• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH : CITRA AMELIA

130521043

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

(2)

ABSTRAK

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh return on equity, debt to equity ratio, growth, dan collaterizable assets terhadap dividend payout ratio pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam Penelitian ini adalah 40 (empat puluh) perusahaan pertambangan. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 8 (delapan) perusahaan pertambangan selama periode 2011-2014. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa return on equity, debt to equity ratio, growth, dan collaterizable assets secara serempak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil uji parsial (t-test) menunjukkan bahwa variabel

debt to equity ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio, return on equity, growth, dan collaterizable assets berpengaruh tidak signifikan terhadap dividend payout ratio perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2014.

(3)

ABSCTRACT

IMPACT OF FUNDAMENTAL FACTOR ON DIVIDEND PAYOUT RATIO IN MINING COMPANY LISTED IN

ENDONESIA STOCK EXCHANGE

The aim of this study was to identify impact of Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Growth, and Collaterizable Assets on Dividend Payout Ratio in mining company listed in Indonesia Stock Exchange. Population in this study is 40 (Fourty) mining companies. This study uses secondary sample amount 8 (eight) mining companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) period in 2011-2014. Method of analysis used is multiple linear regression. The result showed that return on equity, debt to equity ratio, growth, and collaterizable assets has significant effect simultaneously on dividend payout ratio in mining company listed in Indonesia Stock Exchange (IDX). The partial test (t-test) showed that debt to equity ratio has a negative influence and significant on dividend payout ratio, return on equity, growth, and collaterizable assets influence not significant on dividend payout ratio in mining companies listed in the Indonesia Stock Exchange.

Keywords: Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Growth, Collaterizable Assets, Dividend Payout Ratio.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Kebijakan

Dividen pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada orangtua tercinta, ayahanda Erliady dan ibunda Erni Murti yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi peneliti serta selalu memberikan yang terbaik kepada peneliti dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac., Ak., CA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME dan Ibu Dra. Marhayanie, M. Si., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si., dan Ibu Dra. Friska Sipayung, M. Si., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

(5)

5. Ibu Dra. Lisa Marlina M.Si., selaku Dosen Pembaca Penilai yang banyak membantu dan membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak/Ibu Dosen Pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU. 7. Seluruh Staff Karyawan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU.

8. Adik peneliti (Dimas Prayoga A.md, Dedes Triyadi, dan M. Egi Erlangga atas kasih sayang dan dukungannya.

9. Teristimewa Amrullah Angga Syahputra, Tara Anisa SE, Devi Masriani Amd., Artati Amd., Nova Christina SE, Arief Hidayat Amd., Sakti Parlindungan Amd. dan seluruh teman-teman Manajemen atas bantuan dan dukungannya.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan peneliti dalam pengulasan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan penelitian selanjutnya.

Akhir kata, peneliti berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 14 Desember 2015

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

ABSTRACK………. ii KATA PENGANTAR ………. iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR……… viii

DAFTAR LAMPIRAN ……… ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... ………. 1

1.2 Perumusan Masalah ... 1

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 7

2.1.1 Dividen ... 7

2.1.2 Kebijakan Dividen ... 8

2.1.3 Bentuk Kebijakan Dividen ... 12

2.1.4 Teori Dividen ... 13

2.1.5 Return on Equity ... 18

2.1.6 Debt to Equity Ratio ... 18

2.1.7 Growth ... 19

2.1.8 Collaterizable Assets ... 19

2.2Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20

2.3 Kerangka Konseptual ... 22

2.3.1 Pengaruh Return on Equity terhadap Dividend Payout Ratio ... 23

2.3.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Payout Ratio ... 23

2.3.3 Pengaruh Growth terhadap Dividend Payout Ratio ... 24

2.3.4 Pengaruh Collaterizable Assets terhadap Dividend Payout Ratio ... 24

2.4 Hipotesis ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 26

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

3.3 Batasan Operasional ... 26

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 27

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

3.6 Jenis Data ... 30

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 31

(7)

3.8.1 Analisis Deskriptif ... 31

3.8.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 31

3.9 Uji Asumsi Klasik ... 32

3.10 Pengujian Hipotesis ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 36

4.1.1 Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 36

4.1.2 Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia .. 37

4.2 Hasil Penelitian ... 44

4.2.1 Metode Analisis Deskriptif ... 44

4.2.1.1 Variabel Independen ... 44

4.2.1.2 Variabel Dependen ... 46

4.2.2 Analisis Statistik ... 46

4.2.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 47

4.2.2.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 53

4.2.2.3 Pengujian Hipotesis ... 55

4.3 Pembahasan ... 59

4.3.1 Pengaruh Return on Equity terhadap Dividend Payout Ratio ... 59

4.3.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Payout Ratio ... 60

4.3.3 Pengaruh Growth terhadap Dividend Payout Ratio ... 61

4.3.4 Pengaruh Collaterizable Assets terhadap Dividend Payout Ratio ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………. 63

5.2 Saran ………... 64

DAFTAR PUSTAKA ……… 65

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Dividen Perusahaan Pertambangan……… 4

2.1 Penelitian Terdahulu... 20

3.1 Nama-Nama Perusahaan Sampel... 30

4.1 Hasil Analisis Deskriptif... 44

4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov... 49

4.3 Hasil Uji Glejser... 51

4.4 Hasil Runs-Test... 52

4.5 Hasil Uji Multikolinieritas... 53

4.6 Hasil Estimasi Regresi... 54

4.7 Hasil Uji F... 56

(9)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual……… 25

4.1 Histogram Variabel Dependen………... 48

4.2 Normal P-Plot of regression Standardized Residual….... 48

4.3 Hasil Scatterplot... 49

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Halaman 1 Data perusahaan Pertambangan yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014... 67 2 Data DPR, DER, Collaterizable Assets, Growth,

dan Return on Equity... 68 3 Data DPR, ROE, DER, Growth, dan

Collaterizable Assets Perusahaan Pertambangan

Tahun 2011-2014...………... 69

(11)

ABSTRAK

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh return on equity, debt to equity ratio, growth, dan collaterizable assets terhadap dividend payout ratio pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam Penelitian ini adalah 40 (empat puluh) perusahaan pertambangan. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 8 (delapan) perusahaan pertambangan selama periode 2011-2014. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa return on equity, debt to equity ratio, growth, dan collaterizable assets secara serempak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil uji parsial (t-test) menunjukkan bahwa variabel

debt to equity ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio, return on equity, growth, dan collaterizable assets berpengaruh tidak signifikan terhadap dividend payout ratio perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2014.

(12)

ABSCTRACT

IMPACT OF FUNDAMENTAL FACTOR ON DIVIDEND PAYOUT RATIO IN MINING COMPANY LISTED IN

ENDONESIA STOCK EXCHANGE

The aim of this study was to identify impact of Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Growth, and Collaterizable Assets on Dividend Payout Ratio in mining company listed in Indonesia Stock Exchange. Population in this study is 40 (Fourty) mining companies. This study uses secondary sample amount 8 (eight) mining companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) period in 2011-2014. Method of analysis used is multiple linear regression. The result showed that return on equity, debt to equity ratio, growth, and collaterizable assets has significant effect simultaneously on dividend payout ratio in mining company listed in Indonesia Stock Exchange (IDX). The partial test (t-test) showed that debt to equity ratio has a negative influence and significant on dividend payout ratio, return on equity, growth, and collaterizable assets influence not significant on dividend payout ratio in mining companies listed in the Indonesia Stock Exchange.

Keywords: Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Growth, Collaterizable Assets, Dividend Payout Ratio.

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan mempunyai tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan dan kesejahteraan pemilik (shareholder) melalui keputusan atau kebijakan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan dividen yang tercermin dalam harga saham di pasar modal. Pada umumnya ada dua keuntungan yang akan didapatkan pemegang saham (investor), yaitu capital gain dan dividend. Kebijakan pembayaran dividen mempunyai dampak yang sangat penting bagi investor maupun bagi perusahaan yang membayarkan dividen. Para investor mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraannya dengan mengharapkan return dalam bentuk dividen maupun capital gain. Dilain pihak, perusahaan juga mengharapkan pertumbuhan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus memberikan kesejahteraan bagi pemegang saham. Penetapan pembagian dividen menjadi masalah menarik karena akan memenuhi harapan investor, disisi lain kebijakan tersebut jangan sampai menghambat pertumbuhan apalagi mengancam kelangsungan hidup perusahaan.

(14)

Faktor fundamental dapat dilihat dari faktor eksternal dan faktor internalnya. Faktor eksternalnya dilihat dari makro ekonomi yaitu Inflasi, Tingkat suku bunga,dan Nilai tukar. Faktor internal dapat dilihat dari kinerja keuangan perusahaan yaitu Dividend Payout Ratio, Collaterizable Asset, Growth, dan

Return on Equity yang disebut sebagi faktor mikro ekonomi perusahaan.

Kebijakan dividen adalah keputusan perusahaan mengenai pembagian laba yang diperoleh kepada para pemegang saham sebagai dividen atau ditahan dalam bentuk laba atau retained earning untuk pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Laba merupakan hal yang sangat penting bagi investor. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba ditahan yang selanjutnya mengurangi total sumber dana internal atau internal financing. Sebaliknya, jika perusahaan tidak membagikan laba yang diperoleh maka kemampuan pembentukan dana internal atau internal financing

akan semakin besar. Persentase laba yang akan dibagikan perusahaan dalam bentuk dividen dalam bentuk tunai kepada perusahaan disebut rasio pembayaran dividen atau Dividend Payout Ratio. Dividend Payout Ratio merupakan salah satu komponen dasar kebijakan dividen. Besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan tergantung pada kebijakan dividen dari masing-masing perusahaan, sehingga pertimbangan manajemen sangat diperlukan (Sartono, 2001: 281).

(15)

dalam melunasi hutangnya. Apabila perusahaan menentukan bahwa dana untuk pelunasan utang atas pembayaran bunganya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut ini berarti hanya sebagian kecil saja pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai dividen. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio maka tingkat pembayaran Divident Payout Ratio semakin rendah, begitu pula sebaliknya (Sutrisno, 2001).

Fauz dan Rosidi (2007) mengungkapkan Collaterizable Asset adalah aset perusahaan yang dapat digunakan sebagai jaminan peminjaman. Perusahaan sebagai debitur kerap kali menggunakan aset tetap sebagai jaminan pinjamannya. Besarnya aset tetap yang digunakan kreditur sebagai jaminan disebut

Collaterizable Asset. Tingginya Collaterizable Asset yang dimiliki perusahaan akan mengurangi konflik kepentingan antara pemegang saham dengan kreditur sehingga perusahaan dapat membayar dividen dalam jumlah besar (Wahyudi, 2008). Keuntungan perusahaan merupakan faktor pertama yang biasanya menjadi pertimbangan direksi, walaupun untuk membayar dividen perusahaan rugipun dapat melaksanakannya, karena adanya cadangan dalam bentuk laba ditahan.

(16)

Semakin tinggi tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, akan semakin besar tingkat kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi. Hal ini kemungkinan akan mengurangi besaran dividen yang akan diterima investor. Wahyudi (2008) mengungkapkan pertumbuhan pada total aset yang besar akan menurunkan pembayaran dividen kepada pemegang saham karena pengelola perusahaan memanfaatkan laba yang diperoleh perusahaan untuk aktivitas pendanaan internal peluang investasi yang ada, sehingga semakin besar pertumbuhan pada total aset akan mengakibatkan perusahaan menurunkan pembayaran dividen.

Faktor profitabilitas juga menjadi penentu yang sangat penting bagi pemegang saham yang akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen (Sartono,2001 : 122). Return on Equity mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan (Sartono, 2001 : 124). Rasio ini juga mengukur imbal hasil rata-rata dari total kepemilikan saham yang mungkin diberikan dalam bentuk dividen.

Berikut ini dapat dilihat bagaimana fluktuasi dividen yang dibagikan oleh beberapa perusahaan pertambangan kepada pemegang saham.

Tabel 1.1

Dividen TunaiPerusahaan Pertambangan

yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014 (dalam rupiah)

Emiten 2010 2011 2012 2013 2014

ADRO 31,85 33,33 77,67 36,53 28,95

ANTM 25,38 70,71 90,95 47,07 9,67

HRUM 111,36 224,10 380 252 110

ITMG 2.091,3 1.337,17 3.931,28 3.246,68 2.265,68

PTRO 143,03 1.195,50 178,90 59,40 59,40

(17)

Dari data pada Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa terjadi fluktuasi atau inkonsistensi besarnya pembayaran dividen tunai setiap tahun yang dibagikan beberapa perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia setiap tahunnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengambil judul :

Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Pertambanganyang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: ”Apakah Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Growth dan Collaterizable Assets mempunyai pengaruh terhadap

Dividend Payout Ratio pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia?”

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh, Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Growth

dan Collaterizable Assets secara simultan dan parsial terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

(18)

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan dan pola pikir tentang pengaruh Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Growth dan Collaterizable Asset terhadap Dividend Payout Ratio

pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. b. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan kontribusi kebijakan bagi pengambilan keputusan investasi investor asing maupun domestik di Bursa Efek Indonesia secara berkesinambungan.

c. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dan informasi bagi berbagai pihak yang ingin melakukan pengembangan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Growth dan

Collaterizable Assets terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Dividen

Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya akan mengurangi total sumber dana intern atau

Internal Financing (Sartono, 2001).

Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayar kepada para pemegang saham (Riyanto, 2001). Dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan. Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) yaitu perbandingan antara dividend per share dengan earning per share. Keputusan mengenai jumlah laba yang akan ditahan dan dividen yang akan dibagikan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

(20)

Apabila saldo laba didistribusikan kepada pemegang saham maka saldo laba akan berkurang sebesar nilai yang didistribusikan kepada pemegang saham.

Sebagaimana definisi dividen yang telah diungkapkan Ross et al. (2005 :

606) yang mendefinisikan “dividen sebagai pembayaran kepada pemilik

perusahaan yang diambil dari keuntungan perusahaan, baik dalam bentuk saham

maupun tunai”, artinya hanya perusahaan yang membukukan keuntungan yang

dapat membagikan dividen karena dividen diambil dari keuntungan perusahaan dan bahwa dividen tunai (cash dividend) umumnya lebih menarik bagi pemegang saham dibandingkan dengan dividen saham (stock dividend).

Bagi perusahaan go public, kebijakan dividen merupakan kebijakan yang penting di dalam semua kebijakan keuangan lainnya. Menurut Bangun et al.

(2007), kebijakan dividen adalah kebijakan perusahaan dalam menentukan apakah akan membayar dividen atau tidak, meningkatkan atau mengurangi jumlah dividen, atau membayar dividen dengan jumlah yang sama dengan yang dibagikan pada periode sebelumnya. Kebijakan dividen dapat dihitung dengan beberapa cara analisis diantaranya adalah Dividend Payout Ratio (DPR) dan Dividend per Share

(DPS).

2.1.2 Kebijakan Dividen 1. Pengertian

(21)

dana di pasar modal. Pemegang saham lebih memilih dividen yang berupa kas dibandingkan dengan capital gain. Perilaku ini diakui oleh Gordon-Lintner sebagai “the bird in the hand theory” bahwa satu burung ditangan lebih berharga daripada seribu burung diudara. Selain itu pemegang saham juga dapat mengevaluasi kinerja perusahaan dengan menilai besarnya dividen yang dibagikan. Sedangkan dari sisi perusahaan, kebijakan dividen sangat penting, karena jika perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen maka akan mengurangi laba yang ditahan perusahaan, dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern

akan semakin besar.

2. Kebijakan Pembagian Dividen

Menurut (Sutrisno, 2003 : 304) ada beberapa bentuk dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham antara lain :

1. Pembagian dividen secara tunai atau cash dividend. Pembagian dividen secara tunai terdiri dari beberapa bentuk, yaitu :

a. Kebijakan Pemberian Dividen Stabil

(22)

pemberian dividen yang stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan, karena beberapa alasan, yaitu : (1) dapat meningkatkan harga saham, sebab dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai risiko lebih kecil, (2) dapat memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang, (3) dapat menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi, sebab dividen selalu dibayarkan.

b. Kebijakan Dividen Meningkat

Dengan kebijakan ini, perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil.

c. Kebijakan Dividen dengan Ratio yang Konstan

Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian pula sebaliknya bila laba kecil, dividen yang dibayarkan juga kecil. Dasar yang digunakan sering disebut Dividend Payout Ratio.

d. Kebijan Pemberian Dividen Reguler yang Rendah ditambah Ekstra

(23)

2. Pembagian Stock Dividend

Salah satu kebijakan yang bisa diambil oleh perusahaan adalah dengan memberikan dividen tidak dalam bentuk uang, tetapi dividen diberikan dalam bentuk saham. Artinya, pemegang saham akan diberi tambahan saham sebagai pengganti cash dividend. Pemberian stock dividend tidak akan mengubah besarnya jumlah modal sendiri, tetapi akan mengubah komposisi modal sendiri perusahaan yang bersangkutan. Karena pada dasarnya pemberian stock dividend ini akan mengurangi pos laba ditahan di neraca dan akan ditambahkan ke pos modal saham.

3. Kebijakan Stock Split

Apabila harga pasar saham suatu perusahaan terlalu tinggi, mengakibatkan banyak investor kurang berminat terhadap saham perusahaan. Oleh karena itu perusahaan bisa mengambil kebijaksanaan untuk meningkatkan jumlah lembar saham melalui stock split yaitu pemecahan nilai nominal saham kedalam nilai nominal yang lebih kecil. Dengan stock split ini jumlah lembar saham menjadi lebih banyak, maka mengakibatkan harga saham turun. Oleh karena itu dengan

stock split harga saham menjadi lebih murah, sehinggan harga psar masih dalam

trading range tertentu.

4. Kebijakan Repurchase Stock

(24)

2.1.3 Bentuk Kebijakan Dividen

Menurut Kieso et al. (2005 : 358), ada beberapa jenis kebijakan dividen yang digolongkan menjadi beberapa bentuk, yaitu :

1. Dividen Tunai (Cash Dividend)

Dividen tunai adalah bentuk dividen yang paling wajib digunakan oleh pihak perusahaan. Bagi suatu perusahaan, dividen ini menyebabkan penurunan laba yang dibagi dan nilai kas, kewajiban lancar untuk hutang dividen diakui pada tanggal pengumuman dividen. Kewajiban ini dihapus ketika cek dividen dikirimkan kepada para pemegang saham.

2. Dividen Harta (Property Dividend)

Dividen harta adalah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham yang dibayarkan dengan aktiva selain kas. Seringkali aktiva yang akan didistribusikan adalah sekuritas perusahaan lain yang dimiliki perusahaan. Dengan demikian, perusahaan memindahkan hak kepemilikannya dalam sekuritas tersebut kepada para pemegang saham. Dividen harta biasanya hanya terjadi dalam perseroan yang bersifat tertutup. Dividen harta dinilai dengan nilai terbawa

(Carrying Value), jika nilai pasar yang wajar tidak dapat ditentukan. 3. Dividend Likuidasi (Liquidating Dividend)

(25)

4. Dividen Saham (Stock Dividend)

Dividen saham merupakan pembagian dividen bukan dalam bentuk uang tunai, namun dengan memberikan dalam bentuk lembar saham. Jadi pembagian

stock dividend akan meningkatkan jumlah saham yang dimiliki shareholders.

Perusahaan sering kali membayar stock dividend sebagai pengganti atau pelengkap dividen kas. Dividen saham memungkinkan perusahaan untuk tetap menggunakan aset bersih yang dihasilkan dari laba bersih dan bersamaan dengan itu menawarkan tambahan saham kepemilikan kepada pemegang saham.

2.1.4 Teori Dividen

1. Residual Dividend Theory

Teori dividen yang dinamakan residual dividend theory, seperti yang dikutip dari Keown et al. (2003), menyatakan bahwa dividen yang dibayarkan seharusnya sejumlah modal yang tersisa dari alokasi pendanaan proyek atau investasi dalam gambaran menguntungkan. Van Horne (2005 : 299), berpendapat bahwa teori ini juga menyatakan bahwa dividen tidak relevan, karena mengasumsikan investor memiliki preferensi yang sama antara kas yang dijadikan dividen atau yang ditahan perusahaan. Apabila proyek atau investasi yang ditargetkan perusahaan menjanjikan return lebih besar dari pada required return,

(26)

1. Kesempatan investasi perusahaan, 2. Struktur modal, dan

3. Ketersediaan dari modal yang dihasilkan sendiri atau internal (

internally generated capital)

Menurut Keown et al. (2003), kebijakan dividen adalah pengaruh yang pasif karena tidak memiliki pengaruh langsung pada harga pasar saham. Maka teori diatas menyatakan bahwa dividen akan dibagikan bila perusahaan memiliki dana sisa (residu), dan apabila perusahaan tidak memiliki dana sisa tersebut maka tidak akanada pembagian dividen. Keputusan dividen adalah residual karena perusahaan lebih cenderung membiayai investasinya dengan pendanaan internal dari laba ditahan (retained earnings) dibandingkan pendanaan eksternal (hutang atau saham). Karena pendanaan internal tentu saja jauh lebih murah, dan tidak akan ada percampuran dari pihak perusahaan lain, baik dari dalam maupun dari luar perusahaan.

2. Clientele Effect Theory

Dalam Keown et al. (2003), teori mengenai clientele effect menjelaskan bahwa investor memiliki tipikal serta preferensi yang berbeda-beda atas return

(27)

3. Bird In The Hand Theory

Menurut Keown et al. (2003), bird in the hand theory merupakan teori yang memiliki keyakinan bahwa pendapatan dividen memberikan nilai yang lebih tinggi kepada investor dibandingkan pendapatan capital gain. Karena dividen dinilai memiliki tingkat kepastian yang lebih tinggi dari pada capital gain.

4. Signaling Theory

Selain itu perubahan dalam kebijakan dividen dapat dijadikan investor sebagai sinyal mengenai keadaan keuangan perusahaan, khususnya mengenai

earnings power. Jadi, kenaikan dividen yang melebihi perkiraan dapat menjadi sinyal bagi investor bahwa manajemen memprediksikan kenaikan laba yang signifikan di masa depan, begitu pula sebaliknya. Hal ini berdasarkan pada

signaling theory.

(28)

akan bereaksi positif terhadap peningkatan dividen (harga saham meningkat) dan negatif terhadap pemotongan dividen (penurunan harga saham).

Dalam signaling theory ini juga mengatakan bahwa penurunan dividen terlihat manajemen yang tidak optimis terhadap kemajuan perusahaan dan akan memberikan sinyal negatif bagi pasar. Sebaliknya, peningkatan dividen menunjukkan bahwa manajemen yakin akan prospek masa depan perusahaan dan merupakan sinyal yang direspon positif oleh pasar.

5. Tax Preference Theory

Jika capital gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada pajak atas dividen, maka saham yang memiliki nilai pertumbuhan tinggi menjadi lebih menarik. Sebaliknya, jika capital gain dikenai pajak yang sama dengan pendapatan atas dividen, maka keuntungan capital gain menjadi berkurang. Namun demikian karena pajak atas capital gain akan dibayar setelah saham dijual, sementara pajak atas dividen harus dibayar setiap tahun setelah pembayaran dividen. Selain itu periode investasi juga mempengaruhi pendapatan investor. Jika investor hanya membeli saham untuk jangka waktu satu tahun, maka tidak ada bedanya antar pajak atas capital gain dan pajak atas dividen. Jadi investor akan meminta tingkat keuntungan setelah pajak yang lebih tinggi terhadap saham yang memiliki dividen yield yang tinggi dari pada saham dengan yield yang rendah.

(29)

mengarahkan investor untuk lebih memilih pembayaran yang lebih rendah dari pada pembayaran dividen dalam jumlah yang lebih tinggi.

Berdasarkan POH (Pecking Order Hypothesis), yang dikemukakan oleh Myers dan Majluf (1984), perusahaan lebih mengutamakan dana internal dari pada dana eksternal dalam aktivitas pendanaan. Kecukupan dana internal dapat dilihat dari besarnya laba, laba ditahan, atau arus kas. Apabila dana eksternal dibutuhkan, maka perusahaan lebih mengutamakan penggunaan utang dari pada ekuitas. Ide dasar POH sangat sederhana, yaitu perusahaan membutuhkan dana eksternal hanya apabila dana internal tidak cukup dan dana eksternal yang lebih diutamakan adalah utang daripada emisi saham. Myers dan Majluf (1984) menyatakan bahwa asimetri informasi menyebabkan perusahaan lebih mengutamakan dana internal dari pada dana eksternal karena asimetri informasi tersebut menyebabkan pendanaan eksternal terlalu mahal bagi perusahaan.

Myers dan Majluf (1984) berpendapat bahwa perusahaan tergantung pada

(30)

Hipotesis pecking order menurut Myers (1984). Didasarkan pada empat asumsi, yaitu :

1. Dividend policy bersikap konstan (sticky),

2. Lebih baik dana internal dibanding eksternal,

3. Bila menggunakan dana eksternal pilih surat berharga bebas risiko,

4. Jika diperlukan banyak dana eksternal maka memilih urutan surat berharga dari

risk free debt, risk debt, convertible security, saham preferen, common stock.

2.1.5 Return on Equity

Return on Equity yaitu rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap total modal sendiri (ekuitas) yang berasal dari setoran modal pemilik, laba tak dibagi dan cadangan lain yang dikumpulkan oleh perusahaan. Semakin tinggi Return on Equity menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba atau keuntungan bersih. Return on Equity digunakan untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan (Sartono, 2001 : 124).

2.1.6 Debt to Equity Ratio

(31)

perusahaan, maka semakin besar kewajiban perusahaan untuk melunasi hutang ataupun membayar bunga atas hutang yang dimiliki secara periodik. Hal ini dapat mengurangi jumlah dividen yang akan didapatkan oleh pemegang saham.

2.1.7 Growth

Pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan total aset perusahaaan dan merupakan variabel yang dipertimbangkan dalam keputusan dividen. Pertumbuhan perusahaan yang tinggi lebih disukai untuk mengambil keuntungan pada investasi yang memiliki prospek yang baik (Saxena, 1999). Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditur atas dana yang ditanamkan ke dalam perusahaan dijamin oleh besarnya aset yang dimiliki perusahaan (Robert Ang, 1997). Manajemen sering mengalami kesulitan untuk memutuskan pembagian dividen apakah akan membagikan dividennya atau akan menahan laba untuk diinvestasikan kembali kepada proyek-proyek yang menguntungkan guna meningkatkan pertumbuhan (growth) perusahaan.

2.1.8 Collaterizable Assets

(32)

2.2 Penelitian Terdahulu

[image:32.596.108.522.198.755.2]

Beberapa penelitian mengenai kebijakan dividen telah banyak dilakukan oleh beberapa peneneliti, diantaranya adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu No . Peneliti (tahun) Judul Penelitian Variabel Penelitian Teknik Analisis Data Hasil Penelitian 1. Sakir dan Fadli

(2014) Influence of Manager Ownership, Debt Policy, Profitability, Firm Size, and Free Cash Flow on Dividend Policy Dependen : Kebijakan Dividen Independen : 1. Managerial Ownership 2. Debt Policy 3. Profitability 4. Firm Size 5. Free Cash

Flow

Regresi Linier Berganda

1. Arus Kas dan Kepemilikan Manajerial secara signifikan berpengaruh terhadap kebijakan dividen 2. Profitabilitas, kebijakan hutang, dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Kebijakan Dividen

2. Ahmad dan Wardani (2014)

The Effect of Fundamental factor to Dividend Policy Dependen : Kebijakan Dividen Independen : 1.Profitability 2.Liquidity 3.Leverage 4.Growth 5.Firm Size

Logit Regression 1.Likuiditas dan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. 2.Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen

3. Zurigat dan Khaled (2013)

The effect of ownership structure on dividend policy Dependen : Kebijakan Dividen Independen : Institusional ownership (firm size, growth, free cash flow, leverage) 1.Full Adjustment Model 2. Partial Adjustment Model 1. kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan 2. kepemilikan managerial tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijkan dividen.

4. Islamiyah (2012) Pengaruh free cash flow, profitabilitas, likuiditas, leverage, dan growth terhadap kebijakan dividen Dependen : Kebijakan Dividen Independen : 1. free cash fow 2. profitabilitas 3. likuiditas 4. leverage 5. growth 6. dividend payout ratio Regresi Linier Berganda

(33)

Lanjutan Tabel 2.1 No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian Variabel Penelitian Teknik Analisis Data Hasil Penelitian 5. Santoso dan

pratiwi (2012) Analisis faktor-faktor yang mempengaruh i kebijakan dividen, studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dependen : Kebijakan Dividen Independen : 1. leverage 2. growth 3. collaterizable assets 4. kepemilikian institusional 5. ukuran perusahaan 6. dividend payout ratio Regresi Linier Berganda

1. leverage, growth, dan coll. Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen 2. kepemilikian institusional berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividden 3. ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap

kebijkakan dividen

6. Margaretha dan Putra (2010)

The Determinant Factor of Dividend Policy at Non Finance Listed Company Dependen : Kebijakan Dividen Independen : 1. Profitability 2.Cash Flow 3.Tax

4. Sales Growth - Debt to Equity

Ratio

Regresi Linier Berganda

1. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio, 2. Arus kas dan Pajak

berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio 3. Pertumbuhan Penjualan, dan Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio.

5. Latiefasari (2010) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruh i Kebijakan Dividen Dependen : Kebijakan Dividen Independen : 1. Current Ratio 2. DER 3.Collaterizable Assets 4. Growth 5. ROE Regresi Linier Berganda 1.Collaterizable Assets berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR

2. CR dan ROE berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap DPR 3. DER dan Growth

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap DPR

8. Lestanti (2009) Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas, Hutang, dan Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Independen : Kebijakan Dividen Independen : 1.ReturnCommo

n on Equity 2. DER = Debt

to Equity Ratio

Regresi Linier Berganda

1. ROCE memiliki hubungan positif dan signifikan 2. DER memiliki

hubungan negatif dan signifikan 3. CURR tidak

(34)

Lanjutan Tabel 2.1 No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian Variabel Penelitian Teknik Analisis Data Hasil Penelitian

7. Sanjaya (2009) Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen pada Perusahaan Publik di Indonesia Dependen : Kebijakan Dividen Independen : 1.Kepemilikan Manajerial 2.Kepemilikan Institusional 3.Ukuran Perusahaan 4.Tingkat Pertumbuhan - Kebijakan

Hutang

Regresi Berganda 1. Kepemilikan Institusional dan Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap DPR 2. Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan, dan Kebijakan Hutangtidak berpengaruh

7. Fira (2009) Analisi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividend Payout Ratio ( Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2007) Dependen : Kebijakan Dividen Independen : 1. Cash Ratio 2. Growth 3. Firm Size 4. Return on

Asset 5. Debt to Total

Asset 6. Debt to

Equity Ratio

Regresi Linier Berganda

1. Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa secara bersama-sama variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen

(35)

2.3 Kerangka Konseptual

2.3.1 Pengaruh Return on Equity terhadap Dividend Payout Ratio

Sumarto (2007) mengungkapkan pada kebijakan pembayaran dividen yang berfluktuasi, besarnya dividen yang dibayarkan berdasarkan pada tingkat keuntungan pada setiap akhir periode. Apabila tingkat keuntungan tinggi, maka besarnya dividen yang dibayarkan cenderung tinggi, dan sebaliknya bila tingkat keuntungan rendah, maka besarnya dividen yang dibayarkan juga cenderung rendah. Return on equity mengukur kemampuan perusahan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan (Sartono, 2001 :124). Tingkat return on equity perusahaan menunjukkan kemampuan dari modal untuk menghasilkan keuntungan, semakin besar return on equity semakin tinggi kemungkinan jumlah dividen yang dibayarkan karena ekuitas telah dapat menghasilkan laba.

2.3.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Payout Ratio

(36)

2.3.3 Pengaruh Growth terhadap Dividend Payout Ratio

Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya. Perusahaan tersebut biasanya akan lebih senang untuk menahan pendapatannya daripada dibayarkan sebagai dividen. Wahyudi dan Baidori (2008) mengungkapkan pertumbuhan pada total aset yang besa akan menurunkan pembayaran dividen kepada pemegang saham karena pengelola perusahaan memanfaatkan laba yang diperoleh perusahaan untuk aktivitas pendanaan internal peluang investasi yang ada, sehingga semakin besar pertumbuhan pada total aset akan mengakibatkan perusahaan menurunkan pembayaran dividen. Tingkat pertumbuhan (growth) perusahaan menjadi gambaran perusahaan yang memiliki keputusan investasi yang baik. Semakin tinggi pertumbuhan perusahaan akan menurunkan tingkat dividen yang didapatkan oleh investor sebagai dividen (Higgins, 2007 : 118).

2.3.4 Pengaruh Collaterizable Assets terhadap Dividend Payout Ratio

(37)

takut piutang mereka tidak terbayar. Semakin besar aset tetap yang digunakan sebagai jaminan, semakin banyak dana yang digunakan untuk menjamin kelangsungan pemakaian aset tetap tersebut, sehingga akan menurunkan nilai dividen dan dapat merugikan para pemegang saham.

[image:37.596.141.501.277.437.2]

Adapun kerangka konseptual yang menjadi dasar penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan uraian teoritis, maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa : Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Growth,

dan Collaterizable Assets berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Debt to Equity Ratio Return on Equity

Collaterizable Assets Growth

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian asosiatif, yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan situs www.idx.co.id.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober 2015 sampai Januari 2016.

3.3 Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasional penelitian penulis, yaitu:

1. Data Laporan Keuangan perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2011 sampai 2014.

2.Perusahaan membagikan dividen tunai atau cash dividend setiap tahunnya. 3. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kebijakan dividen, yaitu: return on

(39)

3.4 Definisi Operasional Variabel a. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen (Y). Kebijakan dividen adalah keputusan mengenai apakah laba yang diperoleh akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang.

Kebijakan deviden diukur dengan perbandingan antara deviden yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapat dan disajikan dalam bentuk persentase divident payout ratio (DPR). Kebijakan dividen ini dapat dihitung dengan rumus (Warsono, 2003 : 275):

DPR= Deviden per lembar saham

Laba bersih per lembar saham

b. Variabel Independen 1) Return on Equity (�1)

Return on Equity (ROE) adalah rasio yang mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan (Sartono, 2001 : 124).

ROE = Laba bersih setelah pajak

Modal sendiri x 100%

2) Debt to Equity Ratio (X

2 )

(40)

didanai oleh ekuitas (Sartono, 2001). Rasio ini dihitung dengan rumus (Van Horne, 2005) :

DER = Total Hutang

Total Ekuitas

3) Growth (X3)

Pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan total aset perusahaan. Semakin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan, maka semakin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Sebaliknya, jika perusahaan telah well-esthablised, maka perusahaan dapat meningkatkan pertumbuhan dengan dana dari pasar modal dan sumber dana eksternal lainnya dan semakin meningkatlah pembagian dividen. Semakin besar peningkatan profitabilitas perusahaan, tingkat pertumbuhan perusahaan dikatakan semakin meningkat (Pradessya, 2006). Tingkat pertumbuhan perusahaan dihitung dengan rumus :

Growth = � �� � � − � �� � � −1 � �� � � −1

4) Collaterizable Assets (X

4)

Collaterizable Assets sebagai aktiva-aktiva yang dijaminkan untuk biaya agensi yang terjadi. Semakin tinggi collaterizable assets, akan mengurangi konflik pemegang saham dengan kreditur. Sebaliknya semakin rendah collaterizable asset, yang dimiliki perusahaan akan meningkatkan konflik kepentingan antara pemegang saham dengan kreditur (Wahyudi, 2008). Collaterizable assets dihitung dengan rumus (Fauz dan Rosidi, 2007):

Penjaminan aktiva tetap = aktiva tetap

(41)

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014 yang berjumlah 40 perusahaan. Penelitian ini menggunakan populasi sasaran yaitu populasi spesifik yang relevan dengan tujuan masalah penelitian atau populasi yang akan diteliti dalam area/ wilayah/ kurun waktu yang sesuai dengan tujuan penelitian.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2005 : 73).

Adapun kriteria (pertimbangan) penarikan sampel yang digunakan adalah : a. Perusahaan yang tetap listing di Bursa Efek Indonesia selama periode

2011-2014.

b. Perusahaan yang memiliki laporan keuangan yang di audit tiap akhir tahun, selama periode 2011-2014.

c. Perusahaan yang membayar dividen tunai secara berturut-turut selama periode 2011-2014.

(42)
[image:42.596.110.509.113.390.2]

Tabel 3.2

Nama – Nama Perusahaan Sampel

No. Perusahaan Sub Sektor Kode

1 Adaro Energy Tbk Pertambangan batubara ADRO

2 Radiant Utama Interisco Tbk Pertambangan batubara RUIS 3 Indo Tambangnya Megah Tbk Pertambangan batubara ITMG 4 Tambang Batubara Bukit Asam

(persero) Tbk

Pertambangan batubara PTBA

5 Petrosea Tbk Pertambangan

batubara, minyak, dan gas bumi

PTRO

6 Medco Energi International Tbk Pertambangan minyak dan gas bumi

MEDC 7 PT Timah (Persero) Tbk Pertambangan batu

bara dan logam mulia

TINS 8. Vale Indonesia Tbk Pertambangan biji

nikel

INCO

3.6 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi data dari laporan keungan perusahaan pertambangan yang didapat dari publikasi Bursa Efek Indonesia melalui situs www.idx.co.id

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka berupa literatur, jurnal, penelitian terdahulu, dan laporan-laporan yang dipublikasikan untuk mendapat gambaran masalah yang akan diteliti serta melalui data sekunder berupa laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. 3.8 Teknik Analisis Data

(43)

3.8.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas.

3.8.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dari kepemilikan manajerial, arus kas bebas,penjaminan aktiva tetap dan pertumbuhan terhadap Kebijakan Dividen. Untuk memperoleh hasil yang lebih terarah, maka peneliti menggunakan bantuan program Software SPSS. Persamaan regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = a + b

1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e

Keterangan :

Y = Kebijakan Dividen (Dividen Payout Ratio) a = Konstanta

X

1 = Return on Equity

X

2 = Debt to Equity Ratio

X

3 = Growth (Pertumbuhan)

X

4 = Collaterizable Assets (Penjaminan Aktiva Tetap)

b

1, b2, b3, b4= Koefisien regresi variabel bebas

e = Term of Error

3.9 Uji Asumsi Klasik

(44)

a) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi variabel independen, variabel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Uji ini dilakukan melalui analisis Kolmogorov Smirnov. b) Uji Heterokedastisitas

Salah satu asumsi penting model regresi linear klasik adalah homoskedastisitas, atau penyebaran (scedasticity) sama (homo). Maksudnya

adalah tiap unsur disturbance μi, tergantung (conditional) pada nilai yang dipilih

dari variabel yang menjelaskan, adalah suatu angka konstan yang sama dengan σ2. Uji ini digunakan untuk menguji apakah gangguan (disturbance) μi yang muncul dalam fungsi regresi populasi adalah homoskedastisitas atau sebaliknya. Apabila gangguan (disturbance) yang muncul mempunyai varians yang tidak sama, maka dapat dikatakan terdapat heteroskedastisitas. Pengujian dilakukan dengan Uji Glejser.

c) Uji Multikolinearitas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model sebuah regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terdapat korelasi antar variabel independen maka dapat dikatakan terdapat masalah multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Uji multikolinearitas menggunakan kriteria Variance Inflation Factor (VIF) dengan ketentuan:

(45)

Bila VIF < 5 tidak terdapat masalah multikolinearitas yang serius. d) Uji Autokorelasi

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi-regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode

t dan

kesalahan pengganggu pada periode

t-1(periode sebelumnya). Model regresi yang

baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi ini menggunakan Runs test.

3.10 Pengujian Hipotesis

Model regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis, melalui pengujian hipotesis sebagai berikut: a) Uji Signifikansi Serempak (Uji -F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara bersama-sama (serempak) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.Bentuk pengujiannya adalah:

Ho : b

1=b2=b3=b4= 0, artinya Return on Equity,Debt to Equity Ratio, Growth dan Collaterizable Assets secara serempak berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel kebijakan dividen pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Ha : b

(46)

Kriteria Pengambilan Keputusan: Ho diterima jika F

hitung ≤ F tabelpada α = 5 %

Ha diterima jika F

hitung > F tabel pada α = 5 %

b) Uji Signifikansi Parsial (Uji -t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah:

a. Ho : b

i = 0, artinya secara parsial Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Growth dan Collaterizable Assets berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel kebijakan dividen pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

b. Ha : b

i ≠ 0, artinya secara parsial Return on Equity, Debt to Equity Ratio,

Growth dan Collaterizable Assets berpengaruh signifikan terhadap variabel kebijakan dividen.

Pengujian menggunakan Uji-t dengan tingkat pengujian (level of test) pada α = 5

% dan derajat kebebasan (n-k). Kriteria Pengambilan Keputusan: Ho diterima jika – t

tabel < -t hitung atau t hitung < t tabel

Ha diterima jika -t

(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Bursa Efek Indonesia (BEI)

Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange

(IDX) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas operasional dan transaksi, Pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivatif. Bursa hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada 1 Desember 2007.BEI menggunakan sistem perdagangan bernama Jakarta Automated Trading System (JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan sistem manual yang digunakan sebelumnya. Sejak 2 Maret 2009 sistem JATS ini sendiri telah digantikan dengan sistem baru bernama JATS-NextG yang disediakan OMX.

4.1.2 Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia (BEI)

(48)

1. Adaro Energy Tbk (ADRO)

Adaro Energy Tbk adalah Perusahaan Indonesia yang merupakan produsen batu bara terbesar di belahan bumi selatan dan keempat terbesar di dunia. CEO Garibaldi Thohir (orang indonesia) memiliki kira-kira seperenam saham dari Adaro, senilai lebih dari $ 1 miliar.

Pada awal berdirinya pada tahun 2004, perusahaan yang masih berbentuk perseroan terbatas yang bernama PT Padang Karunia. Pada tanggal 18 April 2008 perusahaan ini berganti nama menjadi PT Adaro Energy Tbk dalam persiapan

untuk “go public”. Visi yang ditetapkan bagi perusahaan ini adalah menjadi

perusahaan yang terbesar dan paling efisien dalam hal penambangan batubara serta terintegrasi sebagai perusahaan energi di Asia Tenggara.

Adaro Energy dan anak perusahaannya saat ini bergerak dalam bidang pertambangan dan perdagangan batubara, infrastruktur dan logistik batu bara serta jasa kontraktor pertambangan. Setiap anak perusahaan yang beroperasi diposisikan sebagai pusat laba yang mandiri dan terintegritas. Hal ini sebagai upaya agar Adaro Energy memiliki produksi batubara yang kompetitif yang dapat diandalkan serta menghasilkan rantai pasokan batubara dengan nilai optimal bagi pemegang saham.

2. Indo Tambangnya Megah Tbk (ITMG)

(49)

Tambangraya Megah adalah Banpu Minerals (Singapore) Pte.Ltd (65,14%). Sedangkan Induk usaha utama ITMG adalah Banpu Public Company Limited, sebuah perusahaan yang didirikan di Kerajaan Thailand.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ITMG adalah berusaha dalam bidang pertambangan, pembangunan, pengangkutan, perbengkelan, perdagangan, perindustrian dan jasa. Saat ini, kegiatan utama ITMG adalah bidang pertambangan dengan melakukan investasi pada anak usaha dan jasa pemasaran untuk pihak-pihak berelasi. Anak usaha yang dimiliki ITMG bergerak dalam industri penambangan batubara, jasa kontraktor yang berkaitan dengan penambangan batubara dan perdagangan batubara. Pada tanggal 07 Desember 2007, ITMG memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ITMG (IPO) kepada masyarakat sebanyak 225.985.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp14.000,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 18 Desember 2007.

3. Vale Indonesia Tbk (INCO)

(50)

merupakan induk usaha INCO sedangkan Vale S.A., sebuah perushaaan yang didirikan di Brasil merupakan pengendali utama INCO.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INCO adalah dalam eksplorasi dan penambangan, pengolahan, penyimpanan, pengangkutan dan pemasaran nikel beserta produk mineral terkait lainnya. Saat ini, INCO menambang bijih nikel dan memprosesnya menjadi nikel dalam matte (produk yang digunakan dalam pembuatan nikel rafinasi) dengan penambangan dan pengolahan terpadu di Sorowako – Sulawesi.Pada tahun 1990, INCO memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham INCO (IPO) kepada masyarakat sebanyak 49.681.694 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp9.800,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Mei 1990.

4. Radiant Utama Interisco (RUIS)

(51)

RUIS didirikan sejak tahun 1984 berdasarkan akta pendirian no 41 tanggal 22 Agustus 1984. RUIS telah berpengalaman dalam sektor Industri Minyak dan Gas di Indonesia selama lebih dari 30 tahun dalam memberikan layanan dukungan teknis untuk sektor minyak dan gas dari hulu ke hilir, dan juga dengan industri terkait lainnya. Perusahaan memulai debutnya di pasar modal pada tahun 2006, dengan keuntungan Rp 42.500.000.000,- dari Initial Public Offering (IPO). Pada tanggal 12 Juli 2006, perusahaan pertama kali go public dan efektif tercatat di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) dengan jumlah saham

mencapai 770 juta lembar saham dengan kode “RUIS”.

5. Tambang Batubara Bukit Asam (persero) Tbk (PTBA)

(52)

Tahun 1981, PN TABA kemudian berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, yang selanjutnya disebut Perseroan. Dalam rangka meningkatkan pengembangan industri batu bara di Indonesia, pada 1990 Pemerintah menetapkan penggabungan Perum Tambang Batubara dengan Perseroan.Sesuai dengan program pengembangan ketahanan energi nasional, pada 1993 Pemerintah menugaskan Perseroan untuk mengembangkan usaha briket batu bara.Pada 23 Desember2002, Perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia

dengan kode “PTBA”.

6. PT Timah (persero) Tbk (TINS)

PT Timah Persero Tbk atau disingkat PT TIMAH adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pertambangan atau eksplorasi timah. Perusahaan ini adalah penghasil timah dunia terbesar pada tahun 2008. PT Timah (Persero) Tbk mewarisi sejarah panjang usaha pertambangan timah di Indonesia yang sudah berlangsung lebih dari 200 tahun. Sumber daya mineral timah di Indonesia ditemukan tersebar di daratan dan perairan sekitar pulau-pulau Bangka, Belitung, Singkep, Karimun dan Kundur.

(53)

dan luar negeri, dan 65% sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. Saat ini PT Timah (Persero) Tbk dikenal sebagai perusahaan penghasil logam timah terbesar di dunia dan sedang dalam proses mengembangkan usahanya di luar penambangan timah dengan tetap berpijak pada kompetensi yang dimiliki dan dikembangkan.

7. Medco Energi International Tbk (MEDC)

Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) didirikan tanggal 09 Jun 1980 dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 13 Desember 1980. Kantor pusat MEDC terletak di Lantai 52, Gedung The Energy, SCBD lot 11A, Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta 12190. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham MEDC, antara lain: Encore Energy Pte. Ltd (50,70%), Credit Suise Ag Sg Trust Account Client (20,73%) dan PT Prudential Life Assurance-Ref (6,84%).

Induk usaha Medco adalah Encore Energy Pte.Ltd, sebuah perusahaan yang didirikan di Singapura. Sedangkan pemegang saham induk usaha Medco adalah Encore International Ltd, (60,60%) sebuah perusahaan yang didirikan di British Virgin Islands dan Mitsubihi Corp. (39,40%), sebuah perusahaan yang didirikan di Jepang.Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Medco antara lain, eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi, dan aktivitas energi lainnya, usaha pengeboran darat dan lepas pantai, serta melakukan investasi (langsung dan tidak langsung) pada anak usaha.

(54)

saham dengan harga penawaran Rp4.350,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 12 Oktober 1994.

8. Petrosea Tbk (PTRO)

Petrosea Tbk (PTRO) didirikan tanggal 21 Februari 1972 dalam rangka

Penanaman Modal Asing “PMA” dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada

tahun 1972. Kantor pusat PTRO terletak di Indi Bintaro Office Park, Gedung B,Jl. Boulevard Bintaro Jaya Blok B7/A6, Sektor VII, Tang Sel,15224 dan memiliki kantor pendukung di Tanjung Batu dan Gedung Graha Bintang, Jl. Jend. Sudirman No. 423, Balikpapan, Kalimantan Timur. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Petrosea Tbk (31/05/2015), antara lain: PT Indika Energy Tbk (INDY) (induk usaha) (69,80%) dan Lo Kheng Hong (10,45%).

(55)

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Metode Analisis Deskriptif

[image:55.596.114.488.365.525.2]

Analisis deskriptif dilakukan terhadap seluruh variabel penelitian yang terdiri dari 4 (empat) variabel independen yakni 1). DER, 2). Collaterizable Asset, 3). Growth, dan 4). ROE serta 1 (satu) variabel dependen yakni Dividend Payout Ratio untuk mengetahui gambaran deskriptif meliputi nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai minimum serta nilai maksimum data penelitian dari ke-8perusahaan selama periode 2011-2014 sebagaimana disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2

Hasil Analisis Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DPR 32 ,023 2,110 ,47109 ,372069

ROE 32 ,012 ,571 ,17228 ,150355

DER 32 ,310 3,940 1,25813 1,089730

Growth 32 -,082 ,740 ,20372 ,217534

ColAsset 32 ,230 ,800 ,54344 ,177920

Valid N (listwise) 32

Sumber : Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah) 4.2.1.1. Variabel Independen

1). Return on Equity

Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa nilai mean ROE adalah sebesar 0,17228 dengan standar deviasi 0,150355. Nilai minimum ROE yaitu 0,012 pada perusahaan ADRO tahun 2012 dan nilai maksimum ROE adalah sebesar 0.571 pada perusahaan MEDC tahun 2011. Secara keseluruhan terlihat bahwa nilai

(56)

2). Debt to Equity Ratio

Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa nilai mean DER adalah sebesar 1,25813 dengan standar deviasi 1,089730. Nilai minimum DER adalah 0,310 pada perusahaan INCO tahun 2014 dan nilai maksimum DER adalah sebesar 3,940 pada perusahaan RUIS tahun 2012. Secara keseluruhan terlihat bahwa nilai mean

lebih besar dari standar deviasi. Hal ini mengindikasikan bahwa pada umumnya DER selama periode 2011-2014 adalah tinggi (lebih besar dari nilai standar deviasi).

3). Growth

Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa nilai mean Growth adalah sebesar 0,20372 dengan standar deviasi 0,217534. Nilai minimum Growth adalah -0,082 pada perusahaan PTBA tahun 2013 dan nilai maksimum Growth adalah sebesar 0,740 pada perusahaan ITMG tahun 2012. Secara keseluruhan terlihat bahwa nilai

mean lebih kecil dari standar deviasi. Hal ini mengindikasikan bahwa pada umumnya Growth selama periode 2011-2014 adalah rendah (lebih kecil dari nilai standar deviasi).

4). Collaterizable Asset

(57)

mengindikasikan bahwa Collaterizable Asset yang diperoleh selama periode 2011-2014 adalah tergolong tinggi (lebih besar dari nilai standar deviasi).

4.2.1.2. Variabel Dependen (Dividend Payout Ratio)

Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa nilai mean DPR adalah sebesar 0,47109 dengan standar deviasi 0,372069 Nilai minimum DPR adalah 0,023 pada perusahaan MEDC tahun 2012 dan nilai maksimum DPR adalah sebesar 2,110 pada perusahaan ITMG tahun 2013. Secara keseluruhan terlihat bahwa nilai mean

lebih besar dari standar deviasi. Hal ini mengindikasikan bahwa pada umumnya selama periode 2011-2014 DPR yang diperoleh perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia tergolong tinggi (lebih besar dari nilai standar deviasi).

4.2.2 Analisis Statistik 4.2.2.1 Uji AsumsiKlasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dimiliki oleh analisisregresi linier berganda.

a. Uji Normalitas

(58)
[image:58.596.138.461.183.405.2]

Gambar 4.1

Histogram Dependent Variabel (Dividend Payout Ratio)

Sumber : Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah)

(59)
[image:59.596.146.467.109.325.2]

Gambar 4.2

Normal P-Plot of Regresion Standarized Residual

Sumber : Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah)

Gambar 4.2 ini merupakan kurva P-Plot yang menunjukkan penyebaran titik-titik data di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Menurut Umar (2008:181), apabila data menyebar di sekitar garis diagonal, maka regresi memenuhi asumsi normalitas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variable Dividend Payout Ratio, berdistribusi normal.

(60)
[image:60.596.125.501.121.326.2]

Tabel 4.3

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 32

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,31757619

Most Extreme Differences Absolute ,196

Positive ,196

Negative -,138

Kolmogorov-Smirnov Z 1,109

Asymp. Sig. (2-tailed) ,171

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber : Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah)

Uji Heterokedastisitas

(61)

Gambar 4.3 Hasil Scatterplot

Sumber : Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah)

Pada Gambar 4.3, dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk suatu pola tertentu. Titik-titik tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model regresi dalam penelitian ini. Hal ini menandakan bahwa model regresi layak dipakai untuk memprediksi DPR berdasarkan masukan variabel independennya, yaitu ROE, DER, growth, dan collaterizable Asset. Untuk memperoleh tingkat uji heteroskedastisitas yang lebih signifikan, maka dalam penelitian ini juga dilakukan uji Glejser.

[image:61.596.164.465.123.332.2]
(62)
[image:62.596.112.519.112.312.2]

Tabel 4.4 Hasil Uji Glejser

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) ,332 ,209 1,586 ,124

ROE ,048 ,385 ,028 ,125 ,902

DER -,023 ,046 -,099 -,506 ,617

Growth ,012 ,242 ,010 ,048 ,962

ColAsset -,236 ,296 -,164 -,797 ,433

a. Dependent Variable: absut

Sumber : Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah)

Berdasarkan hasil output (Tabel 4.4), semua variabel independen tidak signifikan terhadap variabel dependennya (sig > 0,05). Nilai probabilitas signifikansi variabel ROE (0,902), DER (0,617), Growth (0.962), dan

Collaterizable Asset (0,433) lebih besar dari taraf nyata (sig > 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dalam model regresi ini.

c. Uji Autokorelasi

(63)
[image:63.596.223.402.113.317.2]

Tabel 4.5 Hasil Runs Test

Runs Test

Unstandardized

Residual

Test Valuea -,06330

Cases < Test Value 16

Cases >= Test Value 16

Total Cases 32

Num

Gambar

Tabel 1.1 Dividen TunaiPerusahaan Pertambangan
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
Tabel 3.2  Nama Perusahaan Sampel
+7

Referensi

Dokumen terkait

A K-Means unsupervised classification (Table 3) was performed, on both Landsat and Worldview; in order to determine if the different dune features (including crest, slopes

Afiliasi Hostgator – Saya mengikuti afiliasi Hostgator karena menggunakan Hostgator untuk meng-hosting semua blog saya (kecuali blog yang digunakan untuk membacklink atau

Sanggahan ditujukan kepada Panitia Pengadaan Jasa Pelaksanaan Konstruksi Dinas Kesehatan Kob Bandar Lampung Tahun Anggaran 2012 Jalan Drs. 74 Teluk betung,

Batas waktu maksimal yang telah ditentukan untuk melaporkan SPT ke Kantor Pajak adalah tiga bulan setelah akhir tahun pajak untuk SPT PPh tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi dan

dan Bisnis Universitas Sumatera Utara adalah lulusan yang mempunyai kualitas. yang baik dan mampu bersaing di lapangan

peranan sistem informasi akuntansi atas aktiva tetap khususnya pada. Fakultas

Asumsi peneliti bahwa modul gawat darurat bencana khusunya pada saat pre hospital, pada mahasiswa perawat sangat diperlukan dan di modifikasi sesuai dengan perkembangan

Expert Tip – if you frequently use the same reports, you can avoid the need to keep using the Select report Dialog Box and the Select output settings Dialog Box by creating