• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. modal di Indonesia karena berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang memiliki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. modal di Indonesia karena berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang memiliki"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bursa Efek Indonesia memegang peranan penting sebagai pelaku pasar modal di Indonesia karena berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dengan pihak yang membutuhkan dana (emiten). Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II (OJK) Noor Rahman mengungkapkan ‘’Saat ini kinerja pasar modal Indonesia termasuk salah satu yang terbaik di dunia dengan peningkatan sebesar 12,8 persen Year To Date (YTD)’’ (Dewi dan Akbar/VIVAnews.com/30 April 2014). Pasar modal Indonesia kembali menorehkan pencapaian yang membanggakan dengan mencatat rekor IHSG pada level 5.246,483 diawal September. Diperkirakan beberapa tahun kemudian investor akan terus meningkat tentunya pasar modal tidak hanya menjadi lahan bagi perusahaan besar dan investor kawakan, tetapi siapa saja berkesempatan untuk ikut di dalam dunia bisnis.

Tujuan utama investor menanamkan modalnya pada suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kemakmuran dengan memperoleh pendapatan atau tingkat pengembalian investasi, baik berupa dividen maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain) sejalan dengan tujuan perusahaan juga adalah meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Dividen merupakan bentuk distribusi laba yang dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi lembar saham yang dimilikinya. Para pemegang saham umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil

(2)

karena dengan kestabilitasan dividen akan meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan. Dividen merupakan bentuk distribusi laba yang dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi lembar saham yang dimilikinya (Stice et al. 2004: 902).

Brigham dan Houston (2001: 198) menyatakan bahwa ada tiga teori kebijakan dividen dari preferensi investor, yaitu : teori ketidakrelevanan dividen, teori ”bird in the hand theory ” dan teori preferensi pajak. Teori menurut Gordon dan Lintner dalam the bird in the hand theory, investor menginginkan dividen yang tinggi dari pada capital gain yang memiliki risiko yang besar. Apabila perusahaan menerapkan sepenuhnya konsep ini, maka perusahaan memiliki sumber dana internal yang relatif rendah, padahal pihak manajemen harus membatasi arus kas keluar berupa dividen yang berjumlah terlalu besar karena sebagian laba dapat digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup, menambah investasi untuk pertumbuhan, dan melunasi hutang. Sebaliknya, the

tax preference theory yang menyatakan investor lebih memilih dividen yang

rendah karena dividen cenderung dikenakan pajak yang lebih tinggi dari pada

capital gain. Berdasarkan teori ini, pemegang saham memilih dividen yang

rendah untuk menghemat pajak. Apabila perusahaan menerapkan konsep ini, maka perusahaan memiliki sumber dana internal yang besar sehingga dapat menunda menggunakan utang atau emisi saham baru.

Brigham dan Houston (2004: 69) menyatakan ‘’kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang mencapai suatu keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang dan memaksimalkan harga

(3)

saham perusahaan’’. Untuk menjaga kedua kepentingan tersebut, manajer keuangan harus menempuh kebijakan dividen yang optimal. Sehingga keputusan kebijakan dividen ini membicarakan seberapa besar persentase keuntungan yang dibagikan ke pemegang saham.

Besar kecilnya dividen akan sangat bergantung pada besar kecilnya laba yang diperoleh serta proporsi laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Laba perusahaan merupakan unsur dasar kebijakan dividen perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh, maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividennya dan melanjutkan kegiatan usaha. Berikut ini adalah Tabel 1.1 yang menunjukkan laba bersih dan jumlah dividen yang dibagikan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015.

Tabel 1.1

Laba Bersih dan Dividen Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015 (Milyar Rupiah) No. Kode Perusahaan Tahun Laba Bersih Dividen

1 GGRM 2011 4.958 1.727 2012 4.068 1.924 2013 4.383 1.539 2014 5.432 1.539 2015 6.452 1.539 2 UNVR 2011 4.164 4.519 2012 4.839 4.537 2013 5.352 5.058 2014 5.573 5.126 2015 4.525 5.592 3 SMGR 2011 3.955 1.472 2012 4.926 1.962 2013 5.354 2.181 2014 5.573 2.416 2015 4.525 2.226

Sumber : www.idx.co.id (data diolah)

Data yang disajikan menunjukkan PT. Gudang Garam Tbk memiliki laba bersih sebesar Rp.4.958 Milyar dan membagikan dividen sebesar Rp.1.727 Milyar pada Tahun 2011, kemudian perusahaan mengalami penurunan laba menjadi

(4)

Rp.4.068 Milyar, tetapi membagikan dividen dalam jumlah yang lebih besar menjadi Rp.1.924 Milyar pada Tahun 2012, kemudian perusahaan mengalami peningkatan laba bersih menjadi Rp.4.383 Milyar dan membagikan dividen lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu Rp.1.539 Milyar pada Tahun 2013, kemudian secara berturut-turut mengalami peningkatan laba pada Tahun 2014 dan Tahun 2015 yaitu menjadi Rp.5.432 Milyar dan Rp.6.452 Milyar, namun perusahaan membagikan dividen dengan jumlah yang sama, yaitu sebesar Rp.1.539 Milyar seperti pada Tahun 2013.

PT. Unilever Indonesia Tbk pada Tahun 2011-2014 mengalami peningkatan laba secara terus-menerus dan meningkatkan dividennya juga secara terus-menerus pada Tahun 2011-2014, tetapi ketika laba perusahaan tersebut menurun menjadi Rp.4.525 Milyar pada Tahun 2015 justru tetap meningkatkan dividennya menjadi Rp.5.592 Milyar.

Data yang disajikan juga menunjukkan perbedaan pada PT. Semen Indonesia Tbk yang memiliki laba bersih sebesar Rp.3.955 Milyar dan membagikan dividen sebesar Rp. 1.962 Milyar pada Tahun 2011, kemudian perusahaan mengalami peningkatan laba bersih menjadi Rp.4.926 Milyar tetapi membagikan dividen yang lebih rendah, yaitu Rp.1.462 Milyar pada Tahun 2012, kemudian mengalami peningkatan laba perusahaan secara terus-menerus pada Tahun 2013-2014 dan membagikan dividen yang lebih tinggi juga secara terus-menerus pada Tahun 2013-2014, kemudian pada Tahun 2015 mengalami penurunan laba bersih menjadi Rp.4.525 Milyar dan membagikan dividen yang lebih rendah menjadi Rp.2.226 Milyar. Hal ini bertentangan dengan teori Hanafi

(5)

(2004) yang menjelaskan jika perusahaan mempunyai profitabilitas yang baik maka perusahaan akan bisa membayar dividen atau meningkatkan dividennya.

Namun ketika perusahaan mengalami penurunan laba atau rugi, saldo kas perusahaan yang tersedia dapat digunakan untuk membayar dividen atau meningkatkan dividen kepada para pemegang saham. Kas adalah bentuk aktiva yang paling likuid, semakin besar kas yang dimiliki perusahaan semakin tinggi likuiditasnya, dan bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban financial perusahaan (Husnan dan Pudjiastuti 2004: 105). Oleh karena itu ketersediaan kas perusahaan juga merupakan faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Berikut ini adalah Tabel 1.2 yang menunjukkan saldo kas dan jumlah dividen yang dibagikan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015.

Tabel 1.2

Saldo Kas Akhir Tahun dan Dividen Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015 (Milyar Rupiah)

No. Kode Perusahaan Tahun Saldo Kas Dividen

1 GGRM 2011 24.398 1.727 2012 26.474 1.924 2013 29.264 1.539 2014 33.000 1.539 2015 37.900 1.539 2 UNVR 2011 3.680 4.519 2012 3.968 4.537 2013 4.254 5.058 2014 4.746 5.126 2015 4.827 5.592 3 SMGR 2011 14.464 1.472 2012 17.347 1.962 2013 21.803 2.181 2014 25.004 2.416 2015 27.440 2.226 Sumber : www.idx.co.id (data diolah)

Dari data yang disajikan terlihat bahwa PT. Gudang Garam Tbk dan PT. Semen Indonesia Tbk mengalami peningkatan saldo kas akhir tahun setiap

(6)

tahunnya, tetapi jumlah dividen yang dibagikan oleh perusahaan tersebut justru bersifat fluktuatif, seperti PT. Gudang Garam Tbk yang mengalami peningkatan saldo kas akhir tahun secara terus-menerus pada Tahun 2011-2015 namun hanya membagikan dividen yang lebih tinggi pada Tahun 2012, kemudian membagikan dividen yang lebih rendah dan tetap pada Tahun 2013-2015. Hal ini berbeda dengan PT. Unilever Indonesia Tbk yang mengalami peningkatan saldo kas akhir tahun secara terus-menerus pada Tahun 2011-2015 dan membagikan dividen yang lebih tinggi secara terus-menerus pada Tahun 2011-2015.

Data yang disajikan menunjukkan tidak selamanya peningkatan saldo kas akhir tahun perusahaan memberikan pengaruh untuk peningkatan jumlah dividen yang dibagikan oleh perusahaan. Hal tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muslimah dan Wijaksana (2013) menunjukkan hasil penelitiannya cash position berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Artinya perusahaan yang memiliki posisi kas yang meningkat akan membagikan jumlah dividen yang meningkat pula.

Peningkatan utang juga mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang dibayar karena kewajiban untuk membayar utang lebih diutamakan dari pada pembagian dividen. Berikut ini adalah Tabel 1.3 yang menunjukkan total liabilitas perusahaan dan jumlah dividen yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015.

(7)

Tabel 1.3

Total Liabilitas dan Dividen Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015 (Milyar Rupiah)

No. Kode Perusahaan Tahun Liabilitas Dividen

1 GGRM 2011 14.537 1.727 2012 14.903 1.924 2013 21.353 1.539 2014 25.099 1.539 2015 25.497 1.539 2 UNVR 2011 6.801 4.519 2012 8.016 4.537 2013 9.093 5.058 2014 9.534 5.126 2015 10.902 5.592 3 SMGR 2011 5.046 1.472 2012 8.414 1.962 2013 8.988 2.181 2014 9.312 2.416 2015 10.712 2.226 Sumber : www.idx.co.id (data diolah)

Dari data yang disajikan terlihat bahwa ada dua perusahaan yang mengalami peningkatan liabilitas secara terus-menerus setiap tahunnya, tetapi jumlah dividen yang dibagikan oleh perusahaan tersebut justru mengalami fluktuatiasi, seperti PT. Semen Indonesia Tbk yang mengalami peningkatan liabilitas secara terus-menerus pada Tahun 2011-2015 namun membagikan dividen yang lebih tinggi pada Tahun 2013-2014, kemudian membagikan dividen yang lebih rendah pada Tahun 2012 dan 2015. Hal tersebut berbeda dengan PT. Unilever Indonesia Tbk yang mengalami peningkatan liabilitas secara terus-menerus pada Tahun 2011-2015 justru membagikan dividen yang lebih tinggi secara terus-menerus juga pada Tahun 2011-2015. Data tersebut menunjukkan tidak selamanya peningkatan liabilitas perusahaan mengakibatkan jumlah dividen menjadi lebih rendah. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh Sartono (2001: 66) bahwa semakin tinggi Debt to Equity Ratio semakin berkurang

(8)

kemampuan perusahaan membayar dividen dan sebaliknya semakin kecil Debt to

Equity Ratio maka semakin tinggi kemampuan perusahaan membayar dividen.

Ukuran perusahaan (Firm Size) berhubungan dengan fleksibilitas atau kemampuan perusahaan untuk mendapatkan dana dari calon investor. Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga akan memungkinkan bagi perusahaan untuk membayar dividen dalam jumlah yang besar kepada pemegang saham dan untuk menjaga reputasi di kalangan investor. Berikut ini adalah Tabel 1.4 yang menunjukkan total aset dan jumlah dividen yang dibagikan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015.

Tabel 1.4

Total Aset dan Dividen Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015 (Milyar Rupiah) No. Kode Perusahaan Tahun Total Aset Dividen

1 GGRM 2011 39.088 1.727 2012 41.509 1.924 2013 50.770 1.539 2014 58.234 1.539 2015 63.505 1.539 2 UNVR 2011 10.482 4.519 2012 11.984 4.537 2013 13.348 5.058 2014 14.280 5.126 2015 15.729 5.592 3 SMGR 2011 19.661 1.472 2012 26.579 1.962 2013 30.792 2.181 2014 34.331 2.416 2015 38.153 2.226 Sumber : www.idx.co.id (data diolah)

Dari data yang disajikan terlihat bahwa PT. Gudang Garam Tbk dan PT. Semen Indonesia Tbk mengalami peningkatan total aset setiap tahunnya, tetapi jumlah dividen yang dibagikan oleh perusahaan tersebut bersifat fluktuatif, seperti PT. Gudang Garam Tbk yang mengalami peningkatan total aset secara

(9)

terus-menerus pada Tahun 2011-2015 namun hanya membagikan dividen yang lebih tinggi pada Tahun 2012, kemudian membagikan dividen yang lebih rendah dan tetap pada Tahun 2013-2015. Hal ini berbeda dengan PT. Unilever Indonesia Tbk yang mengalami peningkatan total aset secara terus-menerus pada Tahun 2011-2015 dan membagikan dividen yang lebih tinggi secara terus-menerus pada Tahun 2011-2015. Data yang disajikan menunjukkan tidak selamanya peningkatan total aset perusahaan diikuti dengan peningkatan jumlah dividen yang dibagikan oleh perusahaan.

Selain faktor internal perusahaan terdapat juga faktor lain dari luar perusahaan yang mempengaruhi kebijakan dividen yaitu risiko pasar (market

risk). Semakin tinggi tingkat risiko pasar yang harus ditanggung perusahaan,

maka akan semakin kecil dividen yang akan dibagikan perusahaan. Berikut ini adalah Tabel 1.5 yang menunjukkan close prise akhir tahun IHSG yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015.

Tabel 1.5

Close Price Akhir Tahun Perusahaan, IHSG, dan Dividen yang Dibagikan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015 (Rupiah)

No. Kode

Perusahaan Tahun Harga Saham IHSG

Dividen (Milyar) 1 GGRM 2011 62.050 3.821 1.727 2012 56.300 4.316 1.924 2013 42.000 4.274 1.539 2014 60.700 5.226 1.539 2015 55.000 4.593 1.539 2 UNVR 2011 18.800 3.821 4.519 2012 20.850 4.316 4.537 2013 26.000 4.274 5.058 2014 32.300 5.226 5.126 2015 37.000 4.593 5.592 3 SMGR 2011 11.450 3.821 1.472 2012 15.850 4.316 1.962 2013 14.150 4.274 2.181 2014 16.200 5.226 2.416 2015 11.400 4.593 2.226

(10)

Data tersebut menunjukkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cukup fluktuatif yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Ketika PT. Unilever Indonesia Tbk mengalami peningkatan harga saham secara konsisten pada Tahun 2011-2015, perusahaan membagikan jumlah dividen yang lebih meningkat pula secara konsisten pada tahun tersebut, walaupun Indeks Harga Saham Gabungan berfluktuatiasi. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Asadi dan Oladi (2013) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara resiko pasar terhadap kebijakan dividen.

Sejauh ini penelitian mengenai dividen telah banyak dibahas sebagai karya ilmiah, beberapa penelitian terdahulu berkaitan dengan kebijakan dividen yang menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Sehingga terjadi ketidakkonsitenan antara teori yang ada dengan praktiknya pada perusahaan. Kebijakan dividen yang tepat sangat penting karena berkaitan dengan kesejahteraan pemegang saham dan kelangsungan hidup perusahaan. Dengan demikian perlu bagi pihak manajemen mempertimbangkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebijakan dividen, baik faktor dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan.

Berdasarkan berbagai fenomena tersebut, keputusan kebijakan dividen menjadi hal yang menarik untuk diteliti. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti kembali faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dengan variabel return on

asset, cash position, debt to equity ratio, ukuran perusahaan dan risiko pasar.

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi konfirmasi terhadap teori yang ada dengan penelitian terdahulu.

(11)

Perusahaan manufaktur merupakan sektor industri yang memberikan kontribusi yang besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Permasalahan yang dihadapi adalah bahwa banyak jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang tidak membayar dividen secara terus-menerus.

Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dimulai dari tahun 2011-2015. Tahun pengamatan tersebut dianggap mewakili kondisi ekonomi Indonesia yang sudah mengalami pertumbuhan. Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan maka penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan ini dalam bentuk skripsi yang berjudul ”Pengaruh Faktor Internal Perusahaan dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah apakah ada pengaruh faktor internal perusahaan dan risiko pasar terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor internal perusahaan dan risiko pasar terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia baik secara simultan maupun parsial.

(12)

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Emiten

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pembuatan keputusan terhadap dividend payout ratio agar dapat memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham.

2. Bagi Investor dan Calon Investor

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam mempertimbangkan pembuatan keputusan untuk membeli dan menjual saham sehubungan dengan harapannya terhadap dividen yang dibayarkan.

3. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap isu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan-perusahaan di Indonesia.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti dan merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan yang teoritis ke dalam dunia pasar modal.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian diharapkan dapat dipergunakan sebagai masukan atau bahan pembanding bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis ataupun penelitian yang lebih luas.

Referensi

Dokumen terkait

14321196 Analisis Wacana Kritis Perebutan Kebenaran dalam Mural SeBumi (Diskursus Perjuangan Penolakan Pendirian Pabrik PT Semen Indonesia di Rembang). Program Studi Ilmu

Diketahuinya peran Melatonin dalam produksi VEGF pada SDO hewan coba yang mengalami cedera kepala.. Diketahuinya peran Melatonin dalam ekspresi AQP4 pada SDO hewan

35 Akuntansi Pemerintahan Nur Hidayat Fatwa Arif, SE., M.Si.. Ihsan Said Ahmad,

Tindak pidana di bidang pertambangan badan hukum dapat sebagai pelaku pidananya sebagaimana diatur pada Pasal 163 Ayat (1) Undang-undang Minerba, meskipun demikian

MTs Negeri Kandat Pendidikan Jasmani(olahraga&kesehatan) (107) 290 PENY WIDYANINGUM, S.Si MTs Sunan Gunung jati Pengetahuan Alam(IPA terpadu, Fisika) (097). 291 DENY PURWANINGSIH

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar gula darah penderita DM tipe 2 rawat jalan di RS Tugurejo Semarang..

Berdasarkan masalah-masalah yang diidentifikasikan di atas agar mendapat suatu batasan penelitian yang jelas sekaligus mencegah pembahasan yang meluas yang tidak

Temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa kompetensi auditor bukan menjadi faktor yang dapat meningkatkan kualitas audit, hal ini karena berdasarkan identifikasi