1. Pendahuluan.
Otonomi daerah telah diluncurkan sejak berlakuknaya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan undang undang Nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan. Berlakunya kedua undang-undang tersebut dan penggantinya membawa konsekwensi tertentu bagi daerah. Pada satu sisi terdapat keleluasaan daerah untuk mengatur dan mengelola rumah tangganya sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi daerah masing-masing. Segala perencanaan terkait dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat dapat secara fleksibel direncanakan di daerah sesuai dengan kondisi dan kemampuan daerah setempat. Namun demikian, pada sisi yang lain hal tersebut membawa konsekwensi logis pada tanggung jawab dan sumber pembiayaan. Daerah dituntut untuk semakin mandiri dalam perencanaan maupun pembiayaan.
Bertitik dari kondisi tersebut, penting sekali bagi setiap daerah untuk menggali segenap potensi yang dimilikinya dalam upaya meningkatkan pembangunan di daerah yang berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Penentuan prioritas wilayah dan sektor pengembangan seringkali menjadi salah satu permasalahan bagi pemerintah daerah dalam merencanakan pembangunannya. Misalnya, apakah memprioritaskan wilayah pengembangan atau memprioritaskan sektoral sebagai prioritas utama pembangunan. Namun, seringkali penggalian dan pemberdayaan potensi dalam konteks pembangunan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi menimbulkan masalah baru, terkait dengan dampak pengembangan tersebut, . Beberapa permasalahan yang sering kurang mendapat perhatian antara lain masalah sosial (terutama pendidikan dan kesehatan) serta masalah kelestarian lingkungan. Pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesjahteraan hendaknya merupakan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Dengan demikian, kesinambungan pembangunan dapat dipertahankan dalam
KAJIAN POTENSI KECAMATAN LIMBANGAN
KABUPATEN KENDAL
Pada sisi lain di era globalisasi dan persaingan ekonomi global, peningkatan daya saing daerah menjadi krusial, mengingat keberhasilan (kelangsungan hidup) komunitas ditentukan oleh kemampuannya beradaptasi terhadap perubahan yang cepat dan meningkatnya kompetisi pasar. Oleh karena itu, setiap daerah perlu mengidentifikasi dan menganalisis potensi wilayah terutama berbasis keunggulan lokal. Dengan demikian daerah diharapkan benar-benar mampu menjadi basis pertumbuhan ekonomi nasional. Suatu daerah melakukan penggalian atas sumber-sumber daya yang dimilikinya, sehingga daerah tersebut memiliki kemampuan untuk menjadi unggul.
Dengan menggunakan beberapa metode pendekatan berikut: a. Melakukan analisis dengan metode Location Quotient (LQ). b. Melakukan analisis pergeseran (Shift-Share)
c. Melakukan analisis sumberdaya dan IPTEK. d. Melakukan analisis sinergitas kebijakan. e. Capital Output Ratio (COR)
f. Analisis Skalogram
g. Melakukan analisis homogenitas aktivitas. h. Melakukan analisis kesesuaian lahan.
i. Melakukan analisis daya dukung lingkungan dan manajemen resiko. j. Melakukan analisis sistem transportasi (Origin Destination).
k. Melakukan analisis pariwisata. l. Melakukan analisis SWOT.
m. Menyusun sistem informasi geografis (SIG) hasil kajian potensi.
Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara ilmiah rincian semua kekayaan/sumberdaya baik fisik dan non fisik pada area (wilayah kecamatan tertentu) sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi kekuatan dan potensi untuk dapat mensejahterakan masyarakat. Hasil identifikasi selanjutnya akan digunakan sebagai acuan penyusunan kebijakan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Gambaran Umum
Kecamatan Limbangan merupakan salah satu 16 Kecamatan yang berada dalam wilayah administrasi Kabupaten Kendal dengan ketinggian tanah kurang lebih 426 meter dari permukaan laut. Kecamatan Limbangan yang memiliki luas wilayah 71.71km2 atau sebesar 7.16% wilayah Kabupaten Kendal. Secara administratif, Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal terdiri dari 16 desa. Penggunaan terbesar tanah adalah berupa hutan dan tanah tegalan, masing-masing 38.98% dan 34.93%. Kecamatan Limbangan juga masih memiliki tanah sawah yang cukup luas, 17.04% wilayah Kecamatan. Tidak ada tanah yang digunakan untuk pengembangan tambak dan kolam.
Jumlah penduduk Kecamatan Limbangan pada tahun 2009 sebanyak 34,339 jiwa, meningkat menjadi 34,546 jiwa dan mengalami peningkatan lagi pada tahun 2011 menjadi 34,468 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan cukup berimbang dengan penduduk perempuan cenderung lebih banyak. Desa Limbangan merupakan Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak dan terpadat dengan jumlah penduduk 5,196 jiwa atau 15.07% dari total penduduk. Kecamatan Kedungboto menempati urutan kedua dengan jumlah 3,585 jiwa atau 10.40% dan Desa Peron disusul desa Meteseh dengan jumlah 3,447 jiwa atau 10.00% total penduduk Kecamatan Limbangan.
Distribusi kenetagakerjaan menurut sektor menunjukkan bahwa tiga sektor terbesar di Kabupaten Kendal, yakni sektor Pertanian, sektor Industri Pengolahan dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran juga merupakan sektor penyerap tenaga kerja tertinggi di Kecamatan Limbangan. Mayoritas penduduk berumur 10 tahun ke atas bekerja disektor Pertanian.
3. Potensi Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. 3.1. Analisis Deskriptif.
Tanaman Pangan, Perkebunan, Peternakan serta Perikanan merupakan beberapa jenis sumberdaya Kecamatan Limbangan. Sebagai gambaran sumber daya hayati Kecamatan Limbangan adalah sebagai berikut :
1) Tanaman Pangan
Berbagai jenis tanaman pangan yang dikembangkan di wilayah Kecamatan Limbangan antara lain padi yang meliputi padi sawah dan padi gogo, jagung, ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah.
Dengan luas lahan 1,370 Ha, total produksi padi di Kecamatan Limbangan mencapai 7,447 ton pada tahun 2009. Luas lahan padi sebesar 10.89% luas lahan di Kecamatan Limbangan. Adapun total produksi mencapai 59.17% produksi tanaman pangan. Seiring dengan penciutan lahan pertanian sawah, total produksi padi menurun menjadi 5,003 Ton pada tahun 2011 dengan luas lahan 1,037 Ha. Di Kecamatan Limbangan tidak dikembangkan padi jenis Gogo. Hasil produksi padi merata di semua desa, namun secara berturut-turut desa-desa penghasil padi terbanyak antara lain Tamanrejo, Pakis, Pagerwojo, Limbangan dan Tabet.
Selain padi, berdasarkan informasi narasumber dari Kecamatan Limbangan diperoleh informasi bahwa sayuran wortel, kol/kobis dan cabe merah merupakan hasil pertanian yang potensial di Kecamatan Limbangan. Sayur-sayuran ini banyak dihasilkan di desa Gondang dan Pakis.
2) Tanaman Perkebunan/perdagangan
Bedasarkan data statistik Kecamatan Limbangan Dalam Angka 2011 hanya terpaparkan dua jenis tanaman perkebunan yang ada di Kecamatan Limbangan, yakni Kelapa dan Kapok. Penelusuran lebih lanjut mengenai potensi tanaman perkebunan terungkap bahwa kelapa tersebar pada semua desa di Kecamatan Limbangan, namun dalam kelompok kecil-kecil sehingga secara keseluruhan produksi kelapa di Kecamatan ini cukup banyak. Selain itu, melalui survei lapangan juga terungkap bahwa sumberdaya hayati teh, kopi, alpukat, karet dan gula aren merupakan tanaman perkebunan yang dinilai potensial di Kecamatan Limbangan. Teh dan kopi banyak dihasilkan di desa Peron, sementara itu desa Ngesrepbalong dan Gonoharjo merupakan sentra gula Aren.
3) Kehutanan
Untuk kelompok tanaman kehutanan, diketahui bahwa karet dan sengon merupakan hasil hutan yang cukup besar dihasilkan. Untuk karet rakyat berada di desa Kedungboto.
4) Peternakan
Kambing, dan sapi biasa merupakan jenis ternak yang dinilai potensial oleh beberapa narasumber. Populasi kambing pada tahun 2011 mencapai lebih dari 56% populasi ternak besar. Angka ini meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sementara itu sapi biasa memiliki proporsi sekitar 22% populasi ternak besar. Jika proporsi kambing semakin meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya, sebaliknya populasi sapi biasa menurun dibanding tahun sebelumnya. Populasi kambing merata di semua desa, namun beberapa yang terbesar antara lain Margosari, Ngesrepbalong, Pagerwojo dan Pakis.
3.2. Analisis Location Quotient (LQ)
1) Tanaman Pangan: Kecamatan Limbangan merupakan basis untuk produksi tanaman pangan padi, ubi kayu, dan ubi jalar. Penelusuran desa-desa penghasil padi, produksi padi merupakan produksi basis di desa Pakis, Sumberrahayu, Tambahsari, Pagertoya, Sriwulan, Tabet, Ngesrepbalong, Pagerwojo dan Tamanrejo. Untuk ubi jalar banyak dihasilkan di Gondang, Pakis, Limbangan, Gonoharjo, Jawisari dan Pagerwojo.
2) Peternakan: Berdasarkan hasil perhitungan LQ, semua desa di Kecamatan Limbangan dapat menjadi basis pengembangan ternak kambing kecuali Gondang, Sumberahayu dan Limbangan. Desa Limbangan, Gonoharjo dan Margosari dapat dijadikan basis pengembangan produksi telor ayam ras. Hasil perhitungan LQ untuk menentukan desa basis ini sejalan dengan penilaian narasumber dalam penyusunan potensi Kecamatan Limbangan
Kecamatan Limbangan memiliki beberapa potensi obyek wisata, yaitu : 1. Sumber Air Panas di desa Gonoharjo
2. Sekatul/Margosari (telah berkembang dengan area outbond dan menjadi salah satu daerah wisata edukasi)
3. Air Terjun Panglebur Gongso di desa Gondang 4. Goa Jepang di Desa Ngesrepbalong.
Selain itu, di Tingkat Kabupaten telah diwacanakan untuk pengembangan taman safari di desa Pakis- Gondang. Bahkan telah masuk dalam Perda Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Kendal.
3.3. Analisis Kesesuaian Lahan
Dengan mempertimbangkan berbagai jenis dan permasalahan sebagaimana dipaparkan maupun gambaran situasi kondisi yang terkait gambaran umum wilayah penelitian dapat dilihat bahwa:
1. Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal pada dasarnya memiliki faktor anugerah alam yang besar untuk pengembangan sumberdaya hayati yaitu: a. Pertanian tanaman pangan. Analisis LQ menunjukkan bahwa Kecamatan
Limbangan merupakan basis komoditas pangan padi sawah dan ubi kayu. Terkait ubi kayu telah berkembangan makanan olahan ubi kayu dalam bentuk criping/kripik yang mulai dikenal masyarakat di luar Kecamatan Limbangan.
b. Selain tanaman pangan, Kecamatan Limbangan memiliki potensi tanaman perkebunan yang sudah cukup terkenal yaitu teh dan kopi yang sesuai lokasinya dataran tinggi.
c. Ternak Kambing merupakan ternak dengan populasi yang besar dan tersebar di seluruh pelosok desa
d. Komoditas yang bersumber dari ternak unggas dan merupakan komoditas basis terhadap Kabupaten Kendal adalah telor ayam buras dan ternak ayam kampung
e. Terdapat tiga obyek pariwisata yang ada di Kecamatan Limbangan yaitu wisata dan outbond Kampung Jowo Sekatul di Margosari, Sumber air panas di Gonoharjo dan Goa Jepang.
2. Dukungan IPTEK.
Potensi-potensi yang ada di Kecamatan Limbangan pada dasarnya masih dikelola secara subsisten. Dalam survei lapangan yang dilakukan terungkap bahwa dalam mengelola potensi masyarakat belum berpikir bisnis atau komersial, tetapi lebih menekankan pada kecukupan pemenuhan kebutuhan keluarga. Teknologi yang digunakan adalah teknologi sederhana. Konsisi demikian dapat dikaitkan dengan tingkat pendidikan msyarakat yang relatif rendah serta kecenderungan sifat penduduk desa yang menerima kondisi apa adanya. Dengan melihat potensi pertanian tanaman pangan dan populasi ternak besar yang berada diwilayah kecamatan Limbangan dapat dilihat bahwa pertanian tanaman pangan padi sawah dapat dikembangkan menjadi tanaman padi sawah organik. Criping ubi kayu dapat dikembangkan sebagai produk pendukung pariwisata sebagai oleh-oleh kas Limbangan.
3.4. Analisis Sinergitas Kebijakan.
Sinergitas kebijakan merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan. Adanya sinergitas kebijakan akan menjadikan daya dorong pengembangan suatu wilayah menjadi lebih besar dan efisien. Berdasarkan survei dan informasi darai beberapa pemangku kepentingan, dalam pengembangan wilayah kecamatan tidak terdapat benturan kepentingan, namun demikian tetap diperlukan koordinasi yang baik antar SKPD karena terdapat beberapa SKPD yang dapat mengambil peran dalam pengembangan suatu wilayah, misalnya dinas pertanian, dinas pariwisata, dinas perindustrian dan perdagangan, Bappeda dan lain lain. Sinergitas kebijakan dalam pengembangan wilayah kecamatan Limbangan juga terjadi karena perencanaan di Tingkat kecamatan yang sesuai dengan potensi
kecamatan mengacu pada kebijakan di Tingkat Kabupaten Kendal dimana kebijakan ditingkat Kabupaten Kendal mengacu pada kebijakan tingkat propinsi Jawa Tengah.
3.5. Analisis Skalogram
Guna mengidentifikasi peranan suatu Kecamatan berdasarkan pada kemampuan tiap Kecamatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, dalam kajian ini digunakan teknik analisis Skalogram. Hal tersebut didasarkan pada asumsi semakin lengkap fasilitas ekonomi maupun sosial pada suatu Kecamatan, maka Kecamatan tersebut potensial sebagai pusat pertumbuhan. Menurut Blakely (1994: 94-99), dalam identifikasi potensi Kecamatan ini, fasilitas yang teridentifikasi antara lain sekolah, tempat ibadah, pelayanan kesehatan dan lain-lain.
Dari hasil analisis Skalogram dapat diketahui bahwa dilihat dari jumlah fasilitas yang ada, desa Ngesrepbalong merupakan desa yang paling banyak memiliki fasilitas sosial. Namun demikian, dilihat dari jenis prasarana yang dimiliki, Desa Limbangan sebagai kota Kecamatan memiliki fasilitas terlengkap.
3.6. Analisis Homogenitas Aktivitas
Terkait dengan homogenitas aktivitas di wilayah kecamatan Limbangan, dapat dikatakan bahwa aktivitas masyarakat kecamatan Kecamatan Limbangan relatif homogeny. Hal demikian disebabkan karena adanya persamaan karakter individu yang sebagian besar adalah petani, dengan tingkat pendidikan rendah dan berada diwilayah pedesan dengan kultur yang sama.
Homogenitas aktivitas juga tercermin pada adanya kesadaran pada tingkat pemerintahan kabupaten akan hal-hal terkait dengan pengembangan potensi wilayah sebagaimana disebutkan dalam RPJP. Beberapa hal tersebut yaitu:
Beberapa wilayah yang memiliki produk unggulan dan lokasi strategis di
Kabupaten Kendal yang belum dikembangkan secara optimal. Hal itu disebabkan, antara lain :
a) adanya keterbatasan informasi pasar dan teknologi untuk pengembangan produk unggulan;
b) belum adanya sikap profesionalisme dan kewirausahaan dari pelaku pengembangan kawasan di daerah;
c) belum optimalnya dukungan kebijakan daerah yang berpihak pada petani dan pelaku usaha swasta;
d) belum berkembangnya infrastruktur kelembagaan yang berorientasi pada pengelolaan pengembangan usaha yang berkelanjutan dalam erekonomian daerah;
e) masih terbatasnya akses petani dan pelaku usaha skala kecil terhadap modal pengembangan usaha, input produksi, dukungan teknologi, dan jaringan f) pemasaran, dalam upaya mengembangkan peluang usaha dan kerja sama
investasi;
g) keterbatasan jaringan prasarana dan sarana fisik dan ekonomi dalam mendukung pengembangan kawasan dan produk unggulan daerah; dan h) belum optimalnya pemanfaatan kerangka kerja sama antarwilayah untuk
mendukung peningkatan daya saing kawasan dan produk unggulan.
Adanya kesadaran atas peberapa permasalahan akan dapat menjadi dasar persamaan arah dan gerak pembangunan.
Mengacu pada homogenistas karakter lahan, maka dapat dikembangkan kawasan padi, kawasan ubi jalar, kawasan pengembangan ternak besar dan unggas dan kawasan wisata.
3.7. Analisis daya dukung lingkungan dan manajemen resiko
Keragaman hayati tananaman pangan, potensi perkebuna dan peternakak merupakan bagian dari daya dukung lingkungan Kecamatan Limbangan. Sebagai sarana mobilitas, kecamatan Limbangan didukung dengan kondisi jalan darat yang cukup baik. Daya dukung lingkungan non fisik adalah keterbukaan masyarakat dan keramahtamahan masyarakat.
Namun demikian, sebagaimana juga telah disebutkan dalam RPJP Kabupaten Kendal 2010 -2025, beberapa permasalahan yang dihadapi terkait dengan daya dukung lingkungan antara lain keinginan untuk memperoleh keuntungan ekonomi
jangka pendek seringkali menimbulkan keinginan untuk mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan sehingga menurunkan kualitas dan kuantitas sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta memperbesar risiko timbulnya korban akibat bencana alam. Selain itu, sering terjadi konflik pemanfaatan ruang antarsektor, contohnya konflik antara kehutanan dan pertambangan, perindustrian dan pertanian. Beberapa penyebab utama terjadinya permasalahan tersebut adalah :
a) belum tepatnya kompetensi sumber daya manusia dalam bidang pengelolaan
b) penataan ruang;
c) rendahnya kualitas dari rencana tata ruang;
d) belum diacunya peraturan perundang – perundangan penataan ruang sebagai payung kebijakan pemanfaatan ruang bagi semua sektor; dan
e) lemahnya penerapan hukum berkenaan dengan pemanfaatan ruang dan penegakan hukum terhadap pelanggaran berkenaan dengan pemanfaatan ruang.
Namun demikian, terdapat kemungkinan risiko yang dihadapi dalam pengembangan wilayah yakni resistensi masyarakat untuk tetap berpikir subsisten. Hal demikian disebabkan karena adanya tekanan kebutuhan hidup sehari-hari. Risiko sosial yang akan terjadi ketika suatu wilayah dikembangkan adalah adanya perubahan pola perilaku masyarakat, khususnya pada masyarakat yang berada disekitar pengembangan obyek pariwisata.
3.8. Analisis Sistem Tranportasi
Terkait dengan fasilitas ekonomi, terutama mobilisasi sumberdaya, Kecamatan Limbangan didukung dengan ketersediaan jalan darat dengan beberapa jembatan (jembatan besi dan jembatan beton) yang memadai. Sekitar 70 % ( 50km) jalan merupakan jalan beraspal. Sementatara itu, 30% (23 Km) lainnya merupakan jalan kerikil. Namun demikian, jika dilihat dari kondisi jalan, data tahun 2011 menunjukkan bahwa hampir 35% jalan di Kecamatan Limbangan dalam kondisi rusak dan rusak berat. Selain itu, kelas jalan di Kecamatan Limbangan adalah jalan
kelas V dan lainnya. Kondisi demikian perlu mendapat perhatian dari pemerintah. Sebab, untuk mengembangkan suatu wilayah sebagai pusat pertumbuhan perlu didukung sarana mobilitas yang baik. Demikian juga Kecamatan Limbangan yang memiliki beberapa potensi ekonomi yang siap untuk dikembangkan seperti tanaman pangan dan holtikultura, hasil hutan maupun pariwisata. Dilihat dari ketersediaan sarana angkutnya yakni mobil angkutan umum hanya tersedia pada beberapa desa, artinya tidak semua desa dapat diakses dengan angkutan umum. Salah satu desa yang tidak dapat diakses dengan angkutan umum adalah desa Ngesrepbalong. Padahal, selain memiliki potensi dalam bentuk sumberdaya hayati seperti ubikayu, ubi jalar dan ternak besar kambing, di desa Ngesrepbalong terdapat obyek wisata yang dapat dikembangkan yakni Goa Kiskendo. Seperti halnya Ngesrepbalong, Gonoharjo juga merupakan desa yang memiliki potensi namun belum didukung dengan ketersediaan mobil penumpang umum. Sarana angkutan darat yang banyak tersedia adalah kendaraan pribadi, sepeda motor dan sepeda.
Dengan mengacu pada beberapa metode pendekatan tersebut ditemukan beberapa potensi dan sebaran wilayah potensi kecamatan Limbangan sebagai berikut: Tanaman Pangan, Perkebunan, Peternakan serta Perikanan dan Kelautan merupakan beberapa jenis sumberdaya di Kecamatan Limbangan. Sebagai gambaran sumber daya hayati Kecamatan Limbangan adalah sebagai berikut:
3) Tanaman Pangan; berbagai jenis tanaman pangan yang dikembangkan di wilayah Kecamatan Limbangan antara lain padi yang meliputi padi sawah dan padi gogo, jagung, ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah. Selain padi, berdasarkan informasi dari narasumber dari Kecamatan Limbangan diperoleh informasi bahwa sayuran wortel, kol/kobis dan cabe merah merupakan hasil pertanian yang potensial di Kecamatan Limbangan. Sayur-sayuran ini banyak dihasilkan di desa Gondang dan Pakis. Kecamatan Limbangan merupakan basis untuk produksi tanaman pangan padi, ubi kayu, dan ubi jalar. Lokasi prioritas pengembangan padi yaitu Pakis, Limbangan dan Tamanrejo. Pengembangan ubi kayu di desa Kedungboto, Gondang dan Ngesrepbalong. Ubi jalar di desa
Ngesrepbalong, Tamanrejo, dan Margosari. Wortel, kol dan cabe merah di Gondang dan Pakis.
4) Tanaman Perkebunan/perdagangan; Berdasarkan data statistik Kecamatan Limbangan Dalam Angka 2011 hanya terpaparkan dua jenis tanaman perkebunan yang ada di Kecamatan Limbangan, yakni Kelapa dan Kapok. Penelusuran lebih lanjut mengenai potensi tanaman perkebuban terungkap bahwa sumberdaya hayati teh dan kopi merupakan tanaman perkebunan yang dinilai potensial di Kecamatan Limbangan. Teh dan kopi banyak dihasilkan di desa Peron.
5) Kehutanan; Untuk kelompok tanaman kehutanan, diketahui bahwa karet dan sengon merupakan hasil hutan yang cukup besar dihasilkan.
6) Peternakan; Kambing dan sapi biasa merupakan jenis ternak yang dinilai potensial oleh beberapa narasumber. Proporsi kambing semakin meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya, namun populasi sapi biasa menurun dibanding tahun sebelumnya. Hasil peternakaan berupa telor yang banyak terdapat di Kecamatan Limbangan adalah telor ayam ras. Hasil produksi telor itik cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Telor ayam Buras Kecamatan Limbangan merupakan basis untuk Kabupaten Kendal. Sementara itu, untuk ternak ayam, ayam ras merupakan basis. Wilayah pengembangan telor berada di desa Limbangan. Untuk pengembangan ayam kampung di Gondang, Ngesrepbalong dan Limbangan.
7) Pengembangan pariwisata sesuai denngan keberadaan obyek yaitu Kampung Jowo Sekatul di Margosari, Sumber air panas di Gonoharjo dan Goa Jepang di Ngesrepbalong.
3.9. Analisis Pariwisata.
Kecamatan Limbangan memiliki beberapa potensi obyek wisata, yaitu: 1. Sumber Air Panas di desa Gonoharjo
2. Sekatul/Margosari (telah berkembang dengan area outbond dan menjadi salah satu daerah wisata edukasi)
3. Air Terjun Panglebur Gongso di desa Gondang
4. Goa Jepang di Desa Ngesrepbalong.Analisis pariwisata dalam identifikasi potensi ini dilakukan terhadap beberapa unsur destinasi sebagai berikut: a. Daya Tarik (Attractions)
Obyek wisata Kampoeng Jawo Sekatul menawarkan keunggulan alam dan dan area outbond maupun wisata edukasi. Kampoeng Jawa Sekatul menempati area sekitar $ Hadi perbukitan Medini yang terdiri atas hamparan perbukitan yang berhawa sejuk dengan pesina keindahan persawahan. Perkebunan strawberi, perkebunan panili, tanaman obat-obatan, buah-buahan, hewan peliharaan, kolam pemancingan maupun kolan renang menjadi daya tarik tersendiri di Kampoeng Jawa. Bangunan kas Jawa tercermin pada rumah-rumah persinggahan dengan bangunan bentuk Joglo. b. Akomodasi: Secara keseluruhan pada ketiga obyek wisata yang diamati belum memiliki dukungan fasilitas yang memadai sebagai obyek wisata. Terkait dengan fasilitas akomodasi saat ini nampaknya dapat dimasukkan dalam prioritas pengembangan
c. Makanan/minuman dan cinderamata: Sejauh pengamatan di lapangan serta informasi melalui wawancara dengan stakeholder, sampai dengan saat ini belum teridentifikasi kekhasan dalam bentuk makanan maupun cendera mata.
d. Pemandu: Untuk obyek wisata Kapung Kowo Sekatul di margosari tersedia pemandu yakni pengelola wisata. Sementara itu, untuk Obyek wisata Sumber air Panas Gonoharjo dan Goa Kiskenda yang memang belum berkembang dan didukung pemandu yang memadai.
e. Infrastruktur : Jalan Darat; kondisi jalan menuju lokasi adalah jalan beraspal yang cukup baik. Listrik; Dukungan infrastruktur listrik nampaknya cukup memadai pada ketiga obyek wisata. Hal tersebut tercermin dengan tersedianya jaringan listrik yang telah terpasang pada kawasan lokasi obyek-obyek wisata. Namun demikian, dalam penelitian ini tidak teridentifikasi bagaimana kualitas sambungan listrik yang ada. Komunikasi; Dalam
penelitian ini belum teridentifikasi ketersediaan sambungan telepon. Namun demikian, pemanfaatan telepon seluler pada lokasi untuk beberapa operator dapat dilakukan dengan lancar.
f. Transportasi: Pada ketiga obyek wisata belum dapat dijangkau dengan moda transportasi umum, namun mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi
g. Keramahtamahan (hospitality) dan Keamanan: Pada unsur keramahtamahan dan keamanan, dalam kajian ini belum tergali banyak informasi yang terkait. Namun demikian, atas dasar pengamatan dilapangan serta interaksi dengan penduduk/aparat setempat pada ketiga obyek wisata menunjukkan adanya sikap keterbukaan masyarakat dalam menerima pendatang.
4. Analisis SWOT
4.1. Tanaman Pangan dan holtikultura
Evaluasi Faktor Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)
Faktor Internal
Faktor Eksternal
a. Keberagaman jenis tanaman pangan b. Ketersediaan lahan
tanaman pangan memadai. c. Ketersediaan sumberdaya
manusia
d. Dukungan pemerintah a. Potensi alam dan geografi
mendukung
b. Sumber ketahanan pangan
a. Teknologi sederhana b. Pengelolaan bersifat subsisten c. Pengelolan pasca panen untuk meningkatkan nilai tambah masih lemah d. Faktor kelembagaan petani termasuk sistem informasi manajemen e. Kesulitan mengantisipasi iklim f. Pengetahuan budidaya pertanian cenderung rendah Opportunity (Peluang) Strategi “S – O” Strategi “W – O” a. Kebutuhan
Permintaan tanaman pangan
a. Mengembangkan kegiatan agribisnis yang
memberikan nilai tambah
a. Pelatihan penguasaan/ado psi teknologi
b. Pertumbuhan penduduk yang menyebabkan kebutuhan pangan meningkat c. Perkembangan Tekonologi d. Kebijakan Pemerintah pangan b. Mengoptimalkan pemanfaatan lahan c. Melakukan promosi untuk
mendatangkan pananam modal di bidang pertanian yang berbasis pada potensi sumberdaya lokal b. Membentuk kelompok usaha bersama petani/ membentuk kelompok tani c. Pemetaan sistem informasi manajemen maupun sistem informasi geografis d. Meningkatkan
akses petani pada sumber-sumber pembiayaan Threat (Ancaman) Strategi “S – T” Strategi “W – T” a. Persaingan yang
semakin tinggi b. Globalisasi dan
Perdagangan bebas
c. Alih fungsi lahan pada masa yang akan datang. d. Faktor perubahan
iklim
a. Pengaturan/regulasi alih fungsi lahan pertanian b. Pelatihan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya pertanian c. Pengembangan pertanian organik a. Meningkatkan kualitas Sumberdaya petani dan semua pemangku kepentingan b. Mengembangkan produk olahan pertanian untuk meningkatkan nilai tambah c. Pengembangan teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing
d. Memberikan bantuan teknis kepada petani
4.2. Perkebunan
Evaluasi Faktor Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)
Faktor Internal Faktor Eksternal a. Keberagaman hasil perkebunan b. Ketersediaan lahan pengembangan c. Berpotensi karena keterkaitannya dengan industri makanan dan minuman a. Hasil dipengaruhi faktor iklim b. Kapasitas produksi relatif kecil c. Tingkat pertumbuhannya cenderung menurun d. Keterbatasan teknologi pengolah hasil pertanian e. Akses informasi
pasar relatif rendah f. Pengelolaan
produksi masih cenderung masih subsisten/orientasi bisnisnya rendah
Opportunity (Peluang) Strategi “S – O” Strategi “W – O” a. Dukungan
Pemerintah.
b. Permintaan terhadap Gula kelapa untuk pasar lokal dan pasar ekspor tinggi
c. Peluang informasi pasar semakin besar dengan pemanfaatan ICT (Information Communication Technology) d. Peluang pemanfaatan bisnis online e. Dukungan kebijakan pengembangan Industri nasional berbasis gula kelapa oleh pemerintah dalam pengembangan a. Meningkatkan keahlian petani pekebun b. Menodorong terbentuknya IKM
berbasis sumberdaya lokal c. Pendampingan secara
langsung baik
pendampingan teknis maupun tenaga ahli. d. Pembentukan kelompok
usaha
bersama/penguatan kelompok
e. Peningkatan penguasaan teknologi informasi dan fasilitasi infrastruktur.
a. Pengayaan terhadap para petani pekebun dengan pengetahuan tentang standardisasi produk. b. Fasilitasi pembentukan jejaring untuk meningkatkan akses pasar c. Pendampingan manajemen dan capacity building pelaku usaha untuk dapat meningkatkan nilai tambah serta pengetahuan bisnis d. Peningkatan akses
sentra IKM
f. Peluang Ekspor besar
Threat (Ancaman) Strategi “S – T” Strategi “W – T” a. Perekonomian
global yang fluktuatif b. Adanya
kemungkinan produk yang sama (berbasis gula kelapa) dari negara lain yang juga berkembang. a. Modernisasi proses/peralatan produksi berbasis kelapa b. Meningkatkan efisiensi sehingga daya saing meningkat c. Memperkuat struktur
permodalan, jalur distribusi serta aspek manajemen yang lainnya d. Peningkatan kegiatan promosi a. Fasilitasi standardisasi kualitas bahan baku b. Peningkatan mutu produk c. Pengembangan klaster untuk meningkatkan dan kerjasama dalam IKM untuk meningkatkan pemanfaatan economies of scale. 4.3. Pariwisata
Evaluasi Faktor Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Faktor Internal
Faktor Eksternal
a. Potensi obyek wisata berdekatan
b. Aksesibilitas memadai c. Keberagaman obyek
wisata
e. Dukungan pemerintah f. Kultur sesuai dengan
jenis wisata yang dikembangkan (wisata religi)
a. Belum di kelola dengan baik b. Belum terkenal
c. Akses ke obyek wisata sulit, belum dapat dijangkau oleh angkutan umum
d. Belum tersinerginya antar obyek wisata
Opportunity (Peluang)
Strategi “S – O” Strategi “W – O”
a. Kebutuhan masyarakat akan rekreasi semakin tinggi seiring dengan meningkatnya daya beli a. Pengembangan kawasan wisata b. Melakukan promosi untuk mendatangkan pananam modal untuk mengembangkan
a. Promosi
b. Pengembangan moda transportasi umum ke obyek wisata untuk meningkatkan akses c. Pengembangan
b. Memiliki beberapa obyek wisata yang dapat dikembangkan c. Kebutuhan pariwisata meningkat seiring pertumbuhan penduduk
obyek wisata d. Pemetaan sistem informasi manajemen maupun sistem informasi geografis
Threat (Ancaman) Strategi “S – T” Strategi “W – T” a. Perubahan perilaku masyarakat yang lebih suka berekreasi dengan cara “shoping” b. Persaingan dengan daerah lain untuk jenis obyek wisata yang sama
a. Positioning obyek wisata
b. Mengembangkan keunikan yang menjadi pembeda dengan obyek wisata yang sama di daerah lain
Bekerjasama dengan travel agent and tour untuk menyusun paket wisata
4.4. Industri
Evaluasi Faktor Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)
Faktor Internal Faktor Eksternal g. Dukungan sumberdaya h. Berbasis sumberdaya lokal e. Belum terkenal f. Skala industri rumah
tangga g. Manajemen
perusahaan lemah h. Akses modal dan pasar
rendah
i. Mutu produk belum terstandardisasi Opportunity (Peluang) Strategi “S – O” Strategi “W – O” a. Pertumbuhan penduduk
b. Daya beli masyarakat semakin tinggi
c. Permintaan makanan olahan yang cenderung meningkat d. Terbukanya pasar a. Fasilitasi informasi pasar b. Fasilitasi modal c. Mengembangkan industri makanan olahan yang berorientasi ekspor a. Promosi b. Penguatan kelembagaan pelaku usaha dngan membentuk usaha bersama c. Pelatihan
ekspor
e. Ketersediaan SDM angkatan kerja yang belum terdayagunakan secara optimal
pengembangan produk
Threat (Ancaman) Strategi “S – T” Strategi “W – T” c. Persaingan industri d. Standarisasi yang semakin ketat e. Isu lingkungan f. Kepercayaan terhadap produk IKM dalam negeri cenderung masih rendah c. Bimbingan Teknis/pendampingan d. Peningkatan pengetahuan pelaku usaha tentang pasar
a. Bimbingan teknis b. Pelatihan ketrampilan pelaku pasar untuk mengembangkan produk
5. Prioritas Wilayah Pengembangan Potensi Kecamatan
Berbagai ragam sumberdaya hayati dan sumberdaya alam lainnya serta pariwisata menunjukkan bahwa Kecamatan Limbangan memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan. Agar upaya pengembangan dapat dilakukan secara terfokus, maka pemerintah perlu menentukan titik-titik lokasi sebagai prioritas wilayah pengembangan. Pada Tabel 1 berikut disajikan beberapa titik lokasi sebagai pengembangan. Penentuan titik lokasi pengembangan dalam identifikasi potensi ini tidak hanya mendasarkan pada satu dasar atau satu alat analisis tertentu, tetapi dengan mempertimbangkan beberapa hasil analisis yang digunakan dalam analisis ini.
Tebel 1
Titik-titik Lokasi Prioritas Pengembangan Limbangan Sektor/Subsektor Jenis Potensi Titik Lokasi
Pengembangan Keterangan
Tanaman pangan
Padi Sawah Pakis. Limbangan, Tamanrejo
Merupakan produk basis Kecamatan, pemilihan lokasi prioritas
didasarkan pada LQ, merupakan 3 desa dengan luas lahan hasil padi terbesar dan tren pertumbuhan tinggi.
Sektor/Subsektor Jenis Potensi Titik Lokasi
Pengembangan Keterangan Gondang,
Ngesrepbalong,
Kecamatan, pemilihan lokasi didasarkan pada LQ, merupakan Produk Basis Desa, merupakan 3 desa dengan luas lahan hasil padi terbesar dan tren pertumbuhan tinggi. Ubi Jalar
(menurut keterangan naram sumber tidak potensial)
Ngesrepbalong, Tamanrejo, Margosari
Merupakan produk basis Kecamatan, pemilihan lokasi didasarkan pada LQ, merupakan Produk Basis Desa, merupakan 3 desa dengan luas lahan hasil padi terbesar dan tren pertumbuhan tinggi. Wortel, Kol, Cabe
Merah
Gondang, Pakis Jumlah Populasi
Perkebunan
Teh Ngesrepbalong Jumlah Populasi, dukungan infrastruktur Kopi Peron, Pakis Jumlah Populasi,
dukungan infrastruktur Alpukat Gondang, Pakis,
Ngesrepbalong, Peron
Sudah di data oleh kabupaten, dan akan dikembangkan Karet Kedungboto, Peron Rp 100rb/hari,
perkebunan rakyat dan besar
Gula Aren
Perikanan
Perikanan air tawar (lele, nila, karper)--> pancingan Pakis, Tambahsari, Jawisari, sumberahayu Ternak Besar Kambing Ngesrepbalong, Gonoharjo, Tamanrejo,
Merupakan produk basis Kecamatan, pemilihan lokasi didasarkan pada LQ, jumlah populasi, dukungan infrastruktur
Sapi Kedungboto,
Margosari
Unggas
Telor Limbangan dan
Margosari (terbesar di Asia Tenggara, kandang ada ada diperbatasan singorojo dan
Merupakan produk basis Kecamatan, pemilihan lokasi didasarkan pada LQ, jumlah populasi mencapai kurang lebih 50% populasi ayam petelor, dukungan
Sektor/Subsektor Jenis Potensi Titik Lokasi
Pengembangan Keterangan Ayam Kampung Gondang,
Ngesrepbalong, Limbangan
Merupakan produk basis Kecamatan, pemilihan lokasi didasarkan pada LQ, jumlah populasi, dukungan infrastruktur Ayam Potong Gondang, Pakis,
Tabet, Pagertoya, Gonoharjo
Kehutanan Sengon Limbangan merata di semua desa
Pariwisata
Sekatul/kampung jowo
Margosari Sudah dikekola dengan baik
Sumber air panas, Pusat perhotelan, resort
Gonoharjo Sesuai RTRW
Goa Jepang, Peninggalan candi. Resmi masuk situs purbakala)
Ngesrepbalong Sesuai RTRW
Air Terjun Ngesrepbalong, Pakis
Sesuai RTRW Air Terjun Panglebur
Gongso dan Gua, situs candi kuno, kuburan manuk (burung)
Gondang Sesuai RTRW
Konservasi dan Religi (Makam Kiageng Mataram) Konservasi Alam (obyek wisatanya Hutan dengan spesies hewan terlengkap)
Desa Limbangan Sesuai RTRW
Ada burung Mliwis migrasi dari asia australia istirahat
Limbangan
Industri
Gula Aren Limbangan, Ngesrepbalong, Peron Home Industri Criping basis singkong, pisang, beras ketan Home Industri
Sektor/Subsektor Jenis Potensi Titik Lokasi
Pengembangan Keterangan Limbangan
Gas Panas bumi Gonoharjo, Ngesrepbalong 6. Permasalahan, Arah Kebijakan dan Sasaran.
Masih terdapat eberapa permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengembangan potensi tersebut, baik terkait dengan sumberdaya manusia, teknologi maupun infrastruktur. Oleh karenanya, perlu disusun arah kebijakan yang sesuai dengan permasalahan agar perencanaan pembangunandapat berhasil secara optimal.
Tabel 2
Permasalahan, arah kebijakan dan sasaran. 1) Tanaman Pangan
Permasalahan Arah Kebijakan Sasaran
g. Teknologi sederhana h. Pengelolaan bersifat subsisten i. Pengelolan pasca panen untuk meningkatkan nilai tambah masih lemah j. Faktor kelembagaan petani termasuk sistem informasi manajemen k. Keterbatasan anggaran l. Persaingan yang semakin tinggi m. Globalisasi dan Perdagangan bebas Kebijakan pengembangan pertanian diarahkan guna pemingkatan produktivitas dan peningkatan nilai tambah hasil pertanian dengan
pengembangan produk olahan hasil pertanian
e. Meningkatkan kualitas Sumberdaya petani dan semua pemangku kepentingan
f. Mengembangkan produk olahan pertanian untuk meningkatkan nilai tambah g. Pengembangan teknologi
tepat guna untuk
meningkatkan produktivitas dan daya saing
h. Memberikan bantuan teknis kepada petani
i. Memperkuat kelembagaan petani dengan membentuk kelompok tani
j. Meningkatkan akses permodalan
k. Capasity building untuk petani dan pengarahan untuk keluar dari pola pengelolaan
pada masa yang akan datang. o. Faktor perubahan
iklim
2) Perkebunan
Permasalahan Arah kebijakan Sasaran
g. Kualitas produk relatif rendah dan tidak standar h. Hasil dipengaruhi faktor iklim i. Kapasitas produksi relatif kecil j. Sulit memanfaatkan economies of scale karena skala produksi kecil
k. Akses informasi pasar relatif rendah l. Pengelolaan produksi masih cenderung subsisten/orientasi bisnisnya rendah m. Perekonomian global yang fluktuatif n. Adanya kemungkinan produk yang sama (berbasis gula kelapa) dari negara lain yang juga berkembang.
Kebijakan pengembangan potensi perkebinan
diarahkan pada peningkatan efisiensi, upaya menjaga kesinambungan hasil, diversifikasi produk dan peningkatan daya saing
d. Meningkatnya kualitas dan standarisasi produk e. Menurunnya dampak
negatif perubahan iklim. f. Meningkatnya kapasitas produksi g. Meningkatnya akses pasar h. Meningkatnya kesadaran dan kemampuan bisnis i. Meningkatnya daya saing produk 3) Pariwisata
Permasalahan Arah kebijakan Sasaran
a. Belum begitu dikenal b. Persaingan dengan
daerah lain untuk jenis obyek wisata yang sama
c. Belum di kelola dengan baik
d. Obyek wisata belum terkenal
Pengembangan kawasan wisata
Terbentuknya kawasan wisata Limbangan
4) Industri
Permasalahan Arah kebijakan Sasaran
a. Belum terkenal b. Skala industri rumah
tangga c. Manajemen
perusahaan lemah d. Akses modal dan
pasar rendah
e. Mutu produk belum terstandardisasi f. Persaingan industri g. Standarisasi yang
semakin ketat 1. Isu lingkungan
Peningkatun mutu produk, penguatan kelembagaan dan pembentukan jejaring a. Meningkatnya mutu produksi b. Meningkatnya kapasitas Produksi c. Meningkatnya kemampuan permodalan d. Meningkatnya/semakin
luasnya jejaring yang mendukung perluasan pasar maupun akses modal
e. Sistem menajemen yang semakin baik
Tabel 3.
Program dan Kegiatan
Program dan Kegiatan Bidang Pembanganunan SKPD Terkait Pertanian
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
Dinas Pertanian (leading untuk pertanian), Disperindag, Bappeda, Disnakertrans
Pelatihan petani dan pelaku agribisnis
Penyuluhan dan pendampingan petani dan pelaku agrobisnis
Peningkatan kemampuan lembaga petani Peningkatan sistem insentif dan disnisentif bagi petani/kelompok tani
Penyuluhan dan bimbingan pemanfaatan dan produktivitas lahan tidur
Program Peningkatan Ketahanan Pangan pertanian/perkebunan
Penyusunan data base potensi produk pangan Analisis dan penyusunan pola konsumsi dan suplai pangan
Pemanfaatan perkarangan untuk pengembangan pangan
Pemantauan dan analisis akses pangan masyarakat
Pemantauan dan analisis akses harga pangan pokok
Penanganan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian
Program dan Kegiatan Bidang Pembanganunan SKPD Terkait Pengembangan intensifikasi tanaman padi,
palawija
Pengembangan diverisifikasi tanaman Pengembangan lumbung pangan desa
Pengembangan model distribusi pangan yang efisien
Pengembangan perbinihan/perbibitan Pengembangan sistem informasi pasar
Koordinasi perumusan kebijakan pertanahan dan infrastruktur pertanian dan perdesaan
Penelitian dan pengembangan sumber daya pertanian
Penelitian dan pengembangan teknologi biotekhnologi
Penelitian dan pengembangan teknologi budi daya
Penelitian dan pengembangan teknologi pasca panen
Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk perkebunan, produk pertanian
Penyuluhan sumber pangan alternative Monitoring, evaluasi dan pelaporan Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan
Penelitian dan pengembangan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan
Fasilitasi kerjasama
regioanal/nasioanal/internasional penyediaan hasil produksi pertanian/perkebunan
komplementer
Pembangunan sarana dan prasarana pasar kecamatan/perdesaan produksi hasil pertanian/perkebunan
Pembangunan pusat-pusat etalase/eksibi/promosi atas hasil produksi pertanian/perkebuanan
Pemeliharan rutin/berkala sarana dan prasarana pasar kecamatan/pedesaan produksi hasil pertanian/perkebunan
Promosi atas hasil produksi pertanian/perkebunan unggul daerah
Penyuluhan pemasaran produksi
pertanian/perkebunan guna menghindari tengkulak dan sistem ijon
Program dan Kegiatan Bidang Pembanganunan SKPD Terkait Pembangunan pusat-pusat penampungan produksi
hasil pertanian/perkabunan masyarakat yang akan dipasarakan
pengolahan informasi permintaan pasar atas hasil produksi pertanian/perkebunan masyarakat Penyuluhan distribusi pemasaran atas hasil produksi pertanian/perkebunan masyarakat Penyuluhan kualitas dan teknis kemasan hasil produksi pertanian/perkebunan yang akan dipasarkan
Monitoring, evaluasi dan pelaporan Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan
Penelitian dan pengembangan teknologi pertanian/perkebunan tepat guna
Pengadaan sarana dan prasaranan teknologi pertanian/perkebunan tepat guna
Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna Kegiatan penyuluhan penerapan teknologi pertanian/perkebunan tepat guna
Pelatihan dan bimbingan pengoperasian teknologi pertanian/perkebunan tepat guna
Pelatihan penerapan
teknologipertanian/perkebunan modern bercocok tanam
Monitoring, evaluasi dan pelaporan
Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan Penyuluhan peningkatan produksi
pertanian/perkebunan Penyediaan sarana produksi pertanian/perkebunan Pengembangan bibit unggul pertanian/perkebunan
Sertifikasi bibit unggul pertanian/perkebunan Penyusunan kebijakan pencegahan alih fungsi lahan pertanian
Monitoring, evaluasi dan pelaporan
Program pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan
Program dan Kegiatan Bidang Pembanganunan SKPD Terkait pertanian/perkebunan
Peningkatan kesejahteraan tenaga penyuluh pertanian/perkebunan
Penyuluhan dan pendampingan bagi pertanian/perkebunan
Pariwisata
Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
Dinas pariwisata
(leading), Bappeda, dinas tenaga kerja (untuk penyediaan tenaga kerja terampil), dinas
perhubungan. Bapermas Analisa pasar untuk promosi dan pemasaran
objek pariwisata
Peningkatan pemanfaatan teknologi informasi dalam pemasaran pariwisata
Pengembangan jaringan kerja sama promosi pariwisata
Koordinasi dengan sektor pendukung pariwisata Pelaksanaan promosi pariwisata nusantara di dalam dan di luar negeri
Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program pengembangan pemasaran pariwisata
Pengembangan Statistik Kepariwisataan Pelatihan pemandu wisata terpadu Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
Pengembangan objek pariwisata unggulan Peningkatan pembangunan sarana dan perasarana pariwisata
Pengembangan jenis dan paket wisata unggulan Pelaksanaan koordinasi pembangunan objek pariwisata dengan lembaga/dunia usaha
Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program pengembangan destinasi pemasaran pariwisata Pengembangan daerah tujuan wisata
Pengembangan, sosialisasi, dan penerapan serta pengawasan standardisasi
Program Pengembangan Kemitraan
Pengembangan dan penguatan,informasi dan database
Pengembangan dan penguatan litbang, kebudayaan dan pariwisata
Pengembangan SDM di bidang kebudayaan dan pariwisata bekerjasama dengan lembaga lainnya Fasilitasi pembentukan forum komunikasi antar pelaku industri pariwisata dan budaya
Pelaksanaan koordinasi pembangunan kemitraan pariwisata
Program dan Kegiatan Bidang Pembanganunan SKPD Terkait Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program
peningkatan kemitraan
Pengembangan sumber daya manusia dan profesionalisme bidang pariwisata
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengembangan kemitraan pariwisata Monitoring, evaluasi dan pelaporan Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Industri
Program penciptaan iklim Usaha Kecil Menengah yang kondusif
Disyankop dan UKM (leading SKPD). Disperindag, Disnakertrans, Bappeda Penyusunan kebijakan tentang Usaha Kecil
Menengah
Sosialisasi kebijakan tentang Usaha Kecil Menengah
Fasilitasi kemudahan formalisasi badan Usaha Kecil Menengah
Pendirian unit penanganan pengaduan
Pengkajian dampak regulasi/ kebijakan nasional Perencanaan, koordinasi dan pengembangan Usaha Kecil Menengah
Pengembangan jaringan infrastruktur Usaha Kecil Menengah
Fasilitasi pengembangan Usaha Kecil Menengah Fasilitasi Permasalahan proses produksi Usaha Kecil Menengah
Pemberian Fasilitasi Pengamanan kawasan Usaha Kecil Menengah
Monitoring, evaluasi dan pelaporan
Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah
Fasilitasi pengembangan inkubator teknologi dan bisnis
Memfasilitasi peningkatan kemitraan investasi Usaha Kecil Menengah dengan perusahaan asing Memfasilitasi peningkatan kemitraan usaha bagi Usaha Mikro Kecil Menengah
Peningkatan kerjasama di bidang HAKI
Fasilitasi Pengembangan sarana promosi hasil produksi
Penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan Pelatihan manajemen pengelolaan koperasi/ KUD
Program dan Kegiatan Bidang Pembanganunan SKPD Terkait Menengah
Sosialisasi dan pelatihan pola pengelolaan limbah industri dalam menjaga kelestarian kawasan Usaha Mikro Kecil Menengah
Monitoring, evaluasi dan pelaporan
Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah
Sosialisasi dukungan informasi penyediaan permodalan
Pengembangan klaster bisnis
Koordinasi pemanfaatan fasilitas pemerintah untuk Usaha Kecil Menengah dan Koperasi Koordinasi penggunaan dana pemerintahan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah
Pemantauan pengelolaan penggunaan dana pemerintah bagi Usaha Mikro Kecil Menengah Pengembangan sarana pemasaran produk Usaha Mikro Kecil Menengah
Peningkatan jaringan kerjasama antar lembaga Penyelenggaraan pembinaan industri rumah tangg, industri kecil dan industri menengah Penyelenggaraan promosi produk Usaha Mikro Kecil Menengah
Pengembangan Kebijakan dan program peningkatan ekonomi local
Monitoring, evaluasi dan pelaporan Dst………
Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan program pembangunan koperasi
Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan perkoperasian
Pembangunan sistem informasi perencanaan pengembangan Perkoperasian
Sosialisasi prinsip-prinsip pemahaman perkoperasian
Permbinaan, pengawasan dan penghargaan koperasi berprestasi
Peningkatan dan pengembangan jaringan kerjasama usaha koperasi
Penyebaran model-model pola pengembangan koperasi
Program dan Kegiatan Bidang Pembanganunan SKPD Terkait manajemen modern pada jenis-jenis usaha
koperasi
Monitoring, evaluasi dan pelaporan Perindustrian
Program peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi Disperindag (leading SKPD). Disnakertrans, Bappeda, Disyankop dan UKM
Koordinasi modal ventura bagi industri berbasis teknologi
Pelayanan pengambangan modal ventura dan inkubator
Pengembangan Infrastruktur kelembagaan standarisasi
Pengembangan kapasitas pranata pengukuran, standarisasi, pengujian dan kualitas
Pengembangan sistem inovasi teknologi industry Penguatan kemampuan industri berbasis
teknologi
Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Fasilitasi bagi industri kecil dan menengah terhadap pemanfaatan sumber daya
Pembinaan industri kecil dan menengah dalam memperkuat jaringan klaster industri
Penyusunan kebijakan industri terkait dan industri penunjang industri kecil dan menengah Pemberian kemudahan izin usaha industri kecil dan menengah
Pemberian fasilitas kemudahan akses perbankan bagi industri kecil dan menengah
Fasilitasi kerjasama kemitraan industri mikro, kecil dan menengah dengan swasta
Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri Pembinaan kemampuan teknologi industry Pengembangan dan pelayanan teknologi industry Perluasan penerapan SNI untuk mendorong daya saing industri manufaktur
Perluasan penerapan standar produk industri manufaktur
Program Penataan Struktur Industri
Kebijakan keterkaitan industri hulu-hilir Penyediaan sarana maupun prasarana klaster industri
Pembinaan keterkaitan produksi industri hulu hingga ke hilir
Program dan Kegiatan Bidang Pembanganunan SKPD Terkait Pembangunan akses transportasi sentra-sentra
indrustri potensial
penyediaan sarana informasi yang dapat diakses masyarakat
7. Penutup.
Otonomi daerah telah diluncurkan sejak berlakuknya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan undang undang Nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan. Berlakunya kedua undang-undang tersebut dan penggantinya membawa konsekwensi tertentu bagi daerah. Pada satu sisi terdapat keleluasaan daerah untuk mengatur dan mengelola rumah tangganya sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi daerah masing-masing. Segala perencanaan terkait dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat dapat secara fleksibel direncanakan di daerah sesuai dengan kondisi dan kemampuan daerah setempat. Namun demikian, pada sisi yang lain hal tersebut membawa konsekwensi logis pada tanggung jawab dan sumber pembiayaan. Daerah dituntut untuk semakin mandiri dalam perencanaan maupun pembiayaan. Dengan diketahui potensi maupun sebarannya tersebut diharapkan tujuan penyelenggaraan otonomi daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.