• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

   

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kecerdasan Buatan

Kecerdasan buatan (artificial intelligent) adalah salah satu bidang ilmu komputer yang mendayagunakan komputer sehingga dapat berprilaku seperti manusia. Ilmu komputer tersebut mengembangkan perangkat lunak dan perangkat keras untuk menirukan tindakan manusia. Aktifitas manusia yang ditirukan seperti penalaran, penglihatan, pembelajaran, pemecahan masalah, pemahaman bahasa alami dan sebagainya. Rich dan knight mendefenisikan kecerdasan buatan sebagai sebuah studi tentang bagaimana membuat komputer melakukan hal-hal yang pada saat ini dapat dilakukan lebih baik oleh manusia (Kusrini, 2006).

Kecerdasan bautan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan komputer yang khusus ditunjukkan dalamperancangan otomatisasi tingkah lakuk cerdas dalam sistem kecerdasan komputer. Sistem memperlihatkan sifat-sifat khas yang dihubungkan dengan kecerdasan dalam kelakuan atau tindak tanduk yang sepenuhnya bisa menirukan beberapa fungsi otak manusia, seperti pengertian bahasa, pengetahuan, pemikiran, pemecahan masalah dan lain sebagainya (Kristanto, 2004).

Kecerdasan buatan berbeda dengan kecerdasan konvensional. Pemrograman konvensional berbasis pada algoritma yang mendefinisikan setiap langkah dalam penyelesaian masalah. Pemrograman konvensional dapat menggunakan rumus

(2)

matematika atau prosedur sekuensial untuk menghasilkan solusi. Lain halnya dengan pemrograman dalam kecerdasan buatan yang berbasis pada representasi simbol dan manipulasi. Dalam kecerdasan buatan, sebuah simbol dapat berupa kalimat, kata, atau angka yang digunakan untuk merepresentasikan objek, proses, dan hubungannya. Objek dapat berupa manusia, benda, ide, konsep, kegiatan, atau pernyataan dari suatu fakta (Kusrini, 2006). Proses digunakan untuk memanipulasi simbol untuk menghasilkan saran atau pemecahan masalah. Selain itu kecerdasan buatan dapat melakukan penalaran terhadap data yang tidak lengkap. Hal ini sangat mustahil dilakukan oleh pemrograman konvensional. Kemampuan penalaran dan penjelasan terhadap setiap langkah dalam pengambilan keputusan menjadi kelebihan dari kecerdasan buatan. Ada tiga tujuan kecerdasan buatan, yaitu: membuat komputer lebih cerdas, mengerti tentang kecerdasan dan membuat mesin lebih berguna.

2.2 Sistem Pakar

Sistem pakar adalah sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta, dan teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seorang pakar dalam bidang tersebut (Kusrini, 2006).

Pemecahan masalah-masalah yang komplek biasanya hanya dapat dilakukan oleh sejumlah orang yang sangat terlatih, yaitu pakar. Dengan penerapan teknik kederdasan buatan, sistem pakar menirukan apa yang dikerjakan oleh seorang pakar ketika mengatasi permasalahan yang rumit, berdasarkan pengetahuan yang dimiliki (Hartati, 2008).

2.2.1 Sejarah Sistem Pakar

Sistem pakar mulai dikembangkan pada pertengahan tahun 1960-an oleh komunitas AI. Periode peneliatan kecerdasan buatan ini didominasi olah suatu keyakinan bahwa nalar yang digabung dengan komputer cangih akan menghasilkan prestasi pakar atau manusia pakar. Sistem pakar yang pertama kali muncul adalah General-purpose Problem Solver (GPS) yang dikembangkan oleh Newel dan Simon. GPS (dan

(3)

program-program yang serupa) ini mengalami kegagalan karena cakupannya terlalu luas sehingga terkadang justru meninggalkan pengetahuan-pengetahuan penting yang seharusnya disediakan (Sinaga, 2010 ).

Pada pertengahan tahun 1960-an, terjadi pergantian dari program serba bisa (general-purpose) ke program yang spesial (special-purpose) dengan dikembangkannya DENDRAL oleh E. Feigenbaum dari Universitas Stanford dan kemudian diikuti oleh MYCIN.

Pada pertengahan tahun 1970-an, beberapa expert system mulai muncul. Sebuah pengetahuan kunci yang dipelajari saat itu adalah kekuatan dari expert system berasal dari pengetahuan spesifik yang dimilikinya, bukan dari formalisme-formalisme khusus dan pola penarikan kesimpulan yang digunakannya.

Awal 1980-an teknologi expert system yang mula-mula dibatasi oleh suasana akademis mulai muncul sebagai aplikasi komersial, khususnya XCON, XSEL (dikembangkan dari R-1 pada Digital Equiptment Corp.), dan CATS-1 (dikembangkan oleh General Electric).

Sistem pakar untuk melakukan diagnosis kesehatan telah dikembangkan sejak pertengahan tahun 1970. Sistem pakar untuk melakukan diagnosis pertama dibuat oleh Bruce Buchanan dan Edward Shortliffe di Stanford University. Sistem ini diberi nama MYCIN.

MYCIN merupakan program interaktif yang melakukan diagnosis penyakit meningitis dan infeksi bacremia serta memberikan rekomendasi terapi antimikroba. MYCIN mampu memberikan penjelasan atas penalarannya secara detail. Dalam uji coba, MYCIN mampu menunjukkan kemampuan seperti seorang spesialis. Meskipun MYCIN tidak pernah digunakan secara rutin oleh dokter, MYCIN merupakan inferensi yang bagus dalam kecerdasan buatan yang lain (Kusrini, 2006).

(4)

Menurut Turban (1995), konsep dasar sistem pakar mengandung keahlian, ahli, pengalihan keahlian, inferensi, aturan, dan kemampuan menjelaskan. Keahlian adalah suatu kelebihan penguasaan pengetahuan di bidang tertentu yang diperoleh dari pelatihan, membaca, atau pengalaman.

Pengalihan keahlian dari para ahli ke komputer untuk kemudian dialihkan lagi ke orang lain yang bukan ahli merupakan tujuan utama dari sistem pakar. Proses ini membutuhkan empat aktivitas, yaitu: tambahan pengetahuan (dari para ahli atau sumber-sumber lainnya), representasi pengetahuan (ke komputer), inferensi pengetahuan, dan pengalihan pengetahuan ke user. Pengetahuan yang disimpan di komputer disebut dengan nama basis pengetahuan. Ada dua tipe basis pengetahuan, yaitu: fakta dan prosedur (biasanya berupa aturan).

Salah satu fitur yang harus dimiliki oleh sistem pakar adalah kemampuan untuk menalar. Jika keahlian-keahlian sudah tersimpan sebagai basis pengetahuan dan sudah tersedia program yang mampu mengakses basis data, maka komputer harus dapat diprogram untuk membuat inferensi. Proses inferensi ini dikemas dalam bentuk motor inferensi (inference engine).

Sebagian besar sistem pakar komersial dibuat dalam bentuk rule-based systems, yang mana pengetahuan disimpan dalam bentuk aturan-aturan. Aturan tersebut biasanya berbentuk IF-THEN (Kusumadewi, 2003).

2.2.3 Komponen Sistem Pakar

Sistem pakar sebagai sebuah program yang difungsikan untuk menirukan pakar manusia harus bisa melakkukan hal-hal yang dapat dikerjakan oleh seoarang pakar. Untuk membangun sistem yang seperti itu maka komponen- komponen yang harus dimiliki adalah sebagai berikut (Hartati, 2008):

1. Antarmuka Pengguna

Antarmuka merupakan mekanisme yang digunakan oleh pengguna dan sistem pakar untuk berkomunikasi. Antarmuka yang efektif dan ramah pengguna penting sekali terutama bagi pemakai yang tidak ahli dalam bidang yang diterapkan pada system pakar.

(5)

2. Basis Pengetahuan

Basis pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan bidang tertentu pada tingkatan pada format tertentu. Basis pengetahuan bersifat diamis, bisa berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan iini disebabkan karena pengetahuaan selalu bertambah. Pada sistem pakar basis pengetahuan terpisah dari mesin inferensi untuk pengembangan sistem pakar secara leluasa.

3. Mesin Inferensi

Mesin inferensi merupakan otak dari sistem pakar, berupa perangkat lunak yang melakukan tugas inferensi penalaran sistem pakar, sering juga disebut dengan mesin pemikir. Pada prinsipnya mesin inferensi inilah yang akan mencari solusi dari suatu permasalahan. Mesin inferensi ini sesunguhnya adalah program komputer yang menyediakan metodologi untuk melakukan penalaran tentang informasi pada basis pengetahuan dan pada memori kerja, serta untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulan.

4. Memori Kerja

Merupakan bagian dari sistem pakar yang menyimpan fakta-fakta yang diperoleh saat dilakukan proses konsultasi. Fakta-fakta inilah yang nantinya akan diolah oleh mesin inferensi berdasarkan pengetahuan yang disimpan dalam basis pengetahuan untuk menetukan suatu keputusan pemecahan masalah. Konklusinya bisa berupa hasil diagnosa, tindakan, akibat.

Sedangkan untuk menjadikan sistem pakar menjadi lebih menyerupai seorang pakar yang berinteraksi dengan pemakai, maka dilengkapi dengan fasiliats berikut:

1. Fasilitas Penjelasan

Karena pemakai kadangkala buaknlah ahli dalam bidang tersebut , maka dibuatlah fasilitas penjelas fasilitas inilah yang dapat memberikan informasi kepada pemakai mengenai jalanya penalaran sehingga dihasilkan suatu keputusan. Bentuk penjelasanya bisa berupa keterangan yang diberikan setelah suatu pertanyaan diajukan, yaitu penjelasan atas pertanyaan mengapa, atau penjelasan atas pertanyaan bagaimana system mencapai konklusi.

2. Fasilitas Akuisi Pengetahuan

Pengetahuan pada sistem pakar dapat ditambahkan kapan saja pengetahuana baru diperoleh atau saat pengetahuaan yang sudah ada sudah tidak berlaku

(6)

lagi. Untuk melakukan proses penambahan ini sistem pakar dilengkapi dengan fasilitas akuisi pengetahuan. Akuisi pengetuan adalah proses pengumpulan, perpindahan, dan transformasi dari keahlian pemecahan masalah yang berasal dari beberapa sumber pengetahuan ke dalam bentuk yang dimenerti komputer.

Gambar 2.1 Struktur Sistem Pakar   

2.2.4 Basis Pengetahuan (Knowledge Based)

Basis pengetahuan berisi pengetahuan-pengetahuan dalam penyelesaian masalah, tentu saja di dalam domain tertentu. Ada dua bentuk pendekatan basis pengetahuan yang sangat umum digunakan, yaitu:

1. Penalaran berbasis aturan (Rule-Based Reasoning)

Pada penalaran berbasis aturan, pengetahuan direpresentasikan dengan menggunakan aturan berbentuk: IF-THEN. Bentuk ini digunakan apabila dimiliki sejumlah pengetahuan pakar pada suatu permasalahan tertentu dan si pakar dapat menyelesaikan masalah tersebut secara berurutan. Di samping itu, bentuk ini juga digunakan apabila dibutuhkan penjelasan tentang jejak (langkah-langkah) pencapaian solusi.

(7)

2. Penalaran berbasis kasus (Case-Based Reasoning)

Pada penalaran berbasis kasus, basis pengetahuan akan berisi solusi-solusi yang telah dicapai sebelumnya, kemudian akan diturunkan suatu solusi untuk keadaan yang terjadi sekarang (fakta yang ada). Bentuk ini digunakan apabila user menginginkan untuk tahu lebih banyak lagi kasus-kasus yang hampir sama (mirip). Selain itu, bentuk ini juga digunakan apabila kita telah memiliki sejumlah situasi atau kasus tertentu dalam basis pengetahuan (Sinaga, 2010).

2.2.5 Metode Inferensi

Dalam melakukan inferensi diperlukan adanya proses pengujian kaidah-kaidah dalam urutan tertentu untuk mencari yang sesuai dengan kondisi awal atau kondisi yang berjalan yang sudah dimasukkan pada basis data. Perurutan adalah proses pencocokan fakta, pernyataan atau kondisi berjalan yang tersimpan pada basis pengetahuan maupun pada memori kerja dengan kondisi yang dinyatakan pada premis atau bagian kondisi pada kaidah (Hartati, 2008).

2.2.5.1 Runut Maju (Forward Chaining)

Runut maju berarti menggunakan himpunan aturan kondisi-aksi. Dalam metode ini, data digunakan untuk menentukan aturan mana yang akan dijalankan, kemudian aturan tersebut dijalankan. Mungkin proses menambahkan data ke memori kerja. Proses diulang sampai ditemukan suatu hasil. Metode inferensi runut maju cocok digunakan untuk menangani masalah pengendalian (controlling) dan peramalan (prognosis) (Kusrini, 2006).

Untuk mempermudah pemahaman mengenai metode ini, akan diberikan ilustrasi kasus pembuatan sistem pakar sebagai berikut (Kusrini, 2008):

(8)

Aturan 9: Jika Premis 1 Dan Premis 2 Dan Premis 3 Maka Konklusi 1 Aturan 10: Jika Premis 1 Dan Premis 3 Dan Premis 4 Maka Konklusi 2 Aturan 11: Jika Premis 2 Dan Premis 3 Dan Premis 5 Maka Konklusi 3

Jika aturan ini digambarkan sebagai sebuah graph yang memetakan antara premis-premis dan konklusi maka tampak seperti gambar dibawah ini:

Premis 1  Premis 2  Premis 3  Premis 4  Konklusi 1  Konklusi 2  Konklusi 3  Premis 5 

(9)

Penelusuran maju pada kasus ini adalah untuk mengetahui apakah suatu fakta yang dialami oleh pengguna itu termasuk konklusi 1, konklusi 2, atau konklusi 3 atau bahkan bukan salah satu konklusi tersebut, yang artinya sistem belum mampu mengambil kesimpulan karena keterbatasan aturan.

Dalam penalaran ini, user diminta memasukkan premis-premis yang dialami. Untuk memudahkan pengguna, sistem dapat memunculkan daftar premmis yang mungkin sehingga user dapat memberikan umpan balik premis yang tersedia.

Berdasarkan premis-premis yang dipilih, maka sistem akan mencari aturan yang sesuai, sehingga akan diperoleh konklusinya (Kusrini, 2008).

2.2.5.2 Runut Balik (Backward Chaining)

Runut balik merupakan metode penalaran kebalikan dari runut maju. Dalam runut balik, penalaran dimulai dengan tujuan merunut balik ke jalur yang akan mengarahkan ke tujuan tersebut. Runut balik disebut juga sebagai goal-driven reasoning, merupakan caa yang efisien untuk memecahkan masalah yang dimodelkan sebagai masalah pemilihan terstruktur.

Tujuan inferensi adalah mengambil piihan terbaik dari banyak kemungkinan. Metode inferensi runut balik ini cocok digunakan untuk memecahkan masalah diagnosis. Dengan menggunakan kasus yang sama pada proses penalaran runut maju, yang ingin didapatkan pada penalaran ini juga sama yaitu salah satu Konklusi dari Konklusi 1, Konklusi 2, Konklusi 3 atau bahkan tidak dari keempat konklusi tersebut (Kusrini,2008).

2.3 Logika Fuzzy

Logika Fuzzy merupakan salah satu komponen pembentuk soft computing. Dasar logika fuzzy adalah teori himpunan fuzzy. Pada teori himpunan fuzzy, peranan derajat keanggotaan sebagai penentu keberadaan elemen dalam suatu himpunan sangatlah

(10)

penting. Nilai keanggotaan atau derajat keanggotan menjadi ciri utama dari penalaran logika fuzzy tersebut.

Dalam banyak hal, logika fuzzy digunakan sebagai suatu cara untuk memetakan permasalahan dari input mennuju ke output yang diharapkan. Logika fuzzy bisa dianggap sebagai kotak hitam yang menghubungkan antara ruang input menuju ke ruang output. Kotak hitam tersebut berisi cara atau metode yang dapat digunakan untuk mengolah data input menjadi output dalam bentuk informasi yang baik

2.3.1 Himpunan Fuzzy

Pada himpunan tegas, nilai keanggotaan suatu item x dalam suatu himpunan A, yang sering ditulis dengan μA( x ), memiliki dua kemungkinan yaitu:

 Satu (1), yang berarti bahwa suatu item menjadi anggota dalam suatu himpunan , atau

 Nol (0), yang berarti bahwa suatu item tidak menjadi anggota dalam suatu himpunan

2.3.2 Fungsi Keanggotaan

Fungsi keanggotaan adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data kedalam niali keanggotaanya (sering juga disebut dengan derajat keanggotaan) yang memiliki interval antara 0 sampai 1. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai keanggotaan adalah dengan melalui pendekataan fungsi.

Ada beberapa fungsi yang bisa digunakan:  Reperentasi Linear

 Reperentasi Kurva Segitiga  Reperentasi Kurva Trapesium  Reperentasi kurva bentuk bahu

(11)

 Reperentasi kurva-S

 Reperentasi Kurva Bentuk Lonceng

a. Representasi Bahu

Daerah yang terletak di tengah-tengah suatu variabel yang direpresentasikan dalam bentuk segitiga, pada sisi kanan dan kirinya akan naik dan turun. Himpunan fuzzy ‘bahu’, bukan segitiga digunakan untuk mengakhiri variabel suatu daerah fuzzy. Bahu kiri bergerak dari benar ke salah, demikian juga bahu kanan bergerak dari salah ke benar. Gambar 2.1 menunjukkan variabel temperatur dengan kurva berbentuk bahu. Bahu      Kiri  Bahu      Kanan 1 derajat keanggotaan µ[x]

Gambar 2.3 Representasi Kurva Bahu

b. Representasi Kurva Trapesium

Kurva Trapesium pada dasarnya seperti bentuk segitiga, hanya saja ada beberapa titik yang memiliki nilai keanggotaan 1.

(12)

y 1 derajat keanggotaan µ[x] 0 x a b c d domain

Gambar 2.4 Representasi kurva trapezium

2.4 Jeruk

Jeruk (Citrus sp.) adalah tanaman tahunan yang berasal dari Asia Tenggara, terutama Cina. Sejak ratusan tahun yang lampau, tanaman ini sudah terdapat di Indonesia, baik sebagai tanaman liar maupun tanaman di pekarangan (Bambang, 1996).

Buah jeruk selalu tersedia pada sepanjang tahun, karena tanaman jeruk tidak mengenal musim berbunga yang khusus. Disamping itu tanaman jeruk tanaman jeruk dapat ditanam dimana saja, baik didaratan rendah maupun didartan tinggi (AAK, 1994).

2.4.1 Asal Usul Jeruk

Jeruk manis berasal dari India Timur Laut, Cina Selatan, Birma Utara, dan Cochin Cina (daerah sekitar Vietnam). Konon, yag membudidayakan pertama kali adalah orang Cina bagian Selatan. Di Eropa baru dibudidayakn akhir abad ke-15. Pada tahun

(13)

1520, orang Portugis membawa bibit unggul dari Cina ke Eropa. Jeruk manis sampai di Mexico pada tahun 1518,kemudian meluas ke California, Texas, Arizona yang terletak antara 280-350 LU. Pada waktu itu jeruk manis sudah banyak ditanam didaerah tropis maupun subtropics (Pracaya, 2003).

Pada mulanya, jeruk manis dimakan sebagai buah segar atausebagai pencucu mulut setelah makan. Akan tetapi, karena kulitnya tebal dan sulit dikupas, seringkali orang memerasnya untuk diambil airnya. Air buah jeruk ini dapat dikonsumsi dalam bentuk air buah segar, didinginkan terlebih dahulu atau dipasteurisasi supaya lebih tahan lama bahkan dipekatkan dan dijadikan tepung.

Negara penghasil jeruk manis yaitu Amerika Serikat, Spanyol, Italia,Brasil,Mexico, dan Afrika Selatan. Di Indonesia, tanaman jeruk manis tidak bgitu banyak dibandingkan dengan dengan jeruk keprok atau jeruk siem karena pada umumnya orang masih suka makan jeruk yang segar sebagai buah-buahan. Di Indonesia, sebelum perang dunia ke II, telah banyak ditanam jeruk manis. Sesudah kemerdekaan makin banyak ditanam, tetapi akhir-akhir initanaman jeruk tiak begitu pesat perkemabangannya disebabkan oleh penyakit (Pracaya, 2003).

Di Indonesia jeruk merupaakn komoditas buah-buahan terpenting ketiga setelah pisang dan mangga dilihat dari luas pertanaman dan produksi pertahun. Produksi jeruk Indonesia belum mencukupi kebutuhan konsumsi jeruk dalam negeri. Di Indonesia daerah-daerah yang terkenal jeruknya, antara lain: Garut, Tawamangu, Selayar, Pontianak, Kalimantan Selatan dan lain-lainya (Bambang, 1996).

2.4.2 Kandungan Gizi pada Jeruk

Tanaman jeruk dikenal sebagai tanaman penghasil buah yang penting karena selain rasanya enak juga banyak mengandung vitamin C dan berbagai asam organik. Komposisi buah jeruk manis terdiri dari bemacam-macam, diantaranya air 70%-92% (tergantung kualitas buah), gula, asam amino, asam organik, vitamin, zat warna, mineral dan lain-lain. Semua jenis jeruk ini memiliki satu hal yang sama: mengandung Vitamin C dosis tinggi – khususnya jeruk manis dan jeruk keprok.

(14)

Buah jeruk merupakan sumber vitamin C yang berguna untuk kesehatan manusia. Kandungan vitamin C sangat beragam antarvarietas, tetapi berkisar antara 27-49 mg/100 g daging buah. Sari buah jeruk mengandung 40-70 mg vitamin C per 100 ml, tergantung pada jenisnya. Makin tua buah jeruk, biasanya makin berkurang kandungan vitamin C-nya, tetapi semakin manis rasanya (Pracaya, 2003).

Vitamin C terdapat pada sari buah, daging, dan kulit. Seperempat bagian dari total kandungan vitamin C buah jeruk terdapat di dalam sari buahnya. Betakaroten (provitamin A), yang membentuk vitamin A banyak terdapat di dalam kulit dan sari buah jeruk. Vitamin C berperan dalam proses penyerapan zat besi nonorganik (zat besi dan makanan nonhewani) sehingga dapat mencegah dan membantu penyembuhan anemia (lesu darah). Vitamin C juga memiliki kemampuan sebagai antioksidan, yang dapat membantu mencegah kerusakan sel akibat aktivitas molekul radikal bebas. Beberapa varietas jeruk manis mengandung vitamin C antara 39.85 mgllOO g sampai 72.83 mg/IOO g sedangkan kandunganasam sitrat 0.113-1.430%.

Tetapi vitamin C bukan satu-satunya nutrisi yang berharga di dalam buah jeruk. Jeruk juga mengandung vitamin B dengan porsi yang menyehatkan (penting untuk pembentukan darah dan metabolisme) juga kalsium potassium. Seperti yang terkandung dalam jeruk manis, setiap 100 g terdapat kalori 51 kal, protein 0.9 g, lemak 0.2 g, karbohidrat 11.4 g, mineral 0.5 g, kalsium 33 mg, fosfor 23 mg, besi 0.4 mg dan asam askorbat 49 mg.

2.4.3.Varietas Jeruk Manis

Jeruk manis dibagi kedalam empat golongan, yaitu jeruk manis biasa, jeruk manis pusar, jeruk manis merah darah, dan jeruk manis tidak asam (Pracaya,2003).

1. Jeruk Manis Biasa

Jeruk ini banyak ditanam dan merupakan salah satu yang terpentingdiantara empat golongan jeruk manis karena produksinya lebih kurang dua pertiga bagian dari totalproduksi jeruk manis.

(15)

b. Jeruk Manis Hamlin c. Jeruk Manis Pineapple d. Jeruk Manis Shamouti e. Jeruk Manis Tenerife 2. Jeruk Manis Pusar

Jeruk ini berbeda dengan jenis jeruk manis lainnya. Pada ujung buahnya terdapat pusar, yaitu seperti buah kecil, kerdil, melekat pada ujung buah yang pertama. Jeruk manis ini tidak berbiji, mungkin fungsi tepung sari dan telur tidak baik.

a. Jeruk Manis Washington b. Jeruk Manis Thomson c. Jeruk Manis Australia

d. Jeruk Manis Baianinha Piracicaba 3. Jeruk Manis Merah Darah

Jeruk manis merah darah ini berbeda penampilanya dengan jeruk manis yang lain. Bauah bewarna kemerahan, baik pada kulit, daging buah, maupun cairanya. Warna merah ini disbabkan oleh pigmen anthocyanin.

a. Jeruk Manis Malteise Sanguine b. Jeruk Manis Double Fine Amelioree c. Jeruk Manis Double Fine

d. Jeruk Manis Entrefine 4. Jeruk Manis Tidak Asam

Pada umumnya, rasa asam buah jeruk masih jelas terasa sekalipun jeruk tersebut tergolonng jeruk manis. Namun jeruk asam ini termasuk buah jeruk yang tingkat keasamannyarendah sekali bahkan bisa dikatakan tidak asam. a. Jeruk Manis Imperial

b. Jeruk Manis Lima c. Jeruk Manis Maltase d. Jeruk Manis Sukkari

(16)

Serangan hama dan penyakit jeruk paling banyak terjadi pada saat-saat terdapat tumbuhan baru atau tunas-tunas muda, sehingga perlu diperhatikan upaya-upaya pengendaliaanya. Serangan hama maupun penyakit pada jeruk merupakan salah satu faktor penting sebagai pembatasan produksi jeruk. Oleh karena itu, dalam pengelolaan tanaman jeruk sanitasi kebun dan pengendaliaan serangga penular harus diperhatikan (Bambang, 1996).

2.4.4.1 Hama pada Jeruk

Hama adalah binatang yang merusak tanaman kebutuhan manusia. Hama yang tersebar dari kelas serangga, yaitubinatang beruas-ruas berkaki enam. Serangga ada yang menguntungkan, tetapi ada juga yang merugikan sehingga dalam mengendalikanya harus hati-hati jangan sampai serangga yang menguntungkan manusia ikut dibinasakan (Pracaya,2003).

Adapun hama jeruk yang terdapat di Kabupaten Tanah Karo antaralain (Sidaharta,2007):

1. Kutu Daun Hijau, Coklat dan Hitam (Toxoptera citridicus, T.Auranti, Myzus persicae)

Secara umum kutu daun berukuran antara 1-6mm. sebagian dari populasi kutu daun memiliki sayap bila keadaanlingkungan kurang baik bagi hama ini. Satu generasi berlangsung kira-kira 6-8 hari dan bila suhu lebih rendah pertumbuhan kutu ini juga akan menjadi lebih lamnbat. Timbulnya serangan hama kutu daun bersamaan dengan munculnya tunas baru jeruk.

2. Tungau Merah dan Tungau Karat (Panonycus citri, Phyllocoptruta oleivera) Tungau menyerang tangkai, daun dan buah. Serangan pada tangkai meninggalkan bekas keperak-perakan, pada daun timbul bercak kuning atau coklat, dan pada buah menyebabkan bercak keperak-perakan atau coklat.

(17)

Populasinya meningkat pada musim kemarau. Tunggau merah dewasa bewarna merah tua, berbentuk bulat agak lonjong, berukuran hingga 0,2 mm, memiliki empat pasang kaki. Tungau dapat bergerak cepat, misalnya bila terpapar sinar matahari langsung. Tunggau biasanya memilih tempat yang ternaungi seperti permukaan bawah daun atau bagian bawah buah.

3. Thrips (Scritothrips citri)

Thrips sering juga disebut dengan wereng. Thrips dewasa berukuran 0,7-0,9 mm, thrips jantan lebih pendek memiliki dua pasang sayap yang berbentuk seperti sisir ganda.

Gejala pada buah sangat khas yaitu adanya burik atau nekrotis (jaringan mati) tipis disekitar atau mengelilingi tangkai buah. Gejala pada bagian tangkai dan daun muda mengakibatkan helai daun menebal, kedua sisi daun agak menggulung keatas dan pertumbuhannya tidak normal.

4. Ulat Peliang Daun (Phylocnistis citriella)

Ulat peliang daun adalah serangga dari golongan Lepidoptera dimana serangga dewasanya berupa ngenget (kupu-kupu yang aktif pada malam hari).

Hama ini menyerang daun yang masih muda, kadang-kaddang buah muda dan cabang yang masih muda juga diserang. Kerugian yang diakibatkan oleh hama ini adalah terutama karena daun yang diserang menjadi tidak normal dan terhambat pertumbuhannya sehingga tidak dapat berfungsi secara optimal.Pada tanaman yang terserang, daun tampak berkerut, menggulung, mengeritinng dan terlihat bekass gerekan berupa garis berkelok-kelok tidak teratur.

(18)

Pada awalnya kerusakan akibat hama ini dikenal sebagai “penyakit jamur merah”. Hal ini disebabkan karena pada tanaman jeruk yang meranggas tampak semacam jamur bewarna kemerahan Jamur tersebut sesungguhnya adalah jamur Aschersonia sp yang justru musuh alami kutu sisik. Jamur tersebut adalah jamur berguna yang membunuh kutu sisik. Serangan ini dapat ditandai adanya cangkang yang terbuat dari semacam lilin yang melekat erat pada tangkai daun maupun pada daun atau buah.

6. Pengerak Buah (Citripestis sagitiferella)

Hama pengerak buah yang berupa kupu-kupu meletakkan telur pada permukaan buah secara berkelompok 4-8 butir perkelompok yang tersusun saling menindih seperti susunan genteng namun terkadang telur diletakkan sendiri-sendiri.

7. Lalat Buah (Batrocera spp)

Larva lalat buah hidup dan berkembang didalam daging buah selama 6-9 hari. Larva mengorek daging buah sambil mengeluarkan enzim perusak atau pencernayang berfungsi melunakkan daging buah sehingga mudah dihisap dan dicerna.

8. Kutu Dempolan (Planococcus citri)

Kutu dempolan dewasa berbentuk lonjong, datar, bewarna kuning kecoklatan, kuning muda hhingga kuning tua yang ditutupi lapisan lilin bewarna putih.

(19)

Hama ini biasanya memakan daun-daun muda dan kadang memakan buah yang matang. Bila bagian yang diserang adalah buah maka hama keong menjadi cukup merugikan. Pada lahan yang semak, populasi siput biasanya lebih tinggi dan bila gulma dibersihkan maka siput tersebut akan pindah ketanaman.

10. Kumbang Pemakan Daun (Maleuterpes dentipes)

Kumbang dewasa menyerang dengan memakan daun. Serangan pada daun mengakibatkan hilangnya helaian daun dibagian tepi. Serangan berat mengakibatkan daun gugur dan ranting-ranting muda mati..

2.4.4.2 Penyakit pada Jeruk

Tanaman jeruk manis disebut sakit bila menyimpang dari keadaan normal, misalnya suatu hari tanaman kelihatan layu, pada batang kelihatan ada blendok,. Tiba-tiba daunya rontok, kelihatan mengecil, kusam, seperti berkarat, buah menjadi busuk, dan lain-lain. Tanaman yangsakit lalu disebut terkena penyakit. Penyebab penyakit itu bermacam-macam, diantaranya karena serangan cendawan, bakteri, virus, viroid, kekurangan unsure hara, dan lain-lain (Pracaya,2003).

Adapun penyakit jeruk yang pernah ada di kabupaten Tanah Karo, antara lain (Sidharta,2007):

1. Blendok Phitophthora

Di Indonesia penyakit ini terdapat di pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Penyakit ini disebabkan oleh beberapa jenis jamur Phitophthora, yaitu: P. nicotiana, P. citrophthora dan P.Palmivora.

(20)

Gejala penyakit ini awalnya pangkal batang bewarna hitam kebasah-basahan mengeluarkan blendok(gom) yang encer. Biasanya pembusukan dimulai dari daerah persambungan batang atas dengan batang bawah. Bila ditoreh, bagian yang busuk akan tampak bewarna coklat dan seringkali warna ini meluas melewati cambium hingga ke kayu batang.

Tanaman yang terserang juga kadang menghasilkan bunga diluar musim namun buah yang dihasilkan kecil-kecil dan biasanya merupakan buah yang terakhir sebelum tanaman ini mati dan meranggas. Buah dan daun semakin kecil lalu berguguran hingga akhirnya mati. Bila serangan jamur sudah mengelilingi batang maka tanaman akan segera mati.

Gambar 2.5 Gejala Penyakit Blendok Phitophthora

Pengendalian penyakit blendok phitophthota dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

- Menggunakan batang bawah yang lebih tahan terhadap phitophtora misalnya trifoliate orange.

- Jeruk ditanam pada gundukkan tanah setinggi 15-2 cm dan diusahakan agar batang atas tidak bersinggungan dengan tanah untuk mencegah infeksi.

- Hindari menanam jeruk pada tanah yang bertekstur berat (kandungan liat tinggi, kandungan pasir rendah).

- Pembuatan drainase yang baik

- Melumasi pangkal batang yang belum terserang dengan carbolineum plantarum (sejenis ter yang biasa digunakan untuk melapisi bekas bidang sadapan karet).

(21)

- Untuk tanaman yang baru terinfeksi, luka dikupas bersama kulit yang masih sehat 1-2 cm keliling, pada luka ini diolesi fungisida berbahan aktif mankozeb, oksiklorida tembaga dan mefenoxan.

- Pada beberapa kasus tanaman yang terserang berat dapat dikendaliakn dengan aanenten yaitu dengan cara “mencangkokkan” beberapa batang bawah pada tanaman yang terserang sehingga tanaman dapat menyerap air dan hara melalui batang bawah yang “dicangkokkan”.

2. Blendok Diplodia

Penyakit Diplodia terdapat di berbagai wilayah dunia dan Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Botryodiplodia theobromae. Gejalanya terdiri atas dua tipe yaitu gejala diplodia basah dan diplodia kering.

Gejala serangan diplodia basah tampak semacam blendok kental bewarna kuning keemasan yang keluar dari batang yang sakit. Kadang-kadang luka ini mongering dan sembuh dengan sendirinya namun bial sempat menggeleng batang maka tanaman akan mati. Infeksi juga sering terjadi dipersemaian dimana jamur masuk melalui luka bekas sayatan okulasi. Gejala diplodia sukar diketahui pada tahap awal sehingga sangat berbahaya. Gejala dikenali dengan mengeringnya kulit dan jika dipotong, pada bagian bawahnya bewarna hitam kehijauan pada kulit dan permukaan kayu. Pada kulit batang terdapat celah-celah yang dari dalamnya keluar spora jamur bewarna putih yang bewarna putih yang kemudian menjadi hitam.

(22)

Pengendalain pada tanaman yang belum terserang berat dapat dilakukan dengan mengupas bagian dengan karboleneum palantarium. Pengecatan dengan bubur kalifornia dapat mencegah serangan diplodia. Bubur kalifornia dibuat dari campuran Belerang : Kapur : Air dengan perbandingan 1 : 2 :10.

3. Busuk Akar Hitam (Armilaria sp)

Busuk akar ini biasanya menyebabkan tanaman mati. Jamur ini menyerang bagian akar hingga pangkal batang tanaman, untuk penyebaranya jamur ini membutuhkan suhu yang relative rendah dan lembab.

Gejala pertama yang tampak berupa pertumbuhan tanaman yang terhambat, ujung-ujung ranting mati, daun sedikit menguning lalu gugur. Pada serangan berat pada pangkalbatang tampak jamur bewarna hitam, bila sekeliling pangkal batang sudah ditumbuhi jamur maka tanaman akan mati. Jamur menular melalui akar-akar tanaman dengan tanaman lainnya yang saling bersinggungan. Jamur ini dapat bertahan pada akar hidup maupun akar mati hingga bertahun-tahun. Keberadaan jamur ini biasanya terlokalisasi, namun dengan penggunaan alat pengolahan tanah dari lahan yang terserang ke lahan yang belum terinfestasi mengakibatkan jamur ini tersebar.

(23)

Upaya pengendalian penyakit ini terutama dilakukan adalah dengan upaya pencegahan. Pada saat tanaman dilahan yang baru, semua akar-akar tanaman yang berukuran 1 inchi atau lebih dibuang dikeluarkan dari lahan. Hindari penanaman jeruk pada lahan yang pernah terserang penyakit ini.

Bila muncul serangna pada salah satu pohon, tanaman tersebut segera dibongkar bersama akarnya kemudian dibakar. Jika tanaman yang disampingnya diperkirakan sudah terinfeksi, maka tanaman tersebut juga ikkut dibongkar walaupun belum menunjukkan gejala penyakit. Belum ada pengendalian seacara hayati terhadap armilaria.

Secaara kimia, pada saat menanam dapat diaplikasikan metamsodium, fungisida ini di campur dengan tanah saat mencangkul lubang tanam. Sodium tetrahiocarbonat dapat ditaburkan disekitar pangkal batang yang baru terserang.

4. Penyakit Mati Ujung/ Antraknose (Colletotrichum glosporioides dan Gloeosporium limetticolum)

Penyebab penyakit ini adalah jamur Colletotrichum gloeosporioides dan Gloeosporium limetticolum. Pada kondisi normal penyakit ini tidak mengakibatkan kerugian yang berarti. Kerugian yang besar oleh penyakit ini akan terjadi karena factor-faktor fisiologis tanaman yang kuranng baik.

Gejala pada daun berupa bercak bulat dengan garis-garis yang tegas, biasanya terdapat dipinggir daun atau diantara helaian daun dengan tangkai daun muda. Pada ranting yang terserang, daun dan buah berguguran. Ujung ranting tersebut kemudian bewarna coklat dan mongering sepanjang 10-20 cm dari ujung. Pada keadaan yang lembab tampak spora tumbuh pada pangkal buah yang gugur atau pada ujung tangkai buah yang gugur.

(24)

Gambar 2.8 Gejala Serangan Penyakit Mati Ujung

Upaya pengendalian yang terutama pada prinsipnya adalah mengusahakan agar tanaman dalam keadaan yang prima. Pemupukkan yang baik dan seimbang dengan menggunakan pupuk kimia dan pupuk organic adalah baik untuk mencukupi kebutuhan unsure hara tanaman.

Pemangkasan selain dapat membuang cabang-cabang tanaman yang terseran agar tidak menjadi sumber penyakit bagi cabang yang sehat, juga bermamfaat untuk mengurangi kelembaban didalam tahuk tanaman. Pengendalian secara kimia sebagai tindakan pencegahan dapat memberikan hasilyang biak namun yang utama adalah tindakan perawatan tanaman agar berada pada kondisi optimum. Bahan aktif fungisida yang dapat digunakan untuk mencegah penyakit ini diantaranya adalah fungisida berbahan aktif propineb, namun penyemprotan dengan fungisida tidak memberikan hasil yang memuaskan bila buah segar mulai gugur.

5. Busuk Kering Pangkal Batang (Fusarium solani)

Penyebab penyakit ini belum diketahui dengan pasti, namun dari pengalaman di laboratorium, jamur Fusarium solani paling sering terisolasi dari tanaman yang terserang. Busuk kering pangkal batang menyerang bagian akar utama tanaman kemudian menyebar ke pangkal batang di atas permukaan tanah. Penyakit ini juga sering muncul pada bekas okulasi bibit atau bekas potongan batang bawah di pembibitan. Pada bagian kayu yang mati terkadang badan buah jamur sekunder bewarna coklat hingga orange. Bila tanaman sudah

(25)

diserang, biasanya akan tumbuh tunas-tunas dari batang bawah pada bagian pangkal batang.

Usaha pengendalian yang terutama adalah menjaga agar kondisi tanaman dan lahan dalam keadaan optimal, lahan yang semak mengakibatkan udara disekitar pangkal batang menjadi lembab sehingga meningkatkan resiko srangan yang disebabkan jamur. Hindari hal-hal yang adapt mengakibatkan kerusakan atau luka pada pangkal batang. Pada serangan awal, bagian yang terserang diusahakan mendapatkan aerasi yang cuku[p untuk mencegah perkembangan yang lebih lanjut.

Pembibitan yang sering dibiarkan semak akan mengakibatkan pangkal batang menjadi lembab. Dalam keadaan lembab, tanamn sangat rentan terhadap serangan jamur terutama pada bagian bekas luka saat melakukan okulasi.

Untuk itu, pada saat penanaman harus benar-benar diperhatikan apakah bibit yang ditanam benar-benar sehat. Tanaman yang terserang berat sebaiknya dicabut dan dibakar. Hingga saat ini belum ada pestisida yang direkomendasikan untuk mengendalikan penyakit ini.

6. Penyakit Tepung (Oidium tingitatinum)

Penyakit tepung sering juga disebut sebagai embun tepung. Penyakit ini hanya menyerang pada pucuk atau daun muda tanaman. Penyakit tepung disebabkan oleh jamur Oidium tingitaninum

Gejala sangat mudah dikenali yaitu adanya semacam tepung yang merupakan miselium dan spora jamur bewarna putih pada daun dan tangkai pucuk tanaman. Akibat serangan ini daun dapat menjadi gugur dan bila tidak gugur, daun akan berkerut dan pada bekas serangan menjadi bewarna kehitaman. Penyakit ini hanya muncul pada tanaman jeruk yang ditanam di dataran tinggi.

(26)

Gambar 2.9 Gejala Penyakit Tepung

Secara kultur teknis dapat dilakukan dengan pengaturan jarak tanam yang baik dan pemangkasan untuk mengurangu kelembaban pada kanopi tanaman. Pemangkasan sangat penting pada tunas-tunas air pada bagian dalam kanopi tanaman. Tunas air seringkali menjadi sumber penularan jamur.

Penyerbukkan dengan belerang dapat dilakukan pada saat permukaan daum masih dibasahi oleh embun. Pengendalian dapat juga dilakukan dengan penyemprotan bubur kalifornia dengan kosentrasi 1:30. Beberapa fungisida yang efektif untuk mengendalikan penyakit ini adalah fungisida yang berbahan aktif propineb atau benomil.

7. Jamur Upas (Corrticium salmonicolor)

Kelembaban dan cahaya yang kurang pada percabangan tanaman mendorong perkembangan penyakit. Pathogen masuk dengan penetrasi langsung. Penyebaran terjadi karena kelembaban yang tinggi pada ranting, adanya percikan air, pengairan atau hujan.

Gejala timbul pada batang atau ranting yang awalnya berupa benang-benang mengkilap seperti sarang laba-laba. Perkembangan selanjutnya jamur masuk dalam kulit membusuk.

Pada tahap ini menyebabkan daun-daun menjadi gugur, ranting dan cabang terserang dapat mengalami kematian. Pada stadium lebih parah mnyebabkan

(27)

permukaan kulit terserang yang bewarna merah jambu berubah menjadi abu-abu. Lapisan miselium membentuk bercak-bercak tak beraturan seperti kerak.

Upaya pengendalian dapat dilkakuan dengan mengupayakan agar cahaya matahari cukup masuk ke bagian dalam tanaman. Apabila kanopi tanaman telah bertautan sebaiknya dipangkas. Bagian tanaman yang sakit segera dibuang dengan cara dipotong pada batas 5cm dari bagian sakit, kemudian luka ditutup dengan bahan penutup luka (parafin). Potongan tanaman yang sakit segera dibakar. Bagian sakit yang belum parah stadiumnya dapat diobati dengan pengerokkan, kemudian ditabur fungisiad dengan bahan aktif tembaga atau bubur kalifornia. Pada saat menyemprot dengan fungisida, usahakan agar cairan semprot juga mengenai batang dan ranting-ranting tanaman.

8. Penyakit Kudis

Kerugian akibat penyakit ini terutama karena mengakibatkan buah menjadi jorok dan tidak menarik. Pembentukkan tunas dan buah baru merupakan fase kritis tanaman peka terhadap serangan patogen.

Gejala telihat dengan adanya bercak kecil jernih pada daun, kemudian berkebang menjadi semacam gabus bewarna kuning/coklat. Serangan parah menyebabkan pertumbuhan kerdil dan deformasi titiktumbuh. Pada tanaman yang sudah berbuah ditemukan serangan berupa bercak kudis yang dimulai buah pentil. Pada saat buah membesar akan sem,akin meluas.

Pemupukan yang optimum akan meningkatkan daya tahan tanaman secara sangat nyata terhadap munculnya penyakit ini. Penyemprotan perlu dilakukan dengan fungisida dithiocarbamat, thiaohanate-methyl atau benomyl pada awal pertumbuhan tunas atau buah pentil dengan menjaga agar kelembaban tidak terlalu tinggi.

(28)

9. Kapang Hijau/Biru (Penicillium spp)

Kapang hijau/biru erupakan masalah penyakit yang utama pascapanen jeruk. Gejala diawali denganadanya bagian lembek dan kebasahan pada kulit buah. Miselium bewarna keputihan, kemudian muncul dan berkembang menjadi bewarna kehijauan atau bewarna biru. Pemanenan pada saat buah masih basahmerupakan salah satu penyebab munculnya penyakit ini. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Penicilin sp.

Gambar 2.10 Gejala Penyakit Kapang Hijau

Untuk mencegah munculnya penyakit tersebut maka usahakan pemanenan saat buah tidak basah akibat air hujan maupun embun. Pemanenan, penyortiran dan pengangkutan buah dilakukan dengan hati-hatiuntuk mencegah luka dan benturan antar buah. Bila buah dicuci, gunakan larutan sodium hiperklorit dan buah dikemas bila permukaan kulit sudah tidak berair.untuk buah yang akan diangkut jarak jauh dapat dicelupkan dalam larutan fungisida benomil (Benstar 50 WP) lalu dianginkan hingga kering.

2.5 PHP Script

PHP singkatan dari PHP Hypertext Preprocessor yang digunakan sebagai bahasa script server-side dalam pengembangan Web yang disisipkan pada dokumen HTML. Penggunaan PHP memungkinkan Web dapat dibuat dinamis sehingga maintence situs Web tersebut menjadi lebih mudah dan efisien. PHP merupakan software Open-Source yang disebarkan dan dilisensikansecara gratis. PHP ditulis menggunakan bahasa C (Kasiman, 2006).

(29)

PHP sangat popular karena memiliki fungsi buit-in lengkap, cepat, mudah dipelajari, dan bersifat gratis. Skrip PHP cukup disisipkann pada kode HTML agar dapat berkerja. PHP dapat berjalan diberbagai web server dan sistem operasi yang berbeda (Wibowo, 2006).

Adapun kelebihan-kelebihan dari PHP yaitu (Sutarman, 2007): 1. PHP mudah dibuat dan kecepatan akses tinggi

2. PHP dapat berjalan dalam web server yang berbeda dan dalam sistem operasi UNIX, Windows98, Windows NT dan Macintosh.

3. PHP diterbitkan secara gratis

4. PHP juga dapat berjalan pada web server Microsoft personal Web Server, Apache, IIS, Xitami dan sebagainya.

5. PHP adalah termasuk bhasa yang embedded (bisa ditempel atau diletakkan dalam tag HTML).

6. PHP termasuk server-side programming.

Script PHP dapat digunakan dalam tiga hal, yaitu:

1. Penulisan program server side. Hal ini adalah target utama PHP. Diperlukan tiga hal agar script PHP dapat bekerja antara lain, PHP parser (CGI atau server module), server web (misal, Apache), dan browser web.

2. Penulisan program command line. Script PHP dapat berjalan tanpa server atau browser. Hanya diperlukan PHP parser dalam bentuk command line.

3. Penulisan program untuk aplikasi desktop. PHP mungkin bukan bahasa yang sangat baik untuk membuat suatu aplikasi desktop dengan tampilan grafis yang user friendly, dengan penambahan fitur tambahan PHP pada aplikasi client side atau menggunakan PHP-GTK. PHP-GTK merupakan fitur tambahan pada PHP dan tidak tersedia pada distribusi utama.

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Sistem Pakar   
Gambar 2.2 Graph pengetahuan
Gambar 2.3 Representasi Kurva Bahu
Gambar 2.4 Representasi kurva trapezium
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan Menteri ini sebagai Wilayah Penugasan Survei Pendahuluan Panas Bumi, dengan koordinat dan peta sebagaimana tercantum dalam Lampiran II A sampai dengan

Prosedur Mutu (Quality Procedure) merupakan dokumen berisi pedoman teknis pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Intemal dan Standar Operasional Prosedur di STMIK

Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 30 Kategori O Trafo tenaga/ reaktor dengan tegangan nominal sistem 400 kV dan diatasnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan debt default terhadap penerimaan opini audit going concern pada

Berdasarkan hak menguasai oleh negara sebagaimana diatas dan mengingat begitu pentingnya tanah bagi manusia, maka penguasaan hak atas tanah diatur UUPA (Undang-undang

Dengan demikian dapat ditegaskan apabila konsumen menderita kerugian sebagai akibat mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan oleh pelaku usaha, berhak

a) Strategi pemasaran berupa relation marketing Yaitu merupakan suatu strategi dimana transaksi pertukaran antara penjual dan pembeli berkelanjutan, tidak berhenti atau

Pretes adalah tes yang dilakukan oleh peneliti kepada subjek/responden sebagai bagian dari pengukuran sebelum dilakukan treatment pretes dalam penelitian ini