• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.4.2 Definisi Operasional Variabel ProsedurPengambilanatauPengumpulan Data PengolahandanAnalisis Data

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4.4.2 Definisi Operasional Variabel ProsedurPengambilanatauPengumpulan Data PengolahandanAnalisis Data"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

LEMBAR KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

RINGKASAN ... ix

SUMMARY ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiiii

DAFTAR SINGKATAN ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB IPENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan Penelitian ... 5 1.4 Manfaat Penelitian ... 6 BABIIKAJIAN PUSTAKA ... 7 2.1 HIV/AIDS ... 7 2.1.1 DefinisiHIV/AIDS ... 7 2.1.2 Epidemiologi ... 7 2.1.3 Etiologi ... 8 2.1.4 Patofisiologi ... 9 2.1.5 Cara Penularan ... 9 2.1.6 Diagnosis ... 11 2.1.7 Penatalaksanaan ... 17

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 16

3.1KerangkaBerpikir ... 16

3.2 KonsepPenelitian ... 17

3.3 HipotesisPenelitian ... 17

BAB IV METODE PENELITIAN ... 18

4.1 JenisRancanganPenelitian ... 18

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

4.3 Populasi dan Subyek Penelitian ... 18

4.3.1 Populasi Penelitian ... 18

4.3.2 Sampel Penelitian ... 18

4.3.3 Besar Sampel ... 19

4.3.4 Teknik Penentuan Sampel ... 19

4.4 Variabel Penelitian ... 20

(2)

4.4.2 Definisi Operasional Variabel ... 20

4.5 ProsedurPengambilanatauPengumpulan Data ... 25

4.7 PengolahandanAnalisis Data ... 26

4.8 EtikaPenelitian ... 26

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

5.1 Hasil Pemeriksaan ELISA dan Rapid Test ... 27

5.2 Analisis Sensitivitas dan spesifisitas ELISA dan Rapid Test ... 28

5.3 KeterbatasanPenelitian ... 30

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 31

6.1 Simpulan ... 31

6.2 Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(3)

ABSTRAK

PERBANDINGAN HASIL ANTARA METODE

PEMERIKSAAN ELISA DAN RAPID TEST UNTUK

SKRINING HIV/AIDS

Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus Human Immunodeficiency Virus (HIV). Gold Standar pada pemeriksaan skrining yang digunakan adalah Enzyme Linked Immunosorbent

Assay (ELISA). Pemeriksaan ELISA membutuhkan waktu lebih lama, maka dari

itu terjadi pergeseran penggunaan ELISA ke Rapid Test.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan hasil dalam metode pemeriksaan ELISA dan metode pemeriksaan Rapid Test untuk skrining

HIV/AIDS.

Penelitian ini telah dilakukan di UDD PMI Kodya Denpasar/RSUD Wangaya pada bulan Maret sampai dengan Agustus 2016. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan longitudinal terhadap 80 sampel donor. Hasil uji ELISA dan Rapis Test ditampilkan dalam bentuk tabel 2x2 dan diuji dengan uji diagnostik.

Hasil dari uji diagnostik dilihat dari sensitivitasnya Rapid Test dapat mengklarifikasi sampel donor dengan HIV/AIDS benar-benar sakit pada kenyataannya adalah 100%. Jika dilihat dari spesifisitasnya Rapid Test dapat mengkonfirmasi sampel donor yang benar-benar bebas dari HIV/AIDS sesuai kenyataannya sebesar 100%.Sama halnya dengan Rapid Test, ELISA dapat mengklarifikasi sampel donor dengan HIV/AIDS benar-benar sakit pada kenyataannya adalah 100%. Jika dilihat dari spesifisitasnya ELISA dapat mengkonfirmasi sampel donor yang benar-benar bebas dari HIV/AIDS sesuai dengan kenyataannya sebesar 100%.

Dapat disimpulkan tidak ada perbedaan hasil skrining HIV/AIDS dan tidak terdapat perbedaan antara metode pemeriksaan ELISA dan Rapid Test untuk skrining HIV/AIDS dilihat dari sensitivitas dan spesifisitas yang sama.

(4)

ABSTRACT

PERBANDINGAN HASIL ANTARA METODE

PEMERIKSAAN ELISA DAN RAPID TEST UNTUK

SKRINING HIV/AIDS

Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) is a collection of symptoms

or diseases caused by decreased immunity due to infection by the virus Human

Immunodeficiency Virus (HIV). Gold Standard in the screening used is Enzyme Linked Immunosorbent Assay ELISA. ELISA takes more time, and therefore a shift

in the use of ELISA to Rapid Test.Purpose of this study was to determine whether or not the result of differences in the methods of ELISA and Rapid Test inspection methods for screening for HIV / AIDS.

This research has been carried out in the municipality of Denpasar UDD PMI / Wangaya Hospital in March to August 2016.This study design using analytical study using a longitudinal approach to the 80 donor samples. ELISA test results and Rapis Test presented in tabular form 2x2 and tested with a diagnostic test.

The results of the diagnostic test sensitivity was seen from Rapid Test can clarify the sample donor with HIV / AIDS really sick in reality is 100%. When viewed from the specificity Rapid Test can confirm donor samples were absolutely free of HIV / AIDS as it actually amounted to 100% .Sama case with

Rapid Test, ELISA can clarify the sample donor with HIV / AIDS really sick in

reality is 100%. When viewed from the specificity ELISA can confirm donor samples were absolutely free of HIV / AIDS as the case of 100%.

It can be concluded there was no difference in the results of screening of

HIV / AIDS and there is no difference between the methods of ELISA and Rapid Test for screening for HIV / AIDS views of the sensitivity and specificity of the

same

(5)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Travel medicine atau yang dikenal dengan kedokteran wisata merupakan bidang ilmu kedokteran yang mempelajari persiapan kesehatan dan penatalaksanaan masalah kesehatan orang yang berpergian (travelers). Ilmu ini baru saja berkembang sebagai respon terhadap peningkatan arus perjalanan internasional di seluruh dunia. Pelayanan ini diberikan di travel clinic yang umumnya berada di negara-negara maju untuk memenuhi kebutuhan warga negara yang akan berpergian ke negara-negara berkembang. (Freedman,D.O 2012)

Indonesia sebagai negara berkembang dan objek wisata dunia kini mulai menerapkan sistem travel medicine. Hal ini dilakukan agar bisa mengurangi maupun mencegah penularan penyakit seperti Tuberculosis, Demam berdarah, Typoid fever, dan HIV/AIDS. Salah satu penyakit yang menarik untuk di bahas adalah HIV/AIDS, hal ini disebabkan karena angka insidennya meningkat drastis dari tahun ke tahun. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus Human Immunodeficiency Virus (HIV). Semakin lemahnya sistem kekebalan tubuh akan menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik. Infeksi yang dapat timbul berupa candidiasis, infeksi pneumocystis, cryptococcosis dan mycobacterium avian complex. (Calles and Terlonge 2010) (Zubairi and Samsuridjal 2014)

(6)

Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2002 memperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang terinfeksi HIV antara 90.000 sampai 130.000 orang yang tersebar diseluruh Indonesia. Pada tahun 2000 dilakukan survey di daerah Tanjung Balai Karimun menunjukkan peningkatan jumlah pekerja seks komersil (PSK) yang terinfeksi HIV meningkat dari tahun sebelumnya mencapai 8,38%. (Zubairi and Samsuridjal 2014)

Menurut UNAIDS, badan WHO yang mengurusi masalah HIV, memperkirakan pada bulan Desember 2004 jumlah odha mencapai 35.900.000-44.300.000 orang. Pada Tahun 2010 dilaporkan bahwa kasus AIDS mencapai 21.770 kasus yang terbanyak terjadi di daerah DKI Jakarta. Kemudian disusul Jawa barat, Jawa Timur, Papua, Bali, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Riau, dan Sumatera Barat. Di masing-masing daerah angka insiden kejadian HIV/AIDS bervariasi, seperti di DKI Jakarta angka kejadiannya mencapai 7.242 kasus, Jawa Barat 2.001, Jawa Timur 1.517, Bali 984, Papua 685, Jawa Tengah 575, Sumatera Utara 575, Kalimantan Barat 463 kasus, Kepulauan Riau 426 kasus dan Sulawesi Utara 343 kasus. (Simanjuntak E 2010) (Zubairi and Samsuridjal 2014)

Data dari dinas kesehatan Provinsi Bali pada tahun 1999 dan 2000, jumlah kasus HIV/AIDS di provinsi Bali adalah 59 dan 108 kasus. Pada akhir Oktober 2008, jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS mencapai 2.413 kasus yang meliputi 1.107 kasus AIDS dan 1.306 kasus HIV. Kasus tertinggi ditemukan di Kota Denpasar diikuti Badung dan Buleleng. Sampai Juli 2011, tercatat 4.631 kasus, sekitar 78,94% kasus menular melalui hubungan seks, terbanyak melalui

(7)

hubungan heteroseks (73,35%) dan melalui jarum suntik pengguna narkoba (16,71%). (Lestari.T.R.P 2013)

Tidak ada satu pun negara yang terbebas dari virus HIV ini. HIV/AIDS ini dapat ditularkan melalui cairan tubuh yang mengandung virus HIV. Penularan virus tersebut dapat melalui hubungan seksual baik itu homoseksual mau pun heteroseksual yang tidak aman. melalui penggunaan jarum suntik yang bergantian pada pengguna narkoba, transfuse darah atau komponen darah, dan dari ibu yang sudah terinfeksi HIV ke bayi yang baru dilahirkannya juga dapat menyebabkan penularan virus HIV ini. (McMahon dkk 2010) (Zubairi and Samsuridjal 2014)

Selain melalui hubungan seksual, penularan virus HIV juga bisa ditularkan melalui penggunaan jarum suntik yang bergantian pada pengguna narkotika. Pada saat ini penggunaan narkotika suntik memiliki risiko yang tinggi dalam penularan virus ini. Hal ini disebabkan karena penggunaan jarum suntik yang bersama-sama dan berulang. (McMahon dkk 2010) (Zubairi and Samsuridjal 2014)Sebuah survey dilakukan di sebuah kelurahan di daerah Jakarta Pusat yang dilakukan oleh yayasan Pelita Ilmu menunjukkan bahwa 93% pengguna narkotika suntik terinfeksi HIV. (Zubairi and Samsuridjal 2014)

Untuk mengetahui seseorang menderita HIV dapat diketahui dari gejala klinis infeksi HIV. Gejala tersebut berupa pembesaran kelenjar getah bening, penurunan berat badan, infeksi saluran nafas atas yang berulang, demam berkepanjangan dan diare kronik lebih dari satu bulan. (buku ipd). Selain melihat dari gejala klinis, perlu juga dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang bisa dilakukan untuk mengetahui seseorang terinfeksi HIV adalah dengan metode antigen p24, PCR HIV-RNA, kultur virus, rapid test,

(8)

ELISA dan western blot.(Calles and Terlonge 2010). Pemeriksaan rapid test dilakukan untuk uji tapis. Saat ini rapid tes cukup sensitive dan juga memilliki spesifisitas yang tinggi. Pada hasil rapid test jika dirasa kurang akurat akan dilakukan pemeriksaan selanjutnya yaitu ELISA.(Delaney dkk 2011). ELISA bereaksi terhadap adanya antibody dalam serum dengan memperlihatkan warna yang lebih jelas apabila terdeteksi jumlah virus yang lebih besar. Biasanya hasil uji ELISA mungkin akan negative 6 sampai 12 minggu setelah pasien terinfeksi. Karena hasil positif palsu dapat menimbulkan dampak psikologis yang besar, maka hasil uji ELISA yang positif diulang dan apabila keduanya positif maka dilakukan uji yang lebih spesifik yaitu Western Blot. (Dheda dkk 2010). Pemeriksaan western blot merupakan elektroporesis gel poliakrilamid yang digunakan untuk mendeteksi rantai protein yang spesifik terhadap DNA. jika tidak ada rantai protein yang ditemukan berarti negative. Sedangkan bila hampir semua rantai protein ditemukan berarti western blot positif. Tes ini harus diulang lagi setelah dua minggu dengan sampel yang sama. Jika western blot tetap tidak bisa disimpulkan maka tes western blot harus diulang lagi setelah enam bulan. (Calles and Terlonge 2010).

Menurut (Bhanu Mera dkk. 2014) pemberian ARV terhadap seseorang yang terinfeksi HIV harus segera diberikan, maka dari itu perlu dilakukan pemeriksaan skrining yang cepat. Gold Standar pada pemeriksaan skrining yang digunakan adalah ELISA. Namun pemeriksaan ELISA memerlukan waktu yang cukup lama yaitu kurang lebih dua jam. Maka dari itu terjadi pergeseran penggunaan ELISA ke Rapid Test, dimana pemeriksaan rapid test ini

(9)

tidak memerlukan waktu yang lama hanya 5-20 menit hasil sudah bisa di dapatkan.

Melihat permasalahan tersebut, penulis ingin melakukan penelitian mengenai perbedaan hasil metode pemeriksaan ELISA dan Rapid Test. Penelitian ini akan dilakukan di UDD PMI Kodya Denpasar/RSUD Wangaya mulai bulan Maret-Agustus 2016. Karena keterbatasan waktu penelitian maka penelitian ini hanya dilakukan untuk membandingkan dua hasil metode pemeriksaan yaitu ELISA dan Rapid Test.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan hasil dalam metode pemeriksaan ELISA dan metode pemeriksaan Rapid Test untuk skrining HIV/AIDS ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan hasil dalam metode pemeriksaan ELISA dan metode pemeriksaan Rapid Test untuk skrining HIV/AIDS

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan skrining Rapid Test HIV/AIDS

2. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan skrining ELISA HIV/AIDS 1.4 Manfaat Penulisan

(10)

1. Memberikan informasi mengenai perbedaan hasil metode pemeriksaan pada ELISA dan Rapis Test untuk skrining HIV/AIDS

2. Memberikan informasi kepada tenaga kesehatan Indonesia dan juga masyarakat metode pemeriksaan lain yang bisa digunakan untuk skrining HIV/AIDS.

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Anda yang sedang mencari paket wisata jogja murah untuk liburan bersama keluarga atau berlibur dengan rombongan Nagan Tour memiliki paket tour jogja dengan banyak

Lampiran 1 Pendapatan Angkutan Kereta Api Penumpang Lampiran 2 Pendapatan Angkutan Kereta Api Barang Lampiran 3 Pendapatan Pendukung Angkutan Kereta Api Lampiran 4

Peserta yang memasukan dokumen penawaran dapat menyampaikan sanggahan secara elektonik melalui aplikasi SPSE atas penetapan pemenang kepada Pokja Jasa Konsultansi ULP

Jakarta : Raja

Pada bagian ini akan dijelaskan definisi beberapa pengertian dasar yang penting sehubungan dengan algoritma dan pemrograman, yang akan diberikan dalam contoh pada

Tujuan umum dari penelitian adalah untuk membuat membran bioreaktor MBR-PPy-PPO dengan kinerja optimal, diharapkan dapat sebagai bahan pemisah yang semipermiabel, dan adanya PPO

Contoh konkrit hak Presiden sebagai kepala Negara harus mendapat persetujuan maupun pertimbangan dari Dewan Perwakilan Rakyat maupun Mahkamah Agung, hal ini diatur

Rasio utang terhadap aset merupakan rasi yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara tota utang dengan total aset. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk