• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik tanaman padi yang akan dikaji dalam penelitian ini meliputi komponen hasil (jumlah malai per m2, persen gabah isi, dan produktivitas) dan

serapan hara (serapan total nitrogen, fospor dan kalium). Perlakuan yang akan dilihat pengaruhnya terhadap karakteristik tanaman padi tersebut adalah pemberian pupuk nitrogen, fospor dan kalium.

Sebelum ke proses analisa, pertama-tama akan dilihat keragaman dari karakteristik tanaman padi pada berbagai perlakuan. Gambar 9 dan Gambar 11 merupakan grafik kotak garis yang memperlihatkan secara visual keragaman antar perlakuan untuk setiap respon karakteristik tanaman padi yang diamati. Keragaman antar perlakuan dikatakan sama jika tinggi kotak antar perlakuan relatif sama. Urutan perlakuan pada grafik kotak garis dari kiri ke kanan adalah perlakuan +N, +NK, +NP, +NPK, +PK dan Kontrol.

Karakteristik Tanaman Padi Pada Musim Kemarau

Dari Gambar 9 terlihat bahwa panjang kotak antar perlakuan untuk persen

gabah isi dan serapan kalium cenderung berbeda. Berdasarkan hasil uji levene (Tabel 6) yang merupakan uji kehomogenan ragam didapat nilai-p untuk persen gabah isi 0,015 dan nilai-p untuk serapan kalium 0,000 yang berarti keragaman antar perlakuan berbeda secara signifikan (Heterogen). Untuk menangani masalah keheterogenan ragam tersebut sudah dilakukan beberapa usaha tranformasi data seperti akar kuadrat dan logaritma natural, namun hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa keragaman antar perlakuan masih tetap heterogen. Usaha lain yang dapat dilakukan untuk menangani keheterogenan ragam yaitu dengan menggunakan pendugaan kuadrat terkecil terboboti (Weighted least Squares), namun dalam penelitian ini hal itu tidak dilakukan. Pada penelitian ini yang menjadi titik tekan adalah masalah kecocokan model. Alasannya karena fungsi desirability merupakan sebuah metode mentransformasikan respon dugaan ( dari sebuah model yang terbentuk ke nilai 0 hingga 1.

(2)

Untuk respon jumlah malai, hasil panen, serapan nitrogen dan serapan fospor memiliki panjang kotak antar perlakuan yang cenderung sama. Jika dilihat dari hasil uji levene (Tabel 6) didapat nilai nilai-p untuk jumlah malai 0,641, nilai-p untuk hasil panen 0,281, nilai-p untuk serapan nitrogen 0,155 dan nilai-p untuk serapan fospor 0,857 yang berarti keragaman antar perlakuan tidak berbeda secara signifikan (Homogen).

Jumlah malai Persen gabah isi

Hasil Serapan Nitrogen

Serapan Fospor Serapan Kalium

Gambar 9. Diagram kotak garis karakteristik tanaman pada musim kemarau

Tabel 6. Hasil uji kehomogenan ragam data percobaan musim kemarau

Perlakuan Ju ml a h ma la i Control +PK +NPK +NP +NK +N 350 300 250 200 150

Boxplot of Jumlah malai vs Perlakuan

Perlakuan Pe rs e n g a b a h is i Control +PK +NPK +NP +NK +N 96 94 92 90 88 86 84 82

Boxplot of Persen gabah isi vs Perlakuan

Perlakuan Ha si l Control +PK +NPK +NP +NK +N 7000 6000 5000 4000 3000

Boxplot of Hasil vs Perlakuan

Perlakuan Se ra p a n N Control +PK +NPK +NP +NK +N 25.0 22.5 20.0 17.5 15.0

Boxplot of Serapan N vs Perlakuan

Perlakuan Se ra p a n P Control +PK +NPK +NP +NK +N 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0

Boxplot of Serapan P vs Perlakuan

Perlakuan Se ra pa n K Control +PK +NPK +NP +NK +N 20 18 16 14 12 10 8 6

(3)

Statistik

Levene db1 db2

Nilai Probabilitas

Jumlah malai per meter ,685 5 18 ,641

Persen gabah isi 3,866 5 18 ,015

Hasil 1,371 5 18 ,281

Serapan Nitrogen ( kg/ha) 1,846 5 18 ,155

Serapan Fospor (kg/ha) ,378 5 18 ,857

Serapan Kalium (kg/ha) 8,563 5 18 ,000

Dari Lampiran 5 terlihat bahwa plot quantil normal dari setiap respon

yang diamati pada musim kemarau cenderung membentuk garis lurus. Hal ini menandakan bahwa data dari setiap respon yang diamati mengikuti sebaran normal.

Tabel 7. Rata-rata komponen hasil dan serapan hara pada musim kemarau

perlakuan Malai Jml. per m2 % gabah isi Produktivitas (kg/ha) Serapan N (kg/ha) Serapan P (kg/ha) Serapan K (kg/ha) +N 309,75 90,29 6084,50 20,20 2,65 8,77 +NK 308,00 90,05 5440,00 18,82 2,59 17,64 +NP 293,50 86,87 5946,25 21,45 3,78 7,80 +NPK 300,75 92,49 6751,00 22,96 3,66 18,31 +PK 191,00 93,98 3903,00 16,26 3,71 14,30 Kontrol 187,00 94,41 3473,00 16,75 3,05 12,96

(4)

Pada Gambar 10 dan Tabel 7 terlihat rata-rata jumlah malai pada musim

kemarau yang diberi pupuk cenderung lebih banyak dari pada yang tidak diberi pupuk (kontrol). Rata-rata jumlah malai paling banyak terdapat pada perlakuan +N (309,75 malai/m2).

Rata-rata persen gabah isi (Gambar 10 dan Tabel 7) untuk perlakuan kontrol terlihat paling tinggi (94,41%) jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Tingginya persen gabah isi pada perlakuan kontrol disebabkan karena jumlah malai pada perlakuan kontrol relatif sedikit. Dengan jumlah malai yang sedikit maka kemungkinan kegagalan yang terjadi juga sedikit.

Rata-rata hasil panen (Gambar 10 dan Tabel 7) untuk perlakuan kontrol nilainya paling rendah jika dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Rata-rata hasil panen paling tinggi terdapat pada perlakuan +NPK sebesar 6751 kg/ha.

Untuk serapan hara (Gambar 10 dan Tabel 7), setiap tanaman yang diberikan sebuah pupuk jenis tertentu akan cenderung mengandung pupuk dalam jumlah yang lebih besar jika dibandingkan dengan yang tidak diberi pupuk tersebut. Hal ini salah satunya disebabkan karena tingkat erosi yang rendah pada musim kemarau yang menyebabkan pupuk yang diberikan terserap dengan baik oleh tanaman.

Karakteristik Tanaman Padi Pada Musim Mujan

Berdasarkan Gambar 11 terlihat bahwa panjang kotak antar perlakuan

untuk persen gabah isi cenderung berbeda. Dari hasil uji levene (Tabel 8) yang merupakan uji kehomogenan ragam didapat nilai-p untuk persen gabah isi 0,040 yang berarti keragaman antar perlakuan berbeda secara signifikan (Heterogen). Untuk menangani masalah keheterogenan ragam tersebut sudah dilakukan beberapa usaha tranformasi data seperti akar kuadrat dan logaritma natural, namun hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa keragaman antar perlakuan masih tetap heterogen. Seperti pada musim kemarau, yang menjadi titik tekan pada penelitian ini adalah kecocokan model sehingga kita dapat mengabaikan masalah kehomogenan ragam.

(5)

Perlakuan Ju m la h m a la i Control +PK +NPK +NP +NK +N 350 300 250 200 150

Boxplot of Jumlah malai vs Perlakuan

Perlakuan Pe rs e n g a b a h is i Control +PK +NPK +NP +NK +N 90 85 80 75 70

Boxplot of Persen gabah isi vs Perlakuan

Perlakuan Ha si l Control +PK +NPK +NP +NK +N 6500 6000 5500 5000 4500 4000 3500

Boxplot of Hasil vs Perlakuan

Perlakuan Se ra p a n N Control +PK +NPK +NP +NK +N 175 150 125 100 75 50

Boxplot of Serapan N vs Perlakuan

Perlakuan Se ra pa n K Control +PK +NPK +NP +NK +N 100 90 80 70 60 50 40

Boxplot of Serapan K vs Perlakuan

Untuk respon jumlah malai, hasil panen, serapan nitrogen, serapan fospor dan serapan kalium panjang kotak antar perlakuan cenderung sama. Jika dilihat dari hasil uji levene (Tabel 8) didapat nilai nilai-p untuk jumlah malai 0,272, nilai-p untuk hasil panen 0,162, nilai-p untuk serapan nitrogen 0,071, nilai-p untuk serapan fospor 0,520 dan nilai-p untuk serapan kalium 0,864 yang berarti keragaman antar perlakuan tidak berbeda secara signifikan (Homogen).

Jumlah malai Persen gabah isi

Hasil Serapan Nitrogen

Serapan Fospor Serapan Kalium

Gambar 11. Diagram kotak garis karakteristik tanaman pada musim hujan

Perlakuan Se ra pa n P Control +PK +NPK +NP +NK +N 5.5 5.0 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0

(6)

Tabel 8. Hasil uji kehomogenan ragam data percobaan musim hujan Satatistik

Levene db1 db2

Nilai Probabilitas

Jumlah malai per meter 1,397 5 18 ,272

Persen gabah isi 2,963 5 18 ,040

Hasil 1,807 5 18 ,162

Serapan Nitrogen ( kg/ha) 2,481 5 18 ,071

Serapan Fospor (kg/ha) ,871 5 18 ,520

Serapan Kalium (kg/ha) ,368 5 18 ,864

Dari Lampiran 6 terlihat bahwa plot quantil normal dari setiap respon

yang diamati pada musim hujan cenderung membentuk garis lurus. Hal ini menandakan bahwa data dari setiap respon yang diamati mengikuti sebaran normal.

Tabel 9. Rata-rata komponen hasil dan serapan hara pada musim hujan

perlakuan Jml. Malai per m2 % gabah isi Produktivitas (kg/ha) Serapan N (kg/ha) Serapan P (kg/ha) Serapan K (kg/ha) +N 281,00 78,90 5114,00 23,42 2,81 13,66 +NK 306,00 74,97 4569,00 25,25 3,42 17,32 +NP 278,75 83,81 5462,50 21,77 3,96 10,33 +NPK 306,75 84,15 5945,25 25,98 4,11 13,28 +PK 215,75 88,31 4822,75 19,27 4,34 15,01 Kontrol 198,00 87,35 3960,50 18,24 2,74 11,95

Untuk musim hujan sebagaimana terlihat pada Gambar 12 dan Tabel 9 bahwa rata-rata jumlah malai yang diberi pupuk cenderung lebih banyak dari pada yang tidak diberi pupuk (kontrol). Rata-rata jumlah malai paling banyak terdapat pada perlakuan +NPK (306,75 malai/m2).

Rata-rata persen gabah isi (Gambar 12 dan Tabel 9) tertinggi terdapat pada perlakuan +NPK, sebesar 88,31%. Rata-rata persen gabah pada perlakuan kontrol di musim hujan tidak menjadi yang terbesar sebagaimana yang terjadi pada musim kemarau, hal ini disebabkan karena pada musim hujan terjadi peningkatan jumlah malai jika dibandingkan dengan musim kemarau.

(7)

Gambar 12. Karakteristik tanaman padi pada musim hujan

Rata-rata hasil panen (Gambar 12 dan Tabel 9) untuk perlakuan kontrol nilainya masih paling rendah jika dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Rata-rata hasil panen paling tinggi terdapat pada perlakuan +NPK sebesar 5945,25 kg/ha. Kondisi hasil panen pada musim hujan ini masih sama dengan kondisi yang terjadi pada musim kemarau dimana hasil panen yang terendah ada pada perlakuan kontrol dan hasil panen yang tertinggi ada pada perlakuan +NPK.

Untuk serapan hara pada musim hujan (Gambar 12 dan Tabel 9), setiap tanaman yang diberi pupuk jenis tertentu cenderung akan menyerap pupuk tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan yang tidak diberi pupuk. Kondisi penyerapan hara ini masih sama dengan kondisi penyerapan hara pada musim kemarau. Perbedaan terjadi pada masalah besarnya unsur hara yang diserap, dimana pada musim hujan nilainya cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan musim panas. Hal ini dapat dimaklumi karena pada musim hujan tingkat erosi yang terjadi lebih besar jika dibandingkan dengan musim kemarau.

Bentuk Persamaan Model

Untuk mengetahui bentuk persamaan yang akan digunakan, terlebih dahulu dianalisa struktur kontras dari percobaan ini. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadi multikolinieritas pada persamaan yang akan dibentuk.

(8)

Pada struktur kontras perlakuan nitrogen terlihat perlakuan yang diberikan tidak seimbang, untuk menyeimbangkan perlakuan tersebut maka perlakuan nitrogen dengan nilai kontras -1 diberi bobot 2 sehingga nilainya menjadi -2 (Tabel 10).

Tabel 10. Struktur kontras disain perlakuan

Karena disain percobaan diatas merupakan rancangan percobaan dua level perlakuan, sedangkan kombinasi perlakuan yang terbentuk ada 6 kombinasi perlakuan, hal ini menyebabkan disain percobaan ini bukan merupakan disain dengan perlakuan lengkap. Seharusnya disain tersebut memiliki 23 = 8 kombinasi perlakuan agar menjadi disain percobaan dengan kombinasi perlakuan lengkap. Beberapa model persamaan yang dapat dibentuk untuk memenuhi syarat keortogonalan berdasarkan struktur kontras yang terbentuk adalah sebagai berikut: Model 1:

Model 2 :

Dari dua bentuk model yang ada maka akan dipilih satu bentuk model yang paling cocok untuk setiap respon dengan menggunakan nilai koefisien determinasi terkoreksi sebelum dianalisa lebih lanjut (Tabel 11 dan Tabel 12).

Perlakuan N P K NP NK PK NPK Kontrol -2 -1 -1 2 2 1 -2 +PK -2 1 1 -2 -2 1 -2 +NK 1 -1 1 -1 1 -1 -1 +NP 1 1 -1 1 -1 -1 -1 +N 1 -1 -1 -1 -1 1 1 +NPK 1 1 1 1 1 1 1 Jumlah 0 0 0 0 0 2 -4

(9)

Tabel 11. Nilai koefisien determinasi terkoreksi data musim kemarau

No Respon Koefisien Determinasi Terkoreksi (R-Square Adjusted) Model I Model II

1 Jumlah malai 94,3% 93,5%

2 Persen gabah isi 31,1% 44,3%

3 Produktivitas 85,3% 81,0%

4 Serapan Nitrogen 80,0% 58,9%

5 Serapan Fospor 79,9% 3,1%

6 Serapan Kalium 0% 94,2%

Tabel 12. Nilai koefisien determinasi terkoreksi data musim hujan

No Respon

Koefisien Determinasi Terkoreksi (R-Square Adjusted) Model I Model II

1 Jumlah malai 75,9% 82,2%

2 Persen gabah isi 58,4% 30,6%

3 Produktivitas 62,3% 35,6%

4 Serapan Nitrogen 57,6% 74,3%

5 Serapan Fospor 51,7% 29,6%

6 Serapan Kalium 35,1% 27,9%

Dari nilai koefisien determinasi terkoreksi yang diperoleh pada musim kemarau dan musim hujan, maka bentuk persamaan untuk setiap respon/karakteristik tanaman padi sebagai berikut (Tabel 13 dan Tabel 14).

Tabel 13. Model persamaan musim kemarau

No Karakteristik Tanaman Persamaan Fungsi

1 Jumlah Malai Y= 265,00 – 38,00 (N) – 3,25 (P) – 2,625 (N*P) (P=0,000) (P=0,250) (P=0,191) 2 Persen Gabah Isi Y= 91,346 -1,422 (N) + 0,825 (K) + 0,519 (N*K)

(P= 0,001) (P= 0,113) (P= 0,155) 3 Produktivitas Y= 5266,29 – 789,15(N) + 267,12 (P) +26,06 (N*P) (P=0,000) (P=0,013) (P=0,712) 4 Serapan Nitrogen Y= 19,404 + 1,451(N) + 0,817(P) +0,531 (N*P) (P=0,000) (P=0,003) (P=0,005) 5 Serapan Fospor Y= 3,240 – 0,0704 (N) + 0,476 (P) + 0,0737 (N*P) (P=0,066) (P=0,000) (P=0,055) 6 Serapan Kalium Y= 13,298 – 0,168(N) + 3,453(K) + 1,39 (N*K) (P=0,261) (P=0,000) (P=0,000)

(10)

Tabel 14. Model persamaan musim hujan

No Karakteristik Tanaman Persamaan Fungsi

1 Jumlah Malai Y= 264,375+ 28,750 (N)+ 11,792(K) + 1,458 (N*K) (P=0,000) (P=0,009) (P=0,616) 2 Persen Gabah Isi Y= 82,914-2,458(N)+ 2,508(P) + 1,013 (N*P)

(P=0,000) (P=0,004) (P=0,075) 3 Produktivitas Y= 4979,00+ 293,69 (N)+ 431,17(P) +0,02 (N*P) (P=0,000) (P=0,000) (P=1,000) 4 Serapan Nitrogen Y= 22,3221 + 1,782 (N)+ 1,18 (K)+ 0,332 (N*K) (P=0,000) (P=0,002) (P=0,181) 5 Serapan Fospor Y= 3,565+ 0,013 (N) + 0,572 (P) - 0,113 (N*P) (P=0,871) (P=0,000) (P=0,173) 6 Serapan Kalium Y= 13,59+ 0,054 (N) -0,7175 (P) - 1,123 (N*P) (P=0,865) (P=0,122) (P=0,002)

Penentuan Batasan Nilai Spesifikasi Respon

Sebelum membentuk nilai individual desirability, maka setelah mendapatkan model yang paling fit, langkah selanjutnya adalah menentukan batasan spesifikasi respon seperti nilai minimum, nilai maksimum dan nilai target yang diinginkan. Pada jumlah malai, persen gabah isi dan hasil panen, spesifikasi respon yang diinginkan adalah untuk memaksimalkan respon dengan nilai batas bawah adalah rata perlakuan +N dan nilai target yang diinginkan adalah rata-rata perlakuan +NPK. Untuk jumlah malai yang menjadi batas bawah adalah nilai rata-rata perlakuan kontrol dengan target adalah nilai rata-rata perlakuan +NPK.

Pada serapan hara, spesifikasi respon bertujuan untuk mencapai nilai target dimana batasan nilai bawah dan nilai atas didasarkan pada nilai yang dikeluarkan oleh IRRI (International Rice Research Institute), sedangkan nilai target didasarkan pada nilai tengah diantara kedua batas tersebut. Batasan nilai spesifikasi respon pada penelitian ini ditunjukkan dalam Tabel 15.

(11)

Tabel 15. Spesifikasi batas respon

No Respon Musim Tujuan Batas

bawah Target

Batas Atas

1 Jumlah Malai (malai/m2) Kemarau Maksimum 187,00 300,75 -

Hujan Maksimum 198,00 306,75 -

2 Persen gabah isi (%) Kemarau Maksimum 90,29 92,49 Hujan Maksimum 78,90 84,15 - - 3 Produktivitas (kg/ha) Kemarau Maksimum 6084,50 6751,00 - Hujan Maksimum 5114,00 5945,25 - 4 Serapan N (kg/ha) Kemarau Hujan Target Target 11,00 11,00 17,00 23,00 17,00 23,00 5 Serapan P (kg/ha) Kemarau Hujan Target Target 1,70 1,70 3,25 4,80 3,25 4,80 6 Serapan K (kg/ha) Kemarau Hujan Target Target 10,00 10,00 18,00 26,00 18,00 26,00

Dosis Optimal Pada Respon Tunggal

Dosis optimal respon tunggal didapat dari proses optimalisasi persamaan respon tunggal yang fit. Tabel 16 terlihat dosis pupuk optimal untuk setiap respon pada musim hujan dan musim kemarau. Untuk setiap respon yang diamati, ada sebuah kadar pupuk yang tidak dapat dilihat pengaruhnya. Contoh respon jumlah malai pada musim kemarau, pengaruh kadar kalium tidak dapat dilihat pengaruhnya. Hal ini disebabkan karena bentuk persamaan yang fit pada respon jumlah malai tidak melibatkan pengaruh dosis kalium.

Pada musim kemarau, respon jumlah malai, persen gabah isi, serapan nitrogen, dan serapan fospor mampu mencapai nilai target yang telah ditetapkan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai desirability untuk setiap respon tersebut yang nilainya satu. Jika dilihat dari dosi pupuk yang diperlukan untuk mencapai nilai target ternyata terdapat perbedaan dosis pupuk untuk setiap responnya. Hal ini menunjukkan perbedaan titik optimal yang terjadi pada setiap respon tersebut.

Pada musim hujan, respon jumlah malai, persen gabah isi, dan serapan fospor yang mampu mencapai nilai target yang telah ditetapkan. Sama dengan musim kemarau, kadar pupuk yang dibutuhkan untuk mencapai titik optimal berbeda-beda untuk setiap respon yang menandakan adanya perbedaan titik optimal pada respon tersebut.

(12)

Tabel 16. Dosis dan respon optimal untuk masing-masing karakteristik tanaman padi pada respon tunggal

No Karakteristik Tanaman Musim

Kadar Nitrogen (kg/ha) Kadar Fospor (kg/ha) Kadar Kalium (kg/ha) Nilai Optimal Nilai Desiability 1 Jumlah Malai Kemarau 128Hujan 107,4 0- 100 - 300,75306,75 1,001,00 2 Persen gabah isi Kemarau 52,5Hujan 70 17.01- 88,23 - 92,4984.15 1,001,00

3 Produktivitas Kemarau 140 25 - 6348,63 0,39

Hujan 140 25 - 5604,19 0,59

4 Serapan Nitrogen Kemarau 9,6Hujan 0 0- 0 - 1718 1,000.83 5 Serapan Fospor Kemarau 52,5Hujan 70 11,775.67 - - 3,253,25 1,001,00 6 Serapan Kalium Kemarau 140Hujan 0 25- 100 - 17,9715,31 0,990,66

Dosis Optimal Respon Ganda Dengan Pendekatan Fungsi Desirability

Untuk menghilangkan kendala yang dihadapi dalam menentukan sebuah titik yang optimal secara keseluruhan dapat dilakukan dengan menggabungkan respon-respon tersebut dan kemudian dicari titik optimalnya. Salah satu cara menggabungkan respon-respon tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan fungsi desirability. Penggabungan respon dengan fungsi desirability akan menghasilkan nilai respon yang optimal secara keseluruhan dan juga menjamin bahwa setiap respon optimal yang didapat nilainya tidak akan keluar dari nilai rentang yang sudah ditetapkan (batasan nilai spesifikasi).

Tabel 17 menunjukkan dosis pupuk hasil optimalisasi respon ganda pada

musim kemarau dan musim hujan. Pada musim kemarau diperoleh dosis pupuk optimal untuk nitrogen 140 kg/ha, fospor 21,54 kg/ha dan kalium 100 kg/ha. Sedangkan pada musim hujan diperoleh dosis pupuk optimal untuk nitrogen 140 kg/ha, fospor 25 kg/ha dan kalium 0 kg/ha. Jika dilihat dari Tabel 7 dan Tabel 8, dimana pada musim kemarau memiliki tingkat produktivitas lebih tinggi jika dibandingkan dengan musim hujan, sehingga pada musim kemarau kebutuhan

(13)

unsur hara lebih tinggi dari pada musim hujan. Kondisi ini disebabkan karena proses fotosintesis pada musim kemarau lebih baik karena tanaman lebih banyak menerima sinar matahari. Hal ini berpengaruh terhadap nilai composite desirability yang diperoleh, dimana pada musim kemarau nilainya lebih besar dari pada musim hujan (0,51 berbanding dengan 0,15). Artinya pada musim kemarau nilai target setiap respon dari parameter produktivitas cenderung lebih dapat dicapai jika dibandingkan dengan musim hujan.

Tabel 18 memperlihatkan nilai respon yang diperoleh pada setiap nilai

dosis optimal yang diberikan sebagaimana yang tertera dalam Tabel 17. Dengan dosis tersebut pada musim kemarau akan didapat nilai rata-rata respon berupa jumlah malai sebesar 298,75 malai/m2, persen gabah isi 91,27%, hasil 6267,57 kg/ha, serapan nitrogen 21,83kg/ha, serapan fospor 3,57kg/ha dan serapan kalium 17,98kg/ha. Jika dilihat dari nilai desirability tiap respon, terlihat tidak ada respon yang mampu memenuhi nilai target (nilai desirability tidak satu “1”) dan nilainya masih berada pada batas spesifikasi yang sudah ditentukan (nilai desirability tidak nol “0”). Nilai desirability respon yang mendekati nilai target adalah jumlah malai (0,98) dan serapan kalium (0,99).

Tabel 17. Dosis pupuk optimal respon ganda dan nilai composite desirability Musim Composit

desirability Kadar Nitrogen (kg/ha) Kadar Fospor (kg/ha) Kadar Kalium (kg/ha)

Kemarau 0,51 140 21,54 100

Hujan 0,15 140 25 0

Dengan dosis optimal yang diperoleh untuk musim hujan didapat nilai rata-rata jumlah malai sebesar 279,88 malai/m2, persen gabah isi 83,98 %, hasil 5703,88 kg/ha, serapan nitrogen 22,59 kg /ha, serapan fospor 4,04 kg/ha dan serapan kalium 11,80 kg/ha. Jika dilihat dari nilai desirability tiap respon (respon tunggal) terlihat bahwa rata-rata nilainya mendekati nol sehingga jauh dari nilai target yang diinginkan namun masih berada pada batas spesifikasi yang diharapkan (nilai desirability tidak nol “0”).

(14)

Tabel 18. Nilai optimal respon ganda dan nilai desirability Karakteristik

Tanaman Musim Nilai Optimal

Nilai Desiability Jumlah Malai Kemarau 298,75 malai/m

2 0,98

Hujan 279,88 malai/m2 0,06

Persen gabah isi Kemarau 91,27%Hujan 83,98% 0,44 0,71 Produktivitas Kemarau 6267,57kg/haHujan 5703,88kg/ha 0,27 0,03 Serapan nitrogen Kemarau 21,83kg/haHujan 22,59kg/ha 0,19 0,06 Serapan fospor Kemarau 3,57kg/haHujan 4,04kg/ha 0,79 0,49 Serapan kalium Kemarau 17,98kg/haHujan 11,80kg/ha 0,99 0,22

Perbandingan Hasil Optimalisasi Respon Tunggal dan Respon Ganda

Jika dilihat dari Tabel 16 terlihat bahwa dosis pupuk optimal untuk respon

tunggal pada musim kemarau dan musim hujan berbeda-beda untuk setiap respon. Sebuah dosis pupuk optimal untuk sebuah respon, belum tentu optimal untuk respon yang lainnya. Untuk memperoleh gambaran adanya perbedaan titik optimal untuk masing-masing respon akan dibandingkan hasil respon-respon yang memiliki persamaan yang sama. Pada musim kemarau respon-respon yang memiliki persamaan yang sama adalah jumlah malai, produktivitas, serapan nitrogen dan serapan fospor. Sebagai contoh pada musim kemarau, dosis pupuk optimal yang diperlukan untuk mencapai nilai target jumlah malai sebesar 300,75 malia/m2 diperlukan pupuk nitrogen 128 kg/ha dan fospor 0 kg/ha. Dengan dosis pupuk tersebut akan diperoleh produktivitas sebesar 6212,5 kg/ha, serapan nitrogen 20,75 kg/ha dan serapan fospor 2,70 kg/ha. Jika dibandingkan dengan hasil optimalisasi untuk masing-masing respon tungal (Tabel 16) maka dosis tersebut menghasilkan respon produktivitas yang nilainya lebih rendah dari yang seharusnya diperoleh, serapan nitrogen hasilnya melebihi nilai target dan mendekati batas maksimum yang diperbolehkan, sedangkan untuk serapan fospor hasilnya dibawah nilai target yang sudah ditetapkan.

Pada musim hujan digunakan respon persen gabah isi, produktivitas, serapan fospor dan serapan kalium untuk membandingkan hasil optimalisasi

(15)

respon tungal. Pada respon gabah isi untuk mencapai target 84,51% diperlukan dosis pupuk nitrogen 70 kg/ha dan pupuk fospor 17,01 kg/ha. Dengan dosis pupuk ini diperoleh produktivitas sebesar 5261,93 kg/ha, serapan fospor 3,88 kg/ha dan serapan kalium 13,56 kg/ha. Jika dibandingkan dengan hasil optimalisasi untuk masing-masing respon tungal (Tabel 16) maka dosis tersebut menghasilkan respon produktivitas yang nilainya lebih rendah dari yang seharusnya diperoleh, serapan fospor hasilnya melebihi nilai target, sedangkan untuk serapan kalium hasilnya dibawah nilai target yang sudah ditetapkan.

Jika dilihat dari Tabel 16 dan Tabel 18, terlihat bahwa hasil optimalisasi

pada respon tunggal menghasilkan nilai respon yang cenderung lebih mendekati nilai target jika dibandingkan dengan optimalisasi respon ganda. Hal ini dapat dilihat dari nilai desirability pada optimalisasi respon tunggal lebih besar untuk setiap nilai respon yang diamati daripada nilai desirability pada optimalisasi respon ganda.

Pada optimalisasi respon tunggal dan respon ganda ternyata nilai respon yang cenderung lebih dapat mencapai atau mendekati nilai target terjadi pada musim kemarau. Hanya pada respon produktivitas (optimalisasi respon tunggal) dan respon persen gabah isi (optimalisasi respon ganda) nilai respon musim hujan lebih mendekati nilai target jika dibandingkan dengan musim kemarau.

Pada respon produktivitas yang diperoleh terjadi kondisi yang berlawanan antara hasil optimalisasi respon tunggal dengan respon ganda. Pada respon tunggal, respon produktivitas pada musim hujan lebih baik dari pada musim kemarau, namum pada respon ganda, respon produktivitas pada musim hujan lebih buruk dari pada musim kemarau. Hal ini dapat disebabkan karena pada optimalisasi musim tunggal, pengaruh kalium tidak diperhitungkan dalam mencari nilai optimal.

Gambar

Gambar 9. Diagram kotak garis  karakteristik tanaman pada musim kemarau
Gambar 10. Karakteristik tanaman padi pada musim kemarau
Gambar 11. Diagram kotak garis  karakteristik tanaman pada musim hujan
Tabel 9. Rata-rata  komponen hasil dan serapan hara pada musim hujan
+7

Referensi

Dokumen terkait

14/06/2016 Salinan informasi nilai hasil SBMPTN 2014, a.n Julian Hadi Prasetyo, Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Alat ukur baku meliputi, penggaris, neraca timbangan (kg), gelas ukur, meteran dan sebagainya. Sedangkan, alat ukur tidak baku meliputi, stick eskrim, timbangan buatan,

Dengan kata lain, pendapatan dicatat ketika kas diterima, penangguhan pendapatan (unearned) tidak dimasukkan dalam laba fiskal, dan biaya diakui pada saat kas

Ukuran yang telah ditetapkan untuk purse seine bertali kerut dengan alat bantu penangkapan ikan (rumpon atau cahaya) dan ikan target tongkol atau cakalang memiliki panjang

Peran serta masyarakat dan partisipasinya dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan pemerintahan desa dari seluruh aspeknya, tidak akan dapat berjalan secara maksimal, bilamana

Pengabdian masyarakat yang dilakukan di desa Batuyang dengan program “meningkatkan Kesejahteraan Perekonomian Masyarakata Melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE)”

Gambar 6 Rata-rata jumlah kepiting bakau pada bubu non-escape vent dan bubu dengan bentuk escape vent berbeda Berdasarkan uji Kruskal-Wallis terhadap total hasil

Hasil uji mutu hedonik Nata de banana skin pada tabel 4.3 dapat dilihat penilaian terhadap aroma yang diberikan oleh panelis yaitu 2,3-4,7 (berbau menyengat hingga