• Tidak ada hasil yang ditemukan

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 1 dari 38 hal. Put. Nomor 804 K/Pdt.Sus-PHI/2017

P U T U S A N

Nomor 804 K/Pdt.Sus-PHI/2017

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

memeriksa perkara perdata khusus perselisihan hubungan industrial pada tingkat kasasi memutus sebagai berikut dalam perkara antara:

PT BALI TARU UTAMA, berkedudukan di Jalan Raya Serang Km.

11, Kampung Kadu, RT 002, RW001, Desa Bunder, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, diwakili oleh Direktur, Shinta Dewi, dalam hal ini memberikan kuasa kepada Rizal Haliman, S.H., M.H., dan kawan, Para Advokat, beralamat di Komplek Ruko Gateway Blok D-28, Jalan Raya Waru, Sidoarjo, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 24 Desember 2016;

Pemohon Kasasi dahulu Tergugat; L a w a n

CANDRA, Warga Negara Indonesia, bertempat tinggal Perumahan

Alam Indah L I-14, RT 001, RW 008, Kelurahan Poris Palawad, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, Provinsi Banten, dalam hal ini memberikan kuasa kepada Endang Darajat, S.H., dan kawan, Para Advokat, beralamat di Jalan Pemda Tigaraksa, RT 02/01, Ds. Budimulya, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 15 Februari 2017;

Termohon Kasasi dahulu Penggugat; Mahkamah Agung tersebut;

Membaca surat-surat yang bersangkutan;

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang Termohon Kasasi dahulu Penggugat telah mengajukan gugatan terhadap Pemohon Kasasi dahulu Tergugat di depan persidangan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Serang, pada pokoknya sebagai berikut: 1. Bahwa saudara Candra (Penggugat) adalah karyawan PT Bali Taru Utama

yang beralamat di Jalan Raya Serang KM 11, Kp. Kadu, RT 02/01, Desa Bunder, Kecamatan Cukupa, Kabupaten Tangerang (Tergugat);

2. Bahwa Penggugat telah bekerja pada Tergugat sejak tanggal 1 April 2009 sampai dengan 27 Februari 2016 (tidak benar masa kerja Penggugat sesuai surat anjuran Disnekertrans), dengan jabatan terakhir sebagai PPIC Supervisor, dengan upah pokok yang diterima terakhir sebesar

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(2)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 2 dari 38 hal. Put. Nomor 804 K/Pdt.Sus-PHI/2017

Rp5.945.000,00 (lima juta sembilan ratus empat puluh lima ribu rupiah) setiap bulannya;

3. Bahwa perselisihan hubungan kerja dimulai pada sekitar bulan Februari 2016 yang bermula dari angapan Tergugat bahwa Penggugat telah melakukan kesalahan kerja dalam hal job order produksi. Yang mana bisa dijelaskan, pada sekitar akhir September 2015 bagian marketing membuat order Nomor OC/5058/Sep/EXP/15 pertanggal 26 September 2016 untuk membuat beberapa model pensil salah satunya pensil item nomor 26114 dengan spesifikasi yang tertera dalam order marketing tersebut. kemudian Penggugat menerbitkan job order produksi dengan nomor 5474 dan 5474-1 pada tanggal 3 Oktober 2015 sesuai spesifikasi yang diinginkan oleh bagian marketing. Job order produksi yang telah dibuat oleh Penggugat kemudian dikirim ke Kepala Produksi untuk disetujui dan kemudian dikirim ke bagian masing-masing produksi dan mulailah pengerjaan pesanan dimulai;

Bahwa kemudian sebelum pengerjaan order tersebut selesai, bagian marketing merubah ordernya dengan menerbitkan revisi order marketing Nomor OC/5058/Sep/Exp/15 Rev 1. Pada revisi order tersebut ada perubahan spesifikasi pada pensil item nomor 26114. Penggugat kemudian membuat kembali job order produksi Nomor 5474-B dan 5474-1-B. Pada saat job order produksi itu dibuat oleh Penggugat ternyata pihak produksi telah memproduksi job order yang pertama dan sudah setengahnya dibuat oleh bagian produksi;

Bahwa hal tersebut menyebabkan expor produksi tersebut tertunda karena dilakukan perbaikan-perbaikan sampai dengan bulan Februari 2016.

Bahwa karena merasa mengeluarkan biaya-biaya tambahan untuk melakukan perbaikan-perbaikan tersebut, pada akhirnya Tergugat memanggil Penggugat pada tanggal 27 Februari 2016. Tergugat menyatakan semua yang terjadi di bagian produksi dari perbaikan-perbaikan produksi sampai tertundanya expor karena kesalahan Penggugat membuat job order produksi. Dan akhirnya Tergugat menyatakan memutus hubungan kerjanya dengan Penggugat pada tanggal 27 Februari 2016 tersebut dan hanya akan memberikan uang kebijaksanaan sebanyak 3 (tiga) bulan gaji. Pada saat juga Penggugat menyatakan menolak kebijaksanaan dari Tergugat. dan meminta hak-hak pemutusan hubungan kerjanya yang sesuai aturan yang berlaku;

4. Bahwa bipartit atau upaya penyelesaian secara damai antara Penggugat dengan Tergugat sudah pernah dilakukan akan tetapi tetaplah tidak ada titik

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(3)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 3 dari 38 hal. Put. Nomor 804 K/Pdt.Sus-PHI/2017

temu penyelesaiaannya;

5. Bahwa upaya mediasi di Disnakertrans Kabupaten Tangerang pun sudah dilakukan dan tidak ada titik temu penyelesaiaan permasalahannya karena Tergugat tetap hanya akan memberikan uang kebijaksanaan jauh dari nilai normatif Undang Undang Ketenagakerjaan yang berlaku. Dan akhirnya Disnakertrans Kab. Tangerang mengeluarkan Anjuran dengan Nomor Surat 560/4121/Disnakertrans, yang pada intinya hubungan kerja antara Penggugat dan Tergugat dapat berakhir dan Penggugat berhak mendapatkan pesangon dan lain-lainnya sebesar 1 x ketentuan yang berlaku;

6. Bahwa atas anjuran mediator tersebut Tergugat tetap saja menawarkan uang kebijaksanaan dibawah normatif ketenagakerjaan yang berlaku (masih dibawah ketentuan 1 x ketentuan ketenagakerjaan), dan dengan tegas Penggugat menolaknya. Penggugat menghendaki Tergugat memberikan pesangon minimal 1 x ketentuan ketenagakerjaan yang berlaku dengan perhitungan masa kerja dari sejak bulan April 2009;

7. Bahwa terkait Jamsostek. Tergugat baru mengikutsertakan Penggugat pada program Jamsostek (Jaminan Hari Tua) pada sekitar bulan Juni tahun 2011, padahal sebenarnya Penggugat mulai bekerja di Tergugat pada bulan April 2009. Setelah diikutsertakan pada program JHT Jamsostek (Juni 2011), pembayaran premi yang ditanggung oleh Tergugatpun dihitung dari nominal UMK/UMR yang berlaku di Kabupaten Tangerang, jadi bukan dari besarnya gaji pokok yang diterima Penggugat. atas hal tersebut jelas adanya Tergugat sudah tidak menjalankan ketentuan Jamsostek pada saat itu dan Penggugat merasa dirugikan karena pembayaran premi/iuran Jamsosteknya tidak dihitung dari jumlah gaji yang diterima Penggugat dan mengakibatkan berkurangnya keuntungan/klaim Jamsostek. Perhitungan kekurangannya dapat diuraikan sebagai berikut:

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(4)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 4 dari 38 hal. Put. Nomor 804 K/Pdt.Sus-PHI/2017

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(5)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 5 dari 38 hal. Put. Nomor 804 K/Pdt.Sus-PHI/2017

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(6)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 6 dari 38 hal. Put. Nomor 804 K/Pdt.Sus-PHI/2017

selisih besarnya upah yang dipotong premi/iuran Jamsostek itulah yang menjadi kerugian Penggugat. seharusnya Tergugat menghitung premi/iuran yang dibayarkan oleh perusahaan dari besarnya gaji/upah Penggugat yang diterima setiap bulannya, bukan dari besaran UMK/UMR yang berlaku. Hal mana berdasar ketentuan Pasal 5 ayat (3) Permen Nomor 12 Tahun 2007, juncto Pasal 9 PP Jamsostek, juncto Pasal 28 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggara Program Jaminan Pensiun semuanya mengatur pada intinya bahwa premi/iuran yang dibayarkan besarannya adalah beberapa presen dari total upah/gaji yang diterima karyawan/pekerja. Oleh karena hal tersebut, mohon kiranya Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini mengabulkan tuntutan kekurangan perhitungan kekurangan iuran jamsostek beserta keuntungannya yang tidak dibayarkan oleh Tergugat dengan semestinya;

8. Bahwa jika melihat dari uraian pada point 3 (tiga) tersebut di atas. Jelas kiranya kesalahan job order produksi terjadi karena bermula dari order marketing yang berubah secara tiba-tiba sedangkan proses produksi sudah berjalan dan sudah setengahnya dari order produksi sudah selesai. jadi bukan semata-mata karena kesalahan dari Penggugat, karena Penggugat dalam hal ini telah membuat job order produksi berdasar permintaan order marketing sesuai spesifikasi yang diinginkan. Oleh karenya jika karena hal-hal tersebut Tergugat memutus hubungan kerjanya dengan Penggugat, maka kriteria Pemutusan Hubungan Kerja tersebut adalah Pemutusan Hubungan kerja sepihak dan Tergugat wajib membayar uang pesangon dan lain-lainnya sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (1, 2, 3, 4) Undang Undang Nomor 13/2003 Tentang ketenagakerjaan. Dengan perhitungan pesangon dari masa kerja Penggugat selama 6 tahun (April 209 sampai dengan Pebruari 2016) dan besarnya gaji Penggugat terakhir sebesar Rp5.945.000,00 rinciannya adalah:

- Uang pesangon (7 x Rp5.945.000,00) x 2 = Rp83.230.000,00 (sesuai Pasal 156 ayat (2) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003);

- Uang penghargaan masa kerja 3 x Rp5.9450.000,00 = Rp17.835.000,00 (sesuai pasal 156 ayat (3 Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003); - Penggantian biaya perumahan serta pengobatan: Rp101.065.000,00 x

15%= Rp15.159.750,00 (sesuai dengan Pasal 156 ayat (4 Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003);

Jadi, jumlah keseluruhan yang harus diterima penggugat adalah Rp83.230.000,00 + Rp17.835.000,00 + Rp15.159.750,00 =

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(7)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 7 dari 38 hal. Put. Nomor 804 K/Pdt.Sus-PHI/2017

Rp116.224.750,00 (seratus enam belas juta dua ratus dua puluh empat ribu tujuh ratus lima puluh rupiah);

9. Bahwa menurut aturan perundangan ketenagakerjaan yang berlaku, selama proses perselisihan berjalan, termasuk didalamnya proses persidangan, maka para pihak harus tetap menjalankan hak dan kewajibannya. Dalam hal ini karena Tergugat sendiri yang tidak memperbolehkan Penggugat untuk bekerja atau memutus hubungan kerjanya dengan Penggugat sejak 27 Februari 2016, maka Tergugat secara hukum harus tetap menjalankan kewajibannya membayar upah sampai saat ini dan THR (Tunjangan Hari Raya) pada tahun 2016 ini, dengan rincian:

a. Upah yang harus tetap dibayarkan Tergugat yaitu dari bulan Maret 2016 sampai dengan Agustus 2016 sebanyak 6 bulan dengan perhitungan Rp5.945.000,00 x 6 = Rp35.670.000,00;

b. THR tahun 2016 yaitu sebesar Rp5.945.000,00;

10. Bahwa oleh karena gugatan ini didasarkan pada bukti-bukti autentik dan mempunyai kekuatan hukum, serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan yang berlaku, maka Penggugat mohon agar pengadilan perselisihan hubungan industrial pada Pengadilan Negeri Serang menyatakan putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu walaupun diadakan upaya hukum (uitvoerbaar bij voorraad) kasasi (uitvoerbaar bij voorraad);

Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Penggugat mohon kepada Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Serang agar memberikan putusan sebagai berikut:

1. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan pemutusan hubungan kerja yang terjadi adalah pemutusan hubungan kerja sepihak oleh Tergugat sebagaimana ketentuan Pasal 156 Undang Undang Nomor 13/2003;

3. Menyatakan putus hubungan kerja antara Penggugat dengan Tergugat sejak saat putusan perkara ini dibacakan;

4. Menghukum Tergugat untuk membayarkan selisih/kekurangan pembayaran premi/iuran JHT Jamsostek beserta keuntungan-keuntungannya sebesar Rp16.340.543,00 (enam belas juta tiga ratus empat puluh ribu lima ratus empat puluh tiga rupiah);

5. Menghukum Tergugat untuk membayar uang konpensasi pemutusan hubungan kerja yang berupa:

- Uang pesangon (7 x Rp5.945.000,00) x 2 = Rp83.230.000,00 (sesuai

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(8)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 8 dari 38 hal. Put. Nomor 804 K/Pdt.Sus-PHI/2017

Pasal 156 ayat (2) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003);

- Uang penghargaan masa kerja 3 x Rp5.9450.000,00 = Rp17.835.000,00 (sesuai Pasal 156 ayat (3) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003); - Penggantian biaya perumahan serta pengobatan: Rp101.065.000,00 x

15%= Rp15.159.750,00 (sesuai dengan Pasal 156 ayat (4) Undang Undang Nomor 13 tahun 2003) Jadi, jumlah keseluruhan kompensasi PHK yang harus diterima Penggugat adalah Rp83.230.000,00 + Rp17.835.000,00 + Rp15.159.750,00 = Rp116.224.750,00 (seratus enam belas juta dua ratus dua puluh empat ribu tujuh ratus lima puluh rupiah); 6. Menghukum Tergugat untuk tetap membayar upah/gaji Penggugat selama 6

bulan dari bulan Maret sampai dengan Agustus 2016 dan THR tahun 2016, total sebesar Rp41.615.000,00 (empat puluh satu juta enam ratus lima belas ribu rupiah);

7. Menyatakan putusan ini dilaksanakan terlebih dahulu walaupun diadakan upaya hukum (uitvoerbaar bij voorraad) kasasi;

8. Memerintahkan Tergugat untuk patuh terhadap isi putusan ini; 9. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara.

Atau apabila Pengadilan berpendapat lain, mohon untuk memberikan putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono);

Bahwa, terhadap gugatan tersebut di atas, Tergugat mengajukan gugatan rekonvensi yang pada pokoknya sebagai berikut:

Dalam Rekonvensi :

1. Bahwa dalam gugatan rekonvensi ini untuk Tergugat dalam kedudukannya sekarang dalam rekonvensi sebagai Penggugat Rekonvensi mengajukan gugatan rekonvensi, sebagai gugatan balasan terhadap Penggugat yang dalam kedudukannya dalam rekonvensi sekarang sebagai Tergugat Rekonvensi, untuk itu Penggugat Rekonvensi tetap dengan dalil-dalil yang disampaikan dalam konvensi yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan dapat digunakan kembali dalam rekonvensi ini;

2. Bahwa Penggugat Rekonvensi adalah perusahaan berbadan hukum yang bergerak dibidang industri pensil/alat tulis, yang dalam menjalankan operasional Perusahaannya mempunyai ketentuan dan peraturan-peraturan perusahaan yang wajib dipatuhi dan ditaati oleh seluruh pekerja dan kewajiban pekerja untuk mentaati sekaligus sepakat serta menyetujui atas isi dari perjanjian kerja bersama yang telah terdaftar dan disahkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

3. Bahwa Penggugat Rekonvensi memiliki Perjanjian Kerja Bersama Tahun

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(9)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 9 dari 38 hal. Put. Nomor 804 K/Pdt.Sus-PHI/2017

2008 – 2010 yang hingga saat ini masih berlaku, berdasarkan Pasal 29 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama; 4. Bahwa Tergugat Rekonvensi adalah mantan karyawan Penggugat

Rekonvensi, yang diangkat sebagai karyawan tetap sejak tanggal 1 April 2013, dengan jabatan terakhir sebagai Production Planning Inventory Control, dengan komposisi gaji/upah terakhir per bulan sebagai berikut: 1) Gaji pokok = Rp 4.460.000,00

2) Tunjangan tidak tetap :

- Tunjangan jabatan = Rp 500.000,00 - Uang makan = Rp 520.000,00 - Uang transport = Rp 465.000,00 +

Total = Rp 5.945.000,00

5. Bahwa tanggal 12 September 2015, Tergugat Rekonvensi mendapat Surat Peringatan Ketiga (SP-3) dari Penggugat Rekonvensi, mengingat Penggugat tidak melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai Production Planning Inventory Control (PPIC) dengan baik dan sering tidak bertanggung jawab, bahkan yang bersangkutan tidak pernah mengkontrol atau melakukan pengawasan ke lapangan, dan sering kali tidak mem-follow up inventory dengan saksama, sehingga mengganggu dan menghambat jalannya proses produksi (proses produksi menjadi tidak lancar dan tidak terencana), yang banyak menimbulkan kerugian bagi Penggugat Rekonvensi;

6. Bahwa pada tanggal 27 Februari 2016, Tergugat Rekonvensi diputus hubungan kerjanya, mengingat Tergugat Rekonvensi melakukan kesalahan yang berulang, yaitu sekitar awal bulan Februari 2016 yang bersangkutan tidak menjalankan perintah kerja sesuai spesifikasi order kerja dari customer yang diberikan oleh bagian marketing, yang mana kesalahan tersebut menimbulkan kerugian besar bagi Penggugat Rekonvensi, yaitu:

1) Kerugian akibat pemberhentian operasional produksi selama 4 (empat) hari, menimbulkan kerugian hilangnya hasil produksi sebanyak 8.000 gross pensil, yang dihitung sebesar USD 73.520 x Rp13.700,00 = Rp1.007.297.520,00 (satu miliar tujuh juta dua ratus sembilan puluh tujuh ribu lima ratus dua puluh rupiah);

2) Kerugian akibat keterlambatan eksport karena kesalahan produksi sehingga 1 (satu) kontainer tidak dapat berangkat, menimbulkan kerugian

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(10)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 10 dari 38 hal. Put. Nomor 804 K/Pdt.Sus-PHI/2017

sebesar USD 151.571,1633 x Rp13.700,00 = Rp2.076.524.937,66 (dua milyar tujuh puluh enam juta lima ratus dua puluh empat ribu sembilan ratus tiga puluh tujuh rupiah enam puluh enam sen);

3) Kerugian akibat pembatalan 1 (satu) kontainer yang tidak dapat berangkat sebesar Rp4.000.000,00 (empat juta rupiah);

4) Kerugian akibat tertundanya pembayaran invoice tagihan 1 (satu) minggu, menimbulkan kerugian sebesar 7 x 0,025% x (USD 151.571.16 x Rp13.700,00) = Rp3.633.919,00 (tiga juta enam ratus tiga puluh tiga ribu sembilan ratus sembilan belas rupiah);

5) Kerugian akibat penempelan sticker untuk menutup logo white space sebesar 30.000 pcs x Rp45,00 = Rp1.350.000,00 (satu juta tiga ratus lima puluh ribu rupiah);

6) Kerugian pembayaran upah 20 (dua puluh) orang karyawan selama 3 (tiga) hari untuk penempelan sticker sebesar 30 x 20 x Rp100.721,00 = Rp6.043.260,00 (enam juta empat puluh tiga ribu dua ratus enam puluh rupiah);

Bahwa total kerugian yang dialami Penggugat Rekonvensi adalah sebesar Rp3.098.849.636,00 (tiga miliar sembilan puluh delapan juta delapan ratus empat puluh sembilan ribu enam ratus tiga puluh enam rupiah);

7. Bahwa berdasarkan hasil bipartit, hasil mediasi, dan berdasarkan pula pada Anjuran Mediator, Tergugat Rekonvensi menyatakan bahwa bersedia/ sepakat adanya pemutusan hubungan kerja dengan Penggugat Rekonvensi; Bahwa oleh karenanya mohon kepada Majelis Hakim Yang Terhormat yang mengadili perkara a quo menyatakan sah pemutusan hubungan kerja antara Penggugat Rekonvensi dan Tergugat Rekonvensi sejak tanggal 27 Februari 2016;

8. Bahwa berdasarkan hasil bipartit, hasil mediasi, dan Anjuran Mediator serta gugatan Penggugat Konvensi halaman 2 angka 5 dan 6, Tergugat Rekonvensi menyatakan menginginkan pembayaran uang pesangon 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4), dengan perhitungan sebagai berikut :

- Pesangon = 3 x Rp4.460.000,00 = Rp13.380.000,00 - Penggantian Hak = 15% x Rp13.380.000,00 = Rp 2.007.000,00+

Total = Rp15.387.000,00

Bahwa oleh karenanya mohon kepada Majelis Hakim Yang Terhormat yang mengadili perkara a quo menyatakan Tergugat Rekonvensi berhak mendapatkan uang pesangon dan uang penggantian hak, dengan total

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(11)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 11 dari 38 hal. Put. Nomor 804 K/Pdt.Sus-PHI/2017

sebesar Rp15.387.000,00 (lima belas juta tiga ratus delapan puluh tujuh ribu rupiah);

9. Bahwa berdasarkan hasil bipartit, hasil mediasi, dan berdasarkan pula pada Anjuran Mediator, Tergugat Rekonvensi menyatakan bahwa bersedia bertanggung jawab dan membayar ganti rugi atas kesalahan yang dilakukan Tergugat Rekonvensi pada Penggugat Rekonvensi;

10. Bahwa kewajiban Tergugat Rekonvensi untuk membayar ganti rugi yang dialami Penggugat Rekonvensi akibat kesalahan produksi yang dilakukan oleh Tergugat Rekonvensi berdasarkan pula pada ketentuan hukum sebagai berikut:

1) Perjanjian Kerja Bersama PT Bali Taru Utama pada Bab XII tentang Sanksi Sanksi Terhadap Pelanggaran/Surat Peringatan dan Schorsing Pasal 29 ayat (9) huruf b, yang menyatakan :

“Selain sanksi yang disebutkan di atas, maka sesuai prinsip Peraturan Pemerintah Nomor 8/1981 dapat dikenakan pula bagi pelanggar berupa sanksi denda dan/atau ganti rugi yaitu:

b. Ganti Rugi:

Perusahaan dapat menetapkan sanksi ganti rugi berupa uang atas perbuatan pekerja yang dengan sengaja atau lalai menyebabkan hilang atau rusaknya asset milik perusahaan. ...”;

2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah pada Pasal 23 ayat (1), yang menyatakan:

“Ganti rugi dapat dimintakan oleh pengusaha dari buruh. Bila terjadi kerusakan barang atau kerugian lainnya baik milik pengusaha maupun milik pihak ketiga oleh buruh karena kesengajaan atau kelalaian”;

11. Bahwa oleh karenanya mohon kepada Majelis Hakim Yang Terhormat yang mengadili perkara a quo menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar ganti rugi yang dialami Penggugat Rekonvensi akibat kesalahan produksi yang dilakukan oleh Tergugat Rekonvensi, dengan total kerugian sebesar Rp3.098.849.636,00 (tiga miliar sembilan puluh delapan juta delapan ratus empat puluh sembilan ribu enam ratus tiga puluh enam rupiah);

12. Bahwa lebih lanjut berdasarkan ketentuan hukum, oleh karena gugatan Penggugat Rekonvensi diajukan atas dasar bukti-bukti autentik yang diyakini kebenarannya dan memenuhi pula ketentuan hukum Pasal 180 HIR juncto Surat Edaran Mahkamah Agung R.I. Nomor 3 Tahun 2000, tanggal 2 Juli 2000, tentang putusan serta merta (uitvoerbaar bij voorraad), maka mohon kepada Majelis Hakim Yang Terhormat menyatakan Putusan

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(12)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 12 dari 38 hal. Put. Nomor 804 K/Pdt.Sus-PHI/2017

perkara ini diputus dalam putusan serta merta (uitvoerbaar bij voorraad) dan dapatnya dijalankan terlebih dahulu meskipun ada verzet, banding ataupun kasasi;

Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Penggugat Rekonvensi mohon kepada Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Serang agar memberikan putusan sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonvensi untuk seluruhnya ;

2. Menyatakan sah pemutusan hubungan kerja antara Penggugat Rekonvensi dan Tergugat Rekonvensi sejak tanggal 27 Februari 2016;

3. Menyatakan Tergugat Rekonvensi berhak mendapatkan uang pesangon dan uang penggantian hak, dengan total sebesar Rp15.387.000,00 (lima belas juta tiga ratus delapan puluh tujuh ribu rupiah);

4. Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar ganti rugi kepada Penggugat Rekonvensi atas kesalahan produksi yang dilakukan Tergugat Rekonpensi, dengan total kerugian sebesar Rp3.098.849.636,00 (tiga miliar sembilan puluh delapan juta delapan ratus empat puluh sembilan ribu enam ratus tiga puluh enam rupiah);

5. Menyatakan putusan perkara ini diputus dalam putusan serta merta (uitvoerbaar bij voorraad) dan dapatnya dijalankan terlebih dahulu meskipun Verset, banding maupun kasasi;

6. Membebankan biaya perkara pada Tergugat Rekonvensi;

Atau apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono);

Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Serang telah memberikan putusan Nomor 96/Pdt.Sus-PHI/2016/PN Srg. pada tanggal 29 November 2016 yang amarnya sebagai berikut:

Dalam Konvensi: Dalam Pokok Perkara:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat Konvensi sebagian;

2. Menyatakan Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan Tergugat Konvensi terhadap Penggugat Konvensi sah sejak tanggal 1 September 2016 karena pekerja melakukan kesalahan;

3. Menghukum Tergugat Konvensi untuk membayar pemutusan hubungan kerja berupa uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, uang penggantian hak, tunjangan hari raya 2016 dan upah proses sebagai akibat dari pemutusan hubungan kerja kepada Penggugat Konvensi secara tunai

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(13)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 13 dari 38 hal. Put. Nomor 804 K/Pdt.Sus-PHI/2017

sebesar Rp82.635.500,00 (delapan puluh dua juta enam ratus tiga puluh lima ribu lima ratus rupiah);

4. Menolak gugatan Penggugat Konvensi untuk selain dan selebihnya; Dalam Rekonvensi

- Menolak gugatan Penggugat Rekonvensi untuk seluruhnya; Dalam Konvensi dan Rekonvensi

- Membebankan biaya perkara yang timbul dari perkara ini kepada Tergugat sebesar Rp591.000,00 (lima ratus sembilan puluh satu ribu rupiah);

Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Serang tersebut diucapkan dengan hadirnya kuasa Tergugat pada tanggal 23 Desember 2016, terhadap putusan tersebut Penggugat dengan perantaraan kuasanya, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 24 Desember 2016 mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 10 Januari 2017 sebagaimana ternyata dari Akta Permohonan Kasasi Nomor 05/Kas/ PHI.G/2016/PN Srg. yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Serang, permohonan tersebut disertai dengan memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri/Hubungan Industrial Serang pada tanggal 20 Januari 2017;

Bahwa memori kasasi telah disampaikan kepada Penggugat pada tanggal 7 Februari 2017, kemudian Termohon Kasasi/Penggugat mengajukan kontra memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri/ Hubungan Industrial Serang pada tanggal 17 Februari 2017;

Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, sehingga permohonan kasasi Pemohon Kasasi tersebut secara formal dapat diterima;

Menimbang, bahwa keberatan-keberatan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi dalam memori kasasinya adalah:

Dalam Konvensi:

Tentang Pengakuan Judex Facti Tingkat Pertama:

1. Bahwa Judex Facti Tingkat Pertama dalam pertimbangan hukumnya telah mengakui dalil-dalil Tergugat Konvensi/Pemohon Kasasi sebagaimana yang terbukti dalam fakta persidangan, serta bukti-bukti yang ada dan keterangan saksi, sebagai berikut:

− Pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama dalam Putusan Nomor 96/Pdt.SUS-PHI/2016/PHI Srg., halaman 26 alinea 7 sampai

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(14)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 14 dari 38 hal. Put. Nomor 804 K/Pdt.Sus-PHI/2017

dengan 9, yang menyatakan:

“Menimbang, bahwa Penggugat menerima keputusan pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh Tergugat hanya tidak terdapat kesesuaian perihal besarnya kompensasi pemutusan hubungan kerjanya; Menimbang, bahwa untuk mempertimbangkan tentang kompensasi pemutusan hubungan kerja tersebut Majelis akan memeriksa terlebih dahulu latar belakang terjadinya pemutusan hubungan kerja;

Menimbang, bahwa Tergugat telah memberikan Penggugat Surat Peringatan 3 (bukti T-4) pada tanggal 12 September 2015 berdasarkan kesalahan yang dilakukan Penggugat sesuai surat pernyataan atas nama Rica, karyawan bagian purchasing PT Bali Taru Utama tanggal 11 September 2015 (bukti T-2) dan Berita Acara PT Bali Taru Utama perihal kesalahan data stock PPIC tanggal 11 September 2015 (bukti T-3) ;” − Pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama dalam Putusan

Nomor 96/Pdt.SUS-PHI/2016/PHI.Srg., halaman 27 alinea 1 sampai dengan 2, yang menyatakan:

“Menimbang, bahwa tentang Surat Peringatan 3 yang diterima Penggugat dari Tergugat dalam repliknya Penggugat mengakui menerima Surat Peringatan 3 dan menandatangani menerima SP-3 tersebut sehingga harus dinyatakan terbukti;

Menimbang, bahwa pada bulan Februari 2016 Penggugat dianggap oleh Tergugat melakukan kesalahan lagi (berulang) karena tidak menjalankan perintah kerja sesuai spesifikasi order kerja dari customer yang diberikan oleh bagian marketing kepada Penggugat;”

− Pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama dalam Putusan Nomor 96/Pdt.SUS-PHI/2016/PHI.Srg., halaman 27 alinea 4 sampai dengan 8, yang menyatakan:

“Menimbang, bahwa keterangan saksi Tergugat yang menerangkan bahwa Penggugat telah salah tidak memberikan revisi perintah kerja kepada saksi sehingga menimbulkan kerugian Tergugat;

Menimbang, bahwa memperimbangkan bukti surat pernyataan yang diajukan Tergugat perihal kesalahan Penggugat yaitu: bukti T-5, bukti T-6 dan bukti T-7 tentang Berita Acara Penghentian Produksi;

Menimbang, bahwa perihal kesalahan berulang yang dilakukan Penggugat menurut Majelis paling tidak dianggap benar dan terbukti terjadi kerugian yang dialami Tergugat yang diakui oleh Penggugat dan Tergugat;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(15)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 15 dari 38 hal. Put. Nomor 804 K/Pdt.Sus-PHI/2017

Menimbang, bahwa kerugian tersebut menurut pertimbangan Majelis sebagian atau seluruhnya merupakan tanggung jawab Penggugat sebagai Kepala Production Planning, Inventory and Control (PPIC) sehingga Penggugat tidak bisa melepaskan tanggung jawab atas kerugian yang terjadi begitu saja;

Menimbang, bahwa Tergugat mendalilkan pemutusan hubungan kerja yang dilakukan terhadap Penggugat karena Penggugat melakukan kesalahan sebagaimana diuraikan di atas yang masuk kategori kesalahan berat;”

− Pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama dalam Putusan Nomor 96/Pdt.SUS-PHI/2016/PHI.Srg., halaman 29 alinea 2 sampai dengan 3, yang menyatakan:

“Menimbang, bahwa sebelum dilakukan pemutusan hubungan kerja terhadap Penggugat oleh Tergugat sebelumnya terjadi kesalahan yang dilakukan oleh Penggugat, Tergugat sudah berupaya memberikan pembinaan terhadap Tergugat berupa SP-3 maka menurut Majelis Hakim kualifikasi yang dikenakan dalam pemutusan hubungan kerja Penggugat adalah kualifikasi pemutusan hubungan kerja karena pekerja melakkan kesalahan/pelanggaran sebagaimana yang diatur dalam Pasal 161 Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang bunyinya:

“Pasal 161

(1) Dalam hal pekerja/buruh melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama, pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja, setelah kepada pekerjaan/buruh yang bersangkutan diberikan surat peringatan pertama, kedua, ketiga secara berturut-turut;

(2) Surat peringatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) masing-masing berlaku untuk paling lama 6 (enam) bulan, kecuali ditetapkan lain dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama;

(3) Pekerja/buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memperoleh uang pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4)”;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(16)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 16 dari 38 hal. Put. Nomor 804 K/Pdt.Sus-PHI/2017

Karena itu Penggugat berhak memperoleh kompensasi pemutusan hubungan kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

Menimbang, bahwa untuk menghitung kompensasi pemutusan hubungan kerja diperlukan lama/masa kerja Penggugat maka Majelis selanjutnya akan mempertimbangkan dan memeriksa mengenai masa kerja Penggugat;”

− Pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama dalam Putusan Nomor 96/Pdt.SUS-PHI/2016/PHI.Srg., halaman 29 alinea 5, yang menyatakan:

“Menimbang, bahwa Tergugat mendalilkan status Penggugat menjadi karyawan tetap Tergugat terhitung sejak tanggal 1 April 2013 berdasarkan Surat Keputusan Direktur PT Bali Taru Utama Nomor 001/ SK-P/DIR/BTU/III/2013 tanggal 18 Maret 2013 ;”

− Pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama dalam Putusan Nomor 96/Pdt.SUS-PHI/2016/PHI.Srg., halaman 30 alinea 1 sampai dengan 3, yang menyatakan:

“Menimbang, bahwa keterangan saksi-saksi Tergugat yang menerangkan bahwa di PT Bali Taru Utama pola kepegawaiannya adalah pada awal bekerja setiap karyawan berstatus masa percobaan atau honorer untuk 1 (satu) tahun pertama, selanjutnya adalah kontrak selama 2 (dua) tahun baru diangkat tetap;

Menimbang, bahwa Pasal 163 HIR juncto Pasal 1865 BW yang bunyinya: “Pasal 163 HIR:

Barangsiapa mengaku mempunyai suatu hak, atau menyebutkan suatu kejadian untuk meneguhkan hak itu atau untuk membantah hak orang lain, harus membuktikan adanya hak itu atau adanya kejadian itu. (Kitab Undang Undang Hukum Perdata 1865)”;

“Pasal 1865 BW:

Setiap orang yang mengaku mempunyai suatu hak, atau menunjuk suatu peristiwa untuk meneguhkan haknya itu atau hak membantah suatu hak orang lain, wajib membuktikan adanya hak itu atau kejadian yang dikemukakan itu. (Kitab Undang Undang Hukum Perdata 166, 250, 1439;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(17)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 17 dari 38 hal. Put. Nomor 804 K/Pdt.Sus-PHI/2017

RV. 50, 78, 172, 193, 230 dst.; IR. 163; R.Bg. 283.)”;

Menimbang, bahwa benar sudah terjadi hubungan kerja sejak 1 April 2009 tetapi Penggugat tidak dapat membuktikan status hubungan kerja dengan Tergugat adalah Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) sedangkan masa kerja yang diperhitungkan untuk menghitung pesangon adalah masa kerja pekerja sejak awal bekerja dan tidak terputus dalam status PKWTT/karyawan tetap maka Majelis berpendapat bahwa masa kerja sebagai dasar perhitungan pesangon dihitung sejak 1 April 2013 dimana Penggugat diangkat sebagai karyawan tetap (bukti T-1);

Menimbang, bahwa keterangan saksi dan jawaban Tergugat bahwa upah Penggugat terdiri dari upah pokok dan tunjangan tidak tetap yang didalilkan sesuai dengan bukti T-1 bahwa upah dalam system penggajian PT Bali Taru Utama disatukan didalamnya mengandung upah pokok dan tunjangan tidak tetap dimana tunjangan tidak tetap tidak ikut diperhitungkan dalam perhitungan lembur dan hal-hal lainnya dengan perincian tunjangan tidak tetap sebagai berikut:

 Tunjangan jabatan Rp 500.000,00,00  Uang makan Rp 520.000,00,00  Uang transport Rp 465.000,00,00 yang dievaluasi setiap 3 (tiga) tahun sekali;

Menimbang, bahwa keterangan saksi Tergugat dimana upah pokok dan tunjangan tidak tetap dipotong berdasarkan kehadiran kerja;”

Tanggapan Pemohon Kasasi:

Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum sebagaimana tersebut di atas, dan berdasarkan fakta persidangan, bukti-bukti serta keterangan saksi, terbukti Judex Facti Tingkat Pertama mengakui dan membenarkan hal-hal sebagai berikut:

1) Bahwa terbukti Penggugat/Termohon Kasasi bekerja di PT Bali Taru Utama sebagai karyawan tetap sejak tanggal 1 April 2013, dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Production Planning Inventory Control, berdasarkan bukti T-1 (Surat Keputusan Direktur PT. Bali Taru Utama Nomor 001/SK-P DIR/BTU/III/2013, tentang Pengangkatan Karyawan Tetap, tanggal 18 Maret 2013) (Red. pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama dalam Putusan Nomor 96/Pdt.SUS-PHI/2016/ PHI.Srg., halaman 29 alinea 5, halaman 30 alinea 1 sampai dengan 3); 2) Bahwa terbukti pola kepegawaian di PT Bali Taru Utama adalah pada

awal bekerja setiap karyawan berstatus masa percobaan atau honorer

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(18)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 18 dari 38 hal. Put. Nomor 804 K/Pdt.Sus-PHI/2017

selama 1 (satu) tahun, kemudian menjadi karyawan kontrak selama 2 (dua) tahun, kemudian dapat diangkat sebagai karyawan tetap, sebagaimana keterangan saksi saudara Jemi Sugianto dan saudari Maryuni (Red. pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama dalam Putusan Nomor 96/Pdt.SUS-PHI/2016/PHI.Srg., halaman 30 alinea 1); 3) Bahwa terbukti Penggugat/Termohon Kasasi bekerja di PT Bali Taru

Utama sebagai karyawan honorer, kemudian diangkat menjadi karyawan kontrak (PKWT), lalu diangkat menjadi karyawan tetap (PKWTT) sejak 1 April 2013, oleh karenanya masa kerja Penggugat/ Termohon Kasasi sebagai dasar perhitungan pesangon dihitung sejak 1 April 2013, berdasarkan bukti T-1 (Surat Keputusan Direktur PT Bali Taru Utama Nomor 001/SK-P DIR/BTU/III/2013, tentang Pengangkatan Karyawan Tetap, tanggal 18 Maret 2013) (Red. pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama dalam Putusan Nomor 96/Pdt.SUS-PHI/2016/PHI.Srg., halaman 30 alinea 3);

4) Bahwa terbukti Penggugat/Termohon Kasasi mengakui telah menerima Surat Peringatan 3 dari Tergugat/Pemohon Kasasi dan Penggugat/ Termohon Kasasi menandatangani Surat Peringatan 3 tersebut, dikarenakan Penggugat/Termohon Kasasi telah berkali-kali melakukan kesalahan kerja (Red. pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama dalam Putusan Nomor 96/Pdt.SUS-PHI/2016/PHI.Srg., halaman 27 alinea 1);

5) Bahwa terbukti pada bulan Februari 2016 Penggugat/Termohon Kasasi melakukan kesalahan kerja lagi (berulang) karena tidak menjalankan perintah kerja sesuai spesifikasi order kerja dari customer yang diberikan oleh bagian marketing kepada Penggugat/Termohon Kasasi, berdasarkan:

- Keterangan saksi saudara Jemi Sugianto dan bukti T-5 (Surat Pernyataan atas nama saudara Jemi Sugianto, jabatan manager Produksi PT Bali Taru Utama, tanggal 26 Februari 2016);

- Bukti T-6 (Surat Pernyataan atas nama saudari Rosna Djunaidi, jabatan marketing PT Bali Taru Utama, tanggal 27 Pebruari 2016) ; - Bukti T-7 (Berita Acara PT Bali Taru Utama, perihal Pemberhentian

Produksi, tanggal 27 Februari 2016);

(Red. pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama dalam Putusan Nomor 96/Pdt.SUS-PHI/2016/PHI.Srg., halaman 27 alinea 2 sampai dengan 5);

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(19)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 19 dari 38 hal. Put. Nomor 804 K/Pdt.Sus-PHI/2017

6) Bahwa terbukti kesalahan kerja yang dilakukan Penggugat/Termohon Kasasi tersebut menimbulkan kerugian bagi Tergugat/Pemohon Kasasi, hal ini pun diakui oleh Penggugat/Termohon Kasasi (Red. pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama dalam Putusan Nomor 96/Pdt.SUS-PHI/2016/PHI.Srg., halaman 27 alinea 2 dan 6);

7) Bahwa kerugian yang dialami Tergugat/Pemohon Kasasi tersebut menurut Judex Facti Tingkat Pertama, sebagian atau seluruhnya terbukti merupakan tanggung jawab Penggugat/Termohon Kasasi sebagai Kepala Production Planning Inventory Control (PPIC), sehingga Penggugat/Termohon Kasasi tidak dapat melepaskan tanggung jawab atas kerugian tersebut begitu saja (Penggugat/Termohon Kasasi wajib bertanggung jawab atas kerugian tersebut) (Red. pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama dalam Putusan Nomor 96/Pdt.SUS-PHI/2016/PHI.Srg., halaman 27 alinea 7);

8) Bahwa terbukti Tergugat/Pemohon Kasasi telah berupaya melakukan pembinaan berupa SP-3 terhadap Penggugat/Termohon Kasasi yang telah melakukan kesalahan, sehingga menurut Judex Facti Tingkat Pertama Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dilakukan Tergugat/ Pemohon Kasasi terhadap Penggugat/Termohon Kasasi dikualifikasi pemutusan hubungan kerja karena Penggugat/Termohon Kasasi melakukan kesalahan/pelanggaran sebagaimana ketentuan hukum Pasal 161 Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Red. pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama dalam Putusan Nomor 96/Pdt.SUS-PHI/2016/PHI.Srg., halaman 29 alinea 2);

9) Bahwa terbukti Penggugat/Termohon Kasasi menerima keputusan pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh Tergugat/Pemohon Kasasi, namun tidak terdapat kesesuaian perihal besarnya kompensasi (Red. pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama dalam Putusan Nomor 96/Pdt.SUS-PHI/2016/PHI.Srg., halaman 26 alinea 7);

10) Bahwa terbukti Penggugat/Termohon Kasasi berhak memperoleh kompensasi pemutusan hubungan kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(20)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 20 dari 38 hal. Put. Nomor 804 K/Pdt.Sus-PHI/2017

Ketenagakerjaan (Red. Pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama dalam Putusan Nomor 96/Pdt.SUS-PHI/2016/PHI.Srg., halaman 29 alinea 2);

Bahwa pertimbangan-pertimbangan hukum sebagaimana tersebut di atas, berdasarkan pada fakta hukum, bukti-bukti, serta saksi-saksi dalam persidangan, oleh karenanya mohon Judex Juris Tingkat Kasasi di Mahkamah Agung Republik Indonesia meyakini dan menguatkan pertimbangan hukum sebagaimana tersebut di atas;

Tentang Slip Gaji Yang Diajukan Penggugat/Termohon Kasasi:

2. Bahwa pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama dalam Putusan Nomor 96/Pdt.SUS-PHI/2016/PHI.Srg., halaman 30 alinea 6, yang menyatakan:

“Menimbang, bahwa bukti slip gaji (bukti P-6) tidak dibantah secara tegas oleh Tergugat dan didalam slip tertulis gaji pokok sebesar Rp 5.945.000,00 (lima juta sembilan ratus empat puluh lima ribu rupiah);”

Tanggapan Pemohon Kasasi:

Bahwa pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama a quo adalah tidak benar dan tidak berdasar hukum, mengingat bukti slip gaji yang diajukan Penggugat/Termohon Kasasi, telah dibantah secara tegas oleh Tergugat/Pemohon Kasasi sebagaimana dalam duplik dan kesimpulan yang diajukan Tergugat/Pemohon Kasasi, sebagai berikut:

a. Bahwa slip gaji tahun 2009 sampai dengan 2012 yang diajukan Penggugat/Termohon Kasasi (bukti P-1 sampai dengan bukti P-4) adalah tidak benar dan bukti tersebut diduga bukan slip gaji yang berlaku di Perusahaan Tergugat/Pemohon Kasasi, mengingat terbukti dalam bukti P-1 sampai dengan bukti P-4 terbukti hal-hal sebagai berikut:

- Tidak terdapat kop surat PT Bali Taru Utama;

- Tidak terdapat tanda tangan ibu Melani Sidharta selaku Wakil Direktur PT Bali Taru Utama;

- Tidak terdapat stempel PT Bali Taru Utama;

b. Bahwa Slip Gaji tahun 2013 yang diajukan Penggugat/Termohon Kasasi (bukti P-5) adalah tidak benar dan bukti tersebut diduga bukan slip gaji yang berlaku di perusahaan Tergugat/Pemohon Kasasi, mengingat terbukti dalam bukti P-5 terbukti hal-hal sebagai berikut:

- Tidak terdapat tanda tangan ibu Melani Sidharta selaku Wakil Direktur PT Bali Taru Utama ;

- Tidak terdapat stempel PT Bali Taru Utama;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(21)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 21 dari 38 hal. Put. Nomor 804 K/Pdt.Sus-PHI/2017

c. Bahwa slip gaji tahun 2014 yang diajukan Penggugat/Termohon Kasasi (bukti P-6) adalah tidak benar dan Bukti tersebut diduga bukan slip gaji yang berlaku di perusahaan Tergugat/Pemohon Kasasi, mengingat terbukti dalam bukti P-6 terbukti hal-hal sebagai berikut :

- Tidak terdapat tanda tangan ibu Melani Sidharta selaku Wakil Direktur PT Bali Taru Utama;

- Tidak terdapat stempel PT Bali Taru Utama;

d. Bahwa slip gaji tahun 2009 sampai dengan 2013 yang diajukan Penggugat/Termohon Kasasi (bukti P-12 sampai dengan bukti P-20) adalah tidak benar dan bukti tersebut diduga bukan slip gaji yang berlaku di perusahaan Tergugat/Pemohon Kasasi, mengingat terbukti dalam bukti P-12 sampai dengan bukti P-20 terbukti hal-hal sebagai berikut:

- Tidak terdapat kop surat PT Bali Taru Utama;

- Tidak terdapat tanda tangan ibu Melani Sidharta selaku Wakil Direktur PT Bali Taru Utama;

- Tidak terdapat stempel PT Bali Taru Utama;

Bahwa oleh karenanya mohon Judex Juris Tingkat Kasasi di Mahkamah Agung Republik Indonesia menyatakan menolak bukti slip gaji yang diajukan oleh Penggugat/Termohon Kasasi;

Tentang Gaji Pokok Penggugat/Termohon Kasasi:

3. Bahwa pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama dalam Putusan Nomor 96/Pdt.SUS-PHI/2016/PHI.Srg., halaman 31 alinea 1 sampai dengan 2, yang menyatakan:

“Menimbang, bahwa menurut Majelis pemotongan upah karena tidak hadir bekerja hal tersebut adalah manifestasi asas no work no pay dan bukan mengartikan ada bagian gaji sebagai tunjangan tidak tetap karena tidak didefinisikan secara jelas mana yang tunjangan tetap dan mana yang tunjangan tidak tetap;

Menimbang, bahwa uraian di atas mengenai upah yang diperhitungkan untuk menghitung kompensasi pemutusan hubungan kerja, Majelis berpendapat adalah upah terakhir Penggugat sebesar Rp5.945.000,00 (lima juta sembilan ratus empat puluh lima ribu rupiah) yang menurut pertimbangan Majelis adalah kumulasi upah pokok dan tunjangan tetap”; Tanggapan Pemohon Kasasi:

Bahwa pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama a quo adalah tidak benar dan tidak berdasar hukum, mengingat:

1) Bahwa besarnya gaji Penggugat/Termohon Kasasi telah dibuktikan oleh

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(22)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 22 dari 38 hal. Put. Nomor 804 K/Pdt.Sus-PHI/2017

Tergugat/Pemohon Kasasi berdasarkan bukti T-1 (Surat Keputusan Direktur PT Bali Taru Utama Nomor 001/SK-PDIR/BTU/III/2013, tentang Pengangkatan Karyawan Tetap, tanggal 18 Maret 2013), yang mana bukti T-1 a quo telah diakui dan diyakini kebenarannya oleh Judex Facti Tingkat Pertama serta dipergunakan dalam pertimbangan hukumnya, yang membuktikan hal-hal sebagai berikut:

a. Bahwa Penggugat/Termohon Kasasi diangkat sebagai karyawan tetap di perusahaan Tergugat/Pemohon Kasasi sejak tanggal 1 April 2013, dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Production Planning Inventory Control, hal ini bersesuaian dengan hasil risalah mediasi sebagaimana dalam Anjuran Mediator Nomor 560/412/Disnaker (bukti T-16);

b. Bahwa masa kerja Penggugat/Termohon Kasasi diperhitungkan mulai tanggal pengangkatan karyawan tetap, yaitu tanggal 1 April 2013; c. Bahwa upah pokok dan tunjangan tidak tetap dijadikan satu dalam

sistem pengupahan yang biasa diterima Penggugat/Termohon Kasasi; d. Bahwa tunjangan tidak tetap tidak dipakai sebagai perhitungan

lembur dan lain-lain;

e. Bahwa tunjangan tidak tetap dievaluasi dan dilakukan perubahan setiap 3 (tiga) tahun sekali;

f. Bahwa tunjangan tidak tetap yang diterima Penggugat/Termohon Kasasi adalah sebagai berikut:

− Tunjangan jabatan = Rp 500.000,00 − Uang makan = Rp 520.000,00 − Uang transport = Rp 465.000,00 +

Rp1.485.000,00

2) Bahwa berdasarkan bukti T-1 a quo terbukti gaji pokok Penggugat/Termohon Kasasi adalah sebesar Rp4.460.000,00 (empat juta empat ratus enam puluh ribu rupiah), sehingga setiap bulannya Penggugat/Termohon Kasasi memperoleh gaji dengan komposisi sebagai berikut:

1. Gaji pokok = Rp4.460.000,00

2. Tunjangan tidak tetap :

- Tunjangan jabatan = Rp 500.000,00 - Uang makan = Rp 520.000,00 - Uang transport = Rp 465.000,00 +

Total = Rp5.945.000,00

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(23)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 23 dari 38 hal. Put. Nomor 804 K/Pdt.Sus-PHI/2017

3) Bahwa gaji pokok dan tunjangan tidak tetap diberikan berdasarkan kehadiran kerja, bilamana Penggugat/Termohon Kasasi tidak masuk kerja maka gaji pokok dan tunjangan tidak tetap dipotong berdasarkan absensi kerja, sebagaimana keterangan saksi saudara Jemi Sugianto dan saudari Maryuni;

4) Bahwa definisi/pengertian dari tunjangan tidak tetap berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan dalam Penjelasan Pasal 5 ayat (3), menyatakan:

“Yang dimaksud dengan “tunjangan tidak tetap” adalah suatu pembayaran yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan pekerja/buruh, yang diberikan secara tidak tetap untuk pekerja/buruh dan keluarganya serta dibayarkan menurut satuan waktu yang tidak sama dengan waktu pembayaran upah pokok, seperti tunjangan transport dan/atau tunjangan makan yang didasarkan pada kehadiran”;

5) Bahwa berdasarkan Penjelasan Pasal 5 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan a quo, terbukti bahwa perolehan Penggugat/Termohon Kasasi berupa tunjangan jabatan, uang makan, dan uang transport dengan total sebesar Rp1.485.000,00 (satu juta empat ratus delapan puluh lima ribu rupiah) sebagaimana yang tercantum dalam bukti T-1, terbukti masuk dalam komposisi tunjangan tidak tetap, hal ini terbukti pula bahwa perolehan Penggugat/Termohon Kasasi tersebut diberikan berdasarkan kehadiran (bilamana Penggugat/ Termohon Kasasi tidak masuk kerja maka gaji tersebut akan dipotong/ no work no pay), sehingga jelas terbukti bahwa gaji pokok yang diperoleh Penggugat/Termohon Kasasi adalah sebesar Rp4.460.000,00 dari perhitungan:

Gaji kotor per bulan = Rp5.945.000,00 Tunjangan tidak tetap = Rp1.485.000,00

Gaji pokok = Rp4.460.000,00

Bahwa berdasarkan fakta hukum, bukti-bukti serta ketentuan hukum Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan sebagaimana tersebut di atas, mohon kepada Judex Facti Tingkat Kasasi di Mahkamah Agung Republik Indonesia menyatakan gaji pokok Penggugat/ Termohon Kasasi adalah sebesar Rp4.460.000,00 (empat juta empat ratus enam puluh ribu rupiah);

Tentang Upah Proses Dan Tanggal Sahnya Pemutusan Hubungan Kerja: 4. Bahwa pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama dalam Putusan

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-MU peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Analisis Akuntansi

Gedung Rawat Inap Kelas 1 RSUD Sidoarjo yang semula 3 lantai akan direncanakan ulang menjadi 12 lantai dan dimodifikasi dari struktur awal berupa struktur

Pada Gambar 6 ditunjukkan plot PNLT untuk pesawat C, rata-rata tiap plot PNLT tiap pesawat memiliki bentuk yang hampir sama dan tidak ada satupun sampel pesawat C yang

Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan Muchtadi (1997) dalam Martunis (2012) yang menyatakan bahwa nilai kadar air yang meningkat dan tidak merata merupakan akibat dari

Misalnya kenakeragaman hayati cendawan (jamur) sangat sedikit diungkap, ditangani, dan dipetakan yang berakibat potensinya tidak dapat dimanfaatkan sebagai keunggulan

3) Guru guru memberi umpan balik peserta didik dalam proses dan hasil pembelajaran dengan cara tanya jawab. 4) Guru menyampaikan kegiatan belajar yang

Diagnosis keratitis marginal dapat disingkirkan karena pada penderita ini bukan hanya terdapat infiltrasi sel radang pada kornea yang ditandai oleh kekeruhan pada

Arti Timur Tengah menjadi jauh lebih besar dengan adanya minyak tersebut, karena seperti diketahui minyak adalah bahan bakar utama dan paling diperlukan dalam