• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL OLEH. Ayu Mujizah A014 PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL OLEH. Ayu Mujizah A014 PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KARAKTERISTIK,DUKUNGAN SUAMI DAN PERSEPSI WUS PADA AKSEPTOR KBMETODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANGDI DESA GOGIK KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG

ARTIKEL

OLEH Ayu Mujizah

030215A014

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NGUDI WALUYO UNGARAN AGUSTUS,2016

(2)

GambaranKarakteristik, DukunganSuami Dan Persepsi WUS PadaAkseptor

KB Di DesaGogikKecamatanUngaran Barat Kabupaten Semarang Page 1 LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL

Artikel dengan judul “Gambaran Karakteristik, Dukungan Suami Dan Persepsi WUS Pada Akseptor KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Di Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang” yang disusun oleh :

Nama : Ayu Mu’jizah

NIM : 030215A014

Prodi : DIV Kebidanan

Telah dikonsultasikan dan disetujui untuk dipublikasikan oleh pembimbing utama skripsi Program Studi DIV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran.

Ungaran, September 2016

Luvi Dian Afriani, S.SiT., M. Kes NIDN.062704802

(3)

GambaranKarakteristik, DukunganSuami Dan Persepsi WUS PadaAkseptor

KB Di DesaGogikKecamatanUngaran Barat Kabupaten Semarang Page 2 GAMBARAN KARAKTERISTIK, DUKUNGAN SUAMI DAN PERSEPSI WUS

PADA AKSEPTOR KB METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG DI DESA GOGIK KECAMATAN UNGARAN KABUPATEN UNGARAN

AyuMu’jizah, Luvi Dian A, PujiPranowowati*

*Program Studi D IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK

Latar Belakang : Salah satu upaya pemerintah untuk menanggulangi kepadatan penduduka adalah dengan menggalangkan program Gerakan Keluarga Berencana. hasil survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) selama periode 2005 sampai dengan 2014 pola penggunaan kontrasepsi di Indonesia masih di dominasi oleh kontrasepsi hormonal dan bersifat jangka pendek.umur, paritas, persepsi, dukungan suami dapat mempengaruhi pemilihan MKJP.

Tujuan :Penelitian ini untuk mengetahui gambaran karakteristik, dukungan suami dan persepsi WUS pada akseptor KB MKJP di Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.

Metode : Desain penelitian deskriftif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh WUS pada akseptor KB MKJP di Kelurahan Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang pada tahun 2015 sebanyak 154 responden. Sampel 60 responden. Teknik sampling yaitu total sampling. Data penelitian data primer yaitu wawancara menggunakan kuesioner.

Hasil : Di dapatkan sebagian besar responden berumur 25-35 tahun 30 responden (50,0%), sebagian besar pendidikan menengah 32 responden (53,3%), Sebagian besar jumlah anak ≤ 2 yaitu 41 responden (68,3%), dukungan suami pada akseptor KB MKJP sebagian besar tidak mendukung 37 responden (61,6%), persepsi WUS pada akseptor KB MKJP baik yaitu 57 responden (95,0%).

Kesimpulan : Dukungan suami pada akseptor KB MKJP sebagian besar responden suami tidak mendukung, Persepsi WUS pada akseptor KB MKJP sebagian Besar responden memiliki persepsi baik.

Saran : Bidan diharapkan memberikan konseling pada calon akseptor KB baru dengan melibatkan suami.

(4)

GambaranKarakteristik, DukunganSuami Dan Persepsi WUS PadaAkseptor

KB Di DesaGogikKecamatanUngaran Barat Kabupaten Semarang Page 3 ABSTRACT

Background : One of the government efforts to decrease population is to apply Family Planning Program. The results of Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) during the period 2005 to 2014 found that the pattern of contraceptive use in Indonesia is still dominated by hormonal contraception. age, parity, perceptions, husband’s support whics can influence the selection of long term contraceptive method.

Objectives : This study was to describe the characteristics, and perception the description characteristics. Husband’s and productive age (WUS) of long term contraceptive method gogik village regency ungaran semarang district.

Method : It used the design of descriptive research with cross sectional approach. The study population was the whole WUS of family planning acceptors of the village in 2015 as many as 154 respondents. Sample survei are 60 respondents. Sampling technique is total sampling. The research data ware primary data using interviews using questionnddires.

Results : The majority of the respondents aged 25-35 years old were 30 respondents (50,0 %), most of them midel education as many as 32 respondents (53,3 %), majority of them hadchildren ≤ 2 as many as 41 respondents (68,3 %), husband’s support for the family planning acceptors MKJP large dosen’t support as many as 37 respondents (61,6%), perception of family planning acceptors WUS good as many as 57 respondents (95,0%).

Conclusion : Husband's support for the family planning acceptors shows that majority of the respondents get support from the husband, Perception of WUS family planning acceptors mostly have a good perception.

Suggestion : Midwives are expected to provide counseling to potential new acceptors by involving their husband.

Keywords : Characteristics, Husband’s Support, Perception of WUS, long term.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk cukup padat di dunia, setelah negara Cina, India dan Amerika. Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia tahun 2000 adalah 198.754.808 jiwa, tahun 2005 adalah 209.364.595 jiwa dan tahun 2013 berjumlah 237.641.326 jiwa. Dari data dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah menduduki peringkat ketiga setelah jawa Barat dan Timur, yaitu 32.382.657 jiwa. Untuk penduduk Kabupaten Semarang pada akhir tahun 2013 berjumlah 933.764 jiwa, tahun 2014 berjumlah 948.802 jiwa, ini berarti mengalami pertambahan sebesar 0,54% (BPS,2014).Metode Kontrasepsi Jangka Panjang merupakan kontrasepsi yang dapat bertahan antara 3 tahun sampai seumur hidup, yaitu IUD, Implant/susuk, steril pada pria atau wanita (BKKBN,2013).

(5)

GambaranKarakteristik, DukunganSuami Dan Persepsi WUS PadaAkseptor

KB Di DesaGogikKecamatanUngaran Barat Kabupaten Semarang Page 4 Data dari BKKBN pada tahun 2014 menunjukkan peserta KB aktif di tingkat Provinsi Jawa Tengah berjumlah 651.480 jiwa didominasi oleh peserta KB suntik berjumlah 387.985 jiwa (59,55%), sedang data di tingkat Kabupaten Semarang jumlah peserta KB aktif berjumlah 18,023 jiwa, masih tetap didominasi oleh peserta KB suntik berjumlah 11.187 jiwa (62,07%) (BKKBN,2014). Ini menunjukkan keaktifan WUS di Kabupaten Semarang dalam mengikuti program KB sudah baik. Namun bila dilihat, jumlah peserta aktif KB masing-masing metode kontrasepsisangat beragam. Pada umumnya masyarakat lebih memilih alat kontrasepsi yang praktis namun efektivitasnya juga tinggi, seperti non MKJP yang meliputi suntik dan pil.

Pemerintah telah berusaha untuk mengubah minat masyarakat dari memilih alat kontrasepsi jangka pendek menjadi peserta alat kontrasepsi jangka panjang antara lain: dukungan suami dan persepsi yang salah tentang alat kontrasepsi IUD, implant dan MOW/MOP. Dari beberapa temuan fakta memberikan implikasi program, yaitu manakala dukungan suami dan persepsi dari Wanita Usia Subur kurang maka penggunaan kontrassepsi juga menurun. Selain itu, pendidikan Wanita Usia Subur (WUS) yang rendah juga dapat mempengaruhi. Pendidikan WUS yang rendah akan menyulitkan proses pengajaran dan pemberian informasi sehingga pengetahuannya juga terbatas. Sikap dan persepsi negatif masyarakat dan usia serta jumlah anak juga dapat mempengaruhi ibu dalam pemilihan alat kontrasepsi (Noviawati,2012).

Kabupaten semarang terdiri dari 19 kecamatan. Berdasarkan data Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kabupaten Semarang tahun 2015, Kecamatan Ungaran Barat merupakan salah satu kecamatan dengan pencapaian MKJP yang masih rendah yaitu dari 13.473 PUS, Peserta KB yang menggunakan MKJP 3.249 (24,1%) akseptor, sedangkan non MKJP 7.749 (57,5%) akseptor, PUS bukan peserta KB ada hamil 569 orang (4,2%), IAS 960 orang (7,1%) IAD 513 orang (4%) dan TIA 436 orang (3%). Sedangkan jumlah akseptor KB di Desa Gogik tahun 2015 terdapat 554 WUS dengan beragam alat kontrasepsi adapun yang menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang sebanya 154 (27,7%) orang dan yang non MKJP 400 (72,2%) orang (PLKB,2015).

Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) anara lain adalah umur, paritas, persepsi ibu tentang: demand/alasan KB, biaya pelayanan KB, kualitas pelayanan KB, akses pelayanan KB, MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Pangjang), dukungansuami dengan pemakaian MKJP (metode kontrasepsi jangka panjang), hasil analisis multivariable didapatkan faktor yang paling memberikan kontribusi terbesardalam pemakaian MKJP adalah persepsi ibu tentang MKJP khususnya pada persepsi ibu yang menyebutkan bahwa MKJP mengganggu aktivitas sehari-hari Khususnya IUD (Maryatun, 2009).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dari hasil wawancara pada 8 akseptor KB menggunakan non MKJP, 5 akseptor mengatakan mendapat dukungan dari suami untuk MKJP tetapi akseptor tidak menggunakan MKJP (merasa takut dengan cara pemasangan kontrasepsi tersebut) dan 3 akseptor tidak mendapat dukungan dari suami meskipun akseptor mengetahui keuntungan MKJP

(6)

GambaranKarakteristik, DukunganSuami Dan Persepsi WUS PadaAkseptor

KB Di DesaGogikKecamatanUngaran Barat Kabupaten Semarang Page 5 (praktis dan mudah di gunakan tidak membuat akseptor bolak balik ke bidan). 8 akseptor KB yang menggunakan MKJP, 6 akseptor mengatakan mendapat dukungan dari suami terhadap pemilihannya menggunakan MKJP meskipun merasa takut untuk menggunakan MKJP (cara pemasangan kontrasepsi tersebut tetapi kontasepsi ini praktis dan tidak membuat akseptor untuk bolak balik ke bidan), dan 2 akseptor mengatakan tidak mendapat dukungan dari suami untuk menggunakan MKJP namun tetap memilih MKJP (praktis dan tidak membuat akseptor untuk bolak balik ke bidan). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di atas menunjukkan bahwa dukungan suami serta persepsi yang baik terhadap MKJP itu perlu dalam menentukan Wanita Usia Subur (WUS) terhadap MKJP.

Secara umum, masyarakat memang masih enggan untuk memilih alat kontrasepsi jangka panjang dan cenderung memilih alat kontrasepsi lain yang berjangka pendek. Berdasarkan studi pendahuluan diatas maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Gambaran karakteristik Dukungan Suami dan Persepsi WUS pada akseptor KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk dalam jenis deskriptif, denganpendekatan cross sectional yaitu tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran variabel tidak terbatas harus tepat pada waktu bersamaan, namun mempunya makna bahwa setiap subjek hanya dikenakan satu kali pengukuran, tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan.Penelitian ini dilakukan di Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang pada tanggal 19-20 agustus 2016.Populasi dalam penelitian ini adalah semua Wanita Usia Subur yang menjadi akseptor KB yang menggunakan MKJP di Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang yaitu sebanyak 154 akseptor. Penghitungan pengambilan sampel menggunakan rumus slovin, Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah 60 responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik propotional random sampel atau sampel imbang yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata atau sampel wilayah, karena banyaknya sampel setiap wilayah tidaklah sama. Pengambilan sampel setiap wilayah ditentukan seimbang dengan banyaknya sampel dalam masing-masing wilayah. Pengambilan data dilakukan dengan memberikan kuesioner dilakukan dengan cara wawancara pada responden. Setelah data diolah, peneliti melakukan analisa data dengan menggunakan statistik sederhana, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus distribusi rekuensi.

(7)

GambaranKarakteristik, DukunganSuami Dan Persepsi WUS PadaAkseptor

KB Di DesaGogikKecamatanUngaran Barat Kabupaten Semarang Page 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Univariat

A. Gambaran karakteristik 1. Umur

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur akseptor KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang

Umur (Tahun) Frekuensi Persentase (%)

< 25 6 10,0

25-35 30 50,0

>35 24 40,0

Total 60 100,0

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa umur responden paling banyak adalah kategori 25-35 tahun yaitu sejumlah 30 responden (50,0%) dan paling sedikit kategori< 25 tahun yaitu sejumlah 6 responden (10,0%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar umur responden < 25 tahun sebanyak 6 responden (10,0%) berumur antara 25-35 tahun sebanyak 30 responden (50,0 %) berumur > 25-35 tahun sebanyak 24 responden (40,0%) ini menunjukkan bahwa sebagian besar WUS di Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang berusia reproduktif (25-35 tahun).

Pada umur 25-35 tahun kebanyak responden menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang rata-rata memiliki jumlah anak > 2 sehingga memutuskan menggunakan kontrasepsi tersebut untuk menjarangkan kehamilan. Pada umur < 25 tahun rata-rata responden di anjurkan untuk menunda kehamilannya karena hal ini disebabkan berbagai alasan. Pada umur > 35 tahun kebanyakan responden memiliki jumlah anak > 2 sehingga untuk mengakhiri kehamilan karena berbagai paktor kesehatan yang dialami (alasan medis).

Hal ini didukung oleh penelitian Imbarwati (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang di 4 Provinsi yaitu Jawa Timur, Bali, Sumatra Barat dan Bengkulu tahun 2004, menunjukkan bahwa umur wanita menunjukkan hubungan dengan pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang. Peserta metode kontrasepsi jangka panjang umumnya berumur lebih tua dibanding peserta KB lainnya.

Umur sangat berpengaruh terhadap aspek reproduksi manusia terutama dalam pengaturan jumlah anak yang dilahirkan dan waktu persalinan, yang kelak dapat mempengaruhi juga dengan kesehatan ibu. Umur juga menentukan perilaku seseorang dalam menggunakan kontrasepsi. Umumnya sebagian besar WUS dengan umur lebih dari 35 tahun cenderung memilih metode kontrasepsi alamiah karena menurut mereka metode tersebut jauh lebih aman, sudah merasa cocok dan tanpa efek samping dibandingkan dengan metode modern. Hal ini sesuai dengan banyaknya WUS umur reproduktif yang menggunakan Non

(8)

GambaranKarakteristik, DukunganSuami Dan Persepsi WUS PadaAkseptor

KB Di DesaGogikKecamatanUngaran Barat Kabupaten Semarang Page 7 MKJP (suntik, pil oral) di bandindingkan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang.

2. Pendidikan

Tabel 4.2Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan akseptor KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

Pendidikan Dasar 23 38,3

Pendidikan Menengah 32 53,3

Pendidikan Tinggi 5 8,0

Total 60 100,0

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pendidikan responden paling banyak adalah kategori pendidikan menengah yaitu sejumlah 32 responden (53,3%) dan paling sedikit kategori pendidikan tinggi yaitu sejumlah 5 responden (8,0%).

Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.2 dapat diketahui bahwa WUS di Desa Gogik Kecamtan Ungaran Barat Kabupaten Semarang 23 responden (38,3%) berpendidikan dasar, 32 responden (53,3%) berpendidikan menengah, sedangkan 5 responden (8,0%) pendidikan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar WUS di Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang mempunyai latar belakang pendidikan menengah. Menunjukkan bahwa responden yang pendidikan menengah mudah untuk menyerap informasi dibandingkan responden yang pendidikan dasar hal ini berpengaruh terhadap penggunaan memilih alat kontrasepsi. pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhan akseptor metode kontrasepsi jangka panjang dalam menentukan penggunaan metode kontrasepsi tersebut hal ini karena pendidikan dapat membentuk prilaku yang lebih baik untuk kehidupan mereka.

Menurut Notoatmodjo (2009), pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakaan untuk mempengaruhi orang lain baik individual, keluarga / masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh perilaku pendidikan. Sehingga jika seseorang mempunyai pendidikan yang tinggi, maka pengetahuannya akan lebih tinggi dibanding dengan orang yang berpendidikan rendah. Masyarakat yang berpendidikan rendah akan bersikap masa bodoh terhadap perkembangan pengetahuan disekitarnya, sehingga masyarakat tidak peduli terhadap informasi atau sesuatu diluar. Rendahnya tingkat pendidikan seseorang atau masyarakat sengat berpengaruh terhadap peningkatan derajat kesehatan, oleh karena sikap masyarakat yang belum terbuka dengan hal-hal atau inovasi baru dan akan mengalami hambatan dalam penyerapan informasi sehingga ilmu yang dimiliki juga kurang yang bisa berdampak pada kehidupannya.

(9)

GambaranKarakteristik, DukunganSuami Dan Persepsi WUS PadaAkseptor

KB Di DesaGogikKecamatanUngaran Barat Kabupaten Semarang Page 8 3. Jumlah anak

Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak akseptor KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang

Jumlah Anak Frekuensi Persentase (%)

≤ 2 41 68,3

>2 19 31,7

Total 60 100,0

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari jumlah anak paling banyak adalah kategori ≤ 2 anak yaitu sejumlah 41 responden (68,3%) dan paling sedikit kategori > 2 anak yaitu sejumlah 19 responden (31,7%).

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah anak WUS di Dessa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang yaitu 41 responden (68,0%) memiliki jumlah anak ≤ 2 sedangkan 19 responden (31,7 %) memiliki jumlah anak > 2. Menurut pendapat saifudin (2010) anak adalah harapan dan cita-cita dari sebuah perkawinan, berapa jumlah anak yang diinginkan, tergantung dari keluarga itu sendiri. Apakah satu, dua, tiga dan seterusnya. Dengan demikian untuk memiliki sejumlah anak adalah sebuah pilihan yang mana pilihan tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai yang dianggap sebagai satu harapan atas setiap keinginan yang dimiliki orang tua.

Responden yang memiliki jumlah anak ≤ 2 cenderung menggunakan kontrasepsi jangka panjang dengan tujuan untuk menundah kehamilan sedangkan responden yang memiliki jumlah anak > 2 apabila ibu merencanakan untuk mempunyai anak cukup, kontrasepsi dapat menjarangkan kehamilan sesuai dengan keinginan ibu dan kesuburan akan segera kembali. Jumlah anak mulai diperhatikan setiap keluarga karena berkaitan dengan tingkat kesejahteraan, semakin banyak anak semakin banyak pula tanggungan kepala keluarga dalam mencukupi kebutuhan material selain itu juga untuk menjaga kesejahteraan sistem reproduksi karena semakin sering melahirkan semakin rentan terhadap kesehatan responden.

Menurut Nasution (2011), jumlah anak masih hidup erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan. Pada keluarga dengan tingkat kesejahteraan tinggi pada umumnya lebih mementingkan kualitas anak dari pada kuantitas anak. Jumlah anak salah satu faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan kontrasepsi jangka panjang karena jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keinginan yang di harapankan apakah sudah cukup dengan jumlah anak tersebut dan juga untuk menjarangkan kehamilan yang diinginkan.

(10)

GambaranKarakteristik, DukunganSuami Dan Persepsi WUS PadaAkseptor

KB Di DesaGogikKecamatanUngaran Barat Kabupaten Semarang Page 9 B. Gambaran Dukungan Suami

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Suami pada akseptor KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang

Dukungan Suami Frekuensi Persentase (%)

Tidak mendukung 37 61,6

Mendukung 23 38,3

Total 60 100,0

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden suami mendukung sebanyak 23 responden (38,3%) lebih sedikit dibandingkan tidak mendukung sebanyak 37 responden (61,6%).

Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dukungan suami WUS di Desa Gogik Kecamtan Ungaran Barat Kabupaten Semarang bahwa WUS yang suami mendukung sebanyak 23 responden (38,3%) sedangkan WUS yang suami tidak mendukung sebanyak 37 responden (61,6%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa paling banyak suami tidak mendukung pada akseptor KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar bentuk dukungan suami yang di berikan sebagian besar suami kepada istri dalam penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang dukungan tersebut berbentuk suami lebih cenderung memberi dukungan berbentuk seperti suami memberikan nasehat kepada ibu untuk menggunakan kontrasepsi jangka panjang seperti IUD,/Implant/steril serta dukungan suami yang berbentuk mengantar istri untuk menggunakan kontrasepsi jangka panjang dan suami senang jika istri menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang hal ini lebih banyak di berikan suami dalam memberikan dukungan kepada istri dalam penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang.

Menurut pendapat Saifudi (2010), yaitu bahwa kontrasepsi tidak dapat dipakai oleh istri tanpa kerjasama suami dan saling percaya. Keadaan ideal bahwa pasangan suami istri harus bersama memilih kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam pemakaian, membayar biaya pengeluaran untuk kontrasepsi dan memperhatikan tanda bahaya pemakaian.

Dukungan suami dalam KB merupakan faktor yang penting dalam kesuksesan program KB sehingga akan meningkatkan kelestarian pemakaian alat kontrasepsi istri dan terutama dalam pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan anak.

Suparyanto (2011), juga berpendapat bahwa dalam melaksanakan Keluarga Berencana, dukungan suami sangat diperlukan. Seperti diketahui bahwa di Indonesia, keputusan suami dalam mengizinkan istri adalah pedoman penting bagi istri untuk menggunakan alat kontrasepsi. bila suami tidak mengizinkan atau mendukung, hanya sedikit istri yang berani untuk tetap memasang alat kontrasepsi tersebut. Dukungan suami sangat berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan menggunakan atau dipengaruhi oleh faktor sosial budaya.

(11)

GambaranKarakteristik, DukunganSuami Dan Persepsi WUS PadaAkseptor

KB Di DesaGogikKecamatanUngaran Barat Kabupaten Semarang Page 10 C. Gambaran Persepsi WUS

Tabel 4.6Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Persepsi WUS pada akseptor KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang

Persepsi Frekuensi Persentase (%)

Kurang 3 5,0

Baik 57 95,0

Total 60 100,0

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki persepsi kategori baik, yaitu sejumlah 57 responden (95,0%).

Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.6 dapat diketahui bahwa WUS di Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang 3 responden (5,0%) persepsi kurang tentang Metode Kontrasepsi Jangka Panjang, sedangkan 57 responden (95,0%) persepsi baik tentang Metode Kontrasepsi Jangka Panjang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa paling banyak responden memiliki persepsi baik tentang Metode Kontrasepsi Jangka Panjang.

Biasanya melalui pendidikan kesehatan, konseling atau penyuluhan tentang alat kontrasepsi yang diberikan oleh petugas kesehatan maupun BLKB (Penyuluhan Lapangan Keluarga Berencana) pada kegiatan PKK atau pun posyandu. Dengan adanya hal tersebut menjadikan persepsi responden lebih baik tentang metode kontrasepsi jangka panjang. Persepsi WUS tentang jika ibu menggunakan spiral yang merupakan jenis kontrasepsi jangka panja yang bisa bertahan selama 2 tahun sampai sepuluh tahun untuk menunda kehamilan serta jika ibu menggunakan kontrasepsi jangka panjang tidak membuat ibu untuk mengeluarkan biaya dan ibu tidak mesti untuk bolak balik ketenaga kesehatan hal ini yang banyak menimbulkan persepsi WUS dalam menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang. Sedang masih banyak persepsi WUS tentang jika menggunakan kontrasepsi susuk tekanan darah cenderung stabil itu tidak setuju.

Pengalaman penggunaan metode kontrasepsi, informasi dan keterangan yang diperoleh akseptor baik dari puskesmas, media massa dan media elektronik serta informasi lain dari akseptor lain juga telah menggunakan IUD, menimbulkan suatu persepsi tersendiri pada akseptor tentang metode kontrasepsi IUD itu sendiri (Saifudi,2010).

Persepsi tergantung pada sifat-sifat rangsangan fisik, juga pada hubungan individu. Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Pengalaman penggunaan metode kontrasepsi, informasi dan keterangan yang diperoleh akseptor baik dari puskesmas, media massa dan media elektronik serta informasi lain dari akseptor lain juga telah mengunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang, menimbulkan suatu persepsi tersendiri pada akseptor tentang Metode Kontrasepsi Jangka Panjang itu tersendiri.

(12)

GambaranKarakteristik, DukunganSuami Dan Persepsi WUS PadaAkseptor

KB Di DesaGogikKecamatanUngaran Barat Kabupaten Semarang Page 11 Dari hasil penelitian didapatkan faktor yang paling memberikan kontribusi terbesar dalam pemakaian metode kontrasepsi IUD adalah persepsi khususnya pada persepsi ibu yang menyebutkan bahwa kontrasepsi IUD menganggu aktifitas sehari-hari (Maryatun,2009).

SIMPULAN

Dari hasil penelitian di Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang pada 60 responden di peroleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebagian besar responden berumur 25-35 tahun sebanyak 30 responden (50,0%) responden yang berumur < 25 sebanyak 6 responden (10,0%) dan yang berumur > 35 tahun 35 responden (40,0%).

2. Sebagian besar pendidikan responden adalah pendidikan menengah sebanyak 32 responden (53,3%) responden yang pendidikan dasar sebanyak 23 responden (38,3%), dan responden yang pendidikan tinggi sebanyak 5 responden (53,3%).

3. Sebagian besar responden jumlah anak yang ≤ 2 sebanyak 41 responden (68,3%), sedangkan responden jumlah anak > 2 sebanyak 19 responden (31,7%).

4. Dukungan suami pada akseptor KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjagn sebagian responden suami mendukung sebanyak 23 responden (38,3%) sedangkan sebagian besar responden yang suami tidak mendukung sebanyak 37 responden (61,6%).

5. Persepsi WUS pada akseptor KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang sebagian Besar responden memiliki persepsi baik sebanyak 57 responden (95,0%) dan sebagian responden yang memiliki persepsi kurang sebanyak 3 responden (5,0%).

DAFTAR PUSTAKA

Atikah, 2010. Panduan memilih kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha Medika. Arsita, 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Nuha Medika.

Azwar, 2011. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

BKKBN, 2011. Evaluasi Program Kependudukan dan keluarga berencana Nasional. Jakarta.

BKKBN, 2013. Kumpulan Program Keluarga Berencana Nasional. Jakarta. BKKBN, 2014. Kebijakan Teknis Penanggulangan Masalah Kesehatan

Reproduksi Melalui Program KB Nasional. Jakarta.

Badan Pusat Statistik, 2014. Data Peningkatan Jumlah Penduduk Indonesia. (diakses tanggal 28 Mei 2015). Didapat dari: http://www.bps.go.ig.

(13)

GambaranKarakteristik, DukunganSuami Dan Persepsi WUS PadaAkseptor

KB Di DesaGogikKecamatanUngaran Barat Kabupaten Semarang Page 12 Fridmen, 2011. Prinsip-prinsip Epidemiologi. Yogyakarta : Yayasan Esentia

Medika.

Hanafi, 2006. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) (Intra Uterine Contraseptive Device = IUCD) Jurnal Keperawatan Rufaida Sumatra Utara.

Hartanto, 2006. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Herizan, 2011. Pengantar Psikopatologi untuk keperawatan. Jakarta : Kencana. Hidayat, 2007. Metode Penelitian dan Keperawatan dan Teknik analisa data.

Jakarta : Salemba Medika.

Imbarwati, 2000. Beberapa faktor yang berkaitan dengan penggunaan KB IUD dan Non IUD di Kecamatan Pendurungan Kota Semarang. Tesis Program Magester Masyarakat Universitas Diponogoro. Semarang. Maryatun, 2009. Analisis faktor-faktor pada Ibu yang berpengaruh terhadap

pemakaian metode kontrasepsi IUD di Kab Sukoharjo. Stikes Aisyiyah Surakarta.

Mochtar, 2006. Promosi kesehatan untuk kebidanan. Jakarta : Mitra Cendekia. Notoatmodjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, 2009. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, 2010. Metodologi penelitian kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta. Noviawati, 2012. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Yogyakarta : Numed. Saifuddin, 2006. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta : YBP-SP. Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian ada beberapa saran yang dapat diberikan yaitu perlunya upaya peningkatan kemampuan guru dalam penggunaan model pembelajaran yang berorientasi pada

Sehingga untuk mengatasi hal tersebut salah satu cara yang dapat digunakan adalah menerapkanteknik klasifikasi data mining menggunakan metode Naïve Bayes dalam

[r]

Analisis : Fungsi ilokusi ini yakni penutur menyampaikan ujarannya dengan maksud meminta petutur untuk meyakini apa yang diujarkan karena menurut penutur desas

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 20 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pedoman Pembentukan dan

1) Persepsi risiko berpengaruh negatif terhadap kepuasan pengguna produk hijaumerek The Face Shop. Artinya semakin rendah persepsi risiko yang dirasakan oleh pengguna

Bahwa sanksi harta buang termasuk dalam norma larangan dan norma gabungan versi Coleman, maka sanksi harta buang ini tidak sekedar berupaya membatasi dan melarang perceraian dalam

Benda uji untuk uji kekuatan setiap mutu beton yang dicor setiap hari harus diambil dari tidak kurang dari sekali sehari, atau tidak kurang dari sekali untuk setiap 110 m3.. beton,