• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 49/PUU-XIV/2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 49/PUU-XIV/2016"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA

---

RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 49/PUU-XIV/2016

PERIHAL

PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004

TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN

INDUSTRIAL TERHADAP

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK

INDONESIA TAHUN 1945

ACARA

MENDENGARKAN KETERANGAN DPR, PIHAK TERKAIT,

DAN AHLI/SAKSI PIHAK TERKAIT

(V)

J A K A R T A

(2)

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

--- RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 49/PUU-XIV/2016 PERIHAL

Pengujian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial [Pasal 67 ayat (2)] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PEMOHON 1. Mustofa

2. Sahala Aritonang ACARA

Mendengarkan Keterangan DPR, Pihak Terkait, dan Ahli/Saksi Pihak Terkait (V) Senin, 19 September 2016 Pukul 11.11 – 12.13 WIB

Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN

1) Anwar Usman (Ketua)

2) Maria Farida Indrati (Anggota)

3) Patrialis Akbar (Anggota)

4) I Dewa Gede Palguna (Anggota)

5) Wahiduddin Adams (Anggota)

6) Manahan MP Sitompul (Anggota)

7) Aswanto (Anggota)

8) Suhartoyo (Anggota)

(3)

Pihak yang Hadir:

A. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Ahmad Fauzi 2. Nova Harmoko B. Pemerintah: 1. Mulyanto 2. Toni 3. Ditta 4. Totok 5. Heru Pramono C. Pihak Terkait:

1. C. Supiandi (FSP PARAS Indonesia)

2. Ari Lazuardi (GEKANAS)

3. Muhammad Fandrian Hadi Setianto (GEKANAS)

4. Samsito (GEKANAS)

5. Darul Lubis (GEKANAS)

(4)

1. KETUA: ANWAR USMAN

Sidang Perkara Nomor 49/PUU-XIV/2016 dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum.

Assalamualaikum wr. wb. Selamat siang, salam sejahtera untuk kita semua. Pemohon dipersilakan, siapa saja yang hadir?

2. KUASA HUKUM PEMOHON: NOVA HARMOKO

Terima kasih, Majelis. Pada kesempatan kali ini hadir saya, Nova Harmoko selaku Kuasa dari Pemohon. Terus kemudian Rekan saya, Ahmad Fauzi. Di samping itu … cukup, Majelis. Terima kasih.

3. KETUA: ANWAR USMAN

Jadi di samping itu titik, ya? Dari DPR ada surat berhalangan. Kemudian dari Kuasa Presiden? Silakan, siapa saja yang hadir?

4. PEMERINTAH: MULYANTO

Terima kasih, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb. Yang hadir saya sendiri Pak Mulyanto, sebelah kiri saya Pak Toni, kemudian Bu Ditta, dan sebelah kanan saya dari Kumham. Sebelah kanan saya, Pak Totok dari Kemnaker dan Bapak Heru dari Kemnaker. Terima kasih, Yang Mulia.

5. KETUA: ANWAR USMAN

Baik, terima kasih. Pihak Terkait Federasi Serikat Pekerja Pariwisata dan Sektoral Industri. Siapa yang hadir? Silakan.

6. PIHAK TERKAIT: C. SUPIANDI (FSP PARAS INDONESIA)

Baik. Terima kasih, Yang Mulia. Yang hadir saya sendiri, C. Supiandi selaku Sekjen daripada Federasi Paras Indonesia. Terima kasih.

7. KETUA: ANWAR USMAN

Baik. Kemudian Pihak Terkait Tim Pembela Buruh Pekerja untuk Gerakan Kesejahteraan Nasional. Silakan, siapa yang hadir?

SIDANG DIBUKA PUKUL 11.11 WIB

(5)

8. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: M. FANDRIAN HADI SETIANTO (GEKANAS)

Assalamualaikum wr. wb. Izin, Yang Mulia. Yang hadir dari kanan saya Kuasa Hukum dari Prinsipal Ari Lazuardi, saya sendiri Muhammad Fandrian Hadi Setianto sebagai Kuasa Hukum. Di samping kiri saya, Bapak Samsito sebagai Kuasa Hukum, dan samping kiri Beliau adalah Bapak Darul Lubis sebagai Kuasa Hukum dari Prinsipal juga. Terima kasih.

9. KETUA: ANWAR USMAN

Baik. Dari Federasi Serikat Pekerja Rokok, Tembakau, Makanan, Minuman Serikat Pekerja Seluruh Indonesia. Tidak hadir, ya? Ya, baik.

Kemudian ada satu yang perlu diklarifikasi dari Pemohon atas nama Sahala Ari Tonang, S.H., A.M., P.D. Ya, apa benar? Mengundurkan diri?

10. KUASA HUKUM PEMOHON: AHMAD FAUZI

Ya, Yang Mulia. Beliau memang sudah mengajukan surat pencabutan sebagai Prinsipal, tapi kami memohon kepada Yang Mulia agar perkara ini tetap berjalan karena Prinsipal yang satu Saudara Mustofa masih tetap pada permohonan semula.

11. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, baik. Terima kasih. Acara hari ini sebenarnya untuk mendengarkan keterangan dari DPR dan Pihak Terkait. Tapi DPR tidak hadir, maka kita langsung ke Pihak Terkait.

Yang pertama dari Federasi Serikat Pekerja Pariwisata dan Sektoral Industri (FSP Paras Indonesia). Wah, namanya indah sekali. Silakan. Di podium, ya.

12. PIHAK TERKAIT: C. SUPIANDI (FSP PARAS INDONESIA)

Baik. Terima kasih, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb. Selamat pagi menjelang siang.

Kami dari Pihak Terkait dengan ini memberikan keterangan tertulis dari Federasi Serikat Pekerja Pariwisata dan Sektoral Indonesia disingkat dengan FSP Paras Indonesia sebagai Pihak Terkait dalam Perkara Nomor 49/PUU-XIV/2016.

Dengan hormat, kepada Yang Mulia Ketua dan Para Anggota Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia di Jakarta. Perkenankan kami yang bertanda tangan di bawah ini.

(6)

1. Syahrul Pasa selaku Ketua Umum.

2. Saya sendiri, C. Supiandi selaku Sekretaris Jenderal.

Dalam hal ini, baik secara bersama-sama maupun sendir-sendiri bertindak untuk dan atas nama Federas Serikat Pekerja Pariwisata dan Sektoral Indonesia disingkat menjadi FSP Paras Indonesia selanjutnya disebut sebagai Pihak Terkait.

Pada kesempatan yang baik ini, perkenankanlah kami untuk menyampaikan keterangan sebagai Pihak Terkait baik secara lisan maupun tertulis yang merupakan satu-kesatuan yang utuh dan tak terpisahkan atas permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial selanjutnya disebut Undang-Undang PPHI terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disebut Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebagaimana dimaksud dalam perkara a quo.

Adapun keterangan yang kami akan sampaikan sebagai Pihak Terkait selengkapnya sebagai berikut.

A. Tentang kerugian konstitusional Pemohon.

1. Bahwa Pihak Terkait sepakat, Pemohon sebagai perorangan yang menjabat hakim ad hoc pengadilan hubungan industrial (hakim ad hoc PHI) dengan diberlakukannya ketentuan Pasal 67 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang PPHI mengalami kerugian konstitusi, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Karena dengan dibatasi jabatan sebagai hakim ad hoc PHI untuk jangka waktu 5 tahun dan dapat diangkat hakim ad hoc PHI untuk jangka waktu 5 tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan, maka pembatasan masa tugas dimaksud akan mengganggu independency sebagai hakim, mengingat Pemohon setelah diangkat sebagai hakim ad hoc PHI harus meninggalkan semua pekerjaannya dan setelah berhenti menjadi hakim ad hoc PHI akan kesulitan menemukan pekerjaan yang baru, sementara itu yang bersangkutan masih dalam usia produktif yang harus menghidupi keluarganya.

B. Tentang hakim ad hoc PHI bersifat tetap dalam pengadilan hubungan industrial sebagai bentuk kekuasaan kehakiman yang merdeka.

Dua. Bahwa benar Pihak Terkait sesuai ketentuan Pasal 63 ayat (2) Undang-Undang PPHI telah mengusulkan anggota Pihak Terkait untuk mengikuti seleksi hakim ad hoc PHI dan setelah lulus kemudian menjadi hakim ad hoc PHI, Pihak Terkait dalam rangka menjaga kehormatan dan independency hakim ad hoc PHI yang diusulkan menyerahkan sepenuhnya kepada Mahkamah Agung sebagai pemegang kekuasaan kehakiman yang diberi kewenangan dan konstitusi untuk menjaga kemerdekaannya.

(7)

Tiga. Bahwa benar hakim ad hoc PHI bersifat tetap dengan alasan-alasan sebagai berikut. Bahwa sesuai ketentuan Pasal 88 dan Pasal 113 Undang-Undang PPHI, majelis hakim terdiri dari hakim karier dan dua orang hakim ad hoc, selanjutnya berbunyi, ayat (1), “Ketua pengadilan negeri.” Maaf Pasal 88 ayat (1), “Ketua pengadilan negeri dan waktu selambat-lambatnya tujuh hari kerja setelah menerima gugatan harus sudah menetapkan hak majelis hakim yang terdiri dari satu orang hakim sebagai ketua majelis dan dua orang hakim ad hoc sebagai anggota majelis, yang memeriksa dan memutus perselisihan.”

Ayat (2), “Hakim ad hoc sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri atas seorang hakim ad hoc yang pengangkatannya diusulkan oleh serikat pekerja/serikat buruh dan seorang hakim ad hoc yang pengangkatannya diusulkan oleh organisasi pengusaha, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (2).”

Ayat (3),” Untuk membantu tugas majelis hakim, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditunjuk seorang panitera pengganti.”

Pasal 113, “Majelis hakim kasasi terdiri dari ... terdiri dari satu orang hakim agung dan dua orang hakim ad hoc yang ditugasi memeriksa dan mengadili perkara perselisihan hubungan industrial pada Mahkamah Agung yang ditetapkan oleh, maka Ketua Mahkamah Agung.” B. Sesuai penjelasan umum Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan dan Penghentian Hakim Ad Hoc PHI pada Pengadilan Negeri dan Hakim Ad Hoc PHI pada Mahkamah Agung Republik Indonesia menegaskan hakim ad hoc PHI bersifat permanen, berbunyi sebagai berikut, “Hakim ad hoc yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 mempunyai kekhususan dibandingkan dengan hakim ad hoc pada pengadilan lainnya, hakim ad hoc hubungan industrial dan hakim ad hoc pada Mahkamah Agung bersifat permanen karena setiap perkara perselisihan hubungan industrial penyelesaiannya selalu dilakukan oleh majelis hakim, dengan komposisi hakim karier sebagai ketua majelis dan dua orang hakim ad hoc masing-masing sebagai anggota majelis hakim.”

C. Keberadaan pengadilan hubungan industrial sesuai Konvensi ILO Nomor 144 Tahun 1976 tentang Konsultasi Tripartit untuk meningkatkan pelaksanaan standar perburuhan internasional yang telah diratifikasi berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 1990, dimana dalam konvensi ini mengharuskan penyelesaian kebijakan perburuhan termasuk perselisihan industrial harus melibatkan tripartit, yaitu pemerintah, pengusaha, dan pekerja. Karena keberadaan hakim ad hoc PHI bersifat tetap.

D. Sifat tetap hakim ad hoc PHI semakin jelas jika dibandingkan dengan keberadaan hakim ad hoc pada pengadilan pajak, pengadilan tata usaha negara, dan pengadilan niaga yang nyata-nyata hanya ditetapkan untuk memeriksa perkara yang sangat spesifik. Berdasarkan penetapan ketua pengadilan, ketentuan perundang-undangan terkait ...

(8)

tersebut berbunyi sebagai berikut. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak Pasal 9 ayat (1), “Untuk dapat diangkat menjadi hakim dan seterusnya.”

Ayat (2), “Dalam memeriksa dan memutus perkara sengketa pajak tertentu yang memerlukan keahlian khusus, ketua dapat menunjuk hakim ad hoc sebagai anggota.”

Ayat (3), “Untuk dapat ditunjuk sebagai hakim ad hoc, seorang harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) kecuali huruf b dan huruf f.”

Dengan demikian dalam pengadilan pajak membedakan antara hakim pajak non karier permanen dan hakim ad hoc pajak panggilan. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara, Pasal 135 ayat (1), “Dalam hal pengadilan memeriksa dan memutus perkara tata usaha negara tertentu yang memerlukan keahlian khusus, maka ketua pengadilan dapat menunjuk seorang hakim ad hoc sebagai anggota majelis.”

Ayat (2), “Untuk dapat ditunjuk sebagai hakim ad hoc seseorang harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) kecuali huruf e dan huruf f.”

Ayat (3), “Larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf c tidak berlaku bagi hakim ad hoc.”

Ayat (4), “Tata cara penunjukkan hakim ad hoc pada pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.”

Dengan demikian dalam pengadilan tata usaha negara membedakan antara hakim TUN (karier permanen) dengan hakim ad hoc ... hakim ad hoc TUN (panggilan).

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 302 ayat (3) berbunyi, “Dengan tetap memperhatikan syarat-syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, huruf c, dan huruf d, dengan keputusan presiden atas usul Ketua Mahkamah Agung dapat diangkat seorang ahli sebagai hakim ad hoc, baik pada pengadilan tingkat pertama, kasasi, maupun pada peninjauan kembali.” Dengan demikian, dalam pengadilan niaga membedakan antara hakim niaga karier atau karier permanen dan hakim ad hoc niaga panggilan.

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2000 tentang Penyempurnaan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1999 tetang Hakim Ad Hoc, Pasal 1 ayat (1), “Hakim ad hoc adalah seorang yang ahli di bidangnya diangkat oleh presiden dan diusul ... maaf, diangkat oleh presiden atas usul Ketua Mahkamah Agung.”

Pasal 3 ayat (1), “Hakim ad hoc bertugas sebagai hakim anggota dalam suatu majelis untuk memeriksa dan memutus perkara-perkara niaga yang ditugaskan pada majelis yang bersangkutan.”

(9)

E. Secara defacto dimana pihak terkait sering beracara di pengadilan hubungan industrial menyaksikan sendiri bahwa hakim ad hoc PHI setiap hari masuk kerja dan bersifat tetap.

P. Bahwa benar terjadi logical fallacy, sesat pikir dalam menyimpulkan sikap hakim ad hoc PHI, yakni menarik kesimpulan secara tidak valid berdasarkan premis bahwa hakim ad hoc PHI tidak bersifat tetap (hakim ad hoc panggilan). Padahal senyatanya berdasarkan peraturan perundang-undangan … perundang-undangan, maupun berdasarkan kenyataan di lapangan (defacto) hakim ad hoc PHI bersifat tetap sebagaimana telah dikemukakan di atas. Oleh karenanya seharusnya tidak dibatasi masa jabatannya berdasarkan periodisasi.

5. Bahwa oleh karena telah terjadi logical fallacy, maka berdasarkan ketentuan Pasal 67 ayat (2) Undang-Undang PPHI masa jabatan hakim ad hoc PHI dibatasi dengan periodisasi seperti jabatan politik. Sehingga berdasarkan teori-teori tentang kemerdekaan hakim yang universal sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Pemohon dalam dalil-dalilnya, dimana dalam rangka menjamin kemerdekaan hakim maka hakim hanya dapat diberhentikan karena alasan-alasan yang objektif, yakni alasan kelakuan dan kesehatan hakim.

C. Tentang alasan diskriminatif dalam pekerjaan dan hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak kepada hakim sebagai pelaksanaan kekuasaan kehakiman.

6. Bahwa pihak terkait membenarkan seluruh dalil-dalil Pemohon berkaitan dengan alasan-alasan diskriminatif ini.

7. Bahwa benar sesuai ketentuan Pasal 88 dan Pasal 113 Undang-Undang PPHI hakim ad hoc PHI bersama hakim karier maupun hakim agung secara fungsional mempunyai kekuasaan yang sama dalam memutus setiap perkara PHI yang diperiksa, sehingga seharusnya sesuai ketentuan Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 mendapat perlakuan yang sama terutama dalam hal masa jabatan.

8. Bahwa secara fungsional hakim ad hoc PHI mempunyai fungsional yang sama dengan semua hakim dalam empat lingkungan peradilan, namun yang hampir sama, baik dalam proses menjadi hakim maupun selama menjadi hakim ... maaf, yang hampir sama baik dalam proses menjadi hakim maupun karekteristik yang hampir sama adalah dengan hakim pajak, yang membedakan hanya ditambah dengan nama ad hoc dan masa jabatan saja.

Persamaan perbedaan hakim ad hoc PHI dengan hakim pajak menurut 2 undang-undang sebagai berikut.

1. Subjek. Kategori hakim: hakim ad hoc PHI non karier, hakim ad hoc pajak sama non karier.

2. Sifat hakim. Hakim ad hoc PHI bersifat tetap, setiap hari masuk dan setiap perkara PHI pasti ditangani oleh hakim ad hoc PHI. Hakim ad hoc pajak bersifat tetap, setiap hari masuk dan setiap perkara pajak pasti ditangani hakim pajak.

(10)

3. Objek Perkara. Hakim ad hoc PHI, objek perkara tetap dan terus menerus. Begitu juga dengan hakim ad hoc pajak, objek perkara tetap dan terus menerus, artinya keduanya sama.

4. Seleksi dan Pendidikan Hakim. Hakim ad hoc PHI dilakukan seleksi dan pendidikan hakim berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004. Hakim ad hoc pajak dilakukan seleksi oleh pendidikan hakim berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002. Artinya kedua-duanya sama dalam melakukan seleksi di pendidikan hakim.

5. Larangan Rangkap Jabatan. Hakim ad hoc PHI dilarang merangkap jabatan. Begitu juga hakim ad hoc pajak, dilarang rangkap jabatan. 6. Keterikatan Kode Etik dan PPH. Hakim ad hoc PHI terikat, baik dalam

pengadilan maupun di luar pengadilan. Begitu juga hakim ad hoc pajak, terikat baik di dalam pengadilan maupun di luar pengadilan. 7. Tunjangan Hakim. Hakim ad hoc PHI tetap … mendapatkan

tunjangan tetap setiap bulan. Begitu juga hakim ad hoc pajak, mendapatkan tunjangan setiap bulan.

8. Nama atau Sebutan Hakim. Hakim ad hoc PHI sebutannya adalah Hakim ad hoc PHI, sedangkan kalau hakim pajak atau hakim ad hoc pajak, sebutannya adalah hakim pajak. Berbeda hakim pajak, tidak ada kata ad hoc.

9. Masa Jabatan. Masa jabatan Hakim ad hoc PHI 5 tahun dan sesudahnya dapat diangkat satu kali masa jabatan sesuai Pasal 67 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004. Hakim pajak, 5 tahun dan sesudahnya dapat diangkat kembali satu kali masa jabatan sesuai Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 dan berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 6/PUU-XV/2016. Masa jabatan hakim pajak sampai umur 67 tahun. Artinya ada perbedaan tentang masa jabatan hakim. Bahwa untuk masa jabatan hakim pajak telah diajukan permohonan uji materiil ke Mahkamah Agung ... sori … maaf ... ke Mahkamah Konstitusi dengan Nomor 6/PUU-XV/2016 dan Mahkamah Konstitusi telah mengabulkan permohonan yang pada pokoknya masa jabatan hakim pajak tidak didasarkan pada periodisasi, melainkan sampai usia pensiun. Dengan pertimbangan (3.14) menimbang bahwa oleh karena hakim pengadilan pajak adalah sama atau sejajar dengan hakim di pengadilan tinggi tata usaha negara, pengadilan tinggi dalam

lingkungan peradilan umum, serta pengadilan tinggi agama sehingga

ketentuan mengenai pemberhentian dengan hormat hakim pada pengadilan pajak juga harus disesuaikan dengan ketentuan mengenai pemberhentian dengan hormat dari jabatan hakim tinggi di lingkungan peradilan tata usaha negara sebagaimana diuraikan dalam paragraf di atas, maka terkait periodisasi atau masa jabatan hakim pajak agar tidak menimbulkan perbedaan, sudah seharusnya juga masa jabatan hakim pengadilan pajak sebagaimana diatur dalam

(11)

Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang Pengadilan Pajak tidak mengenal masa jabatan atau periodisasi.

10. Bahwa oleh karena antara Hakim ad hoc PHI dengan hakim pajak secara substansi sama-sama sesuai ketentuan Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 tidak boleh diberlakukan diskriminasi khususnya dalam masa jabatan, yaitu masa jabatan hakim ad hoc PHI harus sama dengan masa jabatan hakim pajak dengan tidak semata berdasarkan periodisasi sesuai Pasal 67 ayat (2) Undang-Undang PPHI atau periodisasi sampai usia pensiun yang dimohonkan oleh Pemohon. Namun seharusnya tidak mengenal masa jabatan atau periodisasi sehingga ketentuan Pasal 67 ayat (2) Undang-Undang PPHI dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

D. Tentang jaminan kepastian hukum yang adil dan perlakuan yang sama di hadapan hukum sebagai pelaksanaan kekuasaan kehakiman.

Empat. Bahwa Pihak Terkait untuk membenarkan dalil-dalil Pemohon tentang alasan jaminan kepastian hukum.

Lima. Bahwa pada pokoknya sesuai yang telah Pihak Terkait uraikan di atas, antara hakim ad hoc PHI dengan semua hakim dalam 4 lingkup peradilan, terlebih kesamaan yang paling mendekati adalah hakim pajak, baik dalam kedudukan maupun fungsinya, maka sesuai ketentuan Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 maupun prinsip-prinsip dalam negara hukum yang universal, harus mendapatkan kepastian hukum yang sama, khususnya mengenai masa jabatan hakim.

Berdasarkan segala apa yang teruraikan di atas, maka Pihak Terkait mohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, berkenan memberi keputusan sebagai berikut.

1. Menerima dan mengabulkan permohonan pengujian Pasal 67 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (tambahan negara ... maaf ... tambahan lembaran negara Republik Indonesia Nomor 4356 terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.) 2. Menyatakan Pasal 67 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004

tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4.356) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Menyatakan Pasal 67 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4.356) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

4. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya.

(12)

5. Selanjutnya, apabila Yang Mulia Majelis Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon berkenan memberikan putusan yang seadil-adilnya.

Demikian, keterangan Pihak Terkait ini kami sampaikan dalam persidangan dan atas perhatian Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, kami ucapkan terima kasih. Hormat kami, Pihak Terkait, Ketua, Syahrul Pasa, Sekretaris Jenderal, C. Supiandi. Terima kasih. Wassalamualaikum wr. wb.

13. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, terima kasih. Berikut dari Tim Pembela Buruh Pekerja Untuk Gerakan Kesejahteraan Nasional, silakan. Ini, enggak usah dibaca semua, poin-poin saja, ya, yang penting, ya. Toh kita sudah menampung apa yang dikehendaki tadi. Ya, silakan.

14. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: M. FANDRIAN HADI SETIANTO (GEKANAS)

Assalamualaikum wr. wb. Izin, Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Yang terhormat Pemohon, DPR RI, dan dari kementerian, dan Pihak Terkait lainnya. Izinkan saya untuk membacakan keterangan Pihak Terkait atas nama Tim Pembela Pekerja/Buruh Untuk Gerakan Kesejahteraan Nasional.

Sebelum saya mulai, izin, Yang Mulia, ada sedikit renvoi di halaman 1, terkait dengan perihal kata nomornya itu tertulis dua kali untuk satu kali saja mohon dapat direnvoi, dicoret. Terima kasih, Yang Mulia.

Kepada yang Terhormat Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, perihal keterangan Pihak Terkait dalam Perkara Nomor 49/PUU-XIV/2016. Dengan hormat, perkenankanlah kami:

1. Federasi Serikat Pekerja Kimia Energi Pertambangan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSPKEP-SPSI) yang dalam hal ini diwakili oleh R. Abdullah sebagai Ketua Umum, selanjutnya dianggap dibacakan. 2. Federasi Serikat Pekerja Logam, Elektronik, dan Mesin Serikat Pekerja

Seluruh Indonesia (FSPLEM-SPSI) dalam hal ini diwakili oleh Arif Winardi sebagai Ketua Umum, selanjutnya mohon dianggap dibacakan.

3. Federasi Serikat Pekerja Tekstil, Sandang, Kulit (FSPTSK) yang dalam hal ini diwakili oleh Bapak Mohammad Roja sebagai Ketua Umum, dan selanjutnya mohon dianggap dibacakan.

Selanjutnya, secara bersama-sama Pihak Terkait I maupun Pihak Terkait II, dan Pihak Terkait III disebut sebagai Para Pihak Terkait. Para Pihak Terkait dengan ini mengajukan keterangan Pihak Terkait dalam Perkara Nomor 49/PUU-XIV/2016.

(13)

A. Kewenangan Mahkamah Konstitusi. 15. KETUA: ANWAR USMAN

Lewat saja.

16. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: M. FANDRIAN HADI SETIANTO (GEKANAS)

Oke, terima kasih, Yang Mulia. 17. KETUA: ANWAR USMAN

Langsung saja ke ini (…)

18. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: M. FANDRIAN HADI SETIANTO (GEKANAS)

B. Kedudukan hukum Para Pihak Terkait dalam Perkara Nomor 49/PUU-XIV/2016.

Bahwa dalam permohonan ini, Para Pihak Terkait memiliki kepentingan langsung dengan pokok permohonan pada Perkara Nomor 49/PUU-XIV/2016.

2. Bahwa ketentuan mengenai para Pihak Terkait yang berkepentingan langsung telah diatur dalam Pasal 14 ayat (2) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 6/PMK/2005 tentang Pedoman Beracara dalam Perkara Pengujian Undang-Undang yang menyatakan … selanjutnya dianggap dibacakan.

19. KETUA: ANWAR USMAN Ya, terus.

20. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: M. FANDRIAN HADI SETIANTO (GEKANAS)

3. Bahwa secara keseluruhan para Pihak Terkait merupakan serikat pekerja atau serikat buruh yang memiliki kepentingan secara langsung atas pemberlakuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (selanjutnya disebut sebagai Undang-Undang PPHI) yang sedang diuji konstitusionalitasnya oleh Pemohon dalam Perkara Nomor 49/PUU-XIV/2016 di Mahkamah Konstitusi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang PPHI, yaitu Pasal 63 ayat (2), selain itu dianggap dibacakan, Pasal 67 ayat (1) huruf f, selanjutnya dianggap dibacakan.

(14)

4. Bahwa para Pihak Terkait adalah serikat pekerja atau serikat buruh berlingkup nasional yang berkepentingan dalam hal tetap terjaganya unsur keterwakilan unsur serikat pekerja atau serikat buruh dalam mekanisme upaya pemenuhan keadilan yang dilakukan di pengadilan hubungan industrial.

5. Bahwa Para Pihak Terkait dapat dikategorikan sebagai perorangan dan/atau kelompok yang memiliki kepentingan yang sama yang haknya akan terpengaruhi jika Mahkamah Konstitusi tidak mengabulkan atau menolak permohonan Perkara Pengujian Nomor 49/PUU-XIV/2016.

21. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, langsung ke halaman 11, ya, pokok keterangan.

22. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: M. FANDRIAN HADI SETIANTO (GEKANAS)

Baik, Yang Mulia. C. Pokok Keterangan.

1. Bahwa pada dasarnya Para Pihak Terkait menolak yang dimohonkan oleh Pemohon dalam Perkara Nomor 49/PUU-XIV/2016.

2. Bahwa Para Pihak Terkait memohonkan kepada Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi dalam memeriksa dan memutus perkara a quo demi terjaganya marwah dan konsistensi setiap putusan Mahkamah Konstitusi agar dapat mempertimbangkan putusan-putusan Mahkamah Konstitusi sebelumnya yang juga terkait dengan pengaturan mengenai hakim ad hoc dalam pengadilan, yaitu.

a. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 56/PUU-X/2012 yang telah diputus dan diucapkan ... mohon maaf, Yang Mulia, ini dua kali … dalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum pada hari Selasa, tanggal 15 Januari 2013. Perkara tersebut diuji oleh Pemohon Jono Sihono, S.H. dan M. Sinufa Zebua, S.H. yang masing-masing Pemohon sebagai hakim ad hoc perselisihan hubungan industrial pada Mahkamah Agung dan hakim ad hoc perselisihan hubungan industrial pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang menguji Pasal 67 ayat (1) huruf d Undang-Undang PPHI. Amar daripada Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 56/PUU-X/2012, yaitu menyatakan menolak permohonan para Pemohon.

b. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 32/PUU-XII/2014 yang telah diputus dan diucapkan ... mohon maaf sekali lagi, Yang Mulia, itu dua kali terketik … dalam Sidang Pleno Mahkamah

(15)

Konstitusi terbuka untuk umum pada hari Senin, tanggal 20 April 2015. Perkara tersebut diuji oleh Pemohon Dr. Gazalba Saleh, S.H., M.H. dan kawan-kawan (11 Pemohon) yang masing-masing Pemohon sebagai hakim ad hoc tipikor dari berbagai pengadilan negeri yang menguji Pasal 122 huruf e Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, selanjutnya disebut sebagai Undang-Undang ASN. Amar daripada Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 32/PUU-XII/2014, yaitu menyatakan menolak permohonan para pemohon.

3. Bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak mengatur mengenai masa tugas hakim ad hoc. Hal ini dapat dilihat dari pengaturan mengenai masa tugas hakim ad hoc yang berbeda-beda dari beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, seperti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2009 ... mohon maaf terketik dua kali, Yang Mulia … tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, dan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

4. Bahwa tidak diaturnya masa jabatan hakim ad hoc dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 selain dikarenakan sebagai suatu norma dasar atau grundnorm kuranglah tepat manakala mengatur suatu hal yang bersifat teknis juga disebabkan pengaturan mengenai masa tugas hakim ad hoc merupakan kebijakan hukum terbuka atau open legal policy yang sepenuhnya merupakan kewenangan pembentuk undang-undang sehingga sewaktu-waktu dapat diubah oleh pembentuk undang-undang sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan perkembangan yang ada sesuai dengan jenis dan spesifikasi, serta kualifikasi jabatan tersebut.

5. Bahwa dengan pertimbangan tersebut, maka permohonan perkara a quo kiranya tidaklah relevan untuk dipermasalahkan karena tidak terdapat pertentangan konstitusional mengenai pengaturan perihal masa jabatan hakim ad hoc, baik pada tingkat pengadilan hubungan industrial maupun Mahkamah Agung.

Selanjutnya, sub bab pertama. Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum atau legal standing.

1. Bahwa Pemohon mendalilkan kedudukan hukumnya sebagai perorangan warga negara Indonesia yang dalam kedudukan sebagai

(16)

hakim ad hoc Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) yang merupakan pelaksana kekuasaan kehakiman yang kekuasaannya merdeka untuk menyelenggarakan pengadilan guna menegakkan hukum dan keadilan sebagaimana diatur dalam Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

2. Bahwa dalam melaksanakan kekuasaan yang merdeka guna menegakkan hukum, Pemohon mendalilkan keberadaan Pasal 67 ayat (2) Undang-Undang PPHI yang menentukan periodisasi masa jabatan hakim ad hoc dianggap merugikan Pemohon dalam menjalankan tugasnya sebagai hakim ad hoc.

3. Bahwa berdasarkan uraian kedudukan hukum Pemohon, Para Pihak Terkait berpendapat Pemohon tidak memiliki legal standing dalam mengajukan permohonan a quo karena sejatinya Pemohon merupakan perwakilan dari serikat pekerja yang diberikan kepercayaan atau rekomendasi oleh serikat pekerja/serikat buruh yang ada guna mengemban amanat untuk menjadi hakim ad hoc PHI.

4. Bahwa keberadaan hakim ad hoc PHI sangatlah unik karena memerlukan adanya usulan dari serikat pekerja/serikat buruh sebagai salah satu syarat mutlak manakala seseorang ingin menjadi hakim ad hoc.

23. KETUA: ANWAR USMAN Itu halaman berapa tuh?

24. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: M. FANDRIAN HADI SETIANTO (GEKANAS)

Halaman 14 poin 4, Yang Mulia. 25. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, langsung saja dari sekarang ke halaman 15. Pemohon telah sesat pikir, tho ini sudah dibaca semua, ya.

26. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: M. FANDRIAN HADI SETIANTO (GEKANAS)

Ya. Baik, Yang Mulia. Berikutnya, Pemohon telah sesat pikir atau logical fallacy terhadap urgensi dari peran keterwakilan serikat pekerja atau serikat buruh dan organisasi pengusaha dalam pengadilan hubungan industrial.

(17)

1. Bahwa sebelum berlakunya Undang-Undang PPHI dalam menyelesaikan perselisihan hubungan industrial, didasarkan pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan Kerja Di Perusahaan Swasta. Pada masa ini dikenal panitia penyelesaian perselisihan perburuhan daerah (P4D) dan tingkat panitia penyelesaian perburuhan pusat (P4P). Pada 2 lembaga tersebut telah ada keterwakilan dari serikat pekerja/serikat buruh dan organisasi pengusaha dalam menyelesaikan permasalahan perburuhan yang terjadi saat itu.

2. Bahwa dalam perkembangannya, beberapa kesulitan dan kekecewaan dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta yang secara umum tidak dapat mewujudkan penyelesaian perselisihan secara cepat, yaitu:

a. Sebagai akibat daripada diberlakukannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara saat itu menyebabkan keputusan P4P. Dapat dilakukan banding oleh pihak yang tidak puas kepada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara sehingga membutuhkan waktu yang lama dan proses yang semakin rumit sehingga tidak adanya kepastian hukum atas keputusan P4P.

b. Proses pengambilan keputusan pada P4D dan P4P tertutup. c. Perwakilan Buruh yang ada di P4D dan P4P dimonopoli oleh status

serikat.

d. Adanya hak veto yang dimiliki oleh Menteri Tenaga Kerja yang dapat digunakan untuk membatalkan atau menunda pelaksanaan dari putusan P4P. Hal ini menyebabkan ketidakpastian hukum atas putusan P4P.

e. Yang dapat berperkara di P4 hanyalah serikat buruh atau serikat pekerja.

3. Bahwa berdasarkan hal tersebut di ataslah yang menjadi dasar terbentuknya Undang-Undang PPHI yang selanjutnya melahirkan Pengadilan Hubungan Industrial saat ini. Di mana hakim ad hoc menjadi fungsi keterwakilan serikat pekerja/serikat buruh dan organisasi pengusaha.

4. Bahwa merujuk pada ketentuan mengenai hakim ad hoc sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (selanjutnya disebut sebagai Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman) yaitu Pasal 1 angka 9 selanjutnya dianggap dibacakan. Pasal 32 ayat (1) dan penjelasan, selanjutnya dianggap dibacakan. Penjelasan Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman I huruf e, mohon selanjutnya dianggap dibacakan.

(18)

27. KETUA: ANWAR USMAN Ya.

28. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: M. FANDRIAN HADI SETIANTO (GEKANAS)

5. Bahwa Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman telah mengatur sedemikian rupa bahwa hakim ad hoc bersifat sementara dan dalam jangka waktu tertentu. Di mana definisi daripada dalam jangka waktu tertentu diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang. Hal ini semakin mempertegas bahwa pengaturan mengenai masa tugas hakim ad hoc merupakan kebijakan hukum terbuka (open legal policy) yang sepenuhnya merupakan kewenangan pembentuk undang-undang. Sebagaimana telah selaras dengan pertimbangan hukum pada Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 56/PUU-X/2012 dan Nomor 32/PUU-XII/2014.

6. Bahwa fungsi keterwakilan serikat pekerja atau serikat buruh dan organisasi pengusaha sebagai hakim ad hoc pada pengadilan hubungan industrial maupun Mahkamah Agung didasarkan pada kekhususan dan kompleksitas perkara hubungan industrial yang terjadi dan juga menjadi kompetensi kewenangan absolut daripada pengadilan hubungan industrial.

7. Bahwa urgensi peran fungsi keterwakilan inilah menjadi dasar pembeda dan jantung daripada Pengadilan Hubungan Industrial itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dalam pengaturan Pasal 63 ayat (2) Undang-Undang PPHI yang mengamanatkan calon hakim ad hoc didasarkan pada unsur serikat pekerja atau serikat buruh atau organisasi pengusaha dan Pasal 67 ayat (1) huruf f Undang-Undang PPHI yang mengamanatkan hakim ad hoc pengadilan hubungan industrial dan hakim ad hoc hubungan industrial pada Mahkamah Agung dapat diberhentikan dari jabatannya atas permintaan organisasi pengusaha atau organisasi pekerja/organisasi buruh yang mengusulkan.

8. Bahwa hakim ad hoc yang merupakan keterwakilan daripada unsur serikat pekerja atau serikat buruh dan organisasi pengusaha secara filosofis maupun kontekstual berdasarkan pengalamannya yang ada dapat memahami permasalahan hubungan industrial yang sebenarnya terjadi. Dan melihat permasalahan lebih sebagai social structure dimana terdapat berbagai kepentingan yang bergumul di dalamnya. Tidak hanya sebatas penerapan hukum saja.

9. Bahwa Bagir Manan dalam pidatonya sebagai ketua Mahkamah Agung pada peresmian pembukuan PHI di Medan Tahun 2006. Telah menegaskan bahwa PHI dibentuk sebagai pengadilan khusus adalah berdasarkan pertimbangan sebagai berikut.

(19)

1. Pascareformasi telah muncul sejumlah isu-isu perkara yang update di masyarakat. Antara lain, isu hak asasi manusia, buruh, anti korupsi, nelayan, dan lain-lain.

2. Para hakim karier sama sekali tidak memiliki keahlian dan kepedulian yang khusus untuk merespons isu-isu tersebut.

3. Pemerintah dan Mahkamah Agung menilai hakim ad hoc dari serikat pekerja atau serikat buruh, dan asosiasi pengusaha adalah pihak yang sangat memahami isu buruh dan dunia ketenagakerjaan.

Bahwa atas dasar dan pertimbangan demikian, dibentuk PHI sebagai pengadilan khusus, dimana hakimnya terdiri dari unsur hakim PNS atau Hakim Agung, hakim ad hoc serikat pekerja/serikat buruh, dan asosiasi pengusaha.

Sepuluh (…)

29. KETUA: ANWAR USMAN

Langsung saja ke ini … sudah … sudah kita baca ini.

30. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: M. FANDRIAN HADI SETIANTO (GEKANAS)

Oke.

31. KETUA: ANWAR USMAN

Halaman 21 itu, pengaturan masa tugas hakim.

32. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: M. FANDRIAN HADI SETIANTO (GEKANAS)

Oke. Selanjutnya, subbag berikutnya pengaturan masa tugas hakim ad hoc tidak diskriminatif sesuai dengan konsep perburuhan dan konstitusional.

1. Bahwa perbedaan pengaturan masa tugas antara hakim ad hoc dengan hakim karier pada umumnya jelas berdasarkan sifat, karakter, dan kebutuhan atas jabatan tersebut yang berbeda sehingga frasa diskriminatif tidak relevan utnuk dipergunakan sebagai suatu acuan pertentangan. Hal ini pun telah dipertegas oleh Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 56/PUU-X/2012 dan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 32/PUU-XII/2014 yang menyatakan bahwa … selanjutnya mohon dianggap dibacakan.

(20)

2. Bahwa mengenai konsekuensi-konsekuensi berupa keharusan melepaskan pekerjaan-pekerjaan maupun jabatan-jabatan tertentu seperti jabatan dari pengurus organisasi pekerja atau buruh dan hanya memiliki masa tugas selama lima tahun dan hanya dapat diperpanjang satu kali masa jabat sebagaimana telah diterangkan pada persidangan sebelumnya pada perkara a quo, yaitu Saksi Fauzan dan Saksi Afril Syahril, telah Pemohon sadari dari awal saat meminta rekomendasi serikat pekerja atau serikat buruh sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 66 ayat (1) huruf k dan Pasal 67 ayat (2) Undang-Undang PPHI.

3. Bahwa Pemohon sebagai Hakim Ad Hoc Pengadilan Hubungan Khusus yang saat ini jelas telah memiliki penghidupan yang sangat layak. Hal ini dapat dibuktikan dari berlakunya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2013 tentang Hak Keuangan dan Fasilitas Hakim Ad Hoc yang telah menjamin bagi setiap hakim ad hoc, baik pada Pengadilan Hubungan Industrial maupun Mahkamah Agung berupa hak keuangan dan fasilitas sebagai berikut.

Selanjutnya, mohon dianggap dibacakan.

4. Bahwa Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2013 tentang Hak Keuangan dan Fasilitas Hakim Ad Hoc ini merupakan perbaikan kualitas atas hak keuangan dan fasilitas yang diterima bagi hakim ad hoc yang dimana sebelum berlakunya peraturan tersebut memiliki kualitas yang jauh lebih rendah.

5. Bahwa perba … mohon maaf. Bahwa perbagian … perbaikan tunjangan dan fasilitas yang jauh lebih baik ini membuat semakin banyak pihak yang tertarik untuk menjadi hakim ad hoc, baik pada tingkatan Pengadilan Hubungan Industrial maupun Mahkamah Agung jika dibandingkan pada periode awal pembentukan Pengadilan Hubungan Industrial.

6. Bahwa menurut Para Pihak Terkait, Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 tidak dapat dijadikan batu uji dalam permohonan a quo dikarenakan hakim ad hoc pada Pengadilan Hubungan Industrial tidak termasuk ke dalam konteks suatu pemberian pekerjaan yang perlu ditekankan harus mendapatkan penghidupan yang layak.

33. KETUA: ANWAR USMAN Ya, langsung ke petitum.

34. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: M. FANDRIAN HADI SETIANTO (GEKANAS)

(21)

D. Petitum. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Para Pihak Terkait memohon kepada Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi untuk mema … untuk memutus sebagai berikut.

1. Tidak menerima seluruh permohonan Pengujian Pasal 67 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial yang diajukan oleh Pemohon.

2. Menyatakan Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) dalam mengajukan permohonan Pengujian Pasal 67 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.

3. Menolak seluruh permohonan Pengujian Pasal 67 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial yang diajukan oleh Pemohon.

4. Menyatakan ketentuan Pasal 67 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

5. Menyatakan ketentuan Pasal 67 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial tetap memiliki kekuatan hukum mengikat.

6. Atau apabila Majelis Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya.

Kuasa Hukum Para Pihak Terkait. Terima kasih, Yang Mulia. Assalamialaikum wr. wb.

35. KETUA: ANWAR USMAN

Walaikusalam wr. wb. Ya, baik. Terima kasih. Telah hadir Pihak Terkait III, ya? Federasi Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan Minuman Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (PP FSP RTMM SPSI). Wah, panjang sekali ini. Perkenalkan dulu, siapa yang hadir ini?

36. PIHAK TERKAIT: ANDRI (FSP RTMM SPSI)

Nama saya Andri, Yang Mulia. Dari … jabatannya Ketua Bidang Hukum, Yang Mulia.

37. KETUA: ANWAR USMAN

Oh, baik. Dipersilakan langsung baca. Kami sudah baca, ya? 38. PIHAK TERKAIT: ANDRI (FSP RTMM SPSI)

(22)

39. KETUA: ANWAR USMAN

Jadi, ada, ya tadi Pemohon apa ... Pihak Terkait 1, 2 40. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR

Paras.

41. KETUA: ANWAR USMAN

Paras. Hampir sama ini setelah diteliti. 42. PIHAK TERKAIT: ANDRI (FSP RTMM SPSI)

Ya, Yang Mulia. 43. KETUA: ANWAR USMAN

Intinya saja, ya.

44. PIHAK TERKAIT: ANDRI (FSP RTMM SPSI) Intinya saja.

45. KETUA: ANWAR USMAN Silakan.

46. PIHAK TERKAIT: ANDRI (FSP RTMM SPSI)

Ya, terima kasih, Yang Mulia. Bismillahirrahmaanirrahiim.

Assalamualaikum wr. wb. Perkenankan kami dari Federasi Serikat Pekerja Rokok Tembakau, Makanan, dan Minuman (FSP RTMM) akan menyampaikan:

Yang pertama, hakim ad hoc PHI bersifat tetap dan kemerdekaan hakim bahwa benar Pihak Terkait sesuai Pasal 63 ayat (2) Undang-Undang PPHI telah menyusulkan anggota Pihak Terkait untuk mengikuti seleksi hakim ad hoc dan setelah lulus kemudian menjadi hakim ad hoc Pihak Terkait dalam rangka menjaga kehormatan dari independency hakim ad hoc yang diusulkan menyerahkan sepenuhnya kepada Mahkamah Agung sebagai memberikan kekuasaan kehakiman yang diberikan kewenangan oleh konstitusi untuk menjaga kemerdekaannya.

Tiga. Bahwa menurut ketentuan Pasal 64 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang PPHI, mengatur tentang persyaratan untuk dapat diangkat menjadi hakim ad hoc berpengalaman di bidang hubungan

(23)

industrial minimal 5 tahun dan diusulkan oleh serikat pekerja atau serikat buruh atau organisasi pengusaha.

Empat. Untuk memenuhi syarat yang dijelaskan pada poin 3, perlu seleksi internal yang relatif ketat dan selektif agar lulus pada tahap Kemenaker kemudian MA RI setelah mempunyai kepribadian yang sesuai dengan budaya lembaga peradilan.

Lima. Bahwa pengamatan terhadap yang sudah berhasil dan menjadi hakim ad hoc kurang dari 10 tahun pada hakim ad hoc yang diusulkan memenuhi kualifikasi.

Bahwa keberadaan hakim ad hoc pada MA RI pantas untuk tetap dipertahankan dengan masa periode kisaran menurut penilaian kami sebagai Organisasi Serikat Pekerja. Hakim ad hoc kepada MA RI telah mempunyai keahlian penanganan perdata khusus yang tidak kami ragukan lagi, kemampuan dasar yang memenuhi kepastian dan rasa keadilan begitu pula integritasnya, kami tidak meragukannya.

Tujuh.

47. KETUA: ANWAR USMAN Lewat saja 7 itu.

48. PIHAK TERKAIT: ANDRI (FSP RTMM SPSI) Langsung saja. Terima kasih, Yang Mulia. 49. KETUA: ANWAR USMAN

Ya. Lewat, langsung ke ... wah, ini hanya undang-undang saja ini. Langsung ke poin (...)

50. PIHAK TERKAIT: ANDRI (FSP RTMM SPSI) Ya, Yang Mulia.

51. KETUA: ANWAR USMAN 8, ya, ada poin 8?

52. PIHAK TERKAIT: ANDRI (FSP RTMM SPSI) Ada, Yang Mulia.

53. KETUA: ANWAR USMAN

(24)

54. PIHAK TERKAIT: ANDRI (FSP RTMM SPSI)

Poin 8. Bahwa secara fungsional hakim ad hoc, PHI mempunyai fungsional yang sama dengan semua hakim dalam (suara tidak terdengar jelas) lingkungan peradilan. Namun, yang hampir sama baik dalam proses menjadi hakim maupun menjadi hakim mempunyai karakteristik yang hampir sama adalah dengan hakim pajak. Yang membedakan hanya ditambah nama ad hoc denga masa jabatan saja, persamaan, dan perbedaan hakim ad hoc PHI dengan hakim pajak menurut Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebagai berikut.

55. KETUA: ANWAR USMAN Ya, lewat saja, itu.

56. PIHAKTERKAIT: ANDRI (FSP RTMM SPSI)

Lewat saja, Pak Yang Mulia.

Sembilan. Untuk masa jabatan hakim pajak telah diajukan permohonan uji materiil ke Mahkamah kons, kons ... Konstitusi dengan Nomor 6/PUU-XIV/2016 dan Mahkamah Konstitusi telah mengabulkan permohonan yang pada pokoknya masa jabatan hakim pajak tidak didasarkan pada periode ... periodisasi melainkan sampai usia pensiun dengan pertimbangan (...)

57. KETUA: ANWAR USMAN Ya, lewat saja.

58. PIHAKTERKAIT: ANDRI (FSP RTMM SPSI)

Lewat. Terima kasih, Yang Mulia.

59. KETUA: ANWAR USMAN Ya, 10.

60. PIHAKTERKAIT: ANDRI (FSP RTMM SPSI)

Sepuluh. Bahwa oleh karena antara hakim ad hoc PHI dengan hakim pajak secara substansi sama, maka sesuai ketentuan Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, tidak boleh diberlakukan diskriminasi, khususnya dalam masa jabatan, yaitu masa jabatan hakim ad hoc PHI harus sama dengan masa jabatan hakim pajak, dengan tidak semata berdasarkan periodesasi sesuai Pasal 67 ayat (2) Undang-Undang PPHI untuk periodesasi. Sampai usia pensiun

(25)

yang dimohonkan oleh Pemohon. Namun, seharusnya tidak mengenal masa jabatan atau periodesasi sehingga Pasal 67 ayat (2) Undang-Undang PHI dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

Jaminan kepastian yang adil dan perlakuan yang sama dihadapan hukum.

Sebelas. Bahwa Pihak Terkait membenarkan dalil-dalil Pemohon tentang alasan jaminan kepastian hukum.

Dua belas. Bahwa pada pokoknya sesuai yang telah Pihak Terkait uraikan di atas, antara hakim ad hoc PHI dengan semua hakim dalam tempat lingkungan peradilan terlebih kesamaan yang paling mendekati adalah dengan hakim pajak, baik dengan kedudukan maupun fungsinya. Maka, sesuai ketentuan Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 maupun prinsip-prinsip dalam negara hukum yang universal harus mendapatkan kepastian hukum yang sama khususnya mengenai masa jabatan hakim.

Berdasarkan segala apa yang terurai di atas, maka Pihak Terkait mohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim konstitusi berkenan memberi putusan sebagai berikut.

1. Menerima dan mengabulkan Pemohon pengujian Pasal 67 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4356) terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Menyatakan Pasal 67 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4356) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Menyatakan Pasal 67 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4356) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

4. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya. Namun demikian, apabila Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon berkenan memberikan putusan yang seadil-adilnya.

Demikian keterangan ini Pihak Terkait sampaikan dalam persidangan dan atas perhatian Yang Mulia Majelih Hakim Mahkamah Konstitusi, kami ucapkan terima kasih. Terima kasih, Yang Mulia.

61. KETUA: ANWAR USMAN

(26)

62. PIHAK TERKAIT: ANDRI (FSP RTMM SPSI)

Terima kasih, Yang Mulia. Wassalamualaikum wr. wb. 63. KETUA: ANWAR USMAN

Walaikum salam. Paling tidak ada yang ingin diklarifikasi ya, atau mungkin nanti ada pendalaman ya, dari meja Hakim. Silakan, Yang Mulia Pak Patrialis.

64. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR

Pertama, saya mau klari … minta penjelasan ya, dari Tim Pembela Pekerja Buruh untuk Gerakan Kesejahteraan Nasional. Di sini ada 3 Pihak Terkaitnya.

Itu dalam anggaran dasarnya bagaimana? Apakah untuk mewakili organisasi ini cukup ketua umum saja atau juga harus ada sekjen? Karena ada 2 pihak ini yang serikat pekerja yang RTMM … FSP RTMM SI sama Paras itu mereka menyertakan ketua umum dan sekjen. Saya minta penjelasan saja itu, dalam anggaran dasarnya bagaimana?

65. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: ARI LAZUARDI (GEKANAS) Terima kasih, Yang Mulia. Untuk 3 pihak yang ada di dalam keterangan kami, ketua umum dan sekjen mewakili masing-masing serikat pekerja. Satu, berdasarkan anggaran dasar. Yang dua, berdasarkan kolektif kolegial kesepakatan pimpinan pusat serikat pekerja tersebut.

66. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR

Ya, ya. Di sini kan, Saudara mengatakan ini misalnya FSP KEP SPSI dalam hal ini diwakili oleh R. Abdullah, jabatan: ketua umum. Subiyanto, sekjen ya?

67. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: ARI LAZUARDI (GEKANAS) Ya.

68. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Oh, ada semua, ya?

(27)

69. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: ARI LAZUARDI (GEKANAS) Ada semua.

70. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Oke.

71. KETUA: ANWAR USMAN

Baik. Ya sudah jelas, ya. Ya, masih ada sedikit dari Yang Mulia Pak Suhartoyo. Silakan.

72. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO

Saya ke Pemerintah saja, Pak, atau ke Depnaker ya, Kementerian. Saya mencari keterangan Pemerintah kok belum ketemu, ya. Saya ingin tahu dari Kementerian Tenaga Kerja atau dari Presiden. Kalau dari Apindo itu asosiasi yang mewakili untuk mengusulkan hakim … calon hakim ad hoc itu siapa? Kemudian kalau asosiasi pekerja juga siapa? Kalau sub-sub daripada serikat pekerja ini bisa berbicara di sini kan, nanti bisa Mahkamah akan mendapatkan gambaran yang beragam, ya.

Coba nanti di … kalau sudah pernah disampaikan dalam keterangan sebelumnya, apakah … Pak Panitera, saya belum dapat ataukah memang belum diserahkan dari … Kalau sudah, tolong saya diberi ya, Pak.

Ini … ini juga mestinya kita harus punya pandangan yang sama, bagaimana kalau dari pengusaha, apakah juga sependapat dengan keragaman keinginan para Pihak Terkait ini, lho? Kalau pihak pekerja, banyak ini. Tapi pihak pengusaha, bagaimana? Apakah … Ya, Pak. Nanti tolong itu apakah semua boleh beraspirasi kemudian mengusulkan calon ataukah ini sudah ada nomenklatur yang baku di kementerian Bapak itu. Ya, terima kasih. Itu saja, Pak Ketua.

73. KETUA: ANWAR USMAN

Baik. Mau ditanggapi sekarang atau … ya kan, mungkin kalau bisa ditanggapi sekarang, ya silakan atau mau tertulis nanti secara (…)

74. PEMERINTAH: MULYANTO Betul, Yang Mulia.

(28)

75. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, nanti tertulis, ya. Begini, Mahkamah masih memerlukan keterangan, ya mungkin akan dipanggil sebagai Pihak Terkait, yaitu dari Apindo dan dari Mahkamah Agung. Ya, Pemohon dan ini, Kuasa Presiden, dan Pihak Terkait I, II, dan III, ya. Jadi, masih ada Pihak Terkait lain yaitu Mahkamah Agung dan Apindo.

Apakah dari ketiga Pihak Terkait ini akan mengajukan saksi atau ahli? Pihak Terkait, ya? Atau cukup?

76. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: M. FANDRIAN HADI SETIANTO (GEKANAS)

Izin, Yang Mulia. Dari kami, kami akan mengajukan satu orang ahli. Terima kasih, Yang Mulia.

77. KETUA: ANWAR USMAN

Yang lain? Pihak Terkait lain?

78. PIHAK TERKAIT: C. SUPIANDI (FSP PARAS INDONESIA) Kalau dari kami cukup.

79. KETUA: ANWAR USMAN Cukup, ya.

80. PIHAK TERKAIT: C. SUPIANDI (FSP PARAS INDONESIA) Dari Pemohon, ya.

81. KETUA: ANWAR USMAN

Yang ... Pihak Terkait III juga cukup? 82. PIHAK TERKAIT: ANDRI (FSP RTMM SPSI)

Cukup, Yang Mulia. 83. KETUA: ANWAR USMAN

Baik. Baik karena Ahlinya cuma satu, nanti bisa sekaligus dalam persidangan untuk mendengar keterangan Pihak Terkait Mahkamah

(29)

Agung dan Lapindo. Untuk itu ... oh, ya, biodata, ya, CV-nya Pihak Terkait apa ... ahli yang dimaksud.

Nah, untuk itu sidang ditunda hari Selasa, tanggal 27 September 2016, jam 11.00 WIB, dengan acara mendengar keterangan DPR kalau nanti hadir, Pihak Terkait (Lapindo), Pihak Terkait (Mahkamah Agung), dan seorang ahli dari Pihak Terkait II, ya.

Ada hal-hal yang ingin disampaikan?

84. KUASA HUKUM PEMOHON: NOVA HARMOKO Pemohon cukup, Yang Mulia.

85. KETUA: ANWAR USMAN

Cukup. Dari Kuasa Presiden? 86. PEMERINTAH: MULYANTO

Cukup, Yang Mulia. 87. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, baik. Dari Para Pihak Terkait cukup, ya?

88. PIHAK TERKAIT: C. SUPIANDI (FSP PARAS INDONESIA) Cukup, Yang Mulia.

89. KETUA: ANWAR USMAN

Dengan demikian sidang selesai dan selanjutnya ditutup.

Jakarta, 19 September 2016 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d.

Rudy Heryanto

NIP. 19730601 200604 1 004 SIDANG DITUTUP PUKUL 12.13 WIB

Referensi

Dokumen terkait

Tugas umum adalah tugas yang diberikan secara bertahap oleh Panitia OKK IM FKM UI 2018 selama rangkaian kegiatan magang OKK IM FKM UI 2018 untuk seluruh Peserta

bahwa untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Paser perlu adanya Penambahan Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Paser pada Bank Pembangunan Daerah

Adapun permasalahan yang dirumuskan apakah LS dapat dijadikan model yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme guru mata pelajaran biologi SMA di kota Palembang..

Judul ini diambil dan diteliti karena dilatar belakanggi maraknya remaja sekarang yang kesulitan dan bahkan belum bisa membaca Al-Qur’an dengan baik. Jika dilihat dari

Tentunya identifikasi dan analisis risiko-risiko bahaya yang mungkin terjadi perlu dilakukan agar risiko-risiko bahaya terhadap aspek keselamatan yang mungkin

kursi pakai tangan, sandaran tinggi, sandaran dan dudukan beralas karet atau busa dibungkus imitalisir atau kain bludru warna coklat atau wam a lain yang

Berdasarkan lembar angket yang diberikan kepada MIS. MIS memberikan skor jarang pada permasalahan tentang belajar dia di luar sekolah. dan jika dilihat dari

Pada siklus I pertemuan ke 2 guru mulai mencoba menerapkan metode Tanya jawab pada siswa, dengan penggunaan metode Tanya jawab ini siswa terlihat sudah mulai