18
A. Pengertian Pendidikan Karakter
Karakter adalah istilah serapan dari bahasa inggris character. “karakter” adalah kata benda yang memiliki arti: (1) kualitas-kualitas
pembeda; (2) kualitas-kualitas positif; (3) reputasi; (4) seseorang dalam buku atau film; (5) orang yang luar biasa; (6) individu dalam kaitannya dengan kepribadian; (7) huruf atau simbol; dan (8) unit data komputer. Arti pada nomor (7) dan (8) ini tidak relevan dengan kajian pendidikan karakter. Di samping itu terdapat kata karakteristik (characteristic) yang masih juga kata benda yang artinya: fitur (ciri) pembatas (defining feature), sebuah fitur atau kualitas yang membuat seseorang atau suatu hal dapat dikenali. Kata sifat untuk karakter adalah “khas” (typical), artinya pembeda atau mewakili seseorang atau hal tertentu. Tentang “karakter” dan “karakteristik “ ini dapat disimpulkan melalui kalimat berikut: “Ia memiliki karakter herois” dan “karakteistiknya yang herois telah membuatnya memiliki nasib yang
menyedihkan tersebut.” 1
Karakter, secara lebih jelas, mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behavior), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual, seperti berpikir kritis dan alasan moral, perilaku
1Dharma Kesuma, Cepi Triatna, dan Johar Permana, Pendidikan Karakter: Kajian Teori
seperti jujur dan bertanggungjawab, mempertahankan prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan emosional yang memungkinkan sesorang berinteraksi secara efektif dalam berbagai
keadaan, dan komitmen untuk berkontribusi dengan komunitas
masyarakatnya. Dari kata “karakter” kemudian berkembang “karakteristik”. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, sosial, emosional, dan etika). Individu yang berkarakter baik
adalah seseorang yang berusaha melakukan hal yang terbaik.2
Menurut David Elkind dan Freddy Sweet, Ph.D., yang dimaksud dengan pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Dalam hal ini, guru membantu membentuk watak peserta didik agar senantiasa positif. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan caranya berperilaku, berbicara, ataupun
menyampaikan materi, bertoleransi, serta berbagai hal terkait lainnya.3
Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesame manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan kamil. 4
2 Ngainun Naim, Character Building (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 55. 3 Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogyakarta: Laksana, 2011), hlm. 11.
B. Metode Pembiasaan Sebagai Pembentukan Karakter
Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman, yang dibiasakan itu adalah sesuatu yang diamalkan. Pembiasaan menempatkan manusia sebagai sesuatu yang istimewa, yang dapat menghemat kekuatan, karena akan menjadi kebiasaan yang melekat dan spontan, agar kekuatan itu dapat dipergunakan untuk berbagai kegiatan dalam setiap pekerjaan dan aktivitas lainnya. Pembiasaan dalam pendidikan hendaknya dimulai sedini mungkin. Rasulullah Saw. Memerintahkan kepada orangtua, dalam hal ini para pendidik agar mereka menyuruh anak-anak mengerjakan shalat, tatkala mereka berumur tujuh tahun.
Membiasakan anak shalat, lebih-lebih dilakukan secara berjamaah itu penting. Dalam kehidupan sehari-sehari pembiasaan itu merupakan hal sangat penting. Karena banyak dijumpai orang berbuat dan berperilaku hanya karena kebiasaan semata-mata. Pembiasaan dapat mendorong mempercepat perilaku, dan tanpa pembiasaan hidup seseorang akan berjalan lamban, sebab sebelum melakukan sesuatu harus memikirkan terlebih dahulu apa yang akan
dilakukannya.5
Dalam bidang psikologi pendidikan, metode pembiasaan dikenal dengan istilah operan conditioning, mengajarkan peserta didik untuk membiasakan perilaku terpuji, disiplin, giat belajar, bekerja keras, ikhlas, jujur, dan bertanggungjawab atas setiap tugas yang telah diberikan. Metode
pembiasaan ini perlu diterapkan oleh guru dalam pembentukan karakter, untuk membiasakan peserta didik dengan sifat-sifat baik dan terpuji, impuls-impuls positif menuju neokortek agar tersimpan dalam sistem otak, sehingga aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik terekam secara positif. Demikian halnya untuk membangkitkan apa-apa yang telah masuk dalam otak bawah sadar, peserta didik harus dilatih dan dibiasakan dalam setiap pembelajaran dan kehidupan sehari-hari. Pembiasaan akan membangkitkan internalisasi nilai dengan cepat, karena nilai merupakan suatu penetapan kualitas terhadap objek yang menyangkut suatu jenis aspirasi atau minat.
Penerapan metode pembiasaan dapat dilakukan dengan membiasakan anak untuk mengerjakan hal-hal positif dalam keseharian mereka. Dalam menerapkan metode pembiasaan, seorang guru dapat mengajarkan beberapa hal, misalnya berdoa sebelum dan sesudah makan, makan dengan adab makan yang baik, selalu mengucap dan menjawab salam, menghormati guru dan menyayangi teman, berdoa, bangun pagi, mau antri dengan temannya, melaksanakan pembiasaan-pembiasaan mencuci sebelum makan, membuang sampah pada tempatnya, meletakkan sepatu di tempat sepatu, mengembalikan permainan sesuai dengan tempatnya setelah permainan, dan pembiasaan
buang air kecil di kamar mandi. 6
Sangatlah penting juga anak dibiasakan untuk menghafal surat-surat pendek maupun beberapa hadits nabi. Masa anak usia dini merupakan masa absorbent mind (pikiran yang menyerap), di mana anak akan mudah
6 Muhammad Fadlilah dan Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) hlm. 177.
menyerap hal-hal yang dibiasakan. Oleh sebab itu, hafalan sangat efektif diterapkan pada anak usia dini. Akan tetapi, pemberian hafalan hendaknya diberikan semampu anak dan tidak membuat anak tertekan, dengan anak menghafal, nantinya anak diharapkan memahami apa yang dihafalkan.
Dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan secara rutinitas, anak usia dini dapat melakukan kebiasaan-kebiasaan tersebut dengan sendirinya tanpa diperintah. Anak didik akan melakukan rutinitas tersebut dengan sadar tanpa adanya paksaan, karena anak telah terbiasa melakukan rutinitas tersebut dengan sadar tanpa adanya paksaan, karena anak telah terbiasa melakukan rutinitas setiap harinya. Metode pembiasaan sangat penting untuk mendidik anak usia dini. Dengan pembiasaan secara langsung, anak telah dajarkan disiplin dalam melakukan dan menyelesaikan suatu kegiatan. Disebabkan pembiasaaan berintikan pengulangan, metode pembiasaan juga berguna untuk menguatkan hafalan.
C. Cara Pelaksanaan Pembiasaan di Sekolah
Pendidikan melalui pembiasaan dapat dilaksanakan secara terprogram dalam pembelajaran, dan secara tidak terprogram dalam kegiatan sehari-hari: 1. Kegiatan pembiasaan terprogram dalam pembelajaran dapat dilaksanakan
dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu untuk mengembangkan pribadi peserta didik secara individual, kelompok, dan atau klasikal sebagai berikut:
a. Biasakan peserta didik untuk bekerja sendiri, menemukan
sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan,
keterampilan, dan sikap baru dalam setiap pembelajaran. b. Biasakan melakukan kegiatan inkuiri dalam pembelajaran. c. Biasakan peserta didik untuk bertanya dalam setiap
pembelajaran.
d. Biasakan belajar secara kelompok untuk menciptakan “masyarakat belajar”.
e. Guru harus membiasakan diri menjadi model dalam setiap pembelajaran.
f. Biasakan melakukan refleksi pada setiap akhir pembelajaran. g. Biasakan melakukan penilaian yang sebenarnya, adil, dan
transparan dengan berbagai cara.
h. Biasakan peserta didik untuk bekerja sama, dan saling menunjang.
i. Biasakan untuk belajar dari berbagai sumber.
j. Biasakan peserta didik untuk sharing dengan temannya. k. Bisakan peserta didik untuk berpikir kritis.
l. Biasakan untuk bekerja sama dan memberikan laporan kepada orang tua peserta didik terhadap perkembangan perilakunya. m. Biasakan peserta didik untuk berani menanggung risiko. n. Biasakan peserta didik tidak mencari kambing hitam. o. Biasakan peserta didik terbuka terhadap kritikan.
p. Biasakan peserta didik mencari perubahan yang lebih baik. q. Biasakan peserta didik terus menerus melakukan inovasi dan
improvisasi demi perbaikan selanjutnya.
2. Kegiatan pembiasaan secara tidak terprogram dapat dilaksanakan sebagai berikut:
a. Rutin, yaitu pembiasaan yang dilakukan terjadwal, seperti upacara bendera, senam, shalat berjamaah, keberaturan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri.
b. Spontan, adalah pembiasaan tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, antri, mengatasi silang pendapat (pertengkaran).
c. Keteladanan, adalah pembiasaan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti: berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang lain,
datang tepat waktu.7
D. Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter di Indonesia telah dikembangkan menjadi beberapa nilai. Terdapat delapan belas nilai pendidikan karakter yang wajib diterapkan di setiap proses pendidikan atau pembelajaran. Nilai-nilai
pendidikan karakter yang dimaksud sebagai berikut:8
1. Religius
Religius ialah sikap dan perilkau yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Sikap religius ini dapat ditanamkan kepada anak usia dini dengan memberikan berbagai kegiatan keagamaan untuk anak. Misalnya, mengajarkan anak melaksanakan shalatsecara bersama-sama, melatih anak berdoa sebelum makan, dan menanamkan sikap saling menghormati terhadap teman sebaya yang memiliki agama berbeda.
2. Jujur
Jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
Pendidik dapat melatih anak berperilaku jujur dengan cara bermain jual-beli atau bisa juga orang tua menyuruh sang anak membelikan barang di suatu toko dengan diberi uang lebih. Kemudian, sang anak diperintahkan untuk menyerahkan uang kembalian dari toko yang masih
sisa. Apabila anak dibiasakan seperti ini, lama-kelamaan anak akan menjadi terbiasa.
3. Toleransi
Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Saling menghargai merupakan cerminan dari sikap toleransi. Sikap ini dapat ditanamkan kepada anak sejak dini. Cara yang dapat dilakukan, yaitu dengan melatih anak untuk saling mengasihi dan menyayangi kepada sesama tanpa mengenal perbedaan anak. Dalam kegiatan pembelajaran masing-masing anak dilatih untuk berpendapat dengan cara mengadakan diskusi kecil. Selanjutnya, anak diperintahkan menghargai pendapat temannya. Misalnya, mendengarkan dengan baik dan tidak boleh mentertawakannya.
4. Disiplin
Disiplin ialah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Kedisiplinan dapat dilakukan dan diajarkan kepada anak di sekolah maupun di rumah dengan cara membuat semacam peraturan atau tata tertib yang wajib dipatuhi oleh setiap anak.
Peraturan dibuat secara fleksibel, tetapi tegas. Dengan kata lain, peraturan menyesuaikan dengan kondisi perkembangan anak, serta dilaksanakan dengan penuh ketegasan. Apabila ada anak yang melanggar, harus menerima konsekuensi yang telah disepakati. Oleh karena itu,
supaya peraturan dapat berjalan dengan baik, hendaknya orangtua maupun pendidik menyosialisasikan terlebih dahulu kepada anak-anak.
5. Kerja keras
Kerja keras merupakan perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugs dan sebaik-baiknya. Perilaku kerja keras sekarang ini sudah mulai hilang dari generasi muda. Kebanyakan dari mereka menginginkan sesuatu yang praktis dan tidak mau bersusah payah atau berusaha sendiri. Sikap seperti ini akan mendorong munculnya sifat-sifat ketergantungan pada orang lain bila tidak segera diatasi. Untuk itu, penting kiranya mengenalkan anak untuk bekerja keras sejak dini.
6. Kreatif
Kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membuat anak menjadi kreatif. Diantaranya dengan memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk berekspresi sesuai dengan keinginannya. Namun, tetap harus dipantau dan dibimbing dengan baik.
Melatih kreativitas anak dapat dilakukan melalui kegiatan alam maupun kegiatan buatan manusia. Kegiatan alam maksudnya, dalam mengembangkan kreativitas anak, media yang digunakan ialah dengan menggunakan bahan alam yang telah tersedia, seperti tanah liat, pasir, dan daun-daunan. Bahan alam ini kemudian dibuat suatu benda sesuai dengan keinginan dan imajinasi anak.
7. Mandiri
Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Mandiri bagi anak sangat penting. Dengan mempunyai sifat mandiri, anak tidak akan mudah bergantung kepada orang lain. Banyak yang menyebutkan bahwa anak sulit mengalami kemandirian karena seringnya dimanja dan dilarang mengerjakan ini dan itu. Misalnya, makan selalu disuapin, belajar memotong-motong sayur di dapur dilarang, ikut mencuci baju dimarahin, dan lain sebaginya.
8. Demokratis
Yaitu, cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Sikap demokratis adalah bagaimana setiap anak belajar saling menghargai dan memberikan kesempatan yang sama kepada orang lain. Dalam hal ini anak diberikan kesempatan untuk berpendapat, meskipun pendapat atau perkataannya masih sulit untuk dimengerti dan dipahami. Setiap anak ada yang bertanya, didengarkan, dan dijawab dengan sebaik-baiknya, kalau bias menyesuaikan dengan tingkat perkembangannya.
9. Rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Salah satu karakter dasar anak usia
dini ialah mempunyai sifat rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Anak-anak seperti ini biasanya akan selalu bertanya tanpa henti.
10. Semangat kebangsaan
Semangat kebangsaan merupakan cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Supaya sifat semangat kebangsaan ini terus berlanjut, sejak dini anak sudah harus dikenalkan dengan semangat kebangsaan. Hal ini dapat dilakukan dengan belajar yang rajin dan melaksanakan program-program pemerintah yang lain, seperti belajar untuk tidak korupsi dan belajar berlalu lintas dengan baik. Selain itu, masih banyak contoh-contoh lain yang dapat dikembangkan sesuai dengan lingkup masing-masing. Intinya ialah bagaimana dalam diri anak tertanam untuk selalu mementingkan kepentingan bersama, bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan.
11. Cinta tanah air
Cinta tanah air merupakan cara berpikir, bertindak, dan berbuat yang menunjukkan kesetian, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
Dalam hubungannya dengan pendidikan anak usia dini, pendidikan cinta tanah air dapat ditanamkan dengan cara mengenalkan kebudayaan-kebudayaan Indonesia, khususnya kebudayaan-kebudayaan daerahnya masing-masing.
Di samping itu, perlu juga diberikan arahan untuk memelihara fasilitas-fasilitas umum dengan baik, seperti menjaga kebersihan. Kemudian, tidak lupa dikenalkan dan diajarkan pula dengan lagu-lagu yang sifatnya nasionalis yang dapat membangkitkan semangatnya untuk cinta terhadap tanah air, seperti “Indonesia Raya”, “Hari Merdeka”, dan “Padamu Negeri”.
12. Menghargai prestasi
Menghargai prestasi yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.
Dengan memberikan penghargaan terhadap hasil karya anak, tentu akan lebih disukai anak-anak dan secara tidak langsung akan membangkitkan motivasi dan semangat anak-anak untuk terus belajar dan membuat suatu karya yang lebih baik lagi. Untuk itu, penting rasanya penghargaan bagi anak-anak, terutama yang memiliki prestasi di bidang atau keahlian masing-masing.
13. Bersahabat atau komunikatif
Bersahabat atau komunikatif yaitu tindakan yang memperlihatkan rasa senang bicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Dalam tujuan melatih anak-anak bersahabat dan berkomunikasi ialah dengan cara mengadakan kegiatan bermain secara berkelompok.
14. Cinta damai
Cinta damai ialah sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Sikap cinta damai ini dapat dilakukan dengan selalu melatih anak untuk mengucapkan maaf bila melakukan kesalahan, memohon izin bila akan melakukan sesuatu yang melibatkan orang lain, dan meminta tolong bila membutuhkan bantuan orang lain.
15. Gemar membaca
Gemar membaca ialah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. Dalam pendidikan anak usia dini, budaya membaca anak-anak ini dapat difasilitasi dengan cara menyediakan ruang membaca yang menyenangkan dan menyediakan buku-buku bacaan sesuai dengan tingkat dan karakteristik perkembangan anak. Mulai membaca komik atau cerita-cerita pendek yang menarik bagi kehidupannya.
16. Peduli lingkungan
Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli sosial
Peduli yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung jawab
Tanggung jawab yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Mahas Esa.
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter
Proses pembentukan karakter pada seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor khas yang ada dalam diri orang yang bersangkutan yang sering disebut factor endogen dan oleh lingkungan atau yang sering disebut faktor eksogen, dan antara keduanya terjadi interaksi.
1) Faktor Endogen
Faktor endogen boleh dikatakan berada di luar jangkauan masyarakat. Segala sesuatu yang berada dalam pengaruh kita, baik sebagai individu maupun bagian dari masyarakat, adalah faktor lingkungan, jadi, dalam usaha pengembangan karakter pada tataran individu dan masyarakat, fokus perhatian kita adalah faktor yang bisa kita pengaruhi, yaitu pada pembentukan lingkungan. Dalam pembentukan lingkugan inilah peran lingkungan pendidikan menjadi sangat penting, bahkan sangat sentral, karena pada dasarnya karakter adalah kualitas pribadi seseorang yang terbentuk melalui proses belajar, baik secara formal maupun informal.
Jadi pendidikan karakter dalam arti luas pada dasarnya adalah menyiapkan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan interaksi diantara faktor khas yang ada dalam diri seseorang dan lingkungannya
memberikan kontribusi maksimal untuk menguatkan dan
mengembangkan kebajikan yang ada dalam diri orang yang
bersangkutan.9
2) Faktor Eksogen
Secara normatif, pembentukan atau pengembangan karakter yang baik memerlukan kualitas lingkungan yang baik pula. Dari sekian banyak faktor lingkungan yang berperan dalam pembentukan karakter, berikut peran beberapa faktor yang mempunyai pengaruh besar, diantaranya:
a) Keluarga
Keluarga adalah komunitas pertama yang menjadi tempat bagi seseorang, sejak usia dini, belajar konsep baik dan buruk, pantas dan tidak pantas, benar dan salah. Dengan kata lain, di keluargalah seseorang, sejak dia sadar lingkungan, belajar tata nilai yang diyakini seseorang akan tercermin dalam karakternya, di
keluargalah proses pendidikan karakter seharusnya berawal.10
Pertama dan utama, pendidikan di keluarga ini akan menentukan seberapa jauh seorang anak dalam prosesnya menjadi
9Tim Pakar Yayasan Jati Diri Bangsa, Pendidikan Karakter di Sekolah (Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 2011), hlm. 44.
10 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 318.
orang yang lebih dewasa memiliki komitmen terhadap nilai moral tertentu dan menentukan bagaimana dia melihat dunia sekitarnya, seperti memandang orang lain yang tidak sama dengan dia, berbeda status sosial, berbeda suku, berbeda agama, berbeda ras, berbeda latar belakang budaya.
b) Sekolah
Bagi orang tua, sekolah diharapkan menjadi salah satu
tempat atau lingkungan yang dapat membantu anak
mengembangkan karakter yang baik. Albert Enstein menekankan, agar siswa mendapat pemahaman dan penghayatan yang dalam terhadap tata nilai, dia harus mengembangkan kepekaan yang tinggi terhadap keindahan dan moralitas. Jika tidak, dia dengan pengetahuannya yang sangat khusus akan lebih menyerupai anjing yang terlatih baik daripada orang yang telah tumbuh dan berkembang secara harmonis. Hal senada ditegaskan juga oleh Slamet Iman santoso, yang menyatakan bahwa pembinaan watak
adalah tugas utama pendidikan.11
c) Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan seseorang. Salah satu bagian dari lingkungan masyarakat adalah teman sepergaulan. Adakalanya pengaruh teman sepergaulan tidak sejalan dengan pengaruh
keluarga, bahkan bertentangan. Dalam kasus seperti ini, kita sering membaca bahwa beberapa orang tua terperanjat ketika mengetahui anaknya terlihat atau terseret dalam kebiasaan yang tidak baik. Kita yakin bahwa tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya terperangkap oleh narkoba. Namun, makin banyak anak yang
tergoda untuk mencoba karena berkali-kali dibujuk temannya.12
F. Komponen Pendukung dalam Pendidikan Karakter
Sebagaimana halnya dunia pendidikan pada umumnya, pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mensyaratkan keterlibatan banyak pihak di dalamnya. Kita tidak bisa menyerahkan tugas pengajaran, terutama dalam rangka mengembangkan karakter peserta didik, hanya semata-mata kepada guru. Sebab setiap peserta didik memiliki latar belakang yang berbeda, yang ikut menentukan kepribadian dan karakternya. Oleh karena itu, guru, orang tua, maupun masyarakat seharusnya memiliki keterlibatan, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses ini.
Selain itu, ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam rangka menjalankan pendidikan karakter. Di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Partisipasi Masyarakat
Dalam hal ini, masyarakat meliputi tenaga pendidik, orang tua, anggota masyarakat, dan peserta didik itu sendiri. Semua komponen
tersebut hendaknya dapat bekerja sama dan saling membantu memberikan masukan, terutama mengenai langkah-langkah penanaman karakter bagi peserta didik.
Oleh sebab itu, setiap sekolah yang akan menerapkan pendidikan karakter bagi peserta didiknya harus memiliki badan khusus yang dibentuk sebagai sarana komunikasi antara peserta didik, tenaga pendidik, orang tua, dan masyarakat. Badan ini bertugas membicarakan konsep dan nilai-nilai yang diperlukan untuk mendidik karakter peserta didik.
2) Kebijakan Pendidikan
Meskipun pendidikan karakter lebih mengedepankan aspek moral dan tingkah laku, namun bukan berarti sama sekali tidak menetapkan kebijakan-kebijakan, sebagaimana dalam dunia pendidikan formal pada umumnya.
Sekolah tetap menetapkan landasan filosofi yang tepat dalam membuat pendidikan karakter, serta menentukan dan menetapkan tujuan, visi dan misi, maupun beberapa kebijakan lainnya. Hal ini bisa dilakukan dengan mengadopsi dari kebijakan pendidikan formal atau kebijakan baru. 3) Kesepakatan
Bagaimanapun penting dan mendesaknya lembaga pendidikan menerapkan pendidikan karakter sebagai tambahan kurikulum di dalamnya, namun bukan berarti kebijakan itu ditetapkan secara sepihak. Sekolah harus mengadakan pertemuan dengan orang tua peserta didik terlebih dahulu dengan melibatkan tenaga guru dan perwakilan masyarakat
guna mencari kesepakatan-kesepakatan di antara mereka. Pertemuan itu bertujuan memperoleh kesepakatan pemahaman tentang definisi pendidikan karakter, fungsi dan manfaatnya, serta cara mewujudkannya. 4) Kurikulum Terpadu
Agar tujuan penerapan pendidikan karakter dapat berjalan dengan maksimal, sekolah perlu membuat kurikulum terpadu di semua tingkatan kelas. Mengapa demikian? Karena setiap peserta didik memiliki hak yang sama untuk mendapatkan materi mengenai pengembangan karakter.
Oleh karena itu, meskipun pendidikan karakter perlu diperkenalkan sejak dini, namun bukan berarti tidak berlaku bagi peserta didik yang sudah dewasa. Salah satu cara penerapannya adalah melalui pemberlakuan kurikulum terpadu dengan semua mata pelajaran.
5) Pengalaman Pembelajaran
Pendidikan karakter sebenarnya lebih menitikberatkan pada pengalaman daripada sekedar pemahaman. Oleh karena itu, melibatkan peserta didik dalam berbagai aktivitas positif dapat membantunya mengenal dan mempelajari kenyataan yang dihadapi.
Pelayanan yang baik oleh seorang guru berupa kerja sama, pendampingan, dan pengarahan optimal, yang merupakan komponen yang perlu diberlakukan secara nyata. Sebab, hal itu akan memberikan kesan positif bagi peserta didik dan mempengaruhi cara berpikir sekaligus karakternya.
6) Bantuan Orang Tua
Untuk mendukung keberhasilan, pihak sekolah hendaknya meminta orang tua peserta didik untuk ikut terlibat memberikan pengajaran karakter ketika peserta didik berada di rumah. Bahkan, sekolah perlu memberikan gambaran umum tentang prinsip-prinsip yang diterapkan di sekolah dan di rumah, seperti aspek kejujuran, kerjasama, dan lain sebagainya.
Tanpa melibatkan peran orang tua di rumah, berarti sekolah akan tetap kesulitan menerapkan pendidikan karakter terhadap peserta didik. Sebab interaksinya justru lebih banyak dihabiskan di rumah bersama keluarga.
7) Pengembangan Staf
Perlu disediakan waktu pelatihan dan pengembangan bagi para staf di sekolah sehingga mereka dapat membuat dan melaksanakan pendidikan karakter secara berkelanjutan. Hal itu termasuk waktu untuk diskusi dan pemahaman dari proses dan program, serta demi menciptakan rencana pelajaran dan kurikulum selanjutnya. Perlu diingat bahwa semua pihak di sekolah merupakan sarana yang perlu dimanfaatkan untuk membantu menjalankan pendidikan karakter.
8) Program
Program pendidikan karakter harus dipertahankan dan diperbarui melalui pelaksanaan dengan perhatian khusus pada tingkat komitmen yang tinggi dari atas, dana yang memadai, dukungan untuk koordinasi distrik staf yang berkualitas tinggi, pengembangan professional berkelanjutan dan
jaringan, serta dukungan sistem bagi guru yang melaksanakan program tersebut.13