• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM

PERTIDAKSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

DI KELAS X MIA SMA NEGERI 1 DONGGALA

Try Ratni E-mail: tryratni_asl@yahoo.co.id Muh. Hasbi E-mail:muhhasbi62@yahoo.co.id I Nyoman Murdiana E-mail: nyomanmur10@yahoo.co.id

Abstrak: Tujuan penelitan ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe teams games tournament dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem pertidaksamaan linear dua variabel di kelas X MIA SMA Negeri 1 Donggala. Rancangan penelitian mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Keberhasilan tindakan dapat diketahui dari aktivitas peneliti dalam mengelola pembelajaran di kelas dan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model TGT untuk setiap aspek yang dinilai menggunakan lembar observasi berada dalam kategori baik dan siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan sistem pertidaksamaan linear dua variabel dengan benar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar yang tahapannya yaitu: 1) persiapan, 2) penyajian materi, 3) kegiatan kelompok/game, 4) turnamen, 5) memberikan Penghargaan.

Kata Kunci: model pembelajaran kooperatif tipe TGT, hasil belajar, sistem pertidaksamaan linear dua variabel

Abstract: The purpose of this research is to describe the application model of cooperative learning type TGT in order to increase the result of students learning on system material of linear diverification two variables at the tenth grade MIA SMAN 1 Donggala. The research design refers to Kemmis and Mc. Taggart. This research was conducted in two cycle. The success of the action can be seen from the activities of teachers manage classroom learning and student activity during the learning by applying model TGT for each aspect assessed on the observation sheet are in good or excellent category and students can the tasks finish. This research is conducted through applying cooperative learning type TGT by following below steps: 1) preparation, 2) material presentation, 3) game, 4) academic tournament, 5) group appreciation.

Key Word: the model Cooperative learning type TGT, learning result, linear diverification system of two variables

Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai peranan penting dalam mempercepat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006, tentang standar isi kurikulum untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa matapelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (Depdiknas 2006). Kemampuan tersebut dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran matematika karena tujuan matapelajaran matematika yang tercantum pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah siswa dituntut memiliki kemampuan menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat

(2)

generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika (Depdiknas 2006).

Berdasarkan wawancara peneliti dengan guru matematika pada SMA Negeri 1 Donggala, diperoleh informasi bahwa siswa mengalami kesulitan pada materi sistem pertidaksamaan linear dua variabel (SPtLDV). Siswa kesulitan menyusun soal cerita ke dalam model matematika dan menentukan grafik daerah penyelesaian. Materi ini sangat penting untuk dipelajari dan sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari karena soalnya disajikan dalam bentuk soal cerita. Penyajian soal cerita disetiap jenjang sekolah akan dapat membiasakan siswa untuk mengaitkan masalah-masalah nyata yang dijumpainya dengan pengetahuan matematika yang diperoleh pada bangku sekolah sehingga siswa diharapkan mampu menyelesaikan persoalan secara sistematik dan dapat memanfaatkan matematika sebagai instrumen yang dibutuhkan dalam memecahkan masalah.

Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara ditindaklanjuti dengan memberikan tes identifikasi kepada seluruh siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Donggala tahun ajaran 2014/2015. Dua soal yang diberikan yaitu: 1) Seorang pengrajin patung akan membuat patung Dewi Sri dan patung Ganesha. Sebuah patung Dewi Sri membutuhkan 2 gram emas dan 2 gram perak untuk lapisan luarnya. Sedangkan sebuah patung Ganesha membutuhkan 3 gram emas dan 1 gram perak untuk lapisan luarnya. Persediaan emas dan perak pengrajin patung masing-masing 12 gram dan 8 gram. Tentukanlah: a. Berapa banyak patung Ganesha dan patung Dewi Sri yang dapat dilapisi luarnya ? b. Gambarkanlah grafik penyelesaiannya pada bidang cartesius. 2) Seorang petani modern menghadapi persoalan sebagai berikut: Agar setiap sapi sehat harus diberikan makanan yang mengandung paling sedikit 27 satuan unsur nutrisi jenis A dan 21 satuan unsur nutrisi jenis B dan dua jenis makanan N1 dan N2 diberikan kepada sapi setiap hari. Satu pon jenis makanan N1 mengandung unsur nutrisi A dan B masing-masing sebesar 3 dan 1 satuan. Sedangkan 1 pon jenis N2 mengandung unsur A sebesar 1 satuan dan unsur B sebesar 2 satuan. a) Berapa banyak jenis makanan N1 dan N2 diberikan kepada sapi setiap hari? b) Gambarkanlah grafik penyelesaiannya pada bidang cartesius.

Jawaban siswa terhadap soal nomor 1a dan 1b ditunjukkan oleh Gambar 1 dan 2:

Setiap siswa yang mengikuti tes, tidak satupun peserta yang mampu menyelesaikan tes dengan benar. Jawaban siswa MZ sebagaimana Gambar 1, siswa MZ menuliskan pemisalan a = emas dan b = perak. Dilanjutkan dengan menentukan nilai a dan b. Kesalahan siswa MZ yaitu, salah dalam menentukan pemisalan a dan b nya (KS1IA). Seharusnya siswa MZ menjawab a = Dewi Sri dan b = Ganesha. Kesalahan berikutnya yaitu pada saat menentukan nilai a dan b (KS2IA) dan (KS3IA). Seharusnya siswa MZ

Gambar 1. Jawaban MZ pada tes identifikasi

Gambar 2. Jawaban DF pada tes identifikasi KS1IA KS2IA KS1IB KS2IB KS3IA

(3)

menjawab a = 3 dan b= 2. Selanjutnya pada Gambar 2 siswa DF menggambar grafik menggunakan nilai dan (KS1IB) dan (KS2IB). Seharusnya siswa DF ketika menggambar grafik harus menggunakan titik-titik potong dan kemudian menentukan daerah penyelesaiannya.

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil tes identifikasi, peneliti menyimpulkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan pada materi SPtLDV. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat menjadi alternatif pembelajaran pada materi SPtLDV. Rusmawati (2013), berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang dikembangkan secara asli oleh David De Vries dan Edward, adalah pembelajaran kooperatif pertama yang dikembangkan oleh John Hopkins. TGT dapat digunakan dalam berbagai mata pelajaran termasuk mata pelajaran matematika. Secara umum TGT sama dengan STAD kecuali satu hal yaitu TGT menggunakan turnamen akademik, menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu. Para siswa berlomba sebagai wakil dari tim mereka pada meja turnamen dengan anggota tim dari kelompok lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Slavin (1995), berpendapat bahwa ada langkah-langkah atau komponen utama yang dilakukan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu: 1) persiapan, 2) penyajian materi, 3) kegiatan kelompok/game, 4) turnamen, dan 5) penghargaan kelompok. Selain itu model pembelajaran kooperatif tipe TGT mempunyai keunggulan antara lain siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran kelompok. Siswa dituntut untuk menguasai materi yang diajarkan karena setiap siswa mempunyai tanggung jawab untuk memberikan kontribusi demi perolehan nilai kelompoknya.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem pertidaksamaan linear dua variabel kelas X MIA SMA Negeri 1 Donggala?

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini mengacu pada model penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Arikunto, 2007). Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas X MIASMA Negeri 1 Donggala yang berjumlah 23 orang, terdiri atas 5 laki-laki dan 18 perempuan yang terdaftar pada tahun ajaran 2015/2016. Dari subjek penelitian tersebut dipilih enam orang informan yaitu siswa dengan inisial YH, VH, NN, FN, DR dan FS.

Data pada penelitian ini diperoleh dengan teknik observasi, wawancara, catatan lapangan, dan tes akhir tindakan. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif yakni: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2010). Keberhasilan tindakan dapat diketahui dari aktivitas peneliti dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran minimal berada pada kategori baik untuk setiap item pada lembar observasi dan siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan menentukan model matematika pada soal cerita untuk siklus I dan menentukan daerah penyelesaian pada grafik di siklus II dengan benar.

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini terdiri atas dua tahap yaitu: 1) pra tindakan dan 2) pelaksanaan tindakan. Tahap pra tindakan siswa diberikan tes awal dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan

(4)

prasyarat siswa terhadap materi SPtLDV serta dijadikan pedoman dalam pembentukan kelompok yang heterogen. Hasil analisis tes awal diperoleh informasi bahwa siswa tidak dapat menjawab dengan benar semua soal yang diberikan. Hal ini dikarenakan siswa tidak dapat menyelesaikan persamaan linear dengan metode grafik dan mengubah soal cerita ke dalam model matematika. Oleh karena itu sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti bersama siswa membahas kembali soal pada tes awal.

Pelaksanaan tindakan terdiri atas dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama yaitu peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan pertemuan kedua yaitu pelaksanaan tes akhir tindakan kepada siswa. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam tiga kegiatan yaitu: a) kegiatan pendahuluan, b) kegiatan inti dan c) kegiatan penutup. Setiap tahapan pembelajaran pada kegiatan inti memuat komponen TGT yaitu: 1) persiapan, 2) penyajian materi, 3) kegiatan kelompok/game, 4) turnamen, 5) memberikan penghargaan.

Langkah-langkah yang dilakukan pada kegiatan pendahuluan yaitu membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan do’a, mengecek kehadiran siswa, dan melakukan apersepsi dengan cara mengingatkan kembali pengetahuan prasyarat siswa. Hasil pembelajaran kegiatan pendahuluan pada setiap siklus berdasarkan pada langkah-langkah sebagai berikut:

Peneliti membuka pembelajaran dengan salam, mengajak siswa untuk berdo’a bersama dan mengecek kehadiran siswa. Sebanyak 21 siswa hadir pada pertemuan pertama siklus I dan seluruh siswa atau sebanyak 23 siswa pada pertemuan pertama siklus II. Selanjutnya peneliti menanyakan kabar dan kesiapan para siswa untuk belajar. Kegiatan dilanjutkan dengan memberikan apersepsi kepada siswa dengan tanya jawab mengenai materi prasyarat. Peneliti memberikan apersepsi untuk mengecek pengetahuan prasyarat siswa. Materi prasyarat pada siklus I dan II adalah sistem persamaan linear dua variabel.

Tahapan yang dilakukan pada kegiatan inti yaitu: 1) persiapan, 2) penyajian materi, 3) kegiatan kelompok/game, 4) turnamen, dan 5) memberikan penghargaan. Hasil pembelajaran kegiatan inti pada setiap siklus berdasarkan pada tahapan model TGT sebagai berikut:

Aktivitas peneliti pada tahap persiapan adalah mempersiapkan materi pembelajaran, perangkat pembelajaran termasuk lembar kerja siswa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok, perlengkapan turnamen akademik, dan tes hasil belajar yang akan diujikan setelah pembelajaran selesai.

Kegiatan pembelajaran pada tahap penyajian materi atau presentasi kelas yaitu peneliti memberitahukan prosedur pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Peneliti menginformasikan kegiatan apa saja yang akan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Selanjutnya peneliti menginformasikan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran pada siklus I yaitu diberikan suatu soal berbentuk cerita berupa pertidaksamaan, siswa dapat membentuk dan menganalisis model matematika berupa SPtLDV dan himpunan penyelesaian. Tujuan pembelajaran pada siklus II yaitu diberikan soal berbentuk cerita yang berupa pertidaksamaan, siswa dapat menyelesaikan himpunan penyelesaian pertidaksamaan dan dapat menentukan grafik daerah penyelesaian. Kemudian peneliti menginformasikan materi pembelajaran SPtLDV kepada siswa. Pada siklus I peneliti menjelaskan materi dan memberikan contoh soal cerita pertidaksamaan dan pada siklus II peneliti menjelaskan materi dan memberikan contoh soal menentukan grafik daerah penyelesaian. Pencapaian yang diperoleh siswa pada kegiatan ini yaitu semua siswa memperhatikan penyampaian peneliti dan ada siswa bertanya pada proses penyelesaian contoh soal.

(5)

Pada tahap kegiatan kelompok atau game, peneliti membentuk kelompok belajar yang heterogen berdasarkan hasil tes prasyarat yaitu sebanyak 4 kelompok belajar yang setiap kelompok terdiri dari 5 sampai 6 siswa yang heterogen dan membagikan LKS pada setiap kelompok pada siklus I dan II. Pencapaian yang diperoleh siswa pada kegiatan ini di siklus I yaitu masih ada siswa yang menunjukkan ketidaksetujuannya kepada guru tentang anggota kelompok yang telah ditentukan . Hal ini dikarenakan siswa tersebut merasa kesulitan untuk berkomunikasi dan berdiskusi secara baik dengan salah satu anggota kelompoknya. Pencapaian yang diperoleh siswa pada kegiatan ini di siklus II yaitu semua siswa langsung membentuk kelompok sesuai dengan anggota kelompok yang telah ditentukan oleh peneliti. Hal ini dikarenakan peneliti menukar beberapa anggota kelompok yang mengalami konflik dengan tetap mempertahankan keheterogenan kelompok. Selanjutnya peneliti membagikan LKS, pada siklus I dan II peneliti meminta siswa untuk mengerjakan LKS lalu mendiskusikan hasil jawaban LKS pada kelompoknya. Peneliti berkeliling memantau dan mengontrol jalannya diskusi kelompok dan memberikan bimbingan atau petunjuk terbatas pada siswa yang berkaitan dengan langkah kerja dalam proses penentuan cara menyelesaikan soal yang diberikan. Pada kesempatan ini peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang kurang dipahami.

Tahap selanjutnya yaitu kegiatan turnamen. Siswa yang dipilih, duduk pada meja turnamen yang telah ditentukan. Sebelum melaksanakan pertandingan, terlebih dahulu peneliti menyampaikan aturan permainan yang akan dilaksanakan oleh siswa selama pertandingan. Awalnya, satu di antara anggota kelompok secara bergantian mengambil soal pada meja turnamen, kemudian membaca soal tersebut untuk diselesaikan secara individu oleh setiap anggota kelompok. Hal tersebut dilakukan secara berulang hingga semua soal selesai terjawab. Siswa di meja turnamen lain melakukan kegiatan yang sama hingga semua meja turnamen menyelesaiakan seluruh soal. Selama turnamen berlangsung peneliti hanya membimbing dan memantau pelaksanaan turnamen. Pencapaian yang diperoleh siswa pada kegiatan ini yaitu siswa masih bingung dalam pelaksanaan turnamen dan masih banyak bertanya pada saat jalannya turnamen sehingga membuat kelas menjadi ribut. Namun pada siklus II, pencapaian yang diperoleh siswa pada kegiatan ini yaitu siswa sudah paham dengan pelaksanaan tahap turnamen, sehingga siswa hanya bertanya seperlunya saja dan kelas menjadi tidak terlalu ribut.

Aktivitas peneliti pada tahap penghargaan kelompok yaitu peneliti menjumlahkan berapa banyak kartu soal yang diperoleh dan dijawab setiap siswa pada setiap meja turnamen. Selanjutnya peneliti menentukan peringkat setiap perwakilan kelompok. Peneliti meminta kepada seluruh siswa untuk kembali bergabung pada kelompok semula, dilanjutkan dengan menghitung skor yang diperoleh setiap anggota kelompok dan memberikan penghargaan bagi kelompok yang mengumpulkan skor tertinggi. Pencapaian yang diperoleh siswa pada kegiatan ini yaitu pada siklus I terdapat 3 kelompok yang mendapat predikat super team yaitu kelompok 1, kelompok 2 dan kelompok 3 sedangkan kelompok 4 mendapat predikat great team dan pada siklus II terdapat 2 kelompok yang mendapat predikat

super team yaitu kelompok 1 dan 2 sedangkan kelompok 3 dan 4 mendapat predikat great team. Penghargaan yang peneliti berikan berupa nilai dan motivasi agar siswa semangat

dalam belajar.

Kegiatan penutup langkah-langkah yang dilakukan yaitu: 1) memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada siswa, 2) menyampaikan materi yang akan dipelajari selanjutnya, 3) menutup pembelajaran dengan doa dan salam. Hasil pembelajaran kegiatan penutup pada setiap siklus berdasarkan pada langkah-langkah sebagai berikut:

(6)

Peneliti mengakhiri pembelajaran dengan memberikan PR dan menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. Peneliti menutup pembelajaran dengan salam dan do’a. Pertemuan kedua dari setiap siklus, peneliti memberikan tes akhir tindakan kepada siswa. Tes akhir tindakan pada siklus I terdiri dari dua nomor. Satu diantara soal yang diberikan yaitu mengubah soal cerita ke dalam model matematika. Hasil tes menunjukkan bahwa masih ada siswa yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita yang dibuat ke dalam model matematika. Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Jawaban Siswa VH pada Tes Akhir Tindakan Siklus I

Jawaban siswa VH terhadap soal yang diberikan, siswa VH masih melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal. Kesalahan yang dilakukan siswa VH yaitu menentukan pemisalan pada variabel x dan y sehingga siswa VH salah dalam menentukan model matematika. (VH1S101). Seharusnya siswa VH menuliskan model matematika yaitu , dan . Siswa VH juga tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan pada soal yang disajikan. Seharusnya siswa tersebut menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan agar lebih mudah dalam menentukan pemisalan pada variabel x dan y nya. Karena kesalahan siswa VH menentukan variabel dan , siswa VH juga salah dalam menentukan nilai pada variabel (VH1S102) dan nilai pada variabel (VH1S103). Untuk memperoleh informasi lebih lanjut, peneliti melakukan wawancara tehadap siswa VH pada siklus I. Sebagaimana yang ditunjukkan pada transkrip wawancara sebagai berikut:

VHS1009P: perhatikan jawabanmu. Apa ada yang kurang dari jawabannya adik ? VHS1010S: ya kak. Diketahui dan apa yang ditanyakan tidak ada saya tulis kak. VHS1011P:

Cuma itukah ? tidak ada lagi ? Mana x dan y yang dimisalkan ? VHS1012S: ya kak, saya lupa tulis

VHS1013P: jadi menurut adik apa yang dimisalkan sebagai x dan sebagai y? VHS1014S: x adalah meja, y adalah kursi. Begitu mungkin kak.

VHS1015P: ya, adik sudah benar menjawab pemisalannya. Selanjutnya, kan adik sudah benar menentukan pemisalan x dan y nya apa yang harus adik tuliskan selanjutnya?

VHS1016S: menentukan model matematikanya kak dan menyelesaika pertidaksamaanya kak.

Berdasarkan hasil wawancara siklus I diperoleh informasi bahwa siswa VH dapat mengerjakan soal tersebut namun kurang teliti. Tes akhir tindakan siklus II terdiri atas dua nomor. Satu diantara soal diberikan yaitu tentukanlah sistem-sistem pertidaksamaan dari daerah penyelesaian yang bersih sebagaimana Gambar 4 berikut ini:

VH1S101

VH1S103

(7)

Jawaban siswa FN terhadap soal tersebut awalnya sudah benar. Namun, pada saat melakukan perhitungan siswa FN kurang teliti. Siswa FN menuliskan hasil perkalian

pada persamaan garis yang pertama yaitu 3y, yang seharusnya hasilnya adalah -3y (FN1S201). Kesalahan selanjutnya yaitu FN mengalikan dengan 0 (FN1S202) yang seharusnya FN menuliskan , kemudian menuliskannya menjadi . Begitupun untuk soal membuat persamaan garis yang ke dua, siswa tersebut menuliskan menjadi (FN1S203). Seharusnya siswa tersebut tetap menuliskan . Berdasarkan hasil tes akhir tindakan siklus II, diperoleh kesimpulan bahwa siswa FN dapat menggunakan rumus persamaan garis namun belum paham dalam proses penyelesaian. Memperoleh informasi lebih lanjut, peneliti melakukan wawancara terhadap siswa FN pada siklus II. Sebagaimana ditunjukkan pada transkrip wawancara sebagai berikut:

FNS2009P: perhatikan penyelesainnya adik! Pada saat mengalikan -3×y hasilnya berapa ? FNS2010S: sebenarnya -3y kak,

FNS2011P: selanjutnya disini kenapa adik mengalikan -3y dengan 0 ? FNS2012S: ya kak, saya tidak tau kerjanya disitu,

FNS2013P: kalau 8x – 24 = - 3y dibuat kan persamaanya bagaimana? FNS2014S: begini kak, 8x + 3y = 24.

Aspek-aspek aktivitas peneliti yang diamati selama kegiatan pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi terdiri dari: 1) Membuka pelajaran dengan salam dan doa, 2) Mengecek kehadiran siswa, 3) Melakukan apersepsi dengan menggali pengetahuan prasyarat siswa, 4) Menginformasikan prosedur pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, 5) Menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada materi sistem pertidaksamaan linear dua variabel, 6) Menyajikan materi pembelajaran kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan, 7) Membentuk siswa ke dalam beberapa kelompok belajar yang terdiri dari 4 sampai 6 siswa yang heterogen, 8) Membagikan LKS dan bahan ajar berupa contoh soal kepada setiap kelompok untuk dibahas bersama-sama anggota kelompoknya, 9) Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan LKS, 10) Menunjuk perwakilan masing-masing kelompok untuk duduk dalam setiap meja turnamen guna bertanding melawan anggota kelompok lain, 11) Menunjuk seorang siswa di setiap kelompok untuk membacakan soal dan semua harus mendapatkan giliran membaca soal, 12) Membimbing

Gambar 5. Jawaban Siswa FN Tes Akhir Tindakan Siklus II

Gambar 4. Grafik Daerah Pertidaksamaan

FN1S203

FN1S201

(8)

dan memantau siswa pada saat jalannya turnamen, 13) Menghitung banyaknya kartu soal yang diperoleh dan dijawab oleh siswa pada setiap meja turnamen, 14) Menghitung skor yang diperoleh kelompok kemudian memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor tertinggi, 15) Memberikan tugas untuk berlatih di rumah, 16) Menyampaikan materi yang akan dipelajari selanjutnya, 17) Menutup pembelajaran dengan doa dan salam.

Aspek-aspek aktivitas siswa yang diamati selama kegiatan pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi terdiri dari: 1) Menjawab salam dan berdoa, 2) Menjawab panggilan guru, 3) Menanggapi atau menjawab pertanyaan guru, 4) Memperhatikan penjelasan mengenai pembelajaran yang akan dilaksanakan, 5) Menyimak dan memperhatikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, 6) Memperhatikan penjelasan guru dalam menyajikan materi, 7) Bergabung bersama anggota kelompok yang telah ditentukan oleh guru dan mencatat nama anggota kelompok, 8) Mengambil LKS dan bahan ajar yang diberikan oleh guru, 9) Bekerjasama dalam kelompok untuk mengerjakan LKS, 10) Siswa yang dipilih menuju ke meja turnamen yang sudah ditentukan oleh guru, 11) Siswa yang ditunjuk langsung membacakan soal, demikian seterusnya berganti giliran dengan ketentuan yang sama sampai semua soal di meja turnamen habis terjawab, 12) Siswa di meja turnamen melakukan kegiatan turnamen sampai semua kartu soal yang berada di meja turnamen selesai terbaca, 13) Melihat hasil perhitungan dan menerima pengahargaan yang diberikan sesuai dengan hasil kerja, 14) Menerima penghargaan kelompok yang diberikan sesuai dengan hasil kerja, 15) Mencatat tugas yang diberikan guru, 16) Mendengarkan penyampaian oleh guru, 17) Berdoa dan menjawab salam.

Aspek aktivitas guru pada siklus I, aspek 1, 2, 4, 11, 15, 16, dan 17 berkategori sangat baik; aspek 3, 5, 6, 10, 12, 13, dan 14 berkategori baik dan 7, 8, dan 9 berkategori cukup. Siklus II aspek, 1, 2, 4, 15, 16, dan 17 berkategori sangat baik; aspek 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, dan 14 berkategori baik.

Aspek aktivitas siswa pada siklus I, aspek 1, 2, 4, 14, 15, 16, dan 17 berkategori sangat baik; aspek 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, dan 13, berkategori baik. Siklus II, aspek 1, 2, 3, 4, 15, 16, dan 17 berkategori sangat baik; aspek 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14 berkategori baik.

PEMBAHASAN

Sebelum pelaksanaan tindakan peneliti memberikan tes awal dengan materi sistem persamaan linear dua variabel. Tujuan pemberian tes awal untuk mengetahui kemampuan prasyarat siswa. Kemampuan prasyarat yang dimaksud merupakan pemahaman awal siswa pada materi SPtLDV. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutrisno (2012), yang menyatakan bahwa pelaksanaan tes sebelum perlakuan untuk mengetahui pemahaman awal siswa.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada setiap pelaksanaan tindakan terdiri dari lima tahapan pembelajaran TGT, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Slavin (2014), yaitu: 1) persiapan, 2) penyajian materi, 3) kegiatan kelompok/game, 4) turnamen, dan 5) peng-hargaan kelompok.

Peneliti membuka pembelajaran dengan salam, mengajak siswa untuk berdo’a bersama dan mengecek kehadiran siswa. Selanjutnya peneliti menanyakan kabar dan kesiapan para siswa untuk belajar. Kegiatan tersebut dilakukan untuk menarik perhatian siswa dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Usman H.B (2004) yang menyatakan bahwa fokus pengantar diartikan sebagai tindakan guru di awal suatu pelajaran didesain untuk menarik perhatian siswa dan mengiring mereka masuk ke dalam pelajaran. Selanjutnya peneliti memberikan apersepsi dengan mengingatkan atau mengecek pengetahuan prasyarat siswa pada materi SPLDV. Hal tersebut dilakukan untuk memusatkan perhatian siswa dengan materi yang

(9)

akan diajarkan dan dapat menumbuhkan minat dan perhatian siswa sehingga lebih siap dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah dan Suhana (2009) yang menyatakan bahwa apersepsi dapat menumbuhkembangkan minat dan perhatian dalam belajar sehingga ke-terbukaan untuk menerima pengalaman baru dalam belajar lebih siap dan menyenangkan.

Aktivitas peneliti pada tahap persiapan yaitu peneliti mempersiapkan materi pembelajaran, perangkat pembelajaran termasuk lembar kerja siswa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok, perlengkapan turnamen akademik, dan tes hasil belajar yang akan diujikan setelah pembelajaran selesai.

Kegiatan pembelajaran pada tahap penyajian materi atau presentasi kelas yaitu peneliti memberitahukan prosedur pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan menginformasikan kegiatan apa saja yang akan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Selanjutnya peneliti menginformasikan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran pada siklus I yaitu diberikan suatu soal berbentuk cerita yang berupa pertidaksamaan, siswa dapat membentuk dan menganalisis model matematika berupa SPtLDV dan himpunan penyelesaiannya. Tujuan pembelajaran pada siklus II yaitu diberikan soal berbentuk cerita yang berupa pertidaksamaan, siswa dapat menyelesaikan himpunan penyelesaian pertidaksamaannya dan dapat menentukan grafik daerah penyelesaiannya. Kegiatan tersebut dilakukan karena penyampaian tujuan pembelajaran sebelum memulai pembelajaran merupakan strategi yang dapat memotivasi siswa untuk berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Djamarah (2010), yang menyatakan bahwa tujuan pembelajaran merupakan komponen pertama yang perlu ditetapkan karena berfungsi sebagai indikator keberhasilan pembelajaran sehingga sangat penting disampaikan agar siswa memahami pengetahuan yang perlu dicapai. Kemudian peneliti menginformasikan materi pembelajaran kepada siswa. Siklus I peneliti menjelaskan materi dan memberikan contoh soal cerita pertidaksamaan dan pada siklus II peneliti menjelaskan materi dan memberikan contoh soal menentukan daerah penyelesaiannya.

Pada tahap kegiatan kelompok atau game, peneliti membentuk kelompok belajar yang heterogen berdasarkan hasil tes prasyarat yaitu sebanyak 4 kelompok belajar yang masing-masing terdiri 5 sampai 6 siswa yang heterogen pada siklus I dan II. Tujuan pembagian kelompok yaitu untuk mempermudah siswa berinteraksi dengan siswa yang lainnya dalam bertukar pendapat dan bekerja sama dengan siswa lain di dalam kelompoknya. Hal ini sejalan dengan pendapat Karim (2011) yang menyatakan bahwa dengan adanya pembagian kelompok maka akan mempermudah siswa melakukan aktivitas pembelajaran, karena siswa dapat berinteraksi dengan siswa lainnya. Selanjutnya peneliti membagikan LKS. Pada siklus I dan II peneliti meminta siswa untuk mengerjakan LKS lalu mendiskusikan hasil jawaban LKS pada kelompoknya. Guru berkeliling memantau dan mengontrol jalannya diskusi kelompok dan memberikan bimbingan atau petunjuk terbatas pada siswa yang berkaitan dengan langkah kerja dalam proses penentuan cara menyelesaikan soal yang diberikan. Tahap ini, guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang kurang dipahami.

Tahap selanjutnya yaitu kegiatan turnamen. Pada kegiatan turnamen, siswa yang dipilih duduk pada meja turnamen yang telah ditentukan dan sebelum melaksanakan pertandingan terlebih dahulu peneliti menyampaikan aturan permainan yang akan dilakukan oleh siswa selama pertandingan. Kegiatan tersebut dilakukan untuk memaksimalkan proses kegiatan turnamen yang akan dilaksanakan sehingga peneliti harus menyampaikan prosedur pembelajaran dan aturan yang digunakan pada kegiatan turnamen terlebih dahulu. Hal ini

(10)

didukung oleh pendapat Arends (2008), yang menyatakan bahwa mengklarifikasikan maksud pelajaran penting untuk dilakukan karena siswa harus memahami dengan jelas prosedur dan aturan yang akan terlibat dalam pelajaran. Awalnya, satu di antara anggota kelompok secara bergantian mengambil soal pada meja turnamen kemudian membaca soal tersebut untuk diselesaikan secara individu oleh setiap anggota kelompok. Hal tersebut dilakukan secara berulang hingga semua soal habis terjawab. Siswa di meja turnamen lain melakukan kegiatan yang sama sampai semua meja turnamen menyelesaiakan seluruh soal. Aktivitas peneliti pada tahap penghargaan kelompok yaitu peneliti menjumlahkan banyaknya kartu soal yang diperoleh dan dijawab setiap siswa pada meja turnamen. Peneliti menentukan peringkat setiap perwakilan kelompok. Selanjutnya peneliti meminta kepada seluruh siswa untuk kembali bergabung ke kelompok semula, dilanjutkan dengan menghitung skor yang diperoleh setiap anggota kelompok dan memberikan penghargaan bagi kelompok yang mengumpulkan skor tertinggi. Tujuan pemberian penghargaan kelompok yaitu agar siswa bisa lebih giat dalam belajar karena termotivasi untuk kemenangan kelompoknya. Hal ini didukung oleh pendapat Sari (2011), yang menyatakan bahwa adanya penghargaan dapat memotivasi siswa lebih serius lagi dalam mengikuti proses belajar mengajar. Pada kegiatan penutup peneliti memberikan PR kepada siswa, menyampaikan materi yang akan dipelajari selanjutnya dan peneliti menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.

Berdasarkan hasil yang didapatkan pada lembar observasi, aktivitas peneliti dalam mengelola pembelajaran pada siklus I dengan 7 aspek berkategori sangat baik, 7 aspek berkategori baik dan 3 aspek berkategori cukup, mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 7 aspek berkategori sangat baik dan 10 aspek berkategori baik. Hal ini sesuai dengan informasi dari observer bahwa peneliti telah melaksanakan pembelajaran dengan baik serta mampu mengatasi dan memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran pada siklus I dengan 5 aspek berkategori sangat baik, 8 aspek berkategori baik, 4 aspek berkategori cukup mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 7 aspek berkategori sangat baik dan 10 aspek berkategori baik. Hal ini sesuai dengan informasi dari observer bahwa siswa menjadi lebih aktif selama pembelajaran berlangsung karena perhatian dan bantuan dari siswa yang berkemampuan tinggi dalam tiap kelompok mendorong siswa yang berkemampuan rendah untuk termotivasi mengembangkan pemahaman mereka dalam menyelesaikan soal SPtLDV.

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem pertidaksamaan linear dua variabel di kelas X MIA SMA Negeri 1 Donggala. Hal ini didukung oleh pendapat Indrawati (2012), Dyah (2012), dan Malikhah (2015) yang mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi SPtLDV dengan mengikuti lima tahapan yaitu: 1) persiapan, 2) penyajian materi, 3) kelompok/game, 4) turnamen, dan 5) penghargaan kelompok.

Kegiatan pada tahap penyajian materi, guru menyajikan materi yang akan dipelajari yaitu mengenai soal cerita yang diubah ke dalam model matematika pada siklus I dan menentukan daerah penyelesaian pada grafik di siklus II. Tahap kegiatan kelompok atau

(11)

game, siswa secara berkelompok saling bekerjasama dalam menyelesaikan soal yang

diberikan melalui LKS agar dapat menguasai materi untuk menjadi bekal pada saat pertandingan menyelesaikan soal-soal mengenai SPtLDV melawan kelompok lain. Selanjutnya pada tahap kegiatan turnamen, guru menjelaskan tentang tata cara dalam melaksanakan turnamen. Siswa berdasarkan kemampuan yang homogen bertanding melawan siswa dari kelompok lain dalam menyelesaikan soal-soal SPtLDV melalui kartu soal. Tahap penghargaan kelompok, pada tahap ini guru memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok berdasarkan jumlah skor yang diperoleh saat pertandingan.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka beberapa saran yang dapat diajukan kepada guru, siswa dan calon peneliti lainnya dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan yaitu: 1) Bagi guru, pembelajaran pada materi sistem pertidaksamaan linear dua variabel dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat dijadikan alternatif pembelajaran di kelas. 2) Bagi yang ingin meneliti dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT perlu memperhatikan pengaturan waktu dan kelas agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dapat tercapai dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: BumiAksara Arends, R.I. (2008). Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Depdiknas. (2006). Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.22 Tahun

2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Dyah, dkk. (2012). Penerapan Model Pembelajaran TGT (teams Games Tournament)

Dilengkapi LKS Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa Dan Hasil Belajar Materi Minyak Bumi Pada Siswa Kelas X – 4 SMA Batik 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.,Jurnal,Pendidikan,Kimia,Vol.,1,No.,1,Tahun,2012.,[Online].,Tersedia: http:// www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia/article/download/245/151

Hanafiah, N dan Suhana, C. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama.

Indrawati. (2012). Peningkatan Hasil Belajar Mahasiswa Melalui Penerapan Model

Pembelajaran Teams Games Tournamen (TGT) Pada Matapelajaran Matematika Ekonomi. [Online]. Tersedia: http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JP/article/download

1553/1528.

Karim, A. (2011). Penerapan Metode Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Sekolah dasar. Jurnal Pendidikan, Edisi khusus No.1. [Online]. Tersedia:

http://jurnal.upi.edu./file/3-Asrul-Karim.pdf.

Malikhah, Nugroho dan Saputra. (2015). Studi Komparasi Metode Pembelajaran Teams,

Games,Tournament (Tgt) Dan Rotating Trio Exchange (Rte) Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa Materi Struktur Atom Dan Spu Siswa Kelas X Sma Al Islam 1 Surakarta

(12)

Semester Gasal Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret [Online].

Tersedia: http//www.jurnal.fkip. uns.ac.id index.php/kimia/article/ download/245/151. Rusmawati, P.E., Candiasa, I.M. dan Kirna, I.M. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran

Kooperatif TGT Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Berprestasi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Semarapura Tahun Pelajaran 2012/2013.

Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Teknologi Pembelajaran [Online], vol 3. 11 halaman. Tersedia: http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnaltp/article/download/884/638.

Sari, E.A. (2011). Penerapan Model TGT (Teams-Games-Tournaments) Sebagai Upaya

Me-ningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas X-B SMA Ma’arif Pandaan-Pasuruan Tahun Ajaran 2008/2009. Jurnal Artikulasi [Online], vol 12 (2). 11 halaman. Tersedia:

http://ejournal.umm.ac.id/journal/download/umm-scientific-journal-1262.pdf.

Slavin, R.E . (1995). Cooperative learning, Theory, Research, and Practice. Boston : Ally and Bacon.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sutrisno, E. (2012). Efektivitas Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing terhadap

Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Jurnal pendidikan matematika. Vol.1 No.4. [Online] Tersedia: http://fkip.unila.ac.id/ojs/data/journals/view/ 882/ 701.pdf.

Usman, H.B. (2004). Strategi Pembelajaran Kontemporer Suatu Pendekatan Model. Cisarua. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Gambar

Gambar 1. Jawaban MZ pada tes  identifikasi
Gambar 4. Grafik Daerah  Pertidaksamaan

Referensi

Dokumen terkait

Pemerintah dalam hal ini adalah pihak yang menjadi penengah atau mediator dalam wacana rekonsiliasi antara etnis Minangkabau dan Batak terkait sejarah masa lalu, dan

[r]

Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul Pembuatan Film Animasi 2 Dimensi “ Legenda Jaka Linglung ”

(1) Dalam hal penyelenggara jaringan telekomunikasi dan atau penyelenggara jasa telekomunikasi belum dapat menyediakan akses di daerah tertentu, maka penyelenggara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa atribut yang menjadi prioritas konsumen dalam membeli sayur diurutkan dari yang paling penting adalah ketersediaan produk, harga dan

Satpam Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) masih menggunakan absensi dengan sistem tanda tangan yang dibuat manual dan data yang berkaitan juga menggunakan

Berdasarkan kajian literatur mengenai sistem pendanaan KPS (Tabel 1), beberapa faktor kunci keberhasilan skema KPS pada pembangunan infrastruktur mencakupi kerjasama dan

Beberapa dekad yang lalu, Islam tradisional semakin sukar untuk difahami oleh penkaji Islam dari barat (Seyyed Hossein Nasr, 2003). Orang barat hampir menolak sepenuhnya