• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI PETERNAK TERHADAP PENGUATAN SUBSISTEM AGRIBISNIS SAPI POTONG DAN MATERI PENYULUHAN BERDASARKAN PENDEKATAN SWOT ANALYSIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI PETERNAK TERHADAP PENGUATAN SUBSISTEM AGRIBISNIS SAPI POTONG DAN MATERI PENYULUHAN BERDASARKAN PENDEKATAN SWOT ANALYSIS"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Galung Tropika, 8 (2) Agustus 2019, hlmn. 112 - 127 ISSN Online 2407-6279 DOI: http://dx.doi.org/10.31850/jgt.v8i2.430 ISSN Cetak 2302-4178

PERSEPSI PETERNAK TERHADAP PENGUATAN SUBSISTEM

AGRIBISNIS SAPI POTONG DAN MATERI PENYULUHAN

BERDASARKAN PENDEKATAN SWOT ANALYSIS

Farmers’ Perception of Strengthening The Agribusiness Subsystem in Beef

Cattle and Extension Materials Based Approach to Swot Analysis

Lina Anggraini*

Email: linaanggraini.stppmalang@gmail.com

Prodi Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan, Politeknik Pembangunan Pertanian Malang, Jl. Dr. Cipto 144A Lawang, Malang, Jawa Timur Indonesia

Sunarto

Email: nart_200615@yahoo.com

Prodi Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan, Politeknik Pembangunan Pertanian Malang, Jl. Dr. Cipto 144A Lawang, Malang, Jawa Timur Indonesia

Wahyu Windari

Email: wahyu_windari@yahoo.com

Prodi Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan, Politeknik Pembangunan Pertanian Malang, Jl. Dr. Cipto 144A Lawang, Malang, Jawa Timur Indonesia

ABSTRAK

Pengelolaan sapi potong saat ini diarahkan untuk berbasis agribisnis. Agribisnis memiliki 4 subsistem yang harus dikelola peternak dengan baik yaitu subsistem hulu, pertanian primer (budidaya), hilir, dan supporting system. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui subsistem agribisnis yang dianggap lemah pada Gapoktan Argosadono yang sudah berbasis agribisnis peternakan. Selanjutnya untuk menggali kemampuan peternak dalam menguatkan subsistem agribisnis melalui penyuluhan. Penelitian dilaksanakan di Desa Ngampel Kecamatan Papar Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan objek peternak Gapoktan Argosadono dengan melibatkan pengurusnya sebagai informan pada penelitian ini. Teknik penentuan sampel menggunakan purposive sampling dengan kriteria kelompok ternak yang bergabung pada Gapoktan adalah kelompok aktif dan direkomendasikan oleh ketua Gapoktan, memiliki kepengurusan inti lengkap, dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, wawancara semistruktur, pengisian kuesioner tertutup, Forum Group Discussion (FGD), dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis SWOT, perancangan penyuluhan, dan dilanjutkan evaluasi persepsi peternak terhadap materi yang telah disampaikan dalam penyuluhan. Hasil penelitian berdasarkan diagram analisis SWOT, diperoleh strategi yang cocok pada kuadran I (satu) yaitu SO (Strengths–Opportunities). Strategi yang harus diterapkan adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy). Jumlah strategi SO (Strengths–Opportunities) yang diperoleh yaitu 9 item, sedangkan pokok pembahasan yang paling mendesak saat ini adalah tentang penyediaan timbangan sapi. Berdasarkan 9 item dari

(2)

strategi SO, maka ditentukan materi untuk mendukung berjalannya strategi SO tersebut. Berdasarkan matrik pengambilan keputusan, maka diperoleh materi penyuluhan yaitu perhitungan bobot badan dengan rumus Lambourne dan meteran. Setelah pelaksanaan penyuluhan, maka dilakukan evaluasi persepsi. Hasil yang diperoleh peternak menerima dengan sangat baik inovasi tersebut, sebanyak 47 responden dari 56 responden berada pada kriteria V yang predikat persepsinya sangat baik.

Kata kunci: sapi potong; subsistem agribisnis; strategi swot; penyuluhan; evaluasi

persepsi.

ABSTRACT

Beef management is currently directed to be based on agribusiness. Agribusiness has 4 subsystems that must be managed by farmers, namely the upstream subsystem, primary agriculture (cultivation), downstream, and supporting system. The aims of this study was to determine the agribusiness subsystems that were considered weak in Argosadono Gapoktan which was already based on animal husbandry agribusiness. Furthermore, to explore the ability of farmers to strengthen the agribusiness subsystem through counseling. The study was conducted in Ngampel Village, Papar District, Kediri Regency, East Java, Indonesia. The research approach used quantitative descriptive with Gapoktan Argosadono breeders object by involving their management as informants in this study. Sampling technique using purposive sampling with criteria for groups of livestock who joined the Gapoktan was an active group and recommended by the chairman of Gapoktan, has a complete core management, and has good communication skills. Data collection techniques used were observation, semistructured interviews, filling out closed questionnaires, Forum Group Discussion, and documentation. Data analysis techniques used SWOT analysis, counseling design, and continued evaluation of farmers' perceptions of the material that has been delivered in counseling. The results of the study based on the SWOT analysis diagram, obtained a suitable strategy in quadrant I (one), namely SO (Strengths-Opportunities). The strategy that must be implemented was to support an aggressive growth policy (Growth oriented strategy). The number of SO (Strengths-Opportunities) strategies obtained was 9 items, while the most pressing topic at the moment was the provision of cattle scales. Based on the 9 items of the SO strategy, the material was determined to support the running of the SO strategy. Based on the decision making matrix, the counseling material was obtained, namely the calculation of body weight using the Lambourne formula and the meter. After the implementation of counseling, perception evaluation carried out. The results obtained by farmers received very good innovation, as many as 47 respondents from 56 respondents were in the criterion V whose predicate perception was very good.

Keywords: management of beef cattle; agribusiness subsystem; SWOT strategy; counseling; perception evaluation.

PENDAHULUAN

Sapi potong merupakan salah satu ternak yang paling diminati untuk dikelola sebagai usaha. Sapi potong adalah sapi yang dipelihara dengan tujuan untuk memproduksi daging, sehingga sering kali

sapi potong disebut sapi pedaging (Santosa & Andoko, 2012; Hastang & Asnawi, 2014). Daging sapi merupakan salah satu konsumsi utama kedua setelah daging ayam dimana dapat dilihat dari hasil konsumsi daging ayam 64%, daging

(3)

Persepsi Peternak Terhadap Penguatan Subsistem Agribisnis Sapi Potong 114 dan Materi Penyuluhan Berdasarkan Pendekatan SWOT Analysis

sapi 19%, daging babi 8% dan lainnya 9% (Hastang & Asnawi, 2014).

Pengelolaan ternak sapi potong merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk memperoleh produksi daging sapi yang pengelolaannya harus mengacu pada agribisnis. Penerapan konsep agribisnis dapat mengatasi tantangan maupun hambatan demi perkembangan peternakan (Rohani & Susanti, 2011; Wulandari dkk., 2018). Agribisnis memiliki konsep yaitu semua kegiatan yang berjalan di bidang pertanian mulai dari penyediaan bahan, produksi, pengolahan, pemasaran, hingga mengolah produk secara berkelanjutan (Rumengan, 2015). Peternak yang memilih prinsip agribisnis untuk peternakannya, akan lebih banyak memperoleh keuntungan. Mulai dari persiapan hingga pengolahan dilakukan sendiri oleh pengusaha (peternak) tersebut. Usaha peternakan dapat dilakukan secara individu maupun berkelompok dan membentuk kerjasama.

Gapoktan Argosadono merupakan salah satu Gapoktan yang memiliki kelompok ternak dan aktif menjadi kelompok tani ternak. Gapoktan Argosadono terletak di Desa Ngampel Kecamatan Papar Kabupaten Kediri. Kecamatan Papar merupakan salah satu sentra terbesar pengelolaan sapi potong yang banyak mengelola jenis Peranakan Ongole (PO), Simental, dan Limousin. Tak heran, Gapoktan Argosadono sudah memiliki banyak pengetahuan mengenai pakan, pemeliharaan ternak sapi, dan managemen pengelolaan. Walau begitu banyak ilmu yang sudah diperoleh, namun kelompok ini belum mampu mewujudkan peternakan secara berkelanjutan. Hal ini disebabkan kurangnya motivasi dan rasa

ingin mencoba. Sebagian peternak berpi-kir bahwa beternak adalah pengalaman yang tidak membutuhkan pertimbangan pengelolaan sapi agar menguntungkan/ menjanjikan, sehingga dianggap perlun perumusan dalam merancang strategi pengelolaan agribisnis sapi potong.

Manajemen strategi merupakan seni dan ilmu dalam menyusun, menerap-kan, mengevaluasi keputusan yang akan dilakukan demi mencapai tujuan (Handayani, 2016: 2). Membuat strategi merupakan hal penting untuk mengetahui gambaran kebutuhan sasaran yang ingin dicapai. Melalui berbagai rumusan strategi yang dianalisis sesuai dengan keadaan saat ini, maka akan diperoleh strategi yang paling dibutuhkan agar dapat mencapai tujuan dan menjawab seluruh permasala-han yang ada. Permasalapermasala-han yang terjadi pada subsistem agribisnis akan dipecah-kan melalui beberapa alternatif materi penyuluhan pada peternak Gapok-tan Argosadono. Penyuluhan yang telah disampaikan, harapannya akan mempero-leh persepsi baik dari sasaran. Omempero-leh karena itu, pengetahuan persepsi dari inovasi yang disampaikan berguna untuk mengen-dalikan permasalahan pada subsistem agribisnis pengelolaan sapi potong, hal ini merupakan tujuan dari penelitian ini.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Desa Ngampel Kecamatan Papar Kabupaten Kediri. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk meneliti kondisi objek yang bermacam-macam karakteristiknya. Objek dan informan dalam penelitian ini adalah

(4)

anggota kelompok ternak yang tergabung di dalam Gapoktan Argosadono.

Teknik penentuan sampel meng-gunakan purposive sampling, yaitu sampel ditentukan dengan memper-timbangkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon yang akan dijadikan sampel (Sugiyono, 2015). Adapun pertimbangan yang telah disepakati untuk menjadi sampel, yaitu kelompok yang aktif sesuai rekomendasi ketua Gapoktan, memiliki kelengkapan struktur kepengurusan inti, dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik.

Metode pengumpulan data dilaku-kan secara langsung (data primer) dan tidak langsung (data sekunder). Metode langsung dilakukan dengan observasi langsung di lapangan, wawancara semi-terstruktur dan pelaksanaan Forum Group

Discussion (FGD). Metode tidak langsung

dilakukan dengan pembagian kuesioner, dokumentasi, dan menganalisis data sekunder yang diperoleh dari masing-masing kelompok ternak.

Analisis data dilakukan secara kuantitatif deskriptif dengan mengguna-kan analisis SWOT, penyusunan ranca-ngan penyuluhan, dan evaluasi hasil penyuluhan. Analisis SWOT dilakukan untuk mengetahui strategi kebutuhan subsistem agribisnis pada Gapoktan Argosadono, yang didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat memi-nimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats) (Rangkuti, 2008). Setelah melakukan analisis SWOT maka dilakukan penyusunan rancangan penyu-luhan berdasarkan SKKNI Penyupenyu-luhan Pertanian Tahun 2013 dan perhitungan

tingkat persepsi sasaran penyuluhan dengan skala likert dan lebar interval (Widiyastuti, dkk, 2016).

HASIL DAN PEMBAHASAN Strategi Penguatan Pengelolaan Sapi Potong Berbasis Agribisnis

a) IFAS dan EFAS

Pelaksanaan Analisis Internal

Strategic Factor Analysis Summary

(IFAS) dan Eksternal Strategic Factor

Analysis Summary (EFAS) dilakukan

dengan metode FGD, yang memperoleh

output berupa kesepakatan

pengelompo-kan faktor dan faktor eksternal, serta skoring data analisis SWOT berdasarkan strategi internal dan eksternal. Analisis strategi eksternal dan internal berdasarkan 2 pendekatan. Strategi eksternal meliputi aspek kekuatan (Tabel 1) dan aspek kelemahan (Tabel 2). Strategi internal meliputi aspek peluang (Tabel 3) dan aspek ancaman (Tabel 4).

Analisis SWOT merupakan anali-sis berdasarkan kondisi internal maupun eksternal. Menurut Sudarmaji dan Hasan (2017), bahwa SWOT adalah analisis dimana kondisi eksternald an internal digunakan sebagai dasar dalam meran-cang strategi. Alternatif strategi dapat diperoleh berdasarkan matriks SWOT yang memformulasi strategi antara faktor internal dan eksternal yang digabung (Putri, dkk., 2014). Analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities,

Threats) banyak digunakan untuk memformulasikan strategi pengembangan suatu usaha (Saputra, 2017).

Hasil analisis aspek kekuatan terdapat 2 faktor yang berasal dari internal. Pertama, pengelolaan yang baik

(5)

Persepsi Peternak Terhadap Penguatan Subsistem Agribisnis Sapi Potong 116 dan Materi Penyuluhan Berdasarkan Pendekatan SWOT Analysis

harus berdasarkan sumber pengetahuan yang sesuai dalam menghasilkan bibit sapi yang berkualitas. Kedua, mempertahan-kan pengawalan produk hingga proses transaksi agar tetap tidak terjadi kecurangan.

Menurut Budiarto dkk. (2013), penyediaan bibit berkualitas sangat diperlukan upaya penanganan dan pengelolaan yang baik. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan kualitas bibit sapi sesuai yang diinginkan. Makin baik bibit yang digunakan maka semakin bagus pula genetik sapi yang dihasilkan (Elly, dkk., 2008). Oleh karen aitu, pengawalan sangat

berperan dalam mengembangkan agri-bisnis sapi di Gapoktan Agrosadono.

Hasil analisis aspek kelemahan juga terdapat 2 faktor internal yang mempengaruhi pengembangan agribisnis sapi potong Agrosandono. Pertama, peternak tidak memahami dalam melaku-kan seleksi bibit, pemberia pamelaku-kan, dan penanganan penyakit. Kedua adalah perlu upaya lembaga lain untuk mendorong kelompok dalam pengelolaan ternak sapi potong di Gapoktan Agrosadono. Kurang-nya pengetahuan seperti permasalahan penyakit dan kematian ternak, serta pemberia pakan menyebabkan

(6)

keuntu-ngan yang tidak optimal (Suwiti, dkk., 2016).

Tersedianya sumber daya alam menja di aspek peluang sehingga pengembangan agribisnis sapi potong

berpotensi untuk mendukung penyiapan bibit berkualitas. Untuk mengptimalkan sumber daya yang tersedia dibutuhkan upaya memotivasi peternak demi dengan pelatihan agar wawasan peternak semakin

(7)

Persepsi Peternak Terhadap Penguatan Subsistem Agribisnis Sapi Potong 118 dan Materi Penyuluhan Berdasarkan Pendekatan SWOT Analysis

bertambah. Keberadaan sumber daya alam yang baik berpotensi untuk pengemba-ngan Village Breeding Center (VBC) seperti yang dilakukan di Provinsi Aceh (Saputra, dkk., 2009).

Faktor eksternal yang menjadi ancaman bagi Gapoktan Agrosadono diperoleh berbagai permasalahan yang kemungkinan mempengaruhi pengemba-ngan agibisnis sapi potong. Adanya spekulasi harga dan penawaran oleh pengepul cenderung berdasarkan karakter fisik sapi. Jamal (2016), melaporkan jika spekulasi harga disebabkan karena salah

satu tujuan pedagang membeli adalah memelihara ternak yang dibelinya.

Rendahnya kepercayaan peternak terhadap inseminasi buatan (IB) meru-pakan salah satu aspek ancaman. Adanya keragu-raguan menjadi persepsi utama peternak terhadap kegagalan IB. Perlu upaya dan kerjasama instansi dinas untuk meningkatkan kepercayaan terhadap keberhasilan IB. Kegagalan inseminasi buatan masih sering ditemui (Perdana, dkk., 2018), kemungkinan terbesar adalah kesalahan pengamatan tanda-tanda birahi (Susilawati, 2011).

(8)

b) Matrik SWOT

Analisis pembuatan matrik SWOT dilakukan dengan meletakkan faktor internal dan faktor eksternal yang memi-liki skor (Bobot Item × Rating) 3 tertinggi dan sangat dibutuhkan kelompok ternak dalam pengelolaan sapi potong. Akan diperoleh 3 faktor kekuatan internal, 3 faktor kelemahan internal, 3 faktor peluang eksternal, dan 3 faktor ancaman eksternal (Tabel 5).

c) Analisis Diagram SWOT

Analisis faktor internal dan ekster-

nal, ditemukan nilai pada masing-masing aspek, yaitu faktor kekuatan sebesar 1,36 (Tabel 1), Faktor kelemahan sebesar 0,81 (Tabel 2), Faktor peluang sebesar 2,26 (Tabel 3), dan Faktor ancaman sebesar 0,39 (Tabel 4). Hasil pengolahan data faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan ancaman), diketahui bahwa nilai faktor kekuatan lebih besar dari kelemahan dengan selisih 0,55 dan nilai peluang lebih besar dari nilai ancaman dengan selisih 1,87 (Gambar 1).

(9)

Persepsi Peternak Terhadap Penguatan Subsistem Agribisnis Sapi Potong 120 dan Materi Penyuluhan Berdasarkan Pendekatan SWOT Analysis

(10)

SWOT untuk pengelolaan ternak sapi potong berbasis agribisnis yang cocok di kelompok ternak Gapoktan Argosadono berada pada kuadran I. Strategi yang harus diterapkan adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth

oriented strategy), sehingga strategi yang

cocok adalah strategi SO.

d) Pengambilan Keputusan

Berdasarkan diagram analisis SWOT, strategi paling cocok dalam pengelolaan ternak sapi potong berbasis agribisnis untuk penguatan Gapoktan Argosadono ada di strategi SO (Strengths – Opportunities), sehingga strategi yang diperoleh yaitu:

1) Melakukan penyediaan pembibitan sapi potong sendiri bagi Gapoktan Argosadono (S1, O1)

2) Kerjasama dengan DKPP untuk menjadi pemasok bibit (S1, O2) 3) Gapoktan Argosadono menjadi

pe-nyedia bibit sapi unggul untuk

peternak sekitar Desa Ngampel (S1, O3)

4) Menyediakan lahan dekat kandang untuk penanaman Hijauan Pakan Ternak (S2, O1)

5) Mengajukan konsep perkandangan kelompok untuk permohonan bantuan Kandang ke DKPP (S2, O2)

6) Gapoktan Argosadono menjadi contoh untuk kelompok ternak lain dalam penerapan kandang kelompok (S2, O3)

7) Pemberian hijauan pada pedet dapat dilakukan setelah 6 – 8 bulan (masa sapih) (S3, O1)

8) Mengajukan bantuan berupa timba-ngan (S3, O2)

9) Desa Ngampel mampu menjadi Desa Edukasi pemeliharaan pedet (S3, O3) Penentuan Materi Penyuluhan

Selanjutnya 9 item strategi SO akan dipertimbangkan untuk menjadi materi penyuluhan dengan menentukan perioritas materi penyuluhan yang akan disampaikan pada peternak di Gapoktan

(11)

Persepsi Peternak Terhadap Penguatan Subsistem Agribisnis Sapi Potong 122 dan Materi Penyuluhan Berdasarkan Pendekatan SWOT Analysis

Argosadono. Alternatif materi yang dapat disampaikan disajikan pada Tabel 6.

Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan menentukan perioritas materi dalam menjawab permasalahan yaitu bermanfaat (profitable), pelengkap (complementer), kesesuaian

(compati-bility), kemudahan (simplicity),

keter-sediaan (availability), penerapan langsung (immediate aplicability), biaya (in

expe-nsiveness), resiko rendah (low risk),

dampak (spectacular impact), diperluas (expandible), utama (vital), pentingnya (importance), berguna (helpful). Matrik pengambilan keputusan dalam penetapan materi penyuluhan dapat dilihat pada Tabel 7.

Matrik pengambilan keputusan penetapan materi yang diperoleh yaitu cara perhitungan bobot badan dengan rumus dan pita ukur (Tabel 7). Hal tersebut sesuai dengan hasil jumlah dan peringkat dalam prioritas. Peringkat I dengan jumlah 13, yang artinya semua faktor pertimbangan materi dapat dipe-nuhi oleh materi “cara perhitungan bobot badan dengan rumus dan pita ukur”. Penentuan Media dan Metode Penyuluhan

Penetapan media penyuluhan dengan pertimbangan prioritas berdasar-kan 6 kriteria, yaitu karakteristik sasaran, tujuan penyuluhan, jenis materi, bentuk

(12)

materi, jumlah sasaran dan teknik komu-nikasi. Hasil analisis diperoleh jika media yang dapat digunakan adalah mengguna-kan media folder atau leaflet. Fol-der/leaflet diperoleh skor 6 dengan priori-tas pada peringkat pertama (Tabel 8).

Untuk penggunaan metode penyuluhan diperoleh jika prioritas ter-tinggi adalah metode anjangsana dengan skor prioritas 6 (Tabel 9). Hal ini menunjukkan jika metode anjangsana

merupakan metode yang terdapat pada peringkat pertama.

Evaluasi Persepsi Peternak Terhadap Penguatan Subsistem Agribisnis dan Materi Pengukuran Bobot Badan Sapi

Hasil penilaian dalam terhadap penguatan subsistem agribisnis pengelo-laan sapi potong di Gapoktan Agrosadono Desa Ngampel diperoleh 9 strategi kekuatan dan peluang. Kecenderungan

(13)

Persepsi Peternak Terhadap Penguatan Subsistem Agribisnis Sapi Potong 124 dan Materi Penyuluhan Berdasarkan Pendekatan SWOT Analysis

hasil keputusan adalah penyediaan bibit sapi potong untuk memenuhi kebutuhan gapoktan maupun peternak sekitar Desa Ngampel. Selain itu penerapan kandang kelompok bagi Gapoktan Agrosando dapat menjadi contoh dalam menerapkan teknologi produktivias sapi potong, selain itu penggunaan kandang kelompok berpotensi sebagai bentuk edukasi bagi kelompok lainya. Evaluasi persepsi ini merupakan hasil kajian langsung sesuai kondisi nyata saat penelitian berlangsung di kelompok ternak Gapoktan Argosa-dono. Hasil yang diperoleh menyatakan persepsi sangata baik, maka selanjutnya dapat dilakukan proses adopsi dalam mengaplikasikan inovasi ini.

Menurut Winarsi dan Basuno (2013), bahwa untuk mendukung usaha sapi potong maka salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah penyediaan bibit sapi melalui kelembagaan usaha pembi-bitan. Oleh karea itu, gapoktan perlu melakukan kerjasama dengan DKPP sebagai pemasok bibit. Penggunaan sistem kandang kelompok telah menjadi anjuran penerapan teknologi produktivitas sapi

potong dengan skala usaha 2-3 ekor/KK (Wirdahayati, 2010).

Penilaian dan pengukuran persepsi peternak disebut evaluasi, hasil yang diperoleh dari pengelolaan kuesioner yaitu sebanyak 47 responden berada pada kriteria V. Artinya persepsi peternak terhadap materi perhitungan bobot badan dengan rumus lambourne dan pita ukur sangat baik. Peternak merasa bahwa adanya perhitungan dengan meteran sangat membantu dalam melakukan pengiraan bobot badan dalam melaksana-kan pemasaran atau jual beli dengan blantik. Sehingga saat melakukan praktik pengukuran Lingkar Dada (LD) dan Panjang Badan (PB) yang dilanjutkan dengan penggunaan rumus lambourne, peternak sangat antusias memperhatikan dan mempraktikkan dengan baik.

Untuk meningkatkan pemahaman dan praktik maka peternak dapat langsung menanyakan pada informan apabila ada hal yang belum jelas. Peternak nantinya mampu mempraktikkan sendiri dengan baik dan benar. Rumus lambourne biasa digunakan untuk pendugaan bobot badan sapi, domba atau kambing (Qurratu’ain

(14)

dkk., 2016), dan pada prakteknya rumus ini dapat digunakan pada bobot badan sapi potong. Hasil persepsi peternak mengenai inovasi pengukuran bobot badan dengan rumus lambourne dan pita ukur dinyata-kan sangat baik. Inovasi pengukuran bobot badan dengan rumus lambourne harapannya mampu menjadi salah satu cara dalam penguatan subsistem agribisnis sapi potong.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Strategi yang diperoleh melalui analisis SWOT yaitu strategi SO (Strengths – Opportunities). Strategi SO ini memiliki 9 pokok bahasan yang harus diperhatikan. Pokok bahasan tersebut adalah melakukan penyediaan pembibitan sapi potong sendiri bagi Gapoktan Argosadono, kerjasama dengan DKPP untuk menjadi pemasok bibit, menjadi penyedia bibit sapi unggul untuk peternak sekitar Desa Ngampel, menyediakan lahan dekat kandang untuk penanaman hijauan pakan ternak, mengajukan konsep perkandangan kelompok untuk permoho-nan bantuan Kandang ke DKPP. Selain itu, Gapoktan Argosadono menjadi contoh untuk kelompok ternak lain dalam penerapan kandang kelompok, pemberian hijauan pada pedet dapat dilakukan setelah 6 – 8 bulan (masa sapih), mengajukan bantuan berupa timbangan, dan Desa Ngampel mampu menjadi Desa Edukasi pemeliharaan pedet.

Peracangan penyuluhan yang dibuat berdasarkan keadaan sasaran, dimana jumlah sasaran sebanyak 56 peternak. Penentuan materi yang diperoleh yaitu Perhitungan Bobot Badan

Sapi dengan Rumus Lambourne, media yang digunakan folder (media cetak lipat tiga), dan metode yang dilakukan dengan anjangsana untuk melakukan praktik langsung dengan peternak.

Penilaian dan pengukuran yang dilakukan peneliti atau sering disebut evaluasi yang dipilih yaitu persepsi peternak mengenai perhitungan bobot badan sapi dengan meteran yang diaplikasikan pada rumus lambourne (inovasi). Peternak memberikan respon yang baik terlihat pada hasil pengelolaan data dari kuesioner evaluasi.

Saran

Penentuan strategi dalam penguatan Gapoktan Argosadono harus berdasarkan keadaan pengelolaan saat ini, sehingga adapun subsistem pada agribisnis yang masih lemah dapat diperkuat atau diperbaiki agar mampu mewujudkan agribisnis yang optimal demi meningkatkan penghasilan usaha kelompok.

Perencanaan penyuluhan sebaik-nya dibuat berdasarkan kesepakatan bersama antara pihak penyuluh, pengurus kelompok dan anggota kelompok, namun tetap memperhatikan SKKNI Penyuluhan Pertanian Tahun 2013. Hal yang perlu diperhatikan adalah penyesuaian materi, media dan metode yang digunakan harus sesuai keadaan dan kebutuhan peternak, agar informasi penyuluhan dapat diterima sasaran dengan baik.

Persepsi peternak yang menerima inovasi pengukuran bobot badan dengan meteran dan rumus lambourne dapat diterima baik oleh peternak, harapannya untuk penelitian lanjutan dapat menghasil-kan rancangan dalam pembuatan aplikasi

(15)

Persepsi Peternak Terhadap Penguatan Subsistem Agribisnis Sapi Potong 126 dan Materi Penyuluhan Berdasarkan Pendekatan SWOT Analysis

android guna memudahkan peternak dalam mengolah data tanpa melakukan perhitungan matematika dengan rumus. Adapun penelitian lanjutan menguatkan subsistem agribisnis lainnya yang dianggap masih rendah dan lemah, agar kedepannya pengelolaan sapi potong berbasis agribisnis dapat berjalan sesuai kaidah agribisnis yang baik dan pastinya meningkatkan kekuatan Gapoktan Argosadono.

UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah mendukung dalam penyusunan penelitian ini, mulai dari proses perijinan dari Kesatuan Bangsa dan Politik (KES-BANGPOL) Kabupaten Kediri, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan, Kecamatan Papar, BPP Papar hingga kepada Gapoktan Argosadono Desa Ngampel. Harapannya penelitian ini dapat bermanfaat untuk seluruh masyarakat terutama yang berada di dunia peternakan.

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, A., Hakim, L., Suyadi, S., Nurgiartiningsih, V. A., & Ciptadi, G. (2013). Natural Incresae Sapi Bali di Wilayah Instalasi Populasi Dasar Propinsi

Bali. TERNAK TROPIKA

Journal of Tropical Animal Production, 14(2), 46-52.

Elly, F. H., Sinaga, B. M., Kuntjoro, S. U.,

& Kusnadi, N. (2008).

Pengembangan usaha ternak sapi rakyat melalui integrasi sapi tanaman di sulawesi utara. Jurnal Litbang Pertanian, 27(2), 63-68.

Handayani, S. (2016). Manajemen Strategis. Universitas Islam

Batik, Surakarta.

Hastang & Asnawi, A. (2014). Analisis

Keuntungan Peternak Sapi

Potong Berbasis Peternakan

Rakyat di Kabupaten

Bone. Jurnal Ilmu dan Industri Peternakan, 1(3), 240-252. Jamal, E. (2016, September). Analisis

pemasaran sapi potong di

Propinsi Bali. In Forum

penelitian Agro Ekonomi (Vol. 12, No. 1, pp. 30-37).

Perdana, H. S., Ruliah, R., & Fathimah, S. (2018). Penentuan Keberhasilan Inseminasi Buatan Pada Sapi

Menggunakan K-Nearest

Neighbor. Jutisi: Jurnal Ilmiah Teknik Informatika dan Sistem Informasi, 7(1), 11-20.

Putri, N. E., Astuti, R., & Putri, S. A. (2014). Perencanaan Strategi

Pengembangan Restoran

Menggunakan Analisis Swot Dan Metode QSPM (Quantitative

Strategic Planning Matriks)

(Studi Kasus Restoran Big

Burger Malang). Industria:

Jurnal Teknologi dan

Manajemen Agroindustri, 3(2), 93-106.

Qurratu’ain, N., Rahmat, D., & Dudi. (2016). Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba

menggunakan Rumus

Lambourne terhadap Bobot

Badan Aktual. Students

e-Journal, 5(2).

Rangkuti, F. (2008). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Halaman: 200. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Rohani S, & Susanti I. (2011). Profil Peternak Ayam Petelur Berdasarkan Skala Usaha di Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan.

Rumengan, M. M. (2015). Kajian Kinerja Agribisnis Strawberry Organik Study Kasus Kelompok Tani

(16)

Kina Kelurahan Rurukan dan Kelompok Tani Agape Kelurahan Rurukan Satu. Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Santosa, K., & Andoko, A. (2012). Bisnis penggemukan sapi. AgroMedia.

Saputra, E. (2017). Strategi

Pengembangan Usaha

Penggilingan Daging di

Kabupaten Seruyan Propinsi

Kalimantan Tengah. Jurnal

Galung Tropika, 6(2), 103-113. Saputra, H., Daryanto, A., & Hendrawan,

D. S. (2009). Strategi

pengembangan ternak sapi

potong berwawasan agribisnis di

Provinsi Aceh. Jurnal

Manajemen & Agribisnis, 6(2), 152-162.

Sudarmaji, I., & Hasan, W. (2017).

Strategi Pengembangan

Keterkaitan Kebun Inti Plasma Dengan Kapasitas Pabrik Kelapa Sawit Pada Perkebunan PT. Kurnia Luwuk Sejati Banggai Sulawesi Tengah. Jurnal Galung Tropika, 6(1), 33-41.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cetakan ke-22. Alfabeta, Bandung.

Susilawati, T. (2011). Tingkat

keberhasilan inseminasi buatan dengan kualitas dan deposisi semen yang berbeda pada sapi

Peranakan Ongole. TERNAK

TROPIKA Journal of Tropical Animal Production, 12(2), 15-24.

Suwiti, N. K., Besung, I. N. K., Sriyani, N. I. P., Sampurna, P., & Agustina, K. K. (2016). Aplikasi teknologi pada peternakan sapi bali dengan sistem pemeliharaan berbasis terintegrasi lingkungan. Buletin Udayana Mengabdi, 15(2), 216-222.

Widiyastuti, W., Widiyanti, E., & Sutarto. (2016). Persepsi Petani Terhadap Pengembangan System of Rice

Intensification (SRI) di

Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang. Jurnal Agrista, 4(3). Winarso, B., & Basuno, E. (2013,

November). Pengembangan pola

integrasi tanaman-ternak

merupakan bagian upaya

mendukung usaha pembibitan

sapi potong dalam negeri.

In Forum Penelitian Agro

Ekonomi (Vol. 31, No. 2, pp. 151-169).

Wirdahayati, R. B. (2010). Penerapan

Teknologi dalam upaya

meningkatkan produktivitas sapi

potong di Nusa Tenggara

Timur. Wartazoa, 20(1), 12-20.

Wulandari, A., Suherman, S., &

Nurhapsa, N. (2018). Persepsi

Masyarakat Terhadap Dampak Sosial Ekonomi Keberadaan Peternakan Ayam Ras Petelur di Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang. MAHATANI: Jurnal Agribisnis (Agribusiness and

Agricultural Economics

Referensi

Dokumen terkait

Lumping di Kampung Kebon Waru Desa Gunung Batu Kecamatan Ciracap. Kabupaten Sukabumi, diharapkan memberikan manfaat bagi semua

Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis statistk dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan kepercayaan diri dan kemandirian belajar dengan

Data yang dikumpulkan merupakan data primer, yaitu data berasal dari penelitian perubahan makroskopis dan mikroskopis hepar tikus wistar dari kelompok kontrol dan

To determine which indicators are more dominant in influencing the interest of students, researchers distributing questionnaires to 60 students of Office Education program

Faktor penghambat Kepolisian Resor Lampung Timur dalam menanggulangi kejahatan pemerasan oleh kelompok preman di jalan lintas timur adalah kurangnya kontak

Ruang terbuka hijau aktif memiliki peran yang sangat penting dalam lingkungan perkotaan dan merupakan bagian penting dari struktur pembentuk kota, dimana memiliki

Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa nilai hasil belajar fisika peserta didik kelas XI MIA 3 SMA Negeri 22 Makassar setelah diajar menggunakan Model pembelajaran

Aplikasi validasi kata ini dapat memeriksa setiap kata dan dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah pengetikannya, dari setiap kata yang terdapat pada file dokumen