2015.

Wurangian, M., Bidjuni, H., Kallo, V. (2014). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Penderita Gout Arthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Manado. Dalam www.ejournal.unsrat.ac.id. Diakses pada 21 april 2015.

Referensi

Dokumen terkait

diberikan perlakuan terapi kompres hangat dengan slow-stroke back massage terhadap nyeri Osteoarthritis di Panti Sosial Tresna Werdha ”Puspakarma” Mataram yaitu pada

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil simpulan terdapat perubahan yang bermakna pada tingkat skala nyeri pasien rematik (osteoartritis) sebelum

Sedangkan data khusus yang disajikan adalah tingkat nyeri hiperuresemia pada lansia sebelum diberikan kompres dan sesudah diberikan kompres, menganalisis pengaruh