• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIRO HUKUM TAHUN 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIRO HUKUM TAHUN 2019"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)LAPORAN KINERJA. BIRO HUKUM TAHUN 2019. SEKRETARIAT JENDERAL. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT.

(2)

(3) DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. ..................................................................... i. DAFTAR ISI. ..................................................................... ii. RINGKASAN EKSEKUTIF. ..................................................................... iii. BAB I PENDAHULUAN. ..................................................................... 1. 1.1 Latar Belakang/Permasalahan. ..................................................................... 1. 1.2 Tugas dan Fungsi. ..................................................................... 2. 1.3 Struktur Organisasi. ..................................................................... 6. 1.4 Isu Strategis. ..................................................................... 7. BAB II PERENCANAAN KINERJA. ..................................................................... 12. 2.1 Uraian Singkat Renstra. ..................................................................... 12. 2.2 Perjanjian Kinerja. ..................................................................... 16. 2.3 Metode Pengukuran. ..................................................................... 18. 2.4 Target Tahun Ini Menurut Renstra. ..................................................................... 26. BAB III KAPASITAS ORGANISASI. ..................................................................... 27. 3.1 Sumber Daya Manusia. ..................................................................... 27. 3.2 Sarana dan Prasarana. ..................................................................... 32. 3.3 DIPA. ..................................................................... 38. BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA. ..................................................................... 39. 4.1 Capaian Kinerja Organisasi. ..................................................................... 39. 4.2 Analisis Kinerja Organisasi. ..................................................................... 42. 4.3 Perbandingan Kinerja Organisasi. ..................................................................... 57. BAB V KESIMPULAN. ..................................................................... 60. ii.

(4) RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Biro Hukum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2019. tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan pembinaan penyusunan peraturan perundang-undangan bidang pekerjaan umum dan perumahan, pemberian advokasi hukum, pertimbangan hukum, penyebarluasan informasi, dokumentasi, dan produk hukum. Berdasarkan hal ini, Biro Hukum dalam Renstra Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2015 – 2019 sebagai salah satu unit kerja di Sekretariat Jenderal berperan dalam mendukung terwujudnya Sasaran Program “Tersedianya Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian PUPR”. Harmonisasi, dan Publikasi Peraturan perundang-undangan serta Bantuan Hukum.. 2. Dalam mencapai sasaran program Sekretariat Jenderal “Tersedianya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Kementerian PUPR”, dirumuskan indikator kinerja program yaitu “Tingkat fasilitasi produk hukum dan bantuan hukum”. Target Pencapaian Kinerja Program Tahun Anggaran 2019 adalah 100 % fasilitasi, dan realisasi keuangan capaian kinerja program Biro Hukum Tahun Anggaran 2019 sebesar 96.53 %. 3. Pagu Anggaran Biro Hukum pada Tahun Anggaran 2019 adalah sebesar Rp. 28.950.000 dengan realisasi penggunaan anggaran adalah sebesar Rp. 28.013.766, dengan presentase realisasi sebesar 96,77 %. 4. Pada Tahun Anggaran 2019, dari sejumlah regulasi yang ditetapkan, ada peraturan. menteri yang melalui izin prakarsa, peraturan presiden yang melalui izin prakarsa presiden, peraturan menteri yang melalui program legislasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pengukuran Fasilitasi Bantuan hukum dilakukan dengan melakukan perbandingan antara jumlah perkara yang mampu dimenangkan oleh Kementerian PUPR dengan keseluruhan perkara yang diproses.. iii.

(5) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai salah satu prasyarat untuk terciptanya pemerintah yang baik dan terpercaya, diperlukan penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang mengintegrasikan dari sistem perencanaan, pemrograman, penganggaran, serta pelaksanaan program dan kegiatan yang kemudian dituangkan dalam laporan kinerja instansi pemerintah (LaKIP). Laporan Kinerja disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi yang telah diamanahkan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan seluruh sumber dayanya, meliputi sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta anggaran (DIPA). Untuk itu, di dalam Laporan Kinerja akan diuraikan mengenai history suatu instansi sampai dengan habis berlakunya tahun anggaran. Peraturan Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah menjadi latar belakang laporan kinerja, yang merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran.Hal terpenting yang diperlukan dalam laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja. Dijelaskan juga tujuan dari laporan kinerja yaitu: “Memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai.” “Sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi instansi pemerintah untuk meningkatkan kinerjanya.”. Oleh karena itu di setiap akhir tahun anggaran, setiap Kementerian/Lembaga diwajibkan untuk menyusun laporan kinerja sebagai informasi kinerja yang terukur kepada Presiden Republik Indonesia. Apabila dianalogikan ke Level Eselon I dan Eselon II Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), maka setiap Eselon I dan Eselon II untuk menyusun laporan kinerja untuk diserahkan kepada masing-masing pemberi mandat (Menteri sebagai pemberi mandat Eselon I, dan Eselon I sebagai pemberi mandat Eselon II).. 1.

(6) Biro Hukum sebagai salah satu unit kerja di Sekretariat Jenderal berperan dalam mendukung terwujudnya Sasaran Program “Tersedianya Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian PUPR”. Dalam rangka mewujudkan sasaran program tersebut, Biro Hukum melakukan kegiatan-kegiatan dan berbagai upaya di Tahun 2019 ini yang kemudian perlu dituangkan dalam bentuk Laporan Kinerja sebagai wujud pertanggungjawaban kegiatan yang telah dilakukan dengan mengacu pada Peraturan Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Pada Tahun 2019, Biro Hukum mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp 28.900.000.000,melalui Kegiatan Pembinaan, Perencanaan, Harmonisasi, dan Publikasi Peraturan PerundangUndangan serta Bantuan Hukum. Kegiatan tersebut dijabarkan melalui 5 sasaran kegiatan dan 9 indikator kinerja kegiatan yang dilaksanakan oleh 4 bagian (unit eselon 3). Pencapaian sasaran kegiatan tersebut tentunya tidak mudah, karena kegiatan yang disusun harus mampu menjawab permasalahan mendasar dan isu strategis dalam pencapaian target tingkat fasilitasi produk hukum dan bantuan hukum. Namun berbagai upaya telah dilakukan oleh Biro Hukum untuk mencapai sasaran kegiatan tersebut dalam rangka mendukung kinerja Sekretariat Jenderal, yang akan dituangkan di dalam laporan kinerja ini.. 1.2 Tugas dan Fungsi Biro Hukum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 03/PRT/M/2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan pembinaan pembentukan peraturan perundang-undangan, pemberian advokasi hukum, pertimbangan hukum, kesepakatan bersama, perjanjian kerja sama, dan penyebarluasan produk hukum, serta dokumentasi dan informasi hukum bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat. Dalam melaksanakan tugasnya, Biro Hukum menyelenggarakan fungsi: 1. Koordinasi pembentukan peraturan perundang-undangan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat; 2. Pembinaan pembentukan peraturan perundang-undangan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat; 3. Koordinasi pemberian advokasi dan pertimbangan hukum terkait tugas dan fungsi Kementerian; 4. Pembinaan pemberian advokasi dan pertimbangan hukum terkait tugas dan fungsi Kementerian; 5. Koordinasi pembentukan kesepakatan bersama dan / atau perjanjian kerja sama bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat; 6. Pelaksanaan penyebarluasan produk hukum; 7. Pelaksanaan dokumentasi dan informasi hukum; dan 8. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro. 2.

(7) Biro Hukum merupakan salah satu unit di lingkungan Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum terdiri atas 4 (empat) bagian, dan masing-masing bagian mempunyai 3 (tiga) sub bagian. a. Bagian Peraturan Perundang-undangan I dengan sub bagian:  Peraturan Perundang-undangan Bina Marga dan Penelitian dan Pengembangan;  Peraturan Perundang-undangan Cipta Karya dan Penyediaan Perumahan; dan  Peraturan Perundang-undangan Sekretariat Jenderal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. b. Bagian Peraturan Perundang-undangan II dengan sub bagian:  Peraturan Perundang-undangan Sumber Daya Air dan Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;  Peraturan Perundang-undangan Bina Konstruksi, Pengembangan Infrastruktur Wilayah, dan Inspektorat Jenderal; dan  Dokumentasi dan Informasi Hukum. c. Bagian Advokasi Hukum I dengan sub bagian:  Advokasi Hukum Bina Marga dan Penelitian dan Pengembangan;  Advokasi Hukum Cipta Karya dan Penyediaan Perumahan; dan  Advokasi Hukum Sekretariat Jenderal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. d. Bagian Advokasi Hukum II dengan sub bagian:  Advokasi Hukum Sumber Daya Air Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan;  Advokasi Hukum Bina Konstruksi, Pengembangan Infrastruktur Wilayah, dan Inspektorat Jenderal; dan  Tata Usaha Biro. e. Kelompok Jabatan Fungsional Masing-masing Bagian di unit kerja Biro Hukum memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut: 1.2.1. Bagian Peraturan Perundang-Undangan I Bagian Peraturan Perundang-undangan I mempunyai tugas melaksanakan penyiapan koordinasi dan pembinaan pembentukan peraturan perundang-undangan, kesepakatan bersama, perjanjian kerja sama, dan penyebarluasan produk hukum bidang bina marga, penelitian dan pengembangan, cipta karya, penyediaan perumahan, sekretariat jenderal, dan pengembangan sumber daya manusia. Bagian Peraturan Perundang-Undangan I menjalankan fungsi: a. Penyiapan koordinasi pembentukan perturan perundang-undangan bidang bina marga, penelitian dan pengembangan, cipta karya, penyediaan perumahan, sekretariat jenderal, dan pengembangan sumber daya manusia; b. Penyiapan pembinaan pembentukan peraturan perundang – undangan bidang bina marga, penelitian dan pengembangan, cipta karya, penyediaan perumahan, sekretariat jenderal, dan pengembangan sumber daya manusia;. 3.

(8) c. penyiapan koordinasi pembentukan kesepakatan bersama dan/atau perjanjian kerja sama bidang bina marga, penelitian dan pengembangan,cipta karya, penyediaan perumahan, sekretariat jenderal, dan pengembangan sumber daya manusia; dan d. penyiapan penyebarluasan peraturan perundang-undangan bidang bina marga, penelitian dan pengembangan, cipta karya, penyediaan perumahan, sekretariat jenderal, dan pengembangan sumber daya manusia; Tugas Sub Bagian yang berada di Bagian ini adalah: 1) Subbagian Peraturan Perundang-undangan Bina Marga dan Penelitian dan Pengembangan Wilayah mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi, pembinaan dan penyebarluasan peraturan perundang-undangan, kesepakatan bersama dan/atau perjanjian kerja sama bidang bina marga dan penelitian dan pengembangan. 2) Subbagian Peraturan Perundang-undangan Cipta Karya dan Penyediaan Perumahan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi, pembentukan, pembinaan dan penyebarluasan peraturan perundang-undangan kesepakatan bersama dan/atau perjanjian kerja sama bidang cipta karya dan penyediaan perumahan. 3) Subbagian Peraturan Perundang-undangan Sekretariat Jenderal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi, pembentukan, pembinaan dan penyebarluasan peraturan perundang-undangan kesepakatan bersama dan/atau perjanjian kerja sama bidang sekretariat jenderal, dan pengembangan sumber daya manusia 1.2.2. Bagian Peraturan Perundang-undangan II Penyiapan koordinasi dan pembinaan pembentukan peraturan perundang-undangan, kesepakatan bersama, perjanjian kerjasama, dan penyebarluasan produk hukum bidang sumber daya air, pembiayaan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan, bina konstruksi, pengembangan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan, inspektorat jenderal, dan pengelolaan dokumentasi dan informasi hukum. Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, Bagian Bagian Peraturan Perundang-undangan II menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan koordinasi rancangan peraturan perundangundangan bidang Sumber Daya Air, Bina Konstruksi, dan lingkup Penelitian dan Pengembangan, Inspektorat Jenderal, dan bidang terkait; b. Penyiapan pembinaan peraturan perundang-undangan bidang Sumber Daya Air, Bina Konstruksi, dan lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan, Inspektorat Jenderal, dan bidang terkait; c. Pelaksanaan penyebarluasan peraturan perundang-undangan bidang Sumber Daya Air, Bina Konstruksi, dan lingkup Penelitian dan Pengembangan, Inspektorat Jenderal, dan bidang terkait. Tugas Sub Bagian yang berada di Bagian Peraturan Perundang-undangan II adalah:. 4.

(9) 1) Subbagian Peraturan Perundang-undangan Sumber Daya Air mempunyai tugas penyiapan bahan koordinasi, pembinaan dan penyebarluasan peraturan perundangundangan bidang Sumber Daya Air dan bidang terkait. 2) Subbagian Peraturan Perundang-undangan Bina Konstruksi, Penelitian dan Pengembangan, dan Inspektorat Jenderal mempunyai tugas penyiapan bahan koordinasi, pembinaan dan penyebarluasan peraturan perundang-undangan bidang Bina Konstruksi, Penelitian dan Pengembangan, Inspektorat Jenderal dan bidang terkait. 3) Subbagian Informasi dan Dokumentasi Hukum mempunyai tugas penyiapan pengelolaan dokumentasi dan penyebarluasan Dokumentasi dan Informasi Hukum. 1.2.3. Bagian Advokasi Hukum I Bagian Advokasi Hukum I mempunyai tugas melaksanakan penyiapan koordinasi, pembinaan dan pemberian advokasi hukum serta pertimbangan hukum bidang Bina Marga, Cipta Karya, Penyediaan Perumahan, Pembiayaan Perumahan dan lingkup Sekretariat Jenderal, Penelitian dan Pengembangan Wilayah, dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bagian Advokasi Hukum I menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan koordinasi pemberian advokasi hukum dan pertimbangan hukum bidang Bina Marga, Cipta Karya, Penyediaan Perumahan, Pembiayaan Perumahan, dan lingkup Sekretariat Jenderal, Penelitian dan Pengembangan Wilayah, dan Pengembangan Sumber Daya Manusia; b. Penyiapan bahan pembinaan advokasi hukum; dan Tugas Sub Bagian yang berada di Bagian Advokasi Hukum I adalah: 1) Subbagian Advokasi Hukum Bina Marga dan Penelitian dan Pengembangan Wilayah mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi, pembinaan dan pemberian advokasi hukum serta pertimbangan hukum bidang Bina Marga dan Penelitian dan Pengembangan Wilayah. 2) Subbagian Advokasi Hukum Cipta Karya dan Penyediaan Perumahan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi, pembinaan dan pemberian advokasi hukum serta pertimbangan hukum bidang Cipta Karya, Penyediaan Perumahan, dan Pembiayaan Perumahan, serta 3) Subbagian Advokasi Hukum Sekretariat Jenderal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi, pembinaan dan pemberian advokasi hukum serta pertimbangan hukum lingkup Sekretariat Jenderal dan Sumber Daya Manusia. 1.2.4. Bagian Advokasi Hukum II Bagian Advokasi Hukum II mempunyai tugas melaksanakan penyiapan koordinasi, pembinaan dan pemberian advokasi hukum serta pertimbangan hukum bidang Sumber Daya Air, Bina Konstruksi, dan lingkup Penelitian dan Pengembangan, Inspektorat Jenderal serta pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.. 5.

(10) Bagian Advokasi Hukum II menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan koordinasi, pemberian advokasi hukum dan pertimbangan hukum bidang Sumber Daya Air, Bina Konstruksi, dan lingkup Penelitian dan Pengembangan, serta Inspektorat Jenderal; b. Penyiapan bahan pembinaan advokasi hukum; dan c. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro. Tugas Sub Bagian yang berada di Bagian Advokasi Hukum II: 1) Subbagian Advokasi Hukum Sumber Daya Air mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi, pembinaan dan pemberian advokasi hukum serta pertimbangan hukum bidang Sumber Daya Air. 2) Subbagian Advokasi Hukum Bina Konstruksi, Penelitian dan Pengembangan, dan Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi, pembinaan dan pemberian advokasi hukum serta pertimbangan hukum bidang Bina Konstruksi, dan lingkup Penelitian dan Pengembangan, serta Inspektorat Jenderal. 3) Subbagian Tata Usaha Biro mempunyai tugas melakukan urusan administrasi kepegawaian, barang milik negara dan fasilitasi rencana, program, dan pelaporan serta pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.. 1.3 Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Biro Hukum memiliki Struktur Organisasi seperti pada gambar berikut:. 6.

(11) Sumber: Peraturan Menteri PUPR Nomor 03 Tahun 2019. Gambar 1.1. Struktur Organisasi Biro Hukum. 1.4 Isu Strategis Dalam perwujudan pemenuhan rakyat Indonesia, seperti pangan, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan, infrastruktur sangatlah penting. Kementerian PUPR yang menangani Pekerjaan Umum dan Perumhaan Rakyat berkewajiban melakukan percepatan pembangunan yang terpadu terhadap infrastuktur yang efektif dan efisien, dengan memperhatikan pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan infrastuktur secara spesifik ditujukan untuk mendukung ketanahan pangan melalui distribusi pasokan air untuk irigasi dan pertanian. Pembangunan Infrastuktur salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat pembanguan nasional. Dalam Pembanguan Infrastuktur PUPR tidak terlepas pada Aspek Hukum yang merupakan bingkai dan pondasi dalam pelaksanaan pekerjaan proyek Insfrastuktur. Hal ini dapat dilihat dari tugas fungsi Kementerian PUPR yaitu merencanakan, mengatur atau membina, dan juga melaksanakan pembangunan serta memelihara pembangunan Infrastuktur dalam lingkup PUPR. Dalam melaksanakan perannya mengenai pembangunan Infrastuktur aspek Hukum merupakan Instrumen sangat penting untuk menjadi landasan pembangunan Infrastukur mengingat Undang – Undang Dasar 1945 Bab 1 pasal 1 ayat (3) menyatakan Negara Indonesia adalah Negara Hukum dengan demikian maka Aspek Hukum merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan Infarstuktur pembanguan PUPR. 7.

(12) Arah Pembangunan Hukum Nasional diarahkan untuk terwujudnya sistem Pembanguan Nasional yang mantap berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang mencakup pembangunan Materi Hukum, Struktur Hukum termasuk aparat hukum, sarana dan prasarana hukum dan perwujudan masyarakat yang mempunyai kesadaran dalam Budaya Hukum yang tinggi untuk mewujudkan Negara hukum. Antara kepentingan teknis dalam pembangunan infrastuktur dan kepentingan sosial khususnya dalam bidang hukum tidak boleh ada yang saling menjatuhkan atau/trade off melainkan, saling bersinergi demi tercapainya pembanguan fisik infrastuktur yang baik dengan didasarkan pada ketentuan hukum yang baik. Berdasarkan point-point tersebut diatas kementerian PUPR memiliki Biro Hukum dan BagianBagian Hukum yang mempunyai tugas terciptanya sistem hukum yang baik selaras dengan kepentingan pembanguan Infrastuktur Kementerian PUPR. Aspek utama dalam penyelenggaraan sistem hukum di kementerian PUPR, Biro Hukum mempunyai dua tugas utama yaitu Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan dan Advokasi Hukum yang semuanya bertujuan untuk memberikan sinegri dalam peran hukum di pembangunan infrastruktur bidang PUPR. Dalam konteks percepatan pembangunan, Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Biro Hukum memberikan kontribusi sesuai tugas dan fungsi nya, yaitu pembinaan penyusunan dan penyebarluasan peraturan perundangundangan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat, melakukan asistensi dan advokasi salah satunya dengan melakukan mitigasi potensi permasalahan hukum sebagai dampak dari percepatan pembangunan dan dampak sosial kemasyarakatan yang timbul. Biro Hukum secara aktif melakukan proses pengendalian terhadap produk hukum yang tidak sejalan dengan kinerja percepatan pembangunan melalui program legislasi di tingkat Kementerian PUPR. Pada intinya, seluruh tugas pokok dari Biro Hukum, yaitu penyusunan peraturan perundang-undangan dan advokasi hukum, diimplementasikan melalui kinerja Biro Hukum untuk memastikan bahwa pembangunan dan percepatan pembangunan dapat berjalan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan tidak terdapat permasalahan hukum yang berpotensi menghambat percepatan pembangunan. Isu Strategis merupakan isu yang lahir dari kondisi kendalinya diluar Biro Hukum namun sangat terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian PUPR secara langsung dan tidak langsung. Hal ini dapat dilihat dari penanganan perkara hukum yang putusannya tidak memberikan kepastian kepada pihak berperkara khususnya dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum dimana putusan pengadilan sebelumnya untuk perkara yang sejenis tidak dijadikan dasar pertimbangan dalam putusan pengadilan (stare decis) dimana Doktrin ini hanya berada di kertas semata tidak diimplementasikan di pengadilan Indonesia. Dari hal ini timbul permasalahan – permasalahan terkait antara lain yaitu: a) Perkara lama yang sudah inkrah muncul kembali yang belum ada penyelesaian terkait pembayaran ganti rugi untuk pengadaan tanah pembangunan jalan tol; 8.

(13) b) Adanya perkara aset kementerian PUPR yang menghambat pembangunan dalam rangka PSN (proyek strategis nasional). Contoh perkaranya yaitu Aset Bina Marga di Cipayung untuk pembangunan rusun; c) Tidak lengkapnya dokumen untuk pembuktian dalam penanganan perkara; d) Masih kurangnya koordinasi dari unit pelaksana yang mempunyai masalah hukum; e) Masih banyaknya dokumen kontrak yang tidak diteliti di dalam pelaksanaan proyek sehingga menimbulkan permasalahan berupa claim dari penyedia jasa; f) Kendala tidak adanya Standar Biaya Masukan (SBM) untuk hal – hal tertentu dalam penanganan perkara, contohnya dalam hal pengambilan putusan, banding, kasasi, PK, sumpah PK, natzegelen dan lain – lain; g) Belum adanya kesepahaman antara Balai yang melakukan pengadaan dengan unit organisasi pengguna barang/jasa terkait proses aturan pengadaan barang/jasa; h) Adanya ketidakjelasan fungsi TP4D dalam penanganan perkara mengingat peranan PPK dan Pokja/ULP sudah dipisahkan dengan adanya UPT PBJ di tiap provinsi. Contoh nyata adalah perkara di Babel dimana PPK menugaskan TP4D dalam penanganan gugatan sementara sesungguhnya arahan Pak Menteri, PPK tidak boleh mengintervensi Pokja dalam permsalahan barang/jasa walaupun terdapat permasalahan hukum; i) Terdapat perkara – perkara yang memerlukan pengetahuan khusus seperti perkara lingkungan hidup yang diajukan oleh LSM lingkungan hidup terkait pengelolaan SDA khususnya sungai, contohnya perkara di sungai Brantas mengenai ikan mati dan popok; j) Terdapat perkara uji materiil yang berdampak pada peraturan PUU namun bagian hukum setditjen tersebut tidak aktif dalam penangananannya dan semua dibebankan di biro hukum; k) Bank data perkara aktif dan inaktif yang terintegrasi di kementerian PUPR belum terdigitalisasi; l) Diperlukan nomenklatur dalam perubahan Peraturan Menteri PUPR Nomor 06 Tahun 2016 mengenai perkara on going, perkara aktif inaktif, dan seterusnya; m) Kurangnya kepatuhan unit pelaksana sehingga mengakibatkan masalah hukum; n) Kurang tertib administrasi dan tidak terarsip dengan baik; o) Pemanggilan oleh APH di dalam pelaksanaan pembangunan khususnya PSN yang telah ada pendampingan oleh TP4D; dan p) Bilamana kita bias, balai – balai yang punya perakara menggunakan JPN apakah harus melalui biro hukum atau bisa Kepala Balai meminta dari Kajati. Sedangkan untuk momentum perundang-undangan yang terjadi selama pelaksanaan anggaran TA 2019. Semisal isu Omnibus Law yang dalam literature perundang-undangan berdampak pada proses penyisiran dan inventarisasi seluruh produk hukum bidang PUPR yang terkait dengan perizinan dan kemudahan investasi haruslah dikumpulkan dan merujuk 9.

(14) kedalam satu wadah bernama Omnibus Law. Omnibus Law itu sendiri merupakan pencabutan pasal – pasal dalam undang - undang sektoral yang dianggap saling bertentangan ataupun berpotensi menghambat kemudahan berinvestasi di Indonesia. Isu strategis terkait Omnibus Law salah satunya adalah penghapusan izin mendirikan bangunan dan juga penghapusan terkait izin badan usaha dari luar negeri yang ingin melakukan investasi di lingkup konstruksi. Dari isu strategis Omnibus Law ini berimplikasi kepada timbulnya permasalahan yang berdimensi dari faktor eksternal antara lain : a) Permen PUPR Nomor 29 Tahun 2016 tentang Pembentukan Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerjasama di Kementerian PUPR sedangkan Kemendagri mengeluarkan PP Nomor 28 Tahun 2018 tentang Kerja Sama Daerah sehingga belum ada kesepakatan Perjanjian Kerja Sama yang tidak boleh pusat dan daerah dan masih menjelaskan ke Kemendagri melalui Pusat Fasilitasi Kerjasama Kemendagri). PP Nomor 28 Tahun 2018 menyebutkan sinergi perencanaan pembangunan sebagai ganti Perjanjian Kerja Sama. Kemendagri belum sepakat Perjanjian Kerja Sama pusat dan daerah. Walaupun judulnya bukan Perjanjian Kerja Sama, bisa menjadi Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan (SP3); b) Terkait penyusunan Perundang-undangan terkait konsultasi publik masyarakat yang akan merespons dan harus ditanggapi. Contohnya Pengurus Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Satuan Rumah Susun (P3SRS), dalam pelaksanaan P3SRS dapat dilakukan oleh oknum untuk keuntungan sendiri; c) Perjanjian pendahuluan jual beli terdapat permasalahan konsumen tidak mendapatkan perlindungan dalam pembelian apartemen. Pemerintah yang mengatur pengembang,bukan pengembang yang mengatur pemerintah. Perlu penguatan dalam konsultasi publik pro konsumen, bukan kepada pengembang; d) Di internal program legislasi tidak disukai, lebih disukai izin prakarsa, seharusnya peraturan Perundang-undangan didahulukan yang ada dalam proleg PUPR, kita harus mengatur minimal berapa yang masuk dan tercapai dalam proleg PUPR; e) Pelibatan bagian hukum di masing – masing unor masih kurang, kadang mereka melewati bagian hukum di setditjen melainkan langsung ke Biro Hukum; f) Perlu pelatihan perancangan Perundang-undangan, hanya ada 7 perancang Perundang-undangan di dalam Kementerian PUPR dan telah dilakukan usulan untuk adanya pelatihan perancang Perundang-undangan yang dilakukan secara on/off dan tahun depan untuk dapat dilakukan pelatihan suncang; g) Perlu dilakukan perubahan Permen PUPR Nomor 29 Tahun 2016 tentang Pembentukan Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerjasama di Kementerian PUPR; dan h) Masih lemahnya harmonisasi dalam Perundang-undangan.. 10.

(15) 1.5 Sistematika Penyusunan Laporan Kinerja. Sistematika penyusunan Laporan Kinerja Biro Hukum terdiri dari 5 (lima) bab, antara lain diuraikan sebagai berikut: 1) Ringkasan Eksekutif Berisi uraian singkat dan perspektif capaian kinerja Biro Hukum tahun Anggaran 2019. 2) Bab I Pendahuluan. Pada bab ini dijelaskan secara umum latar belakang, tugas dan fungsi, struktur organisasi, dan isu strategis Biro Hukum. 3) Bab II Perencanaan Kinerja. Bab ini berisi tentang uraian singkat Renstra Kementerian, Perjanjian Kinerja, Metoda Pengukuran, dan Target Tahun 2019 menurut renstra. 4) Bab III Kapasitas Organisasi. Bab ini berisi tentang kemampuan organisasi (SDM, anggaran/DIPA, dan sarana prasarana) dari unit kerja, terutama berkaitan dengan kondisi realitas lingkungan pekerjaan dalam mendukung peningkatan kinerja SDM dan organisasi. 5) Bab IV Akuntabilitas Kinerja. Bab ini berisi Capaian Kinerja Organisasi, Perbandingan Kinerja dan Realisasi Anggaran 6) Bab V Kesimpulan. Bab ini disajikan kesimpulan secara singkat dari Laporan Kinerja Biro Hukum dan rekomendasi perbaikan kinerja ke depan. 7) Lampiran. Lampiran ini berisi perjanjian kinerja, penghargaan pihak ketiga, serta beberapa dokumentasi hasil pelaksanaan kegiatan di tahun anggaran 2019.. 11.

(16) BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 Uraian Singkat Renstra Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas Sekretariat Jenderal, Biro Hukum melaksanakan kegiatan Pembinaan, Perencanaan, Harmonisasi, dan Publikasi Peraturan Perundang-Undangan serta Bantuan Hukum. 2.1.1. Visi dan Misi Visi Sekretariat Jenderal adalah: "Terwujudnya Sekretariat Jenderal sebagai Pendukung Penyelenggaraan Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang Berkualitas, Bersih, dan Terdepan" Berkualitas maksudnya adalah lingkungan yang didukung oleh fungsi dari SDM yang memiliki kompetensi tinggi dan produktif yang didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana kerja yang memadai untuk mencapai hasil yang berkualitas berupa produk, jasa, proses dukungan administrasi dan penciptaan lingkungan yang kondusif dalam rangka mendukung baik lingkungan internal maupun stakeholders lainnya dalam penyelenggaraan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat. Bersih maksudnya adalah bahwa penyelenggaraan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat harus sesuai dengan pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik (good governance) yang meliputi transparansi, kesetaraan, akuntabilitas, pengawasan, efisiensi dan efektivitas, profesionalisme, partisipasi serta penegakkan hukum. Bersih merupakan fungsi dari etos kerja dan komitmen yang tinggi dari aparatur, sikap mental yang taat asas, dan adanya lingkungan kerja yang kondusif dan tata kelola yang baik (good governance). Terdepan maksudnya adalah institusi Sekretariat jenderal adalah unit yang berwawasan lebih ke depan dalam menjalankan fungsi sebagai pemandu dan koordinasi bagi unit-unit eselon satu lainnya dalam melaksanakan langkah-langkah penyelenggaraan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat.. 12.

(17) Misi Sekretariat Jenderal adalah untuk mendukung salah satu misi Kementerian Pekerjaan Umum yaitu: Meningkatkan tata kelola sumber daya organisasi untuk mendukung fungsi manajemen meliputi perencanaan yang terpadu, pengorganisasian yang efisien, pelaksanaan yang tepat, dan pengawasan yang ketat. Untuk mendukung misi tersebut maka Misi Sekretariat Jenderal adalah:. “Mewujudkan Tata Kelola Sumber Daya Organisasi yang Profesional, Akuntabel, dan Inovatif untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang handal” Terdapat 3 (tiga) kata kunci dalam misi tersebut yaitu professional, akuntabel, dan inovatif yang dimaknai sebagai berikut: Profesional maksudnya adalah bahwa dalam rangka melaksanakan fungsi–fungsi manajemen (fungsional maupun sumberdaya), sumberdaya manusia diharapkan mempunyai kompetensi dan profesionalitas untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Sekretariat Jenderal. Akuntabel maksudnya adalah institusi menghasilkan keluaran yang memenuhi aspek akuntabilitas dari segi adminsitrasi dan keuangan serta dari aspek pemenuhan kinerja yang diharapkan dalam proses pelaksanaan tugas dan fungsi dalam memeberi pelayanan internal maupun pelayanan publik. Inovatif maksudnya adalah institusi maupun individu yang ada mampu memberikan pembaruan dan pencerahan sesuai dengan tuntutan lingkungan strategis yang berkembang dan sistem administrasi pemerintahannya serta peningkatan fungsi koordinasi yang akan menempatkan Sekretariat Jenderal sebagai insitusi terdepan.. Misi Sekretariat Jenderal sebagai penjabaran misi yang tercantum dalam Renstra Kementerian PUPR adalah: 1. Meningkatnya manajemen fungsional yang integratif, transparan, dan akuntabel. 2. Meningkatnya manajemen sumberdaya yang dapat mendorong peningkatan kinerja produktivitas dan profesionalitas sumber daya manusia serta mengembangkan kelembagaan yang efektif dan efisien. 3. Meningkatnya pelayanan administrasi pimpinan yang prima dan menyediakan informasi publik yang akurat dan inovatif.. 13.

(18) Untuk mendukung visi dan misi Sekretariat Jenderal tersebut, maka Biro Hukum mempunyai visi yaitu:. “Terwujudnya Biro Hukum yang progresif untuk mendukung percepatan pembangunan.” Dengan visi tersebut maka misi Biro Hukum: 1) Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif, dan sumber daya manusia yang profesional dengan menerapkan prinsip good governance; 2) Meningkatkan koordinasi penyusunan dan pengembangan peraturan perundang-undangan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat, serta pembinaan kemampuan Sumber Daya Manusia; 3) Meningkatkan penyelesaian masalah/sengketa hukum bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat, serta pembinaan kemampuan Sumber Daya Manusia; 4) Meningkatkan terlaksananya publikasi, dokumentasi dan informasi hukum bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat serta bidang terkait; 5) Meningkatkan pelayanan dan pengelolaan rumah negara; dan 6) Meningkatkan pelayanan tata usaha dan rumah tangga biro. 2.1.2. Sasaran Program dan Kegiatan Sasaran Kegiatan Biro Hukum mendukung Sasaran Program Tersedianya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Kementerian PUPR namun mendukung sasaran strategis Meningkatnya pengelolaan regulasi dan layanan hukum, data dan informasi publik, serta sarana dan prasarana. Kegiatan Pembinaan, Perencanaan, Harmonisasi dan Publikasi Peraturan Perundang-undangan serta Bantuan Hukum dilaksanakan untuk mendukung Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian PUPR. Adapun sasaran kegiatan Biro Hukum diturunkan dari sasaran strategis Kementerian PUPR dan Sasaran Program Sekretariat Jenderal dengan cascading kinerja sebagai berikut:. 14.

(19) Gambar 2.1. Sasaran Strategis, Sasaran Program, dan Sasaran Kegiatan Dari sasaran program Tersedianya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Kementerian PUPR dengan indikator kinerja Tingkat fasilitasi produk hukum dan bantuan hukum dijabarkan ke dalam sasaran kegiatan sebagai berikut: 1. Produk hukum dan pembinaan hukum Indikator Kinerja Kegiatan:  Jumlah produk hukum yang diproses.  Jumlah SDM yang dibina. 2. Bantuan hukum, opini hukum, pendampingan dan pembinaan hukum Indikator Kinerja Kegiatan:  Jumlah perkara di Kementerian PUPR yang ditangani.  Jumlah opini hukum, MoU, dan perjanjian kerjasama yang disusun.  Jumlah SDM yang dibina. 3. Pengelolaan jaringan dokumentasi dan informasi hukum 15.

(20) Indikator Kinerja Kegiatan:  Jumlah dokumen hukum yang ditayangkan dalam jaringan dokumentasi dan informasi hukum.  Jumlah SDM yang dibina. 4. Pengelolaan administrasi perkantoran Indikator Kinerja Kegiatan:  Jumlah laporan pengelolaan administrasi perkantoran.. 2.2 Perjanjian Kinerja Biro Hukum dalam pelaksanaan setiap pelaksanaan kegiatan selalu sejalan dengan yang telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Dokumen Perjanjian Kinerja, serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dokumen Perjanjian Kerja berisikan perjanjian antara Pihak yang diberikan tanggung jawab (dalam hal ini Kepala Biro Hukum) dengan Pihak Pimpinan yang memberikan tanggung jawab (dalam hal ini Sekretaris Jenderal). Dokumen ini merupakan kontrak kinerja yang harus dipenuhi oleh Kepala Biro Hukum selama satu tahun kepada Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR. Dokumen Perjanjian Kinerja disusun sebulan setelah alokasi pagu anggaran diterbitkan. Hal ini dimaksudkan agar Dokumen Perjanjian Kinerja dibuat lebih realitis dengan kegiatan dan ketersediaan dana yang ada. Dokumen Perjanjian Kinerja ini juga akan menjadi bahan acuan dalam Pengukuran Kinerja suatu unit kerja/satuan kerja. Berdasarkan Peraturan Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang tersedia. Kinerja yang disepakati tidak dibatasi pada kinerja yang dihasilkan atas kegiatan tahun bersangkutan, tetapi termasuk kinerja (outcome) yang seharusnya terwujud akibat kegiatan tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian target kinerja yang diperjanjikan juga mencakup outcome yang dihasilkan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya, sehingga terwujud kesinambungan kinerja setiap tahunnya. Biro Hukum pada tahun 2019 memiliki 5 sasaran kegiatan, antara lain: 1. Penyusunan produk hukum dan pembinaan hukum, yang terdiri atas output berdasarkan RKAKL: a. Jumlah produk hukum yang diproses dengan target menghasilkan 30 dokumen. 16.

(21) b. Jumlah SDM yang dibina dengan target menghasilkan 200 orang. 2. Bantuan hukum, opini hukum, pendampingan dan pembinaan hukum, yang terdiri atas output berdasarkan RKAKL: a. Jumlah perkara di Kementerian PUPR yang ditangani dengan target menghasilkan 40 dokumen. b. Jumlah opini hukum, MoU, dan perjanjian kerjasama yang disusun dengan target menghasilkan 25 dokumen. c. Jumlah SDM yang dibina dengan target menghasilkan 100 orang. 3. Pengelolaan jaringan dokumentasi dan informasi hukum, yang terdiri atas output berdasarkan RKAKL: a. Jumlah dokumen hukum yang ditayangkan dalam jaringan dokumentasi dan informasi hukum dengan target menghasilkan 75 dokumen. b. Jumlah SDM yang dibina dengan target menghasilkan 40 orang. 4. Pengelolaan administrasi perkantoran, yang terdiri atas output berdasarkan RKAKL: a. Jumlah laporan pengelolaan administrasi perkantoran 12 bulan. Tabel II.1. Perjanjian Kinerja Biro Hukum Tahun 2019 Sasaran Program/ Kegiatan. Indikator Kinerja. Target. PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN PUPR a.. Peningkatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Tingkat fasilitasi produk hukum dan bantuan hukum. 100 % fasilitasi. KEGIATAN PEMBINAAN, PERENCANAAN, HARMONISASI DAN PUBLIKASI PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN SERTA BANTUAN HUKUM 1.. 2.. Penyusunan produk hukum dan pembinaan hukum Bantuan hukum, opini hukum, pendampingan. 1.. Jumlah produk hukum yang diproses.. 2.. Jumlah SDM yang dibina.. 1.. Jumlah perkara di Kementerian PUPR yang ditangani.. 30 Dokumen 200 orang 40 dokumen. 17.

(22) Sasaran Program/ Kegiatan. Indikator Kinerja. Target. PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN PUPR dan pembinaan hukum. 2. 3.. Jumlah opini hukum, MoU, dan perjanjian kerjasama yang disusun. Jumlah SDM yang dibina.. 25 dokumen. 100 orang. 3.. 4.. Pengelolaan jaringan dokumentasi dan informasi hukum. Pengelolaan administrasi perkantoran. 1.. Jumlah dokumen hukum yang ditayangkan dalam jaringan dokumentasi dan informasi hukum.. 2.. Jumlah SDM yang dibina.. 1. Jumlah laporan pengelolaan administrasi perkantoran. 75 dokumen. 40 orang. 12 bulan. 2.3 Metode Pengukuran 2.3.1. Indikator Kinerja Program Sekretariat Jenderal melaksanakan 2 (dua) sasaran strategis Kementerian PUPR yaitu (1) meningkatkan budaya organisasi yang berkinerja tinggi dan berintegritas, dan (2) meningkatkan pengelolaan regulasi dan layanan hukum, data dan informasi publik, serta sarana dan prasana. Sasaran strategis ini dilaksanakan melalui 2 (dua) sasaran program yaitu (1) tersedianya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Kementerian PUPR, dan (2) tersedianya dukungan sarana dan prasana aparatur Kementerian PUPR. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Biro Hukum mendukung Sasaran Strategis Kementerian PUPR yaitu:. “meningkatkan pengelolaan regulasi dan layanan hukum, data dan informasi publik, serta sarana dan prasana” yang dilaksanakan dengan Sasaran Program Sekretariat Jenderal. “tersedianya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Kementerian PUPR” dijalankan dengan indikator kinerja program adalah 18.

(23) “tingkat fasilitasi produk hukum dan bantuan hukum”. Penjabaran keterkaitan dari tingkat Sasaran Strategis Kementerian Pekerjaan Umum, Sasaran Program Sekretariat Jenderal, hingga ke tingkat Sasaran Kegiatan adalah sebagai berikut:. 19.

(24) Gambar 2.2. Keterkaitan Sasaran Strategis, Sasaran Program, dan Sasaran Kegiatan. 20.

(25) Pengukuran kinerja diperoleh dari pembobotan yaitu 40% hasil (outcome) dan 60% fisik (output). Sesuai Outcome Biro hukum yaitu tingkat fasilitasi produk hukum dan bantuan hukum, Pengukuran Outcome Biro hukum diperoleh dengan mengukur dua hal : 1. Pengukuran tingkat fasilitasi produk hukum diperoleh melalui sistem pengendalian yang mewujudkan regulasi yang harmonis, ramping dan efektif untuk mendukung pelaksanaan tugas Kementerian PUPR dan tertibnya pelaksanaan penyusunan regulasi. Hal ini dilakukan dengan mengukur prosentase jumlah peraturan yang berhasil diproses melalui mekanisme yang telah diatur. 2. Pengukuran tingkat fasilitasi bantuan hukum diperoleh dengan mengukur prosentase perkara yang menang di pengadilan Pengukuran Output diperoleh dari akumulasi realisasi akhir dari seluruh indikator kinerja kegiatan yang tercapai di akhir tahun 2019 yang ada pada dokumen Perjanjian Kinerja. Outcome (40%). Kinerja (100%). Output (60%). Gambar 2.3. Pengukuran Kinerja Pengukuran Output diperoleh dari akumulasi realisasi akhir dari seluruh indikator kinerja kegiatan yang tercapai di akhir tahun 2018 yang ada pada dokumen Perjanjian Kinerja. 21.

(26) Produk hokum dan pembinaan hukum (35%). Jumlah produk hukum yang diproses (20%) Jumlah SDM yang dibina (15%). Output. Bantuan hukum, opini hukum, pendampingan dan pembinaan hukum (35%). Jumlah perkara di Kementerian PUPR yang ditangani (15%) Jumlah opini hukum, MoU, dan perjanjian kerjasama yang disusun (10%) Jumlah SDM yang dibina (10%). Pengelolaan jaringan dokumentasi dan informasi hukum (25%) Fasilitasi layanan administrasi perkantoran (10%). Jumlah dokumen hukum yang ditayangkan dalam JDIH (15%) Jumlah SDM yang dibina (10%) Jumlah laporan pengelolaan administrasi perkantoran (10%). Gambar 2.4. Penjabaran Output. Penetapan presentase masing-masing Indikator Kinerja Kegiatan Biro Hukum lakukan dengan dengan melihat apa yang menjadi peran utama/hal yang paling penting di masing-masing Sasaran Kegiatan di Biro Hukum mengacu kepada tugas dan fungsi utama Biro Hukum yang diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 03/PRT/M/2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Dengan demikian presentasi masing-masing Indikator Kinerja Kegiatan adalah sebagai berikut:. 22.

(27) Tabel II.2 Pembobotan Indikator Kinerja Kegiatan No IKK.1 IKK.2 IKK.3 IKK.4. IKK.5 IKK.6. IKK.7 IKK.9. Indikator Kinerja Kegiatan Jumlah produk hukum yang diproses Jumlah SDM yang dibina Jumlah perkara di Kementerian PUPR yang ditangani Jumlah opini hukum, MoU, dan perjanjian kerjasama yang disusun Jumlah SDM yang dibina Jumlah dokumen hukum yang ditayangkan dalam jaringan dokumentasi dan informasi hukum Jumlah SDM yang dibina Fasilitasi layanan administrasi perkantoran. Nilai Realisasi akhir Realisasi akhir. Bobot. Nilai (60%). Hasil (40%). Capaian. 20% 15%. Realisasi akhir. 15%. Realisasi akhir. 10%. Realisasi akhir. 10%. Realisasi akhir. 15%. Realisasi akhir. 10%. Realisasi akhir. 5%. Tertib nya pelaksanaan penyusunan regulasi Akumulasi nilai x bobot. Dan. Nilai + Hasil. Prosentase Perkara yang menang di Pengadilan. 2.3.2. Indikator Kinerja Kegiatan Indikator kinerja program tersebut dilaksanakan dengan kegiatan “Pembinaan, Perencanaan, Harmonisasi, dan Publikasi Peraturan Perundang-undangan serta Bantuan Hukum”, yang dilaksanakan melalui 5 (lima) Sasaran Kegiatan Biro Hukum dengan cara pengukuran yaitu:. 23.

(28) Tabel II.3 Cara Pengukuran Indikator Kinerja Kegiatan No 1 2. Sasaran Kegiatan. No. Indikator Kinerja. Cara Pengukuran. Penyusunan produk hukum dan pembinaan hukum. 1. Jumlah produk hukum yang diproses. Data eMonitoring. 2. Jumlah SDM yang dibina. Data eMonitoring. Bantuan hukum, opini hukum, pendampingan dan pembinaan hukum. 1. Jumlah perkara di Kementerian PUPR yang ditangani. Data eMonitoring. 2 3. 3. Pengelolaan jaringan dokumentasi dan informasi hukum. 1 2. 4. Pengelolaan administrasi perkantoran. 1. Jumlah opini hukum, MoU, dan perjanjian kerjasama yang disusun Jumlah SDM yang dibina. Data eMonitoring Data eMonitoring. Jumlah dokumen hukum yang ditayangkan dalam jaringan dokumentasi dan informasi hukum Jumlah SDM yang dibina. Data eMonitoring. Jumlah laporan pengelolaan administrasi perkantoran. Data eMonitoring. Data eMonitoring. Indikator kinerja kegiatan tersebut di atas dilaksanakan melalui paket-paket pekerjaan yang dipantau melalui sistem eMonitoring Kementerian PUPR dengan rincian sebagai berikut: 1.. Penyusunan Produk Hukum dan Pembinaan Hukum yang dilaksanakan melalui paket pekerjaan:  Analisis Dampak Kebijakan dan Kesesuaian Peraturan Perundang-undangan Bidang Bina Marga, PIW, Cipta Karya dan Perumahan, Setjen dan PSDM;  Perencanaan dan Evaluasi Peraturan Perundang-undangan Bidang Bina Marga, PIW, Cipta Karya, Perumahan, Setjen dan PSDM  Koordinasi Pembinaan Penerapan NSPK Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat  Analisis Dampak Kebijakan dan Kesesuaian Peraturan Perundang-undangan dan Produk Hukum Sumber Daya Air, Bina Konstruksi, Litbang dan Itjen  Perencanaan dan Evaluasi Peraturan Perundang-undangan Bidang Sumber Daya Air, Bina Konstruksi, Litbang dan Itjen. 2.. Bantuan Hukum, Opini Hukum, Pendamping dan Pembinaan Hukum di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang dilaksanakan melalui paket pekerjaan:  Mitigasi Permasalahan Hukum Bina Marga, PIW, Cipta Karya, Perumahan, Sekretariat Jenderal dan PSDM 24.

(29)   . Penanganan Litigasi dan Non Litigasi Bina Marga, PIW, Cipta Karya, Perumahan, Setjen dan PSDM Penanganan Berkas Perkara dalam rangka Otentifikasi Pembuktian Bina Marga, PIW, Cipta Karya, Perumahan, Setjen dan PSDM Pertimbangan Materi Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerjasama dalam rangka Pelaksanaan Infrastruktur Bina Marga, PIW, Cipta Karya, Perumahan, Setjen dan PSDM. . Panduan Penanganan Advokasi Hukum di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. . Mitigasi Permasalahan Hukum Bidang Sumber Daya Air, Bina Konstruksi, Litbang dan Itjen. . Penanganan Litigasi dan Non Litigasi Sumber Daya Air, Bina Konstruksi, Litbang dan Itjen Penanganan Berkas Perkara dalam rangka Otentifikasi Pembuktian bidang SDA, Bina Konstruksi, Litbang dan Itjen Pertimbangan Materi Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerjasama dalam rangka Pelaksanaan Infrastruktur Bidang SDA, Bina Kontruksi, Litbang dan Itjen Peningkatan Pengelolaan Data Hukum dan Data yang Terkait Biro Hukum.    3.. Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH) di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang dilaksanakan melalui paket pekerjaan:  Pengelolaan Jaringan, Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH) Kementerian Pekerjaan dan Perumahan Rakyat.. 4.. Pengelolaan administrasi perkantoran yang dilaksanakan melalui paket pekerjaan:  Pengadaan Peralatan Perkantoran.  Sistem Pelaporan Secara Elektronik (e-Monitoring) satker  Administrasi Kegiatan  Monitoring dan Evaluasi Kegiatan.  Koordinasi Penyusunan Kegiatan Biro Hukum  Pembayaran Gaji dan Tunjangan.  Penyelenggaraan Operasional.  Perawatan Peralatan Kantor dan Kendaraan Bermotor. 25.

(30) 2.4 Target Tahun Ini Menurut Renstra Target Renstra sama dengan target yang ada dalam Perjanjian Kinerja Biro Hukum. Hal ini karena isi dari Perjanjian Kinerja mengikuti Renstra Kementerian PUPR Tahun 2015-2019.. 26.

(31) BAB 3 KAPASITAS ORGANISASI 3.1 Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia atau dalam pemerintahan disebut dengan sumber daya aparatur adalah salah satu unsur penting dalam pelaksanaan manajemen organisasi pemerintahan. Sumber daya tersebut memegang peran utama dalam menggerakkan dan menentukan keberhasilan organisasi pemerintah untuk mencapai target atau sasarannya. Terutama dalam rangka mewujudkan good governance, maka organisasi harus didukung oleh sumber daya aparatur yang profesional dan berkompeten. Pada tahun 2019, jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) Biro Hukum adalah 45 (empat puluh lima) orang PNS dan 18 (delapan belas) pegawai non PNS. Dikarenakan tingginya beban kerja di Biro Hukum, maka perlu adanya tenaga bantuan non PNS untuk mendukung tugas dan fungsi Biro Hukum.. Jumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) Biro Hukum 60. 45. 40. 18. 20 0. PNS. NON PNS. Sumber: Data Biro Hukum, 2019. Gambar 3.1. Jumlah ASN Biro Hukum. Unit Kerja Eselon III yang mempunyai jumlah SDM terbanyak adalah Bagian Advokasi Hukum II dengan jumlah SDM sebanyak 17 (tujuh belas) orang PNS. Hal ini dikarenakan Bagian Advokasi 27.

(32) Hukum II juga membawahi Sekretariat Kepala Biro Hukum, dan juga SDM yang bekerja di Kesatkeran Biro Hukum. Sebaliknya, jumlah SDM paling sedikit adalah di Bagian Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan II berjumlah 8 (delapan) orang PNS.. SDM Biro Hukum per Unit Kerja Eselon III 17. 18 16 14 12. 10. 10. 9. 8. 8 6 4 2. 1. 0 Kepala Biro. AH I. AH II. PUU I. PUU II. Sumber: Data Biro Hukum, 2019. Gambar 3.2. SDM Biro Hukum per Unit Kerja Eselon III. Masih kurangnya jumlah PNS tersebut menyebabkan beban kerja masing-masing pegawai menjadi lebih tinggi sehingga dibutuhkan perekrutan pegawai atau pengembangan kompetensi pegawai untuk dapat menyelesaikan pekerjaan lebih cepat, efektif, dan efisien. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil bahwa pengembangan kompetensi pegawai dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan. Biro hukum telah melaksanakan pengembangan kompetensi pegawai melalui pendidikan dengan memberikan tugas belajarkepada para pegawainya untuk mengembangkan kompetensinya baik pendidikan hukum maupun pendidikan non hukum dan Biro Hukum juga telah melaksanakan pengembangan kompetensi pegawai melalui pelatihan baik pelatihan yang bersifat teknis maupun manajemen. Pelatihan tersebut meliputi Pelatihan Penyusunan Peraturan Perundang-undangan, Pelatihan Kepengacaraan, dan Pelatihan Hukum Kontrak serta Pelatihan Manajemen lainnya. Hal ini bertujuan agar setiap pegawai dapat mengembangkan kompetensi, pemahaman dan keahliannya dalam menyelesaikan setiap permasalahan hukum dan penyusunan peraturan perundang-undangan yang menjadi tugas dan fungsi Biro Hukum. PNS Biro Hukum didominasi oleh golongan III, dengan sebaran pegawai terbanyak berada pada golongan III/c sebanyak 15 orang, diikuti golongan III/a sebanyak 5 orang, golongan III/b sebanyak 8 orang, dan golongan III/d sebanyak 7 orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa Biro Hukum mayoritas diisi oleh SDM muda yang berkualitas berpendidikan tinggi 28.

(33) karena minimal memiliki tingkat pendidikan Sarjana untuk mencapai golongan III.. Jumlah Pegawai Biro Hukum Berdasarkan Golongan 15. 16 14 12 10 6. 5. 4. 4 2. 8. 7. 8. 2. 1. 2. 1. 0 IV/c. IV/b. IV/a. III/d. III/c. III/b. III/a. II/c. II/a. Sumber: Data Biro Hukum, 2019. Gambar 3.3 Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan. PNS pada golongan IV di lingkungan Biro Hukum semakin sedikit jumlahnya karena adanya pegawai yang memasuki batas usia pensiun. Dengan demikian, manajemen SDM Biro Hukum harus dapat dioptimalkan dalam upaya mencapai sasaran dan target yang telah diprioritaskan dalam mewujudkan upaya dukungan untuk percepatan pembangunan infrastruktur, diantaranya dengan peningkatan kompetensi, pemahaman, dan keahlian para SDM muda agar memiliki pengalaman yang mumpuni dan dapat bekerja secara maksimal sesuai target dan sasaran yang menjadi prioritas tugas dan fungsi Biro Hukum dalam menunjang percepatan pencapaian kinerja. PNS Biro Hukum dari tingkat pendidikan sudah sangat baik yaitu dengan jumlah pegawai yang sudah memiliki pendidikan Magister (S2) sebanyak 14 orang. Pendidikan Magister (S2) terdiri dari bidang studi Ilmu Hukum dan Non Ilmu Hukum.. 29.

(34) Tingkat Pendidikan Aparatur Sipil Negara (ASN) Biro Hukum SMA/SMK. 3. D3. 3. S1. 25. S2. 14 0. 5. 10. 15. 20. 25. 30. Sumber: Data Biro Hukum, 2019. Gambar 3.4 Tingkat Pendidikan Aparatur Sipil Negara (ASN) Biro Hukum. TINGKAT PENDIDIKAN NON PNS BIRO HUKUM 2. SMP. 10. SMA/SMK D3 S1. 1 5. Sumber: Data Biro Hukum, 2019. Gambar 3.5. Tingkat Pendidikan Non PNS Biro Hukum. Hal tersebut menunjukkan bahwa Biro Hukum diisi oleh SDM yang berpendidikan tinggi dan berkompeten di bidangnya dan mendorong semua pegawai baik PNS dan Non PNS di Biro Hukum untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuannya melalui progam belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi baik melalui tugas belajar maupun ijin belajar. Pada tahun 2019, PNS Biro Hukum sebanyak 2 orang telah menyelesaikan 30.

(35) program studi magister bidang Ilmu Hukum dan sebanyak 4 orang PNS Biro Hukum yang sedang melanjutkan program studi magisternya (S2).. Jenis Kelamin PNS dan Non PNS Biro Hukum 25 25. 20. 20. 14. 15 10 5. 4. 0 PNS NON PNS LAKI LAKI. PEREMPUAN. Sumber: Data Biro Hukum, 2019. Gambar 3.6. Jenis Kelamin PNS dan Non PNS Biro Hukum. Biro Hukum memiliki jumlah pegawai laki – laki lebih banyak dibandingkan jumlah pegawai perempuan baik PNS maupun Non PNS. Pegawai PNS dan Non PNS laki-laki lebih banyak karena beban kerja yang sangat tinggi dalam menyelesaikan setiap perkara – perkara hukum maupun peraturan perundang-undangan. Hal ini banyaknya daftar perkara yang masih ditangani oleh biro hukum dan masih banyaknya peraturan perundang – undangan yang masih harus disusun.. JUMLAH NON PNS PENDUKUNG DAN SUBSTANTIF BIRO HUKUM Substantif. Perempuan. Pendukung. 3 0. Laki-laki. 8 7. Sumber: Data Biro Hukum, 2019. Gambar 3.7. Jenis Kelamin PNS dan Non PNS Biro Hukum 31.

(36) RANGE PEGAWAI BIRO HUKUM PNS DAN NON PNS BERDASARKAN USIA NON PNS. Lebih 50 Tahun. 0. 12 14. 31-50 Tahun 20-30 Tahun. PNS. 4. 29. 6. Sumber: Data Biro Hukum, 2019. Gambar 3.8. Range Pegawai Biro Hukum PNS dan Non PNS Berdasarkan Usia. Biro Hukum memiliki banyak pegawai usia muda. Hal ini dikarenakan untuk menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi Biro Hukum agar dapat berjalan secara tepat, efektif, dan efisien dan pegawai usia muda memiliki gagasan dan kreativitas sebagai pembaharuan dalam menjalankan tugas dan fungsi Biro hukum.. 3.2 Sarana dan Prasarana Sarana dan Prasarana merupakan fasilitasi pendukung dalam pelaksanaan kegiatan di organisasi, Instansi atau perkantoran dalam meningkatakan produktivitas kerja suatu organisasi. Pengertian sarana dan prasarana dalam suatu organisasi dan instansi perkantoran merupakan pendukung aktivitas yang dilaksanakan dalam kegiatan organisasi dan instansi perkantoran. Sarana dan prasarana merupakan pendorong untuk meningkatkan kinerja pegawai, agar teroganisir sehingga bisa tercapai tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan kegiatan yang baik perlu ditunjang fasilitas yang memadai sebagai bagian dari proses meningkatkan kinerja dalam mengerjakan seluruh kegiatan dengan tepat.. 32.

(37) Untuk menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi Biro Hukum sehari-hari, dan guna mendukung pencapaian target yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Biro Hukum, sarana dan prasarana memiliki peranan yang sangat penting. Adapun sarana dan prasarana yang tercatat sebagai Barang Milik Negara (BMN) Biro Hukum adalah termasuk ke dalam Sub-Sub Kelompok Barang Peralatan Mesin (Kode 132111) Peralatan dan Mesin, seperti Kendaraan Roda Empat, Kendaraan Roda Dua, Laptop, Voice Recorder, Brankas, Mesin Absensi, Komputer PC, Printer, Scanner, Kamera, danlain-lain.. 33.

(38) LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA TAHUNAN INTRAKOMPTABEL RINCIAN PER SUB-SUB KELOMPOK BARANG TAHUN ANGGARAN 2019 Tanggal. : 19-12-2019. Halaman :. NAMA UAKPB : 033.01.01.898005 SATKER BIRO HUKUM. AKUN NERACA/SUB-SUB KELOMPOK BARANG KODE. URAIAN. 1. 2. 132111. Kode Lap. : LBSISSKT. SALDO PER. SAT. KUANTITAS 3. PERALATAN DAN MESIN. BERTAMBAH KUANTITAS NILAI. NILAI. 4. SALDO PER. MUTASI. 1 JANUARI 2019 5. 6. 31 DESEMBER 2019. BERKURANG KUANTITAS NILAI. 7. 8. 9. KUANTITAS. NILAI. 10. 11. 867. 5,190,802,908. 22. 173,244,832. 72. 711,937,765. 817. 4,652,109,975. 3.02.01.02.003 Mini Bus ( Penumpang 14 Orang Kebawah ). Unit. 8. 1,247,105,000. 0. 0. 0. 0. 8. 1,247,105,000. 3.02.01.04.001 Sepeda Motor. Unit. 4. 59,346,000. 0. 0. 0. 0. 4. 59,346,000. 3.03.03.01.141 Distance Meter. unit. 0. 0. 2. 8,000,000. 1. 4,000,000. 1. 4,000,000. 3.05.01.01.001 Mesin Ketik Manual Portable (11-13 Inci). Buah. 2. 4,500,000. 0. 0. 1. 2,250,000. 1. 2,250,000. 3.05.01.01.008 Mesin Ketik Elektronik/Selektrik. Buah. 5. 14,817,000. 0. 0. 1. 2,250,000. 4. 12,567,000. 3.05.01.02.007 Mesin Penghitung Uang. Buah. 2. 7,650,000. 0. 0. 1. 1,650,000. 1. 6,000,000. 3.05.01.04.001 Lemari Besi/Metal. Buah. 2. 2,600,000. 0. 0. 0. 0. 2. 2,600,000. 3.05.01.04.002 Lemari Kayu. Buah. 132. 301,477,123. 0. 0. 0. 0. 132. 301,477,123. 3.05.01.04.007 Brandkas. Buah. 1. 7,500,000. 0. 0. 0. 0. 1. 7,500,000. 3.05.01.04.020 Lemari Display. Buah. 15. 43,200,000. 0. 0. 0. 0. 15. 43,200,000. 3.05.01.05.010 White Board. Buah. 6. 74,418,750. 0. 0. 0. 0. 6. 74,418,750. 3.05.01.05.015 Alat Penghancur Kertas. Buah. 8. 26,078,000. 0. 0. 1. 3,500,000. 7. 22,578,000. 3.05.01.05.017 Mesin Absensi. Buah. 1. 4,250,000. 0. 0. 0. 0. 1. 4,250,000. 3.05.01.05.038 Laser Pointer. Buah. 10. 12,637,000. 0. 0. 4. 4,350,000. 6. 8,287,000. 3.05.01.05.048 LCD Projector/Infocus. Buah. 5. 80,577,600. 0. 0. 2. 27,440,000. 3. 53,137,600. 3.05.02.01.002 Meja Kerja Kayu. Buah. 100. 209,749,827. 0. 0. 0. 0. 100. 209,749,827. 3.05.02.01.003 Kursi Besi/Metal. Buah. 215. 273,340,000. 0. 0. 0. 0. 215. 273,340,000. 3.05.02.01.004 Kursi Kayu. Buah. 2. 1,886,562. 0. 0. 0. 0. 2. 1,886,562. 3.05.02.01.005 Sice. Buah. 16. 45,153,384. 0. 0. 0. 0. 16. 45,153,384. 3.05.02.01.008 Meja Rapat. Buah. 11. 78,714,787. 0. 0. 0. 0. 11. 78,714,787. 3.05.02.01.016 Kasur/Spring Bed. Buah. 1. 6,328,125. 0. 0. 0. 0. 1. 6,328,125. 3.05.02.01.019 Meja Makan Kayu. Buah. 1. 3,240,043. 0. 0. 0. 0. 1. 3,240,043. 3.05.02.01.022 Partisi. Buah. 76. 185,588,580. 0. 0. 0. 0. 76. 185,588,580.

(39) LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA TAHUNAN INTRAKOMPTABEL RINCIAN PER SUB-SUB KELOMPOK BARANG TAHUN ANGGARAN 2019 Tanggal. : 19-12-2019. Halaman : Kode Lap. : LBSISSKT. AKUN NERACA/SUB-SUB KELOMPOK BARANG KODE. URAIAN. 1. 2. SALDO PER. SAT. KUANTITAS 3. BERTAMBAH KUANTITAS NILAI. NILAI. 4. SALDO PER. MUTASI. 1 JANUARI 2019 5. 6. 31 DESEMBER 2019. BERKURANG KUANTITAS NILAI. 7. 8. 9. KUANTITAS. NILAI. 10. 11. 3.05.02.01.026 Nakas. Buah. 4. 2,868,752. 0. 0. 0. 0. 4. 2,868,752. 3.05.02.06.002 Televisi. Buah. 6. 43,500,000. 1. 7,613,900. 1. 8,000,000. 6. 43,113,900. 3.05.02.06.036 Dispenser. Buah. 1. 4,500,000. 0. 0. 0. 0. 1. 4,500,000. 3.06.01.01.088 Voice Recorder. Buah. 7. 13,618,375. 0. 0. 2. 3,800,000. 5. 9,818,375. 3.06.01.02.128 Camera Digital. Buah. 11. 114,285,000. 1. 16,138,500. 3. 23,975,000. 9. 106,448,500. 3.06.01.02.135 LCD Monitor. Buah. 1. 7,000,000. 0. 0. 0. 0. 1. 7,000,000. 3.06.02.01.010 Facsimile. Buah. 5. 18,742,000. 0. 0. 1. 2,250,000. 4. 16,492,000. 3.09.04.05.001 Distometer. Buah. 1. 4,000,000. 0. 0. 1. 4,000,000. 0. 0. 3.10.01.02.001 P.C Unit. Buah. 71. 1,007,550,680. 3. 46,396,325. 12. 148,852,000. 62. 905,095,005. 3.10.01.02.002 Lap Top. Buah. 23. 368,601,500. 0. 0. 14. 233,714,000. 9. 134,887,500. 3.10.01.02.003 Note Book. Buah. 40. 590,656,262. 7. 66,438,725. 10. 135,790,000. 37. 521,304,987. 3.10.02.03.003 Printer (Peralatan Personal Komputer). Buah. 66. 268,459,800. 7. 26,708,282. 14. 82,304,000. 59. 212,864,082. 3.10.02.03.004 Scanner (Peralatan Personal Komputer). Buah. 7. 49,462,758. 0. 0. 2. 16,412,765. 5. 33,049,993. 3.10.02.03.009 Keyboard (Peralatan Personal Komputer). Buah. 0. 0. 1. 1,949,100. 0. 0. 1. 1,949,100. 3.15.04.02.003 Distance Measuring Equipmnet (DME). Buah. 135121. ASET TETAP LAINNYA. 1. 7,400,000. 0. 0. 1. 7,400,000. 0. 0. 3,703. 865,382,308. 0. 0. 0. 0. 3,703. 865,382,308. 0. 0. 0. 0. 3,688. 396,253,080. 6.01.01.01.001 Monografi. Buah. 3,688. 396,253,080. 6.01.01.02.004 Laporan. Buah. 15. 469,129,228. 0. 0. 0. 0. 15. 469,129,228. 1. 153,200,000. 70. 703,937,765. 0. 0. 71. 857,137,765. 166112. ASET TETAP YANG TIDAK DIGUNAKAN. 3.02.01.02.003 Mini Bus ( Penumpang 14 Orang Kebawah ). Unit. 1. 153,200,000. 0. 0. 0. 0. 1. 153,200,000. 3.05.01.01.001 Mesin Ketik Manual Portable (11-13 Inci). Buah. 0. 0. 1. 2,250,000. 0. 0. 1. 2,250,000. 3.05.01.01.008 Mesin Ketik Elektronik/Selektrik. Buah. 0. 0. 1. 2,250,000. 0. 0. 1. 2,250,000. 3.05.01.02.007 Mesin Penghitung Uang. Buah. 0. 0. 1. 1,650,000. 0. 0. 1. 1,650,000. 3.05.01.05.015 Alat Penghancur Kertas. Buah. 0. 0. 1. 3,500,000. 0. 0. 1. 3,500,000.

(40) AKUN NERACA/SUB-SUB KELOMPOK BARANG. SALDO PER. SAT. 31 DESEMBER 2019 BERTAMBAH. 1 JANUARI 2019. KODE. URAIAN. 1. KUANTITAS. 2. 3. NILAI. 4. SALDO PER. MUTASI. KUANTITAS. 5. BERKURANG. NILAI. 6. KUANTITAS. 7. NILAI. 8. KUANTITAS. 9. NILAI. 10. 11. 3.05.01.05.038. Laser Pointer. Buah. 0. 0. 4. 4,350,000. 0. 0. 4. 4,350,000. 3.05.01.05.048. LCD Projector/Infocus. Buah. 0. 0. 2. 27,440,000. 0. 0. 2. 27,440,000. 3.05.02.06.002. Televisi. Buah. 0. 0. 1. 8,000,000. 0. 0. 1. 8,000,000. 3.06.01.01.088. Voice Recorder. Buah. 0. 0. 2. 3,800,000. 0. 0. 2. 3,800,000. 3.06.01.02.128. Camera Digital. Buah. 0. 0. 3. 23,975,000. 0. 0. 3. 23,975,000. 3.06.02.01.010. Facsimile. Buah. 0. 0. 1. 2,250,000. 0. 0. 1. 2,250,000. 3.10.01.02.001. P.C Unit. Buah. 0. 0. 12. 148,852,000. 0. 0. 12. 148,852,000. 3.10.01.02.002. Lap Top. Buah. 0. 0. 14. 233,714,000. 0. 0. 14. 233,714,000. 3.10.01.02.003. Note Book. Buah. 0. 0. 10. 135,790,000. 0. 0. 10. 135,790,000. 3.10.02.03.003. Printer (Peralatan Personal Komputer). Buah. 0. 0. 14. 82,304,000. 0. 0. 14. 82,304,000. 3.10.02.03.004. Scanner (Peralatan Personal Komputer). Buah. 0. 0. 2. 16,412,765. 0. 0. 2. 16,412,765. 3.15.04.02.003. Distance Measuring Equipmnet (DME). Buah. 0. 0. 1. 7,400,000. 0. 0. 1. 7,400,000. TOTAL. 6,209,385,216. 877,182,597. 711,937,7 65. Jakarta, 2 Desember 2019 Penanggung Jawab UAKPB Kepala Satuan Kerja Biro Hukum. Putranta Setyanugraha, SH. MSi NIP. 19621225 199301 1. 6,374,630,048.

(41) 3.3 DIPA Biro Hukum Biro Hukum Tahun Anggaran 2019 ini mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp. 28.950.000.000 berkurang sebesar Rp. 50.000.000 dari Tahun Anggaran 2018. Di Tahun 2019, alokasi untuk proses Penetapan Rumah Negara serta Usulan Pengalihan Status Rumah Negara sudah tidak ada karena dialihkan ke Biro Pengelolaan Barang Milik Negara.. 38.

(42) BAB 4 AKUNTABILITAS KINERJA 4.1 Capaian Kinerja Organisasi 4.1.1 Capaian Kinerja Program Dalam mencapai sasaran program Sekretariat Jenderal “Tersedianya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Kementerian PUPR”, dirumuskan indikator kinerja program yaitu “Tingkat fasilitasi produk hukum dan bantuan hukum” dengan kinerja yaitu tercapai sebesar 96.53% dengan capaian realisasi sebesar 95.60% dari target sebesar 100% fasilitasi.. Tabel IV.1 Capaian Kinerja Program Sasaran Program/ Kegiatan. Indikator Kinerja. Target. Realisasi. Kinerja (%). 95.60% fasilitasi. 96.53%. PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN PUPR a. Tersedianya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Tingkat fasilitasi produk hukum dan bantuan hukum. 100% fasilitasi. Sumber: Perhitungan Biro Hukum, 2019. Secara umum, untuk mencapai Tingkat fasilitasi produk hukum dan bantuan hukum sebesar 90,72% fasilitasi pada tahun 2018, diperoleh dari nilai akumulasi indikator kinerja kegiatan (IKK) 1-9 sebesar 100 % dengan bobot 60% dan hasil (outcome) sebesar 89.00% dengan bobot sebesar 40% sehingga diperoleh capaian kinerja sebesar 96.53%.. 39.

(43) Tabel IV.2 Perhitungan Kinerja Program No. Sasaran Kegiatan. IKK.1 Jumlah produk hukum yang diproses IKK.2 Jumlah SDM yang dibina IKK.3 Jumlah perkara di Kementerian PUPR yang ditangani IKK.4 Jumlah opini hukum, MoU, dan perjanjian kerjasama yang disusun IKK.5 Jumlah SDM yang dibina IKK.6 Jumlah dokumen hukum yang ditayangkan dalam jaringan dokumentasi dan informasi hukum IKK.7 Jumlah SDM yang dibina. Nilai. Bobot. 100. 20%. 100. 15%. 125. 15%. 60. 10%. 100. 10%. 100. 15%. 100. 10%. IKK.8 Jumlah laporan pengelolaan 100 administrasi perkantoran Sumber: Perhitungan Biro Hukum, 2019. Nilai (60%). Hasil (40%). Capaian. 100. 89.00. 95.60. 5%. 4.1.2 Capaian Kinerja Kegiatan Dari lima kegiatan yang dilaksanakan oleh Biro Hukum dalam mencapai indikator program Tingkat fasilitasi produk hukum dan bantuan hukum, semua kegiatan tercapai targetnya. Adapun rincian kegiatan yang tercapai adalah sebagai berikut: a. Kegiatan Penyusunan produk hukum dan pembinaan hukum Indikator Jumlah produk hukum yang diproses dan Jumlah SDM yang dibina mencapai kinerja yang sangat baik karena sesuai target yang ditetapkan. b. Kegiatan Bantuan hukum, opini hukum, pendampingan dan pembinaan hukum 40.

(44) Indikator Jumlah perkara di Kementerian PUPR yang ditangani, Jumlah opini hukum, MoU, dan perjanjian kerjasama yang disusun,serta Jumlah SDM yang dibina mencapai kinerja yang sangat baik karena telah melebihi target yang ditetapkan. c. Kegiatan Pengelolaan jaringan dokumentasi dan informasi hukum Indikator Jumlah dokumen hukum yang ditayangkan dalam jaringan dokumentasi dan informasi hukum dan Jumlah SDM yang dibina mencapai kinerja yang sangat baik karena sesuai target yang ditetapkan. d. Kegiatan Pengelolaan administrasi perkantoran Indikator jumlah laporan pengelolaan administrasi perkantoran mencapai kinerja yang sangat baik karena telah melebihi target yang ditetapkan.. Tabel IV.3 Capaian Kinerja Kegiatan Sasaran Program/ Kegiatan. Indikator Kinerja. Target. Realisasi. Kinerja (%). KEGIATAN PEMBINAAN, PERENCANAAN, HARMONISASI DAN PUBLIKASI PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN SERTA BANTUAN HUKUM 1.. 2.. Penyusunan produk hukum dan pembinaan hukum. 1.. Bantuan hukum, opini hukum, pendampingan dan pembinaan hukum. 1.. 2.. 2.. 3.. Pengelolaan jaringan dokumentasi dan informasi hukum. Pengelolaan administrasi perkantoran. 30 dokumen. Jumlah perkara di Kementerian PUPR yang ditangani.. 40 dokumen. Jumlah opini hukum, MoU, dan perjanjian kerjasama yang disusun.. 25 dokumen. 3.. Jumlah SDM yang dibina.. 1.. Jumlah dokumen hukum yang ditayangkan dalam jaringan dokumentasi dan informasi hukum. Jumlah SDM yang dibina.. 2. 4.. Jumlah produk hukum yang diproses. Jumlah SDM yang dibina.. 1. Jumlah laporan pengelolaan administrasi perkantoran.. 200 orang. 30 dokumen. 100. 200 orang. 100. 50. 125. dokumen 15. 60. dokumen 100 orang. 100 orang. 100. 75 dokumen. 75 dokumen. 100. 40 orang. 40 orang. 100. 12 bulan. 12 bulan. 100. Pada Tahun Anggaran 2019 ini kegiatan Pembinaan, Perencanaan, Harmonisasi dan Publikasi Peraturan Perundang-undangan serta Bantuan Hukum mencapai realisasi keuangan sebesar Rp 28.013.766 kinerja penyerapan keuangan yang sangat baik karena 41.

(45) telah melebihi rata-rata penyerapan Sekretariat Jenderal. Seluruh kegiatan telah terlaksana dan dipertanggungjawabkan secara administrasi dengan baik yang sesuai dengan prinsip tepat waktu, tepat mutu, dan tepat administrasi guna mendukung tercapainya sasaran program dan kemudian mendukung tercapainya sasaran strategis Kementerian PUPR 2019. Tabel IV.4 Penyerapan Keuangan Kegiatan Tahun 2019 NO PROGRAM/KEGIATAN/OUTPUT. TARGET. PAGU (Rp). Realisasi Realisasi. 28.950.000.000 28.013.766.000. 1. Pembinaan, Perencanaan, Harmonisasi dan Publikasi Peraturan PerundangUndangan Serta Bantuan Hukum. 1. Penyusunan Produk Hukum dan Pembinaan Hukum di Bidang PU Serta Perumahan dan Kawasan Permukiman. 30 dokumen 200 orang. 2. Bantuan Hukum, Opini Hukum, Pendamping dan Pembinaan Hukum di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Progres (%) 96.77. 7.193.966.000. 7.111.006.000. 40 dokumen 100 orang. 8.574.800.000. 8.305.005.000. 96.85. 3. Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH) di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 60 dokumen 40 orang. 1.180.834.000. 1.130.945.000. 95.78. 4. Pengelolaan Administrasi Perkantoran. 12 Bulan Layanan. 11.800.400.000 11.301.566.000. 95.77. 98.84. 4.2 Analisis Kinerja Organisasi 4.2.1 Penyusunan Produk Hukum dan Pembinaan Hukum A. Penyusunan Produk Hukum Salah satu tugas dari Biro Hukum yang diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 03/PRT/M/2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, adalah melaksanakan koordinasi 42.

(46) dan pembinaan penyusunan peraturan perundang-undangan bidang pekerjaan umum dan perumahan. Koordinasi penyusunan dilaksanakan dalam pelaksanaan penyusunan peraturan perundang-undangan baik itu Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Menteri bidang bidang pekerjaan umum dan perumahan, serta penyusunan Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Sedangkan pembinaan dilaksanakan dengan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan bimbingan teknis.. Dalam menyusun peraturan perundang-undangan Biro Hukum berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan, dan peraturan pelaksanaannya, serta Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 40/PRT/M/2015 tentang Pembentukan dan Evaluasi Produk Hukum di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yang merupakan peningkatan dari Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/SE/M/2013 tentang Tata Cara Pembentukan dan Evaluasi Pelaksanaan Produk Hukum di Kementerian Pekerjaan Umum.. Peranan Biro Hukum dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang (RUU), Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) dan Rancangan Peraturan Presiden (Raperpres) yang merupakan usulan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dimulai sejak pembahasan rancangan dengan pemrakarsa. Pada tahap ini Biro Hukum menyusun Panitia Antar Kementerian (PAK) yang melibatkan unit organisasi terkait. Biro Hukum bersama PAK mengawal pembahasan rancangan peraturan perundang-undangan di DPR ataupun di Kementerian Hukum dan HAM, agar sesuai dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat. Setelah pembahasan selesai, Biro Hukum menyampaikan hasil pembahasan kepada Presiden melalui Sekretariat Negara untuk selanjutnya ditandatangani dan ditetapkan sebagai peraturan perundangundangan.. Dalam penyusunan produk hukum di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Peraturan Menteri dan Surat Edaran), sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 40/PRT/M/2015 tentang Pembentukan dan Evaluasi Produk Hukum di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Biro Hukum memiliki peran yang sangat penting dan strategis. Berikut bagan alur penyusunan peraturan perundang-undangan di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.. 43.

(47) Penyusunan produk hukum dilakukan oleh Pemrakarsa (unit kerja yang mengusulkan dan melakukan pembentukan produk hukum) berkoordinasi dengan bagian hukum/unit kerja yang menangani bidang hukum pada Unit Organisasi Pemrakarsa. Pemrakarsa membentuk tim penyusunan produk hukum yang anggotanya terdiri atas unit kerja dan/atau instansi terkait, yang hasilnya berupa rancangan produk hukum.. Rancangan produk hukum tersebut, dibahas oleh Pemrakarsa bersama bagian hukum/unit kerja yang menangani bidang hukum, Biro Hukum, dan unit kerja terkait untuk memperoleh masukan. Pembahasan dapat dilakukan melalui konsultasi publik, harmonisasi, pembulatan, dan/atau pemantapan substansi materi muatan produk hukum, yang dapat juga mengundang Kementerian/Lembaga, dan pihak terkait lainnya. Khusus untuk produk hukum berupa Surat Edaran, Keputusan, Surat Perintah, dan Instruksi yang ditetapkan oleh Inspektur Jenderal, Direktur Jenderal, atau Kepala Badan dibahas oleh pemrakarsa bersama bagian hukum/unit kerja yang menangani bidang hukum.. Rancangan produk hukum yang sudah disepakati dalam pembahasan dibuat dalam bentuk Lembar Kendali Produk Hukum yang akan diajukan oleh Pemrakarsa untuk mendapatkan paraf persetujuan. Lembar Kendali Produk Hukum yang sudah mendapatkan paraf persetujuan selanjutnya dibuat dalam bentuk rancangan Produk Hukum untuk ditetapkan.. Penetapan Produk Hukum dilakukan dengan penandatanganan oleh Pejabat yang berwenang dengan terlebih dahulu dibubuhi paraf oleh sekretaris/pimpinan sekretariat atau pejabat yang diserahi wewenang yang berada satu tingkat dibawah pejabat penandatangan. Produk Hukum yang sudah ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dinyatakan final dan tidak dapat diubah tanpa melalui prosedur Perubahan dan Pencabutan Produk Hukum.. Produk hukum berupa Peraturan Menteri setelah melalui tahap penetapan produk hukum harus dilakukan pengundangan. Biro Hukum menyampaikan Peraturan Menteri kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia untuk dilakukan pengundangan.. Untuk Tahun Anggaran 2019, dengan pagu anggaran sebesar Rp. 7.193.966.000,- untuk Sasaran Kegiatan Penyusunan Produk Hukum dan Pembinaan Hukum, dengan pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan jumlah produk hukum yang diproses berhasil mencapai target yang telah ditetapkan dengan mencapai 30 dokumen peraturan perundang-undangan yang berhasil difasilitasi penyusunannya, ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dan diundangkan di Kementerian Hukum dan HAM, dan juga berhasil melakukan pembinaan SDM sebanyak 200 orang. Apabila dipresentasikan maka pencapaian 44.

(48) Sasaran Kegiatan Penyusunan Produk Hukum dan Pembinaaan Hukum dengan Indikator Kinerja Kegiatan jumlah produk hukum yang diproses adalah adalah sebesar 100 % (seratus persen).. B. Sistem Pengendalian Penyusunan Regulasi Dalam sistem pengendalian penyusunan regulasi dilakukan dengan penerapan program Legislasi Kementerian PUPR Jangka Menengah dan Program Legislasi Kementerian PUPR Priorotas Tahunan, serta dalam keadaan tertentu, Pemrakarsa dapat mengajukan usul Rancangan Peraturan Menteri di luar Proleg PUPR prioritas tahunan. 1. Program Legislasi Kementerian PUPR a. Program Legislasi Kementerian PUPR Jangka Menengah 1) Menteri menetapkan Program Legislasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Proleg PUPR) jangka menengah sebagai penjabaran dari visi, misi, dan program Kementerian dalam strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, dan program prioritas jangka menengah. 2) Proleg PUPR berupa daftar Rancangan Peraturan Menteri yang didasarkan pada: a) perintah Undang-Undang; b) perintah Peraturan Pemerintah; c) rencana pembangunan jangka menengah; d) rencana kerja pemerintah; dan/atau e) aspirasi dan kebutuhan hukum masyarakat. 3) Proleg PUPR jangka menengah disusun untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. 4) Penyusunan Proleg PUPR jangka menengah dikoordinasikan oleh Biro Hukum berdasarkan usulan dari Unit Organisasi.. b. Program Legislasi Prioritas Tahunan 1) Proleg PUPR prioritas tahunan berupa daftar Rancangan Peraturan Menteri yang disusun berdasarkan Proleg PUPR jangka menengah. 2) Penyusunan Proleg PUPR prioritas tahunan dikoordinasikan oleh Biro Hukum berdasarkan usulan dari unit organisasi. 3) Usulan rugulasi yang akan masuk dalam Proleg PUPR prioritas tahunan harus melampirkan dokumen kesiapan teknis yang meliputi: a) naskah Rancangan Peraturan Menteri; dan b) konsepsi pengaturan Rancangan Peraturan Menteri. 4) Konsepsi pengaturan terdiri atas: a) urgensi dan tujuan penyusunan; 45.

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4.3.13 Karyawan Memberikan Perhatian yang Sungguh-sungguh Terhadap Pelanggan yang Mengalami Kesulitan atau Masalah ....……… Tabel 4.3.14 Seluruh Karyawan Memahami

Dalam penelitian ini hasil penggunaan algoritma least connection untuk load balancing lebih memberikan performa yang baik dibandingankan algoritma round robin

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 16 tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 15/PRT/M/2015, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, pada bagian

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 15/PRT/M/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Peraturan Menteri Nomor 31/PRT/M/2016 tentang Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik

Melihat fakta tersebut, untuk memperhatikan pentingnya kepastian hukum mengenai praktik jual beli pulsa dengan sistem deposit, maka penulis tertarik untuk

Data yang digunakan adalah Laporan keuangan tahunan 2012-2016 yang diperoleh dari web site Bursa Efek Indonesia (idx.go.id) dan web site kelima bank tersebut. Metode