• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI ISOTOP OKSIGEN-18 DAN DEUTERIUM PADA AIR LAUT DI TELUK BANTEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI ISOTOP OKSIGEN-18 DAN DEUTERIUM PADA AIR LAUT DI TELUK BANTEN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI ISOTOP OKSIGEN-18 DAN DEUTERIUM

PADA AIR LAUT DI TELUK BANTEN

E. Ristin Pujiindiyati1, Novi Susetyo Adi2 dan Agustin Rustam2 1 Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi – Badan Tenaga Atom Nasional

(BATAN), e-mail: ristinpi@batan.go.id

2 Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP),

e-mail: novi_marineoptics@yahoo.com ; sriagustinrustam@yahoo.com

Abstrak

Teluk Banten yang terletak di Provinsi Banten merupakan kawasan yang ramai oleh aktifitas nelayan dan industri. Pertumbuhan industri dan pendudukannya semakain bertambah pesat sehingga kebutuhan air bersih semakin bertambah. Eksploitasi yang berlebihan pada air tanah akan berakibat masuknya air laut ke formasi daratan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkannilaiδ 18O and δ 2H sebagai basis data intrusi

air laut. Metode yang digunakan adalah pengukuran absorbansi senyawa2HHO, HH18O

dan HHO dengan alat LGR DT-100 Liquid Water Stable Isotope Analyzer. Kisaran komposisi nilaiδ 18O air laut Teluk Banten adalah-1.65 ‰ to 0.69 ‰ SMOW sedangkan

kisaran nilai δ 2H adalah dari -6.2‰ hingga -2.1‰ SMOW. Hubungan linierδ 18O dan

δ 2H untuk air laut tersebut adalahδ2H= -0.091 δ18O – 3.59 (n=42). Pergeseran nilai

slope ke arah lebih rendah dari slope air hujan(7.78) menunjukan proses evaporasi dan diperkirakan kelembaban udara adalah0%. Nilaiδ 18O dan δ 2H dekat muara sungai

Kasemen menunjukan nilai yang lebih miskin daripada air laut. Hal ini disebabkan oleh percampuran sumber mata air dari altitude lebih tinggi dengan air laut. Air laut yang mencampuriair sungai tersebut diperkirakan antara54% hingga 94%.

Kata kunci: Oxygen-18, deuterium, isotope, sea water Abstract

Banten Bay located in Banten Province is a busy area by fisherman and industrial activities. Industrial and people growth is more increasing such that the clean water demand rise also. The aim of this investigation is to obtain the δ 18O and δ 2H value as a data base in the case of sea water intrusion. Method used is a measurement of 2HHO, HH18O and HHO absorbance using the LGR DT-100 Liquid Water Stable Isotope Analyzer. The range of δ 18O values of Banten Bay is -1.65 ‰ to 0.69 ‰ SMOW whereas δ 2H values are in the range of -6.2‰ to -2.1‰ SMOW. The relationship between δ 18O and δ 2H for sea water is δ2H= -0.091 δ18O – 3.59 (n=42). The slope shift to lower value than that of rain water (7.78) is due to evaporation process occurring in sea water. The slope value of sea water also suggests that the humidity is 0%. The δ 18O and δ 2H values of mouth of Kasemen River show more depleted values than those of sea water. It is due to the mixing process between the water originated from spring water at higher altitudes and sea water. The sea water mixing to fresh water is estimated around 54% to 94%. Key words: Oxygen-18, deuterium, isotope, sea water

(2)

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Teluk Banten adalah sebuah teluk di Provinsi Banten dekat ujung barat laut Jawa, Indonesia. Teluk Banten merupakan bagian dari laut Jawa dengan luas 150 km2

dengan beberapa pulau kecil di dalamnya. Pulau terbesar yang berpenghuni adalah pulau Panjang yang berada di sebelah barat mulut teluk dan Pulau Tunda yang terletak di sebelah timur ke arah ujung luar utara teluk Banten. Beberapa sungai yang bermuara di Teluk Banten diantaranya adalah Sungai Soge,

Domas, Kasemen, Cikemayungan, Banten , Pelabuhan, Wadas, Baros, Ciujung, Anyar, Cilid, Kesuban, Baru, Serdang, Suban, Kedungingus dan Candi. Sungai terbesar adalah Ciujung dan Anyar1).

Kedalaman teluk berkisar antara 1-10 meter dari muara hingga mendekati ke ujung teluk sedangkan kedalaman ujung teluk hingga pulau Tunda dapat mencapai 40-60 meter. Sedimen teluk Banten terdiri dari lumpur dan pasir sedangkan salinitas air lautnya berkisar antara 28,23 – 35,34 psu2). Musim penghujan berlangsung antara

November hingga Maret dan musim kemarau antara April hingga Oktober.

Teluk Banten merupakan kawasan tangkapan ikan yang sangat penting dan menjadi gantungan hidup bagi 15.615 nelayan di 7 kecamatan di Kabupaten Serang dengan produksi 15.000 ton/tahun (60% dari produksi ikan di Kababupaten Serang). Selain ramai oleh aktivitas nelayan, Teluk Banten juga digunakan untuk lalu lalang kapal perdagangan antarpulau dan kapal dengan muatan bahan baku untuk mendukung industri di sepanjang garis pantai Teluk Banten yang jumlahnya lebih dari 17 industri kimia dasar dan industri berat lainnya yang berpotensi mencemari kawasan perairan Teluk Banten dengan buangan limbah. Keterbatasan lahan untuk kepentingan

industri telah mendorong reklamasi pantai di garis pantai teluk Banten. Kegiatan reklamasi ini tidak saja merusak habitat hutan mangrove juga diperkirakan merubah dinamika dan karakteristik arus laut Teluk Banten3).

Seiring dengan perkembangan budi daya ikan, kawasan Teluk Banten mendapatkan tekanan serius dari lingkungan sekitarnya akibat pertambahan penduduk yang cukup pesat yg pada akhirnya kawasan pantai dimanfaatkan sebagai kawasan pemukiman kemasan industri dan penambangan pasir secara besar-besaran yg menambah tekanan terhadap perairan Teluk Banten. Suatu konsekuensi yang terjadi pada suatu ekosistem pantai (termasuk estuari dan teluk) adalah terjadinya perubahan kualitas lingkungan akibat penyuburan perairan4).

1.2. Peranan Isotop Oksigen-18 dan Deuterium

Isotop oksigen-18 (18O) dan deuterium

(2H) merupakan isotop alam yang telah

banyak digunakan dalam pemecahan masalah sumber daya air tanah. Isotop ini umumnya digunakan sebagai parameter tambahan apabila parameter kimia belum mampu menjawab masalah air tanah. Hal ini disebabkan adanya proses yang lebih rinci dalam senyawa kimia yaitu fraksinasi isotop antara isotop lebih ringan (16O dan 1H) dan isotop lebih berat (18O dan 2H).

Efek fraksinasi isotop ini memberikan komposisi perbandingan isotop berat terhadap isotop ringan yang khas pada senyawa air (H2O). Kelimpahan relatif kedua isotop ini terhadap suatu standar dinyatakan dengan nilai δ 18O untuk

oksigen dan δ 2H untuk hidrogen dalam

satuan permill (‰). Standar internasional yang digunakan adalah air laut rata-rata atau SMOW (Standard Mean Ocean

Water)5,6).

Di dalam siklus hidrologi faktor suhu setempat mengendalikan intensitas efek

(3)

fraksinasi isotop-isotop dalam senyawa air di dalam proses vapuasi dan air banjir (presipitasi) dan memberikan fungsi input atau basis data untuk merunut sumber/asal air tanah. Selain itu, dalam studi hidrogeologi kedua isotop ini penting dalam menjawab pertanyaan waktu tinggal air tanah, respon terhadap kejadian –kejadian meteorologi dan percampuran air tanah dengan aquifer penyedia air tanah lainnya.

Studi isotop 18O pada air laut telah

dilakukan secara global meliputi 24000 contoh air laut seluruh dunia yang dikumpulkan sejak tahun 1950. Data ini kemudian dikumpulkan sebagai basis data isotop 18O air lautoleh Schimdt et.al. pada

tahun 19997). Secara garis besar, hanya

terdapat 2 titik data wilayah laut Indonesia berbatasan dengan Austrilia yang dilakukan pengambilan contoh air laut. Jumlah ini masih terlalu sedikit apabila dibandingkan dengan lokasi pengambilan contoh air laut di wilayah lain di dunia. Wilayah laut Indonesia masih belum terdapat basis data δ 18O dari

contoh air laut.

Penelitian ini perlu dilakukan karena Indonesia sebagai Negara maritime belum memiliki data δ 18O dan δ 2H dari contoh air

laut yang representatif sebagaimana wilayah lain di dunia. Data ini diperlukan sebagai basis data dalam studi seberapa jauh intrusi air laut ke formasi daratan yang terjadi di suatu daerah. Alasan pengambilan sampel di laut Jawa karena kota-kota terpadat penduduknya di wilayah Indonesia adalah pulau Jawa. Masalah pencemaran air tanah oleh air laut menjadi masalah utama di kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya dalam usaha pemenuhan sumber air tanah bersih bagi penduduknya yang semakin padat8).

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui nilai δ 18O dan 2H air laut di sekitar teluk

Banten sebagai salah satu basis data air laut di wilayah Indonesia.

2. METODOLOGI 2.1. Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini dilakukan pengambilan sampel air laut Jawa di sekitar Teluk Banten. Jadwal pengambilan sampel dilakukan pada bulan Agustus 2009, September 2009, November 2009, April 2010 dan Juli 2010. Lokasi pengambilan sampel dimulai dari mulut sungai hingga pertengahan Laut Jawa dengan jumlah sampel sebanyak 8 titik tiap bulannya.

Untuk analisis isotop 18O dan 2H dalam

sampel air, botol gelas 20 ml harus terisi penuh dan tertutup rapat sehingga tidak ada gelembung udara didalamnya. Analisis dilakukan di laboratorium Hidrologi – Bidang Kebumian dan Lingkungan, Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi – Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN).

2.2. Alat dan Bahan

Bahan yang diperlukan adalah LGR working standard #3 (δ 18O= -11.54 ± 0.1 0/ 00 vs SMOW ; δ 2H = -79.0 ± 1.0 0/ 00 vs SMOW), LGR working standard #4 (δ 18O= -7.14 ± 0.1 0/ 00 vs SMOW ; δ 2H = -43.6 ± 1.0 0/00 vs

SMOW), LGR working standard #5 (δ 18O=

-2.96 ± 0.10/

00 vs SMOW; δ 2H = -9.8 ± 1.0 0/

00 vs SMOW), drierite (CaSO4 anhydrous)

dan air distilat.

Alat utama yang digunakan adalah Los

Gatos Research (LGR) DT-100 Liquid Water Stable Isotope Analyzer, CTC LC-PAL liquid auto sampler, Hamilton micro liter syringe, Polytetraflouroethylene (PTFE) septum, PTFE transfer line; botol gelas 1,5 ml dengan

penutup dan septa dari PTFE, auto sampler

tray dan kolom gelas. Selain itu diperlukan

alat penunjang lain seperti: pipet otomatik 1 ml, 1 ml disposable pipette tips, kertas saring Anotop 10 dengan ukuran pori 0.2 µm; pompa vakum, injektor 5 ml dan 1,25 µl, botol gelas 20 ml dengan penutup berulir, alat pengambil air dan Magellan SporTrak

(4)

2.3. Tata Kerja

Di laboratorium, untuk mengukur rasio isotop stabil oksigen dan hidrogen digunakan alat LGR DT-100 Liquid Water Stable Isotope

Analyzer yang dihubungkan dengan CTC

LC-PAL liquid auto sampler dengan PTEE

transfer line. Sebanyak 1 ml sampel air laut

yang telah disaring dan tiga standar kerja dimasukkan ke botol gelas 1.5 ml dan ditutup dengan septum. Senyawa standar dan sampel air laut diatur dengan urutan tertentu pada auto sampler tray sehingga tiap tiga standar diikuti oleh lima sampel air laut. Sementara itu kedua alat dihidupkan selama tiga jam untuk kestabilan alat dan juga untuk memanaskan injection port auto

sampler pada suhu 800C.

Sebanyak 0.75 µl sampel air diinjeksikan ke injection port auto sampler pada CTC LC-PAL melalui PTEE transfer line sepanjang 1 m. Sampel air dievaporasikan kemudian dipindahkan melalui transfer line ke dalam

pre-evacuated mirrored chamber untuk

analisis. Sinar laser ditembakkan melalui sampel uap dan fraksi mol dari gas ditentukan dari absorbansi yang terukur. Seperti pada spektroskopi konvensional, pengukuran absorbansi dilakukan dengan menggunakan hukum Beer. Untuk mendapatkan presisi yang tinggi dalam pengukuran rasio isotop, instrument LGR menggunakan pendekatan

Off-Axis Integrated Cavity Spectroscopy

(off axis ICOS) yang dapat menghasilkan panjang gelombang optik sekitar 2500 m pada sel 25 cm. Konsentrasi molekuler dari

2HHO, HH18O and HHO dihitung dengan

dengan pengukuran banyaknya absorbansi pada panjang gelombang 1390 nm. Tiap-tiap sampel diukur sebanyak enam kali untuk memperoleh nilai reprodusibilitas yang baik8,9).

Konsentrasi molekuler diubah ke dalam rasio isotop 2H/1H dan 18O/16O, kemudian nilai

delta (δ) dihitung menurut Vienna Standard Mean Ocean Water (VSMOW) sebagai berikut8): VSMOW VSMOW terukur

R

R

R

=

δ

R adalah rasio isotop 2H/1H atau 18O/16O.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini sampel air laut yang diambil berjumlah 48 dari 8 lokasi termasuk 1 lokasi di Sungai Kasemen dengan kode C0 yang berjarak kurang lebih 100 m dari muara dan jarak antarlokasi kira-kira 2-5 km. Pengambilan sampel dilakukan pada permukaan laut (± 5 m) dan pada cuaca cerah (tidak hujan). Lokasi pengambilan sampel seperti tertera pada Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel air laut di Teluk Banten

Nilai δ 18O dan δ 2H pada air laut sangat

sensitif terhadap proses evaporasi dan air hujan (presipitasi). Komposisi Isotop air permukaan pada air laut ditentukan olah banyaknya air hujan dan jumlah air yang terevaporasi dari air laut. Pada daerah dimana jumlah air hujan atau kucuran air

(5)

sungai lebih banyak daripada evaporasi maka permukaan air laut akan terencerkan. Sebaliknya, jika kecepatan evaporasi lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah air hujan maka akan terjadi proses pengkayaan isotop berat5).

nilai yang lebih rendah (depleted) dengan kisaran -4,01 ‰ hingga -2,9 ‰. Nilai yang lebih rendah ini dipengaruhi massa air tawar dari sungai yang bermata air dari altitude yang lebih tinggi. Seperti diketahui air hujan sebagai sumber mata air sungai yang jatuh pada altitude yang lebih tinggi akan mempunyai nilai δ 18O dan δ 2H yang lebih

rendah (semakin depleted)6).

Data nilai δ 2H pada sampel air laut

Teluk Banten seperti tertera pada Gambar 3 dengan kisaran nilai dari -6,2‰ hingga -2,1‰ (kecuali)

C0) dan rata-rata -3,53 ‰. Kisaran nilai δ2H pada laut di Hindia Selatan adalah

-4,3‰ hingga 7,0‰12). Pengaruh air hujan,

run off air sungai dan intensitas penguapan

yang lebih rendah turut memberikan nilai δ

2H yang lebih rendah pada air Laut Teluk

Banten dibandingkan pada Laut Hindia Selatan yang lebih luas. Nilai δ 2H pada

lokasi C0 mempunyai kisaran -20,2 ‰ hingga -6,7‰. Seperti halnya pada δ 18O

pada lokasi C0, nilai δ 2H yang lebih rendah

ini dipengaruhi oleh massa air sungai yang bercampur dengan air laut. Data δ 2H pada

bulan Juli 2010 menunjukkan nilai yang lebih rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya proses pengenceran oleh air hujan yang turun menjelang hari pengambilan sampel -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 C0 C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 Agust 09 Sept 09 Nov 09 April 10 Juli 10 lokasi sampling δ 18O (‰ SM OW )

Gambar 2. Distribusi nilai 18O pada sampel

air laut teluk Banten

Sebaran nilai δ 18O sampel air laut

teluk Banten seperti terlihat pada Gambar 2. Kisaran nilai δ 18O kecuali C0 adalah -1,65

‰ hingga 0,69 ‰ dengan rata-rata sebesar -0,66 ‰. Data global yang dikumpulkan oleh Schmit pada lokasi Samudera Hindia di perbatasan antara Indonesia dengan Australia adalah 0 ‰ hingga 0,5 ‰7).

Data O-18 dari laut Kuning di perbatasan Cina dan Korea menunjukkan nilai -1,4‰ hingga 0,1‰ pada musim panas dan -0,6‰ hingga 0,2‰ pada musim dingin11).

Karakteristik nilai δ 18O pada air Laut

Teluk Banten lebih mirip dengan air laut Kuning (Yellow Sea) daripada lautan luas Samudra Hindia di perbatasan Indonesia-Australia, yaitu mempunyai nilai yang lebih

depleted yang kemungkinanan disebabkan

terjadinya percampuran runoff beberapa air sungai dan jika ditinjau luasan lautan maka kemungkinan lebih kecil tingkat kecepatan penguapannya. Nilai δ 18O untuk lokasi di

mulut Sungai Kasemen (C0) menunjukkan

-25 -20 -15 -10 -5 0 C0 C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 Agust 09 Sept 09 Nov 09 April 10 Juli 10 lokasi sampling δ 2Η (‰ SM O W )

Gambar 3. Distribusi δ 2H pada sampel air laut

(6)

Dalam siklus hidrologi, air laut mengalami proses evaporasi dimana komposisi isotop yang lebih ringan (16O dan 1H) lebih banyak terdapat pada fase uap

sehingga menjadi lebih miskin (depleted) daripada fasa cair (air laut). Sebaliknya pada proses kondensasi maka isotop yang lebih berat (18O dan 2H) akan lebih banyak

daripada fasa uapnya. Fraksinasi isotop ini dipengaruhi oleh faktor utama yakni suhu yang memungkinkan terjadinya proses evaporasi dan kondensasi. Demikian seterusnya fraksinasi molekul H 2O terjadi sehingga presipitasi (air hujan) yang terjadi pada elevasi yang semakin tinggi (pada suhu yang lebih rendah) akan mempunyai komposisi isotop semakin miskin (depleted) dibandingkan dengan presipitasi pada daerah dengan elevasi lebih rendah5,6) . Fenomena

ini yang menjelaskan percampuran dengan air hujan yang baru turun menyebabkan permukaan air laut lebih miskin (depleted) pada nilai δ 18 O dan 2H. Fenomena ini pula

yang menjelaskan nilai δ 18O dan δ 2H lebih

miskin (depleted) pada lokasi air sungai (C0) daripada air laut.

pengukur curah hujan yang dipasang pada 7 ketinggian yakni dari 1480 m pada Puncak Pass (Cianjur) hingga 10 m di Tongkol (Jakarta). Hubungan linier δ 18O dan δ 2H

untuk air hujan yang diperoleh adalah : δ

2H= 7,78 δ 18O + 12,9313) sedangkan garis

air meteorik secara global adalah δ 2H= 8

δ 18O + 105,6) . Garis ini merupakan fungsi

input air hujan yang meresap ke dalam

tanah dan dapat dijadikan patokan terjadinya proses-proses lain apabila menyimpang dari garis ini seperti proses evaporasi dan dilusi. Pada Gambar 4 juga memperlihatkan garis evaporasi yang diambil dari semua data air laut Teluk Banten selain lokasi C0. Hubungan linier nilai δ 18O dan nilai δ 2H untuk air laut

tersebut adalah

δ2H= -0,091 δ18O – 3,59 (n=42).

Terlihat bahwa nilai slope dan intercept air laut sangat berbeda dengan nilai pada air hujan yakni mengarah ke nilai negatif. Pergeseran nilai slope ke arah lebih rendah dari slope air hujan (7,78) menunjukkan bahwa proses evaporasi berlangsung pada air laut. Semakin jauh pergeseran nilai slope maka proses evaporasi berlangsung dalam intensitas yang semakin tinggi5) .

Hubungan δ 18O dan δ 2H pada air

laut permukaan memberikan informasi juga tentang kelembaban pada saat proses evaporasi. Slope mendekati 8 adalah perkiraan nilai yang dihasilkan oleh fraksinasi kesetimbangan Reyleigh dari permukaan air yang mengalami evaporasi pada kelembaban 100%. Nilai slope kurang dari 8 disebabkan oleh proses evaporasi yang dikontrol oleh kelembaban ruang (dan juga disebabkan oleh difusi lapisan batas uap air dan pertukaran dengan uap air atmosfer) pada permukaan laut. Proses evaporasi non kesetimbangan dicirikan dengan slope kurang dari 8. Hubungan linier antara δ 18O dan δ 2H untuk air laut

Teluk Banten mempunyai slope sebesar -0,091 (dengan pengecualian lokasi C0) yang sangat berbeda jauh dengan slope air hujan lokal yakni 7,78. Hal ini berarti semua titik lokasi air laut Teluk Banten kecuali

-25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 Agust 09 Sept 09 Nov 09 April 10 Juli 10 δ 2Η (‰ SMO W ) δ18O (‰ SMOW) Garis evaporasi

Gambar 4. Distribusi δ18O dan δ2H air laut di teluk

Banten terhadap garis air hujan lokal

Hubungan antara δ 18O dan δ 2H untuk

air hujan lokal dan air laut seperti tertera pada Gambar 4. Air hujan lokal diambil dengan alat

(7)

lokasi C0 mengalami proses evaporasi di bawah kondisi non kesetimbangan dengan kelembaban ruang yang benar – benar lebih kecil daripada 0%. Nilai kelembaban ini diambil dari hasil kesetimbangan Reyleigh pada grafik hubungan kandungan isotop δ18O terhadap δ2H seperti terlihat pada

Gambar 55). Kondisi non kesetimbangan

sebagai contohnya adalah efek kinetik yang disebabkan oleh proses difusi selama pembentukan uap air.

Lokasi C0 pada Gambar 4 terlihat masih mengikuti garis air hujan lokal akan tetapi nilai δ18O dan δ2H telah mengalami

proses pengkayaan (enrichment) atau telah mengalami percampuran antara air segar dengan air laut. Apabila diasumsikan tidak mengalami proses pencampuran maka air sungai akan dicirikan dengan nilai yang lebih miskin yang berasal dari sumber mata air utama pada elevasi tinggi, misalnya daerah Puncak dengan nilai δ18O sebesar -7,98‰

dan nilai δ2H sebesar -49,4‰ 13).

isotopnya dinyatakan dengan: δ18O = δ

a 18Ox + δb 18O(1-x)

Dimana a dan b adalah jenis dua larutan, x dan (1-x) adalah fraksi mol dari H2O larutan a dan b sedangkan δ18O adalah nilai isotop

yang terukur 14) . Dengan memasukkan data

δa 18O sebesar -0,66‰ untuk rata-rata air laut

Teluk Banten dan δb 18O sebesar -7,98‰

untuk air hujan Puncak pada persamaan di atas maka diperoleh fraksi mol air laut. Hasil perhitungan persentase percampuran air laut ke air sungai seperti tertera pada Tabel 1.

No. Waktu

sampling Nilai δ

18O

(SMOW) Persentase air laut (%)

1. Agustus 2009 -3,18 65,57 2. S e p t e m b e r 2009 -1,07 94,40 3. N o v e m b e r 2009 -4,01 54,24 4. April 2010 -3,98 54,64 5. Juli 2010 -2,9 69,40

Gambar 5. Pengkayaan isotop dalam proses evaporasi air dan efek kelembaban (garis tebal adalah garis air meteorik global, s adalah slope dan h adalah kelembaban)

Persamaan umum untuk percampuran antara 2 sumber air yang berbeda kandungan

Tabel 1. Persentase percampuran air laut Teluk Banten pada air sungai di lokasi C0

Percampuran air laut Teluk Banten ke sungai paling banyak terjadi pada bulan September 2009. Dengan memanfaatkan program Aquachem maka dapat diperoleh

step persentase percampuran dari titik awal

air hujan hingga 100 % titik akhir air laut Teluk Banten15). Hasil persentase percampuran air

laut seperti terlihat pada Gambar 6. Dari titik – titik data persentase percampuran maka diperoleh persamaan linier percampuran yakni δ 2H= 6,22 δ 18O – 0,14.

(8)

4. KESIMPULAN

Kisaran komposisi nilai δ 18O air laut

Teluk Banten adalah -1,65 ‰ hingga 0,69 ‰ SMOW sedangkan kisaran nilai δ 2H

adalah dari -6,2‰ hingga -2,1‰ SMOW. Hubungan linier δ 18O dan δ 2H untuk air

laut tersebut adalah δ2H= -0,091 18O – 3,59

(n=42). Pergeseran nilai slope ke arah lebih rendah dari slope air hujan (7,78) menunjukkan proses evaporasi berlangsung pada air laut. Dari besarnya nilai slope tersebut, diperkirakan kelembaban udara di lokasi pengambilan contoh di Teluk Banten adalah 0%.

Nilai δ 18O dan δ 2H dekat muara Sungai

Kasemen menunjukkan nilai yang lebih miskin (depleted) dari pada air laut. Hal ini disebabkan oleh percampuran sumber mata air dari altitude lebih tinggi yang mempunyai nilai δ 18O dan δ 2H lebih miskin dengan air laut. Air laut yang

mencampuri air sungai tersebut diperkirakan antara 54% hingga 94%.

DAFTAR PUSTAKA

1. ___________, 1999, Peta Lingkungan Pantai Indonesia, Lembar LPI 1110-09 Teluk Banten, Jakarta.

2. Green, E.P and Short, F.T, 2003, World Atlas of Seagrass, New York

3. ___________,2008, Peduli Teluk Banten, Kabar Bhumi, Jakarta

4. Wang, Z.H.A and Cai, W.J, 2004, Carbon dioxide degassing and inorganic carbon export from a marsh-dominated estuary (the Duplin River), Limnology and Oceanography, Vol. 49

5. Clark I.D and Fritz, P, 1997, Environmental Isotopes in Hidrogeology, Lewis publishers, Boca Raton – New York

6. Willem, G.M, 2000, Environmental Isotopes in Hidrogeology Cycle: Introduction, Theory, and Methods Review (W.G Mook, Ed), IAEA – Unesco, Paris

7. Schmidt, G.A,. Bigg, G.R and Rohling, E.J, 1999, Global seawater oxygen-18 database, http://data.giss.nasa.gov/o-18data/

8. Robert, J.K, 1996, Pengantar Hidrogeologi, Penerbit Andi, Yogyakarta 9. __________, 2009, Laser spectroscopy

analysis of liquid water samples for stable hydrogen and oxygen isotopes - Training course series No.35, IAEA, Vienna

10. _________, 2008, Liquid-water isotope analyzer: Automated injection, Los Gatos Research, New York

11. Dong-Jin Kang, Chong Soo Chung, Suk Hyun Kim, Gi Hoon Hong and Kyung-Ryul Kim, 1994, Oxygen isotope characteristics of sea waters in Yellow Sea, La mer Societe franco-japonaise d’oceanographie, Vol. 32, p.270-284 -70 -60 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 -10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 C0 Agust 09 C0 Sept 09 C0 Nov 09 C0 April 10 C0 Juli 10 T. Banten Puncak δ18O (‰ SMOW) δ 2Η (‰ SMO W ) 50% air laut

Gambar 6. Distribusi δ 18O dan δ 2H pada lokasi

(9)

12. Rohit Srivastava, R, Ramesh, R.A, Jani, N, Anilkumar and Sudhakar, M, 2010, Stable oxygen and hydrogen isotope ratios and salinity variations of surface Southern Indian Ocean waters, Current Science, Vol.99, No.10

13. Wandowo, 2000, Laporan Akhir Riset Unggulan Terpadu V Bidang Teknologi Perlindungan Lingkungan 1997-2000, Kantor Menteri Riset dan Teknologi –

Dewan Riset Nasional, Jakarta

14. Krouse,H,1985, Relationship between the sulphur and oxygen isotope composition in dissolved sulphate dalam Studies on sulphur isotope variations in nature, IAEA , Vienna, 15. Calmbach, L, 1999, Aquachem User’s

Manual, Waterloo Hydrogeologic Inc, Ontario.

Gambar

Gambar 1.  Lokasi pengambilan sampel air laut  di Teluk Banten
Gambar 2. Distribusi nilai   18 O    pada  sampel                     air laut teluk Banten
Gambar 4. Distribusi δ 18 O dan δ 2 H air laut di teluk  Banten terhadap garis air hujan lokal Hubungan antara δ  18 O dan δ  2 H untuk  air hujan lokal dan air laut seperti tertera pada  Gambar 4
Tabel 1. Persentase percampuran air laut Teluk  Banten pada air sungai di lokasi C0

Referensi

Dokumen terkait

unhe nibhana aasan nahin pyar mein dil sabhi jeet lete hain magar dil har ke jeetna aasan nahin zindagi mein to sabhi pyar karlete hain pyaar mein ise qurban karna aasan nahin. teri

Efektivitas selama perlakuan pada BTB pada Gambar 3, paling tinggi dapat menurunkan kadar amonia pada waktu 48 jam yaitu dari 15,16 mg/L mencapai 4,69 mg/L, (69,66%,) hal

kriopreservasi, pengencer Andromed dengan tris-kuning telur tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap motilitas (Tabel 1) dan persentase hidup spermatozoa (Tabel 2) setelah

Bab hasil dan pembahasan berisi tentang proses yang dilakukan untuk menjalankan metode BBS, hasil dari implementasi metodeBBS, dan solusi yang diberikan untuk mengatasi

kepada Bendahara Pengeluaran untuk engeluarkan sejulah dana yang diaksud se+agai Panjar Kerja% Bendahara Pengeluaran engeluarkan dana sejulah persetujuan yang di+erikan

Pada ANOVA yang dilanjutkan dengan uji LSD, hasilnya menunjukkan bahwa pada pengamatan menit ke-120, pemberian ektrak tapak liman dosis 400 mg/kg BB menunjukan adanya hambatan

(3) Apabila dalam rapat yang diadakan oleh Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Anggota Dewan Pengawas tidak hadir tanpa alasan yang sah, maka yang

69.. meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap pelestarian fungsi lingkungan hidup. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan