• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum pertama yang dilakukan di Indonesia. Ini berarti untuk pertama kalinya rakyat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum pertama yang dilakukan di Indonesia. Ini berarti untuk pertama kalinya rakyat"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemilihan umum yang diselenggarakan pada tahun 1955 merupakan pemilihan umum pertama yang dilakukan di Indonesia. Ini berarti untuk pertama kalinya rakyat Indonesia menggunakan hak untuk menentukan pilihan siapa yang akan menjadi wakilnya pada parlemen dan konstituante. Pemilihan umum dilaksanakan sebanyak dua tahap, yakni pada tanggal 29 September 1955 untuk pemilihan anggota parlemen dan pada 15 Desember 1955 pemilihan umum untuk Konstituante.1

Pemilihan umum 1955 merupakan peristiwa yang tidak dapat dilupakan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tahun 1945, sehingga dapat diperkirakan bahwa mayoritas rakyat Indonesia antusias sekali menghadapi peristiwa bersejarah tersebut. Apalagi muncul berbagai tuntutan dan harapan dari rakyat agar pemilihan umum dapat mengatasi segala persoalan yang dihadapi bangsa pada saat itu, baik berupa kemelut politik yang berkepanjangan, kemerosotan ekonomi maupun ancaman terhadap keamanan.2

Pemilihan umum merupakan suatu proses yang penting karena dengan itu kekuatan partai-partai politik terukur lebih cermat dan parlemen yang dihasilkan lebih bermutu sebagai lembaga perwakilan. Pemilihan umum adalah sarana demokrasi untuk membentuk sistem kekuasaan negara yang berkedaulatan rakyat dan permusyawaratan perwakilan. Kekuasaan negara yang lahir dengan pemilihan umum adalah kekuasaan

1 Marwati Djoned Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto (ed), 1984, Sejarah Nasional Indonesia Jilid 6, Jakarta: Balai Pustaka, hlm. 222

2 Fiska Friyanti, 2005, “Pelaksanaan Pemilihan Umum dalam Sejarah Nasional Indonesia”. Skripsi, Jurusan Sejarah FIS Universitas Negeri Semarang, hlm. 47

(2)

yang lahir dari bawah menurut kehendak rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemilihan umum bertujuan untuk menegakkan prinsip kedaulatan rakyat. Pemilihan umum 1955 berasaskan langsung, umum, bebas, rahasia dan kebersamaan. Dengan asas kebersamaan ini setiap individu diakui kesamaan hak dan kedudukannya sesuai dengan prinsip persamaan di depan hukum.3

Pemilihan umum yang dilakukan pada tahun 1955 terjadi pada kurun waktu ketika berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia tengah berada pada masa perkembangan. Dari tahun 1950 sampai 1961 jumlah penduduk meningkat sebesar 25,6 %4. Jumlah angka melek aksara meningkat menjadi 46,7% dari jumlah anak-anak di atas usia 10 tahun pada tahun 1961 yang berimplikasi terhadap kenaikan oplah surat kabar antara tahun 1950-1956 adalah 86,6% dan majalah meningkat tiga kali lipat di atas 3,3 juta5. Sementara itu, kondisi ekonomi mengalami proses yang sangat fluktuatif dan terjadi ketidakstabilan6. Dengan demikian, pelaksanaan pemilihan umum yang pertama tengah berada pada situasi transisi, sehingga Pemilihan umum 1955 menjadi harapan baru bagi masyarakat. Inilah faktor yang mempengaruhi tingkat kesadaran pemilih pada saat pemilihan umum tahun 1955.

3 Fiska Friyanti, Op.cit, hlm. 1

4 Diperkirakan jumlah penduduk pada tahun 1950 adalah 77,2 juta jiwa, pada tahun 1955 menjadi

85,4 juta jiwa dan pada sensus 1961 menjadi 97 juta jiwa. Dalam M.C. Ricklefs, 2005, Sejarah Indonesia

Modern 1200-2004, Terjemahan. Jakarta: Serambi, hlm. 472

5 Sampai tahun 1961, jumlah masyarakat melek aksara di Jawa sebesar 45,5% dan 56,6% di

Sumatera. Untuk penduduk laki-laki berusia 10-19 tahun jumlahnya di atas 76%. Sementara itu, oplah surat kabar pada tahun 1950 hanya di bawah 500.000 eksemplar dan pada tahun 1956 meningkat menjadi 933.000 ekspemplar. Ibid. hlm. 474.

6 Howard Dick, Vincent J.H. Houben, J. Thomas Lindblad, Thee Kian Wie, 2002, The Emergence of a National Economy: an Economic History of Indonesia, 1800–2000, Honolulu: University of Hawai’i

(3)

Ditinjau dari aspek politik, pelaksanaan pemilihan umum tahun 1955 berlangsung ketika Indonesia berada pada masa yang disebut sebagai masa “percobaan demokrasi”.7 Masa percobaan demokrasi (the democratic experiment) merupakan satu tahapan ketika Indonesia masih mencari format pemerintahan dan sistem politik yang sesuai dengan kondisi Indonesia. Pada masa itu sistem pemerintahan yang sedang berlangsung adalah bersifat liberal. Periode Demokrasi Parlementer merupakan masa paling dinamis saat bangsa Indonesia mulai bereksperimen dengan demokrasi.8 Sistem parlementer multi partai dengan kekuatan berimbang memicu persaingan antar berbagai faksi politik untuk saling menjatuhkan. Menjelang pemilihan umum pertama di Indonesia pada 1955, terdapat 172 partai dan kelompok kuasi-politik yang mencerminkan polarisasi eksternal dan fragmentasi internal yang terus berlangsung dalam tradisi-tradisi politik Indonesia.9

Konstelasi politik di Indonesia menjelang pemilihan umum juga sangat dinamis bahkan cenderung fluktuatif. Dari September 1950 hingga Pemilihan umum 1955, Indonesia mcngalami jatuh-bangun lima kabinet yang berbeda, yaitu Kabinet Mohammad Natsir dari Masyumi (September 1950-April 1951). Kabinet Sukiman Wirjosandjojo dari Masyumi (April 1951-Februari 1952). Kabinet Wilopo dari PNI (April 1952-Juni 1953). Kabinet Ali Sastroamidjojo I dari PNI (Juli 1953-Juli 1955), dan Kabinet Burhanuddin Harahap dari Masyumi (Agustus 1955-Maret 1956).

7 M.C. Ricklefs membatasi kurun waktu ini dari tahun 1950 sejak dibubarkannya RIS dan lahirnya

Kabinet Natsir dan diakhiri pada tahun 1957 sejak dibubarkanya Kabinet Ali II dan lahirnya Kabinet Djuanda atau Kabinet Karya. Dalam M.C. Ricklefs. Op.cit, hlm. 289-311.

8 Herbert Feith, 1962, The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia, Itacha: Cornell

University Press, hlm xi.

9 Yudi Latif, 2005, Intelegensia Muslim dan Kuasa: Genealogi Intelegensia Muslim di Indonesia Abad ke- 20, Jakarta: Penerbit Mizan, hlm 380-381

(4)

Keadaan-keadaan menjelang pemilihan umum 1955 menandakan Indonesia tengah berada pada masa transisi. Hal ini berarti ditinjau dari perspektif politik, berbagai daya upaya dilakukan oleh kekuatan-kekuatan politik untuk memperoleh eksistensi dan menanamkan pengaruhnya pada masyarakat. Dengan demikian, kekuatan politik tersebut memiliki harapan untuk muncul sebagai kelas penguasa.

Situasi transisi yang melatarbelakangi pelaksanaan pemilihan umum 1955 ditambah dengan adanya harapan yang besar dari berbagai kalangan terhadap pemilihan umum menjadikan partai-partai politik untuk melakukan strategi dalam rangka mendulang suara dari rakyat. Kampanye-kampanye mulai dilakukan dan frekuensinya meningkat setelah Panitia Pemilihan Indonesia pada tanggal 16 April 1955 mengumumkan bahwa pemilihan umum untuk parlemen diadakan pada tanggal 29 September 1955.10 Dinamika yang terjadi dalam kampanye pemilihan umum 1955 menyebabkan tarik ulur kepentingan masing-masing kekuatan politik menjelang pemilihan umum 1955.

Semakin mendekati waktu pemilihan yang ditentukan kompetisi antar partai politik semakin tegang. Hal ini karena masing-masing pihak berusaha untuk menang. Kehidupan partai politik menjelang diselenggarakannya pemilihan umum banyak diwarnai oleh pertentangan politik, terutama oleh partai-partai besar. Partai politik berupaya mencari dukungan massa dengan menyelenggarakan kampanye. Berbagai strategi dilakukan untuk mendulang suara pada pemilihan umum 1955. Upaya ini dilakukan mulai dari tingkat pusat sampai pada tingkat regional di desa-desa sebagai lumbung-lumbung suara partai.

(5)

Pemilihan umum tahun 1955 bukan hanya sebagai suatu kegiatan pemilihan anggota DPR dan Konstituante, melainkan juga sebuah proses pendidikan politik bagi masyarakat. Salah satu bentuk pendidikan politik menjelang pemilihan umum adalah proses sosialisasi yang dilakukan oleh partai-partai politik yang diimplementasikan dalam program kampanye. Oleh karena itu, untuk membatasi kajian, penelitian ini secara spesifik melakukan kajian terhadap aktivitas kampaye yang dilakukan oleh partai-partai politik menjelang pemilihan umum untuk anggota parlemen tanggal 29 September 1955 dan menjelang pemilihan Konstituante pada 15 Desember 1955. Penelitian dilakukan terhadap empat besar partai pemenang pemilihan umum secara nasional, yakni PNI, Masyumi, NU, dan PKI. Keempat partai ini dipilih karena suara yang didapatkan sangat besar, sehingga merepresentasikan keberhasilan dalam komunikasi politik yang disampaikan pada saat kampanye.

Lingkup spasial dalam penelitian ini adalah wilayah Jawa Tengah. Yang dimaksud adalah Jawa Tengah sebagai daerah pemilihan umum bukan sebagai wilayah administratif berdasarkan UU No 7 tahun 1953, yang meliputi Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Ditinjau dari skala nasional, hasil pemilihan umum di Jawa Tengah menyumbang sekitar 23,5% perolehan suara nasional pada pemilihan anggota parlemen dan menyumbang 23,9% dalam pemilihan anggota konstituante. Jumlah suara yang sah pada pemilihan umum di daerah Jawa Tengah mencapai 8.901.414 suara untuk pemilihan anggota parlemen dan 9.051.547 suara saat pemilihan anggota konstituante.11

11 Pada pemilihan umum untuk anggota parlemen dan anggota konstituante terjadi perubahan

suara di Jawa Tengah. Pada empat partai pemenang pemilihan umum terjadi peningkatan suara sebesar 152.020 untuk PNI dan sebesar 50.596 suara untuk NU. Sementara itu suara untuk Masyumi dan PKI justru menurun. Masyumi menurun sebanyak 9.831 suara dan PKI turun sebesar 21.067. Lihat Herbert Feith, 1971, The Indonesian Election of 1955, (New York: Modern Indonesia Project, Southeast Asia Program, Cornell University), hlm. 66

(6)

Ini menunjukkan peran penting Jawa Tengah terhadap suara-suara partai untuk kemenangan di tingkat nasioal. Bahkan suara PNI dan PKI tertinggi untuk tingkat nasional berasal dari Jawa Tengah dibandingkan perolehan di daerah-daerah pemilihan lainnya.

Dikaitkan dengan empat partai pemenang pemilihan umum, Jawa Tengah pada pemilihan parlemen menyumbang kemenangan secara nasional sekitar 35,8% untuk PNI, 11,5 % untuk Masyumi, 25,5% untuk NU, dan sebagai penyumbang suara terbesar untuk PKI dengan perolehan suara 37,6% suara nasional. Pada pemilihan anggota konstituante, untuk tingkat nasional Jawa Tengah menyumbang suara 34,9% untuk PNI, 11,4% untuk Masyumi, 26% untuk NU, dan 36,9% untuk PKI. Dengan demikian, Jawa Tengah memiliki kontribusi terhadap kostelasi dan peta perpolitikan nasional pada tahun 1950-an.

Dari latar belakang pemikiran di atas, maka sangat menarik untuk dilakukan sebuah kajian tentang bagaimana strategi yang dilakukan partai-partai politik dalam menjaring suara pada pemilihan anggota parlemen maupun konstituante pada tahun 1955. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud melakukan sebuah kajian dalam perspektif historis tentang bagaimana wacana-wacana yang disampaikan oleh partai politik menjelang pemilihan umum. Selain itu, penelitian ini juga bermaksud untuk mendeskripsikan berbagai bentuk perang dan pertentangan wacana yang terjadi sebagai bentuk pergesekan kepentingan antarpartai pada pemilihan umum 1955.

(7)

B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kondisi sosial politik wilayah Jawa Tengah menjelang Pemilihan Umum 1955?

2. Bagaimana pelaksanaan sistem pemilihan umum 1955 di Jawa Tengah?

3. Bagaimana perang wacana kampanye yang dilakukan oleh partai PNI, PKI, Masyumi, dan NU menjelang Pemilihan Umum 1955 di Jawa Tengah

C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kondisi sosial politik wilayah Jawa Tengah menjelang Pemilihan Umum 1955

2. Untuk mengetahui pelaksanaan sistem pemilihan umum 1955 di Jawa Tengah

3. Untuk mengetahui perang wacana antara PNI, PKI, Masyumi, dan NU pada kampanye Pemilihan Umum 1955 di Jawa Tengah.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Akademis.

Penelitian ini secara akademis diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan dan memberikan manfaat bagi perkembangan Ilmu Sejarah, khususnya studi tentang kampaye pemilihan umum 1955 di Jawa Tengah

(8)

2. Secara Praktis.

Kajian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi pihak-pihak terkait tentang peta politik dan starategi kampaye partai PNI, PKI, Masyumi, dan NU di Jawa Tengah dalam perspektif historis.

E. Tinjauan Pustaka

Kajian tentang pelaksanaan pemilihan umum 1955 merupakan sebuah kajian yang menarik. Hal ini karena pemilihan umum 1955 yang bertujuan untuk memilih anggota parlemen dan konstituante merupakan tahapan politik yang sangat diharapkan oleh rakyat sekaligus menjadi satu titik tolak perjalanan demokrasi suatu negara. Berkaitan dengan pemilihan umum 1955 ada beberapa kajian terdahulu yang pernah dilakukan seperti dalam tulisan Herbert Feith12, Fiska Friyanti13, Siti Khotimah14, dan Gunawan Wicaksono.15

Herbert Feith dalam tulisannya yang berjudul Toward Election in Indonesia menjelaskan tentang tahapan-tahapan dan proyeksi tentang pelaksanaan pemilihan umum yang baru akan dilaksanakan satu setengah tahun setelah tulisan ini dibuat. Tulisan ini

12 Ada tiga karangan penting dari Herbert Feith yang mengulas tentang pemilihan umum 1955. (1)

Herbert Feith. 1954. “Toward Election in Indonesia”. Pacific Affairs. Vol. 27, No. 3. (Sep., 1954). Hlm. 236-254. (2) Herbert Feith. 1971. The Indonesian Election of 1955. New York: Modern Indonesia Project, Southeast Asia Program, Cornell University. dan (3) Herbert Feith. 1962. The Decline of Constitutional

Democracy in Indonesia. Itacha: Cornell University Press.

13 Fiska Friyanti, 2005, “Pelaksanaan Pemilihan Umum dalam Sejarah Nasional Indonesia”. Skripsi, Jurusan Sejarah FIS Universitas Negeri Semarang.

14 Siti Khotimah,. 2003, “Peranan Pers dalam Perjuangan Partai Politik pada Masa Demokrasi

Liberal 1950-1959 (Sebuah Tinjauan terhadap Suluh Indonesia dan Harian Rakjat)”, Skripsi, Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

15 Gunawan Wicaksono, 2006, “Peran tentara teritorium IV Diponegoro dalam pelaksanaan pemilihan umum 1955 di Jawa Tengah”, Skripsi. Jurusan Sejarah FSSR Universitas Sebelas Maret.

(9)

secara gamblang menjelaskan proses yang dilakukan sebelum pemilihan umum. Herbert Feith menjelaskan bahwa pemilihan umum ini merupakan salah satu program yang paling penting yang diprioritaskan setelah Indonesia memperoleh kedaulatan dalam Konferensi Meja Bundar. Kemudian setelah RIS bubar dan kembali ke Republik Indonesia program pelaksanaan pemilihan umum tetap menjadi prioritas walaupun ada berbagai permasalahan seputar hak pilih, sistem pelaksanaan pemilihan umum, berbagai pertentangan faksi-faksi politik di parlemen, permasalahan konflik dalam militer, serta instabilitas kondisi kemanan dalam negeri, dan berbagai permasalahan ekonomi. Dalam artikelnya, Herbert Feith juga mencoba memetakan bagaimana kekuatan partai-partai politik yang akan ikut serta dalam pemilihan umum. Bagian terpenting dari tulisan Herbert Feith ini adalah ulasannya tentang jalan panjang perencanaan pelaksanaan pemilihan umum seperti tarik ulur kepentingan pihak-pihak tertentu, perubahan-perubahan peraturan, serta pembenahan sistem pemilihan. Dalam tulisan ini dijelaskan pula berbagai peristiwa lain yang turut mewarnai jalan menuju pemilihan umum seperti peristiwa 17 Oktober 1952.

Karya Herbert Feith yang kedua adalah berupa laporan dalam program Modern Indonesia Project yang dilakukan ole South East Asia Program Cornell University. Karya Herbert Feith dengan judul The Indonesian Election of 1955 menjadi karya rujukan utama kajian tentang pelaksanaan pemilihan umum tahun 1955. Dalam penulisannya, kebetulan waktu itu Herbert Feith bekerja di Kementerian Penerangan RI, 1951-3 dan 1954-6. Masa empat tahun itu telah mengantar Herberth Feith untuk memperoleh gelar doktor di Cornell University, 1960. Jadi, Herbert Feith menulis karyanya ini berdasarkan

(10)

pengalaman pribadi ditambah dengan berbagai dokumen dan berita media massa, yang dikatakannya “sangat bebas” waktu itu.

Buku ini terdiri atas lima bagian, yakni (1) introduction, (2) campaign A, (3)

campaign B, (4) the ballot (5) analysis. Pada bagian pertama, Herbert Feith menjelaskan

tentang latar belakang pelaksanaan pemilihan umum sebagai salah satu tahap penting proses demokratisasi di Indonesia. Pada bagian ini dijelaskan pula tentang jalan panjang menuju pemiihan umum, sistem pelaksanaan pemilihan umum, serta jumlah suara yang masuk pada pemilihan umum. Bagian kedua dan ketiga dari buku ini menjelaskan tentang kampanye yang dilakukan oleh partai politik menjelang pelaksanaan pemilihan umum. Bagian keempat menjelaskan tentang hasil perolehan suara pada pemilihan umum 1955. Pada bagian keempat ini dijelaskan bahwa jumlah suara sah adalah 37.875.299 (97,1 % jumlah suara). Pada baian kelima dijelaskan tentang analisis pelaksanaan pemilihan umum yang dilengkapi dengan perolehan suara untuk tiap wilayah dan pembagian suara berdasarkan partai. Biaya pemilihan umum sebesar Rp479.891.729,00 atau Rp11,00 per pemilih terdaftar yang setara dengan delapan kg beras pada saat itu.

Dalam buku Herbert Feith menjelaskan bahwa terdapat hasil yang mengejutkan bahwa terjadi kesuksesan NU dan “kegagalan” Masyumi. Jumlah wakil NU di parlemen naik dari 8 ke 45 (463 %), sedang Masyumi naik sedikit saja dari 44 ke 57 (30 %). Selain itu PKI dan PNI sangat sukses di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal lain yang mengejutkan adalah merosotnya jumlah kursi PSI (Partai Sosialis Indonesia) di parlemen dari 14 ke 5 (-64 %); Murba dari 4 ke 2 (-50 %), punah atau hampir punahnya partai-partai kecil lain beraliran nasionalis seperti PRN (Partai Rakyat Nasional) dari 13 ke 2 (-85 %), PIR (Partai Indonesia Raya) Hazairin dari 18 ke 1 (-94 %), PIR Wongsonegoro

(11)

tetap 1, Partai Buruh dari 6 ke 2 (-67 %); Parindra (Partai Indonesia Raya) dan SKI (Serikat Kerakyatan Indonesia) dua-duanya lenyap.

Tulisan ketiga Herbert Feith yang relevan dengan kajian tentang pemilihan umum adalah buku dengan judul The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia. Buku ini berasal dari disertasi doktoralnya yang menganalisis tentang politik di Indonesia masa demokrasi liberal. Pada buku ini ulasan yang dilakukan oleh Herbert Feith didasarkan pada tiap kabinet. Bagian yang mengulas tentang pemilihan umum dalam buku ini terdapat pada bagian yang mengulas kabinet Ali Sastroamodjojo yang pertama serta kabinet Burhanudin Harahap. Hampir mirip dengan kedua tulisan sebelumnya, dalam buku ini Herbert juga menjelaskan tentang tahap perencanaan pelaksanaan pemilihan umum, masa kampanye, pelaksanaan pemilihan umum dan hasil serta implikasinya dalam konstelasi politik masa demokrasi liberal.

Selain kajian yang dilakukan oleh Herbert Feith tentang pelaksanaan pemilihan umm 1955, ada pula beberapa hasil penelitian untuk tugas akhir studi yang dilakukan oleh mahasiswa. Ulasan tentang pelaksanaan pemilihan umum dalam sejarah nasional Indonesia menjadi bahan kajian yang dilakukan oleh Fiska Friyanti dalam skripsinya yang berjudul Pelaksanaan Pemilihan Umum dalam Sejarah Nasional Indonesia. Penelitian Fiska Friyanti ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pemilihan umum 1955, untuk mengetahui pelaksanaan pemilihan umum masa Orde Baru, mengetahui pelaksanaan pemilihan umum masa Reformasi, untuk mengetahui perbedaan pelaksanaan pemilihan umum Orde Baru dan Reformasi khususnya pemilihan umum 2004.

Tentang pemilihan umum 1955, Fiska Friyanti menjelaskan bahwa pemilihan umum ini sangat menarik perhatian karena selain merupakan pengalaman pertama dalam

(12)

bidang politik yang bersifat nasional dalam menjalankan demokrasi, pemilihan umum ini juga merupakan konsensus nasional yang pertama kalinya dicapai pada masa pasca revolusi nasional. Pemilihan umum 1955 sudah dapat dikategorikan sebagai pemilihan umum yang sangat demokratis sebab pemilihan umum 1955 diikuti oleh banyak partai politik yang menandakan adanya kebebasan berpolitik, rakyat menggunakan hak pilihnya dengan ikut berpartisipasi pada pemilihan umum, pemilihan umum telah menghasilkan lembaga legislatif, adanya penyelenggara pemilihan umum yang bersifat independen sehingga pemilihan umum 1955 dapat dikategorikan sebagai pemilihan umum yang demokratis. Dalam bagian tentang pemilihan umum 1955 dijelaskan pula tentang

landasan hukum pelaksanaan pemilihan umum 1955, sistem pemilihan umum 1955, kedudukan Panitia Pemilihan Indonesia, Kampanye Pemilihan Umum 1955, peserta pemilihan umum 1955 dan tentang pelaksanaannya.

Referensi lain mengenai penelitian tentang pemilihan umum 1955 adalah kajian yang dilakukan oleh Siti Khotimah dengan judul Peranan Pers dalam Perjuangan Partai

Politik pada Masa Demokrasi Liberal 1950-1959 (Sebuah Tinjauan terhadap Suluh Indonesia dan Harian Rakjat). Tulisan Siti Khotimah tidak secara spesifik membatasi

kajian hanya pada saat pemilihan umum, tetapi juga meluas pada masa demokrasi liberal. Dalam tulisannya, ia mencoba untuk menggambarkan mengenai kehiduapn partai politik dan pers pada masa demokrasi liberal serta apa saja usaha yang dilakukan oleh partai politik dalam menggunakan pers untuk memenangkan pemilihan umum tahun 1955.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Khotimah adalah bahwa sistem kepartaian di Indonesia pada masa demokrasi liberal adalah sistem multipartai. Hal tersebut diawali dengan keluarnya maklumat 3 November 1945 oleh pemerintah yang berisi anjuran untuk membentuk partai-partai politik agar berbagai pendapat yang ada

(13)

dalam masyarakat dapat tersalur secara tertib dan agar perjuangan mempertahankan kemerdekaan semakin kuat. Partai-partai politik yang muncul setelah maklumat tersebut antara lain PKI, Masyumi, PBI, Parkindo, PSI, PNI, PSII, dan lain-lain.

Demokrasi liberal yang belaku di Indonesia juga ditandai dengan liberalisme di bidang pers. Pada waktu itu tidak ada pembatasan dalam pengeluaran surat kabar sehingga banyak orang yang berlomba-lomba untuk mendirikan penerbitan surat kabar. Hal ini terjadi karena liberalism di bidang pers mengakibatkan tidak adanya pembatasan dalam pengeluaran surat kabar. Namun demikian, banyak terjadi pula penutupan penerbitan surat kabar karena tidak mampu bersaing. Pada masa liberal, pers bertindak melampaui batas-batas kesopanan. Kebebasan pers banyak digunakan untuk saling mencaci dan memfitnah lawan politiknya dengan tujuan agar lawan politik itu jatuh namanya di pandangan masyarakat.

Menghadapi pemilihan umum, berbagai partai politik menggunakan surat kabar untuk membuat propaganda politik mereka. PNI sebagai partai terbesar mengguakan surat kabar yang dimilikinya, yaitu Suluh Indonesia dengan selalu memuat daftar nama pemimpin partai, meskipun hal ini tidak terlalu intesif karena tidak disertai riwayat lengkap hidup mereka. Suluh Indonesia juga selalu memuat program dan rapat serta ceramah yang sukses digelar PNI di berbagai tempat. Tanda gambar PNI selalu dimuat pada tiap edisi.

Partai komunis memiliki Harian Rakjat yang memuat daftar calon PKI yang akan duduk dalam parlemen. Program PKI yang dimuat secara teratur dan terus menerus, rajin membuat interview tentang kesulitan hidup orang kecil, bahkan PKI tidak segan-segan

(14)

mencela dan memfitnah partai lain dalam Harian Rakjat. Tanda gambar PKI juga selalu dimuat dalam setiap edisi.

Kajian tentang pemilihan umum dari perpektif yang agak berbeda dengan beberapa kajian sebelumnya dilakukan oleh Gunawan Wicaksono dalam penelitiannya berjudul Peran Tentara Teritorium IV Diponegoro dalam Pelaksanaan Pemilihan umum

1955 di Jawa Tengah. Penelitian ini berusaha menggambarkan dan menganalisa tentang

Peran Tentara Teritorium IV Diponegoro dalam Pelaksanaan Pemilihan umum 1955 di Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang (1) Kondisi sosial-politik di Jawa Tengah menjelang Pemilihan umum 1955, (2) Pelaksanaan dan hasil Pemilihan umum 1955 di Jawa Tengah, (3) Peran Tentara dan Territorium IV Diponegoro dalam pelaksanaan Pemilihan umum 1955 di Jawa Tengah.

Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa pada waktu menjelang Pemilihan umum yaitu pada pelaksanaan kampanye kondisi sosial-politik semakin panas, karena partai-partai politik meningkatkan kegiatan kampanyenya. Tidak bisa dihindari dalam kampanye tersebut sering menimbulkan gesekan-gesekan pada tingkat masa. Pemilihan umum 1955 dapat terlaksana dengan aman, lancar dan emokratis. Pemilihan umum 1955 memiliki 2 tahap yaitu tahap pertama pemilihan untuk anggota DPR pada tanggal 29 September 1955 dan pemilihan umum untuk anggota Konstituante pada tanggal 15 Desember 1955. Pada pemilihan untuk anggota DPR dan Konstituante menghasilkan empat partai besar yaitu PNI, PKI, NU dan Masyumi. Pada pemilihan DPR dan konstituante PNI menang di Kedu, Banyumas Pekalongan dan Pati, PKI menang di Semarang dan Surakarta.

(15)

Anggota tentara yang bernaung dalam Tentara dan Teritorium IV Diponegoro juga memiliki peran penting dalam pemilihan umum yaitu salah satunya menjalankan pengamanan dalam mensukseskan pemilihan umum. Sebagai tugas yang diembannya untuk mengawal dan menjaga dari proses demokrasi yang sedang berjalan dengan mencegah segala kemungkinan dan tindakan yang mengarah timbulnya gangguan keamanan. Maka diadakan beberapa persiapan yang intensif guna kelancaran jalannya pemilihan umum. Persiapan intern adalah melakukan penerangan terhadap semua anggota tentara, latihan Pengendalian Huru-Hara, persiapan pencalonan yang berada di lingkungan divisi Diponegoro. Persiapan ektern adalah melakukan penerangan pada masyarakat, para tahanan bekerjasama dengan Jawatan Penerangan dan Kejaksaan di Jawa Tengah. Juga pengawalan pada surat suara dari pusat ke daerah dan sebaliknya. Tentara dalam pemilihan umum 1955 ini, mampu menempatkan diri, tidak memihak dan menjalankan tugasnya dengan baik.

F. Metode Penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian historis. Menurut Helius Sjamsudin, setidaknya ada enam langkah dalam penelitian sejarah, yaitu: (1) memilih suatu topik yang sesuai, (2) mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik, (3) membuat catatan tentang apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik, (4) mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan, (5) menyusun unsur-unsur penelitian ke dalam suatu pola yang benar, dan 6) menyajikan dalam suatu

(16)

cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin.16

Penelitian sejarah terbagi ke dalam lima tahap, yaitu: (1) pemilihan topik, (2) pengumpulan sumber, (3) kritik atau verifikasi sumber, (4) interpretasi, dan (5) historiografi atau penulisan17, sedangkan Louis Gottschalk menyebutkan bahwa intisari metode sejarah itu, ialah bertumpu kepada empat kegiatan pokok: (1) pengumpulan obyek tertulis, dan lisan yang relevan, (2) menyingkirkan bahan-bahan yang tidak otentik, (3) menyimpulkan kesaksian yang dapat dipercaya, (4) penyusunan kesaksian menjadi sesuatu kisah atau penyajian yang berarti.18

Metode historis atau sejarah adalah merupakan kumpulan prinsip atau yang sistematis dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif didalam usaha mengumpulkan bahan-bahan bagi sejarah, menilai secara kritis dan kemudian menyajikan suatu sintesa dari pada hasil dalam bentuk yang tertulis.19 Dari penjelasan tersebut metode sejarah mempunyai empat tahap proses penelitian.

Adapun prosedur dalam metode sejarah tersebut meliputi tahap-tahap sebagai berikut: pertama, Heuristik yaitu proses pengumpulan sumber yang terdiri dari sumber primer maupun sumber sekunder, kedua setelah berbagai sumber telah dikumpulkan kemudian dilakukan kritik sumber yaitu mengadakan penilaian terhadap sumber-sumber sejarah yang telah ditemukan untuk memperoleh fakta-fakta sejarah yang menyangkut dua aspek yaitu kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern berusaha mencari keaslian

16 Helius Sjamsudin, 1996, Metodologi Sejarah,, Jakarta: Depdikbud, hlm. 1-2. 17 Kuntowijoyo, 2001, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang Budaya, hlm. 91 18 Louis Gottschalk, 1986, Mengerti Sejarah, Jakarta: UI Press, hlm. 32-34

19 Nugroho Notosusanto, 1978, Masalah Penelitian Sejarah: Suatu Pengalaman, Jakarta: Yayasan

(17)

sumber dari segi luarnya (otentisitas), sedangkan kritik intern berusaha mencari keaslian sumber dari segi isinya (kredibilitas). Setelah sumber-sumber diperoleh, peneliti melakukan upaya penilaian tentang keaslian sumber seperti mengamati hasil cetakan, jenis huruf, usia kertas dan sebagainya. Kemudian untuk mengetahui tingkat kredibilitas data peneliti membandingkan data yang satu dengan data yang lain, sehingga dapat diperoleh data dengan tingkat keterandalan yang baik.

Ketiga, interpretasi atau penafsiran dari data-data yang sudah diseleksi. Keempat,

historiografi atau penulisan sejarah. Permasalahan tentang strategi kampanye pemilihan

umum dapat ditinjau dari berbagai macam teori, baik teori dari ilmu politik maupun dari ilmu komunikasi. Pada penelitian ini secara lebih spesifik akan berupaya mengunakan teori dari ilmu komunikasi politik untuk lebih dapat menjelaskan tentang perang wacana kampanye partai politik pada pemilihan umum 1955 di Jawa Tengah.

1. Sumber data

Menurut jenisnya, sumber itu dapat dikategorikan menjadi dua, yakni: sumber

primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah kesaksian dari seseorang dengan

mata kepala sendiri atau saksi dengan panca indera lain atau alat mekanik20. Sumber primer sebagai sumber cerita atau catatan saksi, ataupun pengamat, berisi catatan saksi di mana para saksi tersebut menyaksikan peristiwa itu, atau menjadi pelaku utama dari peristiwa.21

a. Sumber Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggali dan memanfaatkan arsip-arsip serta dokumen-dokumen yang banyak tersimpan di Perpustakaan milik

20 Louis Gottschalk. Op cit, hlm 18

(18)

Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Daerah Solo, Perpustakaan Derah Yogyakarta Perpustakaan Monumen Pers, dan Perpustakaan Daerah Semarang.

Sumber-sumber yang akan terdiri atas sumber primer berupa sumber sezaman seperti arsip tentang kondisi masyarakat Jawa Tengah dari aspek sosial,politik,ekonomi, dan pendidikan pada tahun 1950-an. Selain itu untuk mencari data tentang pelaksanaan pemilihan umum 1955, penulis mencoba untuk mendapatkan peraturan-peraturan yang mengatur pelaksanaan pemilihan umum yakni Maklumat Wakil Presiden Mohammad Hatta tanggal 3 November 1945, yang berisi anjuran tentang pembentukan partai-partai politik. UUDS 1950, UU No 27 tahun 1948 tentang Pemilihan Umum, yang kemudian diubah dengan UU No. 12 tahun 1949 tentang Pemilihan Umum, serta UU No. 7 Tahun 1953 tentang Pemilihan Umum. Kemudian untuk mencari data tentang berbagai pertarungan wacana, diperoleh dari dari surat kabar yang terbit menjelang pelaksanaan pemilihan umum, baik pemilihan umum untuk anggota parlemen atau untuk konstituante. Surat kabar yang dijadikan kajian terdiri atas surat kabar yang dikeluarkan oleh partai seperti

Harian Ummat milik Masyumi, Suluh Indonesia milik PNI, Duta Masjarakat milik

NU, dan Harian Rakjat dan Fikiran Rakjat milik PKI. Selain itu untuk menjaga objektivitas peneliti menggunakan pula surat kabar yang terbit secara independen yakni Berita Antara, Suara Merdeka dan Tangkas yang mengulas tentang pelaksanaan kampanye dan pemilihan umum 1955.

b. Sumber Sekunder

Selain menggunakan sumber primer berupa arsip dan surat kabar yang terbit menjelang pemilihan umum, digunakan pula sumber-sumber sekunder dari buku dan

(19)

penelitian yang terdahulu. Buku dan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain buku tulisan Herbert Feith berjudul The Indonesian Election of 1955,

Toward Election in Indonesia, The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia. Selain itu digunakan pula penelitian-penelitian tentang pemilihan umum

1955 seperti Pelaksanaan Pemilihan Umum dalam Sejarah Nasional Indonesia oleh Fiska Friyanti, Peranan Pers dalam Perjuangan Partai Politik pada Masa Demokrasi

Liberal 1950-1959 (Sebuah Tinjauan terhadap Suluh Indonesia dan Harian Rakjat)

oleh Siti Khotimah, dan penelitian Gunawan Wicaksono tentang Peran Tentara

Teritorium IV Diponegoro dalam Pelaksanaan Pemilihan umum 1955 di Jawa Tengah.

2. Teknik Pengumpulan Data.

Dalam rangka mencapai tujuan pokok dari penelitian ini berupa penulisan skripsi, berusaha mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan tema penulisan sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal. Adapun tehnik pengumpulan data yang dipergunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Studi Dokumen

Studi dokumen yang dimaksud adalah mengumpulkan data dengan memanfaatkan arsip-arsip serta dokumen-dokumen yang termasuk dalam sumber primer berupa sumber sezaman seperti arsip tentang kondisi masyarakat Jawa Tengah dari aspek sosial,politik,ekonomi, dan pendidikan pada tahun 1950-an. Selain itu untuk mencari data tentang pelaksanaan pemilihan umum 1955, penulis mencoba untuk mendapatkan peraturan-peraturan yang mengatur pelaksanaan pemilihan umum yakni Maklumat Wakil Presiden Mohammad Hatta tanggal 3 November 1945, yang

(20)

berisi anjuran tentang pembentukan partai-partai politik. UUDS 1950, UU No 27 tahun 1948 tentang Pemilihan Umum, yang kemudian diubah dengan UU No. 12 tahun 1949 tentang Pemilihan Umum, serta UU No. 7 Tahun 1953 tentang Pemilihan Umum. Kemudian untuk mencari data tentang wacana dan berbagai pertarungan wacana penulis mencari dari surat kabar yang terbit menjelang pelaksanaan pemilihan umum, baik pemilihan umum untuk anggota parlemen atau untuk konstituante. Surat kabar yang dijadikan kajian terdiri atas surat kabar yang dikeluarkan oleh partai seperti Harian Ummat milik Masyumi, Suluh Indonesia milik PNI, Duta Masjarakat milik NU, dan Harian Rakjat dan Fikiran Rakjat milik PKI. Selain itu untuk menjaga objektivitas peneliti menggunakan pula surat kabar yang terbit secara independen yakni Berita Antara, Suara Merdeka dan Tangkas yang mengulas tentang pelaksanaan kampanye dan pemilihan umum 1955.

b. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan tehnik pengumpulan data dengan memanfaatkan literature dan referensi sebagai bahan informasi untuk mendapatkan teori dan data sekunder yang baru sebagai pelengkap data yang tidak dapat diperoleh melalui studi dokumen dalam sumber data penelitian. Dalam hal ini studi pustaka digunakan untuk mendukung serta memperdalam pada pengumpulan data atau bahan yang dijadikan sebagai landasan teori dalam menyiapkan sebuah penelitian. Penelitian ini mengambil buku acuan yang berupa buku-buku literature baik itu berupa karya ilmiah, jurnal ilmiah, tulisan dari surat kabar maupun majalah yang berkaitan dengan tema penelitian penulis. Berbagai sumber pustaka itu banyak didapatkan dan tersimpan diperpustakaan-perpustakaan pusat maupun daerah.

(21)

3. Teknik Analisis Data.

Analisis merupakan langkah yang harus ditempuh setelah data dikumpulkan secara keseluruhan. Tahap analisa ini merupakan tahap yang sangat menentukan dan penting, pada tahap ini data dapat dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil mengumpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisa kualitatif. Dengan tehnik ini dimaksudkan bahwa setelah data terkumpul kemudian dilakukan interpretasi atau ditafsirkan dan dianalisa isinya atau dilakukan kajian isi. Kajian isi tersebut diperlukan untuk mendiskripsikan secara obyektif dan sistematis. Disamping itu juga mencari hubungan sebab akibat dari suatu fenomena historis. Kemudian data-data yang telah terkumpul tersebut disajikan dalam bentuk tulisan secara deskriptif yaitu melukiskan suatu keadaan dan kejadian berdasarkan fakta-fakta yang telah terjadi dan tersedia. Dengan demikian dari analisa ini diharapkan akan menghasilkan suatu bentuk penulisan yang diskriptif analisis.

Proses menganalisis data-data hasil temuan, peneliti menggunakan pendekatan dari teori komunikasi politik. Hal ini dikarenakan peneliti mencoba mencari bagaimana bentuk-bentuk komunikasi politik yang dilakukan oleh partai-partai politik menjelang pemilihan umum. Dengan bantuan dari teori komunikasi politik peneliti kemudian dapat menemukan fakta-fakta sejarah berkaitan dengan pertarungan wacana yang dilakukan oleh partai politik dalam kampanye pemilihan umum 1955. Setelah fakta-fakta sejarah ditemukan, peneliti mencoba merangkai fakta-fakta tersebut menjadi satu gagasan yang utuh dan bersinambung, sehingga terciptalah sebuah cerita sejarah tentang pertarungan wacana menjelang pemilihan umum 1955 di Jawa Tengah.

(22)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan disusun bab demi bab. Penyusunan ini dilandasi keinginan agar skripsi ini dapat menyajikan gambaran yang menunjukkan suatu kontinuitas perkembangan kejadian yang beruntun.

Bab I menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan dari beberapa studi pustaka, metode penelitian dan analisis data.

Bab II berisikan tentang Kondisi sosial dan politik menjelang pemilihan umum 1955 serta sejarah singkat perkembangan partai PNI,PKI,Masyumi,dan NU di Jawa Tengah. Bagian ini menggambarkan setting lokasi dan konteks pelaksanaan pemilihan umum yang berisi tentang kondisi sosial masyarakat, tingkat pendidikan, serta tingkat ekonomi masyarakat.

Bab III menjelaskan mengenai Wacana-Wacana Kampanye partai PNI, PKI, Masyumi, dan NU pada saat pemilihan umum serta sistem pelaksanaan pada saat pemilihan umum 1955 yang mencakup peraturan perundangan, sistem pemungutan suara, tahap pelaksanaan, dan ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan pemilihan umum.

Bab VI berisikan tentang Saling Serang dan Bertahan: Perang Wacana Kampanye Pada Pemilu 1955. Pada bagian ini dideskripsikan bentuk pertentangan antara partai-partai politik, yakni tentang perebutan hegemoni antara PNI dan PKI serta pertarungan Islam vs Islam antara NU dan Masyumi.

Bab V berisikan kesimpulan yang menjawab perumusan masalah dan juga terdapat analisa sejarah yang membahas penelitian ini.

Referensi

Dokumen terkait

20 Tahun 2001 Tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing yakni dalam rangka lebih mempercepat peningkatan dan perluasan kegiatan

Konsep Pieper tentang manusia dan masyarakat, sebagaimana dipaparkan dalam artikel ini, menjadi perspektif penulis untuk mengemukakan konsep tentang persahabatan yang disimpulkan

Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut

Cara kerjanya adalah petugas melakukan login kemudian memilih menu nilai lalu memasukkan nilai siswa pada tiap kriteria.

Seperti halnya penerapan ICT berdasarkan sarana dan prasarana (infrastruktur) yang ada di Museum Angkut, dimana penerapan ICT ini bertujuan untuk mempermudah

Gambar 4.3 Map & Chart 10 besar perolehan suara terbanyak Partai Demokrat hampir dominan di semua kecamatan di Daerah Pemilihan Kota Semarang, seperti yang disampaikan

Hingga saat ini pun masih terdapat kasus-kasus pelanggaran hak cipta dalam industri musik dengan mengunduh secara ilegal yang sangat merugikan bangsa pada umumnya

Perbedaan ukuran lebar ini diduga dapat disebabkan karena jumlah individu badak jawa yang menggunakan kubangan tidak selalu sama untuk setiap lokasi pengamatan,