• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan berpendapat diatur dalam Undang Undang Nomor 9 Tahun 1998

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan berpendapat diatur dalam Undang Undang Nomor 9 Tahun 1998"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi yang mana rakyat merupakan pemegang kedaulatan tertinggi dalam sistem pemerintahan. Dalam sistem demokrasi rakyat bebas menggunakan hak untuk mengemukakan pendapat. Kebebasan berpendapat diatur dalam Undang–Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. Dirumuskan dalam Pasal 1 Angka (1) Undang–Undang tersebut bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan bertanggungjawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Adanya perundang–undangan kebebasan berpendapat, rakyat semakin mudah menyatakan pendapatnya di muka umum dengan menggunakan media komunikasi yang semakin berkembang saat ini. Media komunikasi yang semakin berkembang tidak terlepas dari pengaruh globalisasi. Contoh perkembangan teknologi komunikasi adalah diciptakannya media sosial.

Menggunakan media sosial rakyat dapat dengan mudahnya mengemukakan pendapatnya namun demikian kebebasan berpendapat tidak dapat bebas begitu saja, hal tersebut tetap diatur dalam Undang–Undang. Karena Indonesia adalah negara hukum, tiap warga negara wajib mematuhi setiap hukum dan peraturan perundang-undangan yang ada. Hal ini berakibat siapapun yang melanggar hukum harus ditindak tegas sesuai dengan hukum yang berlaku. Penegakan setiap hukum pidana

(2)

harus dilakukan sesuai dengan peraturan yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.1 Dalam kebebasan berpendapat terdapat dampak positif dan negatif.

Dampak positif yang dapat dirasakan dari perkembangan teknologi yaitu dengan mudah orang mengakses jejaring sosial untuk bersosialisasi, melakukan pembelajaran, menjalankan kegiatan ekonomi seperti jual beli, dan lain sebagainya, termasuk mengemukakan pendapat. Dengan adanya perkembangan penggunaan internet serta perangkat teknologi komunikasi seperti smartphone yang semakin maju, menjadi salah satu pendorong pertumbuhan situs-situs jejaring baru yang menawarkan pertemanan dan informasi secara online.2

Hal inilah yang membuat komunikasi antar pribadi dapat dilakukan dengan mudah. Dibalik kemudahan berkomunikasi terdapat pula dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh kemajuan ilmu tekonologi di era globalisasi. Dampak negatif yang terjadi seiring berkembangnya teknologi adalah kejahatan dalam dunia maya (cyber crime). Kejahatan dunia maya merupakan aktivitas ilegal yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok dan merugikan pihak lain. Kejahatan dunia maya menggunakan sistem jaringan pada komputer untuk melakukan aktivitas ilegal tersebut.

Pengaplikasian kejahatan dunia maya dapat dalam bentuk pemalsuan data, penyalahgunaan kartu kredit, menyebarkan konten ilegal dan sebagainya. Penyebaran konten ilegal dapat dilakukan karena adanya kebebasan dalam

1 Andi Hamzah, 1993, Hukum Acara Pidana Indonesia, Cetakan ke I Arikha Media

Cipta, Jakarta, hlm., 32.

2 Ningrum, D. J., Suryadi, S., & Wardhana, D. E. C. (2018). Kajian Ujaran Kebencian Di

(3)

menyatakan pendapat namun demikian hal ini juga merugikan pihak yang bersangkutan. Selain penyebaran konten ilegal, permasalahan yang dapat timbul akibat kebebasan mengemukakan pendapat di muka umum ini adalah mudahnya tersebar pendapat atau tulisan-tulisan yang bermuatan kebencian atau penghinaan. Konten–konten seperti ini dapat kita temukan di berbagai jenis media sosial. Dalam media sosial sering dijumpai fitur–fitur untuk memberikan feedback di dalam konten yang dapat menjadi penghubung antara penulis dan pembaca. Fitur ini dapat menjadi pemicu penyebaran ujaran kebencian maupun pencemaran nama baik apabila tidak digunakan dengan baik.

Kejahatan ujaran kebencian termasuk dalam tindakan kejahatan terhadap kehormatan istilah lainnya yaitu kejahatan penghinaan.3 Kejahatan penghinaan ini melanggar hukum dan setiap hukum yang dilanggar harus ditegakkan.4 Ujaran kebencian dapat tersebar melalui media sosial dan menyebabkan timbulnya kebencian serta perpecahan. Selain media sosial, ujaran kebencian juga dapat tersebar melalui media lain seperti media cetak, orasi (dalam kegiatan demonstrasi maupun ceramah keagamaan), spanduk, dan lain - lain.

Saat ini ujaran kebencian banyak terjadi di dunia maya terlebih media sosial karena, masyarakat diberi kebebasan dalam menggunakan media sosial serta bebas mengutarakan pendapat tanpa berpikir apa akibat yang akan timbul setelahnya. Dalam rentang tahun 2015-2017, kasus ujaran kebencian adalah kasus

3 Pamungkas, J. A. Tindak pidana ujaran kebencian di media sosial (analisis Putusan PN

Jakarta Selatan No. 820/Pid. Sus/2017/PN Jkt-Sel) (Bachelor's thesis, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta).

4Sudikno Mertokusumo, 2007, Mengenal Hukum (Sebuah Pengantar), Yogyakarta:

(4)

yang paling sering dilaporkan kepihak Kepolisian Republik Indonesia.5 Pada tahun 2015, jumlah laporan yang masuk berkaitan dengan ujaran kebencian sebanyak 671 laporan.6 Dengan jumlah kasus yang demikian kita dapat mengetahui bahwa tidak sedikit pengguna sosial media kurang bijak dalam berujar di akun mereka.

Etika dalam menggunakan media sosial perlu dipertegas kembali untuk meminimalisir tindak kejahatan cyber crime semakin meningkat. Cyber crime ujaran kebencian dapat dengan mudah tersebar dikarenakan para pengguna sosial media diberi kebebasan dalam menjelajah dan menggunakan sosial media tersebut. Para pengguna ini bebas berkata-kata di media sosial tanpa memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya apalagi rasa benci merupakan sifat alamiah manusia.7

Kasus mengenai pencemaran nama baik pernah terjadi pada tahun 2014, yaitu sebelum berlakunya perubahan atas UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik. Perkara bermula dari Terdakwa, dalam hal ini Florence Saulina Sihombing di Kota Yogyakarta diduga melakukan pencemaran nama baik melalui media sosial (Path). Perbuatan dilakukan ketika Terdakwa akan mengisi bahan bakar sepeda motor di sebuah stasiun pengisian bahan bakar umum di Kota Yogyakarta. Saat itu terdapat antrian untuk mengisi bahan bakar. Namun,

5 Anshari, A., & Fajrin, M. (2019). Prosedur Penetapan Adanya Tindak Pidana Ujaran

Kebencian (Hate Speech) Oleh Penyidik/Penyelidik (Studi Kasus Pada Pelaporan Dugaan Tindak Pidana Ujaran Kebencian Di Polda Kalimantan Barat). Res Judicata, 1(2), 140-169.

6

ibid,.

7 Ningrum, D. J., Suryadi, S., & Wardhana, D. E. C. (2018). KAJIAN UJARAN

(5)

Florence (Terdakwa) tidak mau mengantri. Dia langsung masuk ke barisan depan. Karena hal tersebut ia ditegur oleh petugas SPBU setempat.

Lantaran tidak terima, Florence mengunggah kata-kata makian di akun jejaring sosial Path miliknya. Atas tindakannya tersebut, ia dilaporkan ke pihak berwajib, melakukan pencemaran nama baik. Dalam Putusan Nomor: 26/Pid.Sus/2015/PT.YYK berdasarkan tuntutan jaksa penuntut umum (JPU), Terdakwa dituntut hukuman pidana penjara selama 6 bulan dengan masa percobaan selama 12 bulan dan denda sebesar Rp 10.000.00,00 subsidair 3 bulan kurungan.8 Pengadilan Negeri Yogyakarta menghukum Florence dengan pidana Percobaan. Florence dihukum, apabila selama 6 bulan setelah putusan itu dia melakukan tindak kejahatan yang sama maka Terdakwa dipidana selama dua bulan.9

Kasus yang sama terjadi di Medan pada tahun 2018 yang menimpa Faisal Abdi Lubis als Faisal Abdi (Terdakwa) awal muka dari penghinaan dari sosial media yaitu ketika Faisal Lubis menonton hasil perhitungan cepat (Quick Count) hasil pemilihan Gubernur Sumatra Utara yang disiarkan di televisi. Lalu terdakwa melihat ada akun facebook atas nama tidak ingat, menuliskan kalimat hasil perhitungan cepat Pilgubsu yang tidak sesuai dengan menyebutkan presentasi hasil peroleh suara pasangan Calon Gubsu nomor urut 2 (Djoss) Lebih unggul dari pasangan Calon Gubsu nomor urut 1 (Eramas). Selanjutnya terdakwa merasa kesal dan menggungah kata-kata makian di facebook bertuliskan “Eramas pasti

8 Putusan MA Nomor:26/Pid.Sus/2015/PT.YYK

9

(6)

Menang, Orang Batak jangan sedih ya kalo djoss nyungsep silakan makan kalian tai babi itu ha...ha… Batak Tolol”.

Hal tersebut membuat Faisal Abdi dilaporkan ke pihak berwajib oleh anggota grup Whatsapp PPRL (parsadaan pomparan raja lotung) setelah melihat unggahan dari terdakwa. Dalam Putusan MA Nomor: 2429/Pid.Sus/2018/PN.Mdn berdasarkan tuntutan jaksa penuntut umum (JPU), terdakwa dituntut hukuman pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan 6 (enam) bulan dan denda Rp. 20.000.000,-(dua puluh juta rupiah) Subsider 1 (satu) bulan kurungan.10

Setiap perubahan pada Undang-Undang, pasti ada implikasi yang akan mengikuti seiring diberlakukannya Undang -Undang tersebut. Seperti dalam kasus Florence Saulina Sihombing, delik aduan belum di tegaskan dalam Undang-Undang tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik yang lama sehingga siapapun dapat melaporkan kasus tersebut meskipun pelapor tidak ada kaitannya dengan kasus yang sedang terjadi. Hukum memiliki sifat yang dinamis sehingga suatu Undang-Undang dapat diperbaharui. Tak terkecuali Undang-Undang mengenai Informasi Dan Transaksi Elektronik, setelah 8 tahun diberlakukan akhirnya mengalami perubahan yaitu menjadi Undang-Undang No 19 Tahun 2016.11

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk sebuah penulisan hukum tentang Implikasi perubahan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Terhadap Tindak Ujaran Kebencian (Hate Speech).

B. Rumusan Masalah

10 Putusan MA Nomor: 2429/Pid.Sus/2018/PN.Mdn

11 Harefa, N. R. (2017). Implikasi Perubahan Undang-Undang Informasi dan Transaksi

(7)

Bagaimana implikasi perubahan Undang-Undang Informasi Dan Transaksi Elektronik terhadap tindak pidana ujaran kebencian di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan menemukan serta menganalisis implikasi perubahan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik tindak pidana ujaran kebencian.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat berguna sebagai referensi bagi penelitian terkait selanjutnya dan untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang hukum pidana, terutama yang berkaitan dengan pertimbangan hakim ketika mengadili perkara pidana Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menjadi referensi dan kontribusi kepada para ahli hukum pidana dalam menangani perkara pidana Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik

E. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan

Penulis menggunakan tipe penelitian yuridis normatif dalam menyusun penelitian ini. Tipe penelitian yuridis normatif adalah penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah – kaidah atau norma – norma dalam hukum

(8)

positif. 12 Penelitian yuridis normatif juga membahas doktrin-doktrin atau asas-asas dalam ilmu hukum. 13

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu penelitian evaluatif. Penelitian jenis ini biasanya dilakukan apabila seseorang akan menilai suatu program yang sudah berjalan. 14 Penelitian evaluatif adalah penelitian yang tujuannya untuk menilai baik melalui pengujian atau eksplanatoris maupun melalui analisis mengenai hubungan antar variabel – variabel dan pada umumnya penelitian ini digunakan untuk menilai program – program yang dijalankan. 15

3. Bahan Hukum

Dalam melalukan penelitian, penulis menggunakan data sebagai sumber penelitian. Data yang digunakan adalah data sekunder karena penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian hukum normatif.16 Selain data sekunder terdapat pula data primer yaitu data yang bersumber dari masyarakat. 17Data sekunder, antara lain, mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian, dan seterusnya. 18Sumber

12 Johny Ibrahim, 2006, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:

Bayumedia Publishing, hlm. 295.

13

Zainudin Ali, 2015, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, hlm.24

14

Soerjono Soekanto, 1981, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Pres, hlm. 10

15 Ishaq, 2017, Metode Penelitian Hukum Penulisan skripsi, Tesis, serta Disertasi,

Bandung: Penerbit Alfabeta, hlm. 21

16 Suratman dan Phillips Dillah, 2015, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Penerbit

Alfabeta, hlm. 53.

17 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2011, Penelitian Hukum Normatif, Suatu

Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm. 12.

(9)

Penelitian hukum dapat dibedakan menjadi dua yaitu bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.19

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat autoritatif.20 Bahan hukum primer yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik dan Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi.21 Bahan hukum sekunder dapat berupa buku-buku ilmu hukum, jurnal ilmu hukum, laporan penelitian ilmu hukum, artikel ilmiah hukum, bahan seminar, lokakarya, dan sebagainya.22 Bahan hukum sekunder yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah buku dan literatur yang berkaitan dengan penelitian yang penulis teliti yaitu implikasi perubahan undang–undang informasi dan transaksi elektronik terhadap ujaran kebencian (hate speech).

4. Metode Pengumpulan Data

Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara melakukan penelusuran serta mengkaji data yang berupa literatur,jurnal ilmiah, dan pustaka lainnya.

19 Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, hlm. 141.

20

ibid,.

21 ibid.,

22 Bahder Johan Nasution, 2008, Metode Ilmu Hukum, Bandung: Penerbit CV.Mandar

(10)

5. Metode Penyajian Data

Data pada penelitian ini tersaji dalam uraian sistematis yaitu data yang telah dikaji dihubungkan dengan data lainnya sesuai kebutuhan penelitian.

6. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan analisis normatif kualitatif yaitu menganalisis data dengan cara menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil analisis. 23

F. Orisinalitas Penelitian

Berdasarkan tabel 1 dapat di jelaskan mengenai perbedaan yang terjadi antara penelitian yang akan di lakukan penulis pada penelitian ini dengan peneliti terdahulu. Dimana penelitian yang diakukan oleh Novi Rahmawati Harefa, dalam dalam penelitiannya penulis ingin mengetahui mengenai bagaimana peraturan perundang-undangan tindak pidana ujaran kebencian (Hate Speech) di Indonesia dan bagaimana implikasi perubahan undang-undang ITE terhadap tindak pidana ujaran kebencian (Hate Speech). Selanjutnya peneitian yang dilakukan oleh Arif Prasetyo Utomo, penulis melakukan penelitian agar mengetahui bagaimana bentuk dan batasan berekspresi dalam sistem hukum di Indonesia, bagaimana bentuk-bentuk ekspresi yang dianggap sebagai ujaran kebencian, dan pemidanaan ujaran kebencian sudah memenuhi unsur-unsur pembatasan yang diakui oleh konstitusi/uu.

23Ishaq, 2017, Metode Penelitian Hukum Penulisan skripsi, Tesis, serta Disertasi,

(11)

Tabel 1

No Nama Penulis dan Judul Rumusan Masalah dan Temuan

Beda Dengan Rencana Skripsi ini 1 Novi Rahmawati Harefa

(130200155) “Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara”. Implikasi Perubahan Undang-Undang Informasi Dan Transaksi Elektronik Terhadap Tindak Pidana Ujaran Kebencian (Hate Speech).

1. Bagaimana peraturan perundang-undangan tindak pidana ujaran kebencian (Hate Speech) di Indonesia?

2. Bagaimana

implikasiperubahan undang-undang ITE terhadap tindak pidana ujaran kebencian (Hate Speech)?

Bagaimana implikasi perubahan Undang-Undang Informasi Dan Transaksi Elektronik terhadap tindak pidana ujaran kebencian di Indonesia? studi kasus dalam perbandingan putusan sebelum dan sesudah dilakukannya perubahan yakni dalam Putusan Nomor :26/Pid.Sus/2015/PT.Y YK dan Putusan Nomor 2429/Pid.Sus/2018/PN. Mdn

2 Arif Prasetyo Utomo (152197) “Universitas

Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi”. Ujaran Kebencian Melalui Media Sosial: Antara Kebebasan Berekspresi Dan Tindak Pidana

1. Bagaimana bentuk dan batasan berekspresi dalam sistem hukum di Indonesia?

2. Bagaimana bentuk-bentuk ekspresi yang dianggap sebagai ujaran kebencian ?

3. pemidanaan ujaran kebencian sudah memenuhi unsur-unsur pembatasan yang diakui oleh Konstitusi/UU ?

Bagaimana implikasi perubahan Undang-Undang Informasi Dan Transaksi Elektronik terhadap tindak pidana ujaran kebencian di Indonesia? studi kasus dalam perbandingan putusan sebelum dan sesudah dilakukannya perubahan yakni dalam Putusan Nomor :26/Pid.Sus/2015/PT.Y YK dan Putusan Nomor 2429/Pid.Sus/2018/PN. Mdn 3 M. Fatah Abqari (02011281419235) Tinjaun Yuridis terhadap Perbuatan Ujaran Kebencian Yang Berkonten Sara

1. Bagaimana penegakan hukum terhadap tindak pidana ujaran kebencian (Hate Speech) yang berkonten SARA? 2. Apa Hambatan dalam

Penegakan Hukum dalam permasalahan ujaran

kebencian yang

Berkonten SARA?

Bagaimana implikasi perubahan Undang-Undang Informasi Dan Transaksi Elektronik terhadap tindak pidana ujaran kebencian di Indonesia? studi kasus dalam perbandingan putusan sebelum dan sesudah dilakukannya perubahan yakni dalam Putusan Nomor :26/Pid.Sus/2015/PT.Y YK dan Putusan

(12)

Nomor

2429/Pid.Sus/2018/PN. Mdn

Sumber: diolah dari skripsi-skripsi terdahulu.

Dan terakhir penelitian yang dilakukan oleh M. Fatah Abqari, dalam penelitiannya penulis ingin meneliti mengenai bagaimana penegakan hukum terhadap tindak pidana ujaran kebencian (hate speech) yang berkonten sara dan apa hambatan dalam penegakan hukunm dalam permasalahan ujaran kebencian yang berkonten sara. Adapun yang menjadi pembeda terhadap peneliti-peneliti sebelumnya bahwa, pada penelitian ini penulis ingin meneliti terkait tindak pidana hate speech sebelum dan sesudah dilakukannya perubahan, dan mengambil contoh dalam putusan. Adapun putusan yang digunakan sebagai contoh yakni: Putusan Nomor :26/Pid.Sus/2015/PT.YYK dan Putusan Nomor 2429/Pid.Sus/2018/PN.Md

Referensi

Dokumen terkait

Bahan hukum sekunder adalah publikasi tentang hukum yang merupakan dokemen tidak resmi. 10 Berupa bahan hukum yang bersumber pada buku literatur yang

Namun yang membedakan penulisan hukum ini dengan penulisan hukum penulis adalah, bahwa dalam penulisan hukum penulis yang dibahas adalah mengenai penegakan

Jogja Tugu Trans serta membahas implikasi bagi pekerja terhadap sistem pengupahan yang tidak sinkron, sedangkan kajian pada penelitian ini yaitu berkaitan dengan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak perbankan terkait potensi risiko investasi berbasis bagi hasil pada 5 bank syariah yang terdapat

Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) sebagai sumber rujukan hukum umat Islam di Indonesia sekaligus referensi keputusan hukum di lembaga Pengadilan Agama

Yaitu data yang diperoleh dengan cara mempelajari berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti baik itu aturan hukum yang ada atau dari buku-buku

Penelitian yuridis normatif yang dilakukan didasarkan pada bahan hukum sekunder, yaitu inventarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan hukum ekonomi dan bisnis,

Bahan Hukum Sekunder, berupa literatur, karya ilmiah, hasil penelitian, lokakarya yang berkaitan dengan materi penelitian; Cara yang digunakan dalam melaksanakan studi