• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP INTOKSIKASI.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LP INTOKSIKASI.docx"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

INTOKSIKASI INTOKSIKASI

A.

A. PENGERTIANPENGERTIAN

Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.

manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan

Keracunan pestisida pestisida adalah adalah masuknya masuknya bahan-bahan bahan-bahan kimia kimia kedalam kedalam tubuhtubuh manusia melalui kontak langsung, inhalasi, ingesti dan absorpsi sehingga manusia melalui kontak langsung, inhalasi, ingesti dan absorpsi sehingga menimbulkan dampak negatif bagi tubuh.

menimbulkan dampak negatif bagi tubuh.

Penggunaan pestisida dapat mengkontaminasi pengguna secara langsung Penggunaan pestisida dapat mengkontaminasi pengguna secara langsung sehingga mengakibatkan keracunan. Dalam hal ini keracunan dikelompokkan menjadi sehingga mengakibatkan keracunan. Dalam hal ini keracunan dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu:

3 kelompok yaitu: 1.

1. Keracunan Akut ringan, menimbulkan pusing, sakit kepala, iritasi kulit ringan,Keracunan Akut ringan, menimbulkan pusing, sakit kepala, iritasi kulit ringan,  badan terasa sakit dan diare.

 badan terasa sakit dan diare. 2.

2. Keracunan akut berat, menimbulkan gejala mual, menggigil, kejang perut, sulitKeracunan akut berat, menimbulkan gejala mual, menggigil, kejang perut, sulit  bernafas, keluar air liur, pupil mata mengecil dan denyut nadi mening

 bernafas, keluar air liur, pupil mata mengecil dan denyut nadi meningkat, pingsan.kat, pingsan. 3.

3. Keracunan Keracunan kronis, kronis, lebih lebih sulit sulit dideteksi dideteksi karena karena tidak tidak segera segera terasa daterasa dann menimbulkan gangguan kesehatan. Beberapa gangguan kesehatan yang sering menimbulkan gangguan kesehatan. Beberapa gangguan kesehatan yang sering dihubungkan dengan penggunaan pestisida diantaranya: iritasi mata dan kulit, dihubungkan dengan penggunaan pestisida diantaranya: iritasi mata dan kulit, kanker, keguguran, cacat pada bayi, serta gangguan saraf, hati, ginjal dan kanker, keguguran, cacat pada bayi, serta gangguan saraf, hati, ginjal dan  pernafasan.

 pernafasan.

B.

B. ETIOLOGIETIOLOGI

Skenario eksposur yang paling umum pada kasus keracunan pestisida adalah Skenario eksposur yang paling umum pada kasus keracunan pestisida adalah keracunan akibat kecelakaan; keracunan berupa tindakan bunuh diri, pajanan melalui keracunan akibat kecelakaan; keracunan berupa tindakan bunuh diri, pajanan melalui kontaminasi lingkungan atau tempat kerja (okupasional).

kontaminasi lingkungan atau tempat kerja (okupasional).

Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan, Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan, antara lain :

antara lain : 1.

1. Bahan kimia umum (Bahan kimia umum ( Chemical toxicantsChemical toxicants  ) yang terdiri dari berbagai golongan  ) yang terdiri dari berbagai golongan seperti pestisida

seperti pestisida ( organoklorin, organofosfat, karbamat( organoklorin, organofosfat, karbamat ), golongan gas (), golongan gas (nitrogennitrogen metana, karbon monoksida, klor 

metana, karbon monoksida, klor   ), golongan logam (  ), golongan logam (timbal, posfor, airtimbal, posfor, air raksa,arsen

raksa,arsen) ,golongan bahan organik () ,golongan bahan organik ( akrilamida, anilin, benzena toluene, vinilakrilamida, anilin, benzena toluene, vinil klorida fenol ).

klorida fenol ). 2.

(2)

3. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri (  Bacterial toxicants  ) mis :  Bacillus cereus, Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum, Escherichia coli dll

4. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan (  Botanical toxicants ) mis : jamur amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung dll

C. PATOFISIOLOGI

Penghambatan kerja enzim terjadi karena organophosphate melakukan fosforilasi enzim tersebut dalam bentuk komponen yang stabil.

(3)

Organophosphat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada orang. Termakan hanya dalam  jumlah sedikit saja dapat menyebabkan kematian, tetapi diperlukan lebih dari  beberapa mg untuk dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa.

Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan kholinesterase dalam sel darah merah dan pada sinapsisnya. Enzim tersebut secara normal menghidrolisis asetylcholin menjadi asetat dan kholin. Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah asetylkholin meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat dan perifer. Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada seluruh bagian tubuh.

D. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala dari intoksikasi organofosfat terbagi menjadi 3 bagian: (1) efek muskarinik, (2) efek nikotinik, dan (3) efek Sistem Saraf Pusat

(4)

Tanda dan gejala yang timbul 12-24 jam pertama setelah terpapar termasuk: diare, urinasi, miosis (tidak pada 10% kasus), bronkospasma/bradikardi, mual muntah, peningkatan lakrimasi, hipersalivasi dan hipotensi.

Efek muskarinik menurut sistem organ termasuk: a) Kardiovaskular - Bradikardi, hipotensi

 b) Respiratori

 – 

 bronkospasma, batuk, depresi saluran pernafasan

c) Gastrointestinal

 – 

  hipersalivasi, mual muntah, nyeri abdomen, diare, inkontinensia alvi

d) Genitourinari

 – 

 Inkontinensia urin e) Mata

 – 

 mata kabur, miosis

f) Kelenjar

 – 

 Lakrimasi meningkat, keringat berlebihan 2. Efek Nikotinik

Efek nikotinik termasuklah fasikulasi otot, kram, lemah, dan gagal diafragma yang bisa menyebabkan paralisis otot. Efek nikotinik autonom termasuk hipertensi, takikardi, midriasis, dan pucat.

3. Efek sistem saraf pusat

Efek sistem saraf pusat termasuk emosi labil, insomnia, gelisah, bingung, cemas, depresi salur nafas, ataksia, tremors, kejang, dan koma.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Laboratorium klinik

 Analisa gas darah

 Darah lengkap

 Serum elektrolit

 Pemeriksaan fungsi hati

 Pemeriksaan fungsi ginjal

 sedimen urin

2) EKG

 Deteksi gangguan irama jantung

3) Pemeriksaan radiologi

 Dilakukan terutama bila curiga adanya aspirasi zat racun melalui inhalasi atau

(5)

F. KOMPLIKASI  Gagal nafas  Kejang  Pneumonia aspirasi   Neuropati  Kematian G. PENATALAKSANAAN 1. Stabilisasi Pasien

Pemeriksaan saluran nafas, pernafasan, dan sirkulasi merupakan evaluasi  primer yang harus dilakukan serta diikuti evaluasi terhadap tanda dan symptom toksisitas kolinergik yang dialami pasien. Dukungan terhadap saluran pernafasan dan intubasi endotrakeal harus dipertimbangkan bagi pasien yang mengalami  perubahan status mental dan kelemahan neuromuskular sejak antidotum tidak memberikan efek. Pasien harus menerima pengobatan secara intravena dan monitoring jantung. Hipotensi yang terjadi harus diberikan normal salin secara intravena dan oksigen harus diberikan untuk mengatasi hipoksia. Terapi s uportif ini harus diberikan secara paralel dengan pemberian antidotum.

2. Dekontaminasi

Dekontaminasi harus segera dilakukan pada pasien yang mengalami keracunan. Baju pasien harus segera dilepas dan badan pasien harrus segera dibersihkan dengan sabun. Proses pembersihan ini harus dilakukan pada ruangan yang mempunyai ventilasi yang baik untuk menghindari kontaminasi skunder dari udara.

Pelepasan pakaian dan dekontaminasi dermal mampu mengurangi toksikan yang terpapar secara inhalasi atau dermal, namun tidak bisa digunakan untuk dekontaminasi toksikan yang masuk dalam saluran pencernaan. Dekontaminasi  pada saluran cerna harus dilakukan setelah kondisi pasien stabil. Dekontaminasi

saluran cerna dapat melalui pengosongan orogastrik atau nasogastrik, jika toksikan diharapkan masih berada di lambung. Pengosongan lambung kurang efektif jika organofosfat dalam bentuk cairan karena absorbsinya yang cepat dan bagi pasien yang mengalami muntah.

(6)

Arang aktif 1g/kg BB harus diberikan secara rutin untuk menyerap toksikan yang masih tersisa di saluran cerna. Arang aktif harus diberikan setelah pasien mengalami pengosongan lambung. Muntah yang dialami pasien perlu dikontrol untuk menghindari aspirasi arang aktif karena dapat berhubungan dengan  pneumonitis dan gangguan paru kronik.

3. Pemberian Antidotum a. Agen Antimuskarinik

Agen antimuskarinik seperti atropine, ipratopium, glikopirolat, dan skopolamin biasa digunakan mengobati efek muskarinik karena keracunan organofosfat. Salah satu yang sering digunakan adalah Atropin karena memiliki riwayat penggunaan paling luas. Atropin melawan tiga efek yang ditimbulkan karena keracunan organofosfat pada reseptor muskarinik, yaitu bradikardi,  bronkospasme, dan bronkorea.

Pada orang dewasa, dosis awalnya 1-2 mg iv yang digandakan setiap 2-3 menit sampai teratropinisasi. Untuk anak-anak dosis awalnya 0,05mg/kg BB yang digandakan setiap 2-3 menit sampai teratropinisasi. Tidak ada kontraindikasi penanganan keracunan organofosfat dengan Atropin.

 b. Oxime

Oxime adalah salah satu agen farmakologi yang biasa digunakan untuk melawan efek neuromuskular pada keracunan organofosfat. Terapi ini diperlukan karena Atropine tidak berpengaruh pada efek nikotinik yang ditimbulkan oleh organofosfat. Oxime dapat mereaktivasi enzim kholinesterase dengan membuang fosforil organofosfat dari sisi aktif enzim.

Pralidoxime adalah satu-satunya oxime yang tersedia. Pada regimen dosis tinggi (1 g iv load diikuti 1g/jam selam 48 jam), Pralidoxime dapat mengurangi  penggunaan Atropine total dan mengurangi jumlah penggunaan ventilator.

Efek samping yang dapat ditimbulkan karena pemakaian Pralidoxime meliputi dizziness, pandangan kabur, pusing, drowsiness, nausea, takikardi,  peningkatan tekanan darah, hiperventilasi, penurunan fungsi renal, dan nyeri  pada tempat injeksi. Efek samping tersebut jarang terjadi dan tidak ada kontraindikasi pada penggunaan Pralidoxime sebagai antidotum keracunan organofosfat.

(7)

c. Diazepam

Diberikan pada pasien bagi mengurangkan cemas, gelisah (dosis: 5-10 mg IV) dan bisa juga digunakan untuk mengkontrol kejang (dosis: sehingga 10-20 mg IV) . H. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Tanda-tanda vital 1) Distress pernapasan 2) Sianosis 3) Takipnoe  b.  Neurologi

IFO menyebabkan tingkat toksisitas SSP lebih tinggi, efek-efeknya termasuk letargi, peka rangsangan, pusing, stupor & koma.

c. GI Tract

Iritasi mulut, rasa terbakar pada selaput mukosa mulut dan esofagus, mual dan muntah. d. Kardiovaskuler Disritmia. e. Dermal Iritasi kulit f. Okuler

Luka bakar kornea g. Laboratorium

1) Eritrosit menurun 2) Proteinuria

3) Hematuria

4) Hipoplasi sumsum tulang h. Diagnostik

1) Radiografi dada dasar/foto polos dada 2) Analisa gas darah, GDA, EKG

(8)

2. Diagnosa Keperawatan

1) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan tubuh secara tidak normal

Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan Kriteria evaluasi :

 Keseimbangan cairan adekuat  Tanda-tanda vital stabil

 Turgor kulit stabil

 Membran mukosa lembab

 Pengeluaran urine normal 1

 – 

 2 cc/kg BB/jam

Intervensi :

a) Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan.

Rasional : Dokumentasi yang akurat dapat membantu dalam mengidentifikasi pengeluran dan penggantian cairan.

 b) Monitor suhu kulit, palpasi denyut perifer.

Rasional : Kulit dingain dan lembab, denyut yang lemah mengindikasikan  penurunan sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk pengantian cairan

tambahan.

c) Catat adanya mual, muntah, perdarahan.

Rasional : Mual, muntah dan perdarahan yang berlebihan dapat mengacu  pada hipordemia.

d) Pantau tanda-tanda vital

Rasional : Hipotensi, takikardia, peningkatan pernapasan mengindikasikan kekurangan cairan (dehindrasi/hipovolemia).

e) Berikan cairan parinteral dengan kolaborasi dengan tim medis

Rasional : Cairan parenteral dibutuhkan untuk mendukung volume cairan /mencegah hipotensi.

f) Kolaborasi dalam pemberian antiemetik

Rasional : Antiemetik dapat menghilangkan mual/muntah yang dapat menyebabkan ketidak seimbangan pemasukan.

g) Berikan kembali pemasukan oral secara berangsur-angsur.

(9)

h) Pantau studi laboratorium (Hb, Ht).

Rasional : Sebagai indikator/volume sirkulasi dengan kehilanan cairan. 2) Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan efek langsung toksisitas

IFO, proses inflamasi. Tujuan : Pola napas efektif Kriteria Evaluasi :

 RR normal : 14

 – 

 20 x/menit

 Jalan napas bersih, sputum tidak ada

Intervensi :

a) Pantau tingkat, irama pernapasan & suara napas serta pola pernapasan Rasional : Efek IFO mendepresi SSP yang mungkin dapat mengakibatkan hilangnya kepatenan aliran udara atau depresi pernapasan, pengkajian yang berulang kali sangat penting karena kadar toksisitas mungkin  berubah-ubah secara drastis.

 b) Tinggikan kepala tempat tidur

Rasional : Menurunkan kemungkinan aspirasi, diagfragma bagian bawah untuk untuk menigkatkan inflasi paru.

c) Dorong untuk batuk/ nafas dalam

Rasional : Memudahkan ekspansi paru & mobilisasi sekresi untuk mengurangi resiko atelektasis/pneumonia.

d) Auskultasi suara napas

Rasional : Pasien beresiko atelektasis dihubungkan dengan hipoventilasi & pneumonia.

e) Berikan O2 jika dibutuhkan

Rasional : Hipoksia mungkin terjadi akibat depresi pernapasan f) Kolaborasi untuk sinar X dada, GDA

Rasional : Memantau kemungkinan munculnya komplikasi sekunder seperti atelektasis/pneumonia, evaluasi kefektifan dari usaha pernapasan. 3) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kerentanan pribadi,

kesulitan dalam keterampilan koping menangani masalah pribadi.

Tujuan : Koping individu efektif, tidak terjadi kerusakan perilaku adaptif dalam pemecahan masalah.

(10)

Kriteria Evaluasi :

 Klien mampu mengungkapkan kesadaran tentang penyalahgunaan bahan

insektisida.

 Mampu menggunakan keterampilan koping dalam pemecahan masalah

 Mampu melakukan hubungan /interaksi sosial.

Intervensi :

a) Pastikan dengan apa pasien ingin disebut/dipanggil. Rasional : Menunjukkan penghargaan dan hormat

 b) Tentukan pemahaman situasi saat ini & metode koping sebelumnya terhadap masalah kehidupan.

Rasional : Memberi informasi tentang derajar menyangkal, mengidentifikasi koping yang digunakan pada rencana perawatan saat ini c) Tetap tidak bersikap tidak menghakimi

Rasional : Konfrontasi menyebabkan peningkatan agitasi yang menurunkan keamanan pasien.

d) Berikan umpan balik positif

Rasional : Umpan balik yang positif perlu untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan kesadaran diri dalam perilaku

e) Pertahankan harapan pasti bahwa pasien ikut serta dalam terapi

Rasional : Keikut sertaan dihubungkan degan penerimaan kebutuhan terhadap bantuan, untuk bekerja.

f) Gunakan dukungan keluarga/teman sebaya untuk mendapatkan cara-cara koping.

Rasional : Dengnan pemahaman dan dukungan dari keluarga /teman sebaya dapat membantu menngkatkan kesadaran.

g) Berikan informasi tentang efek meneguk insektisida

Rasional : Agar klien mengetahui efek samping yang berakibat fatal pada organ-organ vital bila menelan insektisida (baygon)

h) Bantu pasien untuk menggunakan keterampilan relaksasi

Rasional : Relaksasi adalah pengembangan cara baru menghadapi stress. 4) Koping keluarga tidak efektif (tidak mampu) berhubungan dengan kerentanan

(11)

Kriteria Evaluasi :

 Mengungkapkan pengertian dinamika saling tergantung dan partisipasi

dalam program individu dan keluarga.

 Mampu mengidentifikasi perilaku koping tidak efektif.

 Melakukanperubahan perilaku.

 Mendukung terhadap program pengobatan & perawatan keluarga.

Intervensi :

a) Kaji riwayat keluarga, gali masing-masing peran anggota keluarga Rasional : Menentukan area untuk fokus, potensial perubahan.

 b) Tentukan pemahaman situasi saat ini dan metode sebelumnya dari koping dengan masalah kehidupan.

Rasional : Memberikan dasar informasi sebagai dasar perencanaan saat ini

c) Kaji tingkat situasi/fungsi saat ini dari anggota keluarga.

Rasional : Mempengaruhi kemampuan individu untuk mengatasi situasi. d) Tentukan luasnya perilaku mampu yang dibuktikan oleh anggota keluarga

gali dengan individu dan pasien.

Rasional : Mampu adalah melakukan untuk pasien apa yang perlu untuk dirinya sendiri, individu ditolong dan tidak ingin merasa tidak tidak  berdaya untuk menolong orang lain & megeluh perilaku yang sangat

destruktif.

e) Berikan informasi faktual pada pasien dan keluarga tentang efek perilaku  penalahgunaan zat pada keluarga dan apa yang diharapkan setelah pulang. Rasional : Banyak orang atau pasien yang tidak sadar tentang sifat bahan insektisida

f) Dorong orang terdekat menyadari perasaan mereka sendiri dengan melihat situasi dengan perspektif dan objektivitas.

Rasional : Bila anggota keluarga yang tergantung manjadi sadar tentang tindakan mereka sendiri yang secara terus-menerus ada masalah, mereka  perlu untuk memutuskan untuk mengubah diri mereka. Bila meeka  berubah pasien dapat menghadapi konsekuensi tindakan pasien sendiri

(12)

g) Kaji perasaan yang menimbulkan konflik individu.

Rasional : Bermanfaat dalam membuat kebutuhan terapi untuk individu yang tergantung.

5) Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis,kebutuhan pengobatan dan efek samping penggunaan obat zat insektisida berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan : Pasien mempunyai pengathuan tentang kondisi, prognosis, kebutuhan pengobatan dan efek samping penggunaan zat insektisi da.

Kriteria Evaluasi :

 Dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya sendiri dan

rencana pengobatan.

 Berpartisipasi dalam program pengoabatan.

 Perubahan perilaku untuk tidak melakukannya lagi.

Intervensi :

a) Sadari dan hadapi ansietas pasien dan anggota keluarga.

Rasional : Ansietas dapat mempengaruhi kemampuan mendegar dan mengasimilasi informasi.

 b) Berikan peran aktif untuk pasien dalam proses belajar.

Rasional : Belajar dapat ditingkatkan bila individu secara aktif t erlibat. c) Berikan informasi tertulis dan verbal untuk indikasi.

Rasional : Membantu pasien membuat pilihan berdasarkan informasi tentang masa depan yang bermanfaat untuk pendekatan terapi lain.

d) Kaji pengetahuan pasien tangtang situasi sendiri misalnya penyakit,  perubahan kebutuhan dalam gaya hidup.

Rasional : Membantu dalam merencanakan perubahan jangka panjang yang perlu untuk mempertahankan status pantanan.

e) Pantau ulang kondisi & prognosis/ harapan masa depan.

Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat  pilihan berdasarkan informasi.

f) Diskusikan efek zat yang digunakan.

Rasional : Informasi akan membentu pasien memahami kemungkinan efek jangka panjang dari penggunaan zat.

(13)

6) Resiko tinggi terhadap tindak kekerasan pada diri sendiri (berulang)  berhubungan dengan perpanjangan depresi/tingkah laku ingin bunuh diri.

Tujuan : Tidak terjadi tindakan ulang kekerasan pada diri sendiri Kriteria Evaluasi :

 Mengutarakan pemehaman tingkah laku & faktor-faktor yang

mempengaruhi.

 Mencapai tahap hilangnya rasa takut & realitas situasi.

 Menunjukkan kontrol diri.

Intervensi :

a) Kurangi ransangan, berikan ruangan yang tenang atau tempatkan pada ruangan yang stimulasinya dikurangi dibawah pengawasan.

Rasional : Menurunkan kreativitas dan menngkatkan rasa tenang.

 b) Izinkan orang-orang yang penting bagi pasien untuk tetap tinggal di dalam ruangan selama prosedur dilakukan jika dimungkinkan.

Rasional : Dapat memberikan efek ketenangan jika melihat seseorang yang dikenal oleh pasien dan memberikan penenangan.

c) Pindahkan barang-barang yang berpotensi membahayakan pasien dari lingkungannya.

Rasional : Menurunkan kemungkin pasien mencelakai orang lain atau melakukan ide bunuh diri.

d) Berikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan agresif secara verbal.

Rasional : Memberikan jalan yang baru dalam mengekspresikan perasaan akan membentuk pasien belajar mengembangkan kemampuan memecahkan masalah yang baik.

e) Bantu pasien mengidentifikasi apa yang dapat menyebabkan pasien menjadi marah.

Rasional : Kesadaran akan reaksi merupakan tahap pertama dari belajar untuk berubah

f) Berikan jalan keluar untuk mengekspresikan diri meliputi aktiivitas fis ik. Rasional : Dengan mengaktifkan fisik didalam menciptakan lingkungan yang aman dapat menurunkan dorongan untuk melakukan tindakan

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Arief, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran ed. 3, jilid 2. Jakarta : Medika Aesculapius. Brunner and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. vol. 3. Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan RI, 2001,  Kumpulan Modul Kursus Penyehatan Makanan Bagi  Pengusaha Makanan da Minuman, Yayasan Pesan, Jakarta.

Halim Mubin A. : Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam : Diagnosa dabn Terapi, EGC, Jakarta 2001 : 98-115.

Marylin. D. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Ooi S, Manning P. Guide to Essentials in Emergency Medicine. Singapore: McGrawHill, 2004. Page: 369-71

Sartono, 2002, Racun dan Keracunan, Widya Merdeka.

Sudoyo A W, Setiyohadi B, Alwi I et al.  Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, edisi IV. 2006. Pusat Penerbitan ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Page 214-16

Referensi

Dokumen terkait

Speaker Condenser, prinsip kerjanya hampir sama dengan mic condenser, yaitu menggunakan sistem kapasitansi yang diberikan tegangan DC yang besar, untuk menghindari

Program-program seperti Sea Doc sebuah program pemutaran yang menunjukkan semangat pembuat film dokumenter di kawasan Asia Tenggara, kemudian ajang penjurian komunal yang

Berdasarkan pada permasalahan dan research gap di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kepribadian dan Pengetahuan

disimpulkan oleh IBM, Big data adalah data yang memiliki scope informasi yang sangat besar, model informasi yang real-time, memiliki volume yang besar, dan berasalkan social media

yang berkaitan dengan unsur ketrampilan khusus (kemampuan kerja) dan penguasaan pengetahuan, sedangkan yang mencakup sikap dan keterampilan umum dapat mengacu pada

Didalam setiap isim arobi yang lebih dari tiga huruf dan huruf sebelum terahir bukan ya‟ contoh dan kalau huruf sebelum terakhir berupa ya‟ maka ditulis alif

Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

4)Kawasan di sekitar Bandar Udara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta di bawah Kawasan Pendekatan dan Lepas Landas di sebelah Barat pada landasan Utara dinyatakan oleh garis