• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENGELOLAAN DAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE PENGELOLAAN DAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENGELOLAAN DAN

PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

6.1. PENETAPAN PRIORITAS DAN PENTAHAPAN PEMBANGUNAN

Prioritas dan pentahapan pembangunan Kabupaten Lamongan seiring dengan pengembangan sumber daya manusia adalah sektor-sektor dibidang ekonomi terutama keterkaitan sektor industri dan pertanian serta bidang pembangunan lainnya berupa peningkatan sumber daya manusia.

• Peranan sektor industri untuk meningkatkan keadilan, kemakmuran dan pemerataan pembangunan serta kesejahteraan rakyat diarahkan pada penguatan struktur industri yang didukung dengan kemampuan teknologi yang makin meningkat. Peningkatan sektor pertanian serta pemantapan sistem dan kelembagaan koperasi, penyempurnaan pola perdagangan dan jasa serta sistem distribusi juga merupakan prioritas pembangunan di Kabupaten Lamongan.

• Peningkatan upaya-upaya penanggulangan masalah kemiskinan terus dilanjutkan sehingga dapat memperkecil jumlah penduduk miskin dan meningkatkan kualitas hidupnya.

• Peningkatan kualitas sumber daya manusia diupayakan agar mampu mendukung pengelolaan pembangunan daerah, serta peningkatan produktivitas tenaga kerja melalui pendidikan dan pelatihan berbagai bidang pembangunan.

• Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya terus ditingkatan untuk mengembangkan keserasian pertumbuhan antar daerah serta lebih mendayagunakan secara optimal potensi yang ada.

• Peningkatan efektivitas penataan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah pada tingkat Kabupaten dan tingkat Kecamatan, serta dengan Kabupaten yang berbatasan.

KEC. SAMBENG Pasarlegi NGIMBANG Girik Slaharwotan Kakatpenjalin Ngimbang Drujugulit Munungrejo Sendangrejo 1 2 3 4 5 5 1 2 3 4 5 39 - 40 37 - 38 35 - 36 166 AL a b c d e a b c d e a b c d e AB I A A z I y x I w a b c d e a b c d e a b 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 43 - 44 41 - 42 AH I AG AF I AE AD I AC AM 167

(2)

6.2. ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN

Untuk mendukung terlaksananya pembangunan daerah sesuai dengan arah dan kebijaksanaan pembangunan daerah yang bertumpu pada Prioritas Pembangunan Daerah, maka strategi pembiayaan diarahkan untuk :

a) Pemanfaatan secara optimal semua potensi pembiayaan yang tersedia serta menggalisumber-sumber pembiayaan baik daerah maupun dari luar daerah, baik dana dari pemerintah maupun dana dari peran serta masyarakat dan swasta

b) Menggunakan dana-dana pembangunan tersebut secara berdayaguna dan berhasilguna sesuai dengan skala prioritas baik dari segi sosial, ekonomi maupun teknis yang kesemuanya diarahkan untuk sebesar-besar bagi kemakmuran rakyat

Usaha peningkatan penerimaan daerah telah dilaksanakan dalam rangka usaha pembiayaan pengeluaran daerah yang semakin besar, terutama pelaksanaan program-program pembangunan sesuai dengan prinsip anggaran daerah yang berimbang dan dinamis. Mengingat perkembangan perekonomian Indonesia pada saat dengan tingkat pertumbuhan minus dan tingginya tingkat inflasi, maka perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan penerimaan daerah melalui penyempurnaan mekanisme pelaksanaan agar sistem perpajakan menjadi efektif, sederhana dan adil maupun perlu penyesuaian dari berbagai peraturan yang berlaku. Masalah-masalah yang masih dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Lamongan khususnya bidang pendapatan asli daerah adalah :

? hambatan yuridis formal

? terbatasnya jenis-jenis pajak dan retribusi daerah yang dapat dipungut dan perlu ditingkatkannya potensi jenis-jenis pungutan yang ada di daerah

? tingkat kesadaran dan kondisi masyarakat perlu dipacu untuk mendukung usaha meningkatkan PAD

Dalam melaksanakan pungutan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang intensif dibutuhkan prasarana dan sarana yang memadai, mengingat terbatasnya dana belum dipenuhinya dengan sebaik-baiknya. Demikian juga dalam pelaksanaan pungutan PAD sering terbentur pada tingkat kesadaran dan kondisi masyarakat yang belum mendukung usaha peningkatan PAD mengingat masih rendahnya tingkat kemampuan masyarakat. Untuk meningkatkan intensifikasi PAD dibutuhkan tingkat kemampuan aparat pemungut yang memadai, sehingga diperlukan usaha peningkatan kemampuan dari aparat Dinas Pendapatan Daerah. Upaya lain yang perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan penerimaan daerah adalah mengembangkan dunia usaha, karena itu perlu diciptakan iklim usaha yang menunjang investasi. Dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah dalam membiayai program-program pembangunan perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:

1. Peningkatan pendapatan daerah melalui penggalian sumber dana asli daerah dengan tidak menghambat kegiatan ekonomi, disamping itu pendapatan daerah juga diperoleh melalui bantuan Pemerintah Pusat, pinjaman daerah dan investasi di daerah.

2. Anggaran daerah tetap didasarkan prinsip anggaran berimbang dan dinamis, maka peningkatan penerimaan daerah terus diupayakan dengan menggali dan

(3)

mengembangkan semua sumber penerimaan daerah dengan tetap memperhatikan peningkatan kemampuan pembiayaan pembangunan oleh masyarakat dan dunia usaha.

3. Pengembangan penerimaan daerah yang meliputi perpajakan dan berbagai bentuk pendapatan lainnya dilaksanakan berdasarkan asas keadilan dan pemerataan dengan meningkatkan peran pajak langsung sehingga mampu berfungsi sebagai alat untuk menunjang pembangunan.

4. Sumber dana Pemerintah Pusat dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi pembangunan daerah sebagai salah satu sumber pelengkap pembiayaan pembangunan.

5. Penanaman modal asing terus didorong bagi kegiatan ekspor dan kegiatan pembangunan yang belum mampu ditangani dengan modal dalam negeri, melalui iklim investasi yang menarik, prosedur perijinan yang sederhana, pelayanan lancar, sarana dan prasarana ekonomi menunjang.

Strategi Pemerintah Kabupaten Lamongan dalam menangani masalah-masalah kemampuan keuangan daerah adalah :

1. Menyempurnakan struktur dan pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah, baik yang berasal APBN, APBD Propinsi dan APBD Kabupaten sehingga dana pembangunan di segala sektor menjadi semakin meningkat.

2. Pengendalian, pengarahan dan pengawasan terhadap pengeluaran pemerintah daerah dapat dipertajam, sehingga peranan tabungan PEMDA didalam anggaran pembangunan menjadi semakin meningkat dan investasi pemerintah mampu menciptakan kondisi yang mendorong meningkatnya peranan investasi swasta. 3. Menginvestasikan upaya penggalian sumber pembiayaan yang ada.

4. Menarik dana-dana dari luar Kabupaten Lamongan untuk diinvestasikan di Kabupaten Lamongan baik dalam bentuk PMDN dan PMA secara terkendali dan terarah.

Dalam menunjang peningkatan kemampuan keuangan daerah dalam pelaksanaan pembangunan diperlukan program-program sebagai berikut :

? Program Penerimaan Pendapatan Daerah

? Program Pengembangan Kelembagaan Keuangan ? Program Pembinaan Kekayaan Daerah

? Program Pembinaan Perusahaan Daerah

Progran-program tersebut diatas merupakan program pokok Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan, selain itu diperlukan juga program penunjang seperti program pendidikan dan latihan serta program penyuluhan. Program pokok ini bertujuan untuk meningkatkan penerimaan PAD melalui usaha-usaha untuk merealisasi rencana penerimaan yang telah ditetapkan dalam APBD Kabupaten. Program penunjang ditujukan pada aparatur pengelola keuangan melalui pendidikan dan latihan, sedangkan program penyuluhan ditujukan pada masyarakat.

6.3. ANALISIS KELEMBAGAAN

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan tidak terlepas dari peranan apatur pemerintah, oleh karena itu peningkatan aparatur pemerintah perlu secara terus menerus baik kualitas maupun kuantitasnya seiring dengan tuntutan kemajuan dan dinamika pembangunan. Disamping itu juga diperlukan sarana dan prasarana yang memadai guna kelancaran tugas. Pada masa yang akan datang tantangan

(4)

pembangunan yang harus dihadapi oleh aparatur pemerintah semakin komplek dan memerlukan pemecahan yang cepat, tepat dan akurat agar lebih dapat memberikan hasil guna yang maksimal dan ditunjang dengan kedisiplinan, dedikasi dan kesungguhan serta tanggung jawab. Dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna diperlukan peningkatan manajemen aparatur yang menunjang peningkatan mutu kepemimpinan, penyederhanaan prosedur pelayanan terhadap masyarakat. Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten dalam kaitannya dengan kelembagaan, yang dapat menjadi hambatan dalam pelaksanaan tugas adalah :

1. Rincian dan pelaksanaan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang tersedia belum dapat dilaksanakan secara konsekuen.

2. Struktur kelembagaan belum sesuai kebutuhan

3. Masih perlu ditingkatkannya kemampuan dan keterampilan aparatur pemerintah 4. Keterbatasan kemampuan pendanaan Pemerintah Kabupaten untuk

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

5. Pelaksanaan pembangunan, baik sektoral maupun daerah belum konsisten dengan Undang-undang No: 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang sebagai acuan dan perangkat koordinasi pembangunan daerah.

Langkah-langkah yang perlu diambil dalam meningkatkan kelembagaan di Kabupaten Lamongan adalah :

1. Penyempurnaan pola mekanisme kerja antar aparatur sehingga masing-masing aparatur dapat berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan fungsinya.

2. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan aparat, kemampuan pengelolaan pembangunan daerah dan aspek organisasi.

3. Melaksanakan pembinaan dalam rangka pemantapan penyusunan program, pelaksanaan dan pengendalian/pengawasan sehingga berbagai permasalahan yang timbul dapat diatasi.

6.4. ANALISIS MEKANISME PENATAAN RUANG

Prinsip penataan ruang pada hakekatnya adalah merupakan pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu, efektif dan efisien, serasi, selaras, seimbang, berkelanjutan, keterbukaan, persamaan, keadilan dan perlindungan hukum. Dengan demikian suatu penataan ruang adalah merupakan kerangka strategis dalam mengelola dan mengatur sumber daya tanah, sumber daya alam dan sumber daya lainnya, serta merupakan proses untuk menstranformasikan ruang yang ada serta tendensinya menuju kearah suatu struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang wilayah dimasa yang akan datang. Struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah pada dasarnya merupakan pedoman dalam merumuskan kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang, mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar wilayah serta keserasian antar sektor dan pengarahan lokasi investasi. Dengan demikian struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah harus berisikan :

1. Kawasan-kawasan yang perlu dikembangkan pemanfaatan ruangnya untuk kegiatan pembangunan sektor-sektor dalam rangka peningkatan pertumbuhan dan penyebaran kegiatan ekonomi.

(5)

2. Kawasan kritis baik ditinjau dari sudut lingkungan maupun sosial ekonomi yang perlu ditangani.

3. Kawasan yang berfungsi lindung

4. Kawasan-kawasan untuk pertahanan keamanan

5. Rumusan sistem kota-kota yang memperlihatkan fungsi kota, keterkaitan kota dan keterkaitan kota dengan kawasan

6. Rumusan sistem transportasi yang memperlihatkan keterkaitan antar moda untuk pengembangan kota dan kawasan serta untuk meningkatkan keterkaitan wilayah.

7. Rumusan sistem prasarana utama untuk pengembangan kota dan kawasan serta untuk peningkatan keterkaitan wilayah

8. Identifikasi kawasan strategis untuk pengembangan ekonomi, untuk pemerataan kegiatan ekonomi dan untuk penanganan kawasan kritis.

Dalam rangka pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan dan peningkatan pemanfaatan sumber daya alam secara efisien, serta koordinasi yang mantap antar wilayah serta sektor dan daerah, dilaksanakan penataan ruang daerah yang meliputi:

? Pemantapan penataan ruang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku ? Perencanaan Tata Ruang secara lebih rinci sehingga dapat menjadi acuan bagi

pelaksanaan pembangunan serta pengawasannya

? Peningkatan penataan penggunaan tanah dan administrasi pertanahan

Selain dilakukan penataan ruang secara umum juga ada Program Pengembangan Kawasan Khusus yang meliputi :

• Pengembangan kawasan budidaya dan keterpaduan dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

• Pengembangan Kegiatan Industri.

Memantapkan usaha operasionalisasi kebijaksanaan tata ruang dalam tingkat yang nyata, baik berupa peraturan, pedoman perangkat lunak berbagai tingkat, sistem administrasi perijinan dalam rangka pembinaan dan pengendalian serta perwujudannya dalam program-program baik fisik maupun non-fisik.

6.5. KEADAAN ORGANISASI PEMBANGUNAN KOTA

Aparat daerah selaku penyelenggara pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten Lamongan dapat dibagi atas tiga kelompok sebagai berikut:

a. Kelompok yang menangani langsung pembangunan di singkat KLP.

b. Kelompok yang tidak menangani langsung (pendukung) pembangunan, disingkat KTLP.

c. Kelompok partisipasi (pelibatan) masyarakat, disingkat KPM.

Diantara ketiga kelompok ini saling mendukung satu sama lain. Ketiga kelompok tersebut, dapat dirinci sebagai berikut :

1. Kelompok yang menangani langsung pembangunan, selanjutnya disebut KLP yang terdiri dari unit-unit kerja :

a) Bappeda Kabupaten Lamongan.

b) Bagian Pembangunan Sekretariat Daerah dan Kasi Ekonomi dan Pembangunan Kecamatan.

c) Badan Keuangan dan Barang Daerah dan Sekretaris Kecamatan. d) Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten.

(6)

e) Dinas Pendapatan Daerah. f) Dinas Terkait.

2. Kelompok yang tidak menangani langsung (pendukung) pembangunan, selanjutnya disebut KTLP, terdiri dari unit-unit kerja :

• Bagian Pemerintahan Sekretariat Daerah dan Kasi Pemerintahan Kecamatan.

• Kantor Pertanahan Kabupaten Lamongan.

• Bagian perekonomian Sekretariat Daerah.

• Bagian Kesmas Kabupaten Lamongan.

• Camat Kecamatan.

• Danramil Kecamatan.

• Kapolsek Kecamatan.

• Para Kepala Desa yang tercakup dalam batasan wilayah ibu kota kecamatan Ngimbang.

KTLP ini merupakan kelompok pendukung berhasil tidaknya pelaksanaan pembangunan. Disamping itu, KTLP lainnya adalah instansi-instansi vertikal tingkat Kabupaten/Kecamatan, bahwa sehubungan dengan otonomi daerah, penyelenggaraan wewenang yang dilimpahkan oleh Pemerintah kepada Gubernur selaku wakil pemerintah dalam rangka dekonsentrasi, dilaksanakan oleh Dinas Propinsi.

3. Kelompok Partisipasi (pelibatan) masyarakat, selanjutnya disebut KPM, yang terdiri atas :

a) Tokoh-tokoh agama.

b) Tokoh-tokoh Pendidikan/cerdik pandai.

c) Tokoh-tokoh Pemuda. d) Tokoh-tokoh Wanita. e) Tokoh-tokoh Masyarakat.

f) Organisasi sosial politik, sosial budaya dan sosial ekonomi, serta, g) Organisasi-organisasi kemasyarakatan lainnya.

6.6. POSISI PERATURAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN

PEMBANGUNAN

Berpijak pada beberapa rumusan kebijaksanaan pemerintahan Kabupaten Lamongan, yaitu :

q Penetapan wilayah pembangunan harus dirumuskan dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, ciri utama daerah, geografis maupun keadaan sosial.

q Dalam Pelaksanaan pembangunan daerah, pendekatan sistem pengembangan wilayah akan lebih dimanfaatkan dan diintegrasikan dengan kepentingan keamanan dan ketertiban masyarakat.

q Dengan adanya pusat-pusat pengembangan regional, perlu mendapatkan perhatian untuk terus didorong pertumbuhan agar dapat melaksanakan fungsinya sebagai pusat pelayanan dan pusat pertumbuhan bagi kawasan yang dilayaninya.

q Orientasi pelaksanaan pembangunan daerah diarahkan kepada daerah-daerah pedalaman yang belum sempat berkembang, dalam rangka perluasan jangkauan tingkat perkembangan dan pertumbuhan daerah.

Memperhatikan beberapa rumusan kebijaksanaan daerah tersebut, maka rencana pembangunan Ibukota Kecamatan Ngimbang merupakan salah satu bagian

(7)

dari strategi pembangunan daerah di Kabupaten Lamongan dan juga merupakan tindak lanjut salah satu butir dari rumusan kebijaksanaan pembangunan.

Kota merupakan tempat konstelasi manusia dengan segala kegiatannya di berbagai bidang, antara lain bidang ekonomi, sosial, politik, budaya dan lainnya. Kegiatan yang terpola biasanya relatif komplek sehingga sering menimbulkan masalah. Dengan demikian aspek perencanaan menjadi cukup penting dalam upaya menciptakan keadaan dan kondisi kehidupan yang memenuhi ketentuan dan persyaratan lingkungan hidup yang layak.

Mengingat aspek perencanaan merupakan unsur penting dalam pembinaan kota, maka pada bagian ini akan ditinjau ketentuan-ketentuan hukum yang berkenaan dengan usaha tersebut, yaitu :

1. Ketentuan hukum yang berkenaan dengan perencanaan kota. 2. Ketentuan hukum yang kerkenaan dengan tanah perkotaan.

3. Ketentuan hukum yang berhubungan dengan penghasilan atau pendapatan pemerintah kota, hal ini erat kaitannya dengan kemampuan pembangunan.

Perencanaan kota pada dasarnya merupakan usaha pengaturan penggunaan ruang atau tanah/lahan, dengan demikian erat kaitannya dengan masalah tanah. Ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam masalah pertanahan tersebut, adalah sebagai berikut :

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, lembaran negara tahun 1960 No. 104 yang disingkat UUPA, UUPA disahkan oleh DPR pada Tahun 1960 untuk mengganti undang-undang pertanahan

yang ada yang bersifat kolonial, agar manfaat tanah benar-benar dirasakan oleh rakyat Indonesia, sesuai dengan jiwa yang terkandung dalam pasal 33 UUD 1945. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam UUPA tersebut adalah:

a) UUPA bertujuan meletakan dasar-dasar bagi penyusunan hukum Agraria Nasional yang dapat memberikan manfaat bagi seluruh rakyat Indonesia. b) UUPA meletakan dasar-dasar bagi kesatuan dan kesederhanaan dalam

Hukum Pertanahan.

c) UUPA meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai Hak-hak Atas Tanah bagi rakyat seluruhnya.

Salah satu pasal dari UUPA adalah yang berkenaan dengan pencabutan hak-hak atas tanah untuk kepentingan umum dan rangka pelaksanaan pasal ini diciptakan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1961.

2. Undang-undang No. 51 tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin yang berhak atau Kuasanya, Lembaran Negara Tahun 1960 No. 158. Undang-undang ini merupakan Dasar Hukum yang kuat dalam masalah tanah terutama untuk mencegah pemakaian tanah tanpa izin. Dengan Undang-undang tersebut terbuka jalan bagi penguasa daerah untuk mengambil tindakan terhadap para pemakai tanah tanpa izin, khususnya dalam kaitannya dengan rencana kota, sudah jelas peruntukkannya dan penggunaannya, maka tindakan-tindakan pengosongan dapat lebih ditingkatkan.

3. Undang-undang No. 20 Tahun 1961 Tentang Pencabutan Hak-hak atas Tanah dan benda-benda yang ada di atasnya, Lembaran Negara Tahun 1961 No. 288. Undang-undang ini menyatakan bahwa untuk kepentingan umum, termasuk

(8)

kepentingan bangsa dan negara serta rakyat banyak, hak-hak atas tanah dapat dicabut dengan memberi ganti rugi yang layak dan menurut cara yang diatur dengan Undang-undang ini memberikan kemungkinan yang besar untuk mengatasi hambatan-hambatan pembangunan yang berkenaan dengan masalah pertanahan. Dengan demikian rencana kota yang telah mendapat pengesahan dapat dilaksanakan dan tidak terhambat oleh sikap tertentu dari penduduk yang terkena dari rencana tersebut.

4. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, ketentuan hukum ini merupakan salah satu pelaksanaan UUPA, yaitu untuk menjamin kepastian hukum dari hak-hak atas tanah. Pendaftaran tanah ini meliputi :

a) Pengukuran dan Pembukuan Tanah.

b) Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut.

c) Pemberian Surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.

Dengan pendaftaran tanah, maka akan tercipta tertib administrasi pertanahan, sehingga hak-hak atas tanah dapat diketahui dengan pasti dan pemerintah kota menjadi dipermudah dalam melakukan tindakan-tindakan yang berhubungan dengan masalah tanah, antara lain dalam hubungannya dengan masalah tanah, antara lain dalam penyediaan tanah, pembebasan tanah dan sebagainya dalam rangka melaksanakan rencana kota.

5. Peraturan Pemerintah Tahun 1973 No. 39 tentang Acara Penetapan Ganti Kerugian oleh Pengadilan Tinggi, sehubungan dengan pencabutan Hak-hak

atas tanah dan benda-benda yang ada diatasnya. Penentuan Hukum ini diarahkan untuk memperlancar pelaksanaan pencabutan batas tanah disatu pihak dan memberikan jaminan bagi para pemilik hak/pemegang hak atas tanah terhadap tindakan-tindakan pencabutan hak dipihak lain. Selain itu diharapkan agar tindakan-tindakan pencabutan itu, bekas pemilik/pemegang hak atas tanah tidak mengalami kemunduran, baik dalam sosial maupun pada tingkat ekonominya. Ketentuan hukum yang berkaitan dengan pencegahan bahwa, kerugian, dan gangguan bagi kehidupan bersama diantaranya adalah :

a) Undang-undang Gangguan Lembaran Negara No. 226 Tahun 1926 atau disebut "Hinderordonantie", yang disebut H.O. yang kemudian di ubah dan ditambah berturut-turut dengan Lembaran Negara Tahun 1927 No. 494, Tahun 1932 No. 80 dan No. 341, dan Tahun 1940 No.14 dan Nomor 450. Undang-undang Gangguan ini mengenakan larangan kepada siapapun untuk mendirikan tempat-tempat usaha yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan, kecuali apabila pihak yang bersangkutan telah mendapat izin dari para penguasa yang berwenang. Undang-undang gangguan merupakan suatu pembatasan atas hak milik perorangan dan kebebasan seseorang untuk menghindarkan baahaya, kerugian dan gangguan bagi Pihak pihak ketiga. Pembatasan atas hak milik perorangan memang perlu, mengingat bahwa hak milik juga memeliki fungsi sosial sedangkan pembatasan terhadap kebebasan seorang dimaksudkan agar tercipta ketertiban dan kebahagiaan umum, lebih-lebih untuk kehidupan kota mengingat ketentuan hukum tersebut berasal dari penjajah kolonial, maka

(9)

dalam melaksanakannya perlu penyesuaian-penyesuaian dalam penafsiran bunyi-bunyi pasal tersebut dengan berpedoman pada UUN 1945.

b) KUHP, terutama Pasal 510 yang berkenaan dengan keamanan umum sehubungan dengan keramaian umum yang diselenggarakan oleh perusahaan bioskop, sandiwara dan sebagainya. Pasal 510 KUHP memberikan kewenangan kepada Kepala Pemerintahan setempat atau pejabat yang ditunjuk untuk memberi izin berkenaan dengan pesta atau keramaian umum, pawai di jalan umum dan sebagainya. Pasal ini dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan ketertiban hukum.

6. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

Untuk terciptanya pembinaan kota, maka setiap bangunan yang berlaku, yang memuat tentang bentuk bangunan, luas bangunan, keindahan bangunan dan lainnya, disamping itu juga terdapat beberapa ketentuan hukum yang perlu diperhatikan, misalnya yang termuat didalam undang-undang kerja kecelakaan dan sebagainya.

Pembangunan dan pembinaan kota erat kaitannya dengan aspek pembiayaan, oleh sebab itu rencana kota pada dasarnya harus mencerminkan juga kemampuan akan pembiayaan untuk melaksanakan rencana tersebut. Kemampuan pembiayaan berarti menunjukan besarnya pendapatan/penghasilan pemerintah daerah, hal ini mengingat pelaksanaan rencana kota sebagian besar menjadi beban pemerintah daerah.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut, didaerah atau kota dalam usaha menggali sumber-sumber keuangannya, tidak dapat melepaskan diri dari

potensi-potensi yang ada dalam daerah/kota masing-masing. Oleh sebab itu pembinaan dan pengembangan daerah/kota ditentukan pula oleh kondisi potensi daerah/kota yang bersangkutan.

6.7. METODA MANAJEMEN PERKOTAAN

Terdapat beberapa macam metoda manajemen pembangunan kota yang menjadi acuan mekanisme proses pelaksanaan pembangunan kota. Secara garis besar dapat diambil 2 aliran besar yang menjadi pakem utama dalam mekanisme pembangunan kota. Hal ini dapat disebutkan sebagai berikut :

a. Top-Down Development (Umumnya dengan mengunakan strategi trickle down effect)

b. Bottom – Up Development (Populer dengan nama Community Based Development)

DiIndonesia hingga saat ini metoda yang digunakan umumnya masih menggunakan metode pertama dimana peran Government (Pemerintah) dalam mengelola kota begitu dominan dengan program–program yang terjadwal secara rapi dan teoritis. Sementara metode yang kedua yaitu Community Based Development (CBD) hingga saat ini masih belum diterapkan dalam program riel.

Sebagai bahan pembanding dari metoda pengelolaan pembangunan yang telah ada maka konsep CBD ini akan dijelaskan dalam materi ini. Manajemen kota tersusun dari 4 tahapan besar yang menentukan yaitu Peencanaan, Pembiayaan, Pelaksanaan dan Pengawasan dan pemeliharaan. Sesuai dengan tahapannya maka uraian mengenai CBD ini akan difokuskan pada tahapan perencanaan. Communit

(10)

Konsep CBD dalam tataran nyata di Indonesia sebenarnya telah dilakukan meskipun dalam tahapan riset. Sampel Project yang dilakukan oleh DR. Rahman Surbakti pada Kawasan kampung KembangJepun–Surabaya ( 1983 ) dan Kawasan Husni Thamrin–Jakarta ( 1979 ) telah membuktikan bahwa konsep ini memiliki kelebihan yang memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dengan konsekuensi–konsekuensi tertentu.

Secara garis besar dalam tahapan perencanaan terdapat 2 metode yang dipakai dalam pelaksanaan CBD.

Metode tersebut ialah :

a. Self-Help Participatory Planning b. Advocacy Planning/Pendampingan

Perbedaan kedua metode ini terletak pada 3 lembaga yang secara proporsi dan karakter pekerjaan yang dipegangnya berbeda pada tiap metode. Hal ini akan dijelaskan dalam diagram berikut ini.

Pengelolaan pembangunan di wilayah Kota Ngimbang sebenarnya dapat dilaksanakan dengan melalui salah satu dari 2 metode diatas. Hal ini bertujuan untuk memberikan solusi atas kesenjangan antara kepentingan masyarakat dan program pemerintah yang telah dijadwalkan

PEMERINTAH 1 RAKYAT 2 PROGRAM PEMBANGUNAN 4 Diagram 6.1. Mekanisme Pelaksanaan Self-Help Participatory Planning

LSM

3

Keterangan :

Pada metode ini yang berperan secara langsung adalah dewan masyarakat yang langsung berkomunikasi dengan pemerintah mengenai program pembagunan yang terdapat di lingkungannya sementara LSM yang umumnya berasal dari masyarakat ilmiah yang berasal dari luar komunitas masyarakat itu sendiri berperan sebagai kosultan teknis .

(11)

4 PROGRAM PEMBANGUNAN 4 PROGRAM PEMBANGUNAN 4 PROGRAM PEMBANGUNAN 4 PEMERINTAH 1 RAKYAT 2 Diagram: 6.2

Program Advocacy Planning/Pendampingan

LPM 3 PROGRAM PEMBANGUNAN 4 Keterangan:

Peran LPM dalam metode ini sangat besar. lembaga ini berfungsi tidak hanya sebagai konsultan teknis untuk masyarakat, tetapi juga berperan sebgai mediator antara masyarakat dan pemerintah sekaligus perumus program pembangunan yang akan dilaksanakan pemerintah dengan dukungan masyarakat. Peran LPM disini adalah sebagai organisasi katalis fasilitator.

6.8. DANA PEMBANGUNAN DAN SUMBER-SUMBER PENDAPATAN

KOTA

Untuk mencapai hasil yang diharapkan dalam usaha-usaha pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Lamongan pada umumnya dan untuk Ibukota Kecamatan Ngimbang pada khususnya, maka diperlukan dana-dana dan sumber dana. Pergerakan dana dan sumber dana memerlukan peran serta masyarakat dan swasta yang sebesar-besarnya.

Atas dasar inilah, maka pembiayaan tidak hanya dari keuangan Pemerintah tetapi juga dari masyarakat dan swasta. Untuk jelasnya dapat dikemukakan bahwa sumber-sumber pendapatan yang diharapkan dapat membiayai investasi terdiri dari :

1. Biaya investasi Pemerintah Pusat yang berasal dari APBN serta bersumber di luar anggaran, dalam bentuk kredit melalui bank-bank pemerintah serta penanaman langsung oleh perusahaan-perusahaan pemerintah.

2. APBD Kabupaten Lamongan, di samping itu juga bantuan dari APBD Propinsi. 3. PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dan PMA (Penanaman Modal Asing). 4. Investor Swasta

5. Biaya Investasi Masyarakat Desa.

Kemudian bertitik tolak pada Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1987 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan Dibidang PU Kepada Daerah, dimana seluruh kegiatan pembangunan harus didukung oleh kemampuan daerah sendiri, maka kaitan dengan keperluan dalam pembahasan ini hanya akan membahas yang berkaitan dengan Pendapatan Asli Daerah Sendiri (PADS).

(12)

METODE PENGELOLAAN DAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN ... 6-1

6.1. PENETAPAN PRIORITAS DAN PENTAHAPAN PEMBANGUNAN... 6-1 6.2. Analisis Kemampuan Keuangan... 6-2 6.3. ANALISIS KELEMBAGAAN ... 6-3 6.4. Analisis Mekanisme Penataan Ruang ... 6-4 6.5. KEADAAN ORGANISASI PEMBANGUNAN KOTA ... 6-5 6.6. POSISI PERATURAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN... 6-6 6.7. METODA MANAJEMEN PERKOTAAN... 6-9 6.8. DANA PEMBANGUNAN DAN SUMBER-SUMBER PENDAPATAN KOTA 6-11

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pembelajaran fisika dengan mengunakan alat batu pembelajaran Flash CS 4 dirasakan akan lebih efektif dan berhasil dari pada menggunakan metode

Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki lahan pertanian yang cukup luas, oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa Indonesia merupakan Negara

ON, maka untuk hidupkan mesin kita menggunakan kartu dari RFID kemudian di tag kartu tersebut ke reader, apabila kartu yang ditag valid, maka kunci kontak hidup dan

Mahasiswa dapat melakukan assessment, menetapkan diagnose fisioterapi secara ICF, menetapkan planning, melakukan intervensi, serta evaluasi dan rujukan ke profesi

Proses edukasi dijalankan melalui media smartphone android dimana pengguna dapat melakukan instalasi aplikasi kemudian dapat menjalankan aplikasi secara mandiri

Maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran berbasis android yang dikembangkan mendapat respon yang baik dari siswa kelas X MM SMK Negeri 3 Bojonegoro (3)

Hal tersebut juga didukung oleh penelitian sebelumnya bahwa puspa termasuk dalam jenis semi toleran ( intermediate) [26] yang mampu tumbuh optimal di bawah