• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Kista Tulang Sederhana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Kista Tulang Sederhana"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Penelitian

Temuan Radiografi dan prognosis dari kista tulang

sederhana pada rahang

Y Suei*,1, A Taguchi2, T Nagasaki3 and K Tanimoto3

1Department of Oral and Maxillofacial Radiology, Hiroshima University Hospital, Hiroshima, Japan; 2Department of Oral andMaxillofacial Radiology, Matsumoto Dental University, Shiojiri, Japan; 3Department of Oral and Maxillofacial Radiology, Graduate School of Biomedical Sciences, Hiroshima University,

Hiroshima, Japan

Tujuan : Tujuannya adalah untuk mengevaluasi kemungkinan prediksi radiografi dan prognosis kista tulang sederhana pada rahang.

Metode : Hubungan antara temuan radiografi dan hasil pengobatan (penyembuhan atau pengulangan) yang diselidiki oleh penulis dalam 31 kasus yang dirawat di rumah sakit dan 108 kasus yang telah dipublikasikan .

Hasil : 17 dari 31 kasus , lesi yang ada pada temuan radiografi ini seperti lamina dura yang diawetkan berdekatan dengan lesi, dengan margin mulus, dan tidak ada perluasan tulang lunak, dan mereka semua akan sembuh setelah operasi. Dalam 14 kasus lain, ada resorpsi lamina dura, margin bergigi, ekspansi tulang nodular, resorpsi akar, massa sklerotik atau rongga ganda, dan sembilan kasus yang kambuh. Meskipun ada informasi yang tidak lengkap dalam studi kasus yang telah diterbitkan, hasil yang sama tetap dicatat.

Kesimpulan : Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara gambar radiografi

dari lesi dan prognosis. Pemeriksaan radiografi harus digunakan tidak hanya untuk menemukan dan mendiagnosis lesi, tetapi juga untuk memprediksi kemungkinan prognosis.

Kata kunci: Kista tulang , diagnosa, radiologi, hasil pengobatan

Pengantar

Tampaknya menjadi keyakinan bahwa kista tulang sederhana pada rahang dapat disembuhkan terutama oleh kuretase tulang sederhana. Namun, penelitian sebelumnya telah melaporkan berbagai perawatan dan prognosis. Dalam beberapa

kasus, tindak lanjut dari radiografi tanpa operasi menunjukkan kesembuhan. Terkadang dengan spontan lesi mereda setelah hembusan rongga atau eksplorasi bedah tanpa kuretase. Di beberapa kasus melibatkan ekstraksi gigi yang terlibat,

(2)

reseksi parsial dari tulang rahang, atau operasi berulang lebih dari tiga kali untuk lesi yang kambuh. Kekambuhan bahkan terjadi dalam beberapa kasus dengan pembentukan tulang awal setelah operasi. Karena adanya variasi dalam prognosis, wajar saja mengubah rencana untuk tindak lanjut sesuai dengan kemungkinan prognosis lesi tersebut. Namun, tidak ada sarana umum untuk mengetahui prognosis lesi, meskipun beberapa makalah telah menunjukkan hubungan yang mungkin antara beberapa temuan klinis dan kekambuhan pada lesi itu.

Penelitian ini dirancang untuk menguji temuan radiografi yang berguna untuk memprediksi prognosis kista tulang sederhana pada rahang. Pemeriksaan radiografi dianggap paling sesuai, berdasarkan kemampuannya untuk memprediksi prognosis, karena dilakukan pada semua kasus dan hasilnya sering dilaporkan dalam literatur.

Bahan dan metode

Penelitian itu melibatkan 31 pasien dengan kista tulang sederhana pada rahang yang dirawat di rumah sakit dan 108 kasus yang telah dipublikasikan dalam literatur bahasa Inggris, dimana hasil pengobatan (penyembuhan atau pengulangan) telah dinyatakan. Semua kasus ini telah

didiagnosa dengan ditemukannya rongga antara tulang tanpa lapisan epitel. Massa jaringan lunak, jika terlihat, yang secara histologis diperiksa untuk mencari kemungkinan lain pada setiap badan. Kasus yang diterbitkan awalnya diselidiki oleh survei literatur, yang dilakukan dengan menggunakan PubMed, database yang dibuat oleh National Center for Biotechnology Information (NCBI: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/). Istilah "kista tulang sederhana" dan beberapa sinonim kista tulang sederhana tersebut ( kista tulang traumatis, hemoragik / perdarahan kista tulang, kista ekstravasasi, kista tulang soliter, kista tulang idiopatik /rongga dan rongga tulang progresif) digunakan sebagai istilah pencarian. Termasuk tiga studi15-17 yang dikutip dari literatur, diperoleh melalui PubMed, total nya ada 108 kasus kista tulang sederhana di dalam 63 laporan, yang diikuti hingga penyembuhan atau kekambuhan yang terus diidentifikasi.

Menurut rekam medik pasien dan radiografi dalam kasus kami dan deskripsi penulis dalam penerbitan kasus , umur dan seks, temuan radiografi, temuan histologis, prosedur pengobatan dan prognosis telah diselidiki. Untuk penilaian radiografi, kita menetapkan 10 hasil penelitian dan 2 ahli radiologi mulut, termasuk penulis pertama (YS), dilakukan

(3)

pemeriksaan intraoral dan radiografi panoramik dari kasus. Apabila evaluasi berbeda antara kedua pengamat, penentuan hasil akhir ditemukan setelah diskusi oleh konsesus. Hasil dari temuan disajikan pada Tabel 1 dan gambar 1-5. Dalam survei untuk prosedur pengobatan, kami tidak membedakan antara kuretase dinding tulang dan eksplorasi rongga karena kuretase menyeluruh dari dinding tulang dianggap sulit pada pasien dengan akar gigi yang terbuka dan pembungkus neurovaskuler di dalam lubang. Dalam kasus ini, bagian dari dinding jaringan lunak mungkin setelah kuretase akan tetap dan efek dari prosedur ini seperti eksplorasi. Hasil pengobatan bisa dinilai sebagai masa penyembuhan atau kekambuhan yang diputuskan oleh hasil radiografi. Kriteria penyembuhan adalah resolusi lesi radiolusen dengan trabekula tulang yang baru terbentuk. Kriteria untuk pengulangan adalah pembesaran atau reformasi radiolusen setelah dilakukan operasi. Dalam review kasus yang telah diterbitkan, diasumsikan bahwa deskripsi seperti "penyembuhan total", "regenerasi semua tulang" dan "trabekulasi tulang normal" yang menunjukkan kondisi penyembuhan. Deskripsi seperti "pembentukan tulang yang memadai" dan "pembentukan tulang yang baik" tidak diasumsikan untuk menunjukkan sebuah penyembuhan karena kekambuhan dapat

terjadi setelah regenerasi tulang. 13 Pasien yang menjalani operasi kedua ketika ada sedikit atau tidak tulang yang mengalami regenerasi setelah operasi primer (kista persisten18) yang dimasukkan ke kelompok kasus dengan kekambuhan.

Akhirnya, untuk mengidentifikasi temuan radiografi berguna untuk mencari kemungkinan prognosis, jumlah kasus sembuh dan berulang telah diselidiki pada kelompok kasus untuk setiap temuan radiografi. Selanjutnya, untuk menilai kemungkinan klasifikasi radiografi dari lesi dan kaitannya dengan prognosis, kasus dibagi berdasarkan temuan radiografi dan prognosis yang telah dibandingkan.

Hasil

Jumlah total kasus penyembuhan dan kasus berulang adalah 102 dan 37, masing-masing pada (Tabel 2). Tingkat kekambuhan adalah 26,6%. Pasien dengan kekambuhan lebih lama dibandingkan dengan penyembuhan dan lebih banyak perempuan daripada laki-laki yang memiliki kekambuhan. Pemeriksaan histologis dilakukan pada 22 pasien, termasuk semua 9 pasien dengan kekambuhan, dan di dalam 82 kasus yang diterbitkan, jaringan fibroconnective telah dikonfirmasi, jaringan granulasi, bekuan darah dan atau ujung tulang. Dalam beberapa kasus, sel raksasa dan atau

(4)

pembentukan tulang displastik dapat ditemukan dalam jaringan ikat. Tidak ada hubungan khusus antara temuan histologis dan prognosis, namun tingkat tinggi kekambuhan dikonfirmasi dalam kasus-kasus bersamaan dengan Osseus Dysplasia (OD), 9 dari 10 kasus dengan OD telah terulang. Prosedur bedah dan hasil pengobatan ditunjukkan pada Tabel 3. Hasil menunjukkan kemungkinan bahwa fenestration dan penutupan lubang dengan bahan yang lebih daripada kuretase kuratif

atau eksplorasi lubang, meskipun tidak ada perbedaan yang signifikan. Hubungan antara temuan radiografi dan prognosis akan dijelaskan secara rinci di bawah ini. Hubungan antara temuan radiografi dan prognosis

Dalam studi kasus kami, sepuluh temuan didefinisikan dapat dinilai keseluruhan kecuali dua kasus. Dalam satu kasus, lesi tidak menghubungi lamina dura, dalam kasus lain, ekspansi tulang tidak dinilai karena tidak adanya radiograf oklusal.

Tabel 1Sepuluh temuan radiografi dan definisinya

Temuan

Radiografi Definisi

lamina dura utuh Lamina dura berdekatan dengan lesi cukup baik diawetkan (Gambar 1) lamina dura

absen Lamina dura diserap kembali oleh lesi sebagian besar atau seluruhnya (gambar 2)

Resorpsi akar Lesi telah diserap akar gigi (Gambar 3)

Batas halus

Batas rongga yang halus dan melingkar, dan lesi berbentuk bulat atau bulat telur, kecuali daerah sekitar akar gigi (Gambar 1)

Batas bergigi

Batas lesi bergigi atau garis radiopak septum-seperti yang diamati dalam rongga (Gambar 3 dan 4)

Tidak perluasan Perluasan tulang tidak terlihat secara radiografi

Perluasan halus

Sedikit hingga sedang perluasan tulang dengan permukaan halus transisi ke permukaan tulang di sekitarnya (Gambar 1)

Perluasan nodular

Perluasan tulang menonjol dan / atau memiliki permukaan yang tidak teratur. Batas antara permukaan tulang diperluas dan sekitarnya mungkin bengkok (Gambar4)

Massa Radiopak Massa radiopak ditemukan didalam lubang (gambar 4 dan 5) Beberapa rongga Beberapa lesi yang ditemukan (Figure 4)

(5)

Gambar 1. (a) Kista tulang sederhana dengan batas mulus. (b) radiografi temuan dengan lamina dura yang utuh. Lamina dura berdekatan dengan lesi yang cukup terjaga dengan baik. (c) oklusal radiograf menunjukkan ekspansi tulang lunak. (d) 4 tahun dan 3 bulan setelah operasi, penyembuhan lesi disetujui oleh pembentukan tulang trabekula yang baru.

(6)

Gambar 2. Kista tulang sederhana dengan lamina dura yang absen. Sebagian besar lamina dura telah diresorpsi.

Gambar 3 kista tulang sederhana dengan resorpsi akar gigi molar pertama . Septum-seperti garis radiopak juga terlihat (panah). lesi inikambuh setelah operasi

Dalam kasus yang dipublikasikan, kebanyakan dijelaskan hanya beberapa temuan yang ada. Temuan mengenai lamina dura, batas dan perluasani rongga tulang hanya digambarkan dalam 22, 16 dan 31 dari masing-masing dari 108 kasus yang telah diterbitkan. Secara keseluruhan, hasilnya serupa antara dua studi (Tabel 4). Sebagian besar lesi dengan temuan radiografi adanya lamina dura yang utuh atau margin mulus sembuh setelah operasi, sedangkan lebih dari 60% terulang lagi dalam kasus dengan ditemukannya suatu lamina dura absen, resorpsi akar, marjin bergigi, massa radiopak atau lubang/rongga ganda.

Klasifikasi Radiografi

Kasus dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan temuan dari lamina dura: 17 kasus dengan lamina dura yang utuh dan 13 kasus dengan lamina

dura yang absen (Tabel 5). Dalam kasus dengan lamina dura yang utuh, temuan terkait hanya ada batas halus dan tidak atau ekspansi tulang lunak, semua kasus yang sembuh. Sedangkan pada 13 kasus dengan lamina dura yang absen, batas bergigi, resorpsi akar, ekspansi tulang nodular, massa radiopak atau beberapa lubang yang diamati, ditemukan ada kekambuhan pada 8 kasus setelah operasi. Tidak ada klasifikasi bermakna lain dari kasus yang telah ditemukan, selain pada lamina dura.

Dalam survei kasus diterbitkan, evaluasi klasifikasi kasus radiografi itu sulit karena deskripsi yang tidak sempurna mengenai temuan radiografi di sebagian besar laporan. Hanya empat kasus yang dilaporkan ,semua temuan tentang lamina dura, marjin dan perluasan rongga tulang.

(7)

Diskusi

Pemeriksaan radiografi menyediakan banyak informasi klinis tentang lesi kista tulang sederhana pada rahang, termasuk adanya kondisi lain seperti osseus displasia (OD) dan displasia fibrosa. Shear19 menunjukkan bahwa penafsiran kecermatan radiografi yang baik adalah yang paling berharga dalam diagnosis. Namun demikian, sebagian besar penulis telah menggunakan radiografi hanya untuk menunjukkan garis besar lesi, dan tidak ada studi radiografi ekstensif telah dilakukan.

Hubungan antara temuan radiografi dan prognosis

Semua kasus kami dengan lamina dura yang utuh segera sembuh setelah pengobatan, dan penyembuhan spontan dilaporkan dalam kasus-kasus dengan lamina dura yang utuh.5, 20 Kekambuhan dikonfirmasi hanya 2 dari 17 kasus yang dipublikasikan dengan lamina dura yang utuh. Oleh karena itu, suatu lamina dura yang utuh dapat digunakan sebagai tanda kemungkinan penyembuhan setelah operasi. Namun, lamina dura dapat

diresorpsi sebagian dalam kasus yang dianggap memiliki lamina dura utuh atau beberapa lamina dura mungkin tetap dalam kasus yang dianggap memiliki lamina dura yang absen. Temuan dari lamina dura berguna untuk memprediksi prognosis, tapi keputusan dalam kasus perbatasan harus dihindari. Temuan lamina dura yang absen belum ditekankan dalam studi kista tulang sederhana, tapi itu tidak langka dan dianggap sebagai kemungkinan tanda kekambuhan setelah operasi (Tabel 4). Tingkat kekambuhan tinggi di dalam kasus-kasus dengan batas bergigi (keadaan multilocular) telah dikonfirmasi dalampembelajaran kista tulang sederhana.21 Ini belum ditetapkan dalam kista tulang sederhana pada tulang rahang, meskipun kita mengamati kekambuhan pada 65,4% (17/26) kasus dengan batas bergigi dibandingkan 4,8% (1/21) kasus dengan batas halus. Oleh karena itu, batas bergigi adalah kemungkinan tanda kekambuhan, meskipun hal ini tidak harus dibingungkan dengan interdental bergigi terkait dengan lamina dura yang utuh. Hubungan antara kehadiran ekspansi tulang dan tingkat kekambuhan itu sendiri belum dapat diselidiki.

(8)

Gambar 4 (a) kista tulang sederhana disertai dengan florid cemento-osseous displasia (FCOD) . Rongga dengan batas bergigi diamati di daerah gigi molar kanan dan anterior. Tidak ada massa sklerotik jelas, tapi satu dikukuhkan dalam radiografi periapikal dari daerah incisor. (b) Karakteristik temuan ekspansi nodular. Tulang ekspansi menonjol dengan permukaan tidak teratur dicatat. (c) Tujuh bulan setelah operasi, pembentukan tulang dikonfirmasi dalam rongga. (d) 4 tahun dan 10 bulan setelah operasi, di samping kekambuhan lesi, pembentukan massa sklerotik dari FCOD dikonfirmasi (panah).

Dalam studi ini, tingkat kekambuhan lebih besar pada kasus-kasus dengan ekspansi tulang dibandingkan mereka yang tidak ekspansi tulang. Selain itu, sifat ekspansi (halus atau nodular) adalah penting untuk memprediksi prognosis, sebagian besar kasus dengan ekspansi mulus sembuh, sedangkan empat kasus lainnya dengan ekspansi nodular terulang dalam studi kasus kami (Tabel 4). Pada 8 dari 16 kasus adanya radiopak dalam rongga, massa itu adalah OD dan kekambuhan terjadi pada 7

kasus. Melrose et al22 mengkonfirmasi untuk tindak lanjut studi kista tulang sederhana pada rahang terkait dengan OD bahwa tiga dari sembilan kasus kambuh setelah operasi. Kista tulang sederhana dengan OD harus diakui memiliki potensi tinggi untuk kambuh setelah pengobatan. Sebuah massa radiopak selain pada OD terlihat dalam delapan kasus, dan enam dari mereka kambuh setelah operasi. Mungkin ada hubungan antara massa radiopak dan prognosis, tetapi hal ini tidak

(9)

dapat dibahas saat ini. Dalam kasus dengan beberapa rongga , tingkat kekambuhan yang dilaporkan tinggi .22, 23 Dalam penelitian ini (kasus terakhir

ditambah penulis sendiri) juga, 14 dari 19 kasus dengan beberapa rongga terulang setelah operasi.

Tabel 2 Usia pasien dan jenis kelamin dalam distribusi kasus penyembuhan dan berulang

Hasil perawatan (jumlah kasus)

Jumlah Pria/Wanita

Umuru rata-rata (hasil) (tahun) 31 kasus kami Penyembuhan (22) 10/12 16.5 (10–38) P _ 0.0032∗∗ Pengulangan (9) 1/8 38.1 (21–76) Kasus yang dierbitkan (108 kasus) Penyembuhan(80)∗ 29/27 19.0 (10–51) P _ 0.104∗∗ Pengulangan (28)† 7/12 25.7 (7–51) Total Penyembuhan (102)∗ 39/39 18.3 (10–51) P _ 0.0018∗∗ Pengulangan (37)† 8/20 29.6 (7–76) Total (139) 47/59 21.1

 ∗,† Jenis kelamin atau usia tidak dinyatakan dalam 24 dan 9 kasus, masing-masing.  ∗∗ Tes mandiri.

Tabel 3 Prosedur bedah dan jumlah penyembuhan serta kasus yang terulang

Prosedur operasi

Studi kasus Review literatur Total hasil

pengulangan Penyembuhan Pengulangan Penyembuhan Pengulangan

(n _ 22) (n _ 9) (n _ 80) (n _ 28) (%)

Kuretase dinding tulang /

eksplorasi rongga 17 7 58 20 29.3

Fenestrasion 3 2 8 0 15.4

Menutup lubang dengan

bahan∗ 0 0 8 0 0

Aspirasi 0 0 1 0 0

Osteotomy dari kondilus 0 0 1 0 0

Tidak diketahui / tidak tercatat 2 0 4 8 –

∗ Gelfoam diaplikasikan dalam lima kasus. Ujung tulang, spons gelatin atau paket kasa diterapkan masing-masing dalam satu kasus.

(10)

Gambar 5 Kista tulang sederhana dengan massa radiopak dalam rongga (panah panjang). Resorpsi akar diduga pada akar medial molar pertama (panah pendek). Lesi terulang dua kali setelah operasi

Selain itu, kami mencatat proporsi yang tinggi dari beberapa rongga kista tulang sederhana mempengaruhi tulang rahang: 13,6% (18/132 kasus) dalam penelitian ini, dan 21,4% (3/14), 11 20% (15/3), 24 6,2% (10/161) 23 dan 4,0% (2/51) 10 dalam studi yang dilaporkan. Bahkan tidak termasuk kasus dengan OD, 12 kasus (9,4%) memiliki beberapa rongga dalam penelitian kami. Tulang rahang diperkirakan memiliki sifat aneh yang menghasilkan lesi kista tulang sederhana . Hal ini berspekulasi bahwa ini berhubungan dengan jaringan odontogenik, karena kista tulang sederhana

sering terjadi dalam tubuh mandibula dan berkaitan dengan OD.2, 22,25

Klasifikasi radiografi dan prognosis

Studi kami menunjukkan bahwa kasus kista tulang sederhana dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok radiografis, dan klasifikasi yang mungkin berhubungan dengan prognosis (Tabel 5). Lesi dalam satu kelompok memiliki temuan hanya lamina dura yang utuh, batas mulus dan tidak ada ekspansi tulang halus dan akan sembuh setelah operasi, sedangkan lesi pada kelompok lain dapat mencakup temuan lamina dura yang absen, resorpsi akar, batas bergigi, nodular ekspansi, massa radiopak atau lesi ganda dan bisa kambuh kembali.

Dalam kesimpulan, penilaian radiografi dianggap berguna untuk memperkirakan prognosis lesi kista tulang sederhana. Dalam kasus dengan gambar radiografi dura lamina absen, batas bergigi, ekspansi tulang nodular, massa radiopak atau rongga ganda, kebutuhan untuk tindak lanjut dalam jangka panjang dan kemungkinan pengulangan operasi harus dipertimbangkan.

(11)

Tabel 4 Jumlah kasus hasil temuan radiografi dan hasil pengobatannya

Temuan radiografi

Kasus kami Kasus yang diterbitkan Total

Penyembuh an (n _ 22) Pengulanga n (n _ 9) Penyembuh an (n _ 80) Pengulanga n (n _ 28) Penyembu han Pengula ngan Hasil pengulang an (%)

lamina dura utuh 17 0 15 2 32 2 5.9

lamina dura absen 5 8 2 3 7 11 61.0

Resorpsi akar 1 4 0 0 1 4 80.0 Batas halus 20 1 0 0 20 1 4.8 Batas bergigi 2 8 7 9 9 17 65.4 Tanpa perluasan 9 2 10 1 19 3 13.6 Perluasan halus 12 3 14 6 26 13 33.3 Perluasan nodular 0 4 Massa Radiopak∗ 1 5 2 8 3 13 81.3 Beberapa rongga 1 5 4 9 5 14 73.7

 Dalam survei kasus yang diterbitkan, sebagian besar kasus yang dijelaskan hanya beberapa temuan, jika ada, dan jumlah temuan tidak 10 tetapi 9 karena ekspansi tulang dilaporkan ada atau tidaknya, sedangkan penulis dalam kasus kami menggambarkannya sebagai absen, halus atau nodular . Oleh karena itu, jumlah baris dalam 2 kolom pertama adalah 10 dan bahwa dalam 5 kolom berikut adalah 9

 ∗ Histologi adalah cemento-osseous displasia dalam delapan kasus, gigi dalam tiga kasus, tulang dalam satu kasus dan tidak diketahui dalam empat kasus.

 †Osseous dysplasia terkait pada 7 kasus.

Tabel 5 Klasifikasi radiografi pada 30 kasus kami berdasarkan keberadaan lamina dura dan distribusi lainnya Batas Resorpsi akar Perluasan Massa Radiopak Beberapa rongga Angka kasus dengan pengulangan halus bergigi Tanpa Halus Nodular

lamina dura utuh (17 kasus) 17 0 0 6 10 0 0 0 0 lamina dura absen (13 kasus) 4 9 5 5 4 4 6 6 8

(12)

Referensi

1. Weber AL, Kaneda T, Scrivani SJ, Aziz S. Jaws and temporomandibular

joints. In: Som PM, Curtin HD (eds). Head and neck

imaging, 4th edn. St. Louis: Mosby, 2003, pp 942– 943.

2. White SC, Pharoah MJ. Oral radiology principles and interpretation,

5th edn. St. Louis: Mosby, 2004, pp 405–409. 3. Shafer WG, Hine MK, Levy BM. A textbook of oral pathology,

4th edn. Philadelphia: WB Saunders, 1983, pp 541– 544.

4. Damante JH, Da S Guerra EN, Ferreira Jr O. Spontaneous

resolution of simple bone cysts. Dentomaxillofac Radiol 2002; 31:

182–186.

5. Sapp JP, Stark ML. Self-healing traumatic bone cysts. Oral Surg

Oral Med Oral Pathol 1990; 69: 597–602.

6. Chapman PJ, Romaniuk K. Traumatic bone cyst of the mandible:

regression following aspiration. Int J Oral Surg 1985; 14: 290–294.

7. Howe GL. ‘‘Haemorrhagic cysts’’ of the mandible. II. Br J Oral

Surg 1965; 3: 77–91.

8. Narang R, Jarrett JH. Large traumatic bone cyst of the mandible.

J Oral Surg 1980; 38: 617–618.

9. Lindsay JS, Martin WR, Green HG. Traumatic bone cyst treated

with homogenous bone graft. Report of a case. Oral Surg Oral

Med Oral Pathol 1966; 21: 536–542. 10. Matsumura S, Murakami S, Kakimoto N, Furukawa S, Kishino

M, Ishida T, et al. Histopathologic and radiographic findings of

the simple bone cyst. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol

Endod 1998; 85: 619–625.

11. MacDonald-Jankowski DS. Traumatic bone cysts in the jaws of

a Hong Kong Chinese population. Clin Radiol 1995; 50: 787–

791.

12. Dellinger TM, Holder R, Livingston HM, Hill WJ. Alternative

treatments for a traumatic bone cyst: a longitudinal case report.

Quintessence Int 1998; 29: 497–502.

13. Horner K, Forman GH, Smith NJ. Atypical simple bone cysts of

the jaws. I. Recurrent lesions. Clin Radiol 1988; 39: 53–57.

14. Vijayaraghavan K, Whitlock RI. An unusual case of ‘‘haemorrhagic’’

bone cyst. Br J Oral Surg 1975; 13: 64–72. 15. Moss M, Levey A. The traumatic bone cyst: report of three cases.

J Am Dent Assoc 1966; 72: 397–402.

16. Ivy RH, Curtis L. Hemorrhagic or traumatic cysts of mandible.

Int J Orthodont 1937; 23: 640–643.

17. Blum T. Unusual bone cavities in the mandible: a report of three

cases of traumatic bone cysts. J Am Dent Assoc 1932; 19: 281–301.

18. Chang CH, Stanton RP, Glutting J. Unicameral bone cysts

treated by injection of bone marrow or methylprednisolone. J

Bone Joint Surg Br 2002; 84: 407–412. 19. Shear M. Cysts of the oral regions. Oxford, UK: Butterworth-

Heinemann, 1992.

20. Szerlip L. Traumatic bone cysts. Resolution without surgery. Oral

Surg Oral Med Oral Pathol 1966; 21: 201–204. 21. Campanacci M, Capanna R, Picci P. Unicameral and aneurysmal

bone cysts. Clin Orthop Relat Res 1986; 204: 25– 36.

22. Melrose RJ, Abrams AM, Mills BG. Florid osseous dysplasia. A

clinical-pathologic study of thirty-four cases. Oral Surg Oral Med

Oral Pathol 1976; 41: 62–82.

23. Kaugars GE, Cale AE. Traumatic bone cyst. Oral Surg Oral Med

Oral Pathol 1987; 63: 318–324.

24. Saito Y, Hoshina Y, Nagamine T, Nakajima T, Suzuki M,

Hayashi T. Simple bone cyst. A clinical and histopathologic study

of fifteen cases. Oral Surg Oral Med Oral Pathol 1992; 74:

487–491.

25. Waldron CA, Giansanti JS, Browand BC. Sclerotic cemental

masses of the jaws (so-called chronic sclerosing osteomyelitis,

sclerosing osteitis, multiple enostosis, and gigantiform cementoma).

Oral Surg Oral Med Oral Pathol 1975; 39: 590– 604.

Gambar

Tabel 1 Sepuluh temuan radiografi dan definisinya  Temuan
Gambar 1.  (a) Kista tulang sederhana dengan batas mulus. (b) radiografi temuan dengan lamina dura yang utuh
Gambar 3 kista tulang sederhana dengan resorpsi  akar gigi molar pertama . Septum-seperti garis  radiopak juga terlihat (panah)
Tabel 2 Usia pasien dan jenis kelamin dalam distribusi kasus penyembuhan dan berulang   Hasil perawatan (jumlah
+3

Referensi

Dokumen terkait

pengembangan kawasan metropolitan, kawasan ekonomi khusus, kawasan pengembangan ekonomi terpadu, kawasan tertinggal, serta pelabuhan internasional di Kota Medan dalam

Setelah itu didapatkan larutan standar 10 ppm, untuk diketahui alat yang kami gunakan yakni pada spektrofotometer uv vis dapat menyerap cahaya apabila senyawa

Pemilihan teori ini berdasarkan sifat semiotik yang mempelajari hubungan makna antar tanda-tanda (Budiman, 2011:4). Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis struktur

Berangkat dari realitas tersebut KOPRI Pengurus Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia UIN SGD Cabang Kota Bandung akan mengiplementasikan gagasan tersebut

Untuk tujuan itu, senario perumahan khasnya perumahan kos rendah secara umum dikupas bagi menjadi dasar kepada hujah-hujah yang dikemukakan disamping melihat kepada permasalahan

Jika demokrasi diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagai dampak ikutannya maka hal yang sama dengan sendirinya akan terjadi juga dalam

Menurut Mulyasa (2009:187) Prosses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman

 Konsep rumah tangga pertanian adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya melakukan dan bertanggungjawab dalam kegiatan pembudidayaan,