EKSPLORASI DAN KARAKTERISASI PASMA NUTFAH
PADI BERAS MERAH DI KABUPATEN SOLOK DAN KABUPATEN
SOLOK SELATAN PROPINSI SUMATERA BARAT
(The Exploration and Characterization of Brown Rice Germplasma in Solok Regency
and Solok Selatan Regency Provence West Sumatera)
Seplikisno Putra, Irfan Suliansyah, dan Ardi
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas AndalasABSTRACT
The research on exploration and characterization of brown rice germplasm in Solok Regency and Solok Selatan Regency Provence West Sumatera were conducted from December 2008 until November 2009. The purpose of the research were to explore and identify brown rice in Solok Regency and Solok Selatan Regency Provence West Sumatera. From the explorated found ten cultivars of brown rice from Solok Regency and Solok Selatan Regency namely, 1) beras merah Kec.Surian Lolo Kab.Solok, 2) padi ladang merah, Tanah Garam Kab.Solok, 3) beras merah Talang Babungo, Hiliran Gumanti Kab.Solok, 4) beras hitam Siarang Kab.Solok Selatan, 5) Siarang putih kekuningan, Perbatasan Kec.Sangir Kab.Solok Selatan, 6) beras merah Sungai Abu Kec.Hiliran Gumanti Kab. Solok, 7) Siarang putih kekuningan Gunung Pasir Kab.Solok Selatan, 8) beras hitam Sariak Alang Tigo, Hiliran Gumanti Kab. Solok, 9) beras merah Siarang Gunung Pasir Kec.Sangir Kab.Solok Selatan, and 10) beras hitam Kab.Solok. Bassed on the result of the research, it is found that the ten cultivars have different characteristics and morohological forms with wide variability ( >4 ) on most characters such as the length of the rice stalk, number of saplings, productive saplings, stalk angle, the length of the leaf, leaf’s width, flag leaf’s angle, the length of grain, unhulled rice and the weight of 1000 grains.The result of genetic relationship analysis shows that there are 5 big groups with percentage similarity ranging from 55.28% to 77.64%.
Key word : exploration, characterization, germplasm, brown rice
PENDAHULUAN
eras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia dan merupakan komponen penting dalam sistem ketahanan pangan nasional. Menurut Indrasari et al. (1997) di Indonesia beras menyumbang 63% terhadap total kecukupan energi, 38% terhadap total kecukupan protein, dan 21,5% terhadap total kecukupan zat besi, sedangkan di Banglades dan Filipina beras menyumbang 40-55% terhadap total kecukupan zat besi pada masyarakat berpenghasilan rendah (Bouis et al., 2000). Beras merupakan sumber bahan pangan fungsional, yaitu bahan makanan alami yang mengalami proses pengolahan dan mengandung satu atau lebih komponen pembentuk dengan fungsi-fungsi fisiologis tertentu dan bermanfaat bagi kesehatan (Widjayanti 2004). Beras merah mengandung
vitamin B kompleks yang cukup tinggi, asam lemak esensial, serat maupun zat warna anthocyanin yang sangat bermanfaat bagi kesehatan (Lomboan, 2002).
Saat ini Indonesia masih menghadapi empat masalah gizi utama yaitu kurang energi, protein, kurang vitamin A, dan gangguan akibat kurang yodium. Di lain pihak, prevalensi masalah gizi lebih yang dikenal dengan penyakit degeneratif seperti jantung koroner, diabetes, dan lainnya juga semakin meningkat. Penyebab langsung dari masalah tersebut baik gizi kurang maupun gizi lebih adalah ketidakseimbangan antar asupan makanan. Oleh sebab itu perlu tersedia bahan pangan yang bergizi dan bersifat fungsional bagi tubuh yaitu seperti bahasan sebelumnya beras dapat memenuhi hal tersebut.
Propinsi Sumatera Barat merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki wilayah tidak begitu luas dan dilewati oleh
garis katulistiwa. Keadaan ini menjadikan Sumatera Barat memiliki iklim yang spesifik yaitu iklim hutan tropika basah (tropical rain
forest) dengan ciri-ciri hujan turun sepanjang
tahun dengan penyebaran yang merata. Kondisi iklim yang demikian memungkinkan Sumatera Barat menyimpan sumber keragaman genetik yang eksotik dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Salah satu plasma nutfah yang banyak ditemukan di daerah ini adalah tanaman padi. Budidaya tanaman padi, dapat dilakukan di dataran rendah (sawah), dataran tinggi, lahan kering (gogo), dan lahan rawa/pasang surut.
Beras digolongkan menjadi 2 golongan, yakni beras dari padi bulu (karena kulit padinya yang berbulu) dan beras dari padi cere/cempa (kulit padi tak berbulu). Umumnya nasi hasil olahan dari padi bulu rasanya pulen, sedangkan padi cere menghasilkan nasi pera, meskipun ada juga jenis padi cere yang hasilnya pulen. Dari warna dan teksturnya, ada tiga jenis beras yang umum diketahui, yaitu beras putih, beras merah, dan beras ketan.
Pada umumnya masyarakat di pulau Jawa menyukai beras bertekstur pulen namun tidak demikian halnya dengan masyarakat Propinsi Sumatera Barat yang justru menyukai beras yang bertekstur pera. Kondisi ini cukup menguntungkan karena masyarakat Sumatera Barat masih membudidayakan dan mempertahankan plasma nutfah padi jenis ini secara turun temurun. Menurut Siwi dan Kartowinoto (1989), kultivar padi lokal ini merupakan aset yang sangat berharga apabila dikelola dengan baik. Sebaliknya keragaman plasma nutfah tersebut tidak akan memberikan manfaat apabila tidak dimanfaatkan secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat (Balitbang Deptan, 2002).
Program pemuliaan tanaman padi dalam menghasilkan varietas unggul baru dengan produktivitas dan stabilitas hasil tinggi membutuhkan sumber-sumber gen dari sifat-sifat tanaman yang mendukung tujuan tersebut (Allard, 1960). Sumber-sumber gen dari sifat-sifat tersebut perlu diidentifikasi dan ditemukan pada plasma nutfah melalui kegiatan karakterisasi (Gotoh and Chang, 1979; Hawkes, 1981). Plasma nutfah yang sudah ada harus dilestarikan agar selalu tersedia baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang. Gen-gen yang nampaknya sekarang belum berguna, dimasa mendatang mungkin diperlukan dalam pembentukan
varietas unggul baru. Penggunaan varietas unggul telah menyebar cukup luas di Indonesia. Diperkirakan sekitar 70% areal tanaman padi di Indonesia telah ditanami dengan varietas-varietas unggul. Dengan semakin berkembangnya penggunaan varietas unggul baru oleh petani, maka varietas lokal (landraces) akan terdesak dan tidak mustahil akan musnah. Sebelum terlambat, landraces dan kerabat liarnya perlu diselamatkan melalui eksplorasi dan dilestarikan dalam bank gen.
Landraces dan spesies liar tersebut sangat
berpotensi karena mengandung “gen-gen tertentu” yang sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan.
Dengan makin berkembangnya berbagai teknik pemuliaan tanaman padi saat ini sehingga beras tidak hanya merupakan sumber energi dan protein saja tapi juga merupakan sumber vitamin dan mineral. Pada pemuliaan tanaman diperlukan data tentang sumber plasma nutfah tersebut, yaitu melalui eksplorasi dan karakterisasi.
Eksplorasi adalah kegiatan mencari, mengumpulkan, serta meneliti jenis varietas lokal tertentu (di daerah tertentu) untuk mengamankan dari kepunahannya. Langkah ini diperlukan guna menyelamatkan varietas-varietas lokal dan kerabat liar yang semakin terdesak keberadaannya, akibat semakin intensifnya penggunaan varietas-varietas unggul baru. Kegiatan eksplorasi sebaiknya dilakukan di daerah sentra produksi, daerah produksi tradisional, daerah terisolir, daerah pertanian lereng-lereng gunung, pulau terpencil, daerah suku asli, daerah dengan system pertanian tradisional/belum maju, daerah yang masyarakatnya menggunakan komoditas yang bersangkutan sebagai
makanan pokok, daerah endemi
hama/penyakit, serta daerah transmigrasi lama dan baru.
Karakterisasi merupakan kegiatan dalam rangka mengidentifikasi sifat-sifat penting yang bernilai ekonomis, atau yang merupakan penciri dari varietas yang bersangkutan. Karakter yang diamati dapat berupa karakter morfologis (bentuk daun, bentuk buah, warna kulit biji, dan sebagainya), karakter agronomis (umur panen, tinggi tanaman, panjang tangkai daun, jumlah anakan, dan sebagainya), karakter fisiologis (senyawa alelopati, fenol, alkaloid, reaksi pencoklatan, dan sebagainya), marka isoenzim, dan marka molekular. Kegiatan karakterisasi dan evaluasi memiliki arti dan
berperan penting yang akan menentukan nilai guna dari materi plasma nutfah yang bersangkutan. Kegiatan karakterisasi dan evaluasi dilakukan secara bertahap dan sistematis dalam rangka mempermudah upaya pemanfaatan plasma nutfah. Kegiatan tersebut menghasilkan sumber gen dari sifat-sifat potensial yang siap untuk digunakan dalam program pemuliaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan mengidentifikasi plasma nutfah padi beras merah yang berada di Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan Propinsi Sumatera Barat.
BAHAN DAN METODE
Bahan
Percobaan ini dilakukan dua tahap. Tahap pertama yaitu eksplorasi yang dilakukan di Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan. Tahap kedua yaitu karakterisasi yang dilakukan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Percobaan dilaksanakan dari bulan Desember 2008 – November 2009.
Bahan yang digunakan adalah kultivar padi beras merah yang ada di Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan Propinsi Sumatera Barat, tanah, insektisida Darmabas, pupuk kandang, pupuk Urea, SP-36, dan KCl. Alat yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi kamera, kuisioner, ember plastik hitam 15 liter dan alat ukur untuk identifikasi (meteran, mistar, alat-alat tulis, jangka sorong, busur derajat, timbangan dan lain-lain).
Metodologi Eksplorasi
Eksplorasi dilaksanakan di Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan karena merupakan daerah-daerah sentra produksi beras di Sumatera Barat dan menyimpan keragaman plasma nutfah padi yang berlimpah dan masih terpelihara kemurniannya secara turun-temurun.
Karakterisasi
Karakterisasi dilaksanakan dengan mengamati karakter tanaman padi yang ditanam kembali di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
Pelaksanaan
Survey Pendahuluan
Pelaksanaan survey pendahuluan ini adalah pengumpulan data yang memuat
tentang keberadaan jenis-jenis padi merah lokal atau bahkan kerabat liar yang ada di daerah tersebut. Informasi diperoleh dari masyarakat yaitu tokoh masyarakat, petani, PPL dan wali nagari setempat, serta pencarian langsung ke tempat dibudidayakannya padi tersebut, informasi yang dikumpulkan bukan saja padi-padi yang masih dibudidayakan tetapi juga padi yang tidak di budidayakan lagi namun pernah diusahakan sebelumnya.
Pengambilan data primer
Data primer didapatkan dari jawaban-jawaban (menggunakan draft wawancara) dan informasi langsung dari penduduk setempat, tokoh masyarakat, petani, PPL, dan Dinas terkait. Pengumpulan data di lapangan meliputi nama-nama kultivar, jumlah dan asal koleksi, berdasarkan metoda pengambilan sampel yang telah ditetapkan. Benih padi merah selanjutnya dikumpulkan sebagai bahan koleksi plasma nutfah.
Persiapan media tanam
Tanah yang digunakan untuk media adalah tanah kering (tegalan) yang dikering anginkan dan diayak dengan ayakan ukuran 2 mm kemudian dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1. Media diisikan sebanyak 10 kg ke dalam ember plastik.
Persiapan benih
Benih yang diperoleh dari hasil eksplorasi direndam selama 24 jam, kemudian diperam selama 1 x 24 jam. Tujuan perendaman ini adalah untuk membantu benih dalam proses imbibisi dan tujuan pemeraman adalah untuk mempercepat perkecambahan benih.
Penanaman
Benih yang telah disiapkan ditanam pada ember plastik yang telah berisi media tanam. Percobaan ini menggunakan 3 ember plastik untuk masing-masing kultivar dan disusun secara acak (Denah peletakan dapat dilihat pada Lampiran 3). Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam sedalam 2 cm kemudian ditanam 3 butir benih dan di tutup kembali dengan tanah halus dan disiram secukupnya, penjarangan dilakukan pada umur 14 hari dengan mencabut 2 tanaman dan menyisakan 1 tanaman saja.
Pemeliharaan
Pemeliharan terdiri dari kegiatan penyiraman, penyiangan dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan pagi dan sore hari, penyiangan gulma dilakukan seminggu sekali dengan mencabut gulma yang tumbuh pada media tanam menggunakan tangan. Pengendalian terhadap hama dan penyakit menggunakan insektisida
Darmabas sesuai dosis.
Identifikasi Morfologi
Identifikasi morfologi terdiri dari identifikasi terhadap karakter batang, karakter daun, karakter bunga dan malai serta komponen hasil. Parameternya yaitu sebagai berikut :
1. Karakter batang (panjang batang, diameter batang, sudut batang, warna ruas).
2. Karakter daun (panjang daun, lebar daun, warna pelepah daun, warna helaian daun, Sudut daun, Sudut daun bendera).
3. Karakter bunga dan malai (warna kepala putik, ekor, warna ekor, warna apikulus, warna palea lemma, warna steril lemma, panjang malai, umur berbunga).
4. Komponen hasil (kerontokan, jumlah anakan, jumlah anakan produktif, panjang gabah, lebar gabah, bentuk gabah, jumlah gabah per malai, jumlah gabah bernas per malai, umur panen, warna beras, berat 1000 butir gabah).
Semua data pengamatan dikriteriakan dan dikelompokkan berdasarkan standar Internasional Broard Plant Genetic Resorces (IBPGR) dari IRRI (International Rice Research
Institute, 1980). Selanjutnya dilakukan analisis
fenotipik dengan melihat tingkat keragamannya dari masing-masing variabel pengamatan (karakter kuantitatif.
Analisis Keragaman
Karakter keragaman yang diamati dihitung berdasarkan rumus :
V =
n 1
x xi 2
Keterangan: V = Variabilitas (keragaman) ni = Variabel pengamatan n = Jumlah populasix
= Rata-rata variable pengamatanJika angka rata-rata variabilitas (keragaman) ≤ 4 maka tingkat keragaman sempit dan jika > 4 maka tingkat keragaman luas.
Analisis Kekerabatan
Pengukuran analisis kekerabatan dihitung terhadap morfologi yang bersifat kuantitatif, analisis ini bertujuan untuk melihat seberapa dekat hubungan kekerabatan diantara kultivar-kultivar yang telah diidentifikasi. Cara kerjanya adalah dengan memasukan data yang telah di skor berdasarkan stándar IIRI dari IBPGRI (1980) (Lampiran 2) kedalam lembar kerja, selanjutnya data dianalisis dan ditampilkan dalam bentuk dendogram.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Survey Pendahuluan
Dari survey pendahuluan yang telah dilakukan didapatkan 10 kultivar padi beras merah yang masih dibudidayakan, yaitu 1) beras merah Kec.Surian Lolo Kab.Solok, 2) padi ladang merah, Tanah Garam Kab.Solok, 3) beras merah Talang Babungo, Hiliran Gumanti Kab.Solok, 4) beras hitam Siarang Kab.Solok Selatan, 5) Siarang putih kekuningan, Perbatasan Kec.Sangir Kab.Solok Selatan, 6) beras merah Sungai Abu Kec.Hiliran Gumanti Kab. Solok, 7) Siarang putih kekuningan Gunung Pasir Kab.Solok Selatan, 8) beras hitam Sariak Alang Tigo, Hiliran Gumanti Kab. Solok, 9) beras merah Siarang Gunung Pasir Kec.Sangir Kab.Solok Selatan, dan 10) beras hitam Kab.Solok.
Hasil Wawancara
Dari hasil kegiatan wawancara dapat diketahui bahwa padi beras merah ini tidak banyak lagi diusahakan oleh petani di Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan Propinsi Sumatera Barat. Alasan masyarakat tidak menanam lagi adalah karena tanaman padi tersebut memiliki umur yang panjang dan harga jualnya lebih rendah dari padi biasa.
Pada umumnya petani di Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan memperoleh benih padi beras merah dari petani lain yang pernah membudidayakan sebelumnya, umur padi yang ditanam biasanya mencapai 5 - 6 bulan. Masyarakat pada umumnya memiliki luas lahan kurang dari 1 ha dengan sistem budidaya yang masih sederhana. Penyediaan bibit dilakukan dengan menggunakan jenis persemaian basah. Bibit dipindahkan dari persemaian pada umur 20-30 hari dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm. Penyiangan dilakukan 2 kali permusim tanam pada saat tanaman berumur 1 bulan dan 3 bulan tetapi ada juga petani yang melakukan
penyiangan hanya 1 kali saja permusim tanam yaitu pada saat tanaman berumur 40 hari. Air irigasi untuk pengairan sawah diperoleh dari sungai disekitar lahan sawah. Pemupukan dilakukan 2 kali permusim tanam yaitu pada saat tanaman berumur 1 bulan dan 2.5 bulan. Pupuk yang digunakan adalah Urea, TSP, NPK, KCL, dan pupuk SS.
Panen dilakukan dengan cara disabit. Hasil panen langsung dirontokan dan dijemur selama 1 – 2 hari selanjutnya disimpan dalam karung. Hasil panen ini dimanfaatkan oleh petani untuk dikonsumsi dalam kehidupan sehari – hari dan ada juga sebagian petani yang menjualnya.
Karakterisasi
Karakterisasi dilakukan terhadap karakter batang, karakter daun, karakter bunga dan malai serta krakter gabah.
Karakter Batang a. Panjang Batang (cm)
Panjang batang padi yang diidentifikasi dikelompokkan ke dalam 3 kriteria, yaitu pendek (<100cm), sedang (100-125cm), tinggi (>125cm). Kultivar yang termasuk kriteria pendek adalah; (1) beras merah Kec. Surian Lolo Kab. Solok, (2) beras merah Talang Babungo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (3) beras hitam Siarang Kab. Solok Selatan, (4) Siarang putih kekuningan, Perbatasan Kec. Sangir, Kab. Solok Selatan, (5) Siarang putih kekuningan Gunung Pasir Kab. Solok Selatan, (6) beras merah Siarang Gunung Pasir Kec. Sangir Kab. Solok Selatan (7) beras hitam Kab. Solok.
Kultivar yang termasuk kriteria sedang adalah; (1) padi ladang merah Tanah Garam Kab. Solok, (2) beras hitam Sariak Alang Tigo Hiliran Gumanti Kab. Solok. Kultivar yang digolongkan ke dalam kriteria tinggi adalah; (1) beras merah Sungai Abu Kec. Hiliran Gumanti Kab. Solok. Lakitan (2001), menyatakan pertambahan panjang batang sering menguntungkan bagi tumbuhan yang berkompetisi untuk mendapatkan cahaya, tetapi pada tanaman padi yang tumbuh seragam, tidak memberikan keuntungan. Peningkatan hasil justru diperlihatkan oleh kultivar yang berbatang pendek, karena lebih banyak mengalokasikan hasil fotosintesis ke biji daripada untuk pertumbuhan batang.
Menurut Suparyono (1993), tanaman yang tidak terlalu tinggi tidak akan mudah rebah karena gangguan angin, hujan, dan pupuk nitrogen yang terlalu banyak. Kelebihan
nitrogen yang dikombinasikan dengan jumlah anakan yang relatif banyak akan menciptakan lingkungan yang cocok untuk perkembangan hama. Menurut Khush (1997), tinggi tanaman yang ideal untuk tanaman padi adalah 90 – 100 cm supaya didapatkan hasil yang maksimum. Kultivar yang ideal sesuai dengan pendapat Khush ditemui pada kultivar beras hitam Siarang Kab. Solok Selatan (92,7 cm) dan beras hitam Kab. Solok (98,3 cm). Kedua kultivar ini dapat dikembangkan lebih lanjut dalam program pemuliaan dalam perakitan varietas unggul.
b. Diameter Batang (mm)
Diameter batang padi yang diidentifikasi dikelompokkan ke dalam 3 kriteria, yaitu kecil (<5 mm), sedang (6-8 mm), besar (>8mm). Kultivar yang termasuk kriteria kecil adalah; (1) Siarang putih kekuningan Gunung Pasir Kab. Solok Selatan, Kultivar yang termasuk kriteria sedang adalah; (1) beras merah Kec. Surian Lolo Kab. Solok, (2) padi ladang merah Tanah Garam Kab. Solok, (3) beras merah Talang Babungo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (4) beras hitam Siarang Kab. Solok Selatan. (5) Siarang putih kekuningan, Perbatasan Kec. Sangir, Kab. Solok Selatan, (6) beras merah Sungai Abu Kec. Hiliran Gumanti Kab. Solok, (7) beras hitam Sariak Alang Tigo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (8) beras merah Siarang Gunung Pasir Kec. Sangir Kab. Solok Selatan, (9) beras hitam Kab. Solok. Tidak ada kultivar yang tergolong kriteria besar dari kultivar yang diidentifikasi.
Karakter yang dibutuhkan untuk perakitan varietas unggul adalah yang memiliki batang sedang sampai besar, karena akan menjadikan batang tidak mudah patah ataupun rebah dan dapat menopang posisi batang sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik dan jumlah anakan produktif dengan malai yang bernas akan banyak.
c. Sudut Batang ( 0 )
Sudut batang padi yang diidentifikasi dikelompokkan ke dalam 5 kriteria, yaitu tegak (<300), agak terbuka (30-400), terbuka (>40-600),
menyebar (>60-750), rebah (>750). Kultivar yang
termasuk kriteria tegak adalah; (1) padi ladang merah Tanah Garam Kab. Solok, (2) beras merah Sungai Abu Kec. Hiliran Gumanti Kab. Solok, (3) beras hitam Sariak Alang Tigo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (4) beras merah Siarang Gunung Pasir.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Karakter Batang Padi Beras merah Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan Propinsi Sumatera Barat
Kode
Kultivar
Panjang Batang (cm)
Diameter Batang
(mm) Sudut Batang (o) Warna Ruas Rataan Kriteria Rataan Kriteria Rataan Kriteria
A Beras merah Kec.Surian Lolo Kab.Solok
83.00 Pendek 5.80 Sedang 42.30 agak terbuka Hijau Kekuningan 7.5 GY 7/10 B Padi ladang merah Tanah Garam Kab.Solok
112.70 Sedang 5.90 Sedang 21.70 tegak Hijau Kekuningan 7.5 GY 7/10 C Beras merah Talang Babu-ngo ,Hiliran Gumanti Kab.Solok
87.30 Pendek 5.60 Sedang 33.30 agak terbuka Hijau Kekuningan 2.5 GY 6/10 D Beras hitam Siarang Kab.Solok Selatan
92.70 Pendek 5.40 Sedang 32.00 agak
terbuka Hijau Kekuningan 2.5 GY 6/10 E Siarang putih kekuningan Perbatasan Kec.sangir Kab.Solok Selatan
53.00 Pendek 5.30 Sedang 33.00 agak
terbuka Keemasan 2.5 Y 5/6 F Beras merah Sungai Abu Kec.Hiliran Gumanti Kab.Solok
167.30 Tinggi 6.10 Sedang 17.70 tegak Hijau Kekuningan 2.5 GY 6/10 G Siarang putih kekuningan Gunung Pasir Kab.Solok Selatan
36.30 Pendek 4.70 kecil 31.00 agak terbuka Hijau Kekuningan 2.5 GY 6/10 H Beras hitam Sariak Alang Tigo, Hiliran Gumanti Kab.Solok
120.30 Sedang 6.40 Sedang 28.30 tegak Hijau Kekuningan 2.5 GY 6/10 I Beras merah Siarang Gunung Pasir kec sangir Kab. Solok Selatan
80.00 Pendek 5.30 Sedang 29.30 tegak Hijau Kekuningan
2.5 GY 6/10
J Beras hitam
Kab.Solok 98.30 Pendek 7.20 Sedang 30.70 tegak Hijau Kekuningan 2.5 GY 6/10 Variabilitas
(keragaman) 1310.93 0.48 44.46
Jika angka-angka variabilitasnya (keragaman) ≤ 4 maka tingkat keragaman sempit dan jika >4 maka tingkat keragaman luas
Kec. Sangir Kab. Solok Selatan, (9) beras hitam Kab. Solok. Kultivar yang termasuk kriteria agak terbuka adalah; (1) beras merah Kec. Surian Lolo Kab. Solok, (2) beras merah Talang Babungo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (3) beras hitam Siarang Kab. Solok Selatan, (4) Siarang
putih kekuningan, Perbatasan Kec. Sangir, Kab. Solok Selatan, (5) Siarang putih kekuningan Gunung Pasir Kab. Solok Selatan. Tidak ada kultivar yang tergolong kriteria terbuka, menyebar dan rebah dari kultivar yang diidentifikasi. Kedudukan atau posisi batang
tegak merupakan kriteria yang baik, karena dengan sudut batang yang tegak tanaman.
d. Warna Ruas
Warna ruas batang padi yang diidentifikasi dikelompokkan berdasarkan warna pada kertas Munsell. Kultivar yang termasuk kriteria berwarna hijau kekuningan berdasarkan kertas Munsell adalah; (1) beras merah Kec. Surian Lolo Kab. Solok, (2) padi ladang merah Tanah Garam Kab. Solok, (3) beras merah Talang Babungo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (4) beras hitam Siarang Kab. Solok
Selatan, (5) beras merah Sungai Abu Kec. Hiliran Gumanti Kab. Solok, (6) Siarang putih kekuningan Gunung Pasir Kab. Solok Selatan, (7) beras hitam Sariak Alang Tigo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (8) beras merah Siarang Gunung Pasir Kec. Sangir Kab. Solok Selatan, (9) beras hitam Kab. Solok. Kultivar yang termasuk kriteria berwarna keemasan berdasarkan kertas Munsell adalah; (1) Siarang putih kekuningan, Perbatasan Kec. Sangir, Kab. Solok Selatan.
Gambar 1. Penampilan ruas kultivar padi beras merah asal Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan Propinsi Sumatera Barat
Karakter daun a. Panjang daun (cm)
Panjang daun padi yang diidentifikasi dikelompokkan ke dalam 3 kriteria, yaitu pendek (<50cm), sedang (50-75cm), panjang (>75cm). Tidak ada kultivar yang tergolong kriteria pendek dari kultivar yang diidentifikasi. Kultivar yang termasuk kriteria sedang adalah; (1) padi ladang merah Tanah Garam Kab. Solok, (2) Siarang putih kekuningan, Perbatasan Kec. Sangir, Kab. Solok Selatan, (3) beras merah Sungai Abu Kec. Hiliran Gumanti Kab. Solok, (4) Siarang putih kekuningan Gunung Pasir Kab. Solok Selatan. Kultivar yang termasuk kriteria panjang adalah; (1) beras merah Kec. Surian Lolo Kab. Solok, (2) beras merah Talang Babungo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (3) beras hitam Siarang Kab. Solok Selatan, (4) beras hitam Sariak Alang Tigo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (5) beras merah Siarang Gunung Pasir Kec. Sangir Kab. Solok Selatan, (6) beras hitam Kab. Solok.
Panjang daun dengan ukuran pendek merupakan kriteria yang baik, karena pada daun yang pendek dauin tidak akan terkulai menyentuh tanah, sehingga tidak memberi kesempatan terhadap penyakit menyerang
tanaman padi, selain itu daun tidak akan saling menaungi dan memungkinkan sinar matahari mencapai seluruh bagian daun bahkan pada daun terbawah. Dengan demikian proses fotosintesis dapat ditingkatkan, begitu pula produksi bulirnya (Manurung dan Ismunadji, 1988).
b. Lebar daun (mm)
Lebar daun padi yang diidentifikasi dikelompokkan ke dalam 3 kriteria, yaitu sempit (<10mm), sedang (10-20mm), lebar (>20mm). Tidak ada kultivar yang tergolong kriteria sempit dari kultivar yang diidentifikasi. Kultivar yang termasuk kriteria sedang adalah; (1) beras merah Kec. Surian Lolo Kab. Solok, (2) beras merah Talang Babungo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (3) Siarang putih kekuningan, Perbatasan Kec. Sangir, Kab. Solok Selatan, (4) Siarang putih kekuningan Gunung Pasir Kab. Solok Selatan. Kultivar yang termasuk kriteria lebar adalah; (1) padi ladang merah Tanah Garam Kab. Solok, (2) beras hitam Siarang Kab. Solok Selatan, (3) beras merah Sungai Abu Kec. Hiliran Gumanti Kab. Solok, (4) beras hitam Sariak Alang Tigo Hiliran Gumanti Kab. Solok,
(5) beras merah Siarang Gunung Pasir Kec. Sangir Kab. Solok Selatan, (6) beras hitam Kab. Solok.
c. Warna helaian daun
Warna helaian daun padi yang diidentifikasi dikelompokkan berdasarkan warna pada kertas Munsell. Semua kultivar
yang diidentifikasi digolongkan kedalam kriteria berwarna hijau kekuningan.
Warna daun yang hijau akan menguntungkan bagi tanaman padi karena dapat membentuk fotosintat untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi, dimana pada daun yang hijau terkandung klorofil yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis.
Gambar 2. Penampilan warna daun dan pelepah kultivar padi beras merah asal Kabupaten Solok dan Solok Selatan Propinsi Sumatera Barat.
d. Warna pelepah daun
Warna pelepah daun padi yang diidentifikasi dikelompokkan berdasarkan warna pada kertas Munsell. Semua kultivar yang diidentifikasi digolongkan kedalam kriteria berwarna hijau kekuningan. Menurut Vergara ( 1995 ) pelepah daun merupakan bagian bawah dari daun yang membungkus batang dan daun muda, jika pada awal pertumbuhan air terlalu banyak menggenangi maka akan mengakibatkan pelepah daun menjadi panjang dan bibit akan lemah, sehingga berakibat buruk pada pertumbuhan selanjutnya. Untuk memperoleh pelepah daun yang pendek dibutuhkan penyinaran yang baik dan genangan air yang tidak terlalu banyak pada awal pertumbuhan.
e. Sudut daun ( 0 )
Sudut daun padi yang diidentifikasi dikelompokkan ke dalam 3 kriteria, yaitu tegak (<450), datar (45-900), jatuh (>900), Kultivar yang
termasuk kriteria tegak adalah; (1) padi ladang merah Tanah Garam Kab. Solok, (2) Siarang putih kekuningan, Perbatasan Kec. Sangir, Kab. Solok Selatan, (3) Siarang putih kekuningan Gunung Pasir Kab. Solok Selatan, (4) beras merah Siarang Gunung Pasir Kec. Sangir Kab.
Solok Selatan, Kultivar yang termasuk kriteria datar adalah; (1) beras merah Kec. Surian Lolo Kab. Solok, (2) beras merah Talang Babungo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (3) beras hitam Siarang Kab. Solok Selatan, (4) beras merah Sungai Abu Kec. Hiliran Gumanti Kab. Solok, (5) beras hitam Sariak Alang Tigo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (6) beras hitam Kab. Solok. Tidak ada kultivar yang tergolong kriteria jatuh dari kultivar yang diidentifikasi. Kriteria daun tegak lebih menguntungkan dibandingkan kriteria daun datar atau jatuh karena dengan posisi tegak daun-daun tanaman tidak saling menaungi, sehingga banyak cahaya yang dapat ditangkap untuk proses fotosintesis yang lebih optimal, sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman padi.(Lakitan, 2001).
f. Sudut daun bendera ( 0 )
Sudut daun bendera padi yang diidentifikasi dikelompokkan ke dalam 3 kriteria, yaitu tegak (<450), datar (45-900), jatuh
(>900), Kultivar yang termasuk kriteria datar
adalah; (1) beras hitam Siarang Kab. Solok Selatan, (2) Siarang putih kekuningan, Perbatasan Kec. Sangir, Kab. Solok Selatan, (3) Siarang putih kekuningan Gunung Pasir Kab. Solok Selatan, (4) beras hitam Sariak Alang Tigo
Hiliran Gumanti Kab. Solok, (5) beras merah Siarang Gunung Pasir Kec. Sangir Kab. Solok Selatan, (6) beras hitam Kab. Solok. Kultivar yang termasuk kriteria jatuh adalah; (1) beras merah Kec. Surian Lolo Kab. Solok, (2) padi ladang merah Tanah Garam Kab. Solok, (3)
beras merah Talang Babungo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (4) beras merah Sungai Abu Kec. Hiliran Gumanti Kab. Solok. Tidak ada kultivar yang tergolong kriteria tegak dari kultivar yang diidentifikasi.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Karakter Daun Padi Beras Merah Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan Propinsi Sumatera Barat
Kultivar
Panjang Daun
(cm) Lebar Daun (mm) Warna Helaian
Daun Warna Pelepah Daun
Sudut Daun (o) Sudut Daun Bendera (o) Rataan Kriteria Rataan Kriteria Rataan Kriteria Rataan Kriteria Beras merah
Kec.Surian Lolo Kab.Solok
86.30 Panjang 19.60 sedang kekuning-Hijau an 5 GY 4/4 Hijau kekuning-an 5 GY 4/6 56.70 Datar 106.70 Jatuh Padi ladang merah Tanah Garam Kab.Solok
61.70 Sedang 25.00 lebar kekuning-Hijau an 5 GY 4/6 Hijau kekuning-an 5 GY 4/6 40.00 Tegak 95.00 Jatuh Beras merah Talang Babungo ,Hiliran Gumanti Kab.Solok
87.30 Panjang 17.00 sedang kekuning-Hijau an 5 GY 4/6 Hijau kekuning-an 5 GY 4/6 53.30 Datar 93.30 Jatuh Beras hitam Siarang Kab.Solok Selatan
91.00 Panjang 20.70 lebar kekuning-Hijau an 5 GY 4/6 Hijau kekuning-an 5 GY 4/6 46.70 Datar 80.00 Datar Siarang putih kekuningan Perbatasan Kec.sangir Kab.Solok Selatan 60.70 Sedang 16.70 sedang Hijau kekuning-an 5 GY 4/6 Hijau kekuning-an 5 GY 4/6 25.00 Tegak 53.30 Datar Beras merah Sungai Abu Kec.Hiliran Gumanti Kab.Solok 59.30 Sedang 23.70 lebar Hijau kekuning-an 5 GY 4/6 Hijau kekuning-an 5 GY 4/6 50.00 datar 95.00 Jatuh Siarang putih kekuningan Gunung Pasir Kab.Solok Selatan 56.70 Sedang 14.30 sedang Hijau kekuning-an 5 GY 4/6 Hijau kekuning-an 5 GY 4/6 36.70 tegak 63.30 Datar Beras hitam Sariak Alang Tigo, Hiliran Gumanti Kab.Solok
80.00 Panjang 22.00 lebar kekuning-Hijau an 5 GY 4/6 Hijau kekuning-an 5 GY 4/6 46.30 datar 85.70 Datar Beras merah Siarang Gunung Pasir kec sangir Kab. Solok Selatan
92.70 Panjang 21.00 lebar kekuning-Hijau an 5 GY 4/6 Hijau kekuning-an 5 GY 4/6 43.30 tegak 86.70 Datar Beras hitam
Kab.Solok 103.30 Panjang 22.00 lebar
Hijau kekuning-an 5 GY 4/6 Hijau kekuning-an 5 GY 4/6 56.70 datar 50.00 Datar Variabilitas (keragaman) 283.65 11.15 96.31 366.76 Jika angka-angka variabilitasnya (keragaman) ≤ 4 maka tingkat keragaman sempit dan jika >4 maka tingkat keragaman luas
Karakter bunga dan malai a. Warna kepala putik
Warna kepala putik padi yang diidentifikasi dikelompokkan ke dalam 2 kriteria, yaitu putih dan ungu. Kultivar yang memiliki kepala putik berwarna putih adalah; (1) beras merah Kec. Surian Lolo Kab. Solok, (2) padi ladang merah Tanah Garam Kab. Solok, (3) beras merah Talang Babungo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (4) beras hitam Siarang
Kab. Solok Selatan, (5) beras merah Sungai Abu Kec. Hiliran Gumanti Kab. Solok, (6) beras hitam Sariak Alang Tigo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (7) beras hitam Kab. Solok. Kultivar yang memiliki kepala putik berwarna ungu adalah; (1) Siarang putih kekuningan, Perbatasan Kec. Sangir, Kab. Solok Selatan, (2) Siarang putih kekuningan Gunung Pasir Kab. Solok Selatan, (3) beras merah Siarang Gunung Pasir Kec. Sangir Kab. Solok Selatan.
Gambar 3. Keragaman warna kepala putik beberapa kultivar padi beras merah asal Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan Propinsi Sumatera barat. (A = putih, B = ungu).
b. Ekor
Ekor gabah padi yang diidentifikasi dikelompokkan ke dalam 3 kriteria, yaitu tidak berekor, sebagian berekor dan seluruhnya berekor. Kultivar yang gabahnya tidak berekor adalah; (1) beras merah Kec. Surian Lolo Kab. Solok, (2) padi ladang merah Tanah Garam Kab. Solok, (3) beras merah Talang Babungo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (4) beras hitam Siarang Kab. Solok Selatan, (5) Siarang putih kekuningan, Perbatasan Kec. Sangir, Kab. Solok Selatan, (6) beras merah Sungai Abu Kec. Hiliran Gumanti Kab. Solok, (7) Siarang putih kekuningan Gunung Pasir Kab. Solok Selatan, (8) beras merah Siarang Gunung Pasir Kec. Sangir Kab. Solok Selatan. Kultivar yang memiliki gabah sebagian berekor adalah; (1) beras hitam Sariak Alang Tigo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (2) beras hitam Kab. Solok. Tidak ada kultivar yang gabahnya tergolong kriteria seluruhnya berekor dari kultivar yang diidentifikasi. Ada tidaknya ekor pada padi akan mempengaruhi bobot 1000 butir pada saat penimbangan, dimana kultivar yang memiliki ekor akan bertambah beratnya dengan adanya ekor tersebut.
c. Warna ekor
Warna ekor gabah padi dari kedua kultivar yang memiliki ekor adalah abu-abu. Kultivar tersebut adalah; (1) beras hitam Sariak
Alang Tigo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (2) beras hitam Kab. Solok.
d. Warna apikulus
Warna apikulus padi yang diidentifikasi dikelompokkan ke dalam 3 kriteria, yaitu putih, merah dan ungu. Kultivar yang memiliki kepala putik berwarna putih adalah; (1) beras merah Kec. Surian Lolo Kab. Solok, (2) beras merah Talang Babungo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (3) beras merah Sungai Abu Kec. Hiliran Gumanti Kab. Solok, (4) beras hitam Sariak Alang Tigo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (5) beras hitam Kab. Solok. Kultivar yang memiliki kepala putik berwarna ungu adalah; (1) padi ladang merah Tanah Garam Kab. Solok, (2) beras hitam Siarang Kab. Solok Selatan, (3) Siarang putih kekuningan, Perbatasan Kec. Sangir, Kab. Solok Selatan, (4) Siarang putih kekuningan Gunung Pasir Kab. Solok Selatan, (5) beras merah Siarang Gunung Pasir Kec. Sangir Kab. Solok Selatan. Tidak ada kultivar yang memiliki warna apikulus merah dari kultivar yang diidentifikasi.
e. Warna palea lemma
Warna palea lemma padi yang diidentifikasi dikelompokkan ke dalam 3 kriteria, yaitu abu-abu, keemasan dan berukir coklat. Kultivar yang memiliki palea lemma berwarna abu-abu adalah; (1) beras hitam
Siarang Kab. Solok Selatan, (2) beras hitam Sariak Alang Tigo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (3) beras hitam Kab. Solok Kultivar yang memiliki palea lemma berwarna keemasan adalah; (1) beras merah Kec. Surian Lolo Kab. Solok, (2) padi ladang merah Tanah Garam Kab. Solok, (3) beras merah Talang Babungo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (4) Siarang putih kekuningan, Perbatasan Kec. Sangir, Kab. Solok Selatan, (5) beras merah Sungai Abu Kec. Hiliran Gumanti Kab. Solok, (6) Siarang putih kekuningan Gunung Pasir Kab. Solok Selatan, (7) beras merah Siarang Gunung Pasir Kec. Sangir Kab. Solok Selatan. Tidak ada kultivar yang memiliki warna palea lemma berukir coklat dari kultivar yang diidentifikasi.
f. Warna steril lemma
Warna steril lemma padi yang diidentifikasi dikelompokkan ke dalam 3 kriteria, yaitu abu-abu, merah dan ungu. Kultivar yang memiliki steril lemma berwarna abu-abu adalah; (1) beras hitam Siarang Kab. Solok Selatan, (2) beras hitam Sariak Alang Tigo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (3) beras hitam Kab. Solok. (4) beras merah Kec. Surian Lolo Kab. Solok, (5) padi ladang merah Tanah Garam Kab. Solok, (6) beras merah Talang Babungo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (7) Siarang putih kekuningan, Perbatasan Kec. Sangir, Kab. Solok Selatan, (8) beras merah Sungai Abu Kec. Hiliran Gumanti Kab. Solok, (9) Siarang putih kekuningan Gunung Pasir Kab. Solok Selatan. Kultivar yang memiliki steril lemma berwarna ungu adalah; beras merah Siarang Gunung Pasir Kec. Sangir Kab. Solok Selatan. Tidak ada kultivar yang memiliki
warna steril lemma merah dari kultivar yang diidentifikasi.
g. Panjang malai
Panjang malai padi yang diidentifikasi dikelompokkan ke dalam 4 kriteria, yaitu pendek (<20cm), sedang (20-30cm), panjang (31-40cm) dan sangat panjang (>(31-40cm). Kultivar yang termasuk kriteria pendek adalah Siarang putih kekuningan, Perbatasan Kec. Sangir, Kab. Solok Selatan. Kultivar yang termasuk kriteria sedang adalah; (1) beras merah Kec. Surian Lolo Kab. Solok, (2) padi ladang merah Tanah Garam Kab. Solok, (3) beras merah Talang Babungo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (4) Siarang putih kekuningan Gunung Pasir Kab. Solok Selatan, (5) beras merah Siarang Gunung Pasir Kec. Sangir Kab. Solok Selatan. Kultivar yang termasuk kriteria panjang adalah; (1) beras hitam Siarang Kab. Solok Selatan, (2) beras merah Sungai Abu Kec. Hiliran Gumanti Kab. Solok, (3) beras hitam Sariak Alang Tigo Hiliran Gumanti Kab. Solok, dan (4) beras hitam Kab. Solok. Tidak ada kultivar yang tergolong ke dalam kriteria sangat panjang dari kultivar yang diidentifikasi.
Menurut Grist (1996), sifat masing-masing genetis dari varietas akan mempengaruhi kepadatan butir tiap malai, jumlah butir tiap malai ditentukan pula oleh panjangnya malai. Namun dalam kenyataan yang ditemui, panjang malai tidaklah terlalu menentukan jumlah gabah per malai. Perbedaan jumlah gabah disebabkan perbedaan genetisnya, sehingga memberikan respon genetik yang berbeda.
Gambar 4. Malai tanaman padi beras merah asal Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan Propinsi Sumatera Barat
h. Umur berbunga
Umur berbunga padi yang diidentifikasi dikelompokkan ke dalam 3 kriteria, yaitu genjah (<100 hari), sedang (100-125 hari), dan
dalam (>125 hari). Kultivar yang berumur genjah adalah (1) beras hitam Siarang Kab. Solok Selatan, (2) beras merah Sungai Abu Kec. Hiliran Gumanti Kab. Solok (3) Siarang putih
kekuningan, Perbatasan Kec. Sangir, Kab. Solok Selatan, (4) Siarang putih kekuningan Gunung Pasir Kab. Solok Selatan, kultivar yang berumur sedang adalah (1) padi ladang merah Tanah Garam Kab. Solok, (2) beras hitam Siarang Kab.Solok Selatan, (3) beras merah Siarang Gunung Pasir Kec. Sangir Kab. Solok Selatan. Sedangkan kultivar yang berumur dalam adalah (1) beras merah Sungai Abu, Kec. Hiliran Gumanti Kab.Solok, (2) beras hitam Sariak Alang Tigo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (3) beras hitam Kab. Solok.
Umur berbunga dengan kriteria genjah merupakan kriteria yang baik untuk perakitan varietas unggul, karena kriteria genjah menandakan pertumbuhan vegetatif tanaman
tidak berlebihan dan dapat meningkatkan produksi, sesuai dengan pendapat Manurung dan Ismunadji (1988), kapasitas hasil dapat dinaikan tanpa pertumbuhan vegetatif yang berlebihan, karena pertumbuhan vegetatif yang berlebihan menyebabkan suplai asimilat berkurang yang bisa menyebabkan banyaknya bulir hampa yang dihasilkan. Sudirjo (1996) melaporkan bahwa semakin lama umur berbunga menyebabkan penurunan hasil gabah bernas. Suhu rendah atau penyinaran matahari yang tidak cukup merupakan salah satu penyebab lamanya fase vegetatif tanaman padi (Vergara, 1990).
Tabel 3. Hasil Pengamatan Karakter Bunga dan Malai Padi Beras Merah Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan Propinsi Sumatera Barat
Jika angka-angka variabilitasnya (keragaman) ≤ 4 maka tingkat keragaman sempit dan jika >4 maka tingkat keragaman luas Kultivar Warna Kepala
Putik Ekor
Warna
Ekor Apikulus Warna Warna palea lemma
Warna Steril lemma
Panjang Malai
(cm ) Umur berbunga (hari) Rataan Kriteria Rataan Kriteria Beras merah
Kec.Surian Lolo Kab.Solok Putih
Tidak
Ada - Putih keemasan Abu - Abu 27.30 Sedang 87.70 Genjah Padi ladang
merah Tanah
Garam Kab.Solok Putih
Tidak
Ada - Ungu keemasan Abu - Abu 23.00 Sedang 110.00 Sedang Beras merah
Talang Babungo ,Hiliran Gumanti Kab.Solok
Putih Tidak Ada - Putih keemasan Abu - Abu 27.70 Sedang 96.00 Genjah Beras hitam
Siarang
Kab.Solok Selatan Putih
Tidak
Ada - Ungu Abu – Abu Abu - Abu 30.50 Panjang 106.70 Sedang Siarang putih
kekuningan Perbatasan Kec.sangir Kab.Solok Selatan
Ungu Tidak Ada - Ungu keemasan Abu - Abu 19.70 Pendek 99.00 Genjah Beras merah
Sungai Abu Kec.Hiliran Gumanti Kab.Solok
Putih Tidak Ada - Putih keemasan Abu - Abu 31.00 Panjang 143.70 Dalam Siarang putih
kekuningan Gunung Pasir Kab.Solok Selatan
Ungu Tidak Ada - Ungu keemasan Abu - Abu 23.00 Sedang 86.70 Genjah Beras hitam
Sariak Alang Tigo, Hiliran Gumanti Kab.Solok
Putih Ada Abu – Abu Putih Abu - Abu Abu - Abu 31.00 Panjang 132.30 Dalam Beras merah
Siarang Gunung Pasir kec sangir Kab. Solok Selatan
Ungu Tidak Ada - Ungu keemasan Ungu 27.20 Sedang 108.30 Sedang Beras hitam
Kab.Solok Putih Ada Abu – Abu Putih Abu - Abu Abu - Abu 31.30 Panjang 127.70 Dalam
Komponen Hasil a. Panjang gabah
Panjang gabah padi yang diidentifikasi dikelompokkan ke dalam 3 kriteria, yaitu pendek (<7.5mm), sedang (7.5-10mm), dan panjang (>10mm). Semua kultivar yang diiden-tifikasi tergolong ke dalam kriteria sedang.
b. Jumlah anakan (batang)
Jumlah anakan padi yang diidentifikasi dikelompokkan ke dalam 3 kriteria, yaitu sedikit (<10 anakan), sedang (11-20 anakan), banyak (>20 anakan). Kultivar yang termasuk kriteria sedikit adalah; (1) padi ladang merah Tanah Garam Kab. Solok, (2) beras merah Sungai Abu Kec. Hiliran Gumanti Kab. Solok. Tidak ada kultivar yang tergolong kriteria sedang dari kultivar yang diidentifikasi.
Kultivar yang termasuk kriteria banyak adalah; (1) beras merah Kec. Surian Lolo Kab. Solok, (2) beras merah Talang Babungo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (3) beras hitam Siarang Kab. Solok Selatan, (4) Siarang putih kekuningan, Perbatasan Kec. Sangir, Kab. Solok Selatan, (5) Siarang putih kekuningan Gunung Pasir Kab. Solok Selatan, (6) beras hitam Sariak Alang Tigo Hiliran Gumanti Kab. Solok. (7) beras merah Siarang Gunung Pasir Kec. Sangir Kab. Solok Selatan (8) beras hitam Kab. Solok.
Salah satu penyebab terbentuknya anakan yang banyak pada tanaman padi adalah umur padi yang lama di persemaian, sesuai dengan pernyataan AAK (1990), umur padi di
persemaian berpengaruh tehadap
pembentukan anakan, semakin lama di persemaian berarti semakin cepat pembentukan anakan dan jumlah anakan pun akan banyak. Hal ini kurang baik terhadap pertumbuhan berikutnya, terutama dalam pembentukan bulir dan malai.
c. Jumlah anakan produktif (batang)
Jumlah anakan produktif padi yang diidentifikasi dikelompokkan ke dalam 3 kriteria, yaitu sedikit (<10 anakan), sedang (11-20 anakan), banyak (>(11-20 anakan). Kultivar yang termasuk kriteria sedikit adalah; (1) padi ladang merah Tanah Garam Kab. Solok, (2) Siarang putih kekuningan, Perbatasan Kec. Sangir, Kab. Solok Selatan, (3) beras merah Sungai Abu Kec. Hiliran Gumanti Kab. Solok, (4) Siarang putih kekuningan Gunung Pasir Kab. Solok Selatan, (5) beras hitam Sariak Alang Tigo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (6) beras hitam Kab. Solok. Tidak ada kultivar yang tergolong kriteria
sedang dari kultivar yang diidentifikasi. Kultivar yang termasuk kriteria banyak adalah; (1) beras merah Kec. Surian Lolo Kab. Solok, (2) beras merah Talang Babungo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (3) beras hitam Siarang Kab. Solok Selatan, (4) beras merah Siarang Gunung Pasir Kec. Sangir Kab. Solok Selatan.
Dalam pemuliaan tanaman ditujukan untuk perakitan tanaman padi yang memiliki jumlah anakan sedang namun semuanya produktif agar fotosintat dapat diarahkan untuk pembentukan gabah bernas. Menurut Khush (1997), anakan yang cukup dan produktif semuanya bertujuan untuk efisiensi fotosintat yang dihasilkan.
d. Lebar gabah
Lebar gabah padi yang diidentifikasi dikelompokkan ke dalam 3 kriteria, yaitu sempit (<1mm), sedang (1-2mm), dan lebar (>2mm). Semua kultivar yang diidentifikasi tergolong ke dalam kriteria lebar.
e. Bentuk gabah
Bentuk gabah padi ditentukan berdasarkan nilai bagi dari nilai panjang terhadap nilai lebar gabah. Bentuk gabah padi yang diidentifikasi dikelompokkan ke dalam 3 kriteria, yaitu bulat (≤2), sedang (2-3), dan ramping (>3). Kultivar yang termasuk kriteria sedang adalah; (1) beras hitam Siarang Kab. Solok Selatan, (2) beras merah Sungai Abu Kec. Hiliran Gumanti Kab. Solok. Kultivar yang termasuk kriteria ramping adalah; (1) beras hitam Sariak Alang Tigo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (2) beras hitam Kab. Solok. (3) beras merah Kec. Surian Lolo Kab. Solok, (4) padi ladang merah Tanah Garam Kab. Solok, (5) beras merah Talang Babungo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (6) Siarang putih kekuningan, Perbatasan Kec. Sangir, Kab. Solok Selatan, (7) Siarang putih kekuningan Gunung Pasir Kab. Solok Selatan. (8) beras merah Siarang Gunung Pasir Kec. Sangir Kab. Solok Selatan. Tidak ada kultivar yang tergolong ke dalam kriteria bulat dari kultivar yang diidentifikasi.
f. Kerontokan
Kerontokan gabah padi yang diidentifikasi dikelompokkan ke dalam 3 kriteria, yaitu sulit (<25%), sedang (25-50%), dan mudah (>50%). Kultivar yang termasuk kriteria sulit adalah; (1) padi ladang merah Tanah Garam Kab. Solok, (2) beras merah Talang Babungo Hiliran Gumanti Kab. Solok, (3) beras merah Sungai
Abu Kec. Hiliran Gumanti Kab. Solok, dan (4) beras merah Siarang Gunung Pasir Kec. Sangir Kab. Solok Selatan. Kultivar yang termasuk kriteria sedang adalah; (1) beras merah Kec. Surian Lolo Kab. Solok, (2) beras hitam Siarang Kab. Solok Selatan, (3) Siarang putih
kekuningan, Perbatasan Kec. Sangir, Kab. Solok Selatan, (4) beras hitam Sariak Alang Tigo Hiliran Gumanti Kab. Solok, dan (5) beras hitam Kab. Solok, sedangkan kultivar yang termasuk kriteria sulit adalah Siarang putih kekuningan Gunung Pasir Kab. Solok Selatan.
Gambar 5. Tampilan gabah tanaman padi beras merah asal Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan Propinsi Sumatera Barat
g. Jumlah gabah permalai
Jumlah gabah padi yang diidentifikasi dikelompokkan ke dalam 3 kriteria, yaitu sedikit (<100 butir), sedang (100-250 butir), dan banyak (>250 butir). Semua kultivar yang diidentifikasi tergolong ke dalam kriteria sedikit.
h. Jumlah gabah bernas permalai
Jumlah gabah padi yang berisi yang diidentifikasi dikelompokkan ke dalam 3 kriteria, yaitu sedikit (<100 butir), sedang (100-250 butir), dan banyak (>(100-250 butir). Semua kultivar yang diidentifikasi tergolong ke dalam kriteria sedikit. Jumlah gabah bernas yang dikehendaki untuk tujuan pemuliaan adalah yang berjumlah banyak. .
i. Umur panen
Umur panen padi yang diidentifikasi dikelompokkan ke dalam 3 kriteria, yaitu genjah (<100-125 hari), sedang (125-145 hari), dan dalam (>145 hari). Semua kultivar yang diidentifikasi tergolong ke dalam kriteria berumur dalam. Umur panen yang dikehendaki untuk tujuan pemuliaan adalah yang berumur genjah.
j. Warna Beras
Warna beras padi beras merah dapat dilihat pada Gambar 6. Dari gambar tersebut dapat dilihatr adanya variasi warna padi beras merah, mulai dari agak kemerahan, kemerahan, merah, hingga kehitaman.
Gambar 6. Tampilan warna beras tanaman padi beras merah asal Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan Propinsi Sumatera Barat.
k. Berat 1000 butir
Berat 1000 butir gabah padi berkisar antara 17,70 s.d 29,10 gr. Nilai berat 1000 butir gabah tertinggi terdapat pada kultivar beras hitam Kab. Solok, yaitu 29,10 gr, sedangkan yang paling rendah adalah kultivar beras merah Siarang Gunung Pasir Kec. Sangir Kab. Solok Selatan. Nilai berat 1000 butir gabah dari semua
kultivar yang diidentifikasi dapat dilihat pada Tabel 4
Menurut Vergara (1995), banyak faktor yang mempengaruhi pengisian bulir, seperti; rebah, kurang intensitas cahaya, daun-daun mengering, serta serangan hama dan penyakit yang menyebabkan kurangnya pati untuk mengisi bulir
Tabel 4. Pengamatan komponen Hasil Padi Beras Merah Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan Propinsi Sumatera Barat
Kultivar
Panjang Gabah
(mm) Jumlah Anakan (Btg) Anakan Produktif (Btg) Lebar Gabah (mm) Bentuk Gabah
Rataan Kriteria Rataan Kriteria Rataan Kriteria Rataan Kriteria Rataan Kriteria
Beras merah Kec.Surian Lolo
Kab.Solok 8.20 sedang 40.70 Banyak 22.70 Banyak 2.50 sempit 3.30 Ramping Padi ladang merah
Tanah Garam
Kab.Solok 10.00 sedang 11.70 Sedikit 6.00 Sedikit 3.30 sempit 3.03 Ramping Beras merah Talang
Babungo ,Hiliran
Gumanti Kab.Solok 8.40 sedang 42.00 Banyak 20.30 Banyak 2.30 sempit 3.60 Ramping Beras hitam Siarang
Kab.Solok Selatan 8.30 sedang 29.30 Banyak 20.00 Banyak 3.10 sempit 2.70 Sedang Siarang putih
kekuningan Perbatasan Kec.sangir Kab.Solok Selatan
8.70 sedang 26.70 Banyak 9.30 Sedikit 2.20 sempit 3.90 Ramping Beras merah Sungai
Abu Kec.Hiliran
Gumanti Kab.Solok 9.00 sedang 18.70 Sedikit 10.00 Sedikit 3.40 sempit 2.60 Sedang Siarang putih
kekuningan Gunung Pasir Kab.Solok Selatan
8.30 sedang 29.00 Banyak 10.70 Sedikit 2.30 sempit 3.60 Ramping Beras hitam Sariak
Alang Tigo, Hiliran
Gumanti Kab.Solok 8.70 sedang 29.70 Banyak 10.70 Sedikit 2.90 sempit 3.00 Ramping Beras merah Siarang
Gunung Pasir kec sangir Kab. Solok Selatan
9.70 sedang 27.00 Banyak 20.30 Banyak 2.30 sempit 4.20 Ramping Beras hitam
Kab.Solok 9.90 sedang 28.00 Banyak 13.00 Sedikit 3.20 sempit 3.10 Ramping
variabilitas 0.49 79.66 35.00 0.23 0.27
Tabel 4. Pengamatan komponen Hasil Padi Beras Merah Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan Propinsi Sumatera Barat (lanjutan)
Kultivar
Kerontokkan
(%) Jumlah Gabah (butir) Jumlah Gabah Bernas (butir) Umur Panen (hari) Wa rna Ber as Berat 1000 Butir (g)
Rataan Kriteria Rataan Kriteria Rataan Kriteria Rataan Kriteria
Beras merah Kec.Surian Lolo Kab.Solok
28.6
Kultivar Kerontokkan (%) Jumlah Gabah (butir) Jumlah Gabah Bernas (butir) Umur Panen (hari) Wa rna Ber as Berat 1000 Butir (g) Padi ladang merah
Tanah Garam Kab.Solok
20.4
0 sulit 60.50 Sedikit 52.30 Sedikit 188.00 Dalam Merah 19.70 Beras merah Talang
Babungo ,Hiliran Gumanti Kab.Solok
16.5
0 sulit 91.90 Sedikit 77.80 Sedikit 166.00 Dalam Merah 24.90 Beras hitam Siarang
Kab.Solok Selatan 27.50 sedang 81.60 Sedikit 71.50 Sedikit 166.00 Dalam Hitam 24.10 Siarang putih kekuningan Perbatasan Kec.sangir Kab.Solok Selatan 30.8
0 sedang 42.80 Sedikit 36.03 Sedikit 166.00 Dalam Put ih ke ku nin ga n 21.10
Beras merah Sungai Abu Kec.Hiliran Gumanti Kab.Solok
23.9
0 sulit 99.20 Sedikit 80.90 Sedikit 183.00 Dalam Merah 20.70 Siarang putih
kekuningan Gunung Pasir Kab.Solok Selatan
50.3
0 mudah 45.60 Sedikit 37.20 Sedikit 166.00 Dalam Put ih ke ku nin ga n 20.60
Beras hitam Sariak Alang Tigo, Hiliran Gumanti Kab.Solok
27.4
0 sedang 81.70 Sedikit 67.00 Sedikit 178.00 Dalam Hitam 25.50 Beras merah Siarang
Gunung Pasir kec sangir Kab. Solok Selatan
24.5
0 sulit 75.10 Sedikit 61.60 Sedikit 171.00 Dalam Merah 17.70 Beras hitam
Kab.Solok 26.20 sedang 73.70 Sedikit 59.00 Sedikit 171.00 Dalam Hitam 29.10
variabilitas 80.77 335.65 232.41 66.10 11.93
Analisis Keragaman
Data yang dianalisis keragamannya adalah data yang bersifat kuantitatif. Besarnya keragaman ditentukan dari nilai variabilitas. Data yang memiliki nilai variabilitas >4 digolongkan luas, sedangkan yang memiliki nilai variabilitas <4 digolongkan sempit. Analisis keragaman pada karakter batang meliputi semua karakter pengamatan kecuali warna ruas. Data yang tergolong memiliki keragaman yang luas adalah panjang batang (1310,92), jumlah anakan (79,66), jumlah anakan produktif (35), sudut batang (44,46), panjang daun (283,65), lebar daun (11,15), sudut daun (96,31), sudut daun bendera (366,76), panjang malai (16,48), umur masak malai (217,07), kerontokan (80,77), jumlah gabah (335,65), jumlah gabah bernas (232,41), umur panen (66,10) dan berat 1000 butir (11,95). Data yang tergolong memiliki keragaman yang sempit adalah diameter batang (0,48), panjang gabah
(0,49), lebar gabah (0,23), dan bentuk gabah (0,27).
Variabilitas sangat menentukan keberhasilan upaya mendapatkan varietas unggul. Semakin luas keragaman antar calon tetua semakin besar peluang terbentuknya varietas yang potensial. Sedangkan variabilitas yang sempit menggambarkan bahwa peluang terhadap usaha-usaha perbaikan genetik melalui seleksi dan rekombinasi untuk menghasilkan kombinasi genetik baru sangat terbatas (Rahmadi et al, 1990).
Menurut Makmur (1992), ragam lingkungan dapat diketahui bila tanaman dengan genetik yang bersamaan ditanam pada lingkungan yang berbeda. Sedangkan ragam genetik terjadi sebagai akibat bahwa tanaman mempunyai karakter genetik berbeda, umumnya dapat dilihat dari kultivar-kultivar berbeda yang ditanam pada lingkungan yang sama. Keragaman sebagai akibat faktor
lingkungan dan keragaman genetik umumnya berinteraksi satu dengan lainnya dalam mempengaruhi penampilan fenotipe tanaman.
Analisis Kekerabatan
Analisis kekerabatan dilakukan terhadap karakter kuantitatif yang telah dikarakterisasi, yaitu panjang batang, jumlah anakan, anakan produktif, panjang daun, lebar daun, panjang malai, umur berbunga, panjang gabah, lebar
gabah, jumlah gabah bernas, umur panen, dan bobot 1000 butir. Hasil karakterisasi diubah dalam bentuk scoring berdasarkan standar IBPGR dan IRRI, kemudian dimasukan kedalam program Minitab, Semakin tinggi angka persentase kemiripan makin dekat kekerabatannya atau semakin kecil angka persentase kemiripan makin jauh kekerabatannya (Gambar 7). 6 2 10 8 7 5 9 4 3 1 40.84 60.56 80.28 100.00 kemiripan kultivar
Gambar 7. Dendogram hasil analisis kekerabatan.
Ket : 1 = Beras merah Kec.Surian Lolo Kab.Solok, 2 = Padi ladang merah,Tanah Garam Kab.Solok,3= beras merah Talang Babungo, Hiliran Gumanti Kab.Solok. 4 = beras hitam Siarang Kab.Solok Selatan,5 = Siarang putih kekuningan, Perbatasan, Kec.sangir Kab.Solok Selatan, 6 = beras merah Sungai Abu Kec.Hiliran Gumanti Kab. Solok, 7 = Siarang putih kekuningan Gunung Pasir Kab.Solok Selatan, 8 = beras hitam Sariak Alang Tigo, Hiliran Gumanti Kab. Solok, 9 = beras merah Siarang Gunung Pasir Kec.sangir Kab.Solok Selatan, 10 = beras hitam Kab.Solok.
Tabel 5. Hasil analisis kekerabatan
Kelompok Kultivar kemiripan (%) Persentase
I Beras merah Kec.Surian Lolo Kab.Solok (1) dengan beras merah Talang Babungo, Hiliran Gumanti Kab. Solok (3) 77,64 II Beras hitam Siarang Kab.Solok Selatan (4) dengan beras merah
Siarang Gunung Pasir Kec.Sangir Kab. Solok Selatan (9) 68,38 III Siarang putih kekuningan Perbatasan Kec.sangir Kab.Solok Selatan (5) dengan Siarang putih kekuningan Gunung Pasir
Kab.Solok Selatan (7)
77,64 IV Beras hitam Sariak Alang Tigo, Hiliran Gumanti Kab.Solok (8) dengan beras hitam Kab. Solok (10) 77,64 V Padi ladang merah Tanah Garam kab Solok (2) dengan beras merah Sungai Abu Kec.Hiliran Gumanti Kab.Solok (6) 55,28
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan data deskriptif sementara mengenai karakter dari 10 kultivar padi beras merah Sumatera Barat yang terdapat di Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan. Sebagian besar dari kultivar yang teridentifikasi memiliki tingkat keragaman yang luas sehingga akan sangat potensial dalam usaha-usaha perbaikan genetik melalui seleksi dan rekombinasi untuk menghasilkan kombinasi genetik baru. Hasil analisis kekerabatan menunjukan ada 5 pengelompokan besar dengan persentase kemiripan mulai dari 55,28% sampai 77,64%.
DAFTAR PUSTAKA
AAK dan Girisonta. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Penerbit Kanisius Yogyakarta. 172 hal.
Allard, R.W. 1960. Principles of plant breeding. John Wiley & Son. 450 p.
Balitbang Deptan. 2002. Pedoman pembentukan komisi daerah dan pengelolaan plasma nutfah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Deptan.
Bouis, H.E., R.D. Graham, and R.M. Welch. 2000. The consultative group on International Agricultural Research (CGIAR) Micronutrients Project: Justification and Objectives. Food and Nutrition Bulletin. 21 (4):374-381. Gotoh, K. and T.T. Chang. 1979. Crop
adaptation. In J. Sneep and A.J.T. Hendriksen (Eds.). Plant Breeding Perspectives. Centr. for Agr. Pub & Doc. Wageningen. p. 234-261.
Hawkes, J.G. 1981. Germplasm collection, preservation, and use. In K.J. Frey (Ed.). Pland Breeding II. Iowa State Univ. Ames. p. 57-84.
Indrasari, S.D., P. Wibowo, and D.S. Damardjati. 1997. Food consumption pattern based on the expenditure level of rural communities in several parts in Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi (unpublished). IRRI. 1980. Deseptions For Rice Oryza sativa L.
IRRI. Manila, Philipnes.
Khus. G. S. 1997. Prospect of and Approaches ti increasing the genetic yield potensial of rice. Hal 59-68. dalam kebijakan R. E. Eveson, R.W. Herdt dan M.Hossai. (eds) Rice Research in Asia progras and priorities.IRRI.
Khush, G.S. 2002. Food Security by design : improving the rice plant in parternership with NARS. dalam Kebijakan Perberasan dan Inovasi Teknologi Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Hal. 67-80.
Lakitan, B . 2001. Dasar-dasar Fisiologi Tanaman. Raja grafindo Persada. Jakarta.
Lomboan, N.J. 2002. Tiga primadona merah tahun 2002. Nirmala Edisi Tahunan. Makmur, A. 2005. Pengantar Pemuliaan
Tanaman. Penerbit Rineka Cipta. 79 D. Rachmadi. M. N. Hermiati. A . Baihaki dan R.
Setiami hardja. 1990. variasi genetic dan heritabilitas komponen hasil dan hasil galur harapan kedelai. Zuriat 1 (1) : 48-51.
Siwi, B.H. dan S Kartowinoto. 1989. Plasma Nutfah Padi dalam Padi Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor
Standar Nasional Indonesia/SNI. 1987. Standar Mutu Gabah. SNI 0224- 1987 – 0. SPI – TAN/01/01/1983. UDC 633.18. Dewan Standarisasi Nasional. Sugeng, H R. 2001. Bercocok Tanam Padi.
Aneka Ilmu. Semarang. 62 hal.
Sujiprihati, S. Hajrial Aswidinnoor, dan Alex. S, 2006. Seminar Nasional Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman 2006.
Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 28 hal.
Suparyono dan Setyono, A. 1993. Padi. Penebar swadaya. Sukamandi
Susanto, U. 2004. Retrospek dan Prospek Peranan Pemuliaan Tanaman Padi Dalam Dinamika Perkembangan Zaman. Untungsus2004@yahoo.com. Swasti, E. 2005. Perkembangan Pemuliaan
Tanaman dalam Menunjang
Acara Pelatihan Tingkaat Nasional dalam Pemahaman dan Pemantapan terhadap Sistem Ketahanan Pangan Nasional. Kerjasama UNAND dengan Dirjen DIKTI di Padang, 6 – 10 Desember 2005.
Vergara, B.S. 1995. Bercocok Tanam Padi. (Terjemahan Bahasa Inggris). Departemen Pertanian. Jakarta. Widjayanti, E. 2004. Potensi dan prospek
pangan fungsional indigenous Indonesia. Disampaikan pada Seminar Nasional Pangan Fungsional Indigenous Indonesia: Potensi,
Regulasi Keamanan, Efikasi dan Peluang Pasar. Bandung, 6-7 Oktober 2004.
Wikipedia. 2004. Padi. http://www. wikipwedia.org/wiki/padi.20 Mei 2006.
Zen, S., Daswal dan H. Bahar, 2000. Keragaman Galur-galur Potensial. Spesifik Referensi. Sumatera Barat. Proseding Seminar Nasional Ketahanan Pangan dan Agribisnis 21 – 22 November 2000. Balai Penalitian Tanaman Pangan. Sukarami. Padang. Hal 22-25