• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lapsus Oma Stadium Oklusi (Autosaved)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lapsus Oma Stadium Oklusi (Autosaved)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media supuratif akut atau otitis media akut (OMA) merupakan bentuk akut dari otitis supuratif akut atau otitis media akut (OMA) merupakan bentuk akut dari otitis media supuratif, yang dapat berkembang menjadi OMSK bila tidak diterapi media supuratif, yang dapat berkembang menjadi OMSK bila tidak diterapi dengan baik. Otitis media akut (OMA)

dengan baik. Otitis media akut (OMA) terjadi akibat faktor pertahanan terjadi akibat faktor pertahanan tubuh yangtubuh yang terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab terjadinya terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab terjadinya OMA. Fungsi tuba sebagai barrier masuknya mikroba ke telinga tengah menjadi OMA. Fungsi tuba sebagai barrier masuknya mikroba ke telinga tengah menjadi terganggu akibat adanya sumbatan tuba. Infeksi saluran napas atas merupakan terganggu akibat adanya sumbatan tuba. Infeksi saluran napas atas merupakan faktor pencetus terjadinya gangguan pada tuba. Makin sering seseorang terutama faktor pencetus terjadinya gangguan pada tuba. Makin sering seseorang terutama anak-anak mengalami infeksi saluran napas atas, makin besar kemungkinannya anak-anak mengalami infeksi saluran napas atas, makin besar kemungkinannya orang tersebut mengalami OMA

orang tersebut mengalami OMA

Otitis media ini merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai di Otitis media ini merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai di seluruh dunia dengan angka kejadian yang bervariasi pada tiap-tiap negara. seluruh dunia dengan angka kejadian yang bervariasi pada tiap-tiap negara. Senturia et al. (1980) membagi otitis media berdasarkan durasi penyakit atas akut Senturia et al. (1980) membagi otitis media berdasarkan durasi penyakit atas akut (< 3 minggu), subakut (3-12 minggu) dan kronis (>12 minggu). Sade (1985); (< 3 minggu), subakut (3-12 minggu) dan kronis (>12 minggu). Sade (1985); Klein, Tos dan Hussl (1989) pada third dan fourth International Symposium on Klein, Tos dan Hussl (1989) pada third dan fourth International Symposium on otitis media menganjurkan membagi otitis media berdasarkan gejala klinis atas 4 otitis media menganjurkan membagi otitis media berdasarkan gejala klinis atas 4 kelompok yaitu miringitis, otitis media supuratif akut (OMSA), otitis media kelompok yaitu miringitis, otitis media supuratif akut (OMSA), otitis media sekretori (OMS) dan otitis media supuratif kronis (OMSK).

sekretori (OMS) dan otitis media supuratif kronis (OMSK).33

Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak. Bakteri penyebab OMA Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak. Bakteri penyebab OMA yang utama adalah Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus, dan yang utama adalah Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus, dan Pneumokokus. Selain itu kadang juga dapat disebabkan oleh Hemofilus influenza, Pneumokokus. Selain itu kadang juga dapat disebabkan oleh Hemofilus influenza, Escherichia colli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris, dan Pseudomonas Escherichia colli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris, dan Pseudomonas aurugenosa. Perubahan telinga tengah sebagai akibat infeksi dibagi atas 5 stadium aurugenosa. Perubahan telinga tengah sebagai akibat infeksi dibagi atas 5 stadium  berdasarkan gambaran membran timpani yang

(2)

BAB II BAB II

LAPORAN KASUS LAPORAN KASUS

I.

I. IDENTITAS PASIENIDENTITAS PASIEN  Nama

 Nama : Tn. R S: Tn. R S Umur

Umur : : 29 29 tahuntahun Jenis

Jenis Kelamin Kelamin : : Laki-LakiLaki-Laki Alamat

Alamat : : Jl. Jl. Dr Dr No.79 No.79 RT.12 RT.12 Buluran Buluran Kenali. Kenali. Telanai Telanai Pura Pura JambiJambi Agama

Agama : : IslamIslam Pekerjaan

Pekerjaan : : SwastaSwasta Pendidikan

Pendidikan : : SLTASLTA

II.

II. ANAMNESISANAMNESIS

(Autoanamnesis, Tgl: 07 Februari 2014) (Autoanamnesis, Tgl: 07 Februari 2014)

-- Keluhan utamaKeluhan utama

Os datang dengan keluhan telinga kanan terasa pengap sejak ± 7 hari yang Os datang dengan keluhan telinga kanan terasa pengap sejak ± 7 hari yang lalu.

lalu.

-- Riwayat perjalanan penyakitRiwayat perjalanan penyakit

± Sejak 7 hari yang lalu pasien mengeluh telinga kanan terasa ± Sejak 7 hari yang lalu pasien mengeluh telinga kanan terasa  pengap.

 pengap. Sakit Sakit (+) (+) hilang hilang timbul, timbul, telinga telinga berdengung berdengung (+), (+), pendengaranpendengaran  berkurang

 berkurang (+), (+), keluar keluar cairan/darah cairan/darah (-), (-), gatal gatal (+), (+), riwayat riwayat di di korek korek (+),(+), riwayat masuk air (-), riwayat masuk binatang (-), terdapat nyeri kepala riwayat masuk air (-), riwayat masuk binatang (-), terdapat nyeri kepala sebelah kiri (+) riwayat pusing berputar (+), pilek (+) batuk (+) kurang sebelah kiri (+) riwayat pusing berputar (+), pilek (+) batuk (+) kurang lebih sejak 1 minggu yang lalu, riwayat batuk pilek sebelum sakit telinga lebih sejak 1 minggu yang lalu, riwayat batuk pilek sebelum sakit telinga (+), demam (-), telinga sebelah kanan tidak ada keluhan. Riwayat merokok (+), demam (-), telinga sebelah kanan tidak ada keluhan. Riwayat merokok (+) Minimal 1 bungkus sehari.

(+) Minimal 1 bungkus sehari.

(3)

- Riwayat penyakit dahulu

Os sering mengalami batuk & pilek berulang selama beberapa waktu ini Riwayat Hipertensi disangkal

Riwayat asma disangkal

Riwayat kencing manis disangkal

Riwayat mengalami penyakit yang sama disangkal

- Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada keluarga lain yang menderita penyakit yang sama dengan pasien

III. HAL- HAL PENTING

Telinga Hidung Tenggorok  Laring

Gatal : +/- Rinore : +/+ Sukar menelan : - Suara parau :

-Dikorek : +/+ Buntu : +/- Sakit menelan : - Afonia :

- Nyeri : +/- Bersin : +/- Trismus : - Sesak napas :

-Bengkak : -/- *Dingin/Lembab: Ptyalismus : - Rasa sakit :

-Otore : -/- *Debu rumah : Rasa mengganjal : - Rasa mengganjal :

-Tuli : +/- Berbau : -/- Rasa berlendir :

-Tinitus : +/- Mimisan : -/- Rasa kering :

-Vertigo : +  Nyeri hidung :

-Mual : + Suara sengau :

Muntah :

-IV. PEMERIKSAAN FISIK

- Keadaan umum : compos mentis - Tekanan darah : 120/80mm/Hg - Pernafasan : 20x/menit - Suhu : 36,5 0C -  Nadi : 80x/menit - Anemia : (-) - Sianosis : (-) - Stridor inspirasi : (-) - Retraksi suprasternal : (-) - Retraksi interkostal : (-)

(4)

a) Telinga

Telinga Kanan Kiri

Daun Telinga

- Anotia, mikrotia, makrotia - Keloid

- Perikondritis - Kista

- Fistel

- Ott hematom

- Nyeri tekan tragus/daun telinga -Liang Telinga - Atresia - Serumen prop - Epidermis prop - Korpus alineum - Jaringan granulasi - Exositosis - Osteoma - Furunkel -Membran timpani - Warna - Reflek cahaya - Hiperemis - Retraksi - Bulging - Atropi - Perforasi - Bula - Sekret suram Tidak ada reflek cahaya, retraksi(+) -+ -Putih Seperti mutiara Arah jam 5 -Retro auricular - Fistel - Kista - Abses

(5)

-b) Hidung

Hidung Kanan Kiri

Rinoskopi anterior

- Vestibulum Nasi Lebar lubang hidung normal, krusta (-), bisul (-),

Lebar lubang hidung normal, krusta (-), bisul (-),

- Kavum Nasi H iperemi s (+),

sekr et (+ ), rambut (+)

H i per emi s (+), sekr et (+ ), rambut

(+) - Selaput Lendir Hiperemis (-),

edema (-)

Hiperemis (-), edema (-)

- Septum Nasi Deviasi (-),

 perforasi (-)

Deviasi (-),  perforasi (-) - Lantai+dasar hidung Licin, massa (-) Licin, massa (-) - Konka inferior Kemer ahan (+) ,

membesar ( +) ,  permukaan licin

Kemer ahan (+) , membesar (+) ,

 permukaan licin - Meatus nasi inferior Sekret (-) Sekret (-) - Konka media Tidak terlihat Tidaka terlihat - Meatus nasi media Sekret (-), polip (-) Sekret (-), polip (-)

- Polip -

-- Korpus alienum -

-- Massa tumor -

-- Fenomena palatum mole

Sulit dinilai Sulit dinilai

Hidung Kanan Kiri

Rinoskopi posterior Sulit dinilai - Kavum Nasi - Selaput Lendir - Koana - Septum nasi - Konka superior - Meatus nasi media - Muara tuba

- Adenoid - Massa tumor - Polip

(6)

Transluminasi sinus Kanan Kiri

Sinus maksilaris terang Terang

Sinus frotal terang Terang

c) Mulut

Hasil

Selaput lendir mulut Hiperemis (-), Edema (-), ulkus (-), massa (-)

Bibir Kering, hiperemis (-), krusta (-), ulkus (-) Lidah Hiperemis (-), Edema (-), atropi (-), ulkus

(-), gerakan segala arah

Gigi Lengkap, karies (+), gigi sakit (-)

Kelenjar ludah Dbn

d) Faring

Hasil

Uvula Ditengah, hiperemis (-), edema (-), ulkus (-), permukaan licin.

Palatum molle Hiperemis (-), edema (-), ulkus (-)

Palatum durum Hiperemis (-), edema (-), ulkus (-),  benjolan (-).

Plika anterior Hiperemis (-), edema (-)

Tonsil Dekstra: Tonsil T1, hiperemis (-),  permukaan rata, mobile

Sinistra: Tonsil T1, hiperemis (-),  permukaan rata, mobile

Plika posterior Hiperemis (-), Edema (-)

(7)

e) Laringoskopi indirect

Hidung Kanan

Pangkal lidah Hiperemis (-), Edema (-), Papil atropi (-), ulkus (-), massa (-)

Epiglotis Hiperemis (-), Edema (-), Permukaan licin (-), ulkus (-)

Sinus piriformis Sulit dinilai

Aritenoid Sulit dinilai

Sulcus aritenoid Sulit dinilai

Corda vocalis Sulit dinilai

Massa Sulit dinilai

f) Kelenjar getah bening leher

Kepala Leher Kanan Kiri

Regio I dbn dbn Regio II dbn dbn Regio III dbn dbn Regio IV dbn dbn Regio V dbn dbn Regio VI dbn dbn Area parotis dbn dbn Area postauricula dbn dbn Area occipital dbn dbn Area supraclavicula dbn dbn V. TES AUDIOLOGI

Tes pendengaran Kanan Kiri

Rinne - +

Weber Lateralisasi pada telinga kanan

Scwabach Memendek Normal

(8)

VI. DIAGNOSIS BANDING:

Otitis Media Efusi aurikula dextra

VII. DIAGNOSIS KERJA:

Otitis media akut stadium oklusi aurikula dextra

VIII. PENATALAKSANAAN

1. Antibiotik Amoxicilin 3 x 500mg/ hari, selama 7 hari. 2. Pemberian dekongestan pseudoefedrin HCl 3 x 60 mg/hari.

3. Analgetik asam mefenamat 3 x 500 mg diminum bila terasa nyeri telinga setelah makan

(9)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Telinga dibagi menjadi 3 bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.

Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (daun telinga) dan canalis auditorius eksternus ( liang telinga ). Telinga dalam terdiri dari koklea ( rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis.

Anatomi telinga tengah

Telinga tengah terdiri dari 3 bagian yaitu membran timpani, cavum timpani dan tuba eustachius.

1. Membrana timpani

Membrana timpani memisahkan cavum timpani dari kanalis akustikus eksternus. Letak membrana timpai pada anak lebih pendek, lebih lebar dan lebih horizontal dibandingkan orang dewasa. Bentuknya ellips, sumbu panjangnya 9-10 mm dan sumbu pendeknya 8-9 mm, tebalnya kira-kira 0,1 mm.

Membran timpani terdiri dari 2 bagian yaitu pars tensa (merupakan bagian terbesar) yang terletak di bawah malleolar fold anterior dan posterior dan pars flacida (membran sharpnell) yang terletak diatas malleolar fold dan melekat langsung pada os petrosa. Pars tensa memiliki 3 lapisan yaitu lapiasan luar terdiri dari epitel squamosa bertingkat, lapisan dalam dibentuk oleh mukosa telinga

(10)

tengah dan diantaranya terdapat lapisan fibrosa dengan serabut berbentuk radier dan sirkuler. Pars placida hanya memiliki lapisan luar dan dalam tanpa lapisan fibrosa.

Vaskularisasi membran timpani sangat kompleks. Membrana timpani mendapat perdarahan dari kanalis akustikus eksternus dan dari telinga tengah, dan  beranastomosis pada lapisan jaringan ikat lamina propia membrana timpani. Pada  permukaan lateral, arteri aurikularis profunda membentuk cincin vaskuler perifer dan berjalan secara radier menuju membrana timpani. Di bagian superior dari cincin vaskuler ini muncul arteri descendent eksterna menuju ke umbo, sejajar dengan manubrium. Pada permukaan dalam dibentuk cincin vaskuler perifer yang kedua, yang berasal dari cabang stilomastoid arteri aurikularis posterior dan cabang timpani anterior arteri maksilaris. Dari cincin vaskuler kedua ini muncul arteri descendent interna yang letaknya sejajar dengan arteri descendent eksterna.

2. Kavum timpani

Kavum timpani merupakan suatu ruangan yang berbentuk irreguler diselaputi oleh mukosa. Kavum timpani terdiri dari 3 bagian yaitu epitimpanium yang terletak di atas kanalis timpani nervus fascialis, hipotimpananum yang terletak di bawah sulcus timpani, dan mesotimpanum yang terletak diantaranya.

Batas cavum timpani ; Atas : tegmen timpani

Dasar : dinding vena jugularis dan promenensia styloid Posterior : mastoid, m.stapedius, prominensia pyramidal

Anterior : dinding arteri karotis, tuba eustachius, m.tensor timpani Medial : dinding labirin

(11)

dilapisi oleh mukosa telinga tengah. Ketiga tulang tersebut menghubungkan membran timpani dengan foramen ovale, seingga suara dapat ditransmisikan ke telinga dalam.

Maleus, merupakan tulang pendengaran yang letaknya paling lateral. Malleus terdiri 3 bagian yaitu kapitulum mallei yang terletak di epitimpanum, manubrium mallei yang melekat pada membran timpani dan kollum mallei yang menghubungkan kapitullum mallei dengan manubrium mallei. Inkus terdiri atas korpus, krus brevis dan krus longus. Sudut antara krus brevis dan krus longus sekitar 100 derajat. Pada medial puncak krus longus terdapat processus lentikularis. Stapes terletak paling medial, terdiri dari kaput, kolum, krus anterior dan posterior, serta basis stapedius/foot plate. Basis stapedius tepat menutup foramen ovale dan letaknya hampir pada bidang horizontal.

Dalam cavum timpani terdapat 2 otot, yaitu :

- M.tensor timpani, merupakan otot yang tipis, panjangnya sekitar 2 cm, dan  berasal dari kartilago tuba eustachius. Otot ini menyilang cavum timpani ke lateral

dan menempel pada manubrium mallei dekat kollum. Fungsinya untuk menarik manubrium mallei ke medial sehingga membran timpani menjadi lebih tegang. - M. Stapedius, membentang antara stapes dan manubrium mallei dipersarafi oleh cabang nervus fascialis. Otot ini berfungsi sebagai proteksi terhadap foramen ovale dari getaran yang terlalu kuat.

3. Tuba eustachius

Kavitas tuba eustachius adalah saluran yang meneghubungkan kavum timpani dan nasofaring. Panjangnya sekitar 31-38 mm, mengarah ke antero-inferomedial, membentuk sudut 30-40 dengan bidang horizontal, dan 45 dengan  bidang sagital. 1/3 bagian atas saluran ini adalah bagian tulang yang terletak anterolateral terhadap kanalis karotikus dan 2/3 bagian bawahnya merupakan kartilago. Muara tuba di faring terbuka dengan ukuran 1-1,25 cm, terletak setinggi ujung posterior konka inferior. Pinggir anteroposterior muara tuba membentuk  plika yang disebut torus tubarius, dan di belakang torus tubarius terdapat resesus

(12)

faring yang disebut fossa rosenmuller. Pada perbatasan bagian tulang dan kartilago, lumen tuba menyempit dan disebut isthmus dengan diameter 1-2 mm. Isthmus ini mudah tertutup oleh pembengkakan mukosa atau oleh infeksi yang  berlangsung lama, sehingga terbentuk jaringan sikatriks. Pada anak-anak, tuba ini

lebih pendek, lebih lebar dan lebih horizontal dibandingkan orang dewasa, sehinggga infeksi dari nasofaring mudah masuk ke kavum timpani.

OTITIS MEDIA AKUT

Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.

Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba ke dalam di nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibody. Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan.

Dikatakan juga, bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran nafas atas. Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran nafas, makin  besar kemungkinan terjadinya OMA.

(13)

Etiologi

Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media. Pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga  pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu juga. Selain itu,

ISPA juga merupakan salah satu faktor penyebab yang paling sering. Kuman  penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptococcus hemoliticus,

Staphylococcus aureus, Pneumococcus, Haemophilus influenza, Escherichia coli, Streptococcus anhemolyticus,  Proteus vulgaris,  Pseudomonas aeruginosa.¹ Sejauh ini Streptococcus pneumonia  merupakan organisme penyebab tersering  pada semua kelompok umur. Sedangkan  Haemophilus influenza  adalah patogen Etiologi :

- Perubahan tekanan udara tiba-tiba - Alergi

- Infeksi

Tuba tetap terganggu dan Infeksi (+) OME Efusi Gangguan tuba Infeksi (-) Tekanan negative telinga Sembuh / Normal Fungsi tuba tetap terganggu OMA

(14)

tersering yang ditemukan pada anak di bawah usia lima tahun. Meskipun juga  patogen pada orang dewasa.

Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.

Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena  beberapa hal, yaitu:

(1)Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan, (2)Saluran eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah. (3)Adenoid (salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam kekebalan tubuh) pada anak relative lebih besar dibanding orang dewasa. Posisi adenoid berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang besar dapat mengganggu terbukanya saluran Eustachius. Selain itu, adenoid sendiri dapat terinfeksi dimana infeksi tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.

Patogenesis

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu  pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang

dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.

(15)

 pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga  juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut

(16)

Stadium OMA

Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium. Keadaan ini berdasarkan pada gambaran membran timpani yang diamati melalui liang telinga luar.

1. Stadium oklusi tuba Eustachius

Tanda oklusi tuba Eustachius ialah gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah akibat absorpsi udara. Kadang-kadang membran timpani tampak normal atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.

(17)

3. Stadium supurasi

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran timpani menonjol (bulging ) ke arah liang telinga luar.

Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi, dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan pus di kavum timpani tidak  berkurang, maka terjadi iskemia,akibat tekanan pada kapiler, serta timbul

tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa.  Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan  berwarna kekuningan, di tempat ini akan terjadi ruptur.

Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang telinga luar. Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur (perforasi) tidak mudah menutup kembali.

4. Stadium perforasi

Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan pus keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut otitis media akut stadium perforasi.

(18)

5. Stadium resolusi

Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan  berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa ( sequele) berupa otitis media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.

Gejala klinik

Gejala klinik otitis media akut tergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah nyeri telinga, suhu tubuh tinggi dan biasanya ada riwayat batuk pilek sebelumnya.

Pada anak yang lebih besar atau orang dewasa disamping rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di teli nga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA adalah suhu tubuh tinggi sampai 39,5 °C (stadium supurasi), anak gelisah dan sulit tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang. Bila terjadi ruptur membran timpani maka sekret mengalir ke liang telinga luar, suhu tubuh turun dan anak tertidur tenang.

Diagnosis

Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut.

1. Penyakitnya muncul mendadak (akut)

2. Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di

(19)

3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan

adanya salah satu di antara tanda berikut: (1)kemerahan pada gendang telinga, (2)nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal.

Penatalaksanaan

Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Tujuan dari  pengobatan yaitu menghilangkan tanda dan gejala penyakit, eradikasi infeksi, dan  pencegahan komplikasi.

Pada stadium oklusi, tujuan terapi dikhususkan untuk membuka kembali tuba eustachius. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak <12 thn dan HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk anak yang berumur >12 thn atau dewasa. Selain itu, sumber infeksi juga harus diobati dengan memberikan antibiotik.

Pada stadium presupurasi, diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik. Bila membran timpani sudah hiperemi difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotik yang diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika terdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavunalat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin IM agar konsentrasinya adekuat di dalam darah. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Pada anak diberikan ampisilin 4x50-100 mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau eritromisin 4x40 mg/kgBB/hari.

Pengobatan stadium supurasi  selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala- gejala klinis lebih cepat hilang dan rupture dapat dihindari. Selain itu, analgesik juga perlu diberikan agar nyeri dapat berkurang.

Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani agar terjadi drainese sekret telinga tengah. Miringotomi dilakukan bila ada cairan yang menetap di telinga setelah 3 bulan penanganan medis dan terdapat gangguan  pendengaran. Miringotomi harus dilakukan secara a-vue (dilihat langsung), anak

harus tenang dan dapat dikuasai agar membran timpani dapat terlihat dengan baik. Biasanya pada anak kecil dignakan anastesi umum. Lokasi miringotomi adalah di kuadran posteroinferior.

(20)

Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.

Stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui  perforasi di membrane timpani. Pada keadaan ini antibiotik dapat dilanjutkan

sampai 3 minggu.

Komplikasi

Sebelum ada antibiotika komplikasi dapat terjadi dari yang ringan hingga  berat tetapi setelah ada antibiotika komplikasi biasanya didapatkan sebagai

komplikasi dari otitis media supuratif kronis.

OMA dengan perforasi membran timpani dapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini  berkaitan dengan beberapa faktor antara lain higiene, terapi yang terlambat,  pengobatan yang tidak adekuat, dan daya tahan tubuh yang kurang baik.

Komplikasi yang dapat terjadi adalah mastoidis, paralisis nervus fascialis, komplikasi ke intrakranial seperti abses ekstradural, abses subdural, meningitis, abses otak, trombosis sinus lateralis, otittis hidrocephalus, labirintis dan petrosis.

(21)

BAB IV

ANALISA KASUS

Diagnosis Otitis Media Akut Stadium Oklusi pada kasus ini didapatkan melalui hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik telinga yang dilakukan. Pada anamnesis, tergambar jelas mengenai etiologi dan perjalanan penyakit pasien. Anamnesis adanya riwayat batuk-pilek dengan sekret kuning keruh sebelum keluhan telinga muncul menunjukkan penyebab terjadinya infeksi pada telinga tengah. Infeksi pada hidung dan tenggorokan dapat menyebabkan gangguan tuba auditiva yang selanjutnya menyebabkan tekanan negatif pada telinga tengah,  bermanifestasi sebagai rasa penuh pada telinga yang dirasakan pasien. Sumbatan

tuba yang terus berlanjut menyebabkan hipersekresi sel goblet pada mukosa telinga tengah. Sekret merupakan media pertumbuhan bakteri yang baik, sehingga kemudian timbul proses infeksi pada telinga tengah. Rasa nyeri pada telinga akibat proses inflamasi. Pada kasus ini penyebab yang mungkin sebagai pencetus otitis media pada pasien di atas ialah rhinitis yang sudah lama dialami. Pasien mengalami batuk pilek sudah lama. Dari pemeriksaan rinoskopi anterior didapatkan konka nasalis inferior mengalami edema & hiperemis yang disertai adanya cairan mukus. Kemungkinan pasien mengalami rhinitis kronis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyebab dari otitis medianya ialah komplikasi dari rhinitis kronis.

Pada pemeriksaan fisik menggunakan otoskop telinga kiri nyeri tragus dan nyeri tarik daun teliga (-), membrane timpani intak/ perforasi (-), hiperemis (-), warna suram dan reflek cahaya tidak ada retraksi (+).

Penanganan ditujukan pada eradikasi infeksi dan simtomatis untuk mengurangi gejala yang dirasakan pasien. Eradikasi infeksi pada OMA harus adekuat sehingga infeksi tidak menetap dan berubah menjadi OMSK. Terapi lini  pertama diberikan pada pasien ini berupa antibiotik selama 7 hari. Dekongestan

nasal topikal digunakan untuk mengurangi sumbatan pada tuba Eustachius, sehingga drainase sekret lebih lancar dan fungsi fisiologis proteksi tuba kembali normal. Pseudoefedrin HCl dipilih dalam bentuk tablet oral untuk meringankan

(22)

sumbatan pada rongga hidung bagian posterior atar tuba Eustachius agar fungsi normal tuba kembali normal.

Prognosis dubia ad bonam, prognosis sangat tergantung pada tindakan  pengobatan yang dilakukan dan mencegah komplikasi. Edukasi pasien tidak

disarankan mengorek-ngorek telinga, menjaga telinga tidak masuk air saat mandi, dilarang berenang dan berobat bila ada penyakit infeksi pernapasan terutama ISPA.

(23)

BAB V KESIMPULAN

1. Telah dilaporkan pasien Tn. RS. 29 tahun dengan diagnosa otitis media akut stadium oklusi tuba aurikula dextra yang diterapi dengan antibiotik, dekongestan dan analgetik

2. Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.

3. Faktor etiologi dan predisposisi adalah Infeksi saluran napas atas oleh bakteri  piogenik yang berulang dan disfungsi tuba eustachii.

4. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis yaitu telinga terasa pengap (+), sakit hilang timbul (+), telinga berdengung (+), pendengaran pasien berkurang (+), tidak adanya sekret yang keluar, demam tidak ada.

5. Pemeriksaan fisik dengan otoskop didapatkan membrane timpani intak, warna suram, hiperemis (-), reflek cahaya (-) Retraksi (+)

6. Pada pemeriksaan garpu tala didapatkan tuli konduktif pada telinga kanan

7. Edukasi mencegah penyakit aktif kembali. Pasien tidak disarankan mengorek-ngorek telinga, menjaga agar tidak masuk air sewaktu mandi, dilarang  berenang dan berobat bila ada penyakit infeksi pernapasan terutama ISPA.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi, EA. et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi Ketujuh. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia. 2012 hal 12, 57-61

2. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit telinga tengah dan mastoid. Dalam: Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC, 1997: 88-118

3. Aboet,A. Terapi Pada Otitis Media Supuratif Akut. Departemen Telinga Hidung Tenggorok danBedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H. Adam Malik, Medan. 2012

4. Healy GB, Rosbe KW. Otitis media and middle ear effusions. In: Snow JB, Ballenger JJ,eds. Ballenger’s otorhinolaryngology head and neck surgery. 16th edition. New York: BC Decker; 2003. p.249-59.

5. Donaldson JD. Acute Otitis Media. Updated Oct 28, 2011. Available from: http://www.emedicine.medscape.com. Accessed January 27, 2014

6. Ghanie A. Penatalaksanaan otitis media akut pada anak. Tinjauan pustaka. Palembang: Departemen THT-KL FK Unsri/RSUP M.Hoesin; 2010

Referensi

Dokumen terkait

Masukkan hanger dan film dalam larutan developer untuk proses pengembangan film dengan waktu yang telah ditentukan, sambil diagitasi ( agitasi naik t urun).. Selesai waktu

Sekalipun sebahagian mereka menjadi pembantu bagi sebahagian yang lainnya.”( Qs.al-Isra‟88).  Al-quran isinya sesuai dengan perkembangan zaman, berlaku sepanjang

Metode seismik  khususnya seismik refraksi dapat membantu dalam penentuan $ona gelincir dengan prinsip khususnya seismik refraksi dapat membantu dalam penentuan $ona gelincir

Tapi ngge sering bangun sendiri mbak,, ngge mboten patek mbak, lek omat kulo teng sekolah di telpun ngoten ibuke.. ngge biasane tangklet, wis ning sekolah opo

Dari hasil uji menunjukan bawa F hitung &gt; F tabel (3,763&gt;2,37) dan nilai sig (0,004&lt;0,05), sehingga dapat disimbulkan bahwa nilai variabel Dewan Direksi, Komisaris

Dalam pelajaran atau pengajian-pengajian kita yang terdahul sudah kita jelaskan/kita sampaikan, titik tujuan pelajaran dan ilmu tasawuf adalah menuju jalan kembali kepada Allah

sampai saat ini (di Majalengka ada ± 65 orang) belum dibayar karena dihargai secara semena-mena dan tidak wajar oleh panitia pembebasan lahan dan tim apresial yang tidak

[r]