• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Skripsi Peledakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Proposal Skripsi Peledakan"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL SKRIPSI

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISA DISTRIBUSI FRAGMENTASI DAN PRODUKSI

ANALISA DISTRIBUSI FRAGMENTASI DAN PRODUKSI

PELEDAKAN UNTUK MENCAPAI TARGET PRODUKSI

PELEDAKAN UNTUK MENCAPAI TARGET PRODUKSI

(2)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A.

A. Judul SkripsiJudul Skripsi

Analisa Distribusi Fragmentasi dan Produksi Peledakan Untuk Mencapai Analisa Distribusi Fragmentasi dan Produksi Peledakan Untuk Mencapai Target Produksi

Target Produksi B.

B. Latar BelakangLatar Belakang

Dalam industri pertambangan sering dijumpai sifat batuan yang relatif keras, Dalam industri pertambangan sering dijumpai sifat batuan yang relatif keras, sehingga tidak dapat digali secara

sehingga tidak dapat digali secara langsung karena berpengaruh pada produktifitaslangsung karena berpengaruh pada produktifitas

alat gali muat t

alat gali muat tersebut. Dengan berkembangnya teknologi, ditemukan solusi untukersebut. Dengan berkembangnya teknologi, ditemukan solusi untuk menggali batuan tersebut yaitu diberaikan dengan peledakan. Dimana proses ini menggali batuan tersebut yaitu diberaikan dengan peledakan. Dimana proses ini merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan dalam pemberaian merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan dalam pemberaian  batuan

 batuan keras keras sehingga sehingga operasi operasi penambangan penambangan dapat dapat berjalan berjalan secara secara efektif efektif dandan efisien.

efisien.

Dalam proses peledakan ada beberapa macam indikator keberhasilan dari Dalam proses peledakan ada beberapa macam indikator keberhasilan dari  peledakan

 peledakan itu itu sendiri, sendiri, salah salah satunya satunya adalah adalah fragmentasi. fragmentasi. Dimana Dimana ukuran ukuran fragmenfragmen yang dihasilkan berpengaruh untuk proses penggalian dan pemuatan batuan/ yang dihasilkan berpengaruh untuk proses penggalian dan pemuatan batuan/ oreore

yang terledakkan. Oleh karena itu diperlukannya rancangan geometri peledakan yang terledakkan. Oleh karena itu diperlukannya rancangan geometri peledakan yang optimal dengan mengkaji geometri peledakan yang telah digunakan dan yang optimal dengan mengkaji geometri peledakan yang telah digunakan dan fragmentasi yang dihasilkan agar tujuan dari adanya proses peledakan tersebut fragmentasi yang dihasilkan agar tujuan dari adanya proses peledakan tersebut sesuai dengan sasaran.

sesuai dengan sasaran. Agar

Agar ukuran ukuran fragmen dan fragmen dan produksi produksi peledakan yang peledakan yang diinginkan diinginkan dandan

direncakan sesuai dengan target, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap direncakan sesuai dengan target, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap

(3)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A.

A. Judul SkripsiJudul Skripsi

Analisa Distribusi Fragmentasi dan Produksi Peledakan Untuk Mencapai Analisa Distribusi Fragmentasi dan Produksi Peledakan Untuk Mencapai Target Produksi

Target Produksi B.

B. Latar BelakangLatar Belakang

Dalam industri pertambangan sering dijumpai sifat batuan yang relatif keras, Dalam industri pertambangan sering dijumpai sifat batuan yang relatif keras, sehingga tidak dapat digali secara

sehingga tidak dapat digali secara langsung karena berpengaruh pada produktifitaslangsung karena berpengaruh pada produktifitas

alat gali muat t

alat gali muat tersebut. Dengan berkembangnya teknologi, ditemukan solusi untukersebut. Dengan berkembangnya teknologi, ditemukan solusi untuk menggali batuan tersebut yaitu diberaikan dengan peledakan. Dimana proses ini menggali batuan tersebut yaitu diberaikan dengan peledakan. Dimana proses ini merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan dalam pemberaian merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan dalam pemberaian  batuan

 batuan keras keras sehingga sehingga operasi operasi penambangan penambangan dapat dapat berjalan berjalan secara secara efektif efektif dandan efisien.

efisien.

Dalam proses peledakan ada beberapa macam indikator keberhasilan dari Dalam proses peledakan ada beberapa macam indikator keberhasilan dari  peledakan

 peledakan itu itu sendiri, sendiri, salah salah satunya satunya adalah adalah fragmentasi. fragmentasi. Dimana Dimana ukuran ukuran fragmenfragmen yang dihasilkan berpengaruh untuk proses penggalian dan pemuatan batuan/ yang dihasilkan berpengaruh untuk proses penggalian dan pemuatan batuan/ oreore

yang terledakkan. Oleh karena itu diperlukannya rancangan geometri peledakan yang terledakkan. Oleh karena itu diperlukannya rancangan geometri peledakan yang optimal dengan mengkaji geometri peledakan yang telah digunakan dan yang optimal dengan mengkaji geometri peledakan yang telah digunakan dan fragmentasi yang dihasilkan agar tujuan dari adanya proses peledakan tersebut fragmentasi yang dihasilkan agar tujuan dari adanya proses peledakan tersebut sesuai dengan sasaran.

sesuai dengan sasaran. Agar

Agar ukuran ukuran fragmen dan fragmen dan produksi produksi peledakan yang peledakan yang diinginkan diinginkan dandan

direncakan sesuai dengan target, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap direncakan sesuai dengan target, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap

(4)

fragmentasi dan produksi peledakan

fragmentasi dan produksi peledakan.. Hal di atas melatarbelakangi keinginan sayaHal di atas melatarbelakangi keinginan saya untuk melakukan pengamatan dan penelitian lebih lanjut mengenai fragmentasi dan untuk melakukan pengamatan dan penelitian lebih lanjut mengenai fragmentasi dan  produksi

 produksi hasil hasil peledakanpeledakan , , dengan juduldengan judul ””Analisa Distribusi Fragmentasi danAnalisa Distribusi Fragmentasi dan Produksi Peledakan Untuk Mencapai Target Produksi”

Produksi Peledakan Untuk Mencapai Target Produksi”

C.

C. Rumusan MasalahRumusan Masalah

Dari latar belakang penelitian ini dapat diidentifikasi masalah sebagai Dari latar belakang penelitian ini dapat diidentifikasi masalah sebagai  berikut:

 berikut: 1.

1. Rancangan geometri peledakan yang digunakan apakah menghasilkanRancangan geometri peledakan yang digunakan apakah menghasilkan fragmentasi yang diinginkan.

fragmentasi yang diinginkan.

2.

2. Apakah hasil produksi peledakan sesuai dengan target produksi yang telahApakah hasil produksi peledakan sesuai dengan target produksi yang telah direncanakan.

direncanakan.

D.

D. Batasan MasalahBatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada pembahasan masalah sebagai berikut: Penelitian ini dibatasi pada pembahasan masalah sebagai berikut:

1.

1. Mengkaji geometri peledakan danMengkaji geometri peledakan dan  powder  powder factor factor   yang digunakan oleh  yang digunakan oleh  perusahaan.

 perusahaan.

2.

2. Menganalisa fragmentasi berdasarkan geometri yang digunakan olehMenganalisa fragmentasi berdasarkan geometri yang digunakan oleh  perusahaan dengan memakai metode kuznetsov.

 perusahaan dengan memakai metode kuznetsov. 3.

3. Menganalisa dan mengevaluasi produksi peledakan.Menganalisa dan mengevaluasi produksi peledakan.

E.

E. Tujuan PenelitianTujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1.

1. Mengetahui geometri peledakan yang digunakan oleh perusahaan.Mengetahui geometri peledakan yang digunakan oleh perusahaan.

2.

(5)

3. Merekomendasikan geometri peledakan yang dianggap optimal untuk menghasilkan fragmentasi hasil peledakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan.

4. Mengetahui dan mengevaluasi produksi peledakan.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui hasil fragmentasi dari geometri yang digunakan oleh perusahaan. 2. Mengetahui produktivitas peledakan berdasarkan geometri yang digunakan

oleh perusahaan.

3. Dapat menambah ilmu dan pengalaman pada bidang ilmu peledakan.

4. Bagi perusahaan, mendapatkan masukan dari mahasiswa dalam mengoptimalkan fragmentasi dan produksi peledakan.

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kegiatan Peledakan

Kegiatan peledakan yaitu suatu upaya pemberaian batuan dari batuan induk menggunakan bahan peledak. Menurut kamus pertambangan umum, bahan peledak adalah senyawa kimia yang dapat bereaksi dengan cepat apabila diberikan suatu  perlakuan, menghasilkan sejumlah gas bersuhu dan bertekanan tinggi dalam waktu

yang sangat singkat.

Peledakan memiliki daya rusak bervariasi tergantung jenis bahan peledak

yang digunakan dan tujuan digunakannya bahan peledak tersebut. Peledakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, baik itu positif maupun negatif, seperti untuk memenuhi tujuan politik, ideologi, keteknikan, industri dan lain-lain. Contohnya besi, baja dan logam lainnya, serta bahan galian industri, seperti  batubara dan gamping seringkali menggunakan peledakan untuk memperoleh

 bahan galian tersebut, apabila dianggap lebih ekonomis dan efisien dari pada  penggalian bebas ( free digging ) maupun penggaruan (ripping ).

Suatu operasi peledakan dinyatakan berhasil dengan baik pada kegiatan  penambangan apabila :

1. Target produksi terpenuhi(dinyatakan dalam ton/hari atau ton/bulan).

2. Penggunaan bahan peledak efisien yang dinyatakan dalam jumlah batuan yang

(7)

3. Diperoleh fragmentasi batuan berukuran merata dengan sedikit bongkah (kurang dari 15% dari jumlah batuan yang terbongkar per peledakan).

4. Diperoleh dinding batuan yang stabil dan rata (tidak ada overbreak, overhang , retakan –  retakan).

5. Aman.

6. Dampak terhadap lingkungan minimal. (Koesnaryo, 1988 ; 1-2).

B. Pola Pemboran

Kegiatan pemboran lubang ledak merupakan suatu hal yang sangat penting

diperhatikan sebelum kegiatan pengisisan bahan peledak. Kegiatan pemboran lubang ledak dilakukan dengan menempatkan lubang  –   lubang ledak secara sistematis, sehingga membentuk suatu pola. Berdasarkan leak lubang bor maka pola  pemboran dibagi menjadi dua pola dasar, yaitu:

1. Pola pemboran sejajar (paralel pattern), terdiri dari dua macam, yaitu :

a. Pola bujursangkar ( square pattern), yaitu jarak burden dan spasi yang

sama

 b. Pola persegipanjang (rectangular pattern), yaitu jarak spasi dalam satu  baris lebih besar dibandingkan dengan burden.

2. Pola pemboran selang seling ( staggered pattern), adalah pola pemboran yang  penempatan lubang ledak ditempatkan secara selang seling pada setiap kolomnya. Dalam pola ini distribusi energi peledakan antar lubang akan lebih terdistribusi secara merata daripada pola bukan staggered. Pola zigzag terbagi

(8)

menjadi Pola zigzag bujur sangkar (B=S) dan Pola zigzag persegi panjang (S ≥ B). Sumber : Suwandi, 2009; 6 Gambar 1. Pola Pemboran C. Pola Peledakan

Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang –  lubang  bor dalam satu baris dengan lubang bor pada baris berikutnya ataupun antara lubang  bor yang satu dengan lubang bor yang lainnya. Pola peledakan ini ditentukan  berdasarkan urutan waktu peledakan serta arah runtuhan material yang diharapkan.

Beberapa contoh pola peledakan berdasarkan sistem inisiasi dapat dilihat pada gambar berikut :

Bidang bebas Bidang bebas

Bidang bebas Bidang bebas

a. Pola bujursangkar b. Pola persegipanjang

c. Pola zigzag bujursangkar d. Pola zigzag persegipanjang

3 m 3 m 3 m 2,5 m 3 m 3 m 3 m 2,5 m

(9)

Sumber : Suwandi, 2009; 12

Gambar 2.

Pola Peledakan Berdasarkan Sistem Inisiasi

Berdasarkan arah runtuhan batuan, pola peledakan diklasifikasikan sebagai  berikut :

1. Box Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan dan membentuk kotak

(10)

2. Echelon cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke salah satu sudut dari bidang bebasnya.

3. “V” cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kedepan dan

membentuk huruf V.

Secara umum pola peledakan menunjukan urutan atau sekuensial ledakan dari sejumlah lubang ledak. Adanya urutan peledakan berarti terdapat jeda waktu ledakan diantara lubang-lubang ledak yang disebut dengan waktu tunda ata u delay time. Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan waktu tunda ( delay time) pada sistem peledakan antara lain adalah:

1. Mengurangi getaran.

2. Mengurangi overbreak  dan batu terbang ( fly rock ). 3. Mengurangi getaran dan suara.

4. Dapat mengarahkan lemparan fragmentasi batuan.

5. Dapat memperbaiki ukuran fragmentasi batuan hasil peledakan.

D. Hasil Peledakan

Energi bahan peledak ditimbulkan karena adanya reaksi eksotermis pada saat terjadi reaksi kimia antara bahan-bahan penyusun bahan peledak menjadi gas-gas

dalam waktu yang sangat singkat melalui penyalaan oleh suatu inisiator ( primer ). Energi yang dilepaskan tersebut tidak dapat terkonsentrasi sepenuhnya untuk menghancurkan massa batuan (membentuk fragmentasi), tetapi terbagi dalam  beberapa jenis energi yang terdistribusi menjadi dua bagian besar, yaitu energi

(11)

1. Energi terpakai (work energy)

Terdapat dua jenis produk energi terpakai, yaitu energi kejut dan energi gas. Ditinjau dari aspek pemanfaatannya, bahan peledak yang memiliki energi kejut yang tinggi dapat diterapkan dalam proses peledakan bongkah batu ( boulder )

dengan metode mud capping boulders yang disebut juga plaster shooting  atau untuk  proses peruntuhan bangunan (demolition). Dengan demikian energi kejut secara efektif akan terlihat pada peledakan dengan menggunakan metode external charge atau muatan di luar lubang tembak. Sedangkan pada kolom lubang ledak dengan  bahan peledak didalamnya disumbat atau dikurung rapat oleh material penyumbat

( stemming ), maka digunakan bahan peledak yang memiliki energi gas yang tinggi.

2. Energi tak terpakai (waste energy)

Reaksi peledakan disamping menghasilkan energi yang mampu menghancurkan batuan, juga akan selalu menghasilkan energi yang tidak ber kaitan langsung dengan tujuan penghancuran batuan, bahkan akan memberi dampak negatif terhadap lingkungan. Energi yang tidak berkaitan langsung dengan proses

(12)

energy. Jenis energi tak terpakai adalah energi panas, energi suara, energi sinar/cahaya dan energi seismik.

Sumber : Suwandi, 2009; 7

Gambar 3.

Distribusi energi yang dihasilkan peledakan

E. Geometri Peledakan Menurut C.J Konya (1990)

Untuk memperoleh hasil pembongkaran batuan sesuai dengan yang diinginkan maka perlu suatu perencanaan ledakan dengan memperhatikan besaran - besaran geometri peledakan. Berikut penjelasan mengenai perhitungan geometri  peledakan menurut C.J.Konya (1990) :

ENERGI PELEDAKAN ( EXPLOSIVE ENERGY )

ENERGI TERPAKAI (WORK ENERGY )

ENERGI TAK TERPAKAI (WASTE ENERGY ) ENERGI KEJUT (SHOCK ENERGY ) ENERGI GAS (GAS ENERGY ) ENERGI PANAS ( HEAT ENERGY ) ENERGI SINAR ( LIGHT ENERGY ) ENERGI SUARA (SOUND ENERGY ) ENERGI SEISMIK (SEISMIC ENERGY )

(13)

Sumber : Suwandi, 2009; 24

Gambar 2.4.

Geometri Peledakan Jenjang

Terminologi dan simbol yang digunakan pada geometri peledakan seperti terlihat pada Gambar 2.4 yang artinya sebagai berikut:

B = burden ; L = kedalaman kolom lubang ledak

S = spasi ; T = penyumbat ( stemming )

H = tinggi jenjang ; PC = isian utama ( primary charge atau powder column)

J =  subdrilling

1.  Burden

Yaitu jarak tegak lurus terpendek antara muatan bahan peledak dengan  bidang bebas yang terdekat atau ke arah mana pelemparan batuan akan terjadi.

 P U N C A K  J E N J A N G  (  TOP BENCH  )  S   B H  L A N T A I J E  N J A N G  ( F LOOR BEN CH ) CREST  T O E K O L O M L U B A N G L E D A K ( L ) PC T  B I DA N G  B E BA S  ( FREE FA CE ) J

(14)

a.  Burden  terlalu kecil: bongkaran terlalu hancur dan tergeser dari dinding  jenjang serta kemungkinan terjadinya batu terbang sangat besar.

 b.  Burden  terlalu besar : Fragmentasi kurang baik ( gelombang tekan yang mencapai bidang bebas menghasilkan gelombang tarik yang sangat lemah

di bawah kuat tarik batuan). Besarnya burden tergantung dari karakteristik  batuan, karakteristik bahan peledak dan diameter lubang ledak.

x d x 3,15 B 3 e e



 

 



 

 

r        ... (1) Dimana: B = burden (ft),

de = diameter bahan peledak (inci),

  e = berat jenis bahan peledak, dan

  r  = berat jenis batuan.

2. Spacing  (S)

Spasi adalah jarak diantara lubang ledak dalam satu garis yang sejajar

dengan bidang bebas.

a. Spacing   terlalu besar : fragmentasi tidak baik, dinding akhir yang ditinggalkan relative tidak rata

 b. Spacing   terlalu kecil: tekanan sekitar  stemming   yang lebih besar dan mengakibatkan gas hasil ledakan dihamburkan ke atmosfer diikuti dengan suara bising (noise).

(15)

3 2B H S  8 7B H S

Spasi ditentukan berdasarkan sistem tunda yang direncanakan dan kemungkinannya adalah:

Tabel 1

Penentuan Spasi Geometri Peledakan Menurut C.J.Konya

Sistem Penyalaan H/B < 4 H/B > 4

Serentak S = 2B

Tunda S = 1,4 B

Sumber : Suwandi, 2009; 26

3. Stemming  disebut juga “collar ”. Stemming   berfungsi untuk mengurung gas

yang timbul dan mendapatkan  stress balance, maka steamming  sama dengan  burden.

a. Batuan massif, T = B  b. Batuan berlapis, T = 0,7 B

4. Subdrilling , merupakan tambahan kedalaman dari lubang bor di bawah rencana lantai jenjang. Sub drilling  berfungsi supaya batuan dapat meledak secara “ full

 face” sebagaimana yang diharapkan. Lantai yang tidak rata disebabkan ol eh tonjolan –  tonjolan yang terjadi setelah dilakukan peledakan akan men yulitkan waktu pemuatan dan pengangkutan. Tingginya  sub drilling   tergantung dari struktur dan jenis batuan dan arah lubang bor. Pada lubang bor yang miring,  subdrilling  lebih kecil. Sub Drilling  (J) = 0,3 B

(16)

5. Penentuan diameter lubang dan tinggi jenjang mempertimbangkan 2 aspek, yaitu (1) efek ukuran lubang ledak terhadap fragmentasi, airblast , flyrock , dan getaran tanah; dan (2) biaya pengeboran. Tinggi jenjang (H) dan burden (B) sangat erat hubungannya untuk keberhasilan peledakan dan ratio H/B (yang

dinamakan Stifness Ratio) yang bervariasi memberikan respon berbeda terhadap fragmentasi, airblast, flyrock , dan getaran tanah yang hasilnya seperti terlihat pada Tabel 2.2. Sementara diameter lubang ledak ditentukan secara sederhana dengan menerapkan “Aturan Lima ( Rule of Five)”, yaitu ketinggian  jenjang (dalam feet) “Lima” kali diameter lubang ledaknya (dalam inci).

Tabel 2

Potensi yang terjadi akibat variasi stiffness ratio

Stifness Ratio Fragmentasi Ledakan udara Batu terbang Getaran tanah Komentar

1 Buruk Besar Banyak Besar Banyak muncul back-break  di

 bagian toe. Jangan dilakukan dan rancang ulang

2 Sedang Sedang Sedang Sedang Bila memungkinkan, rancang

ulang

3 Baik Kecil Sedikit Kecil Kontrol dan fragmentasi baik

4 Memuaskan Sangat kecil Sangat sedikit Sangat kecil

Tidak akan menambah keuntung-an bila stiffness ratio di atas 4

(17)

F. Fragmentasi

Fragmentasi adalah istilah umum untuk menunjukkan ukuran setiap  bongkah batuan hasil peledakan. Ukuran fragmentasi tergantung pada proses

selanjutnya. Untuk tujuan tertentu ukuran fragmentasi yang besar atau boulder 

diperlukan, misalnya disusun sebagai penghalang ( barrier ) di tepi jalan tambang.

 Namun kebanyakan diinginkan ukuran fragmentasi yang kecil karena  penanganan selanjutnya akan lebih mudah. Ukuran fragmentasi terbesar biasanya dibatasi oleh dimensi mangkok alat gali (excavator   atau  shovel ) yang akan memuatnya ke dalam truck dan oleh ukuran gap bukaan crusher .

1. Metode Pengukuran Fragmentasi

Empat metode pengukuran fragmentasi peledakan (Hustrulid, 1999; 38-42) adalah sebagai berikut :

a. Pengayakan ( sieving )

Metode ini menggunakan ayakan dengan ukuran saringan berbeda untuk

mengetahui persentase lolos fragmentasi batuan hasil peledakan.  b.  Boulder counting  ( production statistic)

Metode ini mengukur hasil peledakan melalui proses berikutnya, apakah terdapat kendala dalam proses tersebut, misalnya melalui pengamatan digging rate, secondary breakage dan produktivitas crusher .

(18)

Metode ini menggunakan perangkat lunak ( software) dalam melakukan analisis fragmentasi. Software tersebut antara lain Fragsize, Split Engineering,  gold size, power sieve, fragscan, wipfrag , dll.

d. Manual ( Measurement )

Dilakukan pengamatan dan pengukuran secara manual di lapangan, dalam satuan luas tertentu yang dianggap mewakili (representatif).

2. Prediksi Distribusi Fragmentasi Kuznetsov

Untuk menghitung distribusi rata-rata fragmentasi batuan digunakan  persamaan Kuznetsov berikut:

... (2)

Dengan :

 X   = Ukuran rata-rata fragmentasi batuan (cm)

A = Faktor batuan

Vo = Volume batuan yang terbongkar (m3)

Q = Berat bahan peledak tiap lubang ledak (kg)

Persamaan di atas untuk tipe bahan peledak TNT. Untuk itu Cunningham memodifikasi persamaan tersebut untuk memenuhi penggunaan ANFO sebagai  bahan peledak. Sehingga pesamaan tersebut menjadi :

……….. (3) 167 . 0 8 . 0 Q  x Q V   Ax  x o



 

 



 

 

63 , 0 1667 . 0 8 . 0 115 

 

 

 

 



 

 



 

 

 x Q E  Q V   Ax  x o

(19)

Dengan :

Q = Berat bahan peledak tiap lubang ledak (kg)

E = RWS bahan peledak : ANFO = 100, TNT = 115 3. Pembobotan Faktor Batuan

Salah satu data masukan untuk model Kuznetsov adalah faktor batuan yang diperoleh dari indeks kemampuledakan atau  Blastability index (BI).  Nilai BI ditentukan dari penjumlahan bobot lima parameter yang diberikan oleh Lily (dalam Hustrulid, 1999), yaitu : Rock mass description (RMD), join plane spacing  (JPS),

 joint plane orientation (JPO), specific gravity influence (SGI), dan Moh’s hardness

(H). Parameter-parameter tersebut kenyataanya sangat bervariasi. Secara lebih  jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3

Pembobotan Masa Batuan Untuk Peledakan

 Parameter Pembobotan

1.  Rock Mass Description (RMD)

 Powdery / Friable  Blocky  Totally massive 10 20 50 2.  Joint Mass Description (JPS)

 Close (Spasi < 0,1 m)  Intermediate (Spasi 0,1 - 1 m)  Wide (Spasi > 1 m) 10 20 50 3.  Joint Plane Orientation (JPO)

  Horizontal   Dip out of face  Strike normal to face   Dip into face

10 20 30 40 4. Spesific Gravity Influence (SGI)

SGI = 25 x SG - 50

5. Hardness (H) 1 - 10

(20)

Tabel 4 Skala Moh’s

Kekerasan Nama Mineral Alat penguji

1 Talc (Talk) Sangat Lunak

2 Gypsum (Gipsum) Tergores kuku manusia 3 Calcite (Kalsit) Tergores koin perunggu 4  Flourspar (Flourite) Tergores paku besi

5  Apatite (Apatit) Tergores kaca

6  Feldspar / Ortoklas Tergores pisau lipat 7 Quartz (Kuarsa) Tergores pisau baja

8 Topaz  Tergores amplas

9 Corundum

10  Diamond  (Intan)

Hubungan antara kelima parameter tersebut terhadap BI dapat dilihat pada  persamaan berikut :

BI = 0,5 (RMD+JPS+JPO+SGI+H) ………..……(4)

Persamaan yang memberikan hubungan antara faktor batuan dengan indeks kemampuledakkan suatu batuan menurut Lily (1986) adalah sebagai berikut :

RF = 0,12 x (BI) …….………(5) Sumber: Hustrulid, 1999; 83

(21)

4. Pemilihan Bahan Peledak a. Klasifikasi Bahan Peledak

Bahan peledak pada industri pertambangan pada umumnya terbuat dari campuran bahan-bahan kimia, sehingga disebut bahan peledak kimia. Defenisi dari

 bahan peledak adalah suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran berbentuk  padat, cair, gas atau campurannya yang apabila diberi aksi panas, benturan, gesekan atau ledakan awal akan bereaksi dengan sangat cepat dan bersifat panas (eksotermis) yang hasil reaksinya sebagian atau seluruhnya berbentuk gas  bertekanan tinggi dan temperatur yang sangat panas. Peledakan akan memberikan

hasil yang berbeda dari yang diharapkan karena tergantung pada kondisi eksternal saat pekerjaan tersebut dilakukan yang mempengaruhi kualitas bahan kimia  pembentuk bahan peledak tersebut. Panas merupakan awal terjadinya proses dekomposisi bahan kimia pembentuk bahan peledak yang menimbulkan  pembakaran, dilanjutkan dengan deflagrasi dan terakhir detonasi. Proses

dekomposisi bahan peledak dapat diuraikan sebagai berikut : (sumber ; diktat  pelaksanaan peledakan pada kegiatan penambangan bahan galian)

1) Pembakaran

Pembakaran adalah reaksi kimia yang bersifat panas pada permukaan objek yang terbakar dan dijaga keberlangsungan proses pembakarannya oleh panas yang dihasilkan dari reaksi itu sendiri dan produknya berupa gas-gas. Reaksi  pembakaran memerlukan unsur oksigen baik yang terdapar di alam bebas

(22)

2) Deflagrasi

Deflagrasi adalah reaksi pembakaran dengan kecepatan sangat tinggi dan menghasilkankan gas-gas bertekanan yang tekananya meningkat (ekspansi) selama proses pembakaran berlangsung, sehingga menimbulkan ledakan.

Akibat dari tekanan ini, maka terjadi efek pengangkatan yang besarnya sebanding dengan proses pembakaran yang terjadi.

3) Ledakan

Ledakan adalah ekspansi seketika yang cepat dari gas menjadi bervolume lebih  besar dan diiringi suara keras serta efek mekanis yang merusak. Dari defenisi

tersebut tersirat bahwa ledakan tidak melibatkan reaksi kimia, tapi kemunculannya disebabkan oleh transfer energi ke gerakan massa yang menimbulkan efek mekanis yang merusak disertai panas dan bunyi yang keras. 4) Detonasi

Detonasi adalah proses kimia-fisika dengan kecepatan reaksi yang sangat tinggi yang menghasilkan gas dan temperatur sangat besar sert a membangun ekspansi gaya yang sangat besar pula. Kecepatan reaksi tersebut menyebarkan tekanan panas ke seluruh zona peledakan dalam bentuk

gelombang tekan kejut (shock compression wave) dan proses ini berlangsung terus menerus untuk membebaskan energi hingga berakhir dan memberikan efek merusak (shattering effect).

Bahan peledak diklasifikasikan berdasarkan sumber energinya menjadi  bahan peledak mekanik, kimia dan nuklir. Jenis bahan peledak secara garis besar

(23)

1) Bahan peledak mekanis. 2) Bahan peledak kimia.

a) High explosive : primary explosive dan secondary explosive

 b) Low explosive : permissible exposive dan non permissible explosive

3) Bahan peledak nuklir.

b. Sifat Fisik Bahan Peledak

Sifat fisik bahan peledak merupakan suatu kenampakan nyata dari sifat  bahan peledak ketika menghadapi perubahan kondisi lingkungan sekitarnya. Kenampakan nyata inilah yang harus diamati dan diketahui tanda-tandanya oleh

seorang juru ledak untuk mengidentifikasi suatu bahan peledak yang rusak, rudak tapi masih bisa dipakai, dan tidak rusak. Sifat fisik bahan peledak yang harus diperhatikan adalah : (sumber; Diktat Pelaksanaan Peledakan Pada Kegiatan Penambangan Bahan Galian, Khursus Juru Ledak 2011)

a) Densitas

Densitas secara umum adalah angka yang menyatakan perbandingan berat per volume

 b) Sensitivitas

Sensitivitas adalah sifat yang menunjukkan tingkat kemudahan atau kerentanan suatu bahan peledak untuk terinisiasi (meledak) akibat adanya dorongan dari luar dalam bentuk benturan (impact), gelombang kejut (shock wave), panas (flame), atau gesekan (friction).

(24)

c) Ketahanan Terhadap Air (water resistance)

Ketahanan bahan peledak terhadap air adalah ukuran kemampuan suatu bahan  peledak untuk melawan air disekitarnya tanpa kehilangan sensitivitas. Apabila suatu bahan peledak larut dalam air dalam waktu yang pendek berarti bahan

 peledak tersebut mempunyai ketahanan terhadap air yang buruk, sebaliknya  bila tidak larut dalam air disebut sangat baik (exellent). Contoh bahan peledak yang mempunyai ketahan terhadap air yang buruk adalah ANFO (Ammonium  Nitrat, Fuel Oil), sedangkan bahan peledak yang mempunyai ketahanan

terhadap air yang sangat baik adalah emulsi, watergel, slurries.

d) Kestabilan Kimia (chemical stability)

Kestabilan kimiabahan peledak adalah kemampuan untuk tidak berubah secara kimia dan tetap mempertahankan sensitivitas selama dalam penyimpanan di dalam gudang dengan kondisi tertentu. Faktor-faktor yang mempercepat ketidak stabilan kimiawi antara lain panas, dingin, kelembaban, kualitas bahan  baku, kontaminasi, pengepakan dan fasilitas gudang bahan peledak.

e) Karakteristik Gas (fumes characteristic)

Detonasi bahan peledak akan menghasilkan fume, yakni gas hasil peledakan

yang mengandung racun (toxic), apabila proses pencampuran ramuan bahan  peledak tidak sempurna yang menyebabkan terjadinya kelebihan atau kekurangan oksigen selama proses dekomposisi kimia bahan peledak  berlangsung. Gas hasil peledakan yang tergolong fume antara lain nitrogen

(25)

5. Perhitungan Volume Hasil Peledakan

Perhitungan Volume Hasil Peledakan dari Geometri peledakan Pada tambang terbuka atau quary, yang umumnya menerapkan peledakan jenjang atau  bench blasting, volume batuan yang akan diledakkan tergantung pada burden, spasi,

tinggi jenjang, dan jumlah lubang. (sumber : diktat kuliah teknik peledakan, UNP) Volume peledakan perlubang = B x S x H………,,…(6)

Total volume peledakan = (B x S x H) x jumlah lubang…….……(7) Volume hasil peledakan yang telah terberai disebut volume loose.

VL=

B x S x H

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Diagram Alir Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada metode  perhitungan aktual lapangan yang bertujuan untuk mendapatkan hasil pada waktu sekarang. Rancangan kegiatan penelitian ini terdiri dari 4 tahapan yaitu tahap  persiapan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan data, dan tahap penyusunan

laporan akhir.

1) Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan usulan tugas akhir. Sasaran utama studi pendahuluan ini adalah gambaran umum daerah peneli tian. Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang kegiatan  penelitian, yang diperoleh dari :

a. Instansi terkait

b. Perpustakaan

c. Informasi penunjang lainnya

2) Pengamatan Lapangan

Pengamatan di lapangan ditujukan untuk mendapatkan data-data yang

diperlukan secara langsung di lapangan. Pengambilan data dilakukan dengan  pengamatan dan pengukuran.

(27)

3) Pengolahan Data

Pengolahan data hasil penelitian dilakukan dengan perhitungan  berdasarkan teori yang ada dan data hasil penelitian.

4) Analisa data

Dari rumusan-rumusan yang telah didapat kemudian dilakukan analisa untuk menemukan jawaban atas pertanyaan perihal rumusan dan hal-hal yang diperoleh dalam penelitian.

5) Kesimpulan

Hasil sintesis data keseluruhan dirangkum ke dalam laporan tertulis untuk dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan hasil penelitian tugas akhir.

2. Teknik Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi:

1) Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data-data dari literatur-literatur dan internet tentang target volume peledakan.

2) Observasi lapangan, yaitu pengamatan di lapangan meliputi kegiatan peledakan.

3) Wawancara dengan instruktur lapangan serta orang-orang yang ahli dibidangnya.

Adapun Data –  data yang dikumpulkan terbagi menjadi dua, yaitu :

a. Data Primer, meliputi : a) Alat

(28)

 b) Peledakan

 Perencanaan produksi peledakan

 Metode, Geometri peledakan dan bahan peledak yang digunakan (blast

report ) c) Data Geoteknik

 Kuat Tekan Batuan

 Densitas Batuan

2. Data Sekunder, meliputi :

a) Gambaran umum daerah penyelidikan

 Peta Lokasi perusahaan

 Peta wilayah IUP

 Kondisi geologi setempat

 Data curah hujan

 b) Keadaan umum perusahaan

 Sistem penambangan yang digunakan

 Peralatan-peralatan yang digunakan

 Produksi/bulan

3. Teknik Pengolahan Data

Adapun pengolahan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi :

1) Perhitungan geometri peledakan yang efisien. 2) Perhitungan distribusi fragmentasi.

(29)

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan yaitu analisis kualitatif, kuantitatif, dan deskriptif. Berupa pengamatan dan melakukan perhitungan fragmentasi yang dihasilkan oleh peledakan. Adapun data yang akan diolah yaitu :

1. Analisa geometri peledakan.

2. Analisa fragmentasi hasil peledakan.

3. Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi fragmentasi dan produksi  peledakan.

(30)

mulai

Rumusan Masalah

1. Rancangan geometri yang digunakan oleh perusahaan apakah menghasilkan fragmentasi yang baik.

2. Apakah produksi peledakan telah sesuai dengan target yang direncanakan. Studi Literatur Pengambilan Data Data Sekunder 1. Gambaran umum daerah penelitian.  Kondisi geologi.  Curah hujan 2. Keadaan umum  perusahaan. Data Primer 1. Data peralatan  peledakan. 2. Data perencanaan  peledakan.

3. Data kuat tekan dan densitas batuan.

Pengolahan dan Analisa Data

1. Perhitungan dan analisa fragmentasi peledakan

 berdasarkan geometri yang digunakan oleh perusahaan. 2. Perhitungan dan analisa produksi peledakan untuk

mencapai target produksi.

Merekomendasikan geometri dan jumlah lubang ledak untuk mencapai target produksi dan mendapatkan hasil yang baik

Gambar

Tabel 4 Skala Moh’s

Referensi

Dokumen terkait

Nilai indeks maturity domain PO9LA adalah 2.25 yang berarti repeatable / proses dapat diulang, mempunyai nilai yang ekivalen dengan risk-level matrix sebesar 22.5

Ketika kalian sedang mengikuti shalat dzuhur berjamaah di sekolah, ada teman kalian yang mengajak bergurau, apakah kalian tetap khusyuk melakukan gerakan

Seni tari daerah Jambi cukup banyak ragam serta coraknya, dimana pada tiap-tiap daerah mempunyai ciri sesuai dengan keadaan daerah serta suku dalam kelompok masyarakat adat

Tipe jembatan yang direncanakan adalah jembatan beton bertulang dengan bentuk struktur adalah jembatan balok.. Pemilihan jembatan beton bertulang karena

Metode simulasi merupakan format interaksi belajar mengajar dalam pembelajaran IPS yang didalamnya menampakan adanya prilaku pura-pura (simulasi) dari orang yang

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan Hasil

Sedangkan tingkat kematangan yang ditetapkan sebagai acuan (To-Be) dalam tata kelola teknologi informasi pada pengelolaan data di PT Nasmoco Majapahit Semarang dapat

Vertinant profesoriaus Jono Laužiko pedago­ ginį patyrimą, jo mokslinį-teorinį palikimą, prisimenant jį kaip žmogl), su kuriuo nema­ žai teko bendrauti, norėčiau