• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daya Dukung Lingkungan Kawasan Pesisir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Daya Dukung Lingkungan Kawasan Pesisir"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1. Daya Dukung Lingkungan Kawasan Pesisir 1.1. Pengertian Daya Dukung

Dalam undang-undang No.23 tahun 1997, daya dukung lingkungan didefiniskan kemampuan lingkungan untuk menyerap bahan, energi dan/atau komponen lainnya yang memasuki atau dibuang ke dalamnya. Pelestarian daya dukung lingkungan adalah sejumlah upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan untuk menyerap bahan, energi dan/atau komponen lainnya yang memasuki atau dibuang ke dalamnya.

Daya dukung wilayah pesisir dapat didefiniskan dengan menentukan jumlah penduduk dan kegiatan di wilayah pesisir yang dapat didukung oleh satuan sumberdaya alam yang tersedia di wilayah pesisir. Pengertian daya dukung lingkungan kawasan pesisir dan lautan dapat juga dipahami sebagai kemampuan kawasan tersebut dalam menyediakan ruang (space) untuk kehidupan manusia yang sehat dan nyaman beserta segenap kegiatan pembangunannya, menyediakan sumberdaya alam untuk kepentingan manusia baik melalui penggunaan langsung maupun melalui proses produksi dan pengolahan, menyerap atau menetralisir limbah, melakukan fungsi – fungsi penunjang kehidupan, termasuk siklus biogeokimia, siklus hidrologi, dan lainnya (Dahuri, 1991).

Sedangkan definisi daya dukung dalam pedoman ini adalah kepadatan maksimum kegiatan manusia - seperti pertumbuhan penduduk, penggunaan lahan,pembangunan fisik, dan lain-lain – yang dapat didukung oleh lingkungan wilayah pesisir tanpa menimbulkan penurunan kualitas lingkungan dan kerusakan lingkungan. Secara teoritis, jika kepadatan maksimum dan keterbatasannya dapat diketahui, maka pengelola dapat mengetahui berapa jumlah kegiatan yang akan ditempatkan dan jenis kegiatan apa saja yang bisa diletakkan pada wilayah yang direncanakan. Namun kesulitan dalam perhitungan ini akan semakin tinggi jika wilayahnya semakin besar dan jumlah variabelnya semakin banyak.

Dalam pedoman ini daya dukung wilayah pesisir diklasifikan atas empat kelompok daya dukung, yakni :

1. Daya Dukung Fisik/ Spasial

Jumlah luasan maksimum dari tingkat kesesuaian lahan dan kemampuan lahan diwilayah pesisir untuk menampung kegiatan manusia tanpa menimbulkan dampak signifikan terhadap perubahan ekologinya.

2. Daya Dukung Sosial/Demografi

Derajat kenyamanan, keamanan, keindahan, dan keadilan dalam masyarakat di wilayah pesisir yang ditimbulkan dari kegiatan – kegiatan diwilayah pesisir.

3. Daya Dukung Ekologi

Kemampuaan maksimum ekosistim dan habitat di wilayah pesisir untuk menerima kegiatan di wilayah pesisir tanpa menimbulkan kerusakan dan penurunan kualitas bio-ekologi serta penurunan nilai produktifitas ekosistimnya.

4. Daya Dukung Infrastruktur

Tingkat kerapatan dan kepadatan maksimum infrastruktur (seperti: jaringan jalan, jaringan drainase, pelabuhan, sarana dan prasarana pemukiman), untuk mendukung kegitan-kegiatan di wilayah pesisir.

(2)

1.2. Konsep Daya Dukung Untuk Penataan Ruang Pesisir

Manusia memiliki kemampuan untuk membuat daya dukung menurun dengan membuat keputusan pengelolaan sumberdaya yang salah, demikian pula sebaliknya manusia dapat meningkatkan atau mengembalikan daya dukung pulau melalui berbagai teknologi yang diterapkan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam.

Konsep daya dukung lingkungan muncul ketika kesadaran akan keterbatasan sumberdaya alami maupun buatan untuk mendukung kegiatan manusia yang seiring dengan perubahan waktu populasinya semakin bertambah. Oleh sebab itu konsep daya dukung wilayah pesisir tidak terlepas dari pengetahuan akan kecenderungan pertumbuhan aktivitas di wilayah perencanaan, karena dengan demikian kita dapat mengetahui dan mengukur kemampuan daya dukung lingkungan diwilayah pesisir. Daya dukung di wilayah pesisir memiliki kerumitan dan kompleksitas yang berbeda dengan daya dukung di wilayah daratan, hal ini disebabkan karena wilayah pesisir memiliki keunikan ekosistim dan ekologi yang kompleks dan sangat dinamis.

Konsep pengembangan wilayah pesisir yang ada pada saat ini dilakukan dengan membagi wilayah pengembangan kawasan kedalam tiga zona utama, yakni :

a. Zona Preservasi, yaitu kawasan yang memiliki nilai ekologis tinggi seperti tempat berbagai hewan melakukan kegiatan reproduksinya, dan memiliki sifat-sifat alami lain yang unik.

b. Zona Konservasi, yaitu kawasan yang dapat dikembangkan namun secara terkontrol. c. Zona Pengembangan Intensif, termasuk didalamnya mengembangkan kegiatan

budidaya secara intensif.

Dengan mempertimbangkan konsep pengembangan wilayah pesisir seperti diatas maka konsep daya dukung untuk wilayah pesisir dapat dilihat pada gambar 2. Setiap kegiatan manusia membutuhkan sumberdaya sekaligus menimbulkan efek samping sebagai hasil konsumsi sumberdaya. Kebutuhan sumberdaya ini dapat dipenuhi oleh ketersediaan sumberdaya yang ada, dalam hubungan pemanfaatan sumberdaya ini, daya dukung suatu wilayah dapat disimpulkan melampaui daya dukung wilayah pesisir ketika kebutuhan sumberdaya lebih besar dari utilitas sumberdaya yang ada. Kondisi dimana utilitas sumberdaya yang ada masih melebihi kebutuhan akan sumberdaya maka daya dukung wilayah pesisir disimpulkan bahwa pemanfaatan wilayah belum optimal. Efek dari kegiatan manusia dalam batas tertentu dapat diproses kembali oleh alam, kondisi ini amat bergantung dengan tingkat sensitifitas sumberdaya wilayah pesisir. Konsep daya dukung dalam pandangan ini berlaku jika efek samping aktifitas manusia melampaui sensitifitas sumberdaya maka daya dukung wilayah dapat disimpulkan melampaui daya dukung wilayah.

(3)

Gambar 2,

Konsep Daya Dukung Wilayah Pesisir

Sebagaimana yang telah digambarkan pada konsep daya dukung wilayah diatas, maka penilaian daya dukung wilayah pesisir merupakan suatu usaha untuk melakukan penilaian atas keseimbangan antar kegiatan manusia dengan ketersediaan sumberdaya diwilayah pesisir. Dengan teridentifikasinya keseimbangan tersebut maka perencana dan pengelola wilayah mampu memberikan alternatif-alternatif pemanfaatan ruang yang berkelanjutan.

1.3. Kriteria Penilaian Daya Dukung Kegiatan di Wilayah Pesisir 1.3.1. Daya Dukung Kegiatan Permukiman

A. Daya Dukung Fisik

Daya dukung fisik / spasial di wilayah pesisir untuk kegiatanpermukiman dapat dinilai melaui kriteria analisis spasial terutama untuk menganalisis kesesuaian fisik untuk pemukiman. Kriteria penilaian daya dukung ini dilakukan dengan teknik overlay variabel fisik lahan, seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini :

(4)

B. Daya Dukung Sosial/Demografi

Kriteria penilaian daya dukung sosial/demografi untuk kegiatan permukiman dapat dilakukan dengan melihat kecenderungan atas perbandingan pertumbuhan penduduk dengan penyediaan permukiman. Indikator pertambahan jumlah penduduk digunakan untuk mengetahui kondisi daya dukung sosial untuk permukiman. Kecenderungan pertumbuhan jumlah penduduk yang terlalu cepat dapat mengindikasikan penurunan daya dukung wilayah pesisir untuk menampung kegiatan permukiman. Tabel 3, contoh perhitungan daya dukung.

Tabel 3

Kepadatan Permukiman

C. Daya Dukung Lingkungan

Kriteria penilaian daya dukung lingkungan untuk menampung pertambahan/ peningkatan kegiatan permukiman dapat diukur melalui indikator kulitas air dan kualitas udara, oleh karena permukiman di wilayah pesisir dapat memiliki karakter diatas air maka indikator kualitas terumbu karang di wilayah penghalang (barrier) pantai dapat pula digunakan untuk menentukan indikasi daya dukung lingkungan untuk kegiatan pemukiman. Daya dukung lingkungan ini ditetapkan dalam ambang batas tertentu, ketika ambang batas lingkungan berada

diatas nilai ambang yang ditetapkan berarti kemampuan daya dukung lingkungan untuk mendukung kegiatan permukiman telah melampaui ambang batas.

D. Daya Dukung Infrastruktur

Sebagaimana yang telah diutarakan pada tabel indikator diatas bahwa indikator daya dukung infrastruktur untuk kegiatan permukiman dapat dinilai :

 Sistim pengolahan air bersih;

 Sistim pengolahan limbah rumah tangga;  Sistim transportasi;

 Sumber energi.

Ketersediaan air bersih merupakan faktor utama untuk mendukungkegiatan pemukiman, terutama diwilayah pesisir, dimana air bersih merupakan sumberdaya langka dan sensitif terhadap perubahan ekosistim perairan. Oleh karena kelangkaan air bersih di wilayah pesisir maka dibutuhkan sistim pengolahan air bersih yang mampu mensuplai kebutuhan air bersih untuk kegiatan permukiman, salah satu teknik sistim pengolahan air bersih ini adalah melalui proses desalinisasi.

(5)

Ketersediaan sistim pengolahan limbah rumah tangga juga menjadi faktor utama daya dukung infrastruktur bagi kegiatan permukiman, oleh karena kegiatan permukiman memproduksi limbah rumah tangga yang dalam batas tertentu dapat dinetralisir oleh ekosistim di wilayah pesisir secara alami melalui suatu proses bioremediasi. Oleh sebab itu untuk menghitung daya dukung infrastruktur ini dilakukan dengan menghitung kemampuan ekosistim alam untuk melakukan proses biotrofikasi limbah rumah tangga, kelebihan produksi limbah rumah tangga yang dibebankan ke jasa ekosistim pesisir akan menimbulkan ketidakseimbangan yang pada akhirnya akan menimbulkan penurunan daya dukung lingkungan untuk kegiatan permukiman di wilayah pesisir.

Daya dukung infrastruktur seperti sistim transportasi merupakan indikator yang dapat dijadikan acuan penilaian dengan cepat bagi kegiatan permukiman di wilayah pesisir. Sistim transportasi utama di wilayah pesisir adalah sistim transportasi darat dan sistim transportasi air (sungai dan laut). Kepadatan atau kongesti lalu lintas dan kapasitas moda transportasi dapat dijadikan kriteria penilaian daya dukungnya. Sumber energi merupakan kebutuhan utama bagi pembangunan di wilayah pesisir, oleh karena itu daya dukung infrastruktur permukiman dapat dinilai dari ketersediaan sumber energi berbanding dengan kebutuhan energi bagi permukiman.

1.3.2. Daya Dukung Kegiatan Pariwisata A. Daya Dukung Fisik

Kriteria penilaian daya dukung fisik untuk kegiatan pariwisata dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5

(6)

B. Daya Dukung Sosial/Demografi

Kriteria penilaian daya dukung sosial/demografi untuk kegiatan pariwisata antara lain :  Pertumbuhan jumlah wisatawan disuatu lokasi wisata harus memepertimbangkan

daya tampung lokasi sehingga tidak berdesakan yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat kenyamanan dan penurunan daya dukung kawasan.

 Pertumbuhan jumlah tenaga kerja sektor pariwisata harus mampu mendukung pertumbuhan jumlah wisatawan dari berbagai budaya dan negara, daya dukung menurun ketika jumlah wisatawan melampaui jumlah tenaga kerja yang mendukung kegiatan wisata.

C. Daya Dukung Lingkungan

Kriteria penilaian daya dukung lingkungan untuk kegiatan pariwisata antara lain :  Keindahan dan keunikan bentang alam di wilayah pesisir merupakan obyek yang

dapat menarik kegiatan pariwisata, oleh sebab itu penurunan kualitas keunikan bentang alam akan berdampak pada penurunan daya dukung lingkungan untuk kegiatan pariwisata.

 Kualitas terumbu karang di wilayah juga memiliki daya tarik wisata yang tinggi, namun kondisi intensitas kegiatan wisata yang melampaui daya tampung kawasan akan berdampak pada penurunan daya dukung lingkungan. Penilaian daya dukung ini dapat dilakukan dengan membandingkan kemampuan terumbu karang untuk beregenerasi dengan daya tampung kawasan.

 Kualitas mangrove memberikan fungsi penting dalam mendukung kegiatan pariwisata, namun demikian intensitas kegiatan wisata yang tinggi sebaliknya akan berpotensi untuk menurunkan kualitas mangrove, oleh sebab itu penilaian daya dukung dilakukan untuk menjaga keseimbangan wilayah untuk kegiatan wisata dan kualitas mangrove.

 Kualitas keanekaragaman hayati merupakan faktor penentu dan indikator yang dapat digunakan untuk menilai daya dukung lingkungan. Penurunan jenis keanekaragaman hayati dapat mengindikasikan bahwa kegiatan pariwisata telah melampaui daya dukung lingkungan wilayah pesisir.

D. Daya Dukung Infrastruktur

Kriteria penilaian daya dukung infrastruktur untuk kegiatan pariwisata antara lain :  Sistim pengolahan air bersih kurang dari kapasitas kebutuhan air bersih untuk

kegiatan pariwisata, untuk itu perlu dijabarkan komponen-komponen kegiatan wisata yang membutuhkan air bersih;

 Sistim pengolahan limbah harus dapat menampung produksi limbah dari kegiatan pariwisata sehingga tidak menyebabkan penurunan kualitas lingkungan perairan di wilayah pesisir. Kegiatan pariwisata yang melampaui daya dukung infrastruktur ini pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan ekosistim perairan di wilayah pesisir;  Sistim transportasi merupakan kriteria daya dukung infrastruktur dalam kegiatan

pariwisata. Perkembangan kegiatan pariwisataharus dibarengi dengan penyediaan jaringan transportasi yang memadai.

(7)

 Penyediaan energi merupakan faktor penting bagi keberlanjutanpembangunan pariwisata di wilayah pesisir, oleh sebab itu daya dukung lingkungan akan mengalami penurunan seiring dengan keterbatasan penyediaan energi di wilayah pesisir

1.3.3. Daya Dukung Kegiatan Industri A. Daya Dukung Fisik

Kriteria penilaian daya dukung fisik untuk kegiatan industri dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 6. Penilaian Daya Dukung Fisik Industri

B. Daya Dukung Sosial/Demografi

Kriteria penilaian daya dukung sosial/demografi untuk kegiatan industri adalah:

 Jumlah tenaga kerja, kegiatan industri akan menyerap sejumlah Tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan kegiatan industri tersebut. Industri yang maju, membutuhkan tenaga kerja tidak banyak tapi memiliki ketrampilan yang tinggi sebaliknya industri tradisional membutuhkan tenaga kerja yang banyak walaupun skillnya rendah (padat karya). Daya dukung sosial diukur dari kemampuan daerah tersebut untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dari kegiatan industri yang ada di daerah tersebut. C. Daya Dukung Lingkungan

Kriteria penilaian daya dukung lingkungan untuk kegiatan industri antara lain :

 Kualitas air dan udara, kegiatan industri akan menghasilkan polusi udara dan polutan cair yang menganggu kualitas udara dan air di daerah tersebut yang diidikasikan dengan kualitas kesehatan daerah setempat.

 Kualitas terumbu karang, limbah kegiatan industri yang dibuang ke laut bisa`menyebabkan kerusakan terumbu karang. Kerusakan karang akan menyebabkan terganggunya biota laut daerah tersebut.

 Kualitas keanekaragaman hayati, polusi juga akan menyebabkan perubahan keanekaragaman hayati karena terganggu oleh kegiatan industri.

D. Daya Dukung Infrastruktur

Kriteria penilaian daya dukung infrastruktur untuk kegiatan pelabuhan antara lain:  Sistim pengolahan air bersih, indusri akan membutuhkan air bersih lebih besar, oleh

karena itu perlu sistem pengolahan air bersih yang tidak mengan ggu ketersedian air bersih untuk kegiatan lainnya.

 Sistim pengolahan limbah industri, dampak utama dari kegiatan industri adalah limbahnya, maka dibutuhkan suatu sistim pengolahan limbah yang dapat memproses limbah dari kegiatan industri menjadi lebih aman terhadap lingkungan.

(8)

 Sistim transportasi, kegiatan industri memerlukan sistem transpotrasi untuk

memasarkan hasil produksi dan kebutuhan bahan bakunya. System transportasi yang baik memungkinkan kegiatan industri menjadi lebih berkembang, sedangkan system transportasi yang tidak baik akan menganggu kegiatan industri secara menyeluruh.  Energi, kegiatan indusri memerlukan pasokan energi yang juga besar. Ketersediaan

sumber energi yang besar akan membantu berkembangnya kegiatan industri di daerah tersebut.

1.4. Metode Penilian Daya Dukung

Metode penilaian daya dukung diwilayah pesisir dapat dilakukan melalui beberapa metode yang disesuaikan dengan isu dan permasalahan yang ingin diselesaikan. Pada dasarnya metode penilaian daya dukung ini dapat dilakukan melalui pendekatan :

A. Analisis Bentang Lahan dan Pola Penggunaan Lahan Wilayah Pesisir; B. Pemodelan Dinamika Sistem Untuk Perencanaan Wilayah Pesisir.

1.4.1. Analisis Bentang Lahan dan Pola Penggunaan Lahan Wilayah Pesisir

Pendekatan ini digunakan untuk mendapatkan gambaran interaksi atau kesalinghubungan antar elemen lingkungan alami dengan elemen lingkungan binaan dalam wilayah pesisir. Pengelompokkan dilakukan untuk mendapatkan gambaran homogenitas karakteristik masing-masing elemen lingkungan yang terdapat dalam ruang. Input data diperoleh dari data peta spasial. Untuk elemen alami digunakan peta-peta seperti peta topografi, bathimetri, curah hujan, geologi dan hidrografi. Sedangkan untuk elemen binaan dapat digunaan peta dari data lapangan seperti zonasi wilayah, peta penggunaan lahan, kondisi sosial, kondisi ekonomi. Dari peta-peta yang dipeoleh akan menunjukkan penampakkan lingkungkungannya baik yang alami maupun binaan. Penampaan lingkungan alami ditambah klasifikasi tapak akan menghasilkan kelompok bentang alami. Analisa perbandingan antara kelompok bentang alami dan binaan yang diperoleh kelompok bentang wilayah pesisir dan lautan. Jika kelopok bentang wilayah pesisir dan lautan sudah diketahui maka diperoleh klasifikasi bentang lahan wilayah pesisir dan penilaian menyeluruh bentang lahan wilayah pesisir. Dua komponen ini dapat digunakan untuk pernilaian daya dukung wilayah pesisir dengan memonitor perubahannya tiap jangka waktu tertentu.

1.4.2. Pemodelan Dinamika Sistem Untuk Perencanaan Wilayah Pesisir

Dengan sifatnya yang lebih dinamis dan terbuka maka pemodelan dinamika sistem dapat digunakan untuk merencanakan model pengembangan disuatu kawasan pesisir. Pemodelan dinamika sistem dapat menggambarkan hubungan dan perilaku parameter-parameter yang dipakai pada model pengembangan kawasan pesisir tersebut.

Parameter-parameter utama yang dapat digunakan untuk penilaian daya dukung di wilayah pesisir adalah :

1. Jumlah penduduk 2. Kebutuhan Lahan 3. Pertumbuhan Ekonomi

Setelah menentukan parameter utama maka bisa ditelusuri variabel – variabel yang mempengaruhi masing-masing parameter. Dengan mengetahui persamaan dan hubungan

(9)

masing-masing variabel maka model dinamika sistim untuk penilaian daya dukung wilayah pesisir dapat dibuat. Pemodelan dinamika sistem bisa memberikan gambaran kepada perencana tentang:

1. Gambaran keterkaitan antar variabel-variabel yang mempengaruhi kondisi wilayah pesisir

2. Pola perubahan dari masing-masing variabel tiap satuan waktu.

Dengan mengetehui pola perilaku dan hubungan antar perameterdiharapkan perencana dapat membuat kebijakan-kebijakan yang palingsesuai untuk dikembangkan pada kawasan tersebut.

Gambar 4.

Contoh Diagram Model Dinamika Sistim Daya Dukung Wilayah Pesisir

1.4.3. Pendekatan Penilaian Batas Perubahan Yang Dapat Diterima (Limit of AccaptebIe Changes)

Pendekatan batas perubahan yang dapat diterima ini menjawab pertanyaan seberapa besar perubahan yang diperbolehkan disuatu tempat dan tindakan-tindakan apa yang diperlukan untuk mengontrol perubahan tersebut. Dengan demikian pendekatan ini meliputi dua kegiatan yakni :

- Melakukan penilaian besarnya perubahan yang dapat diterima;

- Menjabarkan tindakan-tindakan untuk melindungi atau menerima perubahan tersebut. Tahapan pendekatan batas perubahan yang dapat diterima ini adalah :

(10)

2. Mendefinisikan elemen kegiatan dan menjabarkan kondisi-kondisi yang dapat diterima oleh ‘stakeholders’

3. Menentukan indikator-indikator sumberdaya dan indikator-indikator sosial 4. Inventarisasi sumberdaya dan kondisi sosial

5. Menentukan standar-standar yang dapat diukur untuk indikator sumberdaya dan indikator sosial sebagaimana yang dijabarkan padatahap 3.

6. Mengidentifikasi alternatif-alternatif untuk mengalokasikan elemenelemen. 7. Menentukan tindakan pengelolaan untuk setiap alternatif.

8. Mengevaluasi dan menetapkan alternatif alokasi yang lebih diinginkan 9. Implementasi dan Monitoring.

Gambar

Tabel 6. Penilaian Daya Dukung Fisik Industri

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ini tidak berarti bahwa pewarnaan imunositokimia TTF-1 tidak bermakna dalam menentukan perbedaan antara adenokarsinoma dan KSS pada pene- litian ini, karena

Lembaga pendidikan yang didominasi swasta sebatas pengetahuan penulis telah lama.. dikembangkan oleh gerakan Islam seperti NU, Muhammadiyah, Persis,

Populasi adalah sehimpunan individu atau kelompok individu suatu jenis makhluk hidup yang tergolong dalam satu spesies (atau kelompok lain yang dapat melangsungkan interaksi

Selain itu kampanye ini juga tidak cukup hanya meningkatkan kesadaran tapi juga mampu memberikan wawasan dasar pada masyarakat tentang apa yang harus dilakukan

APPENDIX C ; The licores of the Posttest from the Experimental Group. and

Publikasi Kecamatan Pujer Dalam Angka Tahun 2015 diterbitkan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan data statistik yang lengkap, akurat dan mutakhir, yang

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah melihat kemampuan Aspergillus wentii dalam menghasilkan asam sitrat melalui proses fermentasi dengan menggunakan limbah kulit

belanja barang untuk kegiatan nonoperasional, meliputi belanj a bahan, belanja barang transito, belanj a honor output kegiatan, belanja rugi selisih kurs uang