• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1

transportasi yang efisien yang mampu menjangkau seluruh wilayah pelosok yang ada. Jenis sistem transportasi tersebut ialah sistem transportasi udara. Pada tahapan perencanaan pembangunan sistem transportasi udara memiliki tiga komponen penting yang harus diperhatikan, yaitu berkaitan dengan alat angkut (pesawat udara), jalur penerbangan, serta bandar udara (Salim, 1993).

Kondisi sistem transportasi udara yang berupa bandar udara (bandara) di Indonesia masih belum mencukupi walaupun saat ini telah terbangun 600 bandara dengan berbagai kelas yang ada (Nasution, 2004). Banyaknya bandara tersebut masih belum ideal untuk mengakomodasi kebutuhan penumpang masyarakat Indonesia. Berdasarkan data yang dirilis oleh Angkasa Pura selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) operator yang mengoperasikan bandar udara di Indonesia, tahun 2012 pemerintah sudah merencanakan untuk membangun 24 bandar udara baru (Prakarsa, 2012). Rencana pembangunan bandara baru bukan tanpa sebab, karena sebagian besar bandara yang akan dibangun merupakan bandara yang akan menggantikan ataupun menambah kapasitas dari daya tampung penumpang dan pengunjung bandara. Sesuai dengan rencana yang ada, salah satu bandara yang akan dibangun ialah bandara Internasional yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah menyetujui adanya rencana pembangunan bandara baru di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pihak Kemenhub menyebutkan bahwa lokasi bandara sudah resmi akan dibangun di Kulon Progo dan mulai beroperasi pada 2020 (Putra, 2014). Rencana pembangunan bandara yang ada di Kulon Progo tidak lepas dari daya tampung Bandara Internasional Adisucipto yang sudah melebihi kapasitas ideal. Menurut Direktur Utama PT Angkasa Pura I Tommy Soetomo (2010, dalam Kurniawan, 2010) menjelaskan bahwa kondisi Bandara Adisutjipto dalam kurun

(2)

5-2

10 tahun ke depan akan mengalami pertumbuhan rata-rata penumpang sampai 10% per tahun. Dari sisi jumlah pada tahun 2010 saja penumpang domestik mencapai tiga juta orang dan penumpang internasional lebih dari dua ratus ribu orang. Sedangkan luas terminal domestik dan internasional yang ada saat ini hanya cukup untuk menampung satu juta penumpang per tahun. Kondisi tersebut menandakan bahwa tingkat penggunaan terminal sudah mencapai tiga kali lipat dari kapasitas yang ada. Diharapkan adanya bandara baru cukup untuk menampung penumpang sampai kapasitas 10 kali lipat dari kondisi Bandara Adisucipto saat ini.

Rencana pembangunan bandara yang ada di Provinsi DIY berdasarkan Peraturan Presiden nomor 48 tahun 2014 merupakan salah satu program yang diprioritaskan di koridor ekonomi Jawa. Namun adanya rencana pembangunan bandara ternyata tidak langsung disetujui oleh semua pihak masyarakat yang ada di Kulon Progo. Sampai saat ini dalam proses pelaksanaannya masih ada penolakan dari pihak masyarakat yang akan terkena dampak langsung pembangunan. Masyarakat yang terkena dampak langsung pembangunan bandara yang sebagian besar petani beranggapan bahwa apabila pembangunan bandara terlaksana maka mata pencaharian mereka akan hilang. Di sisi lain ada juga masyarakat yang mendukung pembangunan bandara baru tersebut. Masyarakat yang setuju akan dibangunnya bandara beranggapan bahwa dengan adanya bandara maka kegiatan perekonomian akan tumbuh dan berdampak langsung terhadap pendapatan masyarakat (Sabandar, 2014).

Adanya pembangunan bandara akan secara langsung membawa dampak bagi masyarakat sekitar bandara. Penumpang dari pesawat udara akan memulai dan mengakhiri penerbangannya di bandar udara. Pengunjung yang bukan penumpang pesawat udara juga akan ikut turut meramaikan adanya bandara. Oleh karena itu, adanya fasilitas pelayanan yang ada di bandara akan sangat dibutuhkan bagi pengunjung maupun penumpang pesawat udara. Fasilitas tersebut dapat berupa ruang tunggu, kendaraan angkutan darat, restoran, hotel, rumah makan, tempat parkir, pertokoan, serta berbagai hal lain yang berkaitan dengan kebutuhan barang dan jasa. Selain itu menurut Nasution (2004) menyebutkan bahwa dengan adanya

(3)

3

bandara di suatu wilayah maka akan terbentuk unit pelayanan yang lengkap dengan lingkup kegiatan yang meluas. Adanya bandara juga akan menumbuhkan pusat kegiatan ekonomi baik itu perdagangan maupun jasa. Tumbuhnya pusat kegiatan tersebut akan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar bandara. Dampak yang paling terlihat dari adanya bandara baru di suatu wilayah ialah beralihnya unit kegiatan usaha serta berubahnya penggunaan lahan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar bandara.

Dari sedikit uraian tersebut, maka diperlukan adanya penelitian berkaitan dengan pandangan masyarakat tentang rencana dibangunnya bandara. Pandangan masyarakat diwujudkan dalam bentuk persepsi dari masyarakat berkaitan dengan rencana pembangunan bandara serta kecenderungan rencana reorientasi usaha apa yang akan dilakukan pasca bandara terbangun. Persepsi berkaitan dengan reorientasi usaha diperlukan karena pada hasil akhirnya akan mengetahui arahan usaha yang diminati oleh masyarakat sekitar kawasan terdampak bandara. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam proses perencanaan pengembangan kawasan sekitar bandara berkaitan dengan pengembangan usaha masyarakatnya sehingga pendapatan masyarakat akan meningkat serta menumbuhkan ekonomi bagi wilayah sekitarnya.

1.2 Perumusan Masalah

Pembangunan infrastruktur transportasi bandara diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi baik itu di dalam wilayahnya maupun di wilayah sekitarnya (Nasution, 2004). Dengan dibangunnya bandara, maka muncul pusat pertumbuhan baru yang memberikan dampak bagi wilayah sekitarnya. Seiring dengan semakin bertambahnya pengunjung dan penumpang bandara, maka fasilitas pelayanan yang ada di sekitar bandara akan dibutuhkan, sehingga adanya bandara akan menumbuhkan kegiatan perdagangan dan jasa yang mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.

Namun dalam proses perencanaan pembangunan bandara di Kulon Progo, muncul berbagai persepsi yang ada dari masyarakat, baik itu berupa penerimaan ataupun penolakan. Masyarakat yang menerima dan setuju beralasan bahwa

(4)

4

dibangunnya bandara akan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi baik itu bagi masyarakat maupun bagi daerah. Sedangkan munculnya penolakan dari masyarakat dikarenakan masyarakat takut akan kehilangan mata pencaharian utama mereka. Masalah tersebut sampai saat ini masih berlangsung dan dikhawatirkan berujung pada konflik fisik dan sosial antara pihak masyarakat dengan pemerintah selaku pengambil kebijakan. Masyarakat yang memiliki perbedaan persepsi tersebut terdiri atas masyarakat yang terkena dampak secara langsung (masyarakat terdampak langsung) maupun masyarakat yang terkena dampak tidak langsung dari adanya pembangunan bandara.

Penelitian ini diharapkan mampu mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat berkaitan dengan rencana pembangunan bandara yang ada di Kulon Progo serta kondisi sosial ekonomi masyarakat yang ada di sana. Selain itu dari adanya penelitian ini juga diharapkan agar dapat mengetahui potensi reorientasi usaha yang akan dilakukan masyarakat pasca bandara terbangun serta mengetahui rencana pengembangan kawasan bandara berkaitan dengan pengembangan usaha masyarakat. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan dalam pembuatan arahan kebijakan pengembangan usaha masyarakat sekitar bandara, sehingga masyarakat sekitar bandara dapat terus berkembang dan mampu meningkatkan kondisi perekonomiannya.

Berdasarkan dari pemaparan di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sejauh mana perkembangan rencana pembangunan bandara internasional di Kulon Progo ?

2. Bagaimana persepsi masyarakat tentang adanya rencana

pembangunan bandara di Kulon Progo?

3. Potensi reorientasi usaha apa yang akan dilakukan masyarakat setelah bandara terbangun ?

4. Adakah peran serta pemerintah dalam rangka mengakomodasi pengembangan usaha masyarakat di calon lokasi bandara?

(5)

5

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adanya rencana pembangunan bandara internasional yang ada di Kulon Progo menyebabkan munculnya berbagai tanggapan dari masyarakat. Sehingga tujuan dari diadakannya penelitian ini ialah:

1. Mendeskripsikan perkembangan rencana pembangunan bandara internasional di Kulon Progo.

2. Mengetahui persepsi masyarakat tentang rencana dibangunnya Bandara Internasional di Kulon Progo.

3. Mengetahui potensi reorientasi usaha masyarakat di sekitar bandara. 4. Mengetahui peran serta pemerintah berkaitan dengan rencana

pengembangan usaha masyarakat sekitar calon lokasi bandara. Penelitian ini dilakukan dalam rangka memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Diharapkan adanya penelitian ini mampu memberikan pengetahuan serta kontribusi terhadap ilmu pembangunan wilayah. Selain itu dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan menjadi bahan masukan khususnya bagi pemerintah kecamatan yang ada di daerah penelitian serta pemerintah Kabupaten Kulon Progo dalam pembuatan rencana pengelolaan usaha masyarakat di sekitar bandara.

(6)

6

1.4 Tinjauan Pustaka

1.4.1 Penelitian Sebelumnya

Penelitian persepsi dan potensi reorientasi usaha berkaitan dengan rencana pembangunan bandara di Kulon Progo memiliki keterkaitan dengan beberapa hasil penelitian sebelumnya. Kata kunci yang dipakai oleh peneliti ialah rencana pembangunan bandara, persepsi, dan potensi usaha. Setelah melakukan pencarian, maka diperoleh beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Tabel 1.1 Penelitian Sebelumnya

Judul Penelitian Pengarang

/Peneliti Tema Tujuan Penelitian Cara pengambila n sampel Metode

Analisis Garis Besar

Kesiapan Pemerintah dalam memanfaatkan peluang relokasi Bandara Baru Inggit Setyawati (Skripsi UGM) Pembangunan Bandara Mengetahui kesiapan pemerintah kabupaten Kulon Progo dalam memanfaatkan peluang bandara

Keyperson Kualitatif-verifikatif

Pemerintah Kabupaten Kulon Progo sudah siap, dengan kendala aspek pembebasan lahan. Masyaraktnya sebagian besar sudah mendukung rencana dibangunnya bandara.

Sustainable Integration of Airports into Urban Planning Alexandre G. De Barros (Taylor & Francis) Airport City, Development Perkembangan konsep Airport City - Dekriptif Terjadinya berbagai perubahan lingkungan sekitar akibat adanya bandara.

Airports and Cities in Networks Maurits Schaafma (Taylor & Francis) Airport City Bandara yang mengusung konsep Airport City - Deskriptif kualitatif Mendeskripsikan berbagai bandara di dunia yang mengusung konsep Airport City.

Persepsi Masyarakat Kulonrpogo terhadap Rencana Pembangunan Bandara Internasional di Kulon Progo tahun 2010-2011 Nuria Mustaqimah (Skripsi UMY) Persepsi terhadap rencana pembangunan Mengetahui persepsi masyarakat KP terhadap rencana pembangunan Random sampling Deskriptif kualitatif Adanya rencana pembangunan bandara kurang begitu disetujui di daerah ini, karena keterbatasan informasi.

Perubahan Sosial Akibat Kebijakan Relokasi Bandara Adi Sucipto di Desa Palihan, Kulon Progo

Dewi Susilowati (Skripsi, UGM) Kebijakan rencana pembangunan Bandara, Pro Kontra Mengetahui perubahan sosial pada masyarakat desa palihan terhadap rencana relokasi bandara Adisucipto Survei Fenomenologi

Perubahan sosial menyentuk aspek nilai, norma, dan kepercayaan yang ditandai dengan adnaya pro kontra pada masyarakat dan memicu terjadinya konflik. Adanya aktifitas ekonomi baru yaitu pelatihan usaha.

Penelitian oleh Mustaqimah (2011) yang meneliti persepsi masyarakat Kulon Progo terhadap rencana pembangunan Bandara Internasional. Penelitian tersebut dilakukan di Desa Palihan, salah satu desa yang menentang paling keras terkait adanya rencana pembangunan.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa rencana pembangunan bandara internasional pada waktu itu tidak begitu disetujui oleh hampir seluruh

(7)

7

warga masyarakat. Hal tersebut terjadi karena adanya keterbatasan informasi dan pemerintah masih terkesan menutupi tentang adanya rencana sehingga muncul isu maupun rumor tertentu dan warga merasa tidak dilibatkan sehingga hasilnya muncul penolakan dari beberapa elemen masyarakat. Keterbatasan informasi pada masyarakat merupakan hal yang ditekankan dari penelitian ini. Masyarakat sebagai bagian dari pembangunan hanya dianggap sebagai obyek saja, tidak berfungsi dari subyek pembangunan sehingga masyarakat merasa tidak dianggap oleh pihak pelaku pembangunan utamanya dari kalangan pemerintah.

Penelitian lain yang terkait dengan rencana pembangunan bandara dilakukan oleh Setyawati (2014). Penelitian ini mengkaji tentang kesiapan dari pemerintah kabupaten serta masyarakat Kulon Progo terkait adanya rencana pembangunan bandara. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat sudah siap untuk dibangunnya bandara baru di Kulon Progo. Masyarakat dalam hal ini sebagian besar merupakan masyarakat terdampak tidak langsung pembangunan bandara. Adapun dari sisi pemerintah juga sepenuhnya siap, walaupun masih ada beberapa kendala seperti masalah pembebasan lahan terhadap warga yang terkena dampak pembangunan.

Susilowati (2014) juga melakukan penelitian yang berhubungan dengan rencana dibangunnya bandara. Dari penelitian yang dilakukan di Desa Palihan memicu perubahan sosial yang ada di dalam masyarakat. Perubahan sosial tersebut terjadi karena dalam wacana kebijakan. Perubahan sosial yang terjadi menyangkut aspek nilai, norma, dan kepercayaan yang ditandai dengan munculnya pro dan kontra dalam masyarakat yang memicu konflik, terjadinya fragmentasi sosial maupun perubahan aktifitas ekonomi warga masyarakat.

Untuk mengetahui konsep pembangunan bandara yang ada di Kulon Progo yang mengacu pada konsep Airport City, maka dilakukan kajian terhadap penelitian yang dilakukan oleh Schaafsma (2012) serta Barros (2013).

(8)

8

Airport City merupakan suatu konsep pengembangan kota yang

berbasiskan pada sarana transportasi udara yang berupa bandar udara sebagai pusat kegiatannya (Schaafsma, 2012). Bandar udara tidak hanya difungsikan sebagai tempat turunnya penumpang pesawat udara, namun lebih dari itu adanya bandara merupakan suatu satuan entitas dari berbagai unsur pembentuk pertumbuhan baru seperti adanya pusat kegiatan ekonomi yang berfokus pada perdagangan dan jasa. Dari konsep Airport City tersebut akan mampu menumbuhkan wilayah yang ada di sekitarnya.

Konsep rencana pembangunan bandara di Kulon Progo diarahkan sebagai fungsi dari Airport City, yang diharapkan dapat menciptakan pusat pertumbuhan dan perkembangan baru di Kabupaten Kulon Progo serta mampu mendorong perkembangan wilayah di sekitarnya. Airport City menurut Barros (2013) merupakan konsep dimana bandara tidak hanya difungsikan sebatas sebagai tempat pemberhentian pesawat dan penumpang, namun lebih dari itu bandara seharusnya difungsikan sebagai tempat integrasi antar moda transportasi yang ada baik itu darat-laut-udara sehingga menjadi satu kesatuan alat transportasi yang mampu menghubungkan antar wilayah yang ada di sekitar baik itu inter regional maupun antar regional yang ada.

Konsep Airport City sendiri sudah berkembang semenjak akhir abad ke 20 (Schaafsma, 2012). Pembangunan bandara yang berlandasan konsep Airport City tidak dilakukan di suatu wilayah yang sudah menjadi kota sebelumnya, namun pembangunan bandara dengan konsep Airport City dilakukan jauh di luar dari kota utama tersebut. Dengan membangun pusat pertumbuhan baru yang berupa bandara, nantinya diharapkan wilayah tersebut menjadi kota sendiri dan dapat berkembang sehingga terjadi pemerataan. Adapun contoh pengembangan Airport City di beberapa kota pada negara maju ialah pembangunan bandara di Munich, Oslo, Hongkong, maupun bandara lainnya. Pembangunan bandara baru di beberapa kota tersebut direncanakan jauh dari kawasan perkotaan, dengan jauhnya

(9)

9

berkisar antara 30 km sampai dengan 60 km. Nantinya adanya bandara baru yang ada menunjang bandara yang telah ada di kota tersebut. Pada akhirnya, kawasan perkotaan akan muncul dengan sendirinya mengikuti lokasi dari bandara yang telah terbangun. Aktifitas ekonomi nantinya akan tumbuh dan berkembang diantara pusat kota dan bandara.

Keberadaan konsep Airport City yang sukses diterapkan di negara luar dapat dicontohkan seperti AMS Airport City di Amsterdam, Belanda. Di lokasi tersebut sekarang menjadi salah satu lokasi bisnis yang paling baik, dan sebagai penggerak ekonomi nasional negara. AMS Schiphol Airport diibaratkan sebagai pintu gerbang ekonomi negeri Belanda, bahkan juga dianggap sebagai pintu masuk benua Eropa. Pintu gerbang tersebut diibaratkan sebagai penghubung jalur koneksi antar moda transportasi antar wilayah dalam suatu negara. Adanya jaringan penghubung tersebut akan memunculkan keuntungan strategis yang dapat menciptakan aktiviitas ekonomi sehingga menggerakan pertumbuhan di wilayahnya. Contoh nyata hal tersebut di Eropa selain pada Bandara Schiphol ialah di Bandara Paris Charles de Guelle di Prancis.

Adapun di negara Indonesia, konsep Airport City sudah ada yang sampai pada tahap dibangun dan juga ada yang masih direncanakan. Namun secara keseluruhan untuk penerapan konsep Airport City di Indonesia masih terus mengalami penyempurnaan. Beberapa bandara yang sudah terbangun dan mengusung konsep Airport City yaitu Bandara Internasional Kualanamu di Deli Serdang, Medan serta Bandara Internasional Praya di Praya, Lombok. Adapun untuk rencana bandara yang sedang diusung untuk konsep Airport City salah satunya ialah Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Apabila dibandingkan dengan penelitian yang telah ada sebelumnya, dari penelitian ini akan dihasilkan pandangan masyarakat terhadap pembangunan bandara dengan area kajian yang lebih luas dengan tidak hanya dibatasi oleh aspek administrasi saja, namun juga aspek lain berupa

(10)

10

zonasi yang telah ditentukan oleh pemerintah, sehingga dapat diketahui variabel apa saja yang mempengaruhi perbedaan yang signifikan di tiap zona tersebut. Selain itu penelitian ini juga akan memberikan pandangan lebih luas terhadap perkembangan usaha pasca bandara nanti terbangun, sehingga dapat diketahui kegiatan usaha yang potensial yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat tiap zona penelitian.

1.4.2 Landasan Teori

Geografi dan Konsep Pengembangan Wilayah

Geografi merupakan illmu yang mempelajari tentang fenomena

geosfera serta komponen-komponennya secara terpadu, holistik, dan

sistematik dalam konteks keruangan, lingkungan serta kompleks wilayah untuk kepentingan negara, peradaban manusia dan ilmu pengetahuan atau pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan (Sugeng Martopo, 1995 dalam Yunus, 2007). Menurut Bintarto (1981) geografi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan kausal, gejala-gejala di muka bumi baik itu yang bersifat fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup di sekitarnya beserta permasalahan-permasalahannya melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan. Dalam ilmu geografi terdapat tiga macam pendekatan utama yang digunakan sebagai alat analisisnya, yaitu pendekatan keruangan (spatial approach), pendekatan lingkungan (ecological approach) dan pendekatan kompleks wilayah (regional

complex approach) (Yunus, 2007).

Pendekatan keruangan merupakan metode analisis yang

menekankan pada eksistensi ruang sebagai wadah untuk mengakomodasi kegiatan manusia dalam menjelaskan fenomena geosfer (Yunus, 2007). Tema analisis dalam pendekatan keruangan yang dikembangkan pada disiplin ilmu geografi berupa (1) pola; (2) struktur; (3) proses; (4) interaksi; (5) organisasi dalam sistem keruangan; (6) asosiasi; (7) tendensi atau

(11)

11

kecenderungan; (8) pembandingan atau komparasi; (9) sinergisme keruangan. Pendekatan ekologi dalam disiplin ilmu geografi menekankan pada interelasi antara manusia dan atau kegiatannya dengan lingkungannya. Tema analisisnya terdiri dari (1) perilaku manusia (baik itu sosial, ekonomi kultural, politik); (2) aktifitas manusia (terkait dengan tindakan, kegiatan manusia); (3) terkait dengan kenampakan fisikal alami dengan elemen elemen lingkungannya; (4) terkait dengan kenampakan fisik buatan manusia. Sedangkan pada pendekatan kompleks wilayah merupakan integrasi antara pendekatan keruangan dan pendekatan ekologis. Adanya kompleksitas gejala menjadi dasar pemahaman utama eksistensi wilayah terhadap fenomena yang ada.

Pengembangan wilayah merupakan suatu ide-ide dasar dan upaya dalam mengalokasikan dan mengatur sumberdaya yang dimiliki untuk kepentingan dan kemajuan suatu wilayah. Isi dan konsep dalam rangka mengembangkan suatu wilayah terdiri atas pengaturan kegiatan utama di setiap wilayah dan juga mengatur pola keterkaitan antar kegiatan utama sehingga dapat menciptakan keterpaduan dan harmonisasi pembangunan (RTRW, 2012). Pengaturan kegiatan tersebut diwujudkan dalam undang-undang dan ditunjukkan dalam perwujudan dokumen tata ruang.

Pembangunan wilayah tidak lepas dari adanya konsep pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu cara atau tindakan yang yang dilakukan untuk mencukupi kebutuhan hidup generasi saat ini tanpa membahayakan kemampuan generasi yang akan datang dalam mencukupi kebutuhan hidupnya (WCED, 1987 dalam Yunus, 2008). Dengan kata lain, maka pembangunan berkelanjutan merupakan proses yang bertujuan untuk melaksanakan program pembangunan saat ini demi tercapainya kesejahteraan penduduk, namun tetap tidak boleh melupakan akan kepentingan dan kebutuhan penduduk generasi di masa yang akan datang.

(12)

12

Teori Lokasi dan Mutiplier effect

Teori lokasi merupakan ilmu yang menyelidiki tentang tata ruang serta elemen-elemen penyusunnya berkaitan dengan kegiatan ekonomi dan yan berkaitan dengannya. Teori lokasi dapat juga disebut sebagai ilmu yang

menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial serta hubungannya atau pengaruhnya terhadap berbagai macam kegiatan usaha ataupun kegiatan lainnya baik ekonomi maupun sosial yang ada di

suatu wilayah (Tarigan, 2005). Adanya lokasi berkaitan dengan adanya ruang, dan ruang yang dimaksud ialah tempat untuk berkegiatan/aktifitas manusia. Aktifitas manusia yang ada dalam suatu ruang salah satunya berupa kegiatan usaha yang dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

Wilayah yang dijadikan sebagai tempat kegiatan maka akan mengalami perkembangan. Perkembangan yang ada di suatu wilayah tidak akan lepas dari adanya konsep pembangunan. Menurut Boudeville (1966 dalam Chotimah 2012) pembangunan merupakan peristiwa berkembangnya pusat pertumbuhan. Teori pusat pertumbuhan yang dikemukakan oleh Boudeville memiliki makna bahwa suatu wilayah yang memiliki populasi industri/usaha yang kompleks, akan dikatakan sebagai pusat pertumbuhan. Populasi industri disini dapat juga dimaksud dengan kegiatan usaha yang mempunyai pengaruh yang besar (baik langsung maupun tidak langsung) terhadap kegiatan lainnya. Adanya pembangunan pada suatu lokasi akan berdampak pada sisi ekonomi dengan membentuk pusat pertumbuhan baru dan memperluas jangkauan aktifitas industri usaha yang terletak di area perkotaan dan mempengaruhi zona sekitarnya.

Menurut Tarigan (2005) pusat pertumbuhan dapat diartikan dalam dua cara, yaitu secara fungsional dan secara geografis. Pusat pertumbuhan secara fungsional berarti bahwa pada tempat tersebut merupakan pusat dari aktifitas atau lokasi konsentrasi dari usaha maupun industri yang ada dengan memberikan efek pertumbuhan dan perkembangan baik itu ke dalam

(13)

13

maupun ke luar dari lokasi indsutri tersebut. Sedangkan secara geografis maka pusat pertumbuhan diartikan sebagai suatu lokasi yang memiliki daya tarik sehingga mampu menarik berbagai macam usaha untuk berlokasi di situ dan masyarakat akan bermukim di tempat tersebut. Suatu lokasi dapat dikatakan sebagai pusat pertumbuhan apabila memiliki empat ciri, yaitu adanya hubungan intern antara berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi, adanya multiplier effect (unsur pengganda), adanya konsentrasi geografis, serta bersifat mendorong daerah belakangnya.

Adanya hubungan internal diartikan sebagai banyaknya jenis kegiatan usaha yang terbangun serta saling berkaitan antara satu sektor dengan sektor yang lainnya. Keterkaitan antar sektor tersebut akan menciptakan pertumbuhan wilayah yang teratur serta tidak mengalami ketimpangan. Efek pengganda muncul karena adanya keterkaitan antar sektor tersebut sehingga timbul perputaran kegiatan ekonomi di wilayah tersebut. Adanya efek pengganda akan mampu memacu pertumbuhan daerah belakangnya (Tarigan, 2005: 129). Adanya konsentrasi geografis dicirikan dengan terpusatnya fasilitas-fasilitas yang ada sehingga mampu menarik orang untuk berkunjung dan membuat daya tarik terhadap wilayah tersebut. Orang yang datang ke wilayah akan mendapatkan berbagai kemudahan dalam memenuhi kebutuhan pada lokasi yang berdekatan. Adapun pada sifat pusat pertumbuhan yang mendorong daerah belakangnya diartikan dengan terjalinnya hubungan yang harmonis antara pusat pertumbuhan dengan daerah belakangnya.

Konsep Transportasi

Transportasi merupakan kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari satu tempat ke tempat lain. Dalam transportasi terdapat dua unsur penting, yaitu adanya pemindahan /pergerakan (movement) dan mengubah tempat komoditi atau penumpang ke tempat lain (Salim, 1993).

(14)

14

Transportasi Udara

Transportasi udara umumnya dibagi ke dalam tiga golongan, yakni angkutan udara, penerbangaan umum, dan militer. Kategori penerbangan swasta dan umum selain penerbangan yang dilakukan perusahaan penerbangan (airlines) dapat juga berbentuk penerbangan pribadi yang digunakan oleh industri baik swasta maupun komersial untuk mengirimkan barang ataupun alat-alat dan hasil produksi. Pada kategori penerbangan umum juga termasuk kegiatan penerbangan yang sifatnya non-transport, misalnya untuk keperluan inspeksi penerbangan, pemadaman kebakaran, dan lain-lain.

Bandar Udara (Bandara)

Bandar udara menurut Utomo (2010) adalah suatu tempat di darat, di laut atau di air dimana pesawat udara dapat mendarat menurunkan atau mengangkut penumpang dan barang, perbaikan atau pemeliharaan juga pengiriman bahan bakar dan kegiatan lainnya. Secara umum suatu bandar udara harus mampu melayani aktivitas perhubungan udara sesuai jam operasi (operating hours) dengan menjamin keselamatan penerbangan, kelancaran dan keteraturan penerbangan.

Fungsi utama sebuah bandar udara sama halnya seperti sebuah terminal dimana dapat melayani penumpang pesawat udara, sebagai tempat pemberhentian, pemberangkatan, atapun sekedar persinggahan pesawat udara (transit). Di dalam bandar udara terjadi berbagai macam rangkaian

kegiatan yang berkaitan dengan pesawat terbang, seperti

mengangkut/menurunkan penumpang dan barang, melakukan pengisiaan bahan bakal, pemeliharaan pesawat, perbaikan kerusakan pesawat, dan lain-lain. Bandar udara digunakan untuk memproses penumpang dan bagasi untuk pertemuan dengan pesawat dan moda transportasi darat. Bandar udara juga digunakan untuk penanganan pengangkutan barang (cargo).

(15)

15

Harapan dari pemerintah serta masyarakat, dengan adanya bandara baru yang terbangun akan memicu munculnya pusat pertumbuhan baru di Kabupaten Kulon Progo. Diharapkan dengan adanya pusat pertumbuhan baru tersebut akan mampu meningkatkan pendapatan dan variasi usaha masyarakat di sekitar wilayah bandara. Adanya bandara baru nantinya akan diimbangi dengan kebutuhan variasi moda transportasi untuk penumpang, sehingga akan memicu adanya armada taksi, bus transit, kendaraan travel, kereta kommuter maupun kereta antar kota yang nantinya dapat menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Selain dari dampak yang berupa kegiatan transportasi udara secara langsung, juga terdapat dampak perkembangan kegiatan transportasi non udara yang muncul, seperti kebutuhan akan tempat bongkar muat dan gudang penyimpanan, dibangunnya hotel maupun tempat pertemuan, munculnya restoran, terbangunnya pusat perbelanjaan, rumah sakit, serta berbagai fasilitas lain sehingga menimbulkan dampak positif bagi tumbuhnya ekonomi masyarakat sekitar.

Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP)

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Udara Nomor KM 44 Tahun 2005 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia 03-7112-2005, Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) merupakan wilayah darat, laut, maupun udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan. Radius kawasan ini mencapai 15 km dan terbagi menjadi beberapa zona yang setiap zonanya memiliki ambang batas ketinggian tertentu berdasarkan kelas bandara yang bersangkutan.

Berdasarkan UU nomor 1 tahun 2009 tentang penerbangan, pada pasal 201 disebutkan bahwa penetapan lokasi pembangunan bandar udara harus memperhatikan keserasian dan keseimbangan dengan budaya setempat dan kegiatan lain terkait di lokasi bandar udara. Selain itu pada poin selanjutnya juga disebutkan bahwa pembangunan bandara perlu

(16)

16

memperhatikan adanya kelayakan ekonomis, finansial, sosial,

pengembangan wilayah, teknis pembangunan, dan pengoperasian serta kelayakan lingkungan. Pernyataan yang sama juga terdapat pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara yang pada intinya berisikan tentang fungsi dan peran bandara yang tidak boleh lepas dari kelestarian lingkungan dan masyarakat sekitar.

Persepsi dan partisipasi masyarakat

Persepsi dalam bahasan geografi perilaku oleh Dietvorst (1983, dalam Daldjoeni 1992) mengandung pengertian sebagai suatu fungsi psikologis yang memampukan individu untuk mengamati rangsangan inderawi dan mengubahnya menjadi pengalaman yang berkaitan secara tertata. Menurut Skinner (1938, dalam Walgito 2003) perilaku manusia merupakan sekumpulan perilaku yang dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Perilaku merupakan respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori ini disebut juga dengan

-O- Organisme Respon.

Menurut Notoadmojo (2003), ada beberapa jenis perilaku yang ditinjau dari sudut pandangan yang berbeda, yaitu perilaku tertutup artinya perilaku itu tidak dapat ditangkap melalui indera, melainkan harus menggunakan alat pengukuran tertentu, seperti psikotes atau alat bantu lain. Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini dapat dalam bentuk perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Contohnya seperti berpikir, berfantasi, kreatifitas, dan lainnya.

(17)

17

Sedangkan perilaku terbuka yaitu perilaku yang bisa langsung dapat diobservasi melalui alat indera manusia. Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Sebagai contoh seperti tertawa, berjalan, berbaring, dan sebagainya.

Agar terjadi persepsi maka harus ada syarat yang tercakup dalam proses persepsi itu sendiri. Menurut Mustaqimah (2011) syarat tersebut berupa: (1) adanya obyek atau sasaran yang diamati; (2) adanya alat indera yang cukup baik; (3) adanya perhatian atau dapat juga merupakan persiapan dalam mengadakan pengamatan terhadap obyek yang akan dipersepsikan, bisa berupa pengalaman, pengetahuan, dan sikap. Jadi, persepsi merupakan bentuk dari pandangan seseorang terhadap obyek atau kejadian di sekelilingnya. Pandangan tersebut dipengaruhi oleh lingkungan, pengalaman, kepentingan dan pengetahuannya.

Adanya masyarakat yang ada di suatu wilayah memiliki pemahaman yang berbeda berkaitan dengan setiap persepsi yang muncul dari individu yang ada. Proses pembangunan yang akan dilaksanakan di suatu wilayah akan melibatkan masyarakat secara langsung maupun tidak langsung. Dengan adanya persepsi yang muncul dari masyarakat maka diharapkan dapat menjadi bagian dari proses pembangunan itu sendiri.

Kegiatan Usaha

Usaha di Indonesia dapat berwujud usaha Mikro, Kecil, maupun Menengah (UMKM). Menurut UU no. 20 tahun 2008 usaha mikro dicirikan dengan milik perseorangan dengan kekayaan paling bersih sebesar 50 juta dan hasil penjualan tahunan sebesar 300 juta. Usaha kecil dicirikan dengan kepemilikan oleh perseorangan atau badan usaha dengan kekayaan bersih antara 50 juta 500 juta dan hasil penjualan tahunan antara 300 juta sampai 2,5 milyar. Sedangkan usaha menengah dicirikan dengan oleh kepemilikan

(18)

18

perseorangan ataupun badan usaha dengan kekayaan bersih antara 500 juta 10 miliar dan hasil penjualan tahunan lebih dari 2,5 miliar.

Menurut Herianto (2012) Terdapat 3 jenis UKM (Usaha Kecil Menengah) yang ada dalam masyarakat:

(1). Usaha manufaktur (manufacturing business) yaitu usaha yang mengubah input dasar menjadi produk yang bisa dijual kepada konsumen.

(2). Usaha dagang (merchandising business) adalah usaha yang menjual produk-produk kepada konsumen.

(3). Usaha jasa (service business) yakni usaha yang menghasilkan jasa, bukan menghasilkan produk atau barang untuk konsumen.

Berdasarkan pedoman kriteria teknis kawasan budidaya yang diterbitkan oleh departemen PU (2003) disebutkan bahwa jenis usaha yang berkaitan dengan perdagangan dan jasa ialah:

1. Usaha perdagangan (ritel dan grosir): toko, warung, tempat perkulakan, pertokoan.

2. Usaha penginapan : hotel, guest house, motel, hostel, penginapan

3. Usaha penyimpanan : tempat parkir, show room, gudang. 4. Usaha tempat pertemuan: Aula, tempat konferensi

5. Usaha pariwisata : bioskop, arena bermain.

Pengelolaan Sumberdaya dan Konflik Lingkungan

Di Indonesia, sumberdaya lingkungan sangat melimpah, namun seiring dengan berjalannya waktu maka pemanfaatan dan pengelolaannya harus dapat menampung aspirasi kepentingan dari berbagai pihak. Pembuatan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan sumberdaya di suatu wilayah terkadang tidak dapat berjalan dengan mudah, karena di dalamnya terdapat berbagai kepentingan antar stakeholders. Kepentingan antar stakeholder seringkali berbeda bahkan dapat bertentangan antara satu

(19)

19

dengan yang lain. Adanya konflik di suatu wilayah merupakan akibat dari ketidakselarasan tujuan dari setiap stakeholder, sehingga konflik antar stakehoders dalam memperebutkan sumberdaya lingkungan muncul di berbagai daerah (Baiquni, 2003). Konflik antar stakeholders yang dimaksud dalam hal ini dapat diklasifikasikan dalam bentuk antara masyarakat dengan pemerintah daerah kabupaten/kota, antara pemerintah pusat dan daerah provinsi atau kabupaten/kota maupun konflik antar kelompok masyarakat. Adanya pendekatan keruangan dan pendekatan lingkungan dalam ilmu Geografi digunakan sebagai alat analisis dalam persepsi reorientasi usaha yang dilakukan oleh masyarakat. Pendekatan keruangan dipilih karena rencana pembangunan bandara yang terjadi di kabupaten Kulon Progo merupakan suatu bentuk dari pembangunan yang dilakukan untuk mengakomodasi kebutuhan manusia di suatu ruang. Pada pembangunan bandara akan terjadi proses keruangan dimana terjadi perubahan ruang yang tadinya digunakan oleh masyarakat sebagai permukiman dan tempat untuk mencari nafkah berubah menjadi suatu pusat pertumbuhan baru. Dari yang sebelumnya berupa kawasan perdesaan berbasis pertanian direncanakan akan berubah menjadi kota terpadu. Dengan adanya bandara yang menimbulkan pusat pertumbuhan baru tersebut, maka timbul interaksi keruangan antara wilayah terbangun bandara dengan daerah sekitarnya.

Masyarakat yang dibatasi oleh kawasan keselamatan operasional bandara merupakan komponen utama yang harus diperhatikan oleh pemerintah. Hal tersebut dikarenakan masyarakat yang berada di dalam KKOP merasakan dampak secara langsung akibat adanya bandara. Pada saat bandara sudah selesai dibangun nanti, maka diharapkan masyarakat di dalam KKOP akan mendapatkan dukungan dan arahan serta sosialisasi dari pemerintah terkait dengan perkembangan pembangunan bandara, sehingga masyarakat mampu mengetahui dan menentukan arah usaha yang akan dilakukan ke depan. Pada akhirnya diharapkan masyarakat dapat merasakan

(20)

20

secara langsung peningkatan pendapatan ekonomi dari adanya aktifitas bandara yang telah jadi.

Partisipasi dan peran serta masyarakat yang akan terkena dampak pembangunan mutlak diperlukan dan seharusnya masyarakat ikut dilibatkan dalam pembuatan rencana. Dengan adanya aspirasi dan pendapat dari masyarakat maka dapat meminimalisir konflik yang terjadi ke depannya. Adanya penampungan aspirasi dan partisipasi dari masyarakat pada akhirnya membuat masyarakat mendukung terhadap rencana pembangunan dan membuat proses pembangunan dapat berjalan lancar.

(21)

21

1.5 Kerangka Pemikiran

Setiap wilayah yang dihuni oleh suatu masyarakat seharusnya mengalami perkembangan baik itu kaitannya dengan jumlah penduduk maupun kondisi ekonomi sosial masyarakatnya. Adanya wilayah yang selalu berkembang memberikan efek terhadap kebutuhan akan transportasi serta mobilitas manusia, barang maupun jasa. Kebutuhan mobilitas antar wilayah dapat diwujudkan dengan membangun sarana transportasi yang efisien yang mampu menjangkau seluruh wilayah, salah satunya ialah transportasi udara.

Kondisi transportasi udara yang ada di Indonesia berkembang begitu pesat ditandai semakin banyaknya jumlah armada pesawat serta jumlah penumpang pesawat udara. Namun di sisi lain terdapat keterbatasan fasilitas dalam hal infrastruktur penunjang transportasi udara, yaitu bandar udara (bandara). Sehingga Angkasa Pura selaku operator penerbangan yang ditunjuk oleh pemerintah beserta Kementerian Perhubungan membuat rencana pembangunan bandara baru di berbagai tempat, salah satunya di Provinsi Yogyakarta.

Lokasi rencana pembangunan bandara di Provinsi DIY berada di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo. Munculnya rencana pembangunan menimbulkan persepsi dari masyarakat. Persepsi diwujudkan dengan sikap kesiapan serta kesetujuan masyarakat terhadap adanya pembangunan bandara, serta gambaran arah dan jenis usaha yang akan dilakukan oleh masyarakat pasca bandara terbangun. Mengetahui orientasi usaha dimaksudkan agar nantinya pembuatan rencana pengembangan yang ada di sekitar bandara dapat selaras dengan keinginan dari masyarakat sehingga pembangunan dapat berjalan lancar.

(22)

22

Secara umum, bentuk kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

(23)

23

1.6 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian merupakan suatu ungkapan keingintahuan peneliti tentang substansi penelitian. Sehingga wujud dari pertanyaan penelitian saat ini ialah:

1. Sejauh mana perkembangan rencana pembangunan bandara internasional di Kulon Progo ?

a. Bagaimana perkembangan rencana pembangunan bandara Internasional di DIY ?

b. Mengapa dibutuhkan bandara baru di Provinsi DIY ?

c. Fenomena apa saja yang terjadi akibat adanya rencana pembangunan bandara baru ?

2. Bagaimana persepsi masyarakat tentang adanya rencana pembangunan bandara di Kulon Progo ?

3. Potensi reorientasi usaha apa yang akan dilakukan masyarakat setelah bandara terbangun ?

a. Minat usaha apakah yang paling tinggi dipilih oleh masyarakat pasca bandara terbangun ?

b. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap iklim usaha pasca bandara terbangun ?

4. Adakah peran serta pemerintah dalam rangka mengakomodasi pengembangan usaha masyarakat di calon lokasi bandara ?

(24)

24

1.7 Batasan Penelitian

Masyarakat: sasaran masyarakat yang digunakan dalam penelitian ini ialah Rumah Tangga yang berada di sepanjang koridor jalan menuju ke area rencana pembangunan bandara.

Usaha : aktifitas ekonomi yang dilakukan dalam rangka memperoleh pendapatan yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan.

Potensi reorientasi usaha : Potensi perubahan jenis usaha yang akan dilakukan oleh masyarakat setelah bandara nanti terbangun.

Rencana pembangunan bandara : dapat berupa dokumen rencana detail tata ruang kawasan bandara, hasil amdal, maupun dokumen masterplan bandara.

Lokasi terdampak langsung: Merupakan daerah yang terkena dampak pembangunan bandara secara langsung, dalam hal ini yaitu Kecamatan Temon. Lokasi terdampak tidak langsung/diluar terdampak: Daerah yang tidak terkena dampak pembangunan bandara secara langsung (fisik).

Warga terdampak: Warga/masyarakat yang terkena dampak pembangunan bandara baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Zona KKOP: Kepanjangan dari Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan. Merupakan jangkauan area sejauh 15 km yang terdiri atas ruang darat, laut maupun udara diukur dari titik terbangunnya bandara, dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 zona yang masing masing sejauh 5 km.

Gambar

Tabel 1.1 Penelitian Sebelumnya
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rancangan sistem, tool yang digunakan untuk mengelola database yaitu MySQL. Dengan tool ini akan lebih cepat dalam melakukan pengelolaan database. Tabel yang digunakan

pendidikan rumah tangga miskin di Kelurahan Binuang Kampung Dalam Kecamatan Pauh Kota Padang, 2) Pekerjaan rumah tangga miskin di Kelurahan Binuang Kampung Dalam

Dari hasil perhitungan back testing pada tabel tersebut tampak bahwa nilai LR lebih kecil dari critical value sehingga dapat disimpulkan bahwa model perhitungan OpVaR

Analisis data berisi uraian data yang diolah untuk proses pemilihan strategi permesinan (toolpath strategy), penentuan cutter yang digunakan, feedrate, spindel speed, plungerate

Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh religiusitas, gaji dan kepercayaan mempengaruhi secara simultan terhadap minat muzakki membayar zakat di BAZNAS

tidak dapat mengukur non-perform dari suatu kredit padahal terdapat variabel total loans dalam perhitungan efisiensi; investor di Indonesia masih berorientasi short term

Variabel adversity quotient, lingkungan keluarga, dan minat berwirausaha diukur dengan skala Likert, yaitu skala dipergunakan untuk mengetahui setuju atau tidak

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Noor Auliya Istiqomah dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ialah jika Noor Auliya Istiqomah fokus kepada tipe