• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Berbasis PSAK 69 (Studi Kasus Pada Peternakan UD Wibowo Farm Kabupaten Blitar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Berbasis PSAK 69 (Studi Kasus Pada Peternakan UD Wibowo Farm Kabupaten Blitar)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus Pada Peternakan UD Wibowo Farm Kabupaten Blitar) Latifa Nur Aini 1*, Meta Ardiana2

1,2Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Hasyim Asyari

Jl. Irian Jaya No.55 Tebuireng, Cukir, Kec Diwek, Kab Jombang Latifanuraini04@gmail.com

Abstract

This study aims to determine the accounting treatment of biological assets in the form of recognition, measurement, and also disclosures in the financial statement of biological assets at Wibowo farm in Blitar District. In this study researchers used qualitative research methods in which researcher will observe the object in the field directly in order to obtain existing data and are also needed in research. The results of this study indicate that Wibowo Farm which engaged in laying hens has not yet fully applied the accounting treatment of biological assets based on PSAK No.69. Measurement of biological assets measured at fair value is in accordance with PSAK 69, but they haven’t journalized every transaction in accordance with PSAK. They only record simple purchase transactions. Wibowo Farm also doesn’t present and also disclose biological assets in the annual financial statement. They experience difficulties and limited time so that the basic financial statement rules have not yet been applied.

Keywords : Biological assets; PSAK 69.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan akuntansi aset biologis yang berupa pengakuan, pengukuran, dan juga pengungkapan dalam laporan keuangan aset biologis di peternakan Wibowo Farm yang berada di Kabupaten Blitar. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang dimana peneliti akan mengamati obyeknya di lapangan secara langsung guna memperoleh data-data yang ada dan juga diperlukan dalam penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Wibowo Farm yang bergerak pada bidang peternakan ayam petelur belum sepenuhnya menerapkan perlakuan akuntansi aset biologis berdasarkan PSAK 69. Pengukuran aset biologis yang diukur sebesar nilai wajarnya sudah sesuai dengan PSAK 69, namun mereka belum menjurnal setiap transaksi sesuai dengan PSAK. Mereka hanya melakukan pencatatan transaksi pembelian sederhana. Wibowo Farm juga belum menyajikan dan juga mengungkapkan aset biologis dalam laporan keuangan tahunan. Mereka mengalami kesulitan dan waktu yang terbatas sehingga belum diterapkan dasar aturan laporan keuangan yang berlak.

(2)

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang mempunyai wilayah yang cukup luas, luas wilayah Indonesia mencapai ±5.455.675 km² dan sebesar ±3.544.744 km² diantaranya atau 2/3 wilayahnya adalah lautan, karena wilayahnya yang luas Indonesia berbatasan dengan banyak negara walaupun mayoritas negaranya adalah negara ASEAN (Aji, 2018). Kekayaan sumber daya alam yang melimpah menjadikan Indonesia sebagai negara yang diincar oleh investor luar. Luasnya wilayah, sumber daya alam yang melimpah serta iklim tropis dan juga jenis tanah vulkanik yang ada di Indonesia mendukung negara ini untuk bercocok tanam dan juga melakukan aktivitas industri pertanian dan perkebunan, selain itu Indonesia juga sangat cocok untuk melakukan kegiatan peternakan.

Kegiatan industri dalam pertanian, perkebunan dan peternakan merupakan salah satu kegiatan industri yang sangat membantu dalam mendukung perekonomian di Indonesia sebagai negara berkembang. Mayoritas penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani dan aktivitas agrikultur lainnya, maka dari itu Indonesia disebut sebagai negara agraris. Industri pertanian dan perternakan memegang peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, sektor perternakan merupakan salah satu sub sektor yang menjadi motor penggerak pembangunan khususnya wilayah pedesaan. Setiap kegiatan bisnis atau sejenisnya, laporan keuangan adalah hal yang sangat penting bagi perusahaan. Karena laporan keuangan adalah salah satu manajemen perusahaan yang utama. Lapora keuangan sebagai jembatan informasi dari perusahaan kepada pengguna, yaitu bagi investor, pemasok, pelanggan dan pemerintah maupun pengguna laporan keuangan lainnya serta untuk mengetahui prospek perusahaan kedepannya. Laporan keuangan yang baik harus memenuhi beberapa standar kualitas antara lain, dapat dipahami, relevan, meterealitas, andal, komparabilitas, kelengkapan, substansi mengungguli bentuk, pertimbangan yang sehat, tepat waktu, dan juga seimbang antara biaya dan manfaat (Rudianto, 2012).

(3)

salah satu hal yang harus diperhatikan, karena metode akuntansi yang digunakan harus sesuai dengan entitas yang dijalankan. Untuk laporan keuangan dalam kegiatan agrikultur mungkin berbeda dengan kegiatan industri lainnya dalam pengakuan, pengukuran, dan pengungkapannya karena kegiatan agrikultur ini terdapat aset biologis yang mana aset ini berbeda dengan aset pada umumnya, maka dari itu pencatatan laporan keuangan aset biologis pun harus sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang ada.

Aset biologis merupakan aset yang bisa dikatakan unik dan berbeda dengan aset lain karena mengalami pertumbuhan ataupun perubahan dalam jangka waktu tertentu. Aset ini bahkan mengalami transformasi setelah menghasilkan sebuah output. Menurut Arimbawa (2016) aset biologis mengalami transformasi yang dimulai dengan pertumbuhan, degenerasi, produksi, dan prokreasi. Dalam masa transformasi ini maka aset biologis mengalami perubahan baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Contoh dari aset bilogis yang merupakan aset makhluk hidup seperti tumbuhan maupun hewan. Dari aset bilogis ini nanti akan menghasilkan produk aset biologis, dan biasanya ada aset biologis tambahan.

Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah menyetujui Exposure Draft PSAK 69: Agrikultur dalam rapatnya pada tanggal 29 Juli 2015, ED PSAK 69 berlaku untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2017. PSAK No. 69 ini merupakan adopsi dari IAS 41 (International Accounting Standart). PSAK 69 merupakan pedoman yang mengatur mengenai perlakuan agrikultur dan juga pengungkapan yang berkaitan dengan agrikultur atau aset biologis. Selain itu PSAK 69 juga mengatur mengenai transformasi yang dialami oleh aset biologis yang terdiri dari pertumbuhan, degenerasi, produksi, serta prokreasi aset biologis (Darmanto, 2016).

Penentuan PSAK 69 ini terjadi perdebatan panjang di dunia akuntansi, terlebih yang pada sebelumnya menerapkan metode biaya perolehan. Suwardjono (2008) mengemukakan bahwa historical cost merupakan rupiah kesepakatan atau harga pertukaran yang telah tercatat dalam sistem pembukuan. Dalam konsep

(4)

historical cost sendiri pos-pos laporan keuangan dihitung berdasarkan harga perolehan pada saat transaksi tersebut terjadi (Murtianingsih dan Setiawan, 2016). Dengan diterapkannya PSAK 69 ini maka penilaian terhadap aset biologis tidak lagi dilakukan dengan menggunakan pendekatan biaya perolehan, akan tetapi dinilai dengan menggunakan pendekatan nilai wajar. Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk menghasilkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran (Martani dkk, 2015).

Kondisi wilayah Indonesia yang cocok untuk industri pertanian dan peternakan menjadi salah satu alasan banyak petani dan peternak di Negara ini. Salah satu wilayah yang menjadi penyuplai telur yang cukup banyak adalah kabupaten Blitar. Terdapatnya lahan atau wilayah kosong yang masih cukup luas dijadikan warga sebagi tempat beternak unggas. Salah satu peternak unggas yang berada di Kabupaten Blitar yaitu Peternakan Wibowo FARM. Sudah cukup jelas bahwa peternak tentu melibatkan aset biologis di dalam usahanya. Terkait laporan keuangan dalam pencatatannya di Peternakan Wibowo FARM masih dilakukan secara manual yaitu menggunakan buku besar folio.

Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis perlakuan akuntansi aset bilogis perihal pengakuan, pengukuran dan juga penyajian. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Berbasis PSAK 69 pada Peternakan UD Wibowo FARM”.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif adalah sebuah metode yang digunakan peneliti untuk menemukan penemuan atau teori terhadap penelitian pada satu waktu tertentu. Menurut Sugiyono (2017) penelitian dengan pendekatan kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada

(5)

kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), dimana peneliti dianggap sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan dengan tringgulasi (gabungan), analisa data yang bersifat induktif kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan sebuah makna daripada generalisasi.

Lokasi penelitian adalah tempat yang akan digunakan untuk penyebaran angket atau pengambilan data dalam penelitian. Dalam penelitian ini lokasi yang dipilih adalah Peternakan Wibowo FARM yang berada di dusun Darugan Rt. 6 Rw. 3 desa Kandangan kecamatan Srengat kabupaten Blitar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Wibowo Farm mengakui aset biologis dimulai pada saat pembelian DOC umur 0-1 hari dan dilakukan pencatatan didalam buku pembelian beserta bukti transaksinya. Untuk pengakuan aset biologis yang sudah memasuki usia produktif dilakukan pengklasifikasian atau pemindahan akun untuk pengelompokan aset biologis yang sudah menghasilkan dan aset biologis yang belum menghasilkan sesuai dengan PSAK No. 69. Namun dalam hal pengklasifikasian aset biologis Wibowo Farm belum melakukan penjurnalan yang seharusnya dilakukan. Sedangkan dalam PSAK No. 69 paragraf 45 dijelaskan bahwa setiap aset biologis dapat diklasifikasikan menjadi aset biologis menghasilkan dan juga belum menghasilkan. Selain itu dalam PSAK No.69 paragraf 43 dijelaskan bahwa dalam laporan keuangan aset biologis dianjurkan memberikan deskriptif kualitatif dari setiap kelompok aset biologis yang ada untuk membedakan antara aset biologis yang menghasilkan dan belum menghasilkan, sesuai dengan keadaan aset biologis. Hal ini digunakan untuk memberikan informasi dan juga untuk melihat atau berguna untuk menilai arus kas di masa depan. Hal ini belum sesuai dengan perlakuan akuntansi yang terdapat di Wibowo Farm.

Pengukuran Aset Biologis

Pengukuran Aset biologis pada Wibowo Farm menggunakan harga perolehan yang ditentukan oleh nilai wajar. Untuk persetujuan pesanan aset

(6)

biologis ditentukan oleh supplier yang didasarkan berdasarkan harga pasar dan kesepakatan bersama antara supplier dengan entitas. Pengukuran nilai wajar yang dimaksud yaitu berdasarkan harga ayam yang sejenis dan dianggap paling menguntungkan oleh entitas. namun ada ketentuan lain apabila nilai wajar tidak dapat diukur secara andal. Seperti yang dijelaskan dalam PSAK No. 69 paragraf 30, bahwa aset biologis dapat diukur pada biaya perolehan dikurangi akumulasi deplesi dan akumulasi kerugian penurunan nilai. Namun dalam hal pengukuran aset biologis ini Wibowo Farm belum melakukan pencatatan atau penjurnalan pada saat transaksi pengakuan awal.

Wibowo Farm pada saat pengakuan awal, selisih antara nilai wajar dengan harga perolehan diakui sebagai laba atau rugi. Namun mereka belum melakukan penjurnalan yang seharusnya dicatat setiap transaksi.

Dalam hal produk agrikultur yang berupa telur, Wibowo Farm mengukur produk agrikultur tersebut berdasarkan nilai wajar. Kesepakan dibuat berdasarkan nilai yang menguntungkan entitas dan juga supplier. Wibowo Farm mengakui adanya penjualan produk agrikultur yang berupa telur. Telur yang dihasilkan akan dijual pada hari itu juga. Maka tidak dilakukan penjurnalan persediaan atas produk agrikultur. Wibowo Farm mencatat penjualan produk agrikultur setiap kali transaksi, namun mereka hanya melakukan pencatatan hasil produk agrikultur pada laporan harian hasil telur.

Aset biologis dalam kegiatan agrikultur diumpamakan sebagai mesin produksi. Aset akan mengalami deplesi atau penyusutan, begitupun dengan aset biologis yang akan mengalami deplesi. Dalam hal ini Wibowo Farm mengakui adanya deplesi pada aset biologis berdasarkan nilai produktifnya. Wibowo Farm belum melakukan penjurnalan dalam deplesi aset biologis.

Wibowo Farm mengatakan bahwa usia ternak yang sudah benar-benar tidak produktif lagi yaitu sekitar 85 minggu, maka dari itu aset biologis atau ternak siap untuk diafkir atau dijual, hanya saja penjurnalan belum dilakukan oleh mereka.

Aset biologis merupakan aset yang bisa saja mengalami kematian karena aset ini merupakan aset berupa makhluk hidup dan bisa terkena penyakit atau hal

(7)

lainnya.

Apabila aset biologis ini mengalami kematian maka hal ini akan merugikan entitas. Namun dalam hal ini Wibowo Farm belum melakukan perhitungan secara rinci dan juga penjurnalan yang sesuai dengan PSAK No.69. Sedangkan untuk kematian yang dialami oleh aset biologis yang belum menghasilkan maka perhitungan atau pengukuran didasarkan dengan harga perolehan. Untuk pencatatan kerugian atas kematian aset biologis telah dilakukan oleh Wibowo Farm. Hal ini sesuai dengan PSAK No.69.

Pengungkapan Aset Biologis

Dalam laporan keuangan aset biologis berdasarkan PSAK No. 69 entitas harus mengungkapkan:

a. Keuntungan dan kerugian yang timbul selama periode berjalan pada saat pengakuan awal aset biologi dan produk agrikultur

b. Jumlah dan tempat dimana aset biologis itu berada, dan juga jumlah aset biologis yang dijaminkan untuk liabilitas.

c. Jumlah komitmen untuk pengembangan

d. Strategi manajemen resiko keuangan yang terkait

Selain itu, ada pengungkapan tambahan yang harus disertakan oleh entitas apabila aset biologis yang nilai wajarnya tidak dapat diukur dengan andal. Berikut ini bebrapa hal yang harus diungkapkan oleh entitas apabila nilai wajar aset biologis tidak dapat diukur secara andal:

a. Deskripsi dari aset biologis

b. Penjelasan tentang alasan mengapa nilai wjar aset biologis tersebut tidak dapat diukur secara andal.

c. Metode yang digunakan

Dalam hal pengungkapan aset biologis, Wibowo Farm belum sesuai dengan PSAK No. 69 tersebut. Karena mereka belum menyertakan deskriptif dan juga penjelasan dalam laporan keuangannya.

(8)

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti, maka peneliti dapat mengambil simpulan bahwa pada perlakuan aset biologis yang terdapat di Wibowo Farm pengakuan awal di akui sebesar harga perolehan atau harga pasar yang dibeli pada saat DOC berumur 0-1 hari. Hal ini sudah sesuai dengan PSAK No. 69. Namun Wibowo Farm belum sepenuhnya sesuai karena mereka belum melakukan penjurnalan pada saat pengakuan awal. Mereka hanya melakukan pencatatan pada buku pembelian. Kemudian dalam pengukuran aset biologis Wibowo Farm menggunakan harga perolehan yang sesuai dengan harga pasar. Dalam hal ini bisa dikatakan mereka sudah sesuai dengan PSAK No. 69 yang mana pengukuran aset biologisnya menggunakan nilai wajar dan apabila nilai wajar tidak dapat diukur maka entias bisa menggunakan harga perolehan. Wibowo Farm juga sudah melakukan pembedaan aset antara aset yang belum menghasilkan dan belum menghasilkan. Namun Wibowo Farm belum melakukan perhitungan secara rinci terhadap aset yang telah menghasilkan tersebut. Serta untuk kematian yang dialami aset biologis akan dicatat oleh entitas kedalam buku harian hasil produksi dan dianggap sebagai deplesi, namun mereka belum memperhitungkan secara rinci kedalam laporan keuangan. Untuk pencatatan aset biologis entitas hanya melakukan pencatatan di buku harian hasil produksi saja. Untuk aset yang sudah mengalami pemberhentian produksi akan diafkir atau dijual. Setelah itu akan diganti dengan membeli DOC baru. Ayam yang diafkir biasanya pada umur lebih dari 76 minggu, mengalami pemberhentian produksi. Namun selain itu ada juga ayam yang belum berumur 76 minggu tetapi sudah tidak berproduksi maka juga akan diafkir. Kurangnya waktu dan belum familiarnya terhadap aset biologis menjadikan satu kendala Wibowo Farm untuk melakukan pencatatan dalam laporan keuangan. Laporan yang dibuat berupa laporan laba rugi tiap tahunnya. Namun kesesuaian penganggapan dan tidak dilakukannya pencatatan penjurnalan serta laporan keuangan aset biologis

(9)

membuat entitas ini sudah sesuai namun belum sesuai secara formal dengan standar yang telah ada yaitu PSAK No. 69. Penganggapan serta pernyataan yang sebenarnya sudah sesuai namun belum diterapkan ini perlu dilakukan perbaikan, sehingga tercipta laporan keuangan yang sesuai dengan standar yang ada agar lebih andal dan relevan.

DAFTAR PUSTAKA

Arimbawa, Putu Megi Dkk. 2016. “Perlakuan Akuntansi Aset Biolois Pada Organisasi Kelompok Tani Ternak Sapi Kerta Dharma Desa Tukadmunga Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng”. Jurnal Akuntansi. Vol 6 (3). Darmanto, Sugik. 2016. “Perbandingan Perlakuan Akuntansi Aset Biologis

Berdasarkan International Accounting Standard 41 dengan PSAK 69 Pada PTPN XII UUS Gunung Gumitir”. Jurnal Fakultas Ekonomi Jember: Universitas Muhammadiyah Jember

Fuad, Syamratul. 2017. “Tinjauan Kritis Aset Biologis PSAK 69 Dala Prespektif Syariah”. Jurnal Asset. Vol. 7 (2): hal. 277-291

Hidayat, Muhammad. 2018. “Analisis Perlakuan Akuntansi Aktivitas Agrikultur Pada Perusahaan Sektor Perkebunan Yang Terdaftar Di BEI Menjelang Penerapan PSAK 69”. Jurnal Measurement. Vol. 12 (1): P-ISSN 2252-5394

Ibrahim, M.A. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Kieso. E.D. Dkk. 2002. Accounting Principles.Buku 1 Edisi 7. Jakarta: Salemba Empat.

Martani, Dwi. Dkk. 2015. Akuntansi Keuangan Menengah. Jakarta: Salemba Empat

Maghfiroh, Siti. 2017. Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Pada Industri Perkebunan Berdasarkan IAS 41 Agriculture Dan PSAK 69 Agrikultur Pada PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Surabaya. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

(10)

Meilansari, A.Y et al. 2019. “Evaluasi Penerapan PSAK 69 Agrikultur Terhadap Aset Biologis Pada Perusahaan Perkebunan Pertanian yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2017)”. Jurnal Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Vol. 08 (04)

Moleong, L. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT REmaja Posdakarya.

Murtianingsih. Dkk. 2016. “The Implementation of Fair Value on Short Term Assesment of Biological Asset”. Journal of Accounting and Business. Nafila, Y.R. 2018. Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Berdasarkan PSAK NO. 69

Pada PT. Tabassam Jaya Farm. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Nurhandika, Arief. 2018. “Implementasi Akuntansi Biologis Pada Perusahaan Perkebunan Indonesia”. Jurnal Fakultas Ekonomi, Bisnis, dan Akuntansi (JEBA). Vol. 20 (02)

Pratiwi, Wike. 2017. “Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Berbasis PSAK 69 Agrikultur Pada PT. Perkebunan Nusantara XII Kalisenen Kabupaten Jember. Proseding Seminar Nasional dan Call For Paper Ekonomi dan Bisnis. ISBN 978-602-5617-01-0.

PSAK Nomor 69 Tahun 2017 Tentang Agrikultur terdiri dari Aset Biologis dan Produk Agrikultur

Rudianto. 2012. Pengantar Akuntansi konsep dan teknik penyusunan laporan keuangan. Jakarta: Erlangga

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung:Alfabeta Suwardjono. 2006. Teori Akuntansi Perekayasan Pelaporan Keuangan.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu dipilih air laut sebagai koagulan alternatif pada pengolahan limbah cair pabrik tahu, karena air laut mudah didapat dalam jumlah yang cukup besar dan

Tetapi pada kultur antera lain ditemukan bahwa justru penurunan konsentrasi sukrosa yang meningkatkan keberhasilan regenerasi kalus, seperti yang dilaporkan oleh Tai dan Xiong

Disfungsi dan nonfungsi adalah ide yang diajukan Merton Untuk mengoreksi penghilangan serius tersebut yang terjadi di dalam fungsionalisme struktural awal.Disfungsi

Perusahaan juga belum mampu mendapatkan kepercayaan untuk mendapatkan sumber pendanaan sehingga speed of adjustment menuju struktur modal optimalnya lambat (Castro et

Berdasarkan uraian di atas baik dari aspek pemanfaatan untuk perairan Arafura yang terindikasi “over-fishing” maupun laju kenaikan produksi udang sebesar 92,51 %, maka dapat

1.3.1 Kinerja Puskesmas dan Strategi Pelayanan dan penyelenggaraan upaya puskesmas di analisis sebagai bahan untuk perbaikan. Rencana Monitoring dan penilaian kinerja (hasil

Berbeda dengan penelitian pada Wato (2017) Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Manajemen Laba Riil dan Future Stock Returns menunjukkan hasil bahwa modal

pemberian arti terhadap rangsang yang diterima. Namun demikian pada proses tersebut tidak hanya sampai pada pemberian arti saja tetapi akan mempengaruhi pada