• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRAKIRAAN MUSIM HUJAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN

STASIUN METEOROLOGI TEMINDUNG SAMARINDA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Jl. PIPIT NO 150, SAMARINDA, KALIMANTAN TIMUR

(2)

KATA PENGANTAR

Prakiraan Musim Hujan 2020 Provinsi Kalimantan Timur ini disusun berdasarkan hasil pantauan kondisi fisis atmosfer dan data curah hujan yang diterima dari stasiun dan pos hujan kerja sama di wilayah Kalimantan Timur. Buletin Prakiraan Musim Hujan 2020 ini memuat Informasi Prakiraan Awal Musim Hujan 2020, Perbandingan antara Awal Musim Hujan 2020 terhadap Normalnya selama 30 tahun (1981-2010), Prakiraan Sifat Hujan selama periode Musim Hujan 2020, dan Prakiraan Puncak Musim Hujan.

Berdasarkan pengelompokan pola distribusi curah hujan rata-rata bulanan di seluruh wilayah Indonesia, maka secara klimatologis wilayah Indonesia terdiri atas:

a) Daerah-daerah yang mempunyai batas yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim kemarau, yang selanjutnya disebut daerah Zona Musim (ZOM).

b) Daerah-daerah yang tidak mempunyai batas yang jelas antara periode musim hujan dan musim kemarau, yang selanjutnya disebut daerah Non Zona Musim (Non ZOM).

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data periode 30 tahun terakhir (tahun 1981–2010), wilayah Kalimantan Timur terdiri dari 10 Zona Musim (ZOM) dan 2 Non Zona Musim (Non ZOM).

Ucapan terima kasih serta harapan kami sampaikan kepada instansi terkait, khususnya kepada para pengamat stasiun/pos hujan kerja sama yang telah secara rutin mengukur dan mengirimkan data curah hujan yang selama ini telah berjalan menjadi semakin baik dan tepat waktu. Kami berharap para pengamat stasiun/pos hujan kerja sama dapat lebih mengintensifkan pengamatan agar data-data tersebut dapat kami sampaikan dalam bentuk informasi kepada masyarakat secara cepat dan tepat sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Dengan segala keterbatasan yang ada, kami berharap informasi ini dapat bermanfaat sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan bagi semua pihak yang berkepentingan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan agar dapat menyempurnakan terhadap apa yang telah kami sampaikan.

Samarinda, 24 September 2020 Kepala Stasiun Meteorologi Samarinda

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR TABEL iii

I. PENDAHULUAN 1

II. RINGKASAN 4

III. ZONA MUSIM (ZOM) KALIMANTAN TIMUR 8

IV. PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2020/2021 ZONA MUSIM

KALIMANTAN TIMUR 9

V. PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2020/2021 PROVINSI

KALIMANTAN TIMUR 13

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Grafik Pergerakan SOI 4

Gambar 2 Analisis Sifat Hujan Agustus 2020 5

Gambar 3 SST Agustus 2020 6

Gambar 4 Anomali SST 7

Gambar 5 Peta ZOM Kalimantan Timur 8

Gambar 6 Peta Awal Musim Hujan 2020/2021 9

Gambar 7 Peta Perbandingan Prakiraan Awal Musim Hujan 2020/2021 10 Gambar 8 Peta Prakiraan Sifat Musim Hujan 2020/2021 11 Gambar 9 Peta Prakiraan Puncak Musim Hujan 2020/2021 12

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Penjabaran Wilayah Zona Musim (ZOM) Kalimantan Timur 8

Tabel 2 Prakiraan Musim Hujan 2020/2021 13

(5)

I.

PENDAHULUAN

Posisi geografis Indonesia sangat strategis yaitu berada di daerah tropis dengan diapit oleh Benua Asia dan Benua Australia serta Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, dilalui garis khatulistiwa, terdiri dari pulau dan kepulauan yang membujur dari barat ke timur, serta dikelilingi oleh luasnya lautan, menyebabkan wilayah Indonesia memiliki tingkat keragaman cuaca dan iklim yang tinggi.

Keragaman iklim Indonesia dipengaruhi oleh antara lain fenomena global seperti El Nino Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD), fenomena regional, seperti sirkulasi angin monsun Asia-Australia, Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis atau Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ), dan kondisi suhu permukaan laut di sekitar wilayah Indonesia.

Provinsi Kalimantan Timur mempunyai topografi bergelombang dari kemiringan landai sampai curam, dengan ketinggian berkisar antara 0-1500 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan antara 0-60 persen. Daerah dataran rendah pada umunya dijumpai pada kawasan sepanjang sungai. Sementara, daerah pegunungannya memiliki ketinggian rata-rata lebih dari 1.000 mdpl dengan kemiringan 300 persen. Sisi timurnya berbatasan dengan sebagian (12 mil) Selat Makasar dan Laut Sulawesi. Karakteristik wilayah ini berpengaruh menimbulkan fenomena lokal serta ketinggian daerah dari permukaan laut ini juga menjadi salah satu faktor berpengaruh pada unsur-unsur curah hujan dan tinggi rendahnya suhu yang ada sehingga memengaruhi cuaca, iklimnya, dinamika hidrologi dan kerentanan terhadap erosi.

Berdasarkan hasil analisis data periode 30 tahun terakhir (1981-2010), wilayah Kalimantan Timur secara klimatologis terdiri atas 12 pola iklim, di mana 10 pola merupakan Zona Musim

(ZOM) yaitu mempunyai perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim

Kemarau (umumnya pola Monsun), sedangkan 2 pola lainnya adalah Non Zona Musim (Non

ZOM). Daerah Non ZOM pada umumnya tidak mempunyai perbedaan yang jelas antara

periode musim hujan dan musim kemarau, dalam hal ini daerah yang sepanjang tahun curah hujannya tinggi atau rendah.

Fenomena yang mepengaruhi Iklim / Musim di Indonesia

1. El Nino Southern Oscillation (ENSO)

El Nino Southern Oscillation (ENSO) merupakan fenomena global dari sistem interaksi lautan atmosfer yang ditandai dengan adanya anomali suhu permukaan laut di wilayah Ekuator Pasifik Tengah dimana jika anomali suhu permukaan laut di daerah tersebut positif (lebih panas dari rata-ratanya) maka disebut El Nino. Sebaliknya, jika anomali suhu permukaan lautnya negatif disebut La Nina. Pengaruh El Nino terhadap curah hujan di Indonesia ditentukan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah kondisi suhu perairan

(6)

wilayah Indonesia. El Nino berpengaruh terhadap pengurangan curah hujan secara signifikan bila bersamaan dengan kondisi suhu perairan Indonesia cukup dingin (anomali negatif). Namun bila kondisi suhu perairan lebih hangat (anomali positif), El Nino tidak signifikan mepengaruhi curah hujan di Indonesia. Sedangkan La Nina secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat apabila disertai dengan menghangatnya suhu permukaan laut di perairan Indonesia. Pengaruh El Nino dan La Nina juga tergantung musim. Mengingat luasnya wilayah Indonesia, dampak El Nino / La Nina tidaklah merata atau seragam di seluruh wilayah.

2. Indian Ocean Dipole (IOD)

Indian Ocean Dipole (IOD) merupakan fenomena interaksi laut–atmosfer di Samudera Hindia yang dimonitor melalui perhitungan perbedaan nilai antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika (West Tropical Indian Ocean, WTIO) dengan perairan di sebelah barat Sumatera (Southeast Tropical Indian Ocean, SETIO). Perbedaan nilai anomali suhu muka laut dimaksud disebut sebagai Dipole Mode Index (DMI). Kejadian IOD positif, umumnya berdampak pada berkurangnya curah hujan di Indonesia terutama di bagian barat. Sedangkan nilai IOD negatif, berdampak terhadap meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat.

3. Sirkulasi Monsun Asia–Australia

Sirkulasi angin di Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di daratan Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari dalam setahun yang mengakibatkan sirkulasi angin di Indonesia berubah arahnya secara musiman atau biasa disebut angin monsun. Angin monsun didefinisikan sebagai sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah setiap (kurang lebih) setengah tahun sekali. Pola angin baratan terjadi karena adanya tekanan tinggi di Asia dan umumnya berkaitan dengan berlangsungnya musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia. Pola angin timuran/tenggara terjadi karena adanya tekanan tinggi di Australia dan biasanya berkaitan dengan berlangsungnya musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia.

4. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical Convergence Zone/ ITCZ)

ITCZ merupakan daerah tekanan rendah yang memanjang dari barat ke timur dengan posisi berubah mengikuti pergerakan semu matahari ke arah utara dan selatan garis khatulistiwa, yang menjadi pertemuan massa udara dari belahan bumi utara dan belahan bumi selatan. Wilayah Indonesia yang dilewati ITCZ pada umumnya berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan.

(7)

5. Suhu Permukaan Laut di Wilayah Perairan Indonesia

Kondisi suhu permukaan laut di wilayah perairan Indonesia dapat digunakan sebagai salah satu indikator banyak-sedikitnya kandungan uap air di atmosfer, dan erat kaitannya dengan proses pembentukan awan di atas wilayah Indonesia. Jika suhu permukaan laut dingin maka potensi kandungan uap air di atmosfer sedikit, sebaliknya panasnya suhu permukaan laut berpotensi menimbulkan banyaknya uap air di atmosfer.

(8)

II. RINGKASAN

A. Kondisi Dinamika Atmosfer dan Laut

Dinamika atmosfer dan laut dipantau dan diprakirakan berdasarkan aktivitas fenomena iklim, meliputi : El Nino Southern Oscillation (ENSO), Indian Ocean Dipole (IOD), Sirkulasi Monsun Asia-Australia, Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ), dan Suhu Permukaan laut Indonesia.

Monitoring dan prakiraan kondisi dinamika atmosfer dan laut dimaksud yang akan terjadi pada Musim Hujan 2020/2021, adalah sebagai berikut :

1. Monitoring dan Prakiraan Fenomena ENSO dan IOD a) El Nino Southern Oscillation (ENSO)

Sejak bulan Juli tahun 2020, kondisi anomali suhu permukaan laut di Ekuator Pasifik Tengah (region Nino3.4) berada pada kondisi normal dengan indeksnya bernilai -0.11, yang mengindikasikan ENSO berada pada status netral. Secara umum berdasarkan model-model prediksi ENSO dari BMKG dan juga institusi internasional lain (https://iri.columbia.edu) baik model dinamis maupun statistik memprakirakan ENSO akan berada pada kategori netral hingga La Nina.

Indeks Osilasi Selatan (SOI) sejak Mei sampai dengan Agustus 2020 umumnya bervariasi positif dan negatif namun masih dalam kisaran normalnya, memasuki bulan Agustus 2020, indeks SOI dengan nilai mencapai +3 yang mengindikasikan terjadi penambahan jumlah curah hujan. Hal ini selaras dengan curah hujan pada bulan Agustus 2020 di wilayah Kalimantan Timur yang didominasi sifat hujan atas normal (Gambar 2).

Gambar 1 Grafik Pergerakan SOI

(9)

Gambar 2 Analisis Sifat Hujan Agustus 2020

(Sumber: BMKG Samarinda)

b) Indian Ocean Dipole (IOD)

Berdasarkan hasil pemantauan kondisi IOD pada bulan Juli 2020 menunjukkan fenomena Dipole Mode dalam kondisi Netral dengan IOD sebesar 0.27. Prediksi BMKG, kondisi IOD diprakirakan akan tetap netral pada periode Agustus hingga November 2020 kemudian bulan Desember 2020 berpotensi terjadi Dipole Mode Negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa pada awal Musim Hujan 2020/2021, kemungkinan besar tidak terjadi anomali perpindahan uap air antara wilayah Indonesia dengan Samudera Hindia.

2. Monitoring dan Prakiraan Monsun Asia-Australia dan ITCZ a) Monsun Asia–Australia

Hingga akhir Juli 2020 sirkulasi monsun di Indonesia umumnya memiliki pola yang mirip dengan normalnya. Sirkulasi angin pada lapisan 850 mb menunjukkan bahwa aliran angin monsun Australia masih mendominasi seluruh wilayah Indonesia. Prediksi nilai indeks monsun Australia menunjukkan bahwa aliran monsun Australia akan tetap aktif hingga November 2020 dengan intensitas relatif sama dengan klimatologisnya. Namun, monsun Asia diprakirakan akan mulai aktif pada November 2020, khususnya

(10)

di wilayah bagian utara ekuator, dengan intensitas yang sedikit lebih kuat dibanding klimatologisnya. Penguatan monsun Asia berpotensi meningkatkan peluang pembentukan awan hujan terutama di wilayah Indonesia bagian utara khatulistiwa. b) Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical Convergence Zone / ITCZ)

Posisi ITCZ pada akhir Juli 2020 masih berada di utara garis ekuator dan akan bergerak ke arah selatan menuju garis ekuator mengikuti pergerakan tahunannya. Secara umum, berdasarkan prediksi angin periode Agustus hingga November 2020 menunjukkan ITCZ akan berada pada posisi sesuai dengan normalnya. Namun pada Desember 2020 hingga Januari 2021, angin baratan diprediksi telah mendominasi hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan zona ITCZ sedikit lebih ke utara dibandingkan dengan normalnya. Hal ini diprediksi dapat berimplikasi terhadap awal musim dan puncak musim hujan di sebagian besar wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara yang berpotensi mundur dibandingkan kondisi normalnya.

3. Monitoring dan Prakiraan Suhu Permukaan Laut Indonesia

Pada bulan Agustus 2020, nilai suhu permukaan laut di sekitar wilayah Kalimantan khususnya Selat Makassar dalam kategori hangat dengan nilai 28-29 oC.

Nilai tersebut mengindikasikan bahwa terdapat potensi penguapan yang cukup tinggi, sehingga meningkatkan proses pembentukan awan.

Gambar 3 SST Agustus 2020

(11)

Anomali suhu permukaan laut di sekitar wilayah Kalimantan bagian utara dan timur (Selat Makassar) berkisar antara -0,5 s.d. +1,5 0C. Nilai tersebut menunjukkan

bahwa penguapan yang terjadi relatif tinggi, sehingga meningkatkan potensi terjadinya hujan di wilayah Samarinda dan sekitarnya dengan intensitas hujan ringan hingga sangat lebat.

Gambar 4 Anomali SST

(Sumber: http://www.bom.gov.au/products/IDYOC063.Global.SSTAnomaly.shtml)

Suhu permukaan laut di Indonesia menjelang dan pada awal Musim Hujan 2020/2021 diprakirakan sebagai berikut :

a) Pada bulan Agustus–Oktober 2020, suhu permukaan laut di perairan Indonesia diprakirakan didominasi anomali positif, kemudian November 2020 mulai meluruh menuju kondisi normal dari sebelah utara Papua hingga seluruh wilayah perairan Indonesia bagian utara. Sedangkan wilayah perairan selatan Jawa, perairan Maluku bagian selatan dan Papua bagian selatan umumnya diprakirakan akan lebih hangat dengan anomali suhu permukaan laut berkisar +0.5 °C hingga +1°C.

b) Pada bulan Desember 2020 – Januari 2021, suhu permukaan laut di wilayah perairan Indonesia diprakirakan akan berada dalam kondisi normal.

(12)

III. ZONA MUSIM (ZOM) KALIMANTAN TIMUR

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data periode 30 tahun terakhir (tahun 1981-2010), wilayah Kalimantan Timur terdiri dari 10 Zona Musim (ZOM).

Tabel 1 Penjabaran Wilayah Zona Musim (ZOM) di Kalimantan Timur ZOM PENJABARAN WILAYAH

267 Kabupaten Mahakam Ulu bagian selatan. 277 Kabupaten Paser bagian tenggara.

278 Kabupaten Paser bagian barat, Kabupaten Kutai Barat bagian tenggara, Kabupaten Penajam Paser Utara bagian tengah, Kabupaten Kutai Kartanegara bagian

tenggara.

279 Kota Balikpapan, Kabupaten Penajam Paser Utara bagian tengah, Kabupaten Kutai Kartanegara bagian tenggara.

280 Kota Samarinda, Kabupaten Kutai Kartanegara bagian timur.

281 Kabupaten Kutai Timur bagian timur, Kabupaten Berau bagian tenggara, Kota Bontang, Kabupaten Kutai Kartanegara bagian timur laut.

282 Kabupaten Kutai Kartanegara bagian tengah, Kabupaten Kutai Timur bagian selatan.

283 Kabupaten Kutai Barat bagian tengah, Kabupaten Kutai Kartanegara bagian barat. 284 Kabupaten Kutai Timur bagian barat, Kabupaten Kutai Kartanegara bagian utara,

Kabupaten Mahakam Ulu bagian utara, Kabupaten Berau bagian barat. 285 Kabupaten Kutai Timur bagian tengah, Kabupaten Berau bagian tengah.

(13)

IV. PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2020/2021 ZONA MUSIM KALIMANTAN TIMUR

1. Prakiraan Awal Musim Hujan 2020/2021

Secara umum, prakiraan awal musim hujan 2020/2021 wilayah Kalimantan Timur terjadi pada bulan September – November. Prakiraan awal musim hujan paling awal terjadi pada September Dasarian III pada ZOM 267 yaitu wilayah Kab. Mahakam Ulu bagian selatan. Sedangkan prakiraan awal musim hujan paling akhir terjadi pada November Dasarian I pada ZOM 279 (Kota Balikpapan, Kab. Penajam Paser Utara bagian tengah, Kab. Kutai Kartanegara bagian tenggara) dan ZOM 280 (Kota Samarinda, Kab. Kutai Kartanegara bagian timur).

(14)

2. Perbandingan Prakiraan Awal Musim Hujan 2020/2021 terhadap Rata-Ratanya (Periode 1981-2010).

Jika dibandingkan terhadap rata-ratanya selama 30 tahun. Secara umum, prakiraan awal musim hujan 2020/2021 wilayah Kalimantan Timur mengalami kemunduran mencapai lebih dari 3 dasarian dari kondisi normalnya. Untuk ZOM 283 prakiraan awal musim hujannya mengalami kemajuan sebanyak 1 dasarian dari kondisi normalnya. Sedangkan prakiraan awal musim hujan untuk ZOM 267, 277, 278, 285 masih sama dengan kondisi normalnya.

(15)

3. Prakiraan sifat Hujan Musim Hujan 2020/2021

Secara umum, sifat hujan selama musim hujan 2020/2021 di wilayah Kalimantan Timur diprakirakan normal. Kecuali untuk wilayah ZOM 277 (meliputi wilayah Kab. Paser bagian tenggara), 282 (meliputi wilayah Kab. Kutai Kartanegara bagian tengah, dan Kab. Kutai Timur bagian selatan) dan 284 (meliputi wilayah Kab. Kutai Timur bagian barat, Kab. Kutai Kartanegara bagian utara, Kab. Mahakam Ulu bagian utara, dan Kab. Berau bagian barat) yang diprakirakan mengalami sifat hujan atas normal.

(16)

4. Prakiraan Puncak Musim Hujan 2020/2021

Puncak Musim Hujan 2020/2021 di wilayah Kalimantan Timur diprakirakan umumnya terjadi pada bulan Desember 2020 – Januari 2021. Wilayah yang diprakirakan mengalami puncak musim hujan pada Bulan Desember 2020 meliputi ZOM 278, 281 dan 284. Sedangkan wilayah yang diprakirakan mengalami puncak musim hujan pada bulan Januari 2021 meliputi ZOM 279, 280, 282 dan 285.

(17)

V. PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2020/2021 PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis disertai pertimbangan kondisi fisis dan dinamika atmosfer di wilayah Indonesia dan sekitarnya, maka Prakiraan Musim Hujan 2020 di Provinsi Kalimantan Timur sebagai berikut :

Tabel 2 Prakiraan Musim Hujan 2020/2021

Kabupaten / Kota Daerah Awal Musim Hujan Perbandingan Terhadap Rata-rata (Dasarian) Sifat Hujan Puncak Musim

Paser Paser bagian tenggara Paser bagian barat

NOV I OKT III Sama Sama AN N JUN DES PPU PPU bagian barat laut

PPU bagian tengah

OKT III NOV II Sama Mundur 5 Dasarian N N DES JAN Balikpapan Kota Balikpapan NOV II Mundur 5 Dasarian N JAN

Kutai Kartanegara

Kukar bagian tenggara Kukar bagian timur Kukar bagian timur laut Kukar bagian tengah Kukar bagian barat Kukar bagian utara

NOV II NOV II NOV I OKT III OKT I OKT II Mundur 5 Dasarian Mundur 5 Dasarian Mundur 4 Dasarian Mundur 1 Dasarian Maju 1 Dasarian Mundur 1 Dasarian N N N AN N AN JAN JAN DES JAN NOV DES Samarinda Kota Samarinda NOV II Mundur 5 Dasarian N JAN Bontang Kota Bontang NOV I Mundur 4 Dasarian N DES Kutai Timur Kutim bagian timur

Kutim bagian selatan Kutim bagian barat Kutim bagian tengah

NOV I OKT III OKT II OKT III Mundur 4 Dasarian Mundur 1 Dasarian Mundur 1 Dasarian Sama N AN AN N DES JAN DES JAN Kutai Barat Kubar bagian tenggara

Kubar bagian tengah

OKT III OKT I Sama Maju 1 Dasarian N N DES NOV Berau Berau bagian tenggara

Berau bagian barat Berau bagian tengah

NOV I OKT II OKT III Mundur 4 Dasarian Mundur 1 Dasarian Sama N AN N DES DES JAN Mahakam Ulu

Mahakam Ulu bagian selatan

Mahakam Ulu bagian utara SEP III OKT II Sama Mundur 1 Dasarian N AN NOV DES

(18)

Lampiran 1

ISTILAH DAN PENGERTIAN DALAM PRAKIRAAN MUSIM

1. Curah hujan (mm) : merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) millimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu millimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.

2. Curah hujan kumulatif (mm) : merupakan jumlah hujan yang terkumpul dalam rentang waktu kumulatif tersebut. Dalam periode musim, rentang waktunya adalah rata-rata panjang musim pada masing-masing Zona Musim (ZOM).

3. Zona Musim (ZOM) : adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan. Daerah-daerah yang pola hujan rata-ratanya tidak memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan, disebut Non ZOM.

Luas suatu wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas suatu wilayah administrasi pemerintahan. Dengan demikian, satu wilayah ZOM bisa terdiri dari beberapa kabupaten, dan sebaliknya satu wilayah kabupaten bisa terdiri dari beberapa ZOM.

4. Awal Musim Kemarau : ditetapkan berdasar jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) kurang dari 50 milimeter dan diikuti oleh 2 (dua) dasarian berikutnya. Permulaan musim kemarau, bisa terjadi lebih awal (maju), sama, atau lebih lambat (mundur) dari normalnya (rata-rata 1981-2010).

5. Awal Musim Hujan : ditetapkan berdasar jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) sama atau lebih dari 50 milimeter dan diikuti oleh 2 (dua) dasarian berikutnya. Permulaan musim hujan, bisa terjadi lebih awal (maju), sama, atau lebih lambat (mundur) dari normalnya (rata-rata 1981-2010).

6. Dasarian : adalah rentang waktu selama 10 (sepuluh) hari. Dalam satu bulan dibagi menjadi 3 (tiga) dasarian, yaitu :

a) Dasarian I : tanggal 1 sampai dengan 10. b) Dasarian II : tanggal 11 sampai dengan 20.

(19)

Lanjutan Lampiran 1

7. Sifat Hujan : merupakan perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang ditetapkan (satu periode musim hujan atau satu periode musim kemarau) dengan jumlah curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1981-2010).

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) katagori, yaitu :

a) Atas Normal (AN) : jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-ratanya. b) Normal (N) : jika nilai curah hujan antara 85%--115% terhadap rata-ratanya. c) Bawah Normal (BN) : jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rata-ratanya.

8. Rata-rata curah hujan yang digunakan sebagai dasar penentuan curah hujan normal, menggunakan data periode 1981-2010.

9. Puncak Musim Hujan : merupakan periode dimana terdapat jumlah curah hujan tertinggi selama 3 (tiga) dasarian berturut-turut. Jika 3 (tiga) dasarian tersebut berada pada bulan yang berbeda, bulan yang dinyatakan sebagai puncak musim hujan adalah dimana 2 (dua) dasarian tersebut berada.

10. Puncak Musim Kemarau : merupakan periode dimana terdapat jumlah curah hujan terendah selama 3 (tiga) dasarian berturut-turut. Jika 3 (tiga) dasarian tersebut berada pada bulan yang berbeda, bulan yang dinyatakan sebagai puncak musim kemarau adalah dimana 2 (dua) dasarian tersebut berada. Jika terdapat minimal 3 (tiga) dasarian bernilai 0 mm, maka bulan yang dinyatakan sebagai puncak musim kemarau diambil di tengah periode tersebut.

(20)

Lampiran 2

RATA–RATA CURAH HUJAN DASARIAN (MM) PERIODE 1981 – 2010 ZONA MUSIM (ZOM) DI KALIMANTAN TIMUR

ZOM JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES JML

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 267 107 101 98 100 98 88 114 105 121 121 119 101 106 90 79 70 51 47 46 44 59 39 44 58 48 49 51 71 77 100 103 105 125 124 101 113 3073 277 80 79 93 78 71 74 60 65 71 72 75 64 45 40 54 63 46 43 53 43 41 23 14 45 23 30 28 38 43 47 55 68 71 74 66 84 2019 278 87 75 81 66 69 62 84 72 94 78 73 59 49 36 40 39 36 39 30 25 33 22 19 34 24 35 31 40 45 51 68 73 90 93 86 102 2040 279 84 71 88 83 86 47 74 76 107 85 77 86 75 75 60 97 87 60 82 43 43 42 23 38 36 30 61 56 54 65 68 64 88 76 81 89 2457 280 67 54 70 65 62 35 61 67 62 71 79 57 67 52 55 79 58 35 47 43 46 41 39 47 44 38 50 45 57 97 66 66 67 80 61 82 2112 281 70 60 72 76 65 45 67 60 71 60 74 60 82 69 62 72 59 50 45 44 46 29 32 50 48 40 53 51 46 70 71 65 82 68 68 79 2161 282 125 63 69 92 85 60 85 58 138 89 72 84 72 63 44 36 38 34 29 30 31 18 24 37 30 26 41 39 56 75 77 76 108 66 65 83 2218 283 92 86 79 89 98 75 101 96 101 100 98 85 106 80 63 58 52 54 38 38 46 25 23 34 41 49 45 28 61 82 74 107 106 133 119 108 2670 284 53 39 31 34 31 35 30 57 59 46 50 38 55 52 56 52 36 56 34 28 34 36 40 60 74 45 18 64 37 62 50 51 53 56 25 57 1634 285 119 97 88 37 42 52 75 46 152 108 93 166 118 161 92 56 110 59 60 33 55 20 23 59 59 24 28 55 39 59 77 145 42 85 95 94 2723

(21)
(22)

Penanggung Jawab:

Riza Arian Noor

Redaktur:

1. Ana Kaniya Annisa

2. Anindya Nuraini

3. Wiwi Indasari Azis

Anggota:

1. Aliansyah

2. Roby

3. Sutrisno

4. Brian Eko Permadi

5. Faizal Wempy

Gambar

Gambar 1 Grafik Pergerakan SOI
Gambar 2 Analisis Sifat Hujan Agustus 2020  (Sumber: BMKG Samarinda)
Gambar 3 SST Agustus 2020
Gambar 4 Anomali SST
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Secara keseluruhan ada perbedaan antara gaya mengajar dan gaya mengajar praktek timbal balik Bola Voli hasil belajar,

Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani diperlukan pengetahuan ten- tang karakteristik pertumbuhan dan perkembangan murid, prinsip-prinsip belajar gerak, materi yang

[Invoice] [Data Konfirmasi] [Laporan Pendapatan Service Keseluruhan] [Laporan Transaksi Service] [Laporan Penjualan Sparepart] [Data Sparepart] [Biaya Penjualan Sparepart]

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 55% responden mempunyai gambaran yang baik tentang prosedur pemasangan intravenous line yang dilakukan oleh perawat kepada

Hal inilah yang mendasari cerpen ini termasuk kedalam feminis radikal yang memang tujuan adanya gerakan kaum feminis radikal adalah untuk menghancurkan patriarki

Kondisi perempuan yang seperti ini telah disoroti oleh Riffat Hasan, dia adalah salah satu feminis muslim yang dengan gigih dan semangat meneliti secara intensif

pengambilan sampel dilakukan hanya satu periode, yaitu pada waktu surut. Lokasi penelitian dibagi atas 3 stasiun pengamatan, stasiun I dengan ciri-ciri mangrove yang tumbuh

Model yang kedua adalah " daur bahan bakar tertutup" ( closed fuel cycle) dimana pada model Ini uranium dan plutonium dipungut dari bahan bakar bekas melalui proses olah