PERBEDAAN PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN
ANTARA METODE CERAMAH DIBANDING DISKUSI
TERHADAP SIKAP TENTANG SADARI DITINJAU DARI
PENGETAHUAN
Sestiono Mindiharto, S.Psi, M.Kes
1STIKES INSAN UNGGUL SURABAYA
sestionomindiharto@gmail.com
Abstract
Background: Breast cancer is one type of cancer is most common in women in
Indonesia and around the world. Breast self-examination is a screening can be done by the women for the early detection of breast cancer. This study aims to Analyze the differences effects of health education lecturing and discussion methods on attitudes about Breast Self Examination based on knowledge.
Subjects and Methods: This research used the experimental research using a single
blinded with Randomized Controlled Trial design. The samples of the research were taken by using the cluster random sampling technique. There are 30 subjects intervention or control group for each to the second semester of college students of the school year 2012/2013. Reliability of the instrument variables were examined by using Item-Total Correlation, Split-Half Reliability. Alpha () Cronbach. The data were analyzed by using the Mann Whitney and multiple linear regression.
Results: There is a positive and significant effect of the method of health education
with college student attitudes about BSE (b1 = 5.98 CI = 95% 2.89 to 9.01, p <0.001). Knowledge (b1 = 0.99 CI = 95% 0.40 to 1.58, p = 0.001).
Keywords: Health education, lecture, discussions, Breast Self Examination.
PENDAHULUAN
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker terbanyak dijumpai pada wanita di Indonesia dan di seluruh dunia. Satu dari tiga orang di dunia akan terkena sejenis kanker selama hidup mereka, dan pada wanita kemungkinan besar adalah kanker payudara. Lebih dari 25 % wanita yang didiagnosis kanker adalah kanker
payudara. Sekitar 1 dari 10 wanita segala umur akan terkena kanker payudara pada suatu saat dalam kehidupannya. Banyak orang khawatir bahwa kanker payudara semakin menyebar. Risiko terjadinya penyakit ini akan meningkat seiring peningkatan umur wanita dimana pada usia 25 tahun sebesar 1 : 20.000, usia 35 tahun sebesar 1 : 600, dan pada usia 50
2
taun risikonya satu dalam 50 (Buckman, 2010)
Di Indonesia sendiri kanker
payudara merupakan salah satu jenis kanker terbanyak (Perhimpunan Onkologi Indonesia, 2010). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan prevalensi kanker adalah 4,3 per 1000 penduduk, artinya dari setiap 1000 orang di Indonesia sekitar 4 orang di antaranya menderita kanker (Depkes RI, 2012).
Berdasarkan Pathological Based
Registration di Indonesia, kanker payudara menempati urutan kedua setelah kanker serviks dengan frekuensi relatif sebesar 11,5%. Diperkirakan angka
terjadinya di Indonesia adalah
12/100.000 perempuan, sedangkan di Amerika adalah sekitar 92/100.000 perempuan dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18% dari kematian yang dijumpai pada
perempuan (Perhimpunan Onkologi
Indonesia, 2010). Yoo et al. (2010) dalam jurnalnya menyatakan bahwa lebih dari 20% wanita usia 65 tahun atau lebih di Amerika menderita kanker payudara dan membutuhkan kemoterapi. Data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2008 menunjukkan terdapat 18,4% kasus kanker payudara (Depkes RI, 2012).
Pemeriksana Payudara Sendiri atau biasa orang menyebut dengan istilah
SADARI merupakan satu-satunya cara efektif untuk meningkatkan deteksi dini
terhadap kanker payudara. Angka
kematian akibat kanker payudara terbukti menurun sejak tahun 1990 apabila segera terdeteksi secara dini dan terapi yang baik (Rasjidi, 2010). Saryono (2009) juga mengemukakan bahwa deteksi dini
kanker payudara dapat menekan
kematian sebesar 25-30%.
Menurut Saryono (2009),
pemeriksaan SADARI sangat penting dianjurkan kepada masyarakat karena hampir 86% benjolan di payudara ditemukan oleh penderita sendiri. Setiati (2009) mengemukakan bahwa pada usia sekitar 20 tahun pemeriksaan SADARI
sangat penting dianjurkan kepada
masyarakat karena hampir 86% benjolan di payudara ditemukan oleh penderita sendiri. Salah satu kelompok yang telah mencapai usia tersebut adalah mahasiswi.
Pada saat itu seorang mahasiswi
memasuki tahap perkembangan remaja akhir (adolescence) (Sarwono, 2004).
SADARI merupakan perilaku
kesehatan yang belum menjadi kebiasaan bagi masyarakat Indonesia. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya manfaat SADARI. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan atau penyuluhan merupakan cara yang efektif agar
3
masyarakat menjadi tahu tentang
manfaat SADARI dimana pengetahuan dapat menentukan sikap seseorang
positif sehingga dapat mendorong
mereka untuk berperilaku positif.
Penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif akan
bersifat langgeng (long lasting).
Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari pengetahuan dan kesadaran
tidak akan berlangsung lama
(Notoatmodjo, 2007). Erbil (2012) dalam penelitiannya juga menyimpulkan bahwa pengetahuan wanita tentang risiko dan keuntungan dari deteksi dini kanker payudara memberikan efek yang positif
keyakinan, sikap, dan kebiasaan
kesehatan. Tenaga kesehatan dapat
menyusun program sehingga bisa
membantu wanita untuk mencapai
keberhasilan dalam maupun
mempertahankan kesehatannya.
Salah satu upaya untuk
meningkatkan pemahaman mahasiswa adalah metode diskusi. Dengan metode ini proses penerimaan mahasiswa terhadap materi yang disampaikan akan lebih berkesan secara mendalam karena mendorong mahasiswa terlibat secara aktif bertanya, mengemukakan gagasan suatu materi, pemikiran, informasi atau
pengalaman diantara mahasiswa,
sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan). Diskusi juga menerapkan komunikasi dua arah sehingga pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri mahasiswa.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Akademi Kebidanan (AKBID) Citra Medika Surakarta diperoleh data bahwa sebagian besar mahasiswa tingkat I belum mengetahui tentang SADARI.
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka dapat dirumuskan
permasalahannya adalah “Adakah
perbedaan pengaruh penyuluhan
kesehatan antara metode ceramah dan diskusi terhadap sikap tentang SADARI ditinjau dari pengetahuan?”
Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisa perbedaan pengaruh
penyuluhan kesehatan metode ceramah dan diskusi terhadap sikap tentang SADARI ditinjau dari pengetahuan.
Dikutip oleh Machfoedz (2005), Azwar mengatakan bahwa penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Tujuan
4
dari penyuluhan terdiri dari jangka
panjang, jangka menengah, jangka
pendek. Tujuan jangka panjang
penyuluhan kesehatan adalah status kesehatan yang optimal, tujuan jangka
menengah adalah perilaku sehat,
sedangkan tujuan jangka pendek ialah terciptanya pengertian, sikap, dan norma (Machfoedz, 2005).
Ada beberapa metode yang dalam memberikan penyuluhan kesehatan yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan bagi remaja diantaranya adalah metode ceramah dan diskusi.
Ceramah adalah suatu metode dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian, atau pesan secara lisan kepada kelompok sasaran sehingga memperoleh informasi kesehatan (Effendi dalam Hastuti, 2012). Menurut Emilia (2008), metode ceramah merupakan
metode tertua dalam pendidikan
kesehatan tetapi merupakan
keterampilan yang paling sulit dikuasai.
Diskusi adalah suatu cara
penyampaian materi dengan jalan
bertukar pikiran, baik antara penyuluh dengan audiens ataupun sesama audiens. Seiring dengan itu, metode diskusi berfungsi untuk memotivasi audiens berpikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri mengenai persoalan-persoalan
yang kadang-kadang tidak dapat
dipecahkan oleh suatu jawaban atau suatu cara saja, tetapi memerlukan wawasan atau ilmu pengetahuan yang mampu mencari jalan terbaik (Darmin, 2011).
Pengetahuan adalah hasil „tahu‟, ini
terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek
tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Sedangkan proses kognitif meliputi aspek persepsi, ingatan, pikiran, simbol-simbol, penalaran dan pemecahan persoalan (Fitriani, 2011). Sikap adalah merupakan respon atau reaksi sesorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Azwar (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu:
1. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat
menjadi dasar pembentukan sikap
5
meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Individu pada umumnya
cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap seseorang yang dianggap penting.
Kecenderungan ini antara lain
dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
3. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dapat memberi corak
pengalaman individu-individu
masyarakat asuhannya. Sebagai
akibatnya, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. 4. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif
berpengaruh terhadap sikap
konsumennya.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah mengherankan
apabila pada gilirannya konsep
tersebut mempengaruhi sikap. 6. Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego.
Kanker payudara disebut juga
Carcinoma Mammae adalah tumor ganas
yang sulit digerakan, tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker payudara ini dapat tumbuh dalam kelenjar payudara,
saluran payudara, jaringan lemak
maupun jaringan ikat pada payudara (Wiknjosastro, 2006). Kanker payudara merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari duktus
maupun lobulusnya (Perhimpunan
Onkologi Indonesia, 2010). Belum
diketahui secara pasti penyebab dari kanker payudara ini. Hal yang perlu diketahui bahwa insiden kanker payudara
ini meningkat seiring dengan
pertambahan usia (Varney, 2007).
Upaya deteksi dini kanker payudara adalah upaya untuk mendeteksi atau mengidentifikasi secara dini adanya
6
kanker payudara sehingga diharapkan dapat diobati dengan teknik yang dampak fisiknya kecil dan punya peluang lebih besar untuk sembuh (Rasjidi, 2010). SADARI adalah pemeriksaan yang mudah dilakukan oleh setiap wanita untuk mencari benjolan atau kelainan pada
payudara (Dalimartha, 2004).
Mengajarkan wanita bagaimana
melakukan pemeriksaan payudara
mandiri adalah bagian yang tidak
terpisahkan dalam pelaksanaan
pemeriksaan payudara. Pentingnya
pemeriksaan payudara tahunan oleh dokter atau tenaga kesehatan dan pemeriksaan bulanan secara mandiri harus ditanamkan pada wanita selama kehidupannya (Varney, 2004).
Pemeriksaan SADARI dilakukan secara rutin setelah haid, sekitar 1 minggu dari hari terakhir haid. Bila sudah
menopause, lakukan pada tanggal
tertentu setiap bulan (Dalimartha, 2004). Semua wanita diatas usia 20 tahun sebaiknya melakukan SADARI setiap bulan dan segera periksakan diri ke dokter bila ditemukan benjolan yang sulit digerakan (Saryono, 2009).
Hipotesis dalam penelitia ini adalah:
1. Ada pengaruh positif penyuluhan kesehatan metode ceramah dan diskusi terhadap sikap tentang
SADARI pada mahasiswa akademi kebidanan.
2. Ada pengaruh positif pengetahuan terhadap sikap tentang SADARI pada mahasiswa akademi kebidanan
METODE PENELITIAN
Lokasi di Akademi Kebidanan Citra Medika Surakarta. Pelaksanaan penelitian bulan Desember - Juli 2013. Penelitian ini
adalah penelitian eksperimental
menggunakan single blind dengan desain
RCT (Randomized Controlled Trial)
.
Populasi sasaran dalam penelitian
ini adalah mahasiswa Kebidanan.
Populasi sumber adalah mahasiswa tingkat I Akademi Citra Medika Surakarta. Teknik sampling yang digunakan dengan
cluster random sampling. Sampel berjumlah 60 mahasiswa.
Dalam penelitian ini variable dibagi menjadi :
1. Variabel Independen:
- Penyuluhan kesehatan tentang SADARI dengan metode ceramah dan diskusi
- Pengetahuan tentang SADARI 2. Variabel Dependen: Sikap tentang
SADARI
Pengumpulan data diperoleh dari
pengisian kuesioner oleh subyek
7
Pengukuran variabel yang konsisten harus menunjukkan 2 aspek reliabilitas: (1) Konsistensi internal dan (2) Stabilitas. Aspek konsistensi internal merujuk
kepada korelasi antar item-item
pertanyaan yang masing-masing
bertujuan untuk mengukur suatu variabel komposit yang sama. Konsistensi internal yang akan diukur secara kuantitatif dalam penelitian ini dari masing-masing variabel komposit meliputi: (1) Item-Total
Correlation; (2) Split-Half Reliability.
Perbedaan pengaruh antar variable dianalisis dengan menggunakan regresi
linier ganda dan Mann Whitney.
Perhitungan uji hipotesis menggunakan program SPSS (Statistical Package for
Social Science).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel dibagi dalam dua kelompok intervensi dan kontrol. Setiap kelompok melakukan pretest. Penyuluhan tentang SADARI pada tiap kelompok dengan menggunakan metode yang sesuai dan sudah ditetapkan. Langkah selanjutnya melakukan postes pada masing-masing kelompok.
Hasil analisis tentang sikap
mahasiswi tentang SADARI mnggunakan
Mann Whitney menunjukkan bahwa
terdapat selisih rata-rata sikap mahasiswi tentang SADARI antara sebelum dan
setelah penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah (2,6) sedangkan rata-rata sikap mahasiswi tentang SADARI untuk metode diskusi (6,61), p < 0,001. Menunjukkan ada beda secara statistik signifikan antara metode ceramah dan diskusi terhadap sikap tentang SADARI.
Hasil persamaan analisis regresi linier ganda tentang pengaruh antara metode penyuluhan kesehatan dan pengetahuan dengan sikap mahasiswi tentang SADARI Persaman regresi linier
ganda adalah : Y= 22,26 + 5,98X1 + 0,99X2.
Terdapat pengaruh positif dan secara statistik signifikan antara metode penyuluhan kesehatan dengan sikap
mahasiswi tentang SADARI.Menunjukkan
bahwa setiap peningkatan 1 poin skor metode penyuluhan kesehatan akan meningkatkan 5,98 poin sikap siswi
tentang SADARI (b1=5,98; CI=95%; 2,89
hingga 9,01; p < 0,001).
Terdapat pengaruh positif dan
secara statistik signifikan antara
pengetahuan dengan sikap siswi tentang SADARI. Setiap peningkatan 1 poin skor pengetahuan akan meningkatkan 0,99
poin sikap siswi tentang SADARI (b1=0,99;
CI=95%; 0,40 hingga 1,58; p = 0,001). Dari analisis multivariat regresi linier ganda ini menunjukkan hasil
perhitungan adjusted R2 sebesar 63,2%.
8
dan pengetahuan secara bersama-sama mampu menjelaskan sikap siswi tentang menarche sebesar 63,2%. Sedangkan 36,8% sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Pengaruh penyuluhan kesehatan metode ceramah dan diskusi terhadap sikap tentang SADARI
Hasil analisis regresi linier ganda diperoleh nilai signifikan < 0,01 dan koefisien korelasi (r hitung) 0,708. Hal ini menunjukkan ada pengaruh signifikan antara metode pendidikan kesehatan
terhadap sikap mahasiswi tentang
SADARI dengan nilai sig. (0,000) < (0,05). Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian
yaitu terdapat pengaruh positif
penyuluhan kesehatan metode ceramah dan metode diskusi terhadap sikap mahasiswi tentang SADARI.
Hasil ini sesuai dengan pernyataan dari Machfoedz (2005) bahwa tujuan pendidikan kesehatan adalah terciptanya pengertian, sikap, dan norma sehingga diharapkan bisa perilaku dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyuluhan kesehatan berupa
suatu kegiatan pendidikan yang
dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat bisa melakukan anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan dari informasi baru yang diterimanya.
Hovland dkk mengatakan efek suatu komunikasi (penyuluhan) tertentu yang berupa perubahan pengetahuan akan tergantung pada sejauh mana komunikasi itu diperhatikan, dipahami, dan diterima.
Perhatian dan pemahaman subjek
terhadap komunikasi atau pesan yang disampaikan akan menentukan apa yang akan dipelajari oleh subjek mengenai isi pesan tersebut, sedangkan proses-proses lain dianggap menentukan apakah isi yang dipelajari itu akan diterima diadopsi subjek ataukah tidak (Azwar, 2011). Secara singkat, adanya penyampaian informasi tentang SADARI sebagai upada untuk deteksi dini kanker payudara dapat
menimbulkan suatu perhatian,
pemahaman, serta penerimaan dari wanita usia subur, dalam hal ini mahasiswi usia sekitar 20 tahun. Adanya perhatian, pemahaman, serta penerimaan itu menyebabkan perubahan respon dalam kognitifnya atau dengan kata lain
terjadinya perubahan pengetahuan.
Pengetahuan dapat menentukan sikap
seseorang positif sehingga dapat
mendorong mereka untuk berperilaku positif
Pengaruh pengetahuan terhadap sikap tentang SADARI
Hasil analisis regresi linier ganda diperoleh nilai signifikan < 0,001 dan koefisien korelasi (r hitung) < 0,468. Hal
9
ini menunjukkan ada pengaruh secara signifikan antara pengetahuan terhadap sikap mahasiswi tentang SADARI dengan nilai sig (0,000) < (0,05). Hal ini sesuai
dengan hipotesis penelitian yaitu
terdapat pengaruh positif pengetahuan
terhadap sikap mahasiswi tentang
SADARI.
Pengetahuan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour) (Fitriani, 2011). Pengetahuan dapat menentukan sikap seseorang positif sehingga dapat mendorong mereka untuk berperilaku positif. Penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif akan bersifat langgeng (long
lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu
tidak didasari pengetahuan dan
kesadaran tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan sebagai kumpulan
informasi yang dipahami dan diperoleh dari proses belajar selama hidup tentang
SADARI sebagai upaya deteksi dini
kanker payudara meliputi yaitu
mengingat suatu materi, memahami dan menjelaskan secara benar, aplikasi untuk
menggunakan materi yang telah
dipelajari tentang pengertian kanker payudara, etiologi, gejala, faktor risiko, stadium, pengobatan. Untuk SADARI sendiri adalah pengertian, tujuan, waktu untk melakukan, tanda yang harus diwaspasai, dan cara melakukan SADARI. Erbil (2012) dalam penelitiannya juga
menyimpulkan bahwa pengetahuan
wanita tentang risiko dan keuntungan dari deteksi dini kanker payudara memberikan efek yang positif keyakinan, sikap, dan kebiasaan kesehatan. Tenaga kesehatan dapat menyusun program sehingga bisa membantu wanita untuk mencapai keberhasilan dalam maupun mempertahankan kesehatannya.
Setiati (2009) mengemukakan bahwa pada usia sekitar 20 tahun pemeriksaan
SADARI sangat penting dianjurkan
kepada masyarakat karena hampir 86% benjolan di payudara ditemukan oleh penderita sendiri. Salah satu kelompok yang telah mencapai usia tersebut adalah mahasiswi. Pada saat itu seorang
mahasiswi memasuki tahap
perkembangan remaja akhir (adolescence) (Sarwono, 2004).
10
Pengetahuan mahasiswi sangat
diperlukan untuk dalam pemahaman materi tentang SADARI karena dapat menentukan sikap mahasiswi, sehingga
yang memiliki pengetahuan tinggi
cenderung akan memiliki sikap yang lebih baik daripada yang memiliki pengetahuan rendah
Pengaruh pendidikan kesehatan metode ceramah dan diskusi serta pengetahuan terhadap sikap tentang SADARI
Hasil penelitian diperoleh nilai
adjusted R2 sebesar 63,2%. Artinya metode
peyuluhan kesehatan dan pengetahuan
secara bersama-sama mampu
menjelaskan sikap mahasiswi tentang SADARI sebesar 63,2%. Sedangkan 36,8% sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan metode ceramah dan diskusi terhadap sikap tentang SADARI
Hasil penelitian diperoleh nilai sikap rata-rata pretest pada kelompok ceramah adalah 76,8. Postest pada kelompok ceramah 79,4. Ada peningkatan rata-rata sebesar 2,6 poin. Nilai sikap rata-rata postest pada kelompok diskusi adalah 83,26. Postest pada kelompok diskusi 89,87. Ada peningkatan rata-rata sebesar 6,61 poin. Antara metode ceramah dan diskusi 4,01 poin lebih tinggi diskusi.
Nilai signifikansi diperoleh (0,000) <
(0,05). Artinya ada perbedaan
menggunakan metode ceramah dibanding diskusi yang mana pada kelompok diskusi lebih tinggi.
Metode dalam penyuluhan kesehatan yang paling umum dan sering dipakai adalah ceramah. Komunikasi yang terjadi disini hanya satu arah (one way
communication) sehingga kemungkinan
belajar lebih sedikit karena tidak ada umpan balik. Petugas kesehatan masih perlu mengimbangi dengan berbagai
penjelasan, mahasiswa juga tidak
melibatkan diri secara aktif sehingga audiens pasif dan tidak dapat mengatasi secara detail karena perhatian mahasiswa sering kali kurang terpusat. Ceramah juga
tidak sesuai untuk mempelajari
keterampilan yang rumit, penyaji harus menguasai semua materi dan cepat membosankan bila ceramah kurang menarik bahkan bisa terjadi timbulnya
pengertian lain apabila sasarannya
kurang memperhatikan (Emilia, 2008). Metode Diskusi merupakan upaya yang dapat menciptakan komunikasi dua arah sehingga terdapat umpan balik secara langsung, para peserta diskusi terlibat secara aktif, merangsang peserta untuk berpikir kritis dan adanya saling
bertukar pikiran dan pengalaman,
meningkatkan peserta dalam pemahaman konsep dan berpartisipasi aktif dalam
11
pemecahan masalah (Gagne dan Briggs dalam Darmin, 2011). Usaha untuk
menyampaikan pesan kesehatan
(pendidikan kesehatan) kepada
masyarakat, kelompok atau individu, dengan metode yang kooperatif (diskusi) dapat menjadikan sikap mahasiswi memahami tentang SADARI dengan lebih baik.
Penyuluhan kesehatan metode
ceramah dan diskusi, keduanya
merupakan metode yang lebih terarah dan berjenjang, sehingga prosesnya dapat
meningkatkan pembentukan sikap
terhadap materi yang diberikan. AKBID Citra Medika Surakarta yang menerima penyuluhan kesehatan dengan metode diskusi memiliki sikap yang lebih baik dari pada mahasiswi yang menerima penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah. Hal ini terbukti dari nilai rata-rata metode diskusi 6,61 lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata metode cermah 2,6.
Adanya pemberian penyuluhan
kesehatan melalui metode diskusi
(metode kooperatif) untuk penyampaian pesan tentang SADARI dan kumpulan informasi yang dipahami dan diperoleh dari proses belajar sangat membantu pada pembentukan sikap mahasiswi
yang lebih baik seiring dengan
pengetahuan yang tinggi
.
SIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan secara statistik signifikan metode penyuluhan kesehatan terhadap sikap mahasiswi
tentang SADARI (b1=5,98; CI=95%; 2,89
hingga 9,01; p < 0,001) dan terhadap pengaruh positif dan secara statistik dan signifikan pengetahuan terhadap sikap
mahasiswi tentang SADARI (b1=0,99;
CI=95%; 0,400 hingga 1,58; p = 0,001), sehingga hipotesis dapat dibuktikan kebenarannya.
Penulis mempunyai beberapa
saran untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap Wanita Usia Subur tentang SADARI, yaitu sebagai berikut :
1. Bagi Mahasiswa dan Wanita Usia
Subur perlu untuk terus
meningkatkan pengetahuan tentang SADARI hal ini digunakan agar dapat mengambil sikap dan berperilaku yang benar dalam SADARI sebagai upaya deteksi dini kanker payudara. 2. Bagi Institusi Kesehatan hendaknya
memberikan penyuluhan kesehatan secara rutin kepada wanita di sekolah dan masyarakat untuk memberikan pengetahuan kepada wanita tentang SADARI sebagai upaya deteksi dini kanker payudara.
12
3. Bagi peneliti selanjutnya melakukan penelitian mengenai pengaruh sikap wanita usia subur tentang SADARI dengan perilaku ditinjau dari riwayat kanker dalam keluarga dan faktor sosial ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar. 2011. Sikap manusia teori dan
pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Buckman R. 2010. What you really need to
know about breast cancer. Marshall
: Marshall Editions Development Ltd.
Dalimartha, S. 2004. Deteksi dini kanker &
simplisia antikanker. Jakarta: Penebar Swadaya.
Darmin. 2011. Penggunaan metode diskusi. J Universitas Pendidikan
Indonesia. Repository.upi.edu.
Depkes RI. 2012. 143 Milyar dana
jamkesmas untuk biaya pengobatan penyakit kanker.
http://www.depkes.go.id/. Diakses tanggal 3 Maret 2013.
Effendy, N. 1998. Perawatan kesehatan
masyarakat. Jakarta : EGC.
Emilia, O. 2008. Promosi kesehatan dalam
lingkup kesehatan reproduksi.
yogyakarta: Pustaka Cendekia. Erbil, N, Bolukbas, N. 2012. Beliefs,
attitudes, and behaviorof Turkish women about breast cancer and breast self-examination according to a Turkih version of the champion health belief model
scale. Asian Pac J Cancer Prev.
2012; 13 (11) : 5823-8.
Fitriani S. 2011. Promosi kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Machfoedz, I. 2005. Pendidikan kesehatan
bagian dari promosi kesehatan.
Yogyakarta: Fitramaya.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi kesehatan
dan ilmu perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta.
---, 2010. Pendidikan dan
perilaku kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Perhimpunan Onkologi Indonesia. 2010.
Pedoman tatalaksana kanker.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Rasjidi, I. 2010. 100 Question & answer
kanker pada wanita. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Sarwono, S. 2004. Psikologi remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Saryono, Pramitasari R.D. 2009.
Perawatan payudara dilengkapi dengan deteksi dini terhadap penyakit kanker payudara.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Setiati, E. 2009. Waspadai empat kanker
ganas. Yogyakarta : Andi offset.
Varney, H. 2007. Buku ajar asuhan
kebidanan, Edisi 4. Jakarta: EGC.
Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu kandungan,
edisi 5. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Yoo, GJ, Levine, EG, Aviv, C, Ewing, C, Au
A. 2010. Older women, breast