PERBEDAAN PENGARUH TERAPI KOMPRES HANGAT DAN TEKNIK SLOW-STROKE BACK MASSAGE TERHADAP PERUBAHAN INTENSITAS NYERI PADA
LANSIA YANG MENGALAMI PENYAKIT OSTEOARHRITIS DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA “PUSPAKARMA” MATARAM
Eva Marvia, Nia Firdianty, IGA Mirah Adhi Staf Pengajar STIKES Mataram
ABSTRAK
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Masalah-masalah kesehatan akibat penuaan terjadi pada berbagai system tubuh adalah penyakit yang paling tinggi prosentasenya adalah osteoartritis. Salah satu cara non farmakologi untuk mengatasi osteoartritis ini adalah dengan pemberian stimulasi kulit dengan tehnik slow-stroke back massage dan kompres hangat. Mekanisme kerja slow-stroke back massage adalah menurunkan intensitas nyeri menggunakan prinsip teori gatecontrol dan teori endorphin sedangkan Kompres hangat merupakan tindakan keperawatan dengan memberikan kompres hangat yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman dan mengurangi rasa nyeri.
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian pra-eksperimen dengan pendekatan pretest-posttest desain. Data yang terkumpul kemudian dianalisa dengan menggunakan uji hipotesis t tes dan uji hipotesis regresi. Populasinya adalah lansia yang mengalami nyeri osteoarhritis di Panti Sosial Tresna Werdha ”Puspakarma” Mataram. Sampel yang digunakan sebanyak 20 responden dengan teknik pengambilan total sampling.
Berdasarkan uji statistic t test dan uji regresi dengan α = 0,05 di dapatkan hasil uji t test pada kompres hangat p value < α (0,01 < 0,05) sedangkan pada slow-stroke back massage p value < α (0,26 < 0,05) dan hasil uji regresi pada kompres hangat p value < α
(0,00 < 0,05) sedangkan pada slow-stroke back massage p value> α (0,82 > 0,05).
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kedua terapi tersebut mempunyai pengaruh terhadap nyeri osteoarhritis pada lansia di Panti Sosial Tresna Werda ”PUSPAKARMA” mataram akan tetapi ada perbedaan yang lebih signifiktan antara kedua terapi tersebut.
PENDAHULUAN
Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Ini merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alami. Ini dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Bandiyah, 2009).
Di Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah penduduk lanjut usia secara dramatis. Berdasarkan data Biro Pusat Statistic (BPS) tahun 2005 mencatat jumlah penduduk lanjut Usia di Indonesia, terdapat 18.283.107 penduduk Lanjut usia. Jumlah ini akan melonjak hingga kurang lebih 33 juta jiwa orang lanjut usia (12% dari total penduduk), bahkan pada tahun 2020-2025, diperkirakan Indonesia akan menduduki peringkat Negara dengan struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, Amerika Serikat, dengan umur harapan hidup di atas 70 tahun. Peningkatan jumlah lansia yang tinggi tersebut berpotensi menimbulkan berbagai macam permasalahan baik dari aspek sosial, ekonomi, budaya, maupun kesehatan (Nugroho, 2008).
Osteoarhritis merupakan bentuk penyakit sendi yang paling sering
ditemukan (Misnadiarly, 2010). Osteoarhritis adalah penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan lanjut usia. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besaryang menanggung beban (ismayadi, 2004).
Hasil survey awal dengan pengelola panti Sosial Tresna Werdha “Puspakarma“ Mataram didapatkan data
Lansia pada tahun 2012 bulan Desember berjumlah 72 orang, dan berumur rata-rata 60 – 90 tahun. Dari jumlah Lansia sebanyak 72 orang itu, didapatkan jumlah lansia yang mengalami osteoarhritis sebanyak 20 orang dan semuanya mempunyai keluhan yang sama yaitu nyeri.
diarahkan untuk menangani nyeri ini (Potter & Perry, 2004).
Kompres hangat pada tubuh bertujuan untuk meningkatkan perbaikan dan pemulihan jaringan. Kompres hangat menghasilkan perubahan fisiologi suhu jaringan, ukuran pembuluh darah, tekanan darah kapiler, area permukaan kapiler untuk pertukaran cairan dan elektrolit, dan metabolisme jaringan (Kozier & Berman, 2009).
Massage dan sentuhan, merupakan teknik integrasi sensori yang mempengaruhi aktifitas sistem saraf otonom (Meek, 1993 dalam Potter & Perry, 2004). Apabila individu mempersepsikan sentuhan sebagai stimulus untuk relaks, kemudian akan muncul respon relaksasi. Relaksasi sangat penting dalam membantu klien untuk meningkatkan kenyamanan dan membebaskan diri dari ketakutan serta stres akibat penyakit yang dialami dan nyeri yang tak berkesudahan (Potter & Perry, 2004).
Salah satu teknik memberikan
massage adalah tindakan massage
punggung dengan usapan yang perlahan
(Slow-Stroke Back Massage). Usapan
dengan lotion/balsem memberikan sensasi hangat dengan mengakibatkan dilatasi pada pembuluh darah lokal (Kenworthyet al, 2002). Vasodilatasi pembuluh darah akan meningkatkan peredaran darah pada
area yang diusap sehingga aktivitas sel meningkat dan akan mengurangi rasa sakit serta menunjang proses penyembuhan luka. Sensasi hangat juga dapat meningkatkan rasa nyaman (Reeves, 1999).
Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Pengaruh Terapi Kompres Hangat dan Teknik Slow-Stroke Back Massage
Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri pada Lansia yang Mengalami Penyakit Osteoarhritis di Panti Sosial Tresna Werdha “Puspakarma” Mataram.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan umum adalah untuk mengetahui Perbedaan Pengaruh Terapi Kompres Hangat dan Teknik Slow-Stroke
Back Massage Terhadap Perubahan
Intensitas Nyeri pada Lansia yang Mengalami Penyakit Osteoarhritis di Panti Sosial Tresna Werdha “Puspakarma” Mataram.
METODE PENELITIAN Populasi
Teknik Sampling
Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah total sampling / sampling jenuh yaitu dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel (Alimul, 2007). Cara ini dilakukan bila populasinya kecil, seperti sampelnya kurang dari tiga puluh maka anggota populasi tersebut diambil seluruhnya untuk dijadikan sampel penilitian, Sehingga sample dalam penelitian ini sebanyak 20 orang lansia. Design Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Pra-Eksperimental dengan rancangan penelitian “pretest-posttest design” yaitu
penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan pretest (pengamatan awal) terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi, setelah itu diberikan intervensi, kemudian dilakukan posttest (pengamatan akhir) (Alimul, 2007).
Analisa Data
Analisa data untuk melihat signifikasi masing-masing kelompok menggunakan uji t test,sedangkan analisa data untuk melihat signifikasi antara kelompok perlakuan menggunakan uji regresi.Perhitungan analisa data menggunakan bantuan program komputer dengan program SPSS versi 20.
Hasil penelitian
Identifikasi intensitas nyeri Osteoarhritis sebelum diberikan kompres hangat dan slow-stroke back massage.
Intensitas nyeri pada kelompok lansia sebelum diberikan terapi kompres hangat sebagian besar yaitu dalam kategori nyeri ringan sebanyak 2 responden (20%), nyeri sedang sebanyak 8 responden (80%).
Pada kelompok lansia sebelum diberikan terapi slow-stroke back massage
yaitu dalam kategori nyeri ringan sebanyak 1 responden (10%), nyeri sedang sebanyak 9 responden (90%).
Identifikasi intensitas nyeri Osteoarhritis setelah diberikan kompres hangat dan slow-stroke back massage.
Intensitas nyeri pada kelompok lansia setelah diberikan terapi kompres hangat dan teknik slow-stroke back massage yaitu pada kelompok lansia yang diberi kompres hangat dalam kategori tidak nyeri sebanyak 1 responden (10%), nyeri ringan sebanyak 5 responden (50%), nyeri sedang sebanyak 4 responden (40%). Pada kelompok lansia yang diberikan teknik slow-stroke back massage
yaitu dalam kategori nyeri ringan sebanyak 6 responden (60%), nyeri sedang sebanyak 4 responden (40%).
a. Analisa perbedaan pengaruh terapi kompres hangat dan teknik
penurunan intensitas nyeri
Osteoarthritis.
Hasil penelitian perbedaan pengaruh terapi kompres hangat dengan slow-stroke
back massage sebelum dan sesudah
diberikan perlakuan terapi kompres hangat dengan slow-stroke back massage terhadap nyeri Osteoarthritis di Panti Sosial Tresna Werdha ”Puspakarma” Mataram yaitu pada pemberian kompres hangat sebelum diberikan perlakuan yang mengalami nyeri ringan sebanyak 0 responden, nyeri ringan sebanyak 2 responden dan nyeri sedang sebanyak 8 responden. Dan setelah diberikan perlakuan kompres hangat ternyata rata-rata responden mengalami penurunan nyeri dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan dan tidak nyeri yaitu sebanyak 1 responden yang mengalami tidak nyeri, 5 responden mengalami nyeri ringan dan 4 responden mengalami nyeri sedang.
Begitu juga pada pemberian terapi
slow-stroke back massage sebelum
diberikan perlakuan yang mengalami nyeri ringan sebanyak 0 responden, nyeri ringan sebanyak 1 responden dan nyeri sedang sebanyak 9 responden. Dan setelah diberikan perlakuan slow-stroke back massage ternyata rata-rata responden mengalami penurunan nyeri dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan yaitu sebanyak 6 responden mengalami nyeri
ringan dan 4 responden mengalami nyeri sedang.
Uji hipotesis
1) Uji T Berpasangan Pengaruh Terapi Kompres Hanga
Hasil analisa statistik dengan uji T berpasangan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi kompres hangat diperoleh hasil nilai (=0.001, <0.05). Maka dapat diartikan bahwa ada
pengaruh terapi kompres hangat terhadap perubahan intensitas nyeri Osteoarthritis
di Panti Sosial Tresna Werdha ”Puspakarma” Mataram.
1) Uji T Berpasangan Pengaruh Terapi Slow-Stroke Back Massage
Hasil analisa statistik dengan uji T berpasangan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi slow-stroke back massage diperoleh hasil nilai (=0.026, <0.05). Maka dapat diartikan
bahwa ada pengaruh terapi slow-stroke
back massage terhadap perubahan
intensitas nyeri Osteoarthritis di Panti Sosial Tresna Werdha ”Puspakarma” Mataram.
2)Uji Regresi Perbedaan Pengaruh Terapi Kompres hangat dan Slow-Stroke Back Massage
a) Perhitungan Kompres hangat
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean
Square F Sig. 1 Regression .081 1 .081 .051 .828a
Residual 12.819 8 1.602 Total 12.900 9
a. Predictors: (Constant), range_massge b. Dependent Variable: range_konghang
Hasil analisa statistik dengan uji regresi bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh terapi kompres hangat dan slow-stroke back massage diperoleh hasil nilai signifikansi pada kompres hangat = 0,000, sedangkan hasil nilai signifikansi pada terapi slow-stroke back massage = 0,828. Maka dapat diartikan bahwa ada perbedaan pengaruh terapi kompres hangat dan slow-stroke back massage terhadap perubahan intensitas nyeri Osteoarthritis di Panti Sosial Tresna Werdha ”Puspakarma” Mataram.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian di Panti Sosial Tresna Werdha ”Puspakarma” Mataram pada 20 responden yang diidentifikasi sebelum dilakukan kompres hangat dan teknik Slow-Stroke Back
Massage. Pada kompres hangat nyeri
ringan 2 orang (20%) dan nyeri sedang 8 orang (80%) dan pada teknik slow-stroke back massage nyeri ringan 1 (10%) dan nyeri sedang 9 (90%), terlihat bahwa responden penelitian merasakan nyeri dengan nilai skala nyeri yang berbeda-beda. Hal ini dimungkinkan karena secara alami, nyeri adalah pengalaman yang bersifat sangat pribadi/personal
(Kenworthy et al, 2002) sehingga masing-masing individu akan mempersepsikan nyerinya dengan berbeda pula tergantung pada faktor-faktor lain yang mempengaruhi nyeri. Faktor-faktor psikologis dan kognitif berinteraksi dengan faktor-faktor neurofisiologis dalam mempersepsikan nyeri, diantaranya pengalaman masa lalu dengan nyeri, usia, budaya, ansietas, makna nyeri dan gaya koping (Potter & Perry, 2005).
Secara umum, seorang yang telah lanjut usia yang berusia di atas 60 tahun akan terjadi kemunduran fisik akibat dari proses degenerasi. Kemunduran fisik hampir terjadi di semua organ, salah satunya adalah organ persendian. Hal ini sesuai dengan pendapat Nugroho (2008), mengemukakan bahwa pada lansia terjadi banyak perubahan fisik pada system tubuh yang bersifat universal.
Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan nyeri, individu bereaksi terhadap nyeri dengan cara yang berbeda. Toleransi individu terhadap nyeri merupakan titik yaitu terdapat suatu ketidakinginan untuk menerima nyeri dengan tingkat keparahan yang lebih tinggi dan durasi yang lebih lama. Toleransi bergantung pada sikap, motivasi dan nilai yang diyakini seseorang (Perry & Potter, 2005).
ekspresi wajah yang mengindikasikan nyeri meliputi: klien terlihat mendesis, memegang bagian tubuh yang terasa nyeri dan ekspresi wajah yang menyeringai tetapi masih dapat menunjukkan lokasi nyeri serta dapat mendiskusikan rasa nyeri yang dialami dan dapat mengikuti perintah dengan baik. Nyeri yang dirasakan bersifat subyektif dan sangat bersifat individual.
Berdasarkan hasil penelitian di Panti Sosial Tresna Werdha ”Puspakarma” Mataram pada 20 responden yang diidentifikasi setelah dilakukan kompres hangat dan teknik slow-stroke back massage. Pada kompres hangat tidak ada nyeri 1 (10%), nyeri ringan 5 orang (50,00%), nyeri sedang 4 orang (40%) dan pada teknik slow-stroke back massage
tidak ada nyeri 0 (0), nyeri ringan 6 (60,00%), dan Nyeri sedang 4 (40,00%). Hasil rata-rata tingkat nyeri sesudah diberikan perlakuan kompres hangat dan teknik Slow-Stroke Back Massage terdapat penurunan tingkat nyeri responden di bandingkan sebelum diberikan perlakuan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kompres hangat dan teknik slow-stroke
back massage berpengaruh di dalam
menurunkan intensitas nyeri yang dialami para responden.
Untuk pemberian terapi kompres hangat, berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji T berpasangan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi
kompres hangat diperoleh hasil nilai (=0.001, <0.05). Maka dapat diartikan
bahwa ada pengaruh terapi kompres hangat terhadap penurunan intensitas nyeri
Osteoarthritis di Panti Sosial Tresna Werdha ”Puspakarma” Mataram.
Hasil penelitian ini diperkuat dengan pernyataan Hidayat, (2005) yang mengungkapkan bahwa kompres hangat merupakan tindakan keperawatan dengan memberikan kompres hangat yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman. Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang mengalami nyeri, resiko terjadi infeksi luka, dan kerusakan fisik (mobilitas), tetapi pada kompres hangat digunakan pada permukaan jaringan yang tertutup (bengkak) tidak memerlukan prinsip steril.
gerbang sehingga transmisi impuls nyeri ke medula spinalis dan ke otak dihambat.
Sedangkan Untuk pemberian terapi
slow-stroke back massage, berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji T berpasangan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi slow-stroke back massage diperoleh hasil nilai (=0.026, <0.05). Maka dapat diartikan
bahwa ada pengaruh terapi slow-stroke
back massage terhadap penurunan
intensitas nyeri Osteoarthritis di Panti Sosial Tresna Werdha ”Puspakarma” Mataram.
Hasil penelitian ini diperkuat dengan pernyataan Potter & Perry, (2004) yang mengungkapkan bahwa Stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri, bekerja dengan cara mendorong pelepasan endorfin,sehingga memblok transmisi stimulus nyeri. Cara lainnya adalah dengan mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat, sehingga menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan A-delta berdiameter kecil sekaligus menutup gerbang sinap untuk transmisi impuls nyeri.
Degenerasi pada kartilago artikuler dan hipertrofi tulang atau pertumbuhan tulang berlebih dalam bentuk taji/tonjolan tulang yang terjadi pada penyakit
nyeri Osteoarthritis di Panti Sosial Tresna Werdha ”Puspakarma” Mataram.
Dari hasil perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa kompres hangat lebih berpengaruh dalam menurunkan nyeri
Osteoarthritis dengan taraf signifikansi 0,000 dibandingkan dengan slow-stroke back massage dengan taraf signifikansi 0,828.
Kompres hangat lebih berpengaruh dari slow-stroke back massage
dikarenakan pada kompres hangat pada saat terjadinya nyeri, air hangat akan meningkatkan aliran darah, dan meredakan nyeri dengan menyingkirkan produk-produk inflamasi, seperti bradikinin, histamin, dan prostaglandin yang menimbulkan nyeri lokal. Sedangkan pada
slow-stroke back massage pada saat
terjadinya nyeri menyebabkan aktivasi reseptor dan terjadi penjalaran impuls nyeri oleh serabut saraf A delta dan C. Adanya impuls ini akan menyebabkan gerbang nyeri di substansi agelatinosa terbuka. Namun dengan pemberian stimulasi kutan berupa usapan punggung, dimana stimulus ini direspons oleh serabut A beta yang lebih besar, maka stimulus ini akan mencapai otak lebih dahulu, dengan demikian akan menutup gerbang nyeri sehingga persepsi nyeri tidak timbul. Jadi kompres hangat lebih berpengaruh dikarenakan pada saat terjadinya nyeri lebih cepat di blok karena proses
mekanisme untuk penurunan nyerinya kompres hangat lebih dekat daripada slow-stroke back massage, sehingga kompres hangat lebih berpengaruh.
Dengan demikian pemberian kompres hangat dan stimulasi kutaneus:
slow-stroke back massage dapat dijadikan sebagai alternatif pilihan untuk menurunkan intensitas nyeri osteoartritis pada lansia secara non farmakologis yang relatif tidak menimbulkan efek samping.
Kesimpulan
a. Intensitas nyeri osteoarthritis sebelum diberikan perlakuan kompres hangat dan teknik slow-back stroke massage yaitu pada kompres hangat dalam kategori nyeri ringan sebanyak 2 responden (20%), nyeri sedang sebanyak 8 responden (80%)sedangkan pada terapi
slow-stroke back massage yaitu dalam
kategori nyeri ringan sebanyak 1 responden (10%), nyeri sedang sebanyak 9 responden (90%).
sedangkan pada kelompok lansia yang diberikan teknik slow-stroke back massage yaitu dalam kategori nyeri ringan sebanyak 6 responden (60%), nyeri sedang sebanyak 4 responden (40%).
c. Analisa perbedaan pengaruh kompres hangat dan teknik Slow-Stroke Back
Massage terhadap penurunan
intensitas nyeri Osteoarhritis yaitu Berdasarkan Hasil perhitungan menggunakan Hasil analisa statistik dengan one-way Anova bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh terapi kompres hangat dan slow-stroke back massage diperoleh hasil nilai signifikansi pada kompres hangat = 0,000, sedangkan hasil nilai signifikansi pada terapi slow-stroke = 0,828. Maka dapat diartikan bahwa ada perbedaan pengaruh terapi kompres hangat dan slow-stroke back
massage terhadap perubahan
intensitas nyeri Osteoarthritis di Panti Sosial Tresna Werdha ”Puspakarma” Mataram.
Daftar Pustaka
1. Alimul, H. (2007). Metode Penelitian
Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika
2. Bandiyah, S. (2009). Lanjut Usia dan
Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:
Nuha Medika.
3. Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, editor Bahasa Indonesia Irawati Setiawan Edisi 9, Jakarta: EGC
4. Kenworthy. (2002). Common Foundation Studies in Nursing , Third Edition, Churchill Livingstone, USA 5. Kozier & Berman. (2009). Buku Ajar
Praktek Keperawatan Klinis. Ed. 5. Jakarta: EGC
6. Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik, Edisi 3. EGC: Jakarta