Berbagi Ilmu
Berbagi Ilmu
Jumat, 16 Mei 2014 Jumat, 16 Mei 2014
RESUME BUKU ILMU USHUL FIKIH
RESUME BUKU ILMU USHUL FIKIH
Karanga
Karanga
n Syekh
n Syekh
Abdul Wahab
Abdul Wahab
Khalaf
Khalaf
RESUME BUKU
RESUME BUKU
ILMU USHUL FIKIH
ILMU USHUL FIKIH
Karangan Syekh Abdul Wahab Khalaf
Karangan Syekh Abdul Wahab Khalaf
Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas PengDibuat untuk memenuhi salah satu tugas Pengantar Ilmu Fantar Ilmu Fiqihiqih Dosen I: Prof. Dr. H. Rachmat Syafe’i,
Dosen I: Prof. Dr. H. Rachmat Syafe’i, Lc., M.A. Lc., M.A. Dosen II: Drs. Didi Sumardi, M
Dosen II: Drs. Didi Sumardi, M..AgAg..
Disusun oleh: Disusun oleh: Lina Fatinah Lina Fatinah 1123020052 1123020052 Kelas : I/MUA/B Kelas : I/MUA/B
FAKULTAS SYARI’AH DAN
FAKULTAS SYARI’AH DAN
HU
HU
KUM
KUM
UNIVERSITAS ISLAM NEG
UNIVERSITAS ISLAM NEG
ERI
ERI
(UIN)
(UIN)
SUNAN GUNUNG DJATI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
BANDUNG
2012
2012
PENDAHULUAN PENDAHULUANIlmu fiqih menurut istilah syar’i yaitu ilmu dengan hukum-hukum syar’i amaliah Ilmu fiqih menurut istilah syar’i yaitu ilmu dengan hukum-hukum syar’i amaliah yang dipraktekan dan dikemukakan secara mendetail atau himpunan hukum syar’i amaliah yang dipraktekan dan dikemukakan secara mendetail atau himpunan hukum syar’i amaliah diuraikan secara terperinci. Para ulama telah membuat suatu ketetapan bahwa dalil-dalil diuraikan secara terperinci. Para ulama telah membuat suatu ketetapan bahwa dalil-dalil yang dipergunakan terhadap hukum-hukum syar’i yang bersangkut dengan amal perbuatan yang dipergunakan terhadap hukum-hukum syar’i yang bersangkut dengan amal perbuatan itu dikembalikan kepada empat hal, yaitu Al-Quran, sunnah, ijma dan kias. Sumber itu dikembalikan kepada empat hal, yaitu Al-Quran, sunnah, ijma dan kias. Sumber pertama
pertama yaitu yaitu Al-Quran, Al-Quran, kemudian kemudian sunnah sunnah menafsirkan menafsirkan apa apa yang yang belum belum jelas,jelas, mengkhususkan yang umum, mengaitkan yang muthlak, untuk menjelaskan persoalan dan mengkhususkan yang umum, mengaitkan yang muthlak, untuk menjelaskan persoalan dan menyempurnakannya.
menyempurnakannya.
Ushul fikih menurut istilah syari’at ialah ilmu, peraturan-peraturan dan Ushul fikih menurut istilah syari’at ialah ilmu, peraturan-peraturan dan pembahasan-pembahasan
pembahasan-pembahasan yag yag mana mana dengan dengan itulah itulah orang orang sampai sampai mempergunakan mempergunakan hukum- hukum-hukum syar’i amaliah (yang bersangkut dengan amal perbuatan) yang menunjukkan secara hukum syar’i amaliah (yang bersangkut dengan amal perbuatan) yang menunjukkan secara terperinci atau himpunan undang-undang dan pembahasan yang menyampaikan orang terperinci atau himpunan undang-undang dan pembahasan yang menyampaikan orang untuk mempergunakan hukum-hukum syari’at amaliah yang menunjukkannya secara untuk mempergunakan hukum-hukum syari’at amaliah yang menunjukkannya secara terperici.
terperici.
Maudhu’ yaitu judul pembahasan dalam ilmu fiqih, yaitu perbuatan mukallaf Maudhu’ yaitu judul pembahasan dalam ilmu fiqih, yaitu perbuatan mukallaf (orang yang sudah mampu memikul tanggung jawab hukum) agar dapat memikul apa yang (orang yang sudah mampu memikul tanggung jawab hukum) agar dapat memikul apa yang ditetapkan syari’at terhadapnya.
ditetapkan syari’at terhadapnya.
Maudhu’ pembahasan dalam ilmu ushul fikhi yaitu dalil syar’i kulli agar dapat ditetapkan Maudhu’ pembahasan dalam ilmu ushul fikhi yaitu dalil syar’i kulli agar dapat ditetapkan dengannya hukum kulli. Orang melakukan pembahasan dalam masalah kias yang dengannya hukum kulli. Orang melakukan pembahasan dalam masalah kias yang bersangkut
bersangkut dengan dengan hujah. hujah. Masalah Masalah a’m a’m dan dan apa-apa apa-apa yang yang disangkutkan disangkutkan kepadanya kepadanya dandan masalah amat dan apa yang ditunjukkan kepadanya. Untuk ini dapat dikemukakan masalah amat dan apa yang ditunjukkan kepadanya. Untuk ini dapat dikemukakan contoh-contoh yang jelas.
contoh yang jelas.
Dalil itu berbentuk umum, yang dalam pelaksanaannya secara berangsur-angsur Dalil itu berbentuk umum, yang dalam pelaksanaannya secara berangsur-angsur mengarah kepada juz-iyat. Umpamanya, amar (perintah), nahi (larangan), a’m (berbentuk mengarah kepada juz-iyat. Umpamanya, amar (perintah), nahi (larangan), a’m (berbentuk umum), ijma’ sharih (terang-terangan), ijma’ sukuti (secara diam-diam). Kias itu ada yang umum), ijma’ sharih (terang-terangan), ijma’ sukuti (secara diam-diam). Kias itu ada yang dinashkan kepada sebabnya dan ada pula kias itu yang mengambil kesimpulan dari dinashkan kepada sebabnya dan ada pula kias itu yang mengambil kesimpulan dari
Berbagi itu indah. Semoga dengan
Berbagi itu indah. Semoga dengan
adanya berbagi menjadi berkah dan
adanya berbagi menjadi berkah dan
bermanfaat.
bermanfaat.
"Sampaikanlah Walau Satu Ayat"
"Sampaikanlah Walau Satu Ayat"
"Khoirunnaas Anfauhum Linnaas"
"Khoirunnaas Anfauhum Linnaas"
Salam. Salam. Lina Fatinah Lina Fatinah Lina Fatinah Lina Fatinah Ikuti Ikuti 240240 Writer, Singer, MC, Writer, Singer, MC, Artist,
Artist, Movie Movie Editor,Editor,
Cinematographer,
Cinematographer,
Traveler, Reader, Dreamer Idealism.
Traveler, Reader, Dreamer Idealism.
Loves sastra, nature, star, rain |
Loves sastra, nature, star, rain |
Bachelor of Sharia Economy Law |
Bachelor of Sharia Economy Law |
Man Jadda Wa Jadda | Will be very
Man Jadda Wa Jadda | Will be very
happy if we knew each other ;)
happy if we knew each other ;)
Find me on: Find me on: http://www.tumblr.com/blog/linafatinah http://www.tumblr.com/blog/linafatinah https://twitter.com/lina_fathiinah https://twitter.com/lina_fathiinah https://www.facebook.com/lina. https://www.facebook.com/lina. fathiinah fathiinah
Lihat profil lengkapku Lihat profil lengkapku Mengenai Saya Mengenai Saya ▼ ▼ 20142014(50)(50) ► ► Agustus Agustus(6)(6) ▼ ▼ MeiMei(44)(44) Pembahasan Kitab Pembahasan Kitab Nasoihuddiniyyah Nasoihuddiniyyah BAB ISIM-ISIM YANG BAB ISIM-ISIM YANG DINASABKAN (Kitab DINASABKAN (Kitab Jurumiyah) Jurumiyah) Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi Pegadaian Syariah Pegadaian Syariah Hukum Perdata: Batas Hukum Perdata: Batas
Kedewasaan dan Kedewasaan dan Pendewasaan Me... Pendewasaan Me... Syirkah Syirkah Dharibah Dharibah
Sumber Hukum Ekonomi Sumber Hukum Ekonomi
Islam Islam
Hakikat Ekonomi Islam Hakikat Ekonomi Islam Ciri dan Watak Hukum Ciri dan Watak Hukum
Islam Islam Filsafat Islam Filsafat Islam Filsafat dan Hikmah Filsafat dan Hikmah SUMBER HUKUM ISLAM SUMBER HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF DALAM PERSPEKTIF SEJARAH HUKUM ... SEJARAH HUKUM ... Analisis Lapor Analisis Laporanan Keuangan Keuangan PEREKONOMIAN DALAM PEREKONOMIAN DALAM ISLAM ISLAM
Tugas UTS 2013 Tarikh Tugas UTS 2013 Tarikh
Tasyri Tasyri RAHN RAHN Arsip Blog Arsip Blog 1
sebabnya. Amar kulli itu meliputi seluruh sighat yang terdapat pada sighat amar. Sighat sebabnya. Amar kulli itu meliputi seluruh sighat yang terdapat pada sighat amar. Sighat nahi itu dibawahnya melingkupi seluruh sighat yang terdapat pada sighat nahi. Amar itu nahi itu dibawahnya melingkupi seluruh sighat yang terdapat pada sighat nahi. Amar itu adalah dalil kulli. Nash yang terdapat pada sighat nahi itu adalah dalil juz-i.
adalah dalil kulli. Nash yang terdapat pada sighat nahi itu adalah dalil juz-i.
Dalil kulli itu adalah semacam a’m dari dalil, melingkupi beberapa bagian seperti : Dalil kulli itu adalah semacam a’m dari dalil, melingkupi beberapa bagian seperti : wajib, haram, syah, dan batal. Wajib itu adalah hukum kulli yang padanya itu meliputi wajib, haram, syah, dan batal. Wajib itu adalah hukum kulli yang padanya itu meliputi wajib menepati janji, wajib menjadi saksi dalam pernikahan, dan sebagainya. Haram itu wajib menepati janji, wajib menjadi saksi dalam pernikahan, dan sebagainya. Haram itu adalah hukum kulli yang meliputi haram berzina, haram mencuru dan haram apa saja yang adalah hukum kulli yang meliputi haram berzina, haram mencuru dan haram apa saja yang diharamkan.
diharamkan.
Tujuan dan maksud ilmu fikih yaitu menerapkan hukum-hukum syar’i terhadap Tujuan dan maksud ilmu fikih yaitu menerapkan hukum-hukum syar’i terhadap perbuatan-perbuatan
perbuatan-perbuatan orang. orang. Fikih Fikih yaitu yaitu tempat tempat kembali kembali hakim hakim dalam dalam mengadili mengadili perkaraperkara dan mufti dalam berfatwa, tempat kembali bagi mukallaf untuk mengetahui hukum syar’i dan mufti dalam berfatwa, tempat kembali bagi mukallaf untuk mengetahui hukum syar’i dan apa yang bersumber daripadanya, perkataan dan perbuatan.
dan apa yang bersumber daripadanya, perkataan dan perbuatan.
Tujuan maksud dari ushul fikih yaitu mempraktekkan undang-undang dan Tujuan maksud dari ushul fikih yaitu mempraktekkan undang-undang dan melakukan penyelidikan-penyelidikan untuk menunjukkan terperinci supaya sampai melakukan penyelidikan-penyelidikan untuk menunjukkan terperinci supaya sampai kepada hukum syar’i yang menunjukkan kepadanya. Maka dengan qawa’id dan kepada hukum syar’i yang menunjukkan kepadanya. Maka dengan qawa’id dan pembahasan itulah
pembahasan itulah orang memahami orang memahami nash-nash syarnash-nash syar’i.’i.
Dengan undang-undang dan pembahasan itulah orang memahami apa-apa yang Dengan undang-undang dan pembahasan itulah orang memahami apa-apa yang disimpulkan oleh imam mujtahid, dan menimbang antara jalan pemikiran yang disimpulkan oleh imam mujtahid, dan menimbang antara jalan pemikiran yang berbeda- beda
beda dalam dalam segi segi hukum hukum tentang tentang suatu suatu peristiwa. peristiwa. Memahami Memahami hukum hukum terhadap terhadap bentuknyabentuknya dan menimbang diantara hukum yang berbeda-beda itu. Hal ini tidak mungkin kecuali dan menimbang diantara hukum yang berbeda-beda itu. Hal ini tidak mungkin kecuali dengan berdiri di atas dalil hukum dan minta bantuan hukum dari segi dalilnya. Hal ini dengan berdiri di atas dalil hukum dan minta bantuan hukum dari segi dalilnya. Hal ini tidak mungkin kecuali dengan ilmu ushul fikih. Inilah yang menjadi dasar fikih dari segi tidak mungkin kecuali dengan ilmu ushul fikih. Inilah yang menjadi dasar fikih dari segi membanding-bandingkan.
membanding-bandingkan.
Timbul hukum fikih itu bersamaan dengan timbulnya islam. Islam itu adalah Timbul hukum fikih itu bersamaan dengan timbulnya islam. Islam itu adalah himpunan dari akidah, ibadat dan hukum-hukum yang bersangkut dengan perbuatan. himpunan dari akidah, ibadat dan hukum-hukum yang bersangkut dengan perbuatan. Sebenarnya hukum ini telah ada di zaman Rasulullah SAW. Hukum itu terambil dari apa Sebenarnya hukum ini telah ada di zaman Rasulullah SAW. Hukum itu terambil dari apa yang terdapat dalam Al-quran dan juga hukum bersumber dari Rasul berupa fatwa dalam yang terdapat dalam Al-quran dan juga hukum bersumber dari Rasul berupa fatwa dalam suatu peristiwa atau hukum yang dijatuhkan dalam suatu sengketa atau jawaban dari suatu peristiwa atau hukum yang dijatuhkan dalam suatu sengketa atau jawaban dari pertanyaan.
pertanyaan. Himpunan Himpunan hukum hukum fikih fikih itu itu dalam dalam perkembangannya perkembangannya pertama pertama kali kali dibentuk dibentuk dari hukum-hukum Allah dan Rasul, bersumber dari Al-Quran dan Sunnah.
dari hukum-hukum Allah dan Rasul, bersumber dari Al-Quran dan Sunnah.
Ilmu usul fikih ini baru muncul yaitu pada abad kedua Hijrah. Karena pada abad Ilmu usul fikih ini baru muncul yaitu pada abad kedua Hijrah. Karena pada abad pertama,
pertama, orang orang belum belum membutuhkannya. membutuhkannya. Rasul Rasul berfatwa berfatwa dan dan menjatuhkan menjatuhkan hukuman hukuman yaituyaitu dengan wahyu yag diterimanya dari Allah yaitu Al-Quran dan dengan yang mengikutinya dengan wahyu yag diterimanya dari Allah yaitu Al-Quran dan dengan yang mengikutinya yaitu As-sunnah dan dengan ijtihadnya sendiri. Jadi, ketika itu Rasul belum membutuhkan yaitu As-sunnah dan dengan ijtihadnya sendiri. Jadi, ketika itu Rasul belum membutuhkan ushul dan belum membutuhkan undang-undang dan belum mengambil ushul dan belum membutuhkan undang-undang dan belum mengambil kesimpulan-kesimpulan. Para sahabat berfatwa dan menjatuhkan hukuman yaitu dengan nash-nash kesimpulan. Para sahabat berfatwa dan menjatuhkan hukuman yaitu dengan nash-nash yang mereka pelajari dengan bahasa Arab tanpa membutuhkan tata bahasa. Dengan inilah yang mereka pelajari dengan bahasa Arab tanpa membutuhkan tata bahasa. Dengan inilah mereka memahami nash-nash itu.
mereka memahami nash-nash itu.
Orang yang mula-mula membukukan undang-undang ilmu ini dan pembahasannya Orang yang mula-mula membukukan undang-undang ilmu ini dan pembahasannya itu dikumpulkan tersendiri menjadi susunan yang kuat, tiap dalil-dalil yang itu dikumpulkan tersendiri menjadi susunan yang kuat, tiap dalil-dalil yang dikemukakanya itu dilengkapi dengan bukti-bukti yang lengkap dalam bentuk dikemukakanya itu dilengkapi dengan bukti-bukti yang lengkap dalam bentuk penyelidikan
penyelidikan ialah ialah Imam Imam Muhammadabi Muhammadabi Idris Idris As As Syafi’i, Syafi’i, meninggal meninggal pada pada tahun tahun 204204 Hijrah. Dia menulis risalah yang bersangkut dengan ilmu ushul ini. Diriwayatkan oleh Hijrah. Dia menulis risalah yang bersangkut dengan ilmu ushul ini. Diriwayatkan oleh teman-temannya sendiri, Ar Rabi’al Muradi. Kemudian ulama menyusun ilmu ini. teman-temannya sendiri, Ar Rabi’al Muradi. Kemudian ulama menyusun ilmu ini. Sedangkan jalan yang ditempuh oleh ulama Hanafi adalah jalan lain.
Sedangkan jalan yang ditempuh oleh ulama Hanafi adalah jalan lain.
Adapun ulama-ulama kalam, jalannya lain. Karena mereka itu menguatkan Adapun ulama-ulama kalam, jalannya lain. Karena mereka itu menguatkan peraturan ilmu
peraturan ilmu ini. Mereka ini. Mereka membahas, meneliti, menyelidiki dan membahas, meneliti, menyelidiki dan menetapkan apa-apa menetapkan apa-apa yangyang mereka kuatkan dengan bukti-bukti tersebut. Hujah yang mereka kemukakan tentang mereka kuatkan dengan bukti-bukti tersebut. Hujah yang mereka kemukakan tentang peraturan
peraturan ini ini tidak tidak dibicarakan dibicarakan penjang penjang lebar lebar terhadap terhadap apa apa yang yang disimpulkan disimpulkan oleh oleh imam- imam-imam mujtahid dalam segi hukum dan tidak diikatkan dengan furu’ (cabangnya). Terhadap imam mujtahid dalam segi hukum dan tidak diikatkan dengan furu’ (cabangnya). Terhadap apa yang dikuatkan oleh akal maka di sanalah berdirinya bukti-bukti. Itulah dia usul syar’i. apa yang dikuatkan oleh akal maka di sanalah berdirinya bukti-bukti. Itulah dia usul syar’i. Kebanyakan dari mereka ini adalah ahli-ahli yang termasyhur mazhab syafi’i dan Kebanyakan dari mereka ini adalah ahli-ahli yang termasyhur mazhab syafi’i dan maliki. Kitab ushul yang masyhur yang disusun orang berdasarkan metode ini ialah kitab maliki. Kitab ushul yang masyhur yang disusun orang berdasarkan metode ini ialah kitab Al-mushafa oleh Abu Hamid Al-Ghozali As Syafi’i, meninggal pada ahun 635 Hijrah. Al-mushafa oleh Abu Hamid Al-Ghozali As Syafi’i, meninggal pada ahun 635 Hijrah. Kitab Al-Ahkam oleh Abu Hasan Al Amadi As Syafi’i, meninggal pada tahun 631 Hijrah. Kitab Al-Ahkam oleh Abu Hasan Al Amadi As Syafi’i, meninggal pada tahun 631 Hijrah. Kitab Al Minhaj oleh Baidhawi As Syafi’i, meninggal pada tahun 675 hijrah, dan yang Kitab Al Minhaj oleh Baidhawi As Syafi’i, meninggal pada tahun 675 hijrah, dan yang paling bagus
paling bagus syarah (tafsir) syarah (tafsir) Al Azanawi.Al Azanawi.
Ulama Hanafi juga jalannya berbeda. Karena mereka menepatkan peraturan itu. Ulama Hanafi juga jalannya berbeda. Karena mereka menepatkan peraturan itu. Pembahasan-pembahasan yang bersangkut dengan ushul (pokok atau yang menjadi dasar Pembahasan-pembahasan yang bersangkut dengan ushul (pokok atau yang menjadi dasar
MAKALAH TA’ARUF MAKALAH TA’ARUF Sejarah Peradaban Islam Sejarah Peradaban Islam
Di Asia Tenggara Di Asia Tenggara Pengertian dan Ruang Pengertian dan Ruang
Lingkup Fiqh Lingkup Fiqh Muamalah Muamalah
Makalah Rahn (Gadai) Makalah Rahn (Gadai) LAPORAN DISKUSI LAPORAN DISKUSI QIRA’AT AL-QUR’AN QIRA’AT AL-QUR’AN RESUME BUKU RESUME BUKU Pendidikan Pancasila Pendidikan Pancasila dan Kewarganegara... dan Kewarganegara... METODE-METODE METODE-METODE IJTIHAD IJTIHAD Ayat-ayat
Ayat-ayat MuamalahMuamalah SEBAB-SEBAB SEBAB-SEBAB TIMBULNYA TIMBULNYA PENYIMPANGAN DARI PENYIMPANGAN DARI AJARA
AJARAN N TAU...TAU... RESUME BUKU ILMU RESUME BUKU ILMU
USHUL FIKIH USHUL FIKIH
Karangan Syekh Abdul Karangan Syekh Abdul ...
...
ARTICLE IN
ARTICLE IN ENGLISHENGLISH METODOLOGI STUDI METODOLOGI STUDI
ISLAM ISLAM
Peran dan Fungsi Bahasa Peran dan Fungsi Bahasa
Indonesia Dalam Indonesia Dalam Berbangsa ... Berbangsa ...
Profile Bahasa Indonesia Profile Bahasa Indonesia
sebagai Bahasa sebagai Bahasa Akademis Akademis
Soal Latihan Bahasa Soal Latihan Bahasa Indonesia (Peran Indonesia (Peran Bahasa)
Bahasa)
Wacana dan Wacana dan
Jenis- jenisnya jenisnya Hubungan Tauhid Hubungan Tauhid Dengan Ilmu Dengan Ilmu Pengetahuan Pengetahuan Hubungan Ilmu Akhlak Hubungan Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Tauhid Dengan Ilmu Tauhid Norma Sosial dan Norma Sosial dan Faktor-faktor yang Membentuk faktor yang Membentuk Norm...
Norm...
Review Film The Karate Review Film The Karate Kid and Taare Zameen Kid and Taare Zameen Par Par Aplikasi Gelombang Aplikasi Gelombang Elektromagnetik Dalam Elektromagnetik Dalam Dunia Man... Dunia Man... Karya Ilmiah Karya Ilmiah Pembukaan Entri Pembukaan Entri CV LFE CV LFE Introducing Introducing Opening Blog Opening Blog Pilih Bahasa Pilih Bahasa Diberdayakan oleh
Diberdayakan oleh TerjemahanTerjemahan Translate
Translate
FP
dalam ushul fiqih) menurut pendapat mereka, imam-imam mereka lah yang membina ilmu dalam ushul fiqih) menurut pendapat mereka, imam-imam mereka lah yang membina ilmu ini berasarkan ijtihad mereka.
ini berasarkan ijtihad mereka.
BAB I BAB I
DALIL-DALIL SYARIAT DALIL-DALIL SYARIAT
Dalil dalam bahasa Arab artinya orang yang menunjuki kepada siapa saja, baik Dalil dalam bahasa Arab artinya orang yang menunjuki kepada siapa saja, baik hadiah (apa yang dapat diserap oleh panca indera), maupun ma’nawi (yang berada dalam hadiah (apa yang dapat diserap oleh panca indera), maupun ma’nawi (yang berada dalam jiwa)
jiwa) tentang tentang baik baik dan dan buruk. buruk. Adapun Adapun artinya artinya menurut menurut istilah istilah ushul ushul yaitu yaitu apa apa yangyang berdasarkan
berdasarkan pandangan pandangan yang yang benar benar terhadap terhadap hukum hukum syar’i syar’i yang yang berkenaan berkenaan dengandengan perbuatan
perbuatan atas atas jalan jalan qath’i qath’i (pasti) (pasti) atau atau dzan dzan (persangkaan). (persangkaan). Menunjukkan Menunjukkan dasar-dasar dasar-dasar hukum, tempat pengambilan bagi syar’i, lafadz-lafadz yang mutaradif (sinonim) yang hukum, tempat pengambilan bagi syar’i, lafadz-lafadz yang mutaradif (sinonim) yang artinya sama.
artinya sama.
Ada pula yang mengartikan dalil itu apa-apa yang diperlukan oleh syar’i yang Ada pula yang mengartikan dalil itu apa-apa yang diperlukan oleh syar’i yang berkenaan
berkenaan dengan dengan amal amal perbuatana perbuatana secara secara pasti. pasti. Namun, Namun, yang yang masyhur masyhur dalam dalam istilahistilah ushul, dalil artinya apa yang dipergunakan daripadanya oleh hukum syar’i yang berkenaan ushul, dalil artinya apa yang dipergunakan daripadanya oleh hukum syar’i yang berkenaan dengan mal perbuatan secara mutlak.
dengan mal perbuatan secara mutlak.
Dalil Syar’i dengan Ijma Dalil Syar’i dengan Ijma
Telah ditetapkan dengan suatu ketetapan bahwa dalil syar’i yang dipergunaan oleh Telah ditetapkan dengan suatu ketetapan bahwa dalil syar’i yang dipergunaan oleh hukum amaliah itu dikembalikan kepada empat hal yaitu Al-Quran, sunnah, ijma, dan kias. hukum amaliah itu dikembalikan kepada empat hal yaitu Al-Quran, sunnah, ijma, dan kias. Bila terdapat dasar hukum yang lain harus dikembalikan kepada dasar hukum yang Bila terdapat dasar hukum yang lain harus dikembalikan kepada dasar hukum yang empat itu. Ulama-ulama kenamaan belum sependapat selain dari yang empat itu dijadikan empat itu. Ulama-ulama kenamaan belum sependapat selain dari yang empat itu dijadikan hukum. Ada di antara Ulama itu yang berpendapat bahwa keempat dasar hukum itu hanya hukum. Ada di antara Ulama itu yang berpendapat bahwa keempat dasar hukum itu hanya untuk hukum syar’i dan adapula di antara mereka itu yang menentang, yang masyhur untuk hukum syar’i dan adapula di antara mereka itu yang menentang, yang masyhur mengenai dasar hukum itu adalah enam perkara, yaitu :
mengenai dasar hukum itu adalah enam perkara, yaitu : 1.
1. IstihsanIstihsan 2.
2. Muslahah marsalahMuslahah marsalah 3.
3. Al-Istish-habAl-Istish-hab 4.
4. Al-ArfuAl-Arfu 5.
5. Mazhab sahabatMazhab sahabat 6.
6. Syari’at yang sebelum kitaSyari’at yang sebelum kita
Kemudian dalil syar’i dijadikan sepuluh. Empat diantaranya telah disepakati untuk Kemudian dalil syar’i dijadikan sepuluh. Empat diantaranya telah disepakati untuk dijadikan dalil, dasar hukum. Yang enam lagi masih terdapat perbedaan pendapat.
dijadikan dalil, dasar hukum. Yang enam lagi masih terdapat perbedaan pendapat.
1.
1. AL-QURANAL-QURAN
Al-Quran adalah perkataan Allah yang diturunkan oleh Ruhul Amin ke dalam hati Al-Quran adalah perkataan Allah yang diturunkan oleh Ruhul Amin ke dalam hati Rasulullah Muhammad bin Abdullah, dengan lafadz bahasa Arab berikut artinya, Rasulullah Muhammad bin Abdullah, dengan lafadz bahasa Arab berikut artinya, supaya menjadi hujjah bagi Rasulullah SAW bahwa dia adalah seorang utusan Allah supaya menjadi hujjah bagi Rasulullah SAW bahwa dia adalah seorang utusan Allah
Kesalahan: Bukan url Halaman Facebook yang valid.
Kesalahan: Bukan url Halaman Facebook yang valid.
Gambar-gambar yang akan tersimpan
Gambar-gambar yang akan tersimpan
dalam ranting kenangan; kehidupan.
dalam ranting kenangan; kehidupan.
POTRET
POTRET
Kesalahan: Bukan url Halaman Facebook yang valid.
Kesalahan: Bukan url Halaman Facebook yang valid.
1 1 Lina Fatinah Lina Fatinah 240 240 memiliki memiliki saya di saya di lingkaran lingkaran Lihat Lihat semua semua + ke lingkaran + ke lingkaran Google+ Google+ Followers Followers Google+ Badge Google+ Badge
SWT, menjadi undang-undang dasar bagi orang-orang yang mendapat petunjuk SWT, menjadi undang-undang dasar bagi orang-orang yang mendapat petunjuk dengan petunjuk Allah.
dengan petunjuk Allah.
Di antara keistimewaan Al-Quran itu ialah lafadz dan maknanya dari Allah SWT, Di antara keistimewaan Al-Quran itu ialah lafadz dan maknanya dari Allah SWT, lafadz-lafadz berbahasa Arab itulah yang diturunkan Allah ke dalam hati nabi. Kerja lafadz-lafadz berbahasa Arab itulah yang diturunkan Allah ke dalam hati nabi. Kerja Rasul itu tidak lain selain dari meneruskan dan menyampaikan. Dari sinilah Rasul itu tidak lain selain dari meneruskan dan menyampaikan. Dari sinilah bercanang-canang sebagai
bercanang-canang sebagai berikut :berikut : 1.
1. Apa yang diilhamkan Allah kepada Rasul itu berupa makna-makna, bukanApa yang diilhamkan Allah kepada Rasul itu berupa makna-makna, bukan diturunkan berbentuk lafadz-lafadznya.
diturunkan berbentuk lafadz-lafadznya. 2.
2. Menafsirkan surat atau ayat dengan lafadz bahasa Arab.Menafsirkan surat atau ayat dengan lafadz bahasa Arab. 3.
3. Terjemah surat atau ayat dengan bahasa Asing (yang bukan bahasa Arab).Terjemah surat atau ayat dengan bahasa Asing (yang bukan bahasa Arab). Di antara keistimewaan Al Quran itu ialah perpindahannya itu jelas, terang. Di antara keistimewaan Al Quran itu ialah perpindahannya itu jelas, terang.
Bukti bahwa Al Quran itu adalah hujah terhadap orang dan hukum-hukum Al- Quran Bukti bahwa Al Quran itu adalah hujah terhadap orang dan hukum-hukum Al- Quran itu merupakan undang-undang yang wajib bagi orang mengikutnya yaitu datangnya itu merupakan undang-undang yang wajib bagi orang mengikutnya yaitu datangnya dari Allah, berpindah kepada orang dari Allah dengan jalan yang qath’i, tidak dari Allah, berpindah kepada orang dari Allah dengan jalan yang qath’i, tidak diragukan tentang sahnya itu.
diragukan tentang sahnya itu.
Arti a’jaz dan rukun-rukunnya Arti a’jaz dan rukun-rukunnya
A’jaz dalam bahasa arab artinya lemah, itu dibangsakan kepada lainnya dan tetap A’jaz dalam bahasa arab artinya lemah, itu dibangsakan kepada lainnya dan tetap demikian.
demikian.
Jangan memantapkan a’jaz, artinya dia tetap tidak berdaya terhadap lainnya, Jangan memantapkan a’jaz, artinya dia tetap tidak berdaya terhadap lainnya, kecuali bila cukup mempunyai tiga hal.
kecuali bila cukup mempunyai tiga hal. Pertama
Pertama, bertanding. Artinya minta berlomba, bertempur dan menyanggah., bertanding. Artinya minta berlomba, bertempur dan menyanggah. Kedua
Kedua, terdapat keinginan yang membawa sikap bertanding itu kepada perlombaan,, terdapat keinginan yang membawa sikap bertanding itu kepada perlombaan, perkelahian dan
perkelahian dan penyanggahan.penyanggahan. Ketiga
Ketiga, meniadakan yang menghalangi perlombaan itu., meniadakan yang menghalangi perlombaan itu.
Al-Quran itu terdiri dari enam ribu ayat lebih. Melihat apa yang dimaksud dengan Al-Quran itu terdiri dari enam ribu ayat lebih. Melihat apa yang dimaksud dengan takbir, dengan kata-kata yang macam dan metode yang takbir, dengan kata-kata yang macam dan metode yang bermacam-macam.judul-judulnya itu banyak yang berkaitan dengan akidah, akhlak dan menurut macam.judul-judulnya itu banyak yang berkaitan dengan akidah, akhlak dan menurut penyelidikan,
penyelidikan, ada ada yang yang bersangkut bersangkut dengan dengan segala segala yang yang ada ada dalam dalam segisegi kemasyarakatan dan perasaan hati. Tidak terdapat dalam kata-katanya itu hal-hal yang kemasyarakatan dan perasaan hati. Tidak terdapat dalam kata-katanya itu hal-hal yang tidak berfaedah.
tidak berfaedah.
Kedua, ayat-ayat yang tadinya tertutup sekarang disingkapkan oleh ilmu menurut Kedua, ayat-ayat yang tadinya tertutup sekarang disingkapkan oleh ilmu menurut penyelidikan ilmiah.
penyelidikan ilmiah.
Menurut kenyataan, orang sekaranglah yang sampai kepada hakikat ilmu karena Menurut kenyataan, orang sekaranglah yang sampai kepada hakikat ilmu karena berdasarkan
berdasarkan kepada kepada ayat ayat Al Al Quran. Quran. Pembahasan Pembahasan ilmiah ilmiah sekarang sekarang telahtelah menyingkapkan rahasia segala yang ada di alam ini.
menyingkapkan rahasia segala yang ada di alam ini.
Ketiga, memberitahukan tentang kejadian-kejadian yang tidak diketahui orang. Al Ketiga, memberitahukan tentang kejadian-kejadian yang tidak diketahui orang. Al Quran memberitahukan dari hal kejadian-kejadian di masa yang akan datang, tidak Quran memberitahukan dari hal kejadian-kejadian di masa yang akan datang, tidak seorang pun yang mengetahuinya.
seorang pun yang mengetahuinya.
Al Quran menceritakan kisah bangsa-bangsa yang telah lenyap. Tidak ada orang Al Quran menceritakan kisah bangsa-bangsa yang telah lenyap. Tidak ada orang yang mengetahui kisahnya itu. Ini merupakan suatu dalil yang menunjukkan bahwa Al yang mengetahui kisahnya itu. Ini merupakan suatu dalil yang menunjukkan bahwa Al Quran itu adalah dari Allah yang olehnya tidak ada yang tersembunyi di masa datang, Quran itu adalah dari Allah yang olehnya tidak ada yang tersembunyi di masa datang, masa yang lalu dan masa yang akan datang.
masa yang lalu dan masa yang akan datang.
Ada tiga macam hukum yang terdapat dalam Al-Quran, yaitu : Ada tiga macam hukum yang terdapat dalam Al-Quran, yaitu :
Pertama
Pertama, hukum i’tiqadiah, yaitu yang bersangkut apa-apa yang diwajibkan, hukum i’tiqadiah, yaitu yang bersangkut apa-apa yang diwajibkan kepada mukallaf tentang i’tiqadnya kepada Allah, Malakat-Nya, kitab-kitab-Nya, kepada mukallaf tentang i’tiqadnya kepada Allah, Malakat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan hari kiamat.
Rasul-rasul-Nya, dan hari kiamat.
Kedua
Kedua, hukum khulqiah, yaitu yang bersangkut dengan apa yang diwajibkan, hukum khulqiah, yaitu yang bersangkut dengan apa yang diwajibkan kepada mukallaf, akan meningkatkan moral, budi pekerti, adab sopan santun, dan kepada mukallaf, akan meningkatkan moral, budi pekerti, adab sopan santun, dan menjauhkan diri dari sikap yang tercela.
menjauhkan diri dari sikap yang tercela.
Ketiga
Ketiga, hukum amaliah, yaitu yang bersangkut dengan apa yang bersumber dari, hukum amaliah, yaitu yang bersangkut dengan apa yang bersumber dari perkataan, perbuatan,
perkataan, perbuatan, perjanjian, dan perjanjian, dan segala macam segala macam tindakan.tindakan.
Hukum amaliah itu dalam Al-Quran mengatur dua macam hal .Pertama, hukum Hukum amaliah itu dalam Al-Quran mengatur dua macam hal .Pertama, hukum ibadat, kedua hukum muamalat. Hukum muamalat bermacam-macam:
ibadat, kedua hukum muamalat. Hukum muamalat bermacam-macam: 1.
1. Hukum ahwalul syahsyiah, yaitu yang bersangkut dengan keluarga. YangHukum ahwalul syahsyiah, yaitu yang bersangkut dengan keluarga. Yang dimaksud ialah mengatur hubungan suami isteri dan karib kerabat. Dalilnya dalam dimaksud ialah mengatur hubungan suami isteri dan karib kerabat. Dalilnya dalam Al Quran, kira-kira tujuh puluh ayat.
Al Quran, kira-kira tujuh puluh ayat. 2.
2. Hukum mahduniah, yaitu yang bersangkut dengan muamalah pribadi, tukar-Hukum mahduniah, yaitu yang bersangkut dengan muamalah pribadi, tukar-menukar dalam jual beli, upah-mengupah, rungguan, jaminan, perkongsian. menukar dalam jual beli, upah-mengupah, rungguan, jaminan, perkongsian.
Lina Fatinah
Lina Fatinah
google.com/+LinaFathiinahEljamil
google.com/+LinaFathiinahEljamil
Writer, Singer, MC, Artist, Movie Editor,
Writer, Singer, MC, Artist, Movie Editor,
Cinematographer, Traveler, Reader, Dream
Cinematographer, Traveler, Reader, Dream……
240 pengikut
240 pengikut Ikuti Ikuti
Bertujuan mengatur hubungan pribadi yang bersangkut dengan harta benda. Bertujuan mengatur hubungan pribadi yang bersangkut dengan harta benda. 3.
3. Hukum jinayah, yaitu yang bersangkut dengan apa yang bersumber dari mukallaf Hukum jinayah, yaitu yang bersangkut dengan apa yang bersumber dari mukallaf tentang kejahatan dan apa yang sepatutnya menerima sanksi hukuman. Tujuannya tentang kejahatan dan apa yang sepatutnya menerima sanksi hukuman. Tujuannya ialah memelihara kehidupan orang, hartanya, nama baiknya dan hak-haknya. ialah memelihara kehidupan orang, hartanya, nama baiknya dan hak-haknya. Dalilnya dalam Al-Quran kira-kira tiga puluh ayat.
Dalilnya dalam Al-Quran kira-kira tiga puluh ayat. 4.
4. Hukum murafi’at, yaitu yang bersangkutan dengan hukum, saksi dan sumpah.Hukum murafi’at, yaitu yang bersangkutan dengan hukum, saksi dan sumpah. Tujuannya ialah mengatur keberanian untuk mewujudkan keadilan di antara orang Tujuannya ialah mengatur keberanian untuk mewujudkan keadilan di antara orang banyak. Dalilnya
banyak. Dalilnya dalam Al dalam Al Quran kira-kira Quran kira-kira tiga belas tiga belas ayat.ayat. 5.
5. Hukum dusturiah, yaitu apa yang bersangkut dengan peraturan hukum denganHukum dusturiah, yaitu apa yang bersangkut dengan peraturan hukum dengan asal-usulnya. Tujuannya ialah untuk membatasi hubungan pemerintah dan warga asal-usulnya. Tujuannya ialah untuk membatasi hubungan pemerintah dan warga negara. Menetapkan hak-hak pribadi dan masyarakat. Dalilnya dalam Al Quran, negara. Menetapkan hak-hak pribadi dan masyarakat. Dalilnya dalam Al Quran, kira-kira ada sepuluh ayat.
kira-kira ada sepuluh ayat. 6.
6. Hukum dauliah, yaitu yang bersangkut dengan pergaulan Negara islam denganHukum dauliah, yaitu yang bersangkut dengan pergaulan Negara islam dengan yang bukan islam, dan pergaulan orang yang bukan muslim di dalam Negara yang bukan islam, dan pergaulan orang yang bukan muslim di dalam Negara islam. Tujuannya yaitu membatasi hubungan Negara-negara islam dengan islam. Tujuannya yaitu membatasi hubungan Negara-negara islam dengan negara-negara lain di waktu damai dan waktu perang. Dalilnya dalam Al Quran kira-kira negara lain di waktu damai dan waktu perang. Dalilnya dalam Al Quran kira-kira dua puluh lima ayat.
dua puluh lima ayat. 7.
7. Hukum iqtishadiah wat maliah yaitu yang bersangkut dengan hak orang memintaHukum iqtishadiah wat maliah yaitu yang bersangkut dengan hak orang meminta dan yang diharamkan dalam hal harta kekayaan, mengatur pemasukan dengan dan yang diharamkan dalam hal harta kekayaan, mengatur pemasukan dengan pegeluaran.
pegeluaran. Tujuannya Tujuannya ialah ialah mengatur mengatur yang yang menyangkut menyangkut harta harta antara antara orang orang kayakaya dan orang miskin. Dalinya dalam Al-Quran kira-kira ada sepuluh ayat.
dan orang miskin. Dalinya dalam Al-Quran kira-kira ada sepuluh ayat.
Perlu diketahui bahwa dalil ayat Al-Quran, ada yang qathi’ dan ada pula yang dzan. Perlu diketahui bahwa dalil ayat Al-Quran, ada yang qathi’ dan ada pula yang dzan.
2.
2. SUNNAHSUNNAH
Sunah adalah apa yang bersumber dari rasul, perkataan, atau perbuatan atau Sunah adalah apa yang bersumber dari rasul, perkataan, atau perbuatan atau ketetapannya.
ketetapannya.
Macam-macam sunnah: Macam-macam sunnah: 1.
1. Sunah qauliah adalah hadis-hadis yang diucapkan Nabi Muhamad SAW, contoh hadis NabiSunah qauliah adalah hadis-hadis yang diucapkan Nabi Muhamad SAW, contoh hadis Nabi tentang jangan merusak dan jangan menyusahkan atau tentang binatang laut itu halal. tentang jangan merusak dan jangan menyusahkan atau tentang binatang laut itu halal. 2.
2. Sunah fi’liah adalah perbuatan–perbuatan Nabi Muhamad SAW, seumpamanyaSunah fi’liah adalah perbuatan–perbuatan Nabi Muhamad SAW, seumpamanya mengerjakan se
mengerjakan sembahyang mbahyang yang lima kali yang lima kali sehari semalam, sehari semalam, dengan cara-cara dan rukun – dengan cara-cara dan rukun – rukun.
rukun. 3.
3. Sunah takririah adalah apa yang ditetapkan Rasullulah SAW,dari apa yang bersumber dariSunah takririah adalah apa yang ditetapkan Rasullulah SAW,dari apa yang bersumber dari sebagian sahabat,
sebagian sahabat, berupa perkataan, perbuatberupa perkataan, perbuatan-perbuatan an-perbuatan dan berdiam diri saja dan tidak dan berdiam diri saja dan tidak mengingkarinya atau dengan menyetujuinya dan menyatakan kebaikan-kebaikannya. Maka mengingkarinya atau dengan menyetujuinya dan menyatakan kebaikan-kebaikannya. Maka diambil pelajaran dari kete
diambil pelajaran dari ketetapan ini, dan menyetujui tapan ini, dan menyetujui perbuatan yang bersumber dari Rasulperbuatan yang bersumber dari Rasul itu sendiri.
itu sendiri.
Bukti-bukti terhadap Hujah Sunnah itu Banyak Bukti-bukti terhadap Hujah Sunnah itu Banyak
Pertama
Pertama, nash Al-Quran., nash Al-Quran. Kedua
Kedua, ijma’ sahabat, diwaktu Nabi masih hidup dan sesudah wafatnya, wajib, ijma’ sahabat, diwaktu Nabi masih hidup dan sesudah wafatnya, wajib mengikuti sunahnya.
mengikuti sunahnya. Ketiga,
Ketiga, di dalam Al-Quran itu terdapat hal-hal yang diwajibkan kepada orang untuk di dalam Al-Quran itu terdapat hal-hal yang diwajibkan kepada orang untuk menjalankannya. Tapi Al-Quran itu tidak menguraikan dengan terperinci tentang menjalankannya. Tapi Al-Quran itu tidak menguraikan dengan terperinci tentang hukum-hukumnya dan bagaimana cara-caranya.
hukum-hukumnya dan bagaimana cara-caranya.
Menisbahkan sunnah kepada Al-Quran itu dari sudut hukum yang terdapat dalam Menisbahkan sunnah kepada Al-Quran itu dari sudut hukum yang terdapat dalam Al-Quran. Maka jangan memakai salah satu drai tiga pertama.
Al-Quran. Maka jangan memakai salah satu drai tiga pertama. 1.
1. Adakalanya sunah itu merupakan suatu ketetapan dan menguatkan hukum yang terdapat diAdakalanya sunah itu merupakan suatu ketetapan dan menguatkan hukum yang terdapat di dalam Al-Quran.
dalam Al-Quran. 2.
2. Adakalanya sunah itu merupakan engsel pintu dan menafsirkan ayat-ayat Al-Quran ituAdakalanya sunah itu merupakan engsel pintu dan menafsirkan ayat-ayat Al-Quran itu secara mujmal (global).
secara mujmal (global). 3.
3. Adakalanya sunah itu menetapkan hukum dan membuat hukum. Karena ada dalamAdakalanya sunah itu menetapkan hukum dan membuat hukum. Karena ada dalam beberapa hal
beberapa hal Al-Quran itu Al-Quran itu bersikap sukut bersikap sukut (tidak mengaturnya).(tidak mengaturnya).
Pembagian sunah Pembagian sunah
Dengan mengambil I’tibar dari sunah Rasulullah, maka sunah dapat dibagi atas tiga Dengan mengambil I’tibar dari sunah Rasulullah, maka sunah dapat dibagi atas tiga bagian:
bagian: 1.
1. Sunah mutawatir yaitu apa yang dirawikan dari Rasul itu, semua orang sepakatSunah mutawatir yaitu apa yang dirawikan dari Rasul itu, semua orang sepakat mengatakan hadis ini
mengatakan hadis ini tidak bohong, karana orang yang mtidak bohong, karana orang yang merawikannya banyak erawikannya banyak semuanyasemuanya dapat dipercaya.
2.
2. Sunah masyhur, yaitu orang yang merawikan hadis dari Rasullulah SAW itu hanyaSunah masyhur, yaitu orang yang merawikan hadis dari Rasullulah SAW itu hanya seorang, atau dua orang, atau tiga orang atau lebih tapi belum sampai
seorang, atau dua orang, atau tiga orang atau lebih tapi belum sampai ke batas mutawatirke batas mutawatir.. 3.
3. Sunah uhad.Sunah uhad.
Perbedaan sunah mutawatir, sunah masyhur dan sunah uhad : Perbedaan sunah mutawatir, sunah masyhur dan sunah uhad :
Sunah mutawatir, tiap-tiap lingakaran (rombongan ) orang dalam silsilah sanadnya Sunah mutawatir, tiap-tiap lingakaran (rombongan ) orang dalam silsilah sanadnya itu berturut-turut, sejak permulaan di terimanya dari rasul sampai kepada kita. Adapun itu berturut-turut, sejak permulaan di terimanya dari rasul sampai kepada kita. Adapun sunah masyhur halaqah pertama, tidak semua sanadnya itu mutawatir. Tapi yang menerima sunah masyhur halaqah pertama, tidak semua sanadnya itu mutawatir. Tapi yang menerima dari Rasul itulah hanya seorang, atau dua orang, atau jama. Namun jamanya itu sebelum dari Rasul itulah hanya seorang, atau dua orang, atau jama. Namun jamanya itu sebelum sampai jama mutawatir. Seluruh halaqohnya merupakan jama. Sedangkan sunat uhad yang sampai jama mutawatir. Seluruh halaqohnya merupakan jama. Sedangkan sunat uhad yang merawikanya itu hanya seoran , atau dua orang, atau jama, tidak sampai ke batas merawikanya itu hanya seoran , atau dua orang, atau jama, tidak sampai ke batas mutawatir, yang merawikan berikutnya dan berikutnya itu sama saja.
mutawatir, yang merawikan berikutnya dan berikutnya itu sama saja. Perkataan dan perbuatan Rasulullah yang tidak disyari’atkan Perkataan dan perbuatan Rasulullah yang tidak disyari’atkan 1.
1. Apa yang bersumber dari Nabi itu merupakan tabi’at manusia. Seperti duduk, berdiri,Apa yang bersumber dari Nabi itu merupakan tabi’at manusia. Seperti duduk, berdiri, berjalan dan
berjalan dan sebagainya. Karena, itu sebagainya. Karena, itu bukan bersumber bukan bersumber dari risalahnya.dari risalahnya. 2.
2. Apa yang bersumber dari itu berupa pengetahuan manusia, kepintaran dan percobaan-Apa yang bersumber dari itu berupa pengetahuan manusia, kepintaran dan percobaan- percobaan dalam
percobaan dalam masalah duniawi masalah duniawi seperti berdagang, seperti berdagang, bertani dan bertani dan sebagainya.sebagainya. 3.
3. Apa yang bersumber dari Rasulullah SAW berdasarkan dalil-dalil syar’i yaitu hal-hal yangApa yang bersumber dari Rasulullah SAW berdasarkan dalil-dalil syar’i yaitu hal-hal yang khusus bagi nabi SAW.
khusus bagi nabi SAW.
4.
4. IJMA’IJMA’
Ijama menurut istilah ushul fikih adalah sepakat para mujtahid muslim memutuskan Ijama menurut istilah ushul fikih adalah sepakat para mujtahid muslim memutuskan suatu masalah sesudah wafat Rasul terhadap hukum syar’i .
suatu masalah sesudah wafat Rasul terhadap hukum syar’i .
Rukun- rukun Ijma : Rukun- rukun Ijma :
1.
1. Pada terjadinya peristiwa itu mujtahid itu jumlahnya lebih dari seorang.Pada terjadinya peristiwa itu mujtahid itu jumlahnya lebih dari seorang. 2.
2. Sepakat atas hukum syar’i tentang suatu peristiwa.Sepakat atas hukum syar’i tentang suatu peristiwa. 3.
3. Pada kesepakatan itu dimulai yaitu tiap-tiap mujtahid mengeluarkan pendapat terangPada kesepakatan itu dimulai yaitu tiap-tiap mujtahid mengeluarkan pendapat terang terangan tentang suatu peristiwa.
terangan tentang suatu peristiwa. 4.
4. Menetapkan kesempatan dari semua mujtahid terhadap suatu hukum.Menetapkan kesempatan dari semua mujtahid terhadap suatu hukum.
Hujma, Hujjah bahwa Ijma wajib diikuti dan tidak boleh berbeda dengannya. Hujma, Hujjah bahwa Ijma wajib diikuti dan tidak boleh berbeda dengannya. 5.
5. Didalam al-quran, sebagaimana diketahui Allah memerintahkan kepada orangDidalam al-quran, sebagaimana diketahui Allah memerintahkan kepada orang mukmin itu harus taat kepada Allah, Rasul, dan Aulil Amri.
mukmin itu harus taat kepada Allah, Rasul, dan Aulil Amri. (An-nisa : 59, 83, 115)
(An-nisa : 59, 83, 115) 6.
6. Hukum yang disepakati adalah hasil pendapat mujtahid umat islam.Hukum yang disepakati adalah hasil pendapat mujtahid umat islam. 7.
7. Ijma terhadap hukum Syar’i itu tidak dapat tidak harus dibina diatas rangkaian Syariat.Ijma terhadap hukum Syar’i itu tidak dapat tidak harus dibina diatas rangkaian Syariat.
Macam-macam Ijma : Macam-macam Ijma :
Ditinjau dari sudut menghasilkan hukum maka ijma terbagi kedalam dua macam: Ditinjau dari sudut menghasilkan hukum maka ijma terbagi kedalam dua macam: 1.
1. Ijma sharih (bersih atau murni) yaitu kesepakatan mujtahid terhadap hukum mengenaiIjma sharih (bersih atau murni) yaitu kesepakatan mujtahid terhadap hukum mengenai suatu peristiwa.
suatu peristiwa. 2.
2. Ijma sukuti yaitu sebagian mujtahid terang-terangan menyatakan pendapatnya denganIjma sukuti yaitu sebagian mujtahid terang-terangan menyatakan pendapatnya dengan fatwa atau memutuskan suatu perkara, dan sebagian lagi hanya berdiam diri. Hal ini berarti fatwa atau memutuskan suatu perkara, dan sebagian lagi hanya berdiam diri. Hal ini berarti dia menyetujui atau berbeda pendapat terhadap yang dikemukakan itu dalam mengupas dia menyetujui atau berbeda pendapat terhadap yang dikemukakan itu dalam mengupas suatu masalah.
suatu masalah.
Adapun ditinjau dari pihak ini, maka ijma itu ada yang qath’i dan ada yang dzan. Adapun ditinjau dari pihak ini, maka ijma itu ada yang qath’i dan ada yang dzan.
1.
1. Ijma’ qath’i, yaitu ijma’ shahih dengan pengerian bahwa hukumnya itu diIjma’ qath’i, yaitu ijma’ shahih dengan pengerian bahwa hukumnya itu di qath’ikan olehnya. Tidak ada jalan bagi hukum terhadap suatu peristiwa dengan qath’ikan olehnya. Tidak ada jalan bagi hukum terhadap suatu peristiwa dengan danya khilaf (perbedaan pendapat).
danya khilaf (perbedaan pendapat). 2.
2. Ijma’ dzanni, yang menunjukkan atas hukumnya, yaitu ijma’ dzanni denganIjma’ dzanni, yang menunjukkan atas hukumnya, yaitu ijma’ dzanni dengan pengertian
pengertian bahwa bahwa hukumnya hukumnya itu itu masih masih diragukan. diragukan. Dzan Dzan itu itu juga juga kuat, kuat, tidak tidak boleh mengeluarkan
boleh mengeluarkan peristiwa dari peristiwa dari lapangan yang lapangan yang dibentuk oleh dibentuk oleh ijtihad.ijtihad.
8.
8. QIYASQIYAS
Qiyas menurut istilah ushul fikih adalah menyusul peristiwa yang tidak terdapat Qiyas menurut istilah ushul fikih adalah menyusul peristiwa yang tidak terdapat nash hukumnya dengan peristiwa yang terdapat nash bagi hukumnya dalam hal hukum nash hukumnya dengan peristiwa yang terdapat nash bagi hukumnya dalam hal hukum yang terdapat nash untuk penyamaaan dua peristiwa pada sebab hukum ini.
yang terdapat nash untuk penyamaaan dua peristiwa pada sebab hukum ini. Contoh-contoh Qiyas:
Contoh-contoh Qiyas:
Pertama, haram hukumnya meminum khamer berdasarkan firman Allah surat Pertama, haram hukumnya meminum khamer berdasarkan firman Allah surat (Al-maidah : 90) sebabnya ialah karena memabukkan. Maka tiap-tiap air buah yang maidah : 90) sebabnya ialah karena memabukkan. Maka tiap-tiap air buah yang didalamnya terdapat sebab yang sama dengan khamer dari segi hukumnya maka didalamnya terdapat sebab yang sama dengan khamer dari segi hukumnya maka diharamkan meminumnya.
Kedua, peristiwa ahli waris membunuh yang mewariskan sesuatu itu oleh nash Kedua, peristiwa ahli waris membunuh yang mewariskan sesuatu itu oleh nash ditetapkan hukumnya.
ditetapkan hukumnya.
Menurut ulama-ulama bahwa qiyas merupakan hujjah Syar’i terhadap hukum akal Menurut ulama-ulama bahwa qiyas merupakan hujjah Syar’i terhadap hukum akal qiyas ini menduduki tingkat ke empat hujjah syar’i sebab apabila dalam suatu peristiwa qiyas ini menduduki tingkat ke empat hujjah syar’i sebab apabila dalam suatu peristiwa tidak terdapat hukum yang berdasarkan nash, maka peristiwa itu diqiyaskan kepada tidak terdapat hukum yang berdasarkan nash, maka peristiwa itu diqiyaskan kepada peristiwa yang
peristiwa yang bersamaan sebelum bersamaan sebelum sanksi hukum sanksi hukum itu dijatuhkan itu dijatuhkan kepadanya.kepadanya.
Menurut mazhab nizamiah, zahiriah dan ada beberapa cabang dari syi’ah mengataan Menurut mazhab nizamiah, zahiriah dan ada beberapa cabang dari syi’ah mengataan bahwa qiyas
bahwa qiyas itu tidak itu tidak boleh dijadikan boleh dijadikan hujjah syarhujjah syar’i terhadap ’i terhadap hukum.hukum. Tiap-tiap kias itu terdiri dari empat rukun, yaitu :
Tiap-tiap kias itu terdiri dari empat rukun, yaitu : 1.
1. Ashal, yaitu apa yang terdapat nash dalam hukumnya itu. Dinamakan juga : muqayas alaih,Ashal, yaitu apa yang terdapat nash dalam hukumnya itu. Dinamakan juga : muqayas alaih, mahmul alaih, dan musyabah bih.
mahmul alaih, dan musyabah bih. 2.
2. Furu, yaitu apa yang tidak terdapat nash dalam hukumnya. Maksud menyamakannyaFuru, yaitu apa yang tidak terdapat nash dalam hukumnya. Maksud menyamakannya dengan ashal pada hukumnya, dinamakan
dengan ashal pada hukumnya, dinamakan : muqayas, mahmul alai: muqayas, mahmul alaih, h, musyabah.musyabah. 3.
3. Hukum ashal, yaitu hukum syar’i, yang terdapat nash pada ashal itu, dimaksud akanHukum ashal, yaitu hukum syar’i, yang terdapat nash pada ashal itu, dimaksud akan menjadi hukum furu.
menjadi hukum furu. 4.
4. Illat, menyifatkan sesuatu yang dibina atasnya hukum ashal, dan dibina atas wujudnyaIllat, menyifatkan sesuatu yang dibina atasnya hukum ashal, dan dibina atas wujudnya pada furu’ itu
pada furu’ itu disamakan dengan disamakan dengan ashal pada ashal pada hukumnya.hukumnya.
Dua diantara empat rukun itu, ashal dan furu’, keduanya itu waqi’, atau keduanya Dua diantara empat rukun itu, ashal dan furu’, keduanya itu waqi’, atau keduanya amar. Salah satu dari keduanya itu menunjukkan hukumnya nash. Yang satu lagi tidak amar. Salah satu dari keduanya itu menunjukkan hukumnya nash. Yang satu lagi tidak ada nash yang menunjukkan hukumnya itu.
ada nash yang menunjukkan hukumnya itu.
Adapun rukun yang ketiga, yaitu hukum ashal. Di sini disyaratkan supaya Adapun rukun yang ketiga, yaitu hukum ashal. Di sini disyaratkan supaya dita’dikan syarat itu kepada furu’. Karena bukan setiap-tiap hukum syar’i itu dita’dikan syarat itu kepada furu’. Karena bukan setiap-tiap hukum syar’i itu ditetapkan dengan nash dalam suatu masalah. Adalah syah menta’dikan dengan ditetapkan dengan nash dalam suatu masalah. Adalah syah menta’dikan dengan perantaraan
perantaraan kias kias kepada kepada masalah masalah lain. lain. Malah Malah disyaratkan disyaratkan pada pada hukum hukum dita’dikandita’dikan kepada furu’ dengan kias. Syarat-syaratnya adalah :
kepada furu’ dengan kias. Syarat-syaratnya adalah : Pertama
Pertama, hukum syar’i amaliah itu ditetapkan dengan nash., hukum syar’i amaliah itu ditetapkan dengan nash. Kedua
Kedua, adanya hukum pokok., adanya hukum pokok. Ketiga
Ketiga, hukum ashal itu tidak dikhususkan dalam dua hal. Yaitu apabila illat hukum itu, hukum ashal itu tidak dikhususkan dalam dua hal. Yaitu apabila illat hukum itu tidak menggambarkan adanya pada selain ashal dan ada dalil yang menunjukkan tidak menggambarkan adanya pada selain ashal dan ada dalil yang menunjukkan kekhusuan hukum ashal seperti hukum yang menunjukkan dalil adanya ketentuan kekhusuan hukum ashal seperti hukum yang menunjukkan dalil adanya ketentuan khusus bagi Rasul.
khusus bagi Rasul.
Adapun rukun yang keempat, yaitu illat kias. Inilah rukun yang terpenting, karena Adapun rukun yang keempat, yaitu illat kias. Inilah rukun yang terpenting, karena illat kias itu merupakan asas.
illat kias itu merupakan asas.
Illat yaitu menyifatkan sesuatu kepada dasar, dan di atasnya dibina hukumnya dan Illat yaitu menyifatkan sesuatu kepada dasar, dan di atasnya dibina hukumnya dan dengannya itu diketahui adanya hukum itu pada furu’.
dengannya itu diketahui adanya hukum itu pada furu’.
Illat hukum yaitu perintah zahir yang dibina hukum di atasnya dan mengikat wujud Illat hukum yaitu perintah zahir yang dibina hukum di atasnya dan mengikat wujud dengan adam. Karena pembinaan atasnya itu mengikat dengannya, maka orang akan dengan adam. Karena pembinaan atasnya itu mengikat dengannya, maka orang akan membenarkan tasyri’ hukum.
membenarkan tasyri’ hukum. Syarat-syarat illat ada empat : Syarat-syarat illat ada empat : 1.
1. Sifatnya itu jelas.Sifatnya itu jelas. 2.
2. Adanya sifat terkuat.Adanya sifat terkuat. 3.
3. Sifatnya itu sesuai.Sifatnya itu sesuai. 4.
4. Yang disifatkan kepada ashal itu tidak boleh pendek.Yang disifatkan kepada ashal itu tidak boleh pendek.
Pembagian illat : Pembagian illat :
Bila ditinjau dari segi i’tibar (pelajaran yang dapat diambil daripadanya) syari’at Bila ditinjau dari segi i’tibar (pelajaran yang dapat diambil daripadanya) syari’at illat itu dibagi atas wujudnya dan adamnya.
illat itu dibagi atas wujudnya dan adamnya.
Dari pihak i’tibar syariat bagi penyesuaian itu, ahli-ahli ushul membagi sifat yang Dari pihak i’tibar syariat bagi penyesuaian itu, ahli-ahli ushul membagi sifat yang bersesuaian ini
bersesuaian ini kepada kepada empat macam, empat macam, yaitu : yaitu : penyesuaian Al-muatsar, penyesuaian Al-muatsar, penyesuaian Al-penyesuaian Al-Mabaim, Penyesuaian Al-Mursal, dan penyesuaian Al-Malaghi. Keterangan dari Mabaim, Penyesuaian Al-Mursal, dan penyesuaian Al-Malaghi. Keterangan dari keempat pembagian tersebut adalah sebagai berikut.
keempat pembagian tersebut adalah sebagai berikut. 1.
1. Al-manasib Al-Muatsir, yaitu menyifatkan sesuatu yang sesuai, disusun oleh syar’i hukumAl-manasib Al-Muatsir, yaitu menyifatkan sesuatu yang sesuai, disusun oleh syar’i hukum atas kesepakatan dan ditetapkan dengan nash, ijma’ atau i’tibar dengan ‘ain illat bagi atas kesepakatan dan ditetapkan dengan nash, ijma’ atau i’tibar dengan ‘ain illat bagi hukum yang disusun atas kesepakatan.
hukum yang disusun atas kesepakatan. 2.
2. Al-Manasib Al-malaim, yaitu tindakan yang sesuai hukum yang disusun oleh syar’i sesuaiAl-Manasib Al-malaim, yaitu tindakan yang sesuai hukum yang disusun oleh syar’i sesuai kesepakatan.
kesepakatan. 3.
3. Manasib mursal, yaitu washaf yang tidak disusun oleh syar’i, yang merupakan hukum atasManasib mursal, yaitu washaf yang tidak disusun oleh syar’i, yang merupakan hukum atas kesepakatan.
kesepakatan. 4.
4. Manasib malgha, yaitu washaf yang menjelaskan bahwa dalam membina hukum, perluManasib malgha, yaitu washaf yang menjelaskan bahwa dalam membina hukum, perlu dimantapkan kemashlahatan.
Masalik al-illat (jalan-jalan yang akan menyampaikan kepada ma’rifatnya) yang Masalik al-illat (jalan-jalan yang akan menyampaikan kepada ma’rifatnya) yang masyhur, yaitu :
masyhur, yaitu : 1.
1. Nash, apabila Nash, apabila nash Al nash Al Quran Quran dan dan sunnah sunnah itu menunjukkan itu menunjukkan bahwa bahwa illat hukum illat hukum ialah washaf ialah washaf ini.
ini. 2. 2. IjmaIjma 3.
3. Sabrun dan taqsim. Sabrun artinya percobaan (testing). Taqsim artinya mempersempitSabrun dan taqsim. Sabrun artinya percobaan (testing). Taqsim artinya mempersempit sifat-sifat, karena adanya illat dalam ashal.
sifat-sifat, karena adanya illat dalam ashal.
5.
5. ISTIHSANISTIHSAN
Istihsan menurut bahasa ialah mengembalikan sesuatu kepada yang baik. Menurut Istihsan menurut bahasa ialah mengembalikan sesuatu kepada yang baik. Menurut istilah ushul yaitu memperbandingkan, dilakukan oleh mujtahid dari kias jalli (jelas) istilah ushul yaitu memperbandingkan, dilakukan oleh mujtahid dari kias jalli (jelas) kepada jias khafi (yang tersembunyi) atau dari hukum kulli kepada hukum istisnai. kepada jias khafi (yang tersembunyi) atau dari hukum kulli kepada hukum istisnai. Berdasarkan pengertian tersebut, istihsan terbagi ke dalam dua bagian :
Berdasarkan pengertian tersebut, istihsan terbagi ke dalam dua bagian : 1.
1. Kias hafi itu menguatkan kias jalli.Kias hafi itu menguatkan kias jalli. 2.
2. Istisna juz-iah itu dari hukum kulli dengan dalil.Istisna juz-iah itu dari hukum kulli dengan dalil.
Kias zahir, peristiwa ini dihubungkan antara yang mendakwa dan yang membantah. Kias zahir, peristiwa ini dihubungkan antara yang mendakwa dan yang membantah. Di sini dibebankan bukti kepada yang mendakwa dan sumpah bagi yang mengingkari. Di sini dibebankan bukti kepada yang mendakwa dan sumpah bagi yang mengingkari. Kias khafi, peristiwa ini dihubungkan kepada setiap peristiwa yang dihadapi hakim. Kias khafi, peristiwa ini dihubungkan kepada setiap peristiwa yang dihadapi hakim. Antara kedua belah pihak itu saling mendakwa.
Antara kedua belah pihak itu saling mendakwa.
Menurut ahli-ahli fiqih mazhab hanafi, sisa yang dimakan oleh binatang buas Menurut ahli-ahli fiqih mazhab hanafi, sisa yang dimakan oleh binatang buas seperti burung garuda, burung gagak, sekalipun suci dan baik namun dianggap najis seperti burung garuda, burung gagak, sekalipun suci dan baik namun dianggap najis secara kias.
secara kias.
Bentuk kias, sisa yang dimakan oleh binatang yang haram dagingnya itu seperti Bentuk kias, sisa yang dimakan oleh binatang yang haram dagingnya itu seperti binatang buas,
binatang buas, mengikut kepada mengikut kepada hukum dhukum dagingnya.agingnya.
Bentuk istihsan, burung buas itu haram dagingnya. Selain itu, air ludah yang keluar Bentuk istihsan, burung buas itu haram dagingnya. Selain itu, air ludah yang keluar dari dagingnya bukan bercampur dengan sisa yang dimakannya itu. Maka dalam hal ini dari dagingnya bukan bercampur dengan sisa yang dimakannya itu. Maka dalam hal ini dianggap najis sisa-sisa barang yang dimakannya itu.
dianggap najis sisa-sisa barang yang dimakannya itu.
6.
6. MASHLAHAT MURSILAHMASHLAHAT MURSILAH
Mashlahat mursilah artinya mutlak. Dalam istilah ushul yaitu kemaslahatan yang Mashlahat mursilah artinya mutlak. Dalam istilah ushul yaitu kemaslahatan yang tidak disyari’atkan oleh syar’i hukum untuk ditetapkan dan tidak ditunjukkan oleh dalil tidak disyari’atkan oleh syar’i hukum untuk ditetapkan dan tidak ditunjukkan oleh dalil syar’i untuk mengi’tibarkannya atau membatalkannya. Dinamakan mutlak karena tidak syar’i untuk mengi’tibarkannya atau membatalkannya. Dinamakan mutlak karena tidak dikaitkan dengan dalil yang menerangkan atau dalil yang membatalkannya.
dikaitkan dengan dalil yang menerangkan atau dalil yang membatalkannya.
Menurut ulama-ulama terkemuka, mashlahat mursilah itu merupakan hujah Menurut ulama-ulama terkemuka, mashlahat mursilah itu merupakan hujah syari’ah, di atasnya itu dibina syari’at hukum.
syari’ah, di atasnya itu dibina syari’at hukum.
Dalil-dalil yang dikemukakan orang dalam masalah ini ada dua. Dalil-dalil yang dikemukakan orang dalam masalah ini ada dua.
Pertama: memperbaharui kemashlahatan masyarakat dan tidak mengadakan Pertama: memperbaharui kemashlahatan masyarakat dan tidak mengadakan larangan-larangan.
larangan-larangan.
Kedua: ketetapan tasyri’ sahabatdan tabi’in, begitu juga imam-imam mujtahid. Kedua: ketetapan tasyri’ sahabatdan tabi’in, begitu juga imam-imam mujtahid. Nyatanya
Nyatanya mereka mereka mensyari’atkan mensyari’atkan hukum hukum untuk untuk menetapkan menetapkan secara secara mutlak mutlak kemashlahatan masyarakat.
kemashlahatan masyarakat.
Syarat-syarat untuk dijadikan hujjah : Syarat-syarat untuk dijadikan hujjah : 1.
1. Mashlahah hakikat, bukan masalah wahamiah (angan-angan).Mashlahah hakikat, bukan masalah wahamiah (angan-angan). 2.
2. Kemaslahatan umum, bukan kemashlahatan perorangan.Kemaslahatan umum, bukan kemashlahatan perorangan. 3.
3. Tasyri itu tidak boleh bertentangan bagi kemaslahatan hukum ini atau prinsip-prinsip yangTasyri itu tidak boleh bertentangan bagi kemaslahatan hukum ini atau prinsip-prinsip yang ditetapkan dengan nash atau ijma.
ditetapkan dengan nash atau ijma.
Sebagian ulama mengatakan bahwa mashlahah mursilah yang tidak memakai syar’i Sebagian ulama mengatakan bahwa mashlahah mursilah yang tidak memakai syar’i dengan penjelasannya dan tidak pula dengan membatalkannya maka di sini tidak dibina dengan penjelasannya dan tidak pula dengan membatalkannya maka di sini tidak dibina syar’i padanya.
syar’i padanya.
Ada dua dalil yang dikemukakan orang. Ada dua dalil yang dikemukakan orang. Pertama,
Pertama, syar’i itu memelihara setiap kemashlahatan orang berdasarkan nash dan apa syar’i itu memelihara setiap kemashlahatan orang berdasarkan nash dan apa yang dikemukakan oleh kias.
yang dikemukakan oleh kias. Kedua,
Kedua, tasyri’ itu dibina di atas mashlahah mutlak. tasyri’ itu dibina di atas mashlahah mutlak.
7.
7. AL-ARFUAL-ARFU
Al- arfu yaitu apa yang saling diketahui dan yang saling dijalani orang, berupa Al- arfu yaitu apa yang saling diketahui dan yang saling dijalani orang, berupa perkataan, perbuatan, atau
perkataan, perbuatan, atau meninggalkan. Al-arfu meninggalkan. Al-arfu dinamakan juga dinamakan juga adat.adat.
Macam-macam Al-arfu Macam-macam Al-arfu
Al-arfu terdiri dari
Al-arfu terdiri dari dua macam. dua macam. Arfu yang shahih dan aArfu yang shahih dan arfu yang rfu yang fasid. Arfu yangfasid. Arfu yang shahih yaitu apa yang saling diketahui orang, tidak menyalahi dalil syariat, tidak shahih yaitu apa yang saling diketahui orang, tidak menyalahi dalil syariat, tidak menghalalkan hal yang haram dan tidak membatalkan yang wajib.
menghalalkan hal yang haram dan tidak membatalkan yang wajib.
Adapun arfu fasid yaitu apa yang saling dikenal orang, tapi berlainan dari syari’at, Adapun arfu fasid yaitu apa yang saling dikenal orang, tapi berlainan dari syari’at, atau menghalalkan yang haram, atau membatalkan yang wajib.
atau menghalalkan yang haram, atau membatalkan yang wajib.
8.
8. ISHTISH-HABISHTISH-HAB
Ishtish-hab menurut bahasa yaitu pelajaran yang terambil dari sahabat Nabi SAW. Ishtish-hab menurut bahasa yaitu pelajaran yang terambil dari sahabat Nabi SAW. Sedangkan menurut istilah ushul yaitu hukum terhadap sesuatu dengan keadaan yang Sedangkan menurut istilah ushul yaitu hukum terhadap sesuatu dengan keadaan yang ada sebelumnya, sampai adanya dalil untuk mengubah keadaan itu.
ada sebelumnya, sampai adanya dalil untuk mengubah keadaan itu.
Istish-hab itu lain dari dalil syar’i yang menjadi dasar bagi mujtahid untuk Istish-hab itu lain dari dalil syar’i yang menjadi dasar bagi mujtahid untuk mengetahui hukum, tentang apa yang dikemukakan kepadanya. Ahli ushul mengatakan mengetahui hukum, tentang apa yang dikemukakan kepadanya. Ahli ushul mengatakan selain dari lingkungan fatwa dan hukum terhadap sesuatu itu maka tetap demikian selain dari lingkungan fatwa dan hukum terhadap sesuatu itu maka tetap demikian adanya sebelum ada dalil yang mengubahnya.
adanya sebelum ada dalil yang mengubahnya.
9.
9. SYAR’I MAN QABLANASYAR’I MAN QABLANA
Al-Quran dan sunah sahih itu telah mengisahkan tentang salah satu dari hukum Al-Quran dan sunah sahih itu telah mengisahkan tentang salah satu dari hukum syar’i, yang disyari’atkan Allah kepada umat yang telah dahulu dari kita. Ada hal-hal syar’i, yang disyari’atkan Allah kepada umat yang telah dahulu dari kita. Ada hal-hal dan nash-nash yang disampaikan kepada Nabi SAW juga oleh Tuhan telah disampaikan dan nash-nash yang disampaikan kepada Nabi SAW juga oleh Tuhan telah disampaikan kepada umat-umat dahulu kala. Ada hal-hal yang tidak berbeda menurut apa yang kepada umat-umat dahulu kala. Ada hal-hal yang tidak berbeda menurut apa yang disyari’atkan kepada kita
disyari’atkan kepada kita berupa peraturan-peraturan berupa peraturan-peraturan yang wajib kita ikuti.yang wajib kita ikuti.
Menurut mazhab Hanafi begitu juga ada beberapa orang dari mazhab maliki dan Menurut mazhab Hanafi begitu juga ada beberapa orang dari mazhab maliki dan syafi’i mengatakan syari’at yang kita punyai itu harus kita ikuti dan kita praktekkan syafi’i mengatakan syari’at yang kita punyai itu harus kita ikuti dan kita praktekkan seperti apa yang dikisahkan kepada kita.
seperti apa yang dikisahkan kepada kita.
Menurut sebagian ulama, sebenarnya tidak ada syari’at yang kita punyai, karena Menurut sebagian ulama, sebenarnya tidak ada syari’at yang kita punyai, karena syari’at kita ini mencabut syari’at yang terdahulu. Kecuali bila terdapat dalam syari’at syari’at kita ini mencabut syari’at yang terdahulu. Kecuali bila terdapat dalam syari’at kita apa-apa yang ditetapkannya. Karena syari’at kita menasikhkan syari’at yang kita apa-apa yang ditetapkannya. Karena syari’at kita menasikhkan syari’at yang dahulu, yaitu apa saja yang berlainan daripadanya.
dahulu, yaitu apa saja yang berlainan daripadanya.
10.
10.MAZHAB SAHABATMAZHAB SAHABAT
Setelah Rasul wafat, yang memberikan fatwa kepada orang banyak pada waktu itu Setelah Rasul wafat, yang memberikan fatwa kepada orang banyak pada waktu itu ialah jemaah sahabat. Mereka itu mengetahui fiqih, ilmu pengetahuan dan apa-apa yang ialah jemaah sahabat. Mereka itu mengetahui fiqih, ilmu pengetahuan dan apa-apa yang biasa disampaikan
biasa disampaikan oleh Rasul, oleh Rasul, memahami Al-quran memahami Al-quran dan dan hukum-hukumnya. hukum-hukumnya. Inilah yangInilah yang menjadi sumber dari fatwa-fatwa dalam bermacam-macam masalah yang terjadi. menjadi sumber dari fatwa-fatwa dalam bermacam-macam masalah yang terjadi. Beberapa perawi dari para tabi’in merawikan dan membukukan hadits, sehingga ada Beberapa perawi dari para tabi’in merawikan dan membukukan hadits, sehingga ada diantaranya yang menulis riwayat, di samping sunah Rasulullah SAW.
diantaranya yang menulis riwayat, di samping sunah Rasulullah SAW.
Tidak ada perbedaan pendapat mengenai perkataan para sahabat. Apa-apa yang Tidak ada perbedaan pendapat mengenai perkataan para sahabat. Apa-apa yang tidak terfikir oleh rai dan akal dapat dijadikan hujah. Karena, perkataan mereka-mereka tidak terfikir oleh rai dan akal dapat dijadikan hujah. Karena, perkataan mereka-mereka tidak disampaikan kecuali mereka sendiri mendengarnya dari Rasulullah SAW.
tidak disampaikan kecuali mereka sendiri mendengarnya dari Rasulullah SAW.
BAB II BAB II HUKUM SYARIAT HUKUM SYARIAT 1. 1. HAKIMHAKIM