• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan

1. Profil Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan

Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Bayang

Alamat : Jl. Bundo kandung No. 77 Pasar Baru, Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan

Jumlah Siswa : 556 Tahun didirikan : 1979 Status Tanah : Pemerintah

Luas tanah : 8307m2

2. Visi dan Misi SMP Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan

Visi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang“ Unggul

dalam Prestasi Berlandaskan Iman dan Takwa”

Adapun misi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang adalah:

a. Meningkatkan dan mengembangkan isi kurikulum

b. Meningkatkan dan mengembangkan tenaga pendidik dan kependidikan c. Meningkatkan standar kelulusan

d. Meningkatkan standar proses pembelajaran

(2)

f. Meningkatkan latihan praktek ibadah dan pembiasaan akhlak mulia g. Meningkatkan prestasi akademik

h. Meningkatkan pengembangan kegiatan ekstrakurikuler i. Meningkatkan mutu kelembagaandan manajemen afektif

j. Mengembangkan dan meningkatkan lingkungan yang asri, nyaman dan kondusif.

3. Administrasi dan Personalia Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan

Kepala Sekolah : Alwis, S.Pd Waka Kurikulum : Asrizal S.Pd Waka Sarpras : Dra. Yuhelsi Aziz Waka Kesiswaan : Irwan Uspia, S.Pd Pembina Osis : Yuharni, S.Pd

Kepala Labor : Hj. Munasniarti, S.Pd

4. Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan

Ruang Kepala Sekolah : 1

Ruang Guru : 1

Perpustakaan : 1

Laboratarium : Labor IPA: 2 Labor Computer: 1

Ruang Bp/Bk : 1

Ruang Belajar : Kelas VII: 7, Kelas VIII : 8 Dan Kelas IV:7

(3)

Musallah :1

Wc : Siswa 2, Guru 2

Pada deskripsi hasil penelitian ini, Peneliti akan memaparkan hasil penelitian tentang Implementasi penilaian autentik pada bidang studi Pendidikan Agama Islam kelas VII di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan. Adapun pembahasannya sebagai berikut.

B. Perencanaan Penilaian Autentik Kurikulum 2013 pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Kelas VII di Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan

Penilaian dalam proses pendidikan merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dari komponen lain, khususnya pembelajaran. Penilaian merupakan proses pengumpul an dan pengolahan informasi untuk mengukur penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.

Setelah mengetahui kelemahan dan kekuatanya, guru dan siswa memiliki arah yang jelas mengenai apa yang harus diperbaiki dan dapat melakukan refleksi mengenai apa yang dilakukanya dalam proses pembelajaran. Bagi guru, hasil penilaian dapat digunakan sebagai dasar dan arah pengembangan pembelajaran remedial atau program pengayaan bagi

(4)

peserta didik yang membutuhkan, serta memperbaiki Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan proses pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Penilaian yang akan dilakukan adalah penilaian autentik, penilaian yang terdapat pada kurikulum 2013. Penilaian autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya. Dalam melakukan penilaian seorang guru harus memahami proses penilaian mulai dari perencanaan sampai pada pelaporan nilai itu sendiri. Proses perencanaan dan persiapan pembelajaran merupakan persyaratan utama dalam rangka menentukan keberhasilan kegiatan belajar.

Keberhasilan suatu pembelajaran diawali dengan perencanaan yang sangat matang. Bila perencanaan dilakukan dengan baik, maka 50% keberhasilan sudah tercapai dan 50% lagi terletak pada pelaksanaan. Sama halnya dengan penilaian yang harus melewati serangkaian perencanaan sebelum melakukan penilaian. Pada SMP Negeri 2 Bayang kegiatan persiapan atau perencanaan penilaian dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI). Perencanaan penilaian dilakukan dengan mengacu kepada standar yang telah ada agar hasil penilaianya akurat dan dapat dipercaya. Pentingnya membuat rencana penilaian menurut Ibu Desi Susanti adalah

“Perencanaan merupakan suatu hal yang sangat penting apalagi bagi guru dalam membuat perencanaan penilaian supaya penilaian dapat terlaksana secara efektif, juga rencana penilaian merupakan langkah terencana yang

(5)

dijadikan pedoman atau acuan bagi guru selama kegiatan penilaian berlangsung.”1

Hal senada juga diungkapkan oleh Asrizal selaku Wakil kepala bidang kurikulum, mengatakan bahwa:

“Perencanaan penilaian sangat penting sama halnya dengan perencanaan pembelajaran. Perencanaan yang akan menentukan jalanya pelaksanaan penilaian. perencanaan penilaian dibuat pada awal semester bukan hanya untuk penilaian bahkan semua yang berkaitan dengan perangkat pembelajaran dibuat pada awal semester.”2

Berdasarkan hasil wawancara dapat peneliti simpulkan bahwa perencanaan penilaian sangat penting dan perencanaan penilaian dibuat oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai pedoman dalam pelaksanaan penilaian.

Melakukan penilaian hasil belajar perlu mengacu kepada stándar yang telah ditetapkan, sehingga menghasilkan informasi yang akurat. Adapun standar perencanaan penilaian adalah sebagai berikut:3

a. Guru harus membuat rencana penilaian secara terpadu dengan mengacu kepada silabus dan rencana pembelajaranya. Perencanaan penilaian setidak-tidaknya meliputi komponen yang akan dinilai, teknik yang akan digunakan serta kriteria pencapaian kompetensi.

b. Guru harus mengembangkan kriteria pencapaian Kompetensi Dasar (KD) sebagai dasar untuk penilaian.

1Desi Susanti, Guru Bidang Studi PAI, Wawancara Pribadi, Tanggal 10 Mei 2017 2 Asrizal, Wakil Kepala Bidang Kurikulum, Wawancara Pribadi, Tanggal 10 Juli 2017 3Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan

(6)

c. Guru menentukan teknik dan instrumen penilaian sesuai pencapaian (KD). d. Guru harus menginformasikan seawal mungkin kepada peserta didik

tentang aspek-aspek yang dinilai dan kriteria pencapaianya.

e. Guru menuangkan seluruh komponen penilaian ke dalam kisi-kisi penilaian.

f. Guru membuat instrumen berdasarkan kisi-kisi yag telah dibuat dan dilengkapi dengan pedoman penskoran sesuai dengan teknik penilian yang digunakan.

g. Guru menganalisis kualitas instrumen penilaian dengan mengacu pada persyaratan instrumen serta menggunakan acuan kriteria.

h. Guru menetapkan bobot untuk tiap-tiap teknik/jenis penilaian baik untuk KI 1 dan 2 dan KI 3 dan 4 dan menetapkan rumus penentuan nilai akhir hasil belajar peserta didik.

i. Guru menetapkan acuan kriteria yang akan digunakan berupa nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk dijadikan rujukan dalam pengambilan keputusan.

Mengingat ada beberapa langkah yang harus diperhatikan oleh guru dalam membuat perencanaan penilaian. Perencanaan yang baik apabila dalam membuat perencanaan mengikuti stándar yang telah ditetapkan, apabila salah satunya terlupakan maka akan berdampak pada pelaksanaan penilaian itu sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru PAI Desi Susanti mengenai perencanaan penilaian yang dilakukan beliau mengatakan:

(7)

“Membuat perencanaan penilaian hal pertama yang saya lakukan itu tentu mengkaji silabus dan RPP. Silabus dan RPP merupakan acuan pertama dalam membuat perencanaan penilaian. Dari silabus dan RPP baru saya bisa menetapkan komponen apa saja yang akan dinilai dan teknik apa yang pas digunakan dalam penilaian tersebut.”4

“Selanjutnya, saya mengembangkan kriteria pencapaian kompetensi dasar (KD) menjadi indikator pencapaian hasil belajar peserta didik. Indikator pencapaian hasil belajar dari setiap kompetensi dasar merupakan acuan yang digunakan untuk melakukan penilaian dengan memperhatikan perkembangan dan kemampuan setiap peserta didik.”5

“Kemudian, saya menentukan teknik dan instrumen penilaian sesuai indikator pencapaian kompetensi dasar (KD). Menentukan teknik yang akan digunakan itu tentu melihat ruang lingkup materi, karaktristik materi, agar antara materi yang akan dinilai sesuai dengan teknik yang akan digunakan. Begitu juga dengan instrumen yang saya buat berdasarkan materi yang dipelajari.”6

“Selanjutnya, sebelum melakukan penilaian terlebih dahulu saya memberitahu peserta didik tentang bagaimana penilaian yang akan dilakukan. Saya menginformasikan pada peserta didik bahkan pada awal masuk sekolah. saya memberi gambaran langsung kepada peserta didik aspek yang akan dinilai dan bagaimana cara saya melakukan penilaian. Misalnya, pada awal pertemuan saya menginformasikan pada peserta didik bahwa aspek yang akan dinilai ada tiga yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penilaianyapun dengan teknik yang berbeda-beda. Saya jelaskan secara rinci kepada peserta didik.”7

“Mempermudah dalam membuat instrumen penilaian tentu saya membuat kisi-kisi berdasarkan kriteria pencapaian kompetensi dasar. Kisi-kisi berfungsi sebagai panduan dan acuan dalam penulisan soal. Dari kisi -kisi yang telah dibuat saya membuat soal sesuai teknik yang digunakan dan dilengkapi dengan pedoman penskoran.”8

“Setelah instrumen penilaian dibuat saya menganalisis instrumen penilian dengan mengacu pada persyaratan instrumen serta menggunakan acuan

4

Desi Susanti, Guru Bidang Studi PAI, Wawancara Pribadi, Tanggal 10 Mei 2017 5 Ibid

6 Ibid 7

Ibid

(8)

kriteria. Dalam hal ini saya menganalisisnya tidak secara detail hanya berdasarkan perkiraan saja.”9

“Selanjutnya, saya menetapkan bobot dan rumus penentuan nilai akhir hasil belajar peserta didik. Dalam menetapkan bobot itu pada tiap-tiap teknik atau jenis penilaian.”10

“Sebagai rujukan dalam menentukan tuntas tidaknya hasil belajar siswa maka saya menetapkan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Nilai inilah yang menjadi acuan dalam pengambilan keputusan. Pada SMP Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan sendiri nilai KKM nya yaitu 75. “11

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat penulis simpulkan bahwa guru Desi Susanti dalam membuat perencanaan penilaian kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan terbilang sudah cukup baik, yaitu dengan mengkaji silabus dan dituangkan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), membuat indikator sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar (KD), menyusun kisi-kisi, mengembangkan soal sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat dengan pedoman penskoran, menetapkan bobot untuk tiap-tiap teknik atau jenis penilaian, menetapkan rumus penentuan nilai akhir hasil belajar peserta didik, menetapkan acuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), menginformasikan kepada peserta didik aspek-aspek yang akan dinilai dan menganalisis terlebih dahulu kualitas instrumen.

9 Ibid 10 Ibid 11Ibid

(9)

Membuat perencanaan penilaian seorang guru juga menetapkan teknik dan instrumen yang akan digunakan dalam penilaian dan disesuaikan dengan karaktristik materi pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi dan memuat ketiga ranah yang telah ditentukan.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru PAI Desi Susanti mengenai teknik penilaian yang digunakan beliau mengatakan:

“Sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yang memiliki tiga kompetensi yang harus dinilai mengingat kurikulum sebelumnya masih kurang optimal maka pada penilaian ini harus ditekankan. Pada penilaian sikap teknik penilaian ada observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal. Penilaian pengetahuan ada ujian tulisan, ujian lisan, dan penugasan. Sedangkan penilaian keterampilan portofolio dan unjuk kerja/performance.”12

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa guru Desi Susanti sudah menetapkan teknik penilaian dalam tiga kompetensi yang akan dinilai. Ketiga kompetensi tersebut memuat beberapa teknik dan sudah dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) diantaranya kompetensi sikap ada observasi, penilaian diri, penilaian antar teman dan jurnal. Kompetensi pengetahuan ujian tulisan, ujian lisan dan penugasan dan kompetensi keterampilan portofolio, dan unjuk kerja/performance.

Perencanaan penilaian autentik melewati serangkaian proses. Dalam hal ini tentu ada hambatan-hambatan yang ditemui dalam membuat perencanaan penilaian. Seharusnya guru harus jeli dalam mengatasi hambatan yang ia temui.

(10)

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Desi Susanti mengenai hambatan dalam membuat perencanaan penilaian beliau mengatakan:

“Alhamdulillah, Saya membuat perencanaan penilaian tidak menemui hambatan. Saya membuatnya dengan lancar, itu karena saya sudah banyak mendapat pelajaran yang berkaitan dengan kurikulum 2013 termasuk penilaian autentik. Kalaupun ada hambatan hanya sedikit dan itu bisa teratasi dengan bantuan dari guru lain. Ditambah lagi sudah banyak mengikuti pelatihan, workshop, yang berkenaan dengan kurikulum 2013. Dan didukung juga dengan buku guru yang menjadi pedukung dalam membuat perencanaan penilaian.”13

Secara keseluruhan perencanaan penilaian autentik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas VII SMP Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan sudah terencana dengan baik, sudah mengikuti standar yang ada sesuai dengan kurikulum 2013.

A. Pelaksanaan Penilaian Autentik Kurikulum 2013 pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas VII di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan

Penilaian autentik merupakan penilaian yang diberlakukan sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yang menghendaki pelaksanaan penilaianya secara menyeluruh mulai dari input, proses dan output yang terdiri tiga aspek yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Sebenarnya penilaian autentik sudah ada pada kurikulum sebelumnya hanya saja implementasi dilapangan belum secara optimal. Melalui kurikulum 2013 ini penilaian autentik menjadi

(11)

penekanan yang serius di mana guru dalam penilaian benar-benar memperhatikan penilaian autentik.

Perbedaan pelaksanaan penilaian autentik dengan penilaian sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah terletak pada ranah yang harus dinilai pada penilaian autentik memperhatikan keseimbangan penilaian kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan dan menilai mulai dari input sampai output. Sedangkan penilaian yang ada di Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih menekankan pada pengetahuanya saja dan sikapnya kurang diperhatikan ditambah lagi dalam pembelajaranya lebih berpusat pada guru, siswa hanya menerima apa yang diajarkan oleh guru tersebut.

Penilaian autentik sudah diterapkan di SMP Negeri 2 Bayang pada semua mata pelajaran termasuk Bidang Studi Pendidikan Agama Islam. Penilaian autentik diterapkan sejalan dengan diberlakukanya kurikulum 2013 oleh pemerintah lebih kurang empat tahun. Pada awalnya baik guru maupun siswa agak mengeluhkan penilaian yang berlaku mengingat penilaianya yang begitu rumit sehingga menjadi beban tersendiri oleh guru di tambah lagi jadwal mengajar yang padat. Begitu juga dengan siswa yang menerima tugas yang banyak dari guru.

Pelaksanaan penilaian autentik harus mengacu pada prosedur yang sesuai dengan rencana penilaian yang telah disusun pada awal kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan penilaian meliputi tiga ranah yang dinilai sikap,

(12)

pengetahuan dan keterampilan dan dilakukan secara menyeluruh mulai dari input, proses, dan output.

Bedasarkan observasi dan pengamatan yang penulis lakukan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam melaksanakan pembelajaran terlihat guru melakukan penilaian dari segi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Namun, dari beberapa teknik yang telah tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ada yang tidak dilaksanakan oleh Guru Pendidikan Agama Islam (PAI).14

Pernyataan ini dibenarkan oleh wawancara yang penulis lakukan dengan guru bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Desi Susanti mengenai pelaksanaan penilaian autentik beliau mengatakan:

“Penilaian kompetensi sikap merupakan penilaian yang melihat dari segi sikap peserta didik dalam proses belajar maupun di luar jam pelajaran berlangsung. Penilaian kompetensi sikap terbagi menjadi dua spiritual dan sosial. teknik yang saya gunakan yaitu observasi dan jurnal. Sebenarnya dalam kompetensi sikap banyak teknik yang bisa digunakan ada penilaian diri, penilaian antar teman, observasi, jurnal dan wawancara. Tapi dalam hal ini saya hanya menggunakan dua teknik saja. Dikarenakan waktu yang tidak memungkinkan untuk melakukan penilaian dengan banyak teknik. Instrumen dari observasi berupa lembar pengamatan dan jurnal juga berupa lembar pengamatan dan bisa dikatakan catatan yang berkesinambungan dari hasil observasi. Mengenai kompetensi sikap penilaian yang saya lakukan bukan hanya pada waktu belajar atau di dalam kelas saja namun juga di luar kelas." “Penilaian kompetensi pengetahuan yang saya lakukan adalah dengan tes tertulis ujian ulangan harian, ujian tengah semester dan ujian akhir semester. Tes lisan dengan pretest dan postest. Dan juga ada penugasan yaitu soal uraian

14

Desi Susanti, Guru Bidang Studi PAI , Pengamatan Langsung, Tanggal Tanggal 11 Mei 2017

(13)

dan pilihan ganda yang ada dalam buku siswa dan disuruh siswa mengerjakanya bisa di sekolah dan juga dijadikan pekerjaan rumah.”

“Penilaian kompetensi keterampilan yang saya lakukan yaitu portofolio dan unjuk kerja/performance. Penilaian dengan portofolio biasanya saya menugaskan pada peserta didik mencari gambar yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari pada bab berikutnya disertai dengan komentar siswa. Saya member kebebasan dalam mencarinya bisa dicari dari internet, koran, dan majalah sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Misalnya minggu besok pelajaranya masuk pada bab sikap terpuji di dalamnya ada jujur, amanah dan istiqomah dan siswa harus mencari gambar dari ketiga topik dan langsung memberi komentar dengan tulisan tangan. Sedangkan penilaian unjuk kerja/perpormance biasanya dilakukan dengan praktek yang dilakukan oleh peserta didik yang di simak langsung oleh saya sendiri. Misalnya pada materi solat berjamaah nah siswa di bagi dalam beberapa kelompok ditentukan siapa imam, makmum dan makmum masbuk setiap kelompok mempraktekkan solat berjamaah yang dilaksanakan di Mushalla sekolah. Dari situ saya menilai kompetensi keterampilan dengan teknik unjuk kerja/perpormance.”15 “Penilaian input yang saya lakukan yaitu pada awal sebelum proses belajar mengajar dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik terhadap materi yang akan dipelajari. Penilaian input dilakukan melalui pre tes dengan mengadakan tanya jawab terlebih dahulu dengan peserta didik tentang materi yang akan dipelajari. Penilaian proses adalah penilaian yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian dilakukan secara individu dan kelompok. Tekniknya pengamatan waktu diskusi kelompok, mengerjakan soal latihan dengan tujuan untuk mengukur keaktifan peserta didik dalam proses belajar mengajar berlangsung. Sedangkan penilaian output yaitu penilaian yang dilakukan setelah proses belajar mengajar berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Penilaian output dilaksanakan dengan penilaian ulangan harian, ujian tengah semester, ujian akhir semester dan ujian kenaikan kelas.”16

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas VII sudah menilai peserta didik dengan memuat tiga kompetensi yang harus dinilai

15

Desi Susanti, Guru Bidang Studi PAI, Wawancara Pribadi, Tanggal 18 Mei 2017 16 Desi Susanti, Op cit,18 Mei 2017

(14)

dalam penilaian autentik sesuai dengan kurikulum 2013. Teknik yang digunakan dari ketiga kompetensi juga sudah beragam seperti kompetensi sikap ada observasi, dan jurnal namun teknik ada teknik yang sudah tertuang dalam RPP tidak dilaksanakan seperti penilaian diri, penilaian antar teman, dan wawancara. Kompetensi pengetahuan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) menggunakan teknik tes tertulis, tes lisan, dan penugasan, ini sudah sesuai dengan yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kompetensi keterampilan menggunakan teknik portofolio dan unjuk kerja ini juga sudah sesuai dengan teknik yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) harus memeriksa hasil kerja siswa dan mengembalikanya kepada peserta didik dan guru juga memberikan umpan balik atau komentar yang bersifat mendidik kepada peserta didik. Sehingga peserta didik bisa menilai kelemahan dan kelebihanya.

Berdasarkan observasi atau pengamatan yang peneliti lakukan bahwa guru memberikan hasil ujian peserta didik seminggu setelah ujian dan sebelum masuk pada materi baru guru memberi umpan balik kepada peserta didik berupa menjawab pertanyaan hasil ujian secara bersama-sama. Dan memberi komentar yang bersifat mendidik.17

Sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan guru PAI Desi Susanti mengenai pelaksanaan penilaian autentik beliau mengatakan:

17

Desi Susanti, Guru Bidang Studi PAI , Pengamatan Langsung, Tanggal Tanggal 10 Mei 2017

(15)

“Setelah melaksanakan ujian, seminggu setelahnya hasil ujian peserta didik dibagikan pada pelajaran PAI dan sebelum lanjut ke materi selanjutnya saya memberi umpan balik berupa mengkaji dan menjawab satu persatu soal ulangan tersebut sekaligus meluruskan jawaban bersama peserta didik.”18

Hasil penilaian yang telah dilakukan dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan sebelumnya dan dianalisis beberapa peserta didik yang sudah tuntas dan peserta didik yang belum tuntas. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SMP Negeri 2 Bayang yaitu 75. Jika ada siswa yang belum tuntas itu diadakan remedial dan yang sudah tuntas diberi pengayaan.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru PAI Desi Susanti mengenai pelaksanaan penilaian autentik beliau mengatakan:

“KKM atau kriteria ketuntasan minimal adalah patokan dari tuntas dan tidaknya nilai yang siswa dapat dari penilaian yang dilakukan misalnya nilai UH, nah dari situ dapat dilihat apakah siswa tersebut sudah tuntas atau belum. Jika belum tuntas atau tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka diadakanlah remedial dan yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) itu diberi pengayaan.”19

Pelaksanaan penilaian autentik yang terbilang sudah lama diterapkan di SMP Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan. Namun tidak bisa dipungkiri guru yang melaksanakanya menemui hambatan dalam pelaksanaanya. Baik itu hambatan datang dari siswa, sarana dan prasarana maupun guru yang bersangkutan itu sendiri.

18

Desi Susanti, Guru Bidang Studi PAI, Wawancara Pribadi, Tanggal 19 Mei 2017 19 Desi Susnati, Guru Bidang Studi PAI, Wawancara Pribadi, Tanggal 10 Juli 2017

(16)

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Desi Susanti mengenai pelaksanaan penilaian autentik beliau mengatakan:

“Tentu ada beberapa hambatan yang saya temui dalam pelaksanaan penilaian autentik seperti jam mengajar yang padat, keterbatasan waktu, mengingat instrumen yang digunakan dalam penilaian banyak jadi tidak cukup waktunya dan guru juga harus menilai siswa satu persatu.”20

Hal senada juga diungkapkan oleh Asrizal selaku Wakil kepala bidang kurikulum, mengatakan bahwa:

“Pelaksanaan penilaian autentik masih menemukan hambatan baik itu dari guru maupun dari siswa. Penilaian autentik ini sedikit rumit dan memerlukan waktu yang banyak, dan juga kemampuan guru dalam menilai siswa satu persatu. Meskipun penerapan penilaian autentik sudah terbilang lama diterapkan tapi masih ada saja kendala. Cara mengatasinya itu dengan melakukan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan rajin mengikuti pelatihan yang diadakan pamerintah tentang kurikulum 2013.”21

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa dalam pelaksanaan penilaian autentik ini masih menemukan hambatan-hambatan walaupun penerapan penilaian autentik ini sudah tergolong lama diterapkan dan hambatanya tidak hanya dari siswa tapi dari guru itu sendiri.

Berdasarkan wawancara dan observasi yang peneliti lakukan bahwa pelaksanaan penilaian autentik yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas VII masih belum maksimal itu dikarenakan dalam memanfaatkan teknik yang digunakan dalam penilaian masih ada yang tidak

20

Desi Susanti, Guru Bidang Studi PAI, Wawancara Pribadi, Tanggal 11 Mei 2017 21 Asrizal, Op cit 10 Juli 2017

(17)

dilaksanakan padahal sudah ada dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal itu disebabkan kurangnya waktu dalam pelaksanaanya.

B. Hasil Belajar Peserta Didik dengan Menggunakan Penilaian Autentik Kurikulum 2013 pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Kelas VII di SMP Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan.

Hasil belajar siswa pada Kurikulum 2013 menekankan pada kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan. Hasil belajar pengetahuan adalah hasil belajar yang berkenaan dengan kemampuan peserta didik. Pada kompetensi ini erat hubungannya dengan akal atau otak pikiran manusia. Misalnya seperti memahami, menterjemahkan, menafsirkan, mendefinisikan dan lain sebagainya.

Hasil belajar sikap berkenaan dengan perasaan, minat, perhatian, keinginan, penghargaan dan lain-lain. Manakala seseorang dihadapkan kepada objek tertentu, misalnya bagaimana sikap siswa pada waktu belajar di sekolah terutama pada waktu guru mengajar. Hasil Belajar keterampilan adalah hasil belajar yang berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu. Penerapan kurikulum 2013 dengan bentuk penilaian autentik diharapkan ada kemajuan pada hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Desi Susanti mengenai hasil belajar peserta didik beliau mengatakan:

(18)

“Kompetensi penilaian ada tiga sikap, pengetahuan dan keterampilan. Kalau dilihat dari sikap siswa setelah penilaian autentik diterapkan dan siswa tahu bahwa apa-apa saja yang menjadi penilaian oleh guru. Sikap siswa dalam proses belajar maupun diluar jam pelajaran terlihat bahwa ada pengaruh dan hasilnyapun berdampak positif karena siswa takut dengan nilainya. Namun, kebanyakan peserta didik banyak yang mencari perhatian agar nilai sikapnya bagus. Kalau penilaian pengetahuan berdasarkan nilai ulangan harian dan penugasan itu nilainya 90% berada di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan yang gagal paling cuma tiga atau empat. Sedangkan penilaian keterampilan juga menunjukkan hasil yang baik. Penilaian keterampilan yang menggunakan teknik unjuk kerja dalam pembelajaran sangat berpengaruh pada siswa dan hal itu karena materi yang diajarkan tidak hanya berdasarkan teori saja tetapi praktek langsung. Kalau dilihat hasil belajar siswa secara keseluruhan dengan penilaian autentik mengalami peningkatan baik itu sikap, pengetahuan dan keterampilanya. Hal ini tidak terlepas dari beragamnya teknik yang digunakan dalam penilaian tersebut.”22

Hal ini sesuai dengan dokumentasi berupa nilai siswa yang peneliti dapatkan bahwa nilai siswa rata-rata berada di atas Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi dapat peneliti simpulkan bahwa nilai peserta didik dengan menggunakan penilaian autentik rata-rata berada di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Menentukan tuntasnya seorang siswa pada penilaian autentik tidak dengan teman sekelasnya tapi dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang menjadi patokan. Setiap sekolah menetapkan kriteria ketuntasan minimal. Jika nilai peserta didik di bawah KKM maka ia dinyatakan belum tuntas dan jika diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka ia bisa dikatakan sudah tuntas. Pada SMP Negeri 2 Bayang Kriteria Ketuntasan

(19)

Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 75 dan setiap siswa harus menjadikan nilai 75 atau diatasnya menjadi patokan tuntas dan tidak. Jika ada peserta didik yang tidak tuntas atau mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka dilakukan remedial atau perbaikan nilai.

Begitu juga bagi yang tuntas atau mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka diberi pengayaan. Remedial diadakan bagi yang belum tuntas itu bisa dilakukan diluar waktu afektif atau diluar jam mata pelajaran bisa sesudah pulang dan terlebih dahulu guru menginformasikan pada peserta didik kapan remedial dilakukan. Sebelum remedial peserta didik disuruh mempelajari terlebih dahulu materi yang akan diremedialkan sehingga peserta didik bisa memperbaiki nilainya yang tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) tersebut. Sedangkan bagi peserta didik yang tuntas itu diberi pengayaan berupa mencari bahan pelajaran diluar sekolah atau mencari contoh lain dari yang ada di buku siswa. Hal ini berdasarkan wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Desi Susanti

“Adapun tindak lanjut bagi peserta didik yang tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) itu di lakukan remedial sehingga nilainya tidak merah di lapor dan yang tuntas atau mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) itu diberi pengayaan berupa mencari bahan pelajaran di luar jam belajar di kelas. Misalnya belajarnya pada hari itu tentang jujur, amanah dan istiqomah. Nah, siswa disuruh mencari contoh ketiga sifat terpuji itu selain dari contoh yang ada di buku siswa seperti di Koran, internet, dan bisa contoh dalam kehidupan sehari-hari.”23

Tindak lanjut yang dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar siswa cukup efektif dilakukan. Mengingat seperti remedial itu berarti memperbaiki

(20)

nilai bisa dibilang setelah di laksanakanya remedial rata-rata nilainya semakin bagus artinya sudah melalmpaui Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan jadi itu sangat terbantu untuk siswa yang nilainya dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pengayaan juga dapat menambah pengetahuan siswa yang tidak didapatkanya dalam kelas.

Referensi

Dokumen terkait

“Fungsi tersebut (PR) dijalankan oleh CS dengan terlebih dahulu membuat perencanaan-perencanaan program yang penting untuk kebutuhan customer , untuk kemudian melakukan

Bahan dasar yang seharusnya dimiliki oleh setiap guru untuk membuat penilaian kompetensi keterampilan (KI-4) di buku Laporan Hasil PencapaianPeserta Didik adalah

Sekolah dapat membuat berbagai keputusan menyangkut pekerjaan guru, perencanaan kurikulum, metode pengajaran dan sumber keunagan serta informasi sekolah dalam merancang

guru memotivasi untuk melakukan shalat tergolong cukup kaena berbeda di antaranya 56%-76%. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa materi pendidikan agama Islam

Siswa C, partisipasi yang dilakukan orangtuanya dari lima jenis kegiatan yang ditanyakan melalui wawancara terstruktur yaitu memberikan perhatian, pengawasan, motivasi, pengarahan,

Pd yaitu bahwa dengan cara sekolah selalu mengadakan kegiatan keagamaan di sekolah yang mewajibkan siswa-siswi ikut dalam kegiatan tersebut, siswa 20 Wawancara dengan

Tugas guru sebagai seseorang yang memiliki tanggung jawab dalam peningkatan mutu pendidikan seharusnya memiliki kompetensi profesional yang baik. Aspek dimana materi

Hasil dari wawancara bersama MY bahwa Kepala Madrasah hampir setiap saat mengawasi kegiatan guru nmaupun siswa-siswi yang ada di Madrasah, tetapi tidak hanya