• Tidak ada hasil yang ditemukan

Marudut Sirait Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Marudut Sirait Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya ABSTRACT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

`

KAJIAN LIFE CYCLE ASSESSMENT

DAN CLEANER PRODUCTION

UNTUK PENILAIAN DAN PENGURANGAN DAMPAK LINGKUNGAN PADA INDUSTRI

STUDY OF LIFE CYCLE ASSESSMENT AND CLEANER PRODUCTION

FOR EVALUATING AND REDUCING ENVIRONMENTAL IMPACT OF INDUSTRY

Marudut Sirait

Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Email : marudut@ub.ac.id

ABSTRACT

The aim of this study is to develop an innovative model toasses and reduce environmetal impact during the product cycle of industries activities. LCA is utilzed to assess and evaluate the environmental impact along the life cycle of product. LCA is a tool to assess an evaluate the environmntal impact during the life cycle products/services from cradle to grave. Once the largest contributor during the life cycle of industry identified, Cleaner production will be implemented. Cleaner production option such as product modification, Input substitution, technology modification, reuse/recycling, and good housekeeping will be implemented to prevent generating industrial waste. The integration betwen LCA and CP Implementation will significanly increase industrial waste. CP was succesful in term of raw material saving, water saving, energy saving and wastewater reduction. In order to succed of CP, It requires commitment from all stakeholder of organization to conduct CP continually. Also, goverment or regulator have to support CP concep by promoting it to industrial and provide incentive, such as tax deduction to Industrial which implement CP.

Keywords : Life Cycle Asessment, Cleaner Production, Environmental Asessment, Industrial Waste

ABSTRAK

Tujuan dari paper ini adalah untuk mengembangkan pendekatan yang inovatif untuk menilai dan mengevaluasi potensi dampak lingkungan secara komprehensife pada seluruh aktifitas industri kemudianmenentukan strategi apa yang akan digunakan untuk mengurangi dampak lingkungan yang dihasilkan limbah industri. Pendekatan yang akan dikaji untuk menilai potensi dampak lingkungan selama aktifitas industri adalah Life Cycle Assessment (LCA). LCA suatu alat yang banyak digunakan untuk menilai dan mengevaluasi potensi dampak lingkungan secara menyeluruh (Cradle to Grave), mulai dari proses extraksi material, proses pengolahan material, proses produksi , distribusi dan transportasi, dan sampai akhir hidup produk. Dengan bantuan Software Simapro, LCA akan mengidentifikasi potensi dampak lingkungan pada setiap siklushidup aktifitas industri.Setela dampak lingkungan telah diidentifikasi, langkah berikunya adalah mengimplementasikan strategi mitigasiuntuk mengurangi dampak lingkungan. Kajian ini memilih metode produksi bersih ( Cleaner Production) untuk mencengah dan mengurangi potensi dampak lingkungan pada aktifitas industri. Metode CP menggunakan strategi: Product modification, Input substitution, technology modification, reuse/recycling, and good housekeeping. Dengan integrasi model LCA dan CP ini potensi dampak lingkungan dapat dievaluasi dan selanjutnya dicegah untuk memproduksi limbah industri. Dengan implementasi CP, Industri mampu mendapatkan keuntungan secara ekonomi dan juga mendapatkan keuntungan pengurangan limbah .Keutungan yang cukup signifikan didapatkan karena adanya pengurangan pengunaan bahan baku, pengurangan penggunaan air dan mereduksi limbah industri seperti limbah air, limbah kimia dan limbah padat. Salah satu kunci sukses pelaksanan Cp adalah, adanya komitment pada semua level pada industri untuk melaksakan CP secara konsisten dan berkelanjutan. Juga dukungan pemerintah atau pembuat regulator harus sangat dibutuhkan dengan mepromosikan CP kepada industri dan juga memberi stimulus seperti pemotongan pajak bagi industri yang sudah melaksanakan CP.

Kata Kunci : Life Cycle Asessment, Cleaner Production, Dampak Lingkungan, Industri 1. PENDAHULUAN

Sejak revolusi Industri, pertumbuhan industri khususnya industri manufacturing mengalami perkembangan yang pesat untuk memproduksi alat atau produk kebutuhan manusia. Perkembangan industri yang pesat sebagai akibat dari kemajuan teknologi untuk mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam dan dalam rangka meningkatkan kualitas manusia. Sebagai akibatnya, perkembangan jumlah industri meningkat di setiap negara di dunia. Di Indonesia sendiri perkembangan industri cukup besar, data tahun 2013 jumlah industri besar mencapai 23941 perusahaan (BPS, 2011), sedangkan usaha kecil menegah mencapai 3,220,563 UKM (BPS, 2016). Dengan jumlah industri yang banyak tersebut membutuhkan sumber daya alam seperti bahan baku , energy listrik, minyak bumi, dan bahan kimia . Disisi lain, aktifitas industri juga menghasilkan limbah industri yang akan menurunkan kulitas lingkungan. (Bilatos and Basaly, 2004) menyatakan sampah dunia ada sekitar 11 milyar ton dimana aktifitas industri manufakturing mempunyai kontribusi paling besar yaitu sebesar 60% dari total produksi limbah dunia, pertambangan 15%, oil/gas 12%, pertanian 9 %, sampah perkotaan 1,6 % dan lainnya 1.1% . Penelitian (Bilatos and Basaly, 1997) cukup beralasan karena kebutuhan sumber daya alam, seperti bahan baku, minyak bumi dan teknologi untuk industri manufaktur sangat banyak dibutuhkan serta pengunaan bahan –bahan kimia untuk proses industri juga sangat banyak dibutuhkan.

(2)

Dampak industri dan teknologi terhadap lingkungan yang perlu mendapatkan perhatian dalam kaitannya dengan analisis radioaktivitas lingkungan adalah masalah pencemaran lingkungan.Oleh karena pencemaran dan perusakan lingkungan saat ini telah mengancam kesehatan dan keselamatan manusia, maka masalah ini merupakan masalah global yang harus menjadi tanggung jawab bersama. Setiap negara dituntut untuk melakukan minimisasi dan mencegah pencemaran/perusakan lingkungan. Bahkan fenomena ini menjadikan faktor lingkungan sebagai barriers to trade dalam sistem perdagangan international.

Lingkungan sebagai barriers to trade dilaksanakan dengan cara menerapkan berbagai macam standar, baik itu standar international (ISO, Ekolabel) maupun persyaratan pembeli (buyer requirement). Pemberlakuan standar lingkungan pada suatu produk/jasa mengakibatkan pasar yang ketat sehingga menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh para pelaku industri.

Disisi lain,pengolahan limbah memerlukan biaya tambahan yang cukup besar, sehingga faktor biaya tersebut merupakan kendala bagi industri dalam melakukan pengelolaan limbah, khususnya bagi industri-industri skala kecil dan menengah. Permasalahan inilah yang menyebabkan terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan yang kondisinya akan semakin parah bila diikuti dengan lemahnya penegakan hukum.Oleh karena itu perlu menempatkan aspek lingkungan hidup menjadi bagian integral dari suatu kegiatan industri, sehingga masalah lingkungan bukan lagi menjadi bagian terpisah dari kegiatan industri yang memerlukan biaya tambahan. Oleh karena itu diperlukan metode dan strategi bagaimana mengurangi dan mencegah terjadinya dampak lingkungan pada setiap aktifitas industri.

Metode pengelolaan limbah industri saat ini masih mengunakan paradigma lama yaitu dengan pendekatan end-of-pipe treatment yang lebih fokus pada pengolahan dan pembuangan limbah (Frondel M, Horbach, J., Renninggs, 2014). Pada kenyataannya metode ini tidak dapat memberi solusi dalam memecahkan permasalahan lingkungan yang ada, sebagai akibatnya penurunan kualitas lingkungan masih terus berlangsung disebabkan karena dalam prakteknya pelaksanaan konsep ini menimbulkan banyak kendala, seperti metode ini dapat dilaksankan setelah limbah terbentuk (Frondel M et al, 2014). Sehingga perlu mencari metode mencegah limbah industri dari konsep end of pipe ke konsep prevention pollution.

Untuk merespon permasalah di atas, makalah ini mencoba mengkaji pencegahan limbah industri dengan pendekatan dengan produksi bersih (cleaner production/CP). Produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara kontinu pada proses produksi, produk, dan jasa untuk meningkatkan eko-efisiensi sehingga mengurangi resiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan (USEPA, 2008). Untuk mengimplementasikan CP secara optimal, perlu dilakukan penilaian dampak lingkungan secara komprehensife pada setiap siklus aktifitas industri. Life Cycle Asseement akan digunakan untuk mengidentifikasi produksi limbah pada setiap siklus industri. Pengunan LCA sudah banyak dan luas digunakan untuk menilai dan mengidentifikasi dampak lingkungan pada produk, seperti LCA personal komputer ( Sirait Marudut, 2012) dan LCA layar komputer LCD ( Sirait Marudut, 2016). Pada akhirnya, dengan CP masalah pengolahan lingkungan bukan lagi beban bagi industri tetapi justru akan mendapatkan keuntungan baik secara ekonomi maupun lingkungan.

2. METODE

Pada bagian ini akan dibahas metode untuk kajian dalam menilai dan mengurangi dampak lingkungan pada usaha industri, kecil dan maupun yang besar. Pada kajian ini akan membahas life cycle assessment dan cleaner production (CP).

2.1 Life Cycle Assessment

Life cycle assessment (LCA) adalah suatu alat yang digunakan untuk menilai dan mengevalusi dampak lingkungan selama siklus hidup suatu produk atau jasa (ISO 14040, 2006). Pendekatan LCA merupakan standart international yang digunakan untuk menilai dan mengevaluasi dampak lingkungan untuk produk maupun untuk jasa (Curran, M.A, 2013), sehingga pengunaan LCA untuk menilai dan mengevaluasi dampak lingkungan sudah sangat luas digunakan.

Life cycle assessment adalah alat yang digunkan untuk menilai dan mengevaluasi dampak lingkungan secara menyeluruh, mulai dari proses extraksi bahan baku, proses pengolhan bahan baku, proses produksi tool akan digunakan untuk melakukan penilaian atas dampak lingkungan pada industri. LCA akan menilai potensi dampak lingkungan pada setiap siklus produk yamg akan diproduksi, mulai dari extraksi raw material, proses bahan baku, proses produksi, perakitan dan pembungkusan, distribusi dan transportasi, dan pada akhir hidup produk.

Dalam pelaksanaan penilaian dampak lingkungan dengan pendekatan LCA dengan Standard International dengan ISO 14040, 2006 dengan beberapa langkah berikut, yang pertama adalah penentuan goal dan scope, langkah kedua adalah membuat inventory, langkah ketiga adalah Life cycle impact Assessment dan langkah terkahir adalah Interpretasi seperti pada gambar 1 di bawah ini.

a. Penentuan Tujuan dan batasan

Langkah awal pelaksanaan LCA adalah penentuan tujuan dan batasan produk yang akan di evaluasi. Juga penentuan batasan dan functional unit perlu ditentukan untuk mempermudah inventori analisis.

b. Inventory analisis.

Inventori analisis adalah suatu langkah yang paling kristis dalam pelaksaan LCA. Karena Inventory yang baik akan menghasilkan hasil yang baik juga dan sebaliknya inventori yang buruk akan menghasilkan LCA yang buruk ( Sirait M, 2016). Oleh karena itu, pada langkah inventori perlu dilakukan dengan hati-hati dalam perhitungan input (contoh, Bahan baku, energi), proses (contoh, Proses produksi) dan output (limbah, limbah).

(3)

`

99) disesaikan dengan tujuan LCA. Kemudian hasil dampak lingkungan seperti karakterisai, normalisai, dan pembototan.

Gambar 1. Life Cycle assessment Framework Sumber . Curran, M.A, (2013)

d. Interpretasi

Langkah terakhir dari LCA adalah memberikan interpretasi atas hasil dampak lingkungan sebelum melakukan atau mengabil keputusan.

2.2 Cleaner Production

Produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara kontinu pada proses produksi, produk, dan jasa untuk meningkatkan eko-efisiensi sehingga mengurangi resiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan (Curran, M.A, 2013)

Produksi Bersih (Cleaner Production/Cp) bertujuan untuk mencegah dan meminimalkan terbentuknya limbah atau bahan pencemar lingkungan diseluruh tahapan proses produksi. Disamping itu, produksi bersih juga melibatkan upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku, bahan penunjang dan energi diseluruh tahapan produksi. Dengan menerapkan konsep produksi bersih, diharapkan sumber daya alam dapat lebih dilindungi dan dimanfaatkan secara berkelanjutan. Secara singkat, produksi bersih memberikan dua keuntungan, pertama meminimisasi terbentuknya limbah, sehingga dapat melindungi kelestarian lingkungan hidup dan kedua adalah efisiensi dalam proses produksi, sehingga dapat mengurangi biaya produksi.

Selanjutnya CP strategi dalam rangka mencegah dan mengurangi limbah pada industri dengan beberapa srategi yaitu produksi bersih disesuaikan dengan kondisi industri seperti modifikasi teknologi, pergantian input ( bahan baku) ( Van barkel, 1997) dan ( USEPA, 2008) yang dijelaskan dibawah ini.

a. Input subtitution, Salah satu tindakan yang dilakukan untuk mencegah terbentuknya limbah adalah dengan menganti material dengan material yang toxic yang kecil atau dengan material yang dapat diperbaharui, atau material yang mempunyai daur hidup yang lebh panjang panjang. Perubahan material input dilaksanakan untuk mengurangi atau menghilangkan bahan berbahaya dan beracun yang masuk atau digunakan dalam proses produksi sehingga dapat menghindari terbentuknya limbah B3 dalam proses produksi.

b. Technology Change/modification

Mengganti atau memodifikasi teknologi atau proses untuk mengurangi terbentuknya limbah selama proses produksi.Perubahan teknologi mencakup modifikasi proses dan peralatan. Tujuannya untuk mengurangi limbah dan emisi. Perubahan teknologi dapat dilaksanakan mulai dari yang sederhana dalam waktu singkat dan biaya yang murah sampai perubahan yang memerlukan investasi tinggi. Pengeluaran biaya yang tinggi untuk memodifikasi peralatan akan diimbangi dengan adanya penghematan bahan, kecepatan produksi dan menurunnya biaya pengolahan limbah (USEPA, 200).

c. Good Housekeeping. Melakukan managemant dan operational yang tepat unutuk mencegah kebocoran, tumpahan .Praktek operasi yang baik (good house keeping) adalah salah satu pilihan pengurangan pada sumber, mencakup tindakan prosedural, administratif atau institusional yang dapat digunakan di perusahaan untuk mengurangi terbentuknya limbah.

d. Product Modification, Perancangan ulang produk, proses dan jasa yang dihasilkan sehingga akan terjadi perubahan produk, proses dan jasa. Perubahan ini adapat bersifat komprehensif maupun radikal. Dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: Subsitusi produk, Konservasi produk dan perubahan komposisi produk e. Reuse/Recycle on site, daur ulang merupakan penggunaan kembali limbah dalam berbagai bentuk, di

antaranya: a. Dikembalikan lagi ke proses semula b. Bahan baku pengganti untuk proses produksi lain ,dipisahkan untuk diambil kembali bagian yang bermanfaat, diolah kembali sebagai produk samping.

(4)

Gambar 2. Framework implementasi Cleaner production dan Life cycle assessment.

Gambar 2 menjelaskan framework dalam melaksakan model mengelola limbah dengan mengintegrasikan LCA dan CP.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan atau aktifitas industri, khususnya industri di Indonesia tidak hanya membawa dampak ekonomi dan sosial, tetapi juga dampak lingkungan berupa polusi udara, tanah dan air yang tentu mebawa dampak kurang bagi kehidupan manusia dan keberlangsungan hidup. Saat ini, konsep yang sering dilakukan untuk mengurangi dampak lingkungan adalah end of pipe, yang banyak kelemahan dalam mengurangi limbah dalam industri. Untuk mengatasi hal tersebut industri perlu melakukan pengkajian dalam mengurangi limbah industri dari konsep mendangulangi limbah menjadi konsep mencegah munculnya limbah. Saat ini, metode yang sangat banyak digunakan untuk mencengah munculnya limbah dalam proses produsi adalah dengan pendekatan produsai bersih. Produksi bersih (cleaner production) adalah salah satu metode untuk mencegah terjadinya limbah industri dengan beberapa pilihan, seperti input subtitution, product modification, technologi modification, good housekeeping dan reuse/recycling. Untuk implementasi CP lebih fokus dan tepat, maka perlu dilakukan penilaian pada bagian mana pada siklus industri yang mempunyai potensi menghasilkan limbah yang paling besara. LCA digunakan untuk menilai dampak lingkungan tersebut. penilaian potensi dampak lingkungan yang dihasilkan pada aktifitas industri. Kajian tentang Life cycle assessment untuk menilai dampak lingkungan pada industri manufature dan jasa sangat tepat dengan metode ini, karena dapat menilai dampak lingkungan bukan hanya pada akhir produk saja tetapi pada semua langkah dari proses extraksi bahan baku sampai pada akhir hidup suatu produk. Setelah LCA sudah mengidentifikasi hotspot limbah, CP akan diimplementasikan. Berdasarkan beberapa kisah sukses pelaksanaan CP, Pendekatan ini memberikan hasil secara signifikant dalam mencengah dan megurangi dampak lingkungan dan juga memberi keuntungan secara ekonomi. Tabel 2 mengambarkan berapa contoh perusahaan yang melaksakan CP yang mendapatkan keutungan secara significant secara ekonomi maupaun lingkungan.

Tabel 1. Beberapa contoh implementasi Cleaner Production pada Organisasi

Nama Perusahaan Sasaran Startegy Cleaner

Production

Keuntungan Dupon Agricultural

Product Indonesia

a. Mengembangkan produk yang lebih aman b. Melakukan evaluasi pada

produk-produk untuk mengidentifikasi apakah produk itu memenuhi standar EHS (environment, health, and safety) c. Mengurangi limbah selama

proses produksi

Mengembangkan produk BKPT ( Bahan Kimia Pelindung Tanaman) yang lebih efektif

Produk baru ini telah meningkatkan penghasilan Du Pont naik empat kali lipat. Tahun 1995, pendapatan AG mencapai USD 2,3 miliar .

(5)

`

f.Mencari alternatif pengunaan bioteknologi.

Pengerajin Batik 1. Meningkatkan efisiensi sumber daya.

2. Mengembangkan pewarna alami untuk industri batik ramah lingkungan

1.Mengunakan pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan 2. Mengurangi ceceran

lilin dan mengunakan kembali 3. mengurangi volume tangki dan mengunakan kembali air hasil bilasan

Penggunaan LPG menurun %
 Penggunaan kayu bakar 
 menurun sebesar 68% 54% pengurangan penggunaan minyak tanah Penghematan biaya Rp.5000000/tahun untuk pengerajin batik 


PT 3M Indonesia 1. Mengurangi Pencemaran Udara dan air

2. Mengurangi Limbah cair dan padat . Komitmen dari manajemen puncak untuk melaksanakan program CP . Komitmen untuk menjadikan pencegahan pencemaran sebagai salah satu elemen penting setiap rencana usaha CP dan menjadikannya sebagai tolok ukur kinerja. . Menjadikan keberhasilan dalam menerapkan pencegahan pencemaran sebagai bagian dari penilaian kinerja karyawan dan manajer. . Adanya komitmen untuk membiayai program penelitian dan pengembangan pencegahan pencemaran Mampu mengurangi - 70.000 ton pencemar udara - 18.000 ton pencemar air - 2,7 milyar gallon limbah cair 480.000 ton limbah padat.

Perusahaan 3M adalah salah satu perusahaan yang paling berhasil dalam menerapkan Produksi Bersih untuk Pencegahan Pencemaran . Program pencegahan pencemaran ini dilakukan oleh 3M dengan komitmen yang kuat dari seluruh tingkat menejemen perusahaan. Selain itu, salah satu faktor keberhasilan pelaksanaan CP pada perusahaan 3M adalah kemampuan dan kemauannya dalam mengubah paradigma dari pendekatan end-of-pipe ke pendekatan up-the-pipe. Program pencegahan pencemaran dari 3M dikenal dengan nama 3P (pollution prevention pays), yang mulai dikembangkan pada Tahun 1975. Dua tujuan dasar dari 3P adalah: Mengeliminasi pencemaran pada sumbernya. Upaya ini akan menurunkan biaya lingkungan, mengurangi penggunaan energi, dan mengurangi penggunaan bahan baku yang diperlukan untuk produksi dan memperhitungkan limbah sebagai bahan baku/sumber daya yang belum terpakai. Bagaimana strategi CP serta keuntungan apa yang didapatkan dalam implentasi CP pada 3M dapat dilihat pada tabel 1.

Contoh lain perusahaan yang sudah menerapkan CP adalah Du Pont Agriculture (AG). AG mempunyai usaha bisnis pada produk pertanian yaitu bahan kimia pelindung tanaman dan bioteknologi. Sehubungan dengan bahan kimia yang digunakan untuk pelindung tanaman menjadi permasalahn hangat bagi para pengguna produk Du Pont, menejemen AG menvoba mengembangkan produk baru melalui pengunaan bahan dari alam. Program ini dimulai dengan mengidentifikasi berbagai permasalahan dan kebutuhan yang diinginkan dari para konsumen sehubungan dengan produk Du Pont. Produk bahan kimia pelindung tanaman (BKPT) merupakan isue yang menjadi perhatian para konsumen, seperti menghasilkan panen yang lebih efisien, perlindungan air tanah, perlindungan tanah, keselamatan pekerja pertanian, standar kuantitas dan kualitas pestisida yang ditetapkan pemerintah dan jaringan pemasok makanan. Kebutuhan konsumer itu ditindaklanjuti dengan mengidentifikasi enam hal kunci, yaitu dengan mengembangkan produk yang lebih aman, mengevaluasi produk-produk yang ada untuk menentukan apakah produk itu memenuhi standar EHS (environment, health, and safety), mengurangi limbah dalam proses produksi, mendukung perubahan dan perbaikan regulasi, melatih dan mendidik pengguna produk, mengeksplorasi berbagai kemungkinan penerapan bioteknologi. Pendekatan Cleaner Production yang dilakukan dengan mengembangkan produk BKPT yang lebih efektif, sehingga akan mengurangi penggunaan herbisida. Produk hasil pengembangan ini mampu menurunkan penggunaan herbisida sekitar 90 sampai 99% jauh lebih kecil

(6)

dari produk-produk konvensional sebelumnya. Sebagai hasilnya, Du Pont dapat meningkatkan pendapatan empat kali lebih besar dari sebelumnya . Pada Tahun 1995, pendapatan AG mencapai USD 2,3 miliar (Benefita, 2016).

Salah satu contoh implementasi CP untuk industri kecil adalah pada pengerajin Batik. Pelaksanaan CP pada industri batik dapat dilakukan dengan strategi dengan mengunakan pewarna alami untuk proses pewarnaan batik, mengunakan kembali air hasil bilasan mengurangi tumpahan lilin selama proses pembatikan. Selanjutnya, limbah lilin dapat diolah dan digunakan kembali. Dengan pendekatan ini para pengerajin batik dapat mengurangi pengunaan gas, minyak tanah dan lilin dan penghematan sekitar 5 Juta/ tahun ( Setiadi, T, 2017)

Kesuksesan yang diraih industri diatas tidak terlepas dari komitmen dari seluruh karyawan mulai dari menejemen level atas sampai seluruh karyawan untuk melaksakan CP secara konsisten dan berkesinambungan. Tanpa ada komitmen untuk melaksakan Cp secara konsisten, maka implelementasi dari CP akan kurang maksimal. Oleh karena itu butuh dukungan dari pembuat regulasi, seperti pemerintah pusat dan daerah untuk mendukung pelaksanakan CP dengan cara mempromosikan CP dan juga memberi insentif pada organisasi/perusahan yang sudah mulai melakukan konsep CP pada institusi/organisisai mereka.

4. KESIMPULAN

Kegiatan industri jelas telah membawa dampak bukan hanya secara ekonomi dan dampak sosial saja, tetapi juga membawa dampak terhadap kerusakan lingkungan baik pada pengunaan sumber daya alam, energi dan juga menghasilkan polusi terhadapa lingkungan baik berupa polusi udara, tanah dan pencemaran air. Dampak lingkungan dari aktifitas industri sudah menjadi permasalah global sehingga setiap negara dituntut untuk mengurangi polusi industri, bahkan faktor lingkungan sudah menjadi barriers to trade pada perdagangan international. Oleh karena itu perlu mengembangkan model pencegahan dampak lingkungan secara komprefensif. Saat ini salah satu metode untuk pencegahan limbah adalah dengan produksi bersih ( Cleaner production). Untuk melakan CP secara optimal perlu melakukan evaluasi dan penilaian terhadapa semua proses aktifitas produksi. Life cycle assessment ( LCA) digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap dampak lingkungan selama proses produksi aktifitas industri. Setelah potensi limbah yang mempunyai kontribusi yang besar telah diidentifikasi, Kemudian CP akan diimplementasikan.

Kesuksesan implemantasi CP pada industri sudah terbukti dan mendapatkan keuntungan secara ekonomi, sosial maupun mengurangi dampak lingkungan secara siknifikan. Hal ini dikarenan CP dapat mencegah timbulnya limbah dengan mengurangi pengunaan bahan baku, energi, air, dan limbah dengan investasi yang kecil, sehingga pelaksanaan CP tidak menjadi masalah bagi industri kecil yang mempunyai modal yang terbatas. Tetapi kesuksesan pelaksanaan CP membutuhkan komitmen dari seluruh manajemen organisasi mulai dari level atas sampai ke seluruh karyawan untuk melaksakan CP secara konsisten dan berkesinambungan. Juga, dukungan dari pemerintah sebagai regulator untuk mempromosikan serta menstimulus para pelaku industri untuk melaksakan CP dengan memberi insentif berupa pengurangan pajak pada industri yang menerapkan CP.

5. DAFTAR PUSTAKA

Bilatos, S., Basali,N (1997). Green Technology and Design for the Environment. New York: Taylor & Francis Benefita, (2016) Beberapa Kisah Sukses Pelaksanaan Produksi Bersih

BPS (2011), Jumlah Industri di Indonesia.www.bps.co.id

Curran, M.A, (2013). Life Cycle Assessment: A review of the methodology and its application to sustaianbility.” Current Opinion in Chemical Engineering 2.3. p 273-277

De Hoo S, Brezet H, Crul M, Dieleman H. (1991). Manual for the prevention of waste and emissions. In: Crul M, Brezet H, de Hoo S, editors. PRE- PARE: manual and experiences. The Hague: Ministry of Economic Affairs (for EuroEnviron)

Frondel M, Horbach, J., Renninggs (2014). End-of-Pipe or Cleaner Production?

An Empirical Comparison of Environmental Innovation Decisions Across OECD Countries. ZEW-Centre for Europesn economic Reserch Discussion paper No.04-082

ISO 14040. (2006), Environmental Management-Life Cycle Assessment-principe and Practice, CEN Europe

Sirait, M (2016). Potensi dampak lingkungan pada proses produski Liquid Cristal Displai komputer dengan pendekatan Life Cycle Assesment. Journal of Engineering and Management in Industrial System. Volume 4 No. 1.

Sirait, M., & Biswas,W., (2012). Life Cycle Assesment of Personal Computer Use : The Case of Western Australia. International Conference on Sustaiable Manufacturing, Towards sustaibanle manufacturing, 28, 119–123. Istabul, Turki, October 31-2 Nopember 2012.

Setiadi, T (2017). Penerapan
Resource Efficient and Cleaner Production (RECP) di Indonesia, Centre for Resource Efficient and Cleaner Production Indonesia (CRECPI) www.crecpi.itb.ac.id

UNINDO, (2009). Understanding Cleaner Production

UNEP (1994). Government strategies and policies for cleaner production. Paris: 
United Nations Environment Programme. 


UNEP/SETAC (2005). Life Cycle Approuch-the road from analysis to practice. UNEP/SETAC, Life Cycle Initiative , United Nation environment, Devision of Technology , Industri and Economic. Paris, France

(7)

`

Van Berkel R.(1995). Introduction to cleaner production assessments with applications in the food processing industry.UNEP Industry and Environment Review 1995;18(1):8e15.

TANYA JAWAB

1. Yuli Dwi A (UPN yogya)

Apakah hasil penelitian berupa kajian atau implementasi dari LCA dan CP? Jawaban :

Makalah merupakan kajian dari LCA dan CP , yang didalam kajian tersebut meliputi contoh-conoh implementasinya di Industri

2. Arieyanti D.A (MIL Undip)

Seperti apa ruang lingkup LCA untuk industri? Jawaban :

Penilaian dampak lingkungan dengan metode LCA dalam implementasinya mempunyai ruang lingkup atau batasan, seperti cradle to gate, cradle to cradle dan cradle grave. Juga, pada makalah ini dengan memberikan contoh implementasi dari LCA tersebut, dimana scope atau ruang lingkupnya berdasarkan produk dan

sejauhmana kita membatasinya yang disesuaikan dengan ketersediaan data dan waktu. Tetapi pada makalah ini hanya mengkaji LCA dalam menilai dampak lingkungan yang terbesar sehingga implementasi Clenaer

(8)

Gambar

Gambar 1. Life Cycle assessment Framework  Sumber . Curran, M.A, (2013)
Gambar 2 menjelaskan framework dalam melaksakan model mengelola limbah dengan mengintegrasikan LCA dan  CP

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun demikian, pada aspek yang lain tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian masyarakat justru bersikap berseberangan terhadap gerakan ravivalisme ini. Mereka menganggap

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini ada dua, yaituAngket yaitu bentuk pertanyaan atau pernyataan yang dibagi kepada responden untuk memperoleh

Kondisi ini disebabkan beberapa aspek yaitu : penyerapan anggaran belanja modal pemerintah daerah yang relatif rendah selama triwulan III-2010 sehingga realisasi proyek

Comorbid type 2 diabetes mellitus and hypertension exacerbates cognitive decline: evidence from a longitudinal study.. Age Ageing

Community relations pada dasarnya merupakan kegiatan PR, sehingga langkah-langkah dalam pelaksanaan community relations sama dengan langkah pelaksanaan kerja

Jika dibandingkan dengan hasil optimalisasi untuk masing-masing respon tungal (Tabel 16) maka dosis tersebut menghasilkan respon produktivitas yang nilainya lebih rendah dari yang

Pada Tabel 1, 2 dan 3 terlihat pula bahwa jarak tanam yang berbeda menghasilkan tinggi tanaman umur 35 HST, panjang ruas batang utama dan jumlah cabang primer

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan yaitu : 1) Tanah sawah di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan mengandung unsur hara mikro Zn dan Cu berkisar sangat rendah