• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data-data yang telah terkumpul,

peneliti akan membahas dan menganalisis jawaban

persoalan-persoalan penelitian yang telah dirumuskan,

yaitu Penerapan Knowledge Management di RSU Puri

Asih Salatiga (Jawa Tenggah).

4.1

Gambaran Umum RSU Puri Asih

RSU Puri Asih terletak di pusat Salatiga tepatnya

di Jl. Jendral Sudirman 169 Salatiga. Berawal dari

Rumah Bersalin, kemudian pada tanggal 17 September

2000 menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak, dan pada

tanggal 17 September 2001 menjadi Rumah Sakit

Umum. Saat ini Puri Asih mempunyai kapasitas tempat

tidur 60 TT.

RSU Puri Asih akan melakukan pengembangan

jenis pelayanan dan jumlah tempat tidur. Puri Asih

telah terakreditasi 5 pokja pelayanan dari Komite

Akreditasi Rumah Sakit, pada bulan April 2009

meliputi Pokja Administrasi dan Managemen, Pokja

Pelayanan Medik, Pokja Gawat Darurat, Pokja

Keperawatan dan Pokja Rekam medik.

(2)

2

4.1.1

Falsafah, Visi, Misi, Tujuan dan Motto RSU

Puri Asih

1. Falsafah

RSU Puri Asih memiliki falsafah yang dijadikan

sebagai indikator pelayanan, adalah: “Kebersamaan,

kesetiakawanan dan keyakinan bahwa tugas profesi

adalah ladang amal

2. Visi

Suatu pernyataan yang merupakan gambaran

yang ingin diraih oleh RS, yakni visi RSU Puri Asih,

adalah “mengutamakan kualitas pelayanan kesehatan

yang optimal dan paripurna”

3. Misi

Untuk mewujudkan visi maka diperlukan misi

RSU Puri Asih, yaitu :

1. Mengupayakan

kesembuhan

pasien

tanpa

memandang Suku, RAS, Agama dan Status Sosial

2. Mendukung

pembangunan

kesehatan

dengan

meningkatkan IPTEK, Sarana dan Prasarana

pelayanan kesehatan

4. Motto

(3)

3

5. Tujuan

Adapun tujuan yang dingin dicapai oleh RSU Puri

Asih, sebagai berikut:

1. Terwujudnya Rumah Sakit yang terpercaya oleh

masyarakat

2. Tercapainya kesembuhan dan kepuasan pasien

4.1.2 Keadaan Personalia

Tabel 4.1.2

Keadaan Personalia Badan RSU

Puri Asi Tahun 2012

No

Profesi

Pendidikan

Jum

1

Tenaga Medis

Dokter Spesialis Obstetri dan

Gynekologi

S2

2

Dokter Spesialis Anak

S2

2

Dokter Spesialis Penyakit

Dalam

S2

3

Dokter Spesialis Bedah

S2

2

Dokter Spesialis Rehabilitasi

Medik

S2

1

Dokter Spesialis Mata

S2

1

Dokter Spesialis Anestesi

S2

1

Dokter spesialis Radiologi

S2

1

Dokter gigi Spesialis

Ortodentis

S2

1

Dokter Spesialis Patologi

Klinik

S2

1

Dokter gigi

S1

2

Dokter umum

S1

4

2

Tenaga farmasi

Apoteker

S1

1

Asisten Apoteker

DIII Farmasi 5

3

Tenaga Keperawatan

(4)

4

Sumber : Laporan Tahunan RSU Puri Asih Salatiga

2012

RSU Puri Asih memiliki karyawan yang terdiri

dari berbagai macam disiplin ilmu dan profesi di bidang

kesehatan. Berikut ini Keadaan personalia yang bekerja

di RSU Puri Asih tahun 2012, dapat dilihat pada tabel

4.1.2

Perawat

DIII

Keperawatan

, S1

Keperawatan

25

Perawat Anestesi

DIII Perawat

Anestesi

9

Bidan

DIII

Kebidanan

8

4

Tenaga Medis Non

Keperawatan

Tenaga Analis

DIII Analis

Kesehatan

5

Tenaga Radiologi

DIII

Radiologi

1

Tenaga Gizi

DIII Gizi,

SMA

3

Fisioterapis

DIII

Fisioterapi

1

5 Tenaga Non

Medis/Administrasi

Administrasi

S1 Ekonomi,

DIII

Managemen,

DIII

Ekonomi

6

Rekam Medis

DIII Rekam

Medis

3

Driver

SMA

2

Security

SMA

4

Cleaning Service

SMP, SMA

8

(5)

5

Tabel 4.1 menggambarkan bahwa sejumlah

pegawai RSU Puri Asih Sebanyak 193 orang yang terdiri

dari berbagai disiplin ilmu dan profesi, dengan jumlah

tenaga medis 21 orang dan rekam medis 3 orang.

4.1.3 Jenis Pelayanan RSU Puri Asih

Pelayanan di RSU Puri Asih meliputi:

a. Pelayanan Instalasi Rawat Jalan:

Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Kandungan

Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam

Poliklinik Spesialis Bedah

Poliklinik Spesialis Anak

Poliklinik Spesialis Mata

Poliklinik Spesialis Gigi

Poliklinik Spesialis Paru dan Pernafasan

Poliklinik Spesialis Rehabilitasi Medik

Poliklinik Umum

b. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat

Instalasi gawat darurat memberikan pelayanan

selama 24 jam termasuk hari libur

c. Pelayanan Instalasi Rawat Inap

Lantai I

Ruang Melati

(6)

6

Ruang Anggrek

Ruang Seruni

Lantai II Ruang Intan I

Lantai III Ruang Intan II

d. Pelayanan Penunjang Medis Meliputi:

Pelayanan Instalasi Farmasi 24 jam

Pelayanan Instalasi Laboratorium 24 jam

Pelayanan Instalasi Radiologi

Pelayanan Instalasi Gizi

e. Jenis Pelayanan:

Pelayanan Umum

Pelayanan Jamkesmas

4.2 Bentuk-Bentuk Pengetahuan yang Terdapat Di

Rumah Sakit

Pada hakekatnya pengetahuan berada dalam

pemikiran manusia berupa tacit sendangkan explicit

knowledge sudah dituangkan dalam bentuk tulisan,

dokumen dan mudah di transferkan kepada orang lain

ketika terjadi proses interaksi. Disamping sebagai

sumber pengetahuan, manusia pada hakekatnya juga

merupakan pelaku dari proses-proses pengelolaan

pengetahuan. berdasarkan wawancara, Berikut ini

merupakan ungkapan-ungkapan informan tentang

bentuk-bentuk

pengetahuan

yang

sering

(7)

7

di RS, kemudian verifikasi data terhadap

bentuk-bentuk pengetahuan.

Pendapat

Informan

1,

bentuk-bentuk

pengetahuan yang sering didokumentasikan adalah

hal-hal yang terkait dengan penyakit pasien,

selanjutnya ia paparkan bahwa:

“Menurut saya... sebenarnya banyak sekali pengetahuan yang didokumentasikan karena mengingat pengetahuan atau informasi di RS penting apalagi terkait dengan riwayat penyakit pasien, dan yang sering didokumentasikan adalah hal-hal yang terkait dengan penyakit pasien, baik pasien yang rawat jalan maupun yang rawat inap”

Lain lagi pendapat Informan 2, berasumsi bahwa

bentuk-bentuk

pengetahuan

yang

sering

didokumentasikan adalah isi catatan medik, hal ini

nampak pada komentar sebagai berikut:

“Pengetahuan yang sering didokumentasikan adalah isi catatan medik... Masih banyak pengetahuan yang dibutuhkan, mengingat belum 100% sempurna kalau dilihat dari unit managemen rekam medis, Karena masih memerlukan tenaga yang benar-benar mengerti dan memahami tentang catatan medik untuk memperbaiki pendokumentasian catatan medik meliputi sistem penamaan, sistem penomoran, pengkodingan dan sistem penyimpanan”

Sejalan dengan pendapat informan 2 maka

Informan 3, mengatakan bahwa bentuk-bentuk

pengetahuan yang sering didokumentasikan adalah

rekam medik, berikut ini pernyataannya:

“Menurut pendapat saya... catatan medis yang ada hubungan dengan pasien semuanya harus

(8)

8

dibuat rekam medis sesuai dengan rawat jalan, rawat inap, sesuai jenis penyakit... Untuk sebuah RS rekam medik mau tidak mau harus didokumentasikan dan bersifat rahasia”

Pendapat Informan 4, mengatakan bahwa

bentuk-bentuk

pengetahuan

yang

sering

didokumentasikan adalah semua hal yang berkaitan

dengan identitas pasien, seperti ini yang disampaikan:

“Pengetahuan yang biasa didokumentasikan di RS... yang pertama identitas pasiennya, kemudian anamnese, kemudian diagnosa (tesment), kemudian terapi yang diberikan dan pemeriksaan fisik... Sebenarnya semua informasi tetap dibutuhkan mulai dari 1 orang identitas (umur, kelamin, pekerjaan, agama), riwayat penyakit, diagnosa, terapi yang sudah kita berikan... Semuanya ini penting untuk didokumentasikan”

Lain

lagi

Pendapat

Informan

5,

yang

menyimpulkan

bahwa

biasanya

yang

sering

didokumentasikan adalah keluhan-keluhan pasien,

pendapat yang dikemukakan antara lain:

“Jadi yang sering didokumentasikan adalah... pada saat kita menangani pasien, hal pertama yang kita tanyakan adalah keluhan, itu adalah hal pertama yang kita kaji dalam bertemu dengan pasien kemudian baru melakukan pendiagnosa... Biasanya ketika kita bertemu dengan rekan-rekan/dokter-dokter senior/dokter-dokter spesialis, kita selalu share terkait tentang penyakit pasien, tentang bagaimana kita mengkaji ulang lagi sebelum di diagnosa”

Pada kesempatan yang lain Informan 6,

meyimpulkan bahwa semua hal yang di rasa penting

selalu di dokumentasikan, seperti ini disampaikan:

(9)

9

“Semua hal yang di rasa penting didokumentasikan... seperti administrasi, daftar obat, rincian biaya, peralatan atau fasilitas alat-alat medis... Sebenarnya masih banyak pengetahuan dibutuhkan di Puri Asih mengingat bahwa untuk dunia moderen sekarang ini aspek yang paling penting untuk membuat sebuah RS bertahan adalah pengetahuan dan dengan pengetahuan dari waktu ke waktu kita bisa meningkatkan kinerja Puri Asih, dan pengetahuan yang dibutuhkan adalah terkait dengan managemen RS, pelayan kepada pasien dan pengunjung”

Pendapat

informan

7

sedikit

melengkapi

statement dari informan 6, sebagai berikut:

“Biasanya pada kasus anak-anak itu meliputi dehidrasi berat pada anak, kemudian diare, kejang demam... kalau untuk bedah biasanya fraktur terbuka, biasanya cara pembersihan pada fraktur terbuka... itu merupakan hal-hal yang sering didokumentasikan... sedangkan kalau pengetahuan yang dibutuhkan adalah kalau kita melihat dari kebanyakan pasiennya yang ada disini maka kejang demam untuk pasien anak, dan hipertensi untuk pasien dewasa... karena setiap riwayat penyakit pasien itu berbeda dan tidak selamanya penyakit yang sama, maka sama pula penangananya”

Informan 8 menuturkan bahwa pengetahuan

yang sering didokumentasikan adalah identitas pasien,

keluhan-keluhan, terapi yang di berikan dan hasil

diagnosa:

“Iya menurut pengalaman saya selama ini... informasi yang sering kita dokumentasikan adalah yang pertama identitas pasien, kemudian keluhan-keluhan pasien yang menyangkut dengan penyakit yang diderita, kemudian terapi yang diberikan dan hasil diagnosa... biasanya hal-hal tersebut yang paling sering kami dokumentasikan...”

(10)

10

Kesimpulan/verifikasi data terhadap

bentuk-bentuk pengetahuan, antara lain:

Berdasarkan hasil wawancara, kata-kata kunci

yang sering disebutkan oleh informan memiliki

relevansi dengan karakteristik dari bentuk-bentuk

pengetahuan, dari sini dapat disimpulkan bahwa: ada 2

bentuk pengetahuan yang terdapat di RS, yaitu tacit

dan explicit knowledge. Dan pengetahuan yang sering

didokumentasikan adalah explicit knowledge, explicit

knowledge bersumber dari hal-hal yang terkait dengan

penyakit pasien, rekam medis, isi catatan medis,

identitas pasien, keluhan-keluhan pasien, semua hal

yang dirasa penting, jenis penyakit dan cara

penanganan kemudian terapi yang diberikan. Informasi

atau

pengetahuan

tersebut

penting

untuk

didokumentasikan

karena

berfungsi

sebagai

pengkodingan, penomoran bahkan untuk mendiagnosa

penyakit. Dari sini saya menyimpulkan, bahwa

bentuk-bentuk pengetahuan yang terdapat di RSU Puri Asih

adalah tacit dan explicit knowledge, tetapi pada

kenyataannya tacit knowledge sangat sulit di

dokumentasikan karena merupakan pengetahuan

pribadi yang sangat sulit diformalisasikan dan

pengalaman semasa menangani pasien. Tetapi tacit

knowledge dari dokter bisa dipelajari melalui

diagnosanya terhadap penyakit pasien maupun

resep-resep obat yang diberikan kepada pasien, sendangkan

(11)

11

explicit knowledge bersumber dari semua informasi

pribadi pasien (agama, umur, jenis kelamin) kemudian

terkait juga dengan keluhan-keluhan pasien, terapi

yang diberikan dan isi dari catatan rekam medis.

4.3 Cara Rumah Sakit Menyimpan dan Mengelola

Pengetahuan

Informasi merupakan materi (bahan baku) untuk

membangun pengetahuan dan setiap pengetahuan

yang dimiliki di RS bersifat rahasia dan di perlukan

pengamanan

terhadap

pengetahuan

tersebut,

kemudian lebih berorientasi kepada proses pengelolaan

dan penyimpanan pengetahuan untuk dilindungi dari

penggunaan yang tidak berhak dan tidak tepat. Adapun

pendapat dari informan tentang cara RS menyimpan

dan mengelola pengetahuan, sebagai berikut:

Informan 1 menyatakan bahwa cara yang tepat

dalam menyimpan pengetahuan adalah dengan

interaksi sosial sendangkan dalam hal mengelola

pengetahuan yang dimiliki adalah dengan diisinya

rekam medis dan data sosial pasien, berikut

penuturannya:

“Menurut saya... menyimpan pengetahuan dari orang-orang yang berkompoten.... yaitu dengan sistem tatap muka atau interaksi... ketika interaksi terjadi maka secara tidak langsung sudah terjadi proses pentransferan pengetahuan... karena seringkali penyimpanan pengetahuan dalam bentuk pendokumentasian tidak selamanya efektif... pada umumnya pengetahuan yang dimiliki lebih banyak

(12)

12

tersimpan di dalam otak atau pikiran... dan ketika terjadinya interaksi maka akan lebih efektif terjadinya penggunaan kembali pengetahuan... dan dengan penggunaan kembali pengetahuan itu sudah merupakan salah satu cara menjaga atau menyimpan pengetahuan... mengelola informasi menjadi pengetahuan yaitu dengan diisinya rekam medis oleh dokter dan kelengkapan data sosial pasien... dari informasi sosial pasien dan rekam medis kita sudah bisa mendapat pengetahuan. Tetapi terkadang ada kendala dalam mengelola informasi menjadi pengetahuan, kendalanya dalam sistem pengarsipan yaitu ketidaklengkapan catatan medik atau belum diisi secara lengkap oleh dokter... Ini merupakan suatu kendala yang sangat serius karena ketidaklengkapan data membuat kita kesulitan dalam pengkodingan dan terjadinya pemborosan waktu”

Informan 2 mengutarakan dengan knowledge

share merupakan salah satu cara yang baik dalam

menyimpan pengetahuan, sendangkan informasi data

sosial pasien, diagnosa penyakit dipakai sebagai bahan

dalam mengelola pengetahuan:

“Menurut saya... pengetahuan yang selama ini di dapat baik berdasarkan pengalaman selama mengelola medical record atau pengetahuan yang selama ini di dapat semasa berkuliah... sebisa mungkin di share atau diberi masukan atau saran... entah diterima atau tidak yang penting sudah berupaya untuk menyalurkan.... otomatis ketika terjadi mutasi, pindah ke bidang yang laen sudah ada ilmu yang disalurkan... informasi dari data sosial pasien, diagnosa penyakit diisi ke medical record itu sudah merupakan sebuah pengetahuan. Namun... pada kenyataannya ada kendala yang sering kami alami, yaitu ruang medical record masih bersifat sementara dan karena ruangannya masih bersifat sementara maka berkas-berkas tersebut belum tertata rapi (masih acak-acakan) dan kendala yang lain adalah dokter belum mendiagnosa penyakit maka bagian medical record

(13)

13

mengalami kesulitan dalam pengkodingan dan penomoran”

Sistem

pengkaderan

cara

menyimpan

pengetahuan demikian yang dikatakan informan 3,

dan

dalam

mengelola

pengetahuan

dikelola

berdasarkan

masing-masing

bidang,

seperti

ditegaskannya :

“Cara RS menyimpan pengetahuan dari orang-orang yang berkompoten... biasanya di Puri Asih sudah ada sistem pengkaderan dan orientasi... jadi dengan cara begitu pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang berkompoten sudah bisa di salurkan... jadi ketika mereka di mutasi atau pensiun sudah ada pengetahuan yang sudah di transfer atau sudah ada pengetahuan yang ditinggalkan... Informasi dikelola berdasarkan masing-masing bidang... misalnya bidang medical record dikelola oleh unit managemen medical record...bidang kebidanan dikelola bidang kebidanan dan seterusnya... Bagi RS setiap informasi merupakan sebuah pengetahuan”

Informan

4

mengungkapkan

bahwa

cara

menyimpan pengetahuan dengan mendokumentasikan

pada sistem komputerisasi dan mengelola pengetahuan

melalui keahlian, berikut penjelasannya:

“Menurut saya cara menyimpan pengetahuan

adalah dengan cara mendokumentasikan dalam sistem komputerisasi, karena selain aman, pengetahuan tersebut bisa diakses kembali oleh pihak-pihak yang membutuhkan... Menurut saya... tanpa keahlian kita tidak bisa mengelola sebuah informasi menjadi pengetahuan... hal pertama yang biasanya kita lakukan dalam penanganan setiap pasien kita mendengar setiap keluhan-keluhan, dan keluhan-keluhan tersebut bagi kami adalah sebuah informasi... informasi yang dapat kita kelola menjadi sebuah pengetahuan

(14)

14

dan seperti yang sudah saya katakan bahwa tanpa keahlian kita tidak akan mampu menganalisis dan mengelola informasi... karena keahlian itu penting... sepanjang pengalaman saya menjadi seorang dokter tidak ada kendala, kalaupun ada hanya pada saat menemukan gejala penyakit yang baru, yang dialami pasien dan hal ini bisa diatasi ketika kami saling share sesama dokter”

Informan 5 berpendapat bahwa dengan cara

memberi pelatihan atau training merupakan cara yang

tepat dalam menyimpan pengetahuan, dalam mengelola

informasi tidak terlepas dari dokumen:

“Bagi saya cara yang tepat dalam menyimpan

pengetahuan dan agar pengetahuan tidak berada pada sebuah titik yang bernama knowledge loss adalah dengan cara memberikan training bagi pegawai-pegawai, dan hasil training di harapkan mampu di aplikasi di dunia kerja... kemudian ketika terjadi proses interaksi dengan sesama rekan kerja mereka juga mampu mentransfer pengetahuan tersebut.... Mengelola informasi menjadi pengetahuan tidak terlepas dari dokumen-dokumen... dokumen yang saya maksudkan adalah isi dari rekaman medis... rekam medis merupakan bagian dari data sosial pasien, jika telah diisi secara lengkap maka bisa di kelola dan di bisa di pelajari kembali... dan dalam mengelola informasi menjadi pengetahuan tidak ada kendala”

Informan 6 mengungkapkan ketika sharing

merupakan cara menyimpan pengetahuan dan proses

identifikasi merupakan salah satu cara dalam

mengelola pengetahuan:

“ketika kita saling sharing pengalaman atau sharing pendapat sesama dokter, bagi saya itu sudah merupakan cara dalam menyimpan pengetahuan dari orang-orang yang berkompoten... dan ketika terjadi mutasi atau pensiun dari tenaga-tenaga yang berkompoten tersebut maka tidak akan terjadi

(15)

15

knowledge loss... Bagi saya mengelola informasi menjadi pengetahuan adalah melalui proses identifikasi karena tidak semua informasi itu penting dan tidak semua informasi itu pengetahuan”

Informan 7 mendukung pernyataan dari informan

6 bahwa cara dalam menyimpan pengetahuan dari

orang-orang yang berkompoten adalah dengan sharing,

menangani informasi dan memanfaatkan kembali

merupakan cara dalam mengelola pengetahuan:

“selain sistem informasi yang dipakai untuk menyimpan semua pengetahuan dan informasi yang dianggap penting... disini kami juga sharing terkait dengan pengetahuan dan pengalaman... melalui proses ini diharapkan lebih mendatangkan kontribusi positif karena dengan sharing lebih efektif... ketika menangani pasien hal petama yang biasa kita lakukan adalah hal-hal yang berkaitan dengan data sosial pasien, kemudian keluhan yang dialami... hal tersebut merupakan sebuah informasi yang bermanfaat... kemudian diisi dalam rekam medis dan informasi-informasi tersebut suatu saat akan kembali kita manfaatkan... itu merupakan cara mengelola informasi menjadi pengetahuan menurut saya”

Informan

8

mengungkapkan

bahwa

cara

menyimpan pengetahuan adalah dengan sistem

komputerisasi dan sharing, kemudian dengan mengisi

semua informasi ke dalam rekam medis merupakan

salah satu cara dalam mengelola pengetahuan, berikut

penjelasannya:

“Menurut saya... sebenarnya pengetahuan yang kami miliki bersifat rahasia karena terkait dengan riwayat penyakit pasien, dan riwayat penyakit pasien itu hanya bisa diketahui oleh kami dokter yang menangani dan pihak keluarga... jadi semua

(16)

16

pengetahuan yang dianggap penting dan bersifat rahasia harus di dokumentasikan melalui proses komputerisasi... selain itu agar pengetahuan yang dimiliki tetap aman dan tidak terjadi knowledge loss, biasanya kami saling sharing tentang perkembangan di bidang kedokteran, karena bidang kedokteran setiap saat mengalami perkembangan yang begitu pesat.... cara mengelola informasi menjadi sebuah pengetahuan adalah dengan cara mengisi semua informasi yang dianggap penting termasuk kelengkapan data sosial pasien ke dalam rekam medis, kemudian bagian unit managemen rekam medis melakukan tugasnya yaitu mengelola dan melakukan pengkodingan”

Kesimpulan data tentang cara menyimpan dan

mengelola pengetahuan, yaitu:

Berdasarkan hasil wawancara, kata-kata kunci

yang sering disebutkan oleh informan memiliki

relevansi dengan karakteristik cara menyimpan dan

mengelola pengetahuan, dari sini dapat disimpulkan

bahwa pengetahuan yang dimiliki Puri Asih sebenarnya

bersifat rahasia dan merupakan salah satu aset yang

sangat penting karena hanya orang dalam yang

mengetahui

seluk

beluk

informasi

maupun

pengetahuan tersebut. menyadari bahwa pengetahuan

tersebut merupakan sebuah aset dan agar tidak terjadi

knowledge loss, maka pihak Puri Asih berupaya untuk

menyimpan dan mengelola pengetahuan yang dimiliki.

Melalui sistem komputerisasi yaitu setiap data atau

informasi sosial pasien setelah diisi secara manual

dalam rekam medis maka didokumentasikan dalam

komputer, karena dengan sistem komputerisasi selain

(17)

17

lebih aman dapat juga dipakai sebagai proses

pembelajaran atau di perbaharui sesuai dengan

perkembangan informasi. Dengan diisinya data sosial

pasien ke dalam rekam medis merupakan cara

mengelola pengetahuan, karena dari hasil rekam medis

bisa dipelajari terkait dengan jenis penyakit, penyakit

yang paling trend saat ini dan jenis terapi yang

diberikan. Selain sistem komputerisasi yang digunakan

dalam menyimpan pengetahuan dipercaya dengan cara

pengkaderan dan memberikan orientasi merupakan

cara yang efisien dalam menyimpan pengetahuan. Puri

Asih juga menyediakan tempat untuk menyimpan

dokumen-dokumen yang dianggap penting dan bukan

hanya sekedar di dokumentasikan tetapi juga dipelajari

kembali. Puri Asih masih melakukan cara yang lain

untuk menyimpan pengetahuan dari orang-orang

berkompoten yaitu di harapkan ketika terjadi interaksi

maka terjadi proses sharing pengetahuan dan sharing

pengalaman, kedua proses ini dianggap lebih efektif

dalam menyimpan pengetahuan. Berdasarkan hasil

wawancara dari informan 1-8, disini saya menarik

benang merah bahwa cara menyimpan informasi di

RSU Puri Asih yaitu dengan cara manual dimana setiap

informasi yang terkait dengan identitas pasien ataupun

rekam medis diisi secara manual kemudian di masukan

ke dalam sistem database RS dengan menggunakan

sistem komputerisasi. Mulai dari peneriman pasien,

(18)

18

penyajian informasi dan mengisi kelengkapan identitas

pasien merupakan langkah awal dalam mengelola

informasi atau pengetahuan yang dimiliki, selanjutnya

hasil diagnosa dokter dikelola oleh unit rekam medis,

dimana unit rekam medis bertanggungjawab dalam

mengelola, penomoran dan pengkodingan.

4.3.1 Penggunaan pengetahuan

Penerapan

pengetahuan

pada

dasarnya

berorientasi kepada penggunaan secara nyata dari

pengetahuan

tersebut.

Dalam

penggunaan

pengetahuan diharapkan akan terjadi penciptaan

pengetahuan yang baru dan penyebaran pengetahuan

memberikan akses pada pihak lain. Berikut ini kutipan

dari

ungkapan-ungkapan

Informan

tentang

penggunaan pengetahuan:

Informan 1 mengungkapkan manfaat pengetahuan

bisa digunakan sebagai proses pembelajaran, berikut

pernyataannya:

“Pendapat saya... pengetahuan di RS dipakai sebagai proses pembelajaran... kalau yang didokumentasikan itu pengetahuan yang bersifat explicit... karena explicit knowledge lebih mudah di dokumentasikan... Berdasarkan pengalaman kerja saya... cara memelihara pengetahuan agar terupdate.... ya dari waktu ke waktu dilakukan evaluasi dan aman ketika dokumen-dokumen yang bersifat rahasia hanya ditangani oleh pihak tertentu, misalnya dibagian kami yang menagani medical record, medical record ini ada riwayat penyakit pasien, otomatis ini bersifat rahasia dalam

(19)

19

artian tidak boleh di ketahui oleh pihak luar selain dari pasien, keluarga pasien dan dokter yang menangani penyakit pasien tersebut... iya disini kami selalu melakukan evaluasi bulanan dan tahunan”

Merespon statement dari informan 1, hal yang

sama diutarakan Informan 2 bahwa penggunaan

pengetahuan sebagai proses pembelajaran dan sebagai

peningkatan kinerja, seperti ini disampaikan:

“Sebagai pembelajaran dan pendokumentasian... bagi saya secara pribadi.... ilmu itu akan sangat berguna jika kita mengsharenya, apalagi kalau sampai terjadinya peningkatan kinerja dari Puri Asih... Menurut saya... agar pengetahuan tetap aman.... biasanya selain ada pihak-pihak tertentu yang mengelola pengetahuan tersebut, sekarang ini kami sudah menggunakan sistem komputerisasi untuk menyimpan data dengan menggunakan komputer kami merasa bahwa pengetahuan atau informasi tetap aman... kebetulan juga kami melakukan evaluasi, yaitu evaluasi tribulan sebagai evaluasi kewajiban, evaluasi pendokumentasian dan sebagai laporan kegiatan... dan evaluasi tahunan sebagai pertanggung jawaban kerja selama 1 tahun... semua ini untuk menunjang nilai akreditasi”

Sejalan dengan informan 1, 2 maka Informan 3

menuturkan lebih luas lagi bahwa selain untuk

pembelajaran, pendokumentasian bisa juga dipakai

untuk mendapatkan nilai akreditasi:

“Ada pendokumentasian... diperlukan untuk mendapatkan nilai akreditasi... karena dengan pendokumentasian semua file bisa tertata rapi, kemudian pendokumentasian bisa dapat mengevaluasi pembelajaran... Pendapat saya.... RS Puri Asih saat ini dalam mengelola informasi atau pengetahuannya diawali dengan sistem manual, dalam sistem manual tersebut data atau

(20)

20

informasi yang dianggap penting kami dokumentaikan dan kebetulan disini ada ruang untuk menyimpan berkas-berkas tersebut... tetapi ketika data atau informasi sudah lengkap maka digunakan sistem komputerisasi, dengan penggunaan sistem komputerisasi maka informasi atau pengetahuan tersebut aman.... iya kami juga melakukan evaluasi untuk perbaikan kinerja. Evaluasi ini dilakukan dalam beberapa bulan sekali dan ada juga evaluasi tahunan”

Selanjutnya dikemukakan Informan 4 bahwa

dalam pelayanan mereka pengetahuan dipakai sebagai

proses pembelajaran dan terbuka terhadap masukan

dokter lain, demikian ia menegaskan:

“Iya bisa dipakai sebagai pembelajaran oleh dokter lain... kalau ada pasien yang masuk biasanya kita assesment dulu.... ketika sudah masuk ruangan biasanya ditangani oleh dokter spesialis... kemudian dari dokter spesialis dilakukan pemeriksaan penunjang.... untuk diagnosis awal biasanya dilakukan oleh dokter jaga.... diagnosis awal sebagai langkah awal untuk dilakukan pemeriksaan lain dan untuk mendukung pemeriksaan akhir.... Biasanya dari pendokumentasian dalam bentuk medical record... dan dari situ bisa dijadikan salah satu bahan untuk pembelajaran buat tenaga medis... misalnya kalau penyakit A bisa dipakai terapi apa... tetapi kalau terjadi kesalahan medis bisa diperbaiki... Jadi pendokumentasian dipakai sebagai proses pembelajaran bukan hanya sekedar didokumentasikan”

Informan 5 lebih spesifik lagi mengatakan bahwa

dibidang apapun tidak menutup kemungkinan akan

terjadinya human error karena itu penggunaan

pengetahuan sebagai proses pembelajaran:

“Bisa... kita membuat medical record... dibuat sedemikian rupa dan diharuskan untuk mengisi....

(21)

21

ketika medical record sudah diisi oleh dokter jaga (dokter umum) maka diserahkan ke dokter spesialis... ketika ditangani oleh dokter jaga, maka dokter tersebut yang lebih dulu merincikan atau melakukan diagnosa... tetapi ketika dokter spesialis sudah mempelajarinya secara detail maka dari situ muncul diagnosa akhir terkait dengan penyakit pasien... Jadi.... menurut saya....sangat penting pengetahuan dipakai sebagai proses pembelajaran, alat untuk memperbaiki pelayanan dan meminimalisasikan kesalahan medis karena dibidang manapun yang berkaitan dengan pelayanan pasti ada yang namanya human error... jadi kalau dilihat dari fungsi knowledge management adalah kita menggunakan pengetahuan sebagai bahan evaluasi dan sebagai bahan penunjang kinerja”

Dari sisi penggunaan pengetahuan informan 6

menyatakan bisa digunakan untuk meminimalisir

kesalahan, seperti ini pernyataannya:

“Menurut saya secara pribadi... diagnosa itu tergantung dari kita sendiri.... kalau menurut saya... pengobatan itu seni... kita yang sesama dokter memiliki diagnosa yang berbeda tetapi terkadang hasil diagnosa bisa sama... dengan melihat kondisi fisik, mendengar keluhan pasien... maka kita sudah tahu hasil diagnosanya... jadi hasil diagnosa dari dokter lain bisa di pelajari dan bukan saja dipelajari terkadang kita sering bertanya kepada dokter spesialis atau dokter senior... Menurut pribadi saya... dengan pengetahuan kita bisa meminimalisir kesalahan dalam mendiagnosa atau dalam pengobatan... memang dibutuhkan pengetahuan yang cukup luas disamping pengalaman kerja... dan untuk meningkatkan kinerja kita membutuhkan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan... karena di dunia kedokteran semakin lama, semakin maju dan perkembangan semakin pesat.... jadi harus selalu belajar dan belajar”

(22)

22

Statement dari informan 7 adalah bahwa dengan

pengetahuan yang cukup otomatis bisa memberikan

terapi yang baik:

“Hasil diagnosa biasanya kita peroleh dari pemeriksaan fisik, anamesa dan pemeriksaan penunjang... jadi kita menentukan hasil diagnosa berdasarkan ketiga hal tersebut. Misalnya untuk pasien ISPA (infeksi saluran pernapasan atas) otomatis anamesanya ada batuk, pilek, pusing... terus nanti ada pemeriksaan penunjang misalnya cek di Lab ada likositnya (sel darah putih) tinggi... terus ada pemeriksaan fisik misalnya ada bunyi paru-paru yang ronkiwising.... dari situ kita bisa pelajari bersama-sama, bahwa ternyata ISPA ada yang munculnya ronki, ada yang gak muncul wising... Iya pasti bisa... karena dengan pengetahuan yang cukup otomatis pasien dapat terapi secara maksimal”

Sebagai

proses

pembelajaran

dan

untuk

menjawab segala keluhan pasien, demikian hal yang

diutarakan informan 8:

“Biasanya kalau hasil diagnosa dari dokter umum dipelajari kembali oleh dokter spesialis... tetapi kami dokter spesialis juga membuka ruang untuk share terkait dengan hasil diagnosa yang ditangani oleh dokter umum... karena biasanya penanganan awal pasien itu oleh dokter umum, ketika hasil diagnosanya sudah keluar maka dirujukkan kepada dokter spesialis terkait dengan penyakit diderita pasien dan berdasarkan hasil diagnosa awal... disisi yang lain hasil diagnosa kamipun bisa sama... Iya benar sekali pengetahuan dapat kita pakai untuk memperbaiki kesalahan atau paling tidak meminimalisasikan kesalahan medis atau menjawab persoalan atau keluhan-keluahan pasien, contohnya ketika ada pasien yang datang dengan keluhan bahwa kulitnya merah, perih, wajah membengkak dari mendengar keluhannya saja kita sudah mengetahui jenis penyakit apa yang di derita pasien... maka dari mendegar keluhan saja kita sudah bisa memberikan obat atau cream atau terapi

(23)

23

apa atas keluhan tersebut karena dari pengalaman-pengalaman dalam menagani kasus pasien sebelumnya dan tentunya karena proses pembelajaran”

Kesimpulan

data

tentang

penggunaan

pengetahuan, sebagai berikut:

Berdasarkan hasil wawancara, kata-kata kunci

yang sering disebutkan informan memiliki relevansi

dengan penggunaan pengetahuan, dari sini dapat

disimpulkan bahwa Puri Asih menyadari bahwa

keberadaannya bukan hanya sebatas melayani pasien,

tetapi sebagai sebuah organisasi yang mau

terus-menerus

belajar

bagaimana

menciptakan

nilai

akreditasi

yang

baik,

memperbaiki

dan

meminimalisasikan kesalahan medis. Hal tersebut

terbukti bahwa pengetahuan yang dimiliki bukan

hanya sekedar didokumentasikan tetapi dipakai

sebagai proses pembelajaran dalam rangka untuk

menjawab semua keluhan pasien dan terbuka terhadap

diagnosa dokter lain, dan agar informasi atau

pengetahuan di RS Puri Asih tetap aman dan terupdate

dari waktu ke waktu dievaluasi, selain itu ada

badan-badan tertentu yang mengelola berkas-berkas tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka

saya menarik kesimpulan: bahwa dalam bidang apapun

tidak menutup kemungkinan akan terjadinya Human

Error tak terkecuali RS, maka kepemilikan pengetahuan

dipakai sebagai proses pembelajaran dan pengambilan

(24)

24

keputusan

dalam

mendiagnosa

penyakit

dan

pemberian terapi kepada pasien, selain kegunaan

pengetahuan

dalam

rangka

meminimalisasikan

kesalahan medis dan peningkatan kwalitas pelayanan

dan perawatan terhadap pasien disisi yang lain

kegunaan pengetahuan tersebut dijadikan sebagai

kredit point dalam mendapatkan penilaian akreditasi

yang baik.

4.3.2 Lingkungan Belajar

Agar tidak terjadi knowledge loss terhadap

pengetahuan yang dimiliki maka pengetahuan tersebut

harus

diinstitusionalkan

dan

dalam

rangka

pemanfaatan pengetahuan maka RS terbuka sebagai

lingkungan belajar. RS akan disebut supportif jika

fleksibel dan terbuka terhadap perubahan, mampu

mengkombinasikan skill serta merespon

perubahan-perubahan lingkungan. Dari proses pembelajaran

tersebut diharapkan mucul ide-ide, inovasi dan

pengetahuan yang baru. Adapun pendapat dari

informan tentang lingkungan belajar, sebagai berikut:

Informan

1

mengatakan

bahwa

yang

dimaksudkan sebagai lingkungan belajar adalah RS

terbuka

sebagai

tempat

penelitian,

berikut

pendapatnya:

(25)

25

“Pengetahuan di RS... bisa diakses... tetapi hanya sebatas orang dalam (tenaga medis) bukan untuk publik secara luas, tetapi kalau bisa diakses oleh publik harus ada mekanisme... tetapi kalau dijadikan sebagai bahan penelitian harus ada prosedurnya... seumpama ada penelitian antara penyakit A ada hubungannya dengan perilaku C, dan ketika ada hasilnya otomatis ada masukan berdasarkan hasil penelitian tersebut.... dan terbuka bagi tenaga medis lain untuk memberikan feed back”

Sebagai lingkungan belajar dalam artian bahwa

semua pengetahuan yang tadinya di dokumentasi

dipakai oleh calon dokter ataupun dalam kegiatan

diklat-diklat, demikian yang diutarakan informan 2:

“Bisa... pengetahuan di Puri Asih disimpan untuk nantinya ketika ada kegiatan diklat oleh calon perawat, calon-calon dokter bisa dipakai sebagai bahan pembelajaran... akan adanya feed back pada saat terjadinya riset atau penelitian”

Informan 3 menyimpulkan lingkungan belajar

sebagai jembatan:

“Bagi saya... RS itu adalah sebuah lembaga kesehatan yang harus siap terhadap setiap perubahan, terutama dalam perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan... karena RS diibaratkan sebagai jembatan yang senantiasa terbuka terhadap proses pembelajaran dan sebagai tempat penelitian”

Sharing pendapat dan evaluasi merupakan

bentuk lingkungan belajar, selanjutnya yang dikatakan

informan 4:

(26)

26

“Biasanya kami ada evaluasi materi setiap 3 bulan sekali... jadi dari dokter spesialis biasanya ada sharing pendapat, begitu juga dengan dokter umum dan tidak menutup kemungkinan ada sharing pendapat juga dari perawat... jadi ada feed back ketika mengakses pengetahuan ataupun dalam hal mengevaluasi”

Informan

5

menyampaikan

bahwa

yang

dimaksud dengan lingkungan belajar adalah bahwa

setiap pengetahuan bisa diakses, demikian asumsinya:

“Bisa diakses tetapi hanya dilingkup orang-orang RS... karena pengetahuan ini adalah hal private dari RS kami... bisa juga kami memberikan feed back asalkan sudah ada hasil penelitian, bukan berikan feed back tidak berdasarkan hasil penelitian atau secara ilmiah”

Informan 6 menyarankan bahwa jika RS

dijadikan sebagai lingkungan belajar artinya tiap saat

harus berubah, berikut penjelasannya:

“RS harus bisa mengubah dirinya menjadi lebih

baik, dalam hal pelayanan kepada pasien, keluarga pasien, penataan administrasi dan dalam hal mengelola pengetahuan yang dimiliki... dengan perubahan tersebut RS sudah bisa memenuhi kebutuhan dari customer (pasien dan keluarga pasien) karena belajar dari pengalaman dan terbuka terhadap kritikan maupun saran”

Informan 7 mengatakan bahwa lingkungan

belajar

identik

dengan

pluralisme,

berikut

penjelasannya:

“Bagi saya sebuah RS bukanlah sebuah entitas yang homogen... dalam artian didalamnya terdiri

(27)

27

dari orang-orang yang memiliki latar belakang sosial, budaya, ekonomi yang berbeda... karena pluralisme tersebut maka bisa dijadikan sebagai lingkungan belajar, terbuka terhadap kritikan, sharing pengetahuan maupun sharing pengalaman... terbuka terhadap feed back dan feed back diberikan setiap waktu berdasarkan perkembangan dan hasil penelitian”

Informan 8

berasumsi bahwa lingkungan belajar

identik dengan mengelola pengetahuan yang dimiliki:

“Bagi saya... lingkungan belajar itu ketika mampu mengelola segala bentuk pengetahuan yang dimiliki... dan diharapkan pengetahuan tersebut dapat dipakai kembali sebagai proses pembelajaran, dan penggunaan kembali pengetahuan diharapkan ada proses penciptaan pengetahuan yang baru... dalam mengelola pengetahuan harus diperhatikan juga apakah ada sarana atau teknologi yang dipakai”

Kesimpulan data tentang lingkungan belajar

sebagai berikut:

Berdasarkan hasil wawancara, kata-kata kunci

yang sering disebutkan oleh informan memiliki

relevansi dengan karakteristik lingkungan belajar. Dari

sini dapat disimpulkan bahwa Puri Asih menyadari

bagian dari organisasi pembelajar maka pengetahuan

yang dimiliki akan lebih berguna diaplikasikan kepada

orang lain apalagi dipakai sebagai proses perbaikan

kinerja,

pelayanan

dan

mendiagnosa

penyakit.

Lingkungan belajar diibaratkan sebagai jembatan

dalam artian bahwa pihak RS menjadikan

(28)

kesalahan-28

kesalahan di masa lalu sebagai proses pembelajaran

untuk meminimalisir kesalahan di masa depan atau

memperbaiki kinerja. Dari sini saya menarik

kesimpulan

bahwa;

lingkungan

belajar

adalah

kemampuan mengelola pengetahuan yang dimiliki dan

saling share terkait dengan pengalaman dalam

menangani pasien. Dan biasanya share pengetahuan

atau pengalaman terjadi ketika dokter jaga atau dokter

junior mengalami kendala dalam menagani pasien atau

memberikan diagnosa, dari hasil sharing tersebut maka

muncul penemuan terbaru terkait dengan penyakit

pasien maupun hasil akhir diagnosa.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Strata 1 Teknik Informatika Universitas Muhammadiyah Malang..

Dengan adanya stock opname maka akan diperoleh laporan rill koleksi perpustakaan yang akan dijadikan bahan pertimbangan pengembangan koleksi selanjutnya sehingga

Tujuan dari pembuatan alat ini adalah Untuk Merancang suatu alat dengan menggunakan sensor infrared, yang dapat digunakan untuk mendeteksi jumlah barang yang masuk

Untuk menguji sistem kontrol backstepping control konvensional, metode ini akan diuji dengan skenario kesalahan pada motor yang ditentukan pada Tabel 4.5, berdasarkan

Kecamatan Sangir Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan dan Golongan serta Jenis Kelamin Tahun 2019. Tingkat Pendidikan

Untuk melakukan proses penilaian dilakukan dengan menentukan kriteria yang akan digunakan, dan melakukan penilaian terhadap kriteria-kriteria tersebut dengan

Dengan alasan karena di semester dua rata-rata anak sudah mampu mengenal konsep huruf, maka guru hanya memberikan tugas, dan demonstrasi dilakukan untuk pengulangan