Tugas Metode Riset ( Proposal )
Nama : Arnoldus Sutaryanto
NPM : 19210610
Kelas : 3EA 18
PROPOSAL
JURNAL 1
Tema
: Kualitas Pelayanan dan Kepuasan KonsumenJudul
: Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Konsumen terhadap Loyalitas Pelanggan di Hypermarket Giant Mega BekasiPengarang
: NOVIANI SARIFakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, Jakarta Tahun : 2008
LATAR BELAKANG
Dewasa ini banyak sekali bentuk-bentuk usaha yang bergerak dibidang jasa, seperti perkembangan usaha ritel di Indonesia. Usaha ritel atau eceran (retailing) dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan penggunaan bisnis. Konsumen setia adalah yang sangat puas dengan produk layanan yang diberikan suatu perusahaan sehingga mereka menjadi antusiasme, untuk memperkenalkan kepada siapa saja yang dikenal.
Pada tahap berikutnya konsumen yang setia, tersebut akan menunjukkan dan memperluas kesetiannya kepada produk-produk dan jasa lain yang belum dimanfaatkan (cross selling). Untuk selanjutnya mereka akan menjadi konsumen yang setia untuk selamanya. Mengukur kedalaman kesetiaan konsumen adalah suatu hal yang cukup relatif sulit untuk dilakukan. Secara teori, mungkin mudah untuk dituangkan diatas kertas dalam bentuk grafik, tetapi tidak untuk prakteknya dilapangan. Peningkatan kepuasan konsumen harus dilakukan dengan standar kualitas dan standar efisiensi pelayanan.
MASALAH
Bagaimana kiat-kiat atau perencanaan agar Hypermarket Giant dapat memperhatikan kepuasan konsumen dalam hal kesan terhadap kinerja (hasil)
TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk menguji pengaruh kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen terhadap loyalitas pelanggan di Hypermarket Giant Mega Bekasi.
METODOLOGI PENELITIAN
Pada penulisan ini yang menjadi objek penelitian adalah masyarakat Bekasi yang terbagi atas Bekasi Barat, Timur, Utara, Selatan dan sekitarnya.
- Variabel Penelitian a. Keandalan b. Ketanggapan c. Keyakinan d. Empati e. Keberwujudan f. Kepuasan Konsumen - Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan kuesioner yaitu dengan cara melakukan
pengumpulan data yang disajikan dalam bentuk pertanyaanpertanyaan kepada responden terkait dengan pelayanan yang diterima sehingga responden dapat memberikan jawaban atas pertanyaan secara tertulis. Untuk memudahkan dalam menganalisis data, maka variabel-variabel yang digunakan diukur dengan mempergunakan model skala 5 tingkat (likert). Populasi dan Sampling Populasi adalah jumlah keseluruhan dari objek yang diteliti (Istijanto, 2006:109). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Bekasi yang terbagi atas wilayah Bekasi Barat, Timur, Utara, Selatan. Dari data yang diperoleh jumlah penduduk Bekasi kemudian dicari jumlah populasi pengunjung Hypermarket Giant Mega Bekasi. Cara non probabilitas (nonprobability sampling) dipilih karena besarnya peluang elemen populasi untuk terpilih sebagai subjek tidak diketahui. Dan teknik yang dipilih sampling purposive yaitu teknik penentuan populasi dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan kriteria dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.Menurut Sekaran, (2006:123) sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Desain
pengambilan sampel ini, dikenal sebagai pengambilan sampel acak sederhana (simple
random sampling), memiliki bias paling sedikit dan memberikan generalisasi paling luas. Uji Validitas 100 responden.
Validitas adalah suatu ukuran yang mengukur sah atau valid tidaknya suatu instrumen (kuesioner). Pengujian validitas adalah pengujian untuk mengetahui kemampuan indikator-indikator suatu konstruk (variabel laten) untuk mengukur konstruk tersebut secara akurat. Confirmatory factor analysis yang peneliti pilih yaitu teknik multivariat yang akan
menegaskan dimensi konsep yang telah didefinisikan secara operasional, sekaligus
menunjukkan item mana yang paling tepat untuk tiap dimensi atau menghasilkan validitas konsep (Sekaran, 2006:45) dengan batassignifikan sebesar 0,5. Pengukuran validitas instrumen diperoleh dari hasil uji coba instrumen terhadap 100 responden.
Namun variabel tersebut tetap dipakai untuk melakukan uji ke 2 untuk melihat konsistensi item-item dari ketujuh variabel tersebut dengan menyebarkan kuesioner yang sama tapi dengan jumlah responden yang lebih banyak yaitu 200 responden. Analisis Jalur (path analysis) Sesuai dengan tujuan penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis). Analisisi jalur (path analysis) adalah bentuk analisisi multi-regresi. Analisis ini berpedoman pada diagram jalur untuk membantu konseptualisasi masalah atau menguji hipotesis yang kompleks.
Hasil Uji Validitas 200 responden Pada program SPSS teknik pengujian yang peneliti gunakan untuk uji validitas adalah menggunakan analisis faktor yaitu menemukan pengaruh sejumlah variable yang bersifat independent dengan yang lain. Dan confirmatory factor analysis yang peneliti pilih yaitu teknik multivariat yang akan menegaskan dimensi konsep yang telah didefinisikan secara operasional, sekaligus menunjukkan item mana yang paling tepat untuk tiap dimensi atau menghasilkan validitas konsep (Sekaran, 2006:45) dengan batas signifikan sebesar 0,5. Hasil analisis validitas yang didistribusikan kepada 200 responden untuk tiap-tiap item pertanyaan.
Hasil uji reliabilitas dalam tabel di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan item-item pertanyaan yang ada dalam masing-masing variabel adalah reliabel (handal) karena nilai alpha > 0.6. Jadi dari uji validitas dan reliabilitas dapat disimpulkan bahwa semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini valid dan reliabel. Semua variabel tersebut digunakan dalam penelitian lebih lanjut, sebab apabila data yang ada tidak digunakan dalam analisis lebih lanjut dapat menyebabkan hasil yang bias dalam analisis maka data tetap digunakan dalam analisis. Meskipun banyak buku yang menyatakan bahwa data yang akan dianalisis harus valid dan reliabel.
Pengaruh Keandalan, Ketanggapan, Keyakinan, Empati, Keberwujudan pada Kepuasan Konsumen Pada hakekatnya kualitas pelayanan merupakan suatu perbandingan antara pelayanan yang diharapkan masyarakat dengan pelayanan yang diterimanya. Kualitas yang dirasakan merupakan penilaian masyarakat terhadap keseluruhan kinerja dari karyawan Hypermarket Giant.
Kualitas sebagai penilaian subyektif masyarakat sangat ditentukan oleh persepsi masyarakat terhadap jasa, persepsi tersebut dapat berubah karena pengaruh penilaian tersebut. Dari hasil perhitungan dengan analisis jalur dapat diketahui bahwa yang mempunyai pengaruh
signifikan pada kepuasan konsumen adalah variabel keyakinan dan variabel keberwujudan karena mempunyai nilai p < 0.05. Pada kolom p terlihat angka (0.020, < 0.001) di bawah angka 0.05. Hal ini menunjukkan pada tingkat signifikansi 5% variabel keyakinan dan keberwujudan berpengaruh signifikan pada kepuasan konsumen (Santoso, 2007:127).
Oleh karena itu Hypermarket Giant hendaknya lebih memperhatikan kualitas pelayanan dalan variabel keyakinan yang meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap produk secara tepat, kualitas, keramah tamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberikan pelayanan. Hypermarket Giant harus lebih memperhatikan kepuasan konsumen dalam hal kesan terhadap kinerja (hasil) sesuatu produk dengan harapannya untuk mencapai kesetiaan konsumen atau loyalitas konsumen yang diukur dari kesetian terhadap jasa,
perekomendasian, dan penggunaan secara kontinyu.
REKOMENDASI
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan setelah dilakukan pengujian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen pada Hypermarket Giant Mega Bekasi, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Terdapat pengaruh positif dari faktor kualitas pelayanan yaitu Keberwujudan terhadap Loyalitas Pelanggan di Hypermarket Giant Mega Bekasi.
2. Terdapat pengaruh positif dari Kepuasan Konsumen terhadap Loyalitas Konsumen di Hypermarket Giant Mega Bekasi.
3. Berdasarkan hasil perhitungan dengan analisis regresi berganda, menunjukkan bahwa dari faktor kualitas pelayanan hanya faktor keberwujudan dan kepuasan konsumen secara
Hypermarket Giant Mega Bekasi.
Dari analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel keberwujudan dan kepuasan konsumen merupakan faktor yang paling penting dalam upaya memperoleh konsumen yang loyal. Pengaruh kepuasan konsumen terhadap loyalitas berpengaruh signifikan namun penting bagi perusahaan untuk meningkatkan faktorfaktor lainnya yaitu keandalan, ketanggapan, keyakinan dan empati dalam upaya mempertahankan konsumen yang loyal.
SARAN
Adapun saran yang diberikan, antara lain :
1. Dalam faktor keandalan hendaknya perusahaan lebih meningkatkan kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan tepat (accurately) dan kemampuan untuk dipercaya (dependably), terutama memberikan jasa secara tepat waktu (ontime).
2. Dari faktor ketanggapan perusahaan diharapkan respon atau kesigapan karyawan dalam membantu konsumen memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap meliputi kesigapan karyawan dalam melayani konsumen, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi, dan penanganan keluhan konsumen.
3. Dari faktor keyakinan hendaknya karyawan lebih berifat ramah, sopan, dan dapat dipecaya untuk memberikan jaminan berupa kepercayaan diri kepada konsumen serta dapat membuat konsumen merasa aman saat berbelanja di Hypermarket Giant Mega Bekasi.
4. Faktor Empati meliputi sikap kontak personel maupun perusahan untuk memahami
kebutuhan maupun kesulitan konsumen, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, kemudahan dalam melakukan komunikasi atau hubungan yaitu dengan memberikan perhatian individu kepada konsumen, dan karyawan yang mengerti keinginan dari para konsumennya.
JURNAL 2
Tema
: Pelayanan jasa dan penetapan harga terhadap loyalitas konsumenJudul
: Analisis pengaruh kualitas pelayanan jasa dan penetapan harga terhadap loyalitas konsumen pada Hotel Arwana Jakarta.Pengarang
: Yudha Bagja Putra (jurusan manajemen fakultas ekonomi universitas semarang)LATAR BELAKANG
Bagaimana individu atau perusahaaan tersebut dapat dipercaya? Hal
inilah yang pertama kali dipikirkan oleh seseorang jika ingin berbisnis dengan orang lain yang belum pernah berbisnis dengannya. Hal ini pula yang dapat dijadikan pedoman oleh perusahaan agar konsumen dapat mempercayai produk yang ditawarkan dan melakukan pembelian ulang pada perusahaan tersebut, banyak perusahaan mengandalkan kepuasan konsumen sebagai jaminan keberhasilan di kemudian hari tetapi kemudian kecewa mendapati bahwa para konsumennya yang merasa puas dapat membeli produk pesaing tanpa ragu-ragu (Griffin, 2002). Namun, saat ini perusahaan berusaha membuat para konsumen tersebut loyal kepada produk mereka. Oleh sebab itu, kepuasan konsumen harus disertai dengan loyalitas konsumen (Tjiptono, 2004). Imbalan dari loyalitas bersifat jangka panjang dan kumulatif jadi semakin lama loyalitas seoorang
konsumen, semakin besar laba yang dapat diperoleh perusahaan dari seorang konsumen (Griffin, 2002). Loyalitas konsumen akan sangat menguntungkan bagi perusahaan. Pengusaha mengetahui bahwa kebutuhan primer konsumen
dibedakan menjadi tiga macam yaitu pangan (makan & minum), sandang (pakaian), dan papan (tempat tinggal), mereka dapat melihat hal ini sebagai prospek dalam berbisnis, sesuai dengan adanya permintaan dan penawaran. Ada pengusaha yang berbisnis di bidang pangan, di bidang sandang, maupun di bidang papan. Bidang yang terakhir merupakan bisnis yang paling besar mengandung risiko, karena biasanya bidang ini menggunakan modal yang besar, contoh : Perumahan, Apartemen, Perhotelan, dan sebagainya.
Perusahaan jasa harus dapat merancang strategi pemasaran yang tepat dalam mencapai tujuan perusahaan, salah satu tujuan perusahaan adalah
menciptakan loyalitas konsumen, salah satunya adalah dengan penetapan harga jasa. Penetapan harga jasa berbeda dengan harga barang dalam beberapa aspek seperti: Jasa tidak menghasilkan transfer kepemilikan fisik, variabilitas input dan output, heterogenitas jasa membatasi pengetahuan konsumen tentang harga jasa, dan lain-lain (Kottler, 2002). Penetapan harga yang tepat sesuai dengan pelayanan dan kinerja yang ditawarkan oleh perusahaan dapt menciptakan kepuasan
konsumen, konsumen yang merasa puas dapat tercipta loyalitas konsumen. (Tjiptono, 2004). Harga berperan penting secara makro (bagi perekonomian secara umum) dan secara mikro (bagi konsumen dan perusahaan). Bagi
perekonomian, harga dapat mempengaruhi tingkat upah, sewa, bunga, dan lainlain; bagi konsumen, harga dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam
membuat keputusan pembelian; sedangkan bagi perusahaan, harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang mendatangkan pendapatan (Tjiptono, 2004: 183).
Salah satu faktor lain yang dapat mempengaruhi kepuasaan adalah
kualitas pelayanan perusahaan. Kualitas pelayanan di dalam bisnis perhotelan, merupakan salah satu pemikiran yang sering digunakan dalam menilai kualitas suatu hotel, konsumen akan menilai pelayanan yang diberikan. Konsumen yang mendapatkan kepuasan maka konsumen tersebut dapat menggunakan jasa tersebut lagi di kemudian hari (loyalitas konsumen). Perusahaan yang dapat memberikan pelayanan yang berkualitas dan konsumen merasa mendapatkan kepuasan maka akan tercipta loyalitas konsumen, dan sebaliknya (Kotler, 2002). Unsur-unsur yang membentuk pelayanan berkualitas merupakan perpaduan dari kualitas manusia yang dicerminkan oleh perilaku atau sikap pribadi dalam berinteraksi dengan para tamu hotel dan ketrampilan atau keahlian yang merupakan penguasaan unsur-unsur teknik dan prosedur yang berkaitan dengan tugas
pekerjaannya. Unsur-unsur dan komponen-komponen dasar dalam pelayanan sulit untuk diinventori, maka dapat dikatakan bahwa pelayanan adalah berkaitan dengan proses, dimana produk yang dinikmati oleh tamu berupa pengalaman (Sulastiyono, 2006 : 58). Pada dasarnya produk dan jasa pelayanan hotel sudah mulai dinikmati oleh konsumen pada saat melakukan check-in. Kemudian ketika konsumen tinggal dan menginap di kamar, makan dan minum di restoran, main tenis atau berenang di kolam renang dan menikmati hiburan yang tersedia sampai check-out merupakan bagian dari produk hotel.
menurut keputusan Menparpostel disebutkan suatu usaha akomodasi yang dikomersiilkan dengan menyediakan fasilitas-fasilitas antara lain kamar tidur (kamar tamu), makanan dan minuman, serta pelayanan-pelayanan penunjang seperti tempat-tempat rekreasi, fasilitas olahraga dan fasilitas laundry
(Sulastiyono, 2006 : 11). Fasilitas yang dimaksud di sini merupakan penyediaan perlengkapan-perlengkapan fisik untuk memberikan kemudahan kepada para tamu dalam melaksanakan aktivitas-aktivitasnya dan kegiatan-kegiatannya, sehingga kebutuhan tamu dapat terpenuhi selama tinggal di hotel (Sulastiyono, 2006 : 28). Fasilitas-fasilitas tersebut diadakan untuk memenuhi kebutuhan dan menciptakan kenyamanan bagi pengguna jasa hotel. Fasilitas yang dimiliki oleh Hotel Arwana yang berbintang 2 (dua) adalah kamar (penyejuk ruangan, telepon, televisi, air dingin dan panas, bar mini), layanan kamar 24 jam, restoran 24 jam, layanan binatu, layanan pijat, area parkir, kotak deposit, karaoke. Hotel Arwana juga didukung oleh keamanan 24 jam serta tersedia pula kafe yang menyajikan acara musik dan hiburan. Tipe kamar yang tersedia di Hotel Arwana adalah standar, grand deluxe dan executive. Selain hal di atas diketahui pula bahwa Hotel Arwana mempunyai letak yang baik karena dekat dengan pertokoan glodok, pertokoan mangga besar dan daerah rekreasi Ancol maka segmen konsumen yang dituju lebih pada pengusaha-pengusaha yang berasal dari luar kota, bahkan terdapat konsumen yang berasal dari luar negeri, untuk berbisnis di tempat-tempat bisnis di sekitar Hotel Arwana tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa terdapat
konsumen-konsumen yang menggunakan jasa Hotel Arwana untuk keperluan lain, seperti berlibur, pertemuan, dsb.
dengan demikian dapat dikatakan juga loyalitas konsumen tehadap Hotel Arwana juga menurun.
Hal tersebut sangat menarik dan melakukan penelitian di Hotel Arwana, hingga mengambil judul :
“ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN JASA DAN PENETAPAN HARGA TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PADA HOTEL ARWANA DI JAKARTA”.
MASALAH
Faktor Pengaruh Kepuasan Konsumen
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Ada atau tidaknya pengaruh kualitas pelayanan jasa dan penetapan harga terhadap kepuasan konsumen pada Hotel Arwana di Jakarta.
2. Ada atau tidaknya pengaruh kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen pada Hotel Arwana di Jakarta.
Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu obyek yang
merupakan perhatian peneliti (Kountur, 2005:137). Menurut Sugiyono (2004), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsumen Hotel Arwana.
3.2 Sampel dan Teknik Sampling
Peneltian ini adalah penelitian sampel, sebab dalam penelitian hanya meneliti sebagian dari jumlah populasi dan hasil penelitiannya akan
digeneralisasikan pada seluruh populasi. Sampel adalah sejumlah penduduk yang kurang dari jumlah populasi (Hadi 1994:225) atau dapat dikatakan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiono, 2004:73). Sitepu (1994:108) untuk menentukan sampel dapat digunakan beberapa tahap perhitungan pada langkah pertama menentukan perkiraan harga koefisien terkecil antara variabel bebas dan terikat kedua menentukan taraf nyata dan kuasa uji.
Z = Konstanta yang di peroleh dari tabel distribusi normal 1−α Z = Konstanta yang di peroleh dari tabel distribusi normal α = Kekeliruan Tipe I
β = Kekeliruan Tipe II
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Windarti (2001) yang
menganalisis lima variabel bebas, bukti langsung, keandalan, daya tanggap, jaminan, dan empati terhadap loyalitas nasabah dari koefisien terkecil diperoleh harga sebesar 0,30 yaitu dari variabel jaminan sehingga Dalam penelitian ini korelasi terendah dari variabel bebas di tetapkan ρ = 0,30, taraf nyata α = 5%, β = 5 %. Untuk mencari ukuran sampel dapat dilakukan sebagai berikut: ρ = 0.30 di peroleh dari tabel distribusi normal :
−α 1 Z = 1.645 dan −β 1 Z = 1.645
karena 3 n dan 2 n harga sampai dengan bilangan satuannya sama, maka iterasi berhenti. Dalam penelitian ini mengambil sampel minimum sebesar 115 konsumen Hotel Arwana.
Dengan adanya jumlah populasi yang banyak dan tersebar tidak mungkin
diteliti semua, mengingat keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya maka penelitian yang dilakukan hanya meneliti sebagian dari jumlah populasi atau di sebut sampel, dengan jumlah 115 konsumen Hotel Arwana. Penelitian ini dengan menggunakan teknik Sampling Aksidental. Metode ini merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2004:77 ). Dalam hal ini pengumpulan data dilakukan melalui konsumen yang sedang menggunakan jasa Hotel Arwana lebih dari satu kali.
Variabel bebas yaitu variabel yang menjadi sebab terjadinya/ terpengaruhnya variabel dependen (Umar 2002: 129).
1. Variabel X1 , yaitu Kualitas Pelayanan Jasa Hotel Arwana
Dalam penelitian ini yang dimaksud kualitas pelayanan adalah kinerja
pelayanan yang diberikan Hotel Arwana terhadap konsumennya. Adapun sub variabel kualitas pelayanan X1 yaitu:
a. Bukti langsung (tangible), merupakan salah satu aspek hotel yang mudah terlihat oleh konsumen. Indikator dari subvariabel bukti langsung
(tangible):
1) Fasilitas Fisik (Penampilan hotel, lokasi yang strategis, tempat parkir dan tempat tunggu)
2) Penampilan pekerja
3) Kebersihan, kerapihan, dan kenyamanan hotel.
b. Kehandalan (reliability), kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera memuaskan. Indikator dari subvariabel a) Ketepatan pelayanan
b) Kesesuaian pelayanan dengan janji yang ditawarkan.
c. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu konsumen dan memberikan dengan tanggap. Indikator dari subvariabel daya tanggap (responsiveness):
c) Kesigapan pekerja dalam menangani konsumen d) Penanganan keluhan konsumen.
d. Jaminan (assurance), mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dipercaya dimiliki para staf, bebas dari bahaya risiko dan keragu-raguan. Indikator dari subvariabel jaminan (assurance):
e) Keramahan, perhatian dan kesopanan pekerja f) Reputasi Hotel Arwana.
e. Empati (empaty), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan para konsumen. Indikator dari subvariabel empati:
1) Kemampuan pekerja berkomunikasi dengan konsumen 2) Pemahaman kebutuhan konsumen.
2. Variabel X 2 yaitu Penetapan Harga
Dalam penelitian ini yang dimaksud penetapan harga adalah pemilihan yang dilakukan perusahaan terhadap tingkat harga umum yang berlaku untuk jasa tertentu yang dipengaruhi oleh banyak faktor dari luar perusahaan atau organisasi. Indikator dari penetapan harga adalah:
a. Biaya tarif kamar b. Fasilitas yang tersedia c. Kebijakan manajemen, dan d. Pesaing.
Variabel intervening yaitu variabel antara atau mediating. Fungsi dari variabel ini yaitu memediasi hubungan antara variabel independent dengan dependent (Ghozali 2005:160). Variabel intervening dari penelitian ini adalah kepuasan konsumen. Indikator variabel kepuasan (Y1) adalah harapan konsumen dan kinerja perusahaan (hotel).
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengungkap loyalitas konsumen (Y2)
terkait dengan kualitas pelayanan jasa (X1), penetapan harga (X2) dan kepuasan konsumen (Y1) Hotel Arwana. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa hal sebagai berikut.
a. Kualitas Pelayanan Jasa a. Bukti Langsung
Bukti langsung yaitu fasilitas fisik yang ditampilkan oleh Hotel Arwana, perlengkapan dan penampilan personil pegawai.
Keandalan yaitu kemampuan untuk memberikan apa yang dijanjikan
secara andal dan tepat. Keandalan menuntut penyedia jasa untuk jujur dan terbuka pada konsumen akan kemampuan memberikan apa yang dijanjikan
Daya tanggap adalah suatu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang tepat (responsif) kepada konsumen dengan penyampaian informasi yang jelas.
Jaminan yaitu pengetahuan dan sopan santun pegawai dan kemampuan mereka untuk mengesankan kepercayaan dan keyakinan konsumen. Empati yaitu suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan
pengetahuan tentang konsumen, memahami kebutuhan konsumen secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasiaan yang nyaman bagi konsumen. Tanggapan responden mengenai empati.
Kepuasan konsumen yaitu hasil membandingkan harapan dan kenyataan (hasil) dari suatu produk barang atau jasa. Hasil deskriptif kepuasan konsumen berdasarkan indikator yang telah di tentukan
Uji kenormalan data digunakan untuk menentukan uji hipotesis. Pada
data yang berdistribusi normal uji hipotesis menggunakan statistik parametris, sedang jika data tidak berdistribusi normal, maka uji hipotesis menggunakan statistik nonparametris. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pada penelitian ini uji normalitas menggunakan grafik normal plot dan untuk
memperkuat grafik tersebut dilakukan uji statistik sederhana dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual. Pada grafik normal plot dapat dilihat
kenormalan model regresi atas kualitas pelayanan jasa dan penetapan harga terhadap kepuasan konsumen dan model regresi atas kualitas pelayanan jasa, penetapan harga dan kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen. Lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik P-P. dapat disimpulkan bahwa
titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, grafik ini menunjukkan pola distribusi normal, dan kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normal. Menurut Ghozali (2005:122) uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual kelihatan normal padahal secara statistik sebaliknya. Sehingga untuk memperkuat uji grafik normal plot pada penelitian ini dilakukan uji statistik dengan melihat nilai kurtosis dan skewness. Dengan menggunakan program SPSS 13.0 akan diperoleh nilai skewnes dan kurtosis.
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
tidak terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan kepengamatan lain tetap, maka
disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas dalam penelitian ini cara mendeteksi ada atau tidaknya Heteroskedastisitas dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya ZPRED.
Uji F atau Uji Signifikansi Simultan digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini karena menggunakan analisis multivariat maka yang pertama yaitu mencari tahu pengaruh variabel kualitas pelayanan jasa (X1) dan penetapan harga (X2) (sebagai variabel independen) terhadap kepuasan konsumen (Y1) (sebagai variabel dependen). Cara yang digunakan dengan perhitungan SPSS dengan membandingkan nilai probabilitas
REKOMENDASI
Dari hasil analisis dan pembahasan maka dapat dibuat simpulan sebagai berikut :
Persamaan 1 digunakan untuk menganalisis ada atau tidaknya pengaruh kualitas pelayanan jasa dan penetapan harga terhadap kepuasan konsumen Hotel Arwana, dengan F hitung sebesar 15,100 dengan p value = 0,000 < 0,05 serta diperoleh thitung untuk variabel kualitas pelayanan jasa sebesar 3,763 dengan p value = 0,000 < 0,05dan dan thitung pada variabel penetapan harga sebesar 2,789 dengan p value = 0,006 < 0,05, dari hasil analisis juga diperoleh R2 = 0,212, , hal ini berarti persentase pengaruh kualitas pelayanan jasa dan penetapan harga terhadap kepuasan konsumen sebesar 21,2%. Persamaan 2 digunakan untuk menganalisis ada atau tidaknya pengaruh kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen Hotel Arwana, dengan F hitung sebesar 82,086 dengan p value = 0,000 < 0,05 serta dari hasil analisis juga diperoleh R2 = 0,421 , hal ini berarti persentase pengaruh kepuasan terhadap loyalitas sebesar 42,1%. Dari hal di atas dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara kualitas pelayanan jasa dan penetapan harga terhadap kepuasan konsumen hotel Arwana yaitu sebesar 21,2 % serta ada pengaruh yang signifikan kepuasan terhadap loyalitas konsumen hotel Arwana yaitu sebesar 42,1%.
SARAN
Dengan memperhatikan simpulan diatas, maka dapat disampaikan saransaran sebagai berikut :
1. Hotel Arwana diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada maupun dengan sumber daya manusia, dan diharapkan akan
meningkatkan kualitas pelayanan Hotel Arwana, karena kualitas pelayanan jasa dapat menjadi salah satu faktor menciptakan konsumen yang loyal.
2. Hotel Arwana perlu menetapkan biaya tarif kamar dengan tepat, hal tersebut dapat menambah loyalitas konsumen karena terbukti bahwa penetapan harga dengan tepat dapat menciptakan loyalitas konsumen Hotel Arwana.
3. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan kepada peneliti berikutnya untuk meneliti variabel lain yang dimungkinkan mempunyai pengaruh terhadap loyalitas konsumen.
JURNAL 3
Tema
: Kepuasan Konsumen dalam pelayanan jasaJudul
: Analisis tingkat kepuasan pasien askeskin, askes pns, umum pada pelayanan loket pendaftaran rawat jalan di RSUD Kabupaten KaranganyarPengarang
: Antik Pujihastuti (studi kesehatan masyarakat fakultas ilmu kesehatan universitas muhammadiyah)Latar Belakang
Sarana pelayanan kesehatan dalam menghadapi era globalisasi, berupaya meningkatkan kualitas akan jasa yang ditawarkan kepada
masyarakat. Hal ini disebabkan karena kualitas jasa dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai keunggulan kompetitif. Implementasi kualitas jasa yang dilakukan oleh sarana pelayanan kesehatan dengan cara memberikan
pelayanan (service) terbaik bagi konsumen dengan tujuan menciptakan kepuasan pasien.
Sebagai salah satu bentuk sarana pelayanan kesehatan yang bergerak di bidang jasa maka perlu memperhatikan kualitas jasa yang dijadikan indikator oleh para pasien baik pasien yang membayar secara langsung, juga pasien pegawai negeri / penerima pensiun yang menggunakan asuransi kesehatan selain itu pasien yang merupakan masyarakat miskin.
Dengan adanya penilaian akan jasa tersebut maka sarana pelayanan
kesehatan tersebut diharapkan tetap dapat berdiri dan semakin berkembang. Kualitas yang diberikan oleh sarana pelayanan kesehatan akan
menimbulkan persepsi pasien terhadap pelayanan yang telah diberikan kepadanya. Sering kali terdapat perbedaan antara harapan pasien dengan pelayanan yang diberikan oleh sarana pelayanan kesehatan. Untuk mengetahui apakah sarana pelayanan kesehatan telah memberikan pelayanan jasa yang sesuai dengan harapan pasien, perlu dilakukan evaluasi dari pasiennya. Setiap pasien menilai sarana pelayanan kesehatan / rumah sakit sebagai badan usaha yang bergerak di sektor jasa khususnya pelayanan kesehatan, dituntut untuk dapat menciptakan dan memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal dalam upaya tetap unggul untuk persaingan jangka panjang dengan menawarkan janji berupa jaminan kepastian dalam pelayanan
kesehatan bagi pasiennya. Menurut UU No. 40/2004 yang mengatur tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) terdapat 4 BUMN nirlaba yang mendapat mandat dari pemerintah memberikan jaminan asuransi sosial yakni Askes, Asabri, Taspen dan Jamsostek.
Dalam rangka mengimplementasikan UU No 40/2004, mulai tahun
2004 lalu Askes mengambil kebijakan Turn Around Strategy, artinya Askes lebih fokus pada peningkatan kualitas dan kepuasan pelanggan dari pada orientasi keuntungan. Selain itu untuk menjamin askes penduduk / keluarga miskin terhadap pelayanan kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar hidupnya untuk bisa hidup sehat. Pemerintah RI melaksanakan berbagai upaya
program pemeliharaan kesehatan bagi keluarga miskin dengan diawali melalui pelaksanaan Program Jaring pengaman sosial bidang kesehatan (JPS-BK). Kemiskinan dan penyakit terjadi saling kait-mengkait, dengan
hubungan yang tidak akan pernah putus terkecuali dilakukan intervensi pada salah satu atau kedua sisi, yakni pada kemiskinannya atau penyakitnya. Kemiskinan mempengaruhi kesehatan sehingga orang miskin menjadi rentan terhadap berbagai macam penyakit. Sedangkan bagi masyarakat yang mampu dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan akan membayar setiap jasa yang diperolehnya. Dari ketiga status asuransi pasien tersebut semuanya bermuara pada kepuasan akan jasa yang telah diterimanya selama mendapat pelayanan kesehatan.
MASALAH
Faktor Pengaruh Kepuasan Konsumen
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian adalah:
Untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat kepuasan antara pasien askeskin, askes PNS dan umum pada pelayanan loket pendaftaran rawat jalan di RSUD Kabupaten Karanganyar
METODOLOGI
1. Kerangka Penelitian
dimana dalam kepuasan konsumen terdiri dari lima faktor, yaitu: a. Bukti Fisik
b.Keandalan c.Daya Tanggap d.Jaminan e.Empati
2. Data dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer yang bersumber dari responden yang diambil melalui kuesioner yang disebarkan kepada konsumen.
3.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Zeithaml mengidentifikasi lima dimensi pokok dalam menentukan kualitas jasa, yaitu sebagai berikut :
a. Keandalan (realibility), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan janji yang ditawarkan.
b. Daya tanggap (responsiveness), yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam membantu konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap, yang meliputi kesigapan dalam melayani konsumen, kecepatan menangani transaksi, dan penanganan keluhan-keluhan konsumen.
c. Jaminan (assurance), meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap produk secara tepat, kualitas keramahtamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberi pelayanan, ketrampilan dalam memberi informasi, kemampuan dalam
memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan. Dimensi kepastian atau jaminan ini merupakan gabungan dari dimensi : · Kompetensi (Competence), yaitu ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh para karyawan untuk melakukan pelayanan.
· Kesopanan (Courtessy), yang meliputi keramahan, perhatian dan sikap para karyawan.
· Kredibilitas (Credibility), meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan kepada perusahaan, seperti reputasi, prestasi dan sebagainya.
d. Empati (empathy), yaitu perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada konsumen seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan,
kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan konsumen, dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan konsumennya. Dimensi emphaty ini merupakan penggabungan dari dimensi :
· Akses (Access), meliputi kemudahan memanfaatkan jasa yang ditawarkan perusahaan.
· Komunikasi (Communication), merupakan kemampuan melakukan komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada konsumen atau memperoleh masukan dari konsumen.
· Pemahaman pada konsumen (Understanding the Customer), meliputi usaha perusahaan untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan konsumen.
e. Bukti Fisik (Tangibles), meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan tata letak ruangan dalam, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapihan dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan karyawan. (Umar, 2000:234-236).
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji validitas, uji reabilitas, analisis korelasi, dan analisis faktor dengan alat analisis SPSS versi 11.
a.Uji validitas data berfungsi mengetahui derajat ketepatan data dari hasil pengukuran sampel dengan konsep pengukuran.
b.Uji realibilitas adalah alat untuk mengetahui derajat kehandalan data dari hasil pengukuran sampel yang berguna untuk melihat konsistensi pengukuran.
c.Analisis Korelasi digunakan untuk mengetahui pola dan keeratan hubungan antara dua atau lebih variabel.
d.analisis faktor termasuk padainterdependence, yang berarti tidak ada variabel dependen ataupun variabelindenpenden. Proses analisis faktor mencoba menemukan
hubungan(interrelationship) antar jumlah variabel-variabel yang saling indenpenden satu dengan yang lain, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal.
HASIL
Analisis Korelasi Antar Variabel
Dengan melihat hasil analisis Pearson dengan
bahwa hubungan korelasi antar komponen pembentuk kepuasan konsumen sangat dekat, hal ini dapat ditunjukkan dengan angka sig. (2-tailed) lebih kecil dari 0.000. Uji Validitas dan Reliabilitas
Pada pengujian ini dimana penelitian menggunakan 9 variabel, dimana pada uji reabilitas semua variabel yaitu kemampuan, penampilan, tindakan, tanggung jawab, ketepatan, sikap, perhatian, kenyamanan dan kepuasan pelanggan, nilai Cronbach's Alphanya semua lebih besar daripada nilai r tabel yang besarnya 0,1292 yang artinya ke-9 variabel sudah reliabel.
Dan pada pengujian validitas dari 37 pertanyaan dalam 9 variabel tersebut
masing-masing pertanyaan semua nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari nilai r tabelnya yaitu 0,1292 yang artinya 37 pertanyaan tersebut adalah valid. Uji Asumsi Klasik
Uji ini dilakukan dalam 4 tahap pengujian, yaitu Asumsi Regresi Berganda Multikolinieritas, Uji Asumsi Regresi Berganda Heteroskedasitas, Uji Asumsi
Regresi Berganda Normalitas, Uji Asumsi Regresi Berganda Autokorelasi. Dimana 4 pengujian ini digunakan untuk dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu analisis regresi linier berganda. Dan hasil dari uji asumsi klasik ini semua di dapat tanpa masalah jadi penelitian ini dapat dilanjutkan ke tahap analisis regresi linier berganda. .Uji Korelasi
Dari uji korelasi yang di dapat menggunakan bantuan SPSS versi 17 maka
variabel yang mempunyai korelasi yang paling kuat antara variabel X dengan variabel Y adalah variabel ketepatan, karena mempunyai nilai korelasi yang paling besar di antara variabel X lainnya yaitu sebesar 0,745. Sedangkan hubungan yang paling kuat antara variabel X adalah variabel tindakan dengan variabel penampilan dengan nilai korelasi sebesar 0,794. Hal ini menandakan adanya multikolinieritas atau korelasi di antara variabel bebas.
Analisis Faktor
Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antar variabel – variabel yang membentuk kepuasan konsumen
REKOMENDASI
Sejumlah keluhan tidak resmi sering dikemukakan bahwa pasien
Askeskin atau Askes PNS tidak mendapatkan pelayanan setara dengan pasien Umum sehingga menimbulkan ketidakpuasan, contoh ” Pasien menyatakan saya telah membayar lebih untuk mendapat pelayanan seharusnya diutamakan dalam pelayanan daripada yang tidak membayar (Askeskin/Askes PNS)” dan contoh ”Karena saya sebagai pasien yang gratis / dibayari oleh pemerintah mendapat pelayanan berbeda dengan pasien yang membayar tunai”. Tetapi sinyalemen itu belum banyak diteliti secara formal khususnya di RSUD Kabupaten Karanganyar.
Penilaian kepuasan pasien ini diyakini adanya perbedaan tingkat
kepuasan antara pasien Askeskin, Askes PNS, Umum berdasarkan status asuransi pasien. Dengan demikian peneliti mengganggap bahwa hal itu perlu diteliti mengenai analisis tingkat kepuasan pasien antara pasien Askeskin, pasien Askes PNS dan pasien Umum pada pelayanan loket pendaftaran rawat jalan di RSUD Kabupaten Karanganyar.
Mini Riset
I. PENDAHULUANMakalah ini berisi laporan singkat dari mini riset untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Agama tentang perkembangan rasa agama pada usia anak dan usia remaja.
Agama merupakan hal yang menyangkut masalah yang berhubungan dengan kehidupan batin manusia. Agama sebagai bentuk keyakinan yang bersifat abstrak yang memang sulit didiskripsikan dan diukur secara tepat dan rinci. Dalam diri manusia mempunyai kebutuhan dan keinginan bukan hanya terbatas kebutuhan akan makan, minum, pakaian ataupun kepentingan-kepentingan lainnya. Tetapi ada semacam kebutuhan dan keinginan yang bersifat universal. Kebutuhan ini melebihi kebutuhan-kebutuhan lainnya, bahkan di atas kebutuhan akan kekuasaan. Keinginan dan kebutuhan ini adalah suatu kebutuhan kodrati, berupa keinginan untuk mencintai dan dicintai Tuhan.
Manusia ingin mengabdikan dirinya pada suatu dzat yang dianggapnya mempunyai kekuasaan tertinggi dan Maha Menguasai segalanya, sehingga tumbuh rasa beragama pada jiwa manusia. Menurut Ibu Susilaningsih rasa agama merupakan Kristal-kristal nilai agama (religious conscience) dalam diri yang terdalam dari seseorang yang merupakan produk dari internalisasi nilai-nilai agama yang dirancang oleh lingkungannya. Sebagai sebuah Kristal nilai rasa agama sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat sekitar, teman sebaya, maupun kondisi keluarga. Semua itu sangat berpengaruh terhadap pengkristalan nilai-nilai agama terhadap perkembangan mulai dari anak-anak sampai remaja.
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk beragama. Potensi beragama sudah ada pada setiap manusia sejak mereka dilahirkan. Tinggal bagaimana proses perkembangannya. Rasa beragama akan terus berkembang mulai dari usia anak sampai usia remaja bahkan sampai pada usia lanjut. Perkembangan rasa beragama usia remaja yaitu situasi keagamaan yang berada dalam perjalanan menuju kedewasaan. Rasa agama yang mampu menumbuhkan rasa tanggung jawab serta menjadikan agama sebagai filsafat hidup. Oleh karena itu penanaman rasa agama sangatlah penting sejak masih usia anak sampai dewasa. Jangan sampai timbul rasa keraguan beragama pada diri anak atau remaja.
II. TEORI
A. Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Usia Anak Dan Remaja 1. Perkembangan Agama pada Anak-anak
Menurut penelitian Ernest Harms perkembangan agama anak-anak melalui tiga tingkatan, yaitu :
a. The Fairy Tale Stage (tingkat dongeng)
Tingkat ini dimulai pada anak yang berusia 3-6 tahun. Pada tingkatan ini konsep Tuhan lebuh banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Pada tingkat perkembangan ini anak menghayati konsep ke-Tuhanan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya.
Kehidupan masa ini masih bayak dipengaruhi kehidupan fantasi yang diliputi oleh dongeng-dongeng.
b. The Realistic Stage (Tingkat Kenyataan)
Tingkat ini dimulai sejak anak masuk Sekolah Dasar hingga ke usia adolesense. Pada masa ini, id eke-Tuhanan anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan pada kenyataan (realitas). Konsep ini timbul mlalui lembaga-lembaga keagamaan dan pengajaran agama dari orang dewasa lainnya.
c. The Individual Stage (Tingkat Individu)
Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep keagamaan yang iundividualistis terbagi menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Konsep ke-Tuhanan yang konvensional dan konservatif dengan dipengaruhi sebagian fantasi
yang disebabkan pengaruh dari luar.
b. Konsep ke-Tuhanan yang lebih murni yang dinyatakan dalam pandangan yang bersifat
personal.
c. Konsep ke-Tuhanan yang bersifat humanistik. Agama telah menjadi etos humanis pada diri
mereka dalam menghayati ajaran agama. Perubahan ini dipengaruhi oleh perkembangan usia dan pengaruh yang berasal dari luar yang dialaminya.
2. Perkembangan Agama Pada Usia Remaja
Masa remaja menduduki tahap progresif. Masa remaja mencakup masa juvenilitas, pubertas, dan nubilitas. Perkembangan agama pada remaja banyak dipengaruhi oleh perkembangan jasmani dan rohaninya.
Perkembangan agama pada remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan jasmani dan rohaninya. Menurut W. Starbuck perkembangan itu antara lain :
a. Pertumbuhan Pikiran dan Mental
Ide dn dasar keyakinan beragama yang diterima remaja pada masa kanak-kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap nilai agama, kebudayaan, social, ekonomi, jasmaninya sudah mulai muncul.
b. Perkembangan Perasaan
Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja. Perasaan social, etis, dan estetis mendorong remaja kehidupan yang terbiasa di lingkungannya. Kehidupan religius akan cenderung mendorong dirinya lebih dekat ke arah hidup yang religius pula. Sebaliknya, bagi remaja yang kurang mendapatkan pendidikan dan siraman ajaran agama akan lebih mudah didominasi dorongn seksual. Masa remaja merupakan masa kematangan seksual. Didorong oleh perasaan ingin tahu, remaja lebih mudah terperosok kea rah tindakan seksual yang negatif.
c. Pertimbangan Social
Corak keagamaan para remaja juga ditandai oleh adanya pertimbangan social. Dalam kehidupan keagamaan mereka timbul konflik antara pertimbangan moral dan material. Remaja sangat bingung menentukan pilihan itu. Karena kehidupan duniawi lebih dipengaruhi
kepentingan akan materi, maka para remaja lebih cenderung jiwanya untuk bersofat materialis.
d. Perkembangan Moral
Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan usaha untuk mencari proteksi.
e. Sikap dan Minat
Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaan masa kecil serta lingkungan agama yang mempengaruhi mereka (besar kecil minatnya).
f. Ibadah
B. RELIGIOUS DOUBT
Religious Doubt atau keraguan dalam rasa agama timbul karena ada faktor penyebabnya, antara lain:
Kemampuan kognisi remaja untuk berfikir secara abstrak dan maknawi Religious strorage
Dogmatic teaching Religious teaching Perbedaan agama
Mempertentangkan ilmu dan agama Immorality
Individual different III. KASUS DAN ANALISIS
KASUS
Dalam mini riset ini kasus yang saya ambil dari pengalaman keagamaan saya sendiri. Disini saya akan mencoba menguraikan pengalaman keagamaan saya mulai saya kecil sampai saat ini yaitu masa atau usia remaja yang sedang saya jalani.
Saya dilahirkan di Sumatera khususnya di Palembang. Ayah saya adalah seorang petani kopi yang berkerja keras. Perkebunan kopi Ayah saya lumayan luas dan pada saat itu Ayah saya termasuk petani yang sukses, dengan itu Ayahku mampu menghidupi keluarga saya yang sederhana. Karena ayah dan ibu hanya dikaruniai dua anak perempuan yang salah satunya adalah saya. Kata ayah dan ibu kami adalah peri-peri kecilnya.
Saya sangat beruntung, karena saya dilahirkan ditengah-tengah keluarga yang cukup mengerti tentang agama. Orang tua saya sudah mengajarkan nilai-nilai agama sejak saya kecil. Selain itu, rumah saya juga digunakan sebagai tempat mengaji bagi anak-anak sekitar dimana orang tua sayalah yang mengajarkan ilmu pada mereka. Mulai dari belajar sholawat, fasholatan/cara-cara sholat, membaca al-quran maupun kisah-kisah nabi. Dengan begitu, tentunya begitu sering saya bias menangkap ilmu-ilmu agama. Dimana saya langsung menerima dari orang tua saya sendiri. Ibarat makan, saya menelan dari suapan dari orang tua saya yang begitu menyayangi saya.
Sejak kecil orang tua saya sudah mengajarkan ilmu-ilmu fiqh seperti cara wudhu, sholat, sampai do‟a-do‟a keseharian. Dan orang tua saya dengan begitu sabar mengajari saya bagaimana membaca al-quran dengan makhraj yang baik dan benar mulai dari menghafal huruf hijaiyah sampai belajar menulisnya. Itulah tahap orang tua saya melekatkan nilai agama yang sempurna pada diri saya yaitu agama Islam. Yang saya tahu saat itu, saya belajar ngaji, saya sholat adalah sebagai wujud bahwa saya adalah orang islam. Meskipun pada waktu itu saya juga belum tahu islam yang sebenarnya. Tetapi saya tidak merasa terbebani menjalankan semua itu. Melihat orang tua saya melakukan ibadah, saya merasa itu adalah rutinitas yang baik yang saya harus bisa melakukannya.
Semangat mendidik orang tua tidak berhenti sampai di situ, setelah saya berumur 6 tahun mereka memboyong saya ke jawa dengan niat agar saya bisa menjalani sekolah formal, karena di sana tempat tinggal saya sangat jauh dengan lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah. Orang tua saya mendaftarkan saya pada lembaga pendidiklan SD. Di SD bukan hanya ilmu formal saja yang saya perolah, tapi juga ilmu agama. Yang dari oaring tua saya mendapatkan ilmu dasar-dasar agama di sekolah dasar saya memperolah lebih luas lagi. Tidak jarang pak guru mengenalkan saya tentang kisah-kisah nabi atau dongeng-dongeng islami.
Setelah saya masuk SD orang tua tidak pernah berhenti mengingatkan saya untuk terus menuntut ilmu agama, karena dengan ilmu agama dapat mengantarkan saya pada kebahagiaan akhirat. Orang tua saya menyuruh saya untuk mengaji di Musholah yang dekat dengan rumah saya. Selain dari orang tua saya juga banyak mendapatkan ilmu keagamaan di situ. Ngaji di musholah dimulai setelah sholat maghrib. Sangat mengherankan, dulu saya sangat bersemangat untuk berangkat mengaji. Dari sebelum maghrib saya dan teman sebaya saya sudah berlarian menuju mushola. Sampai-sampai saya merengek minta dibelikan payung agar saya bisa tetap berangkat ngaji walaupun hujan.
Setelah lulus SD saya juga masih bersemangat untuk tetap mangaji, walaupun terkadang saya tidak berangkat karena saking lelahnya akibat kegiatan di SMP dan karena begitu jauhnya sekolah dengan rumah tempat saya tinggal yang pada saat itu saya tempuh hanya dengan menggunakan sepeda. Sampai saya kelas 3 SMP aku masih aktif mengaji di mushola. Ketika bulan ramadhan tiba saya dan teman-teman mengikuti tadarus al-quran di mushola bahkan sampai larut malam.
Saya juga ingat bagaimana orang tua memarahi saya ketika saya tidak mengaji dan hanya bermain, maka saya akan dimarahi habis, dahulu saya sempat merasa kesal akan hal itu, tapi kini saya merasakan hasil dari didikan orang tua saya.
Dan setelah saya lulus SMP dan masuk SMK, saat itu usia saya sudah menginjak usia remaja. Karena SMKnya jauh maka orang tua saya memasukkan saya di sebuah pondok pesantren MIFTAHUL ULUM tepatnya di daerah Kebumen dengan harapan saya bisa mondok atau nyantri sambil sekolah. Di pondok pesantren saya mendapatkan ilmu agama yang lebih mendalam lagi. Ada ilmu-ilmu baru yang baru saya tahu di pesantrenseperti ilmu Nahwu dan Shorof. Karena sekolah yang berbeda dengan lokasi pondok, apalagi tidak ada lagi orang tua yang selalu mengawasi dan mengontrol, saya merasa sangat bebas. Meskipun ketika saya sudah kembali ke pesantren saya sudah terikat lagi oleh peraturan pondok
pesantren yang banyak aturan dan membuat waktu saya di pesantren sangat padat. Oleh karena itu sering pulang sekolah saya tidak langsung pulang ke pesantren tetapi menghabiskan waktu di luar untuk bermain bersama teman-teman sekolah saya. Bahkan terkadang karena sangat asyiknya bermain saya sampai lupa tidak menunaikan ibadah. Mengaji di pesantren pun mulai malas-malasan. Sempat saya menyadari tentang perubahanku yang tidak seperti dulu lagi, sempat terfikirkan dalam benak saya bahwa yang saya lakukan saat ini itu tidak baik dan hanya menyia-nyiakan waktu saya. Namun sifat buruk itu tetap saja melekat pada tubuh saya, hingga sampai pertengahan semester kelas 3 saya mulai bisa mendekatkan diri lagi kepada Allah. Entah karena hati yang tulus atau hanya karena takut kalau Allah tidak menghendaki saya untuk lulus ujian nantinya. Rasa beragama saya meningkat ketika saya hendak menghadapi UAN. Setiap hari saya berdoa demi kelancaran UAN saya dan semoga mendapatkan nilai yang bagus.
Setelah lulus SMK, saya mulai mamahami tentang pentingnya nilai agama yang selama ini saya yakini. Dan saya berjanji untuk terus menanamkan nilai-nilai agama sebagai pedoman hidup saya kedepan. Karena komitmen saya itu membuatku tertarik untuk meneruskan kuliah yang berkaitan dengan agama. Akhirnya saya diterima di Universitas Islam Negeri SUNAN KALIJAGA, Yogyakarta. Di Yogyakarta saya tinggal di Pondok Pesantren NURUL UMMAH PUTRI sampai sekarang ini. Semoga nilai-nilai agama akan selalu menjadi penerang dan menuntun hidup saya untuk terus berada di jalanNya ..
ANALISA
Dari analisis kasus tentang rasa agama, yang disini dimulai dari peran orang tua untuk menanamkan rasa agama sejak usia anak-anak. Menurut Ernest Harms perkembangan rasa agama usia anak melalui tiga tingkatan, yaitu :
The Fairy Tale Stage (tingkat dongeng). Tingkat ini dimulai pada anak yang berusia 3-6 tahun.
Pada tingkat ini konsep mengenai Tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh dunia fantasi. Perkembangan rasa agama dipengaruhi oleh konsep-konsep yang berupa fantasia tau dongeng-dongeng.
Pada tingkat ini, sama dengan yang saya alami dulu, dimana saya sering diceritakan dongeng-dongeng tentang kisah-kisah nabi yang mulai membuat saya mengerti tentang agama. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa anak tingkat dongeng sangat mempengaruhi perkembangan rasa agama anak.
The Realistic Stage (Tingkat Kenyataan). Tingkat ini dimulai sejak anak masuk Sekolah Dasar
hingga ke usia adolesense. Pada masa ini, ide kebutuhan anak sudah mencerminkan konsep yang berdasarkan pada kenyataan (realistis). Konsep ini timbul melalui lembaga-lembaga keagamaan dan pengajaran agama dariorang dewasa lainnya.
Pada tingkat ini, saya alami ketika saya masuk sekolah dasar dan saya mulai rajin berangkat mengaji di ushola dan saya mulai menirukan kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh orang terdekat saya, seperti kedua orang tua saya, guru, pak Kiyai di mushola, dan orang-orang lain yang ada di sekitar saya.
The Individual Stage (tingkat Individu). Pada tingkat ini anak memiliki kepekaan emosi yang
Pada tingkat ini saya alami ketika saya sudah masuk usia remaja. Dimana konsep Tuhan dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh luar maupun dipengaruhi oleh perkembangan usia.
Ketiga tingkat di atas pasti akan dialami seseorang dalam proses penanaman dan pengkristalan nilai-nilai agama. Pengkristalan nilai-nilai agama harus ditanamkan sejak usia dini. Peran orang tua menjadi sangat dominan dalam proses perkembangan rasa agama. Karena keluarga merupakan tempat pertama dimana anak memperolah dan dikenalkan pertama kalinya tentang nilai-nilai agama. Sedangkan lembaga-lembaga pendidikan hanya bersifat melanjutkan saja.
Masaremaja merupakan tahap yang progresif, mencakup masa juvenilitas, pubertas, dan nubilitas. Hal ini menjadi faktor yang mempengaruhi rasa agama remaja. Di masa remaja pertumbuhan pikiran dan mental anak sudah mulai berkembang dan mulai berfikiran kritis.
Pada masa remaja sudah mulai timbul suatu keraguan rasa agama (religious doubt). Hal ini terjadi karena adanya faktor dari dalam maupun faktor dari luar berupa pergaulan, bisa juga karena pengaruh pendidikan, kesalahan penyampaian materi dan masih banyak lagi. Keadaan religious doubt mulai saya alami ketika saya masuk dibangku SMK Sampai pada saat saya sudah masuk ke perguruan tinggi. Waktu saya SMK sempat saya merasa mengalami penurunan rasa agama, sekitar kelas satu akhir sampai kelas tiga semester awal saya mengalami perubahan sikap keagamaan yang sangat mencolok (Religious Conversion). Hingga pada kelas tiga akhir, tepatnya menjelang Ujian rasa agama saya serasa bangkit kembali.
Namun, setelah itu saya mendaftar di lembaga pendidikan UIN SUNAN KALIJAGA. Di Perguruan Tinggi saya mengambil jurusan PAI dimana di dalamnya membahas tentang segala hal yang berkenaan dengan agama. Materi yang diberikan sangat mendalam dan lebih detail, dibandingkan dengan materi-materi keagamaan yang saya dapat sebelumnya,yang memang baru dasar-dasarnya saja. Namun, semua itu justru membuat saya bingung dan pemahaman agama saya yang dulu mulai goyah. Apalagi terkadang ada pemahaman yang berbeda dengan apa yang saya dapat dulu dengan apa yang saya dapat di universitas.
IV. KESIMPULAN
Dari kasus pengalaman yang saya teliti di atas maka dapat disimpulkan bahwa penanaman rasa agama perlu dilaksanakan sejak usia dini. Peran keluarga menjadi sangat penting dalam perkembangan rasa agama anak, karena dalam keluarga anak pertama kali mendapatkan penanaman nilai dasar-dasar agama. Orang tua yang sejak kecil sudah menanamkan dasar-dasar nilai agama pada anak akan sangat membantu anak dalam perkembangan rasa agama selanjutnya.
Selain keluarga, lingkungan, teman sebaya, sekolah juga berpengaruh dalam perkembangan rasa beragama seseorang. Lingkungan yang baik akan berpengaruh pada perkembangan rasa agama yang baik pula, begitu juga dengan pengaruh teman bermain maupun pengaruh sekolah.
Masa remaja merupakan masa dimana sering terjadi keraguan rasa beragama. Hal itu dikarenkan masa remaja adalah sebuah masa untuk mencari jati diri. Pada masa remaja, seseorang akan mudah terpengaruh oleh lingkungan, baik lingkungan bermain maupun pada lingkungan sekolah. Pengaruh yang dikhawatirkan disini adalah pengaruh yang bersifat negative yang akan mendoktrin nilai-nilai agama yang sudah didapat sebelumnya, ataupun pengaruh negative yang dapat menghancurkan cita-cita dan masa depannya. Oleh karena itu perlu adanya control dan bimbingan dari orang tua maupun orang-orang terdekat agar anak tetap berpegang teguh dan berpedoman pada nilai-nilai agama dalam setiap ranah kehidupan.
V. DAFTAR PUSTAKA
Jalaludin. Psikologi Agama. Jakarta: Raja Gravindo Persada.2009 Susilaningsih. Hand Out
LAPORAN MINI RESET
TUJUH PERENCANAAN pada RESTORAN BOYONG KALEGAN
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mini reset mata kuliah Manajemen
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Mikhriani, MM.
Disusun oleh :
Mahasiswa Manajemen Dakwah Kelas D Angkatan 2011 JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2012
HALAMAN PENGESAHAN
“Laporan Mini Reset” ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen. Yogyakarta, … Januari 2012
Mengesahkan, Dosen Pengampu
Dra. Hj. Mikhriani, MM.
DAFTAR MAHASISWA
No Nama Mahasiswa NIM
1. M. FADLLIL ADHIM 11240106 2. MR.KUIFANDEE TUWEAKU 11240107 3. MR.MACHARIF DAMI 11240108 4. MR.MAHAMUT KUNA 11240109 5. MR.AMIR HAMA 11240110 6. MISS.NURMA WAE-USENG 11240111 7. MISS.NI-ASUENAH CHE AWAE 11240112
8. MR.JAMILL HAYEEMASAE 11240113 9. MISS.ATIYAH HENGDADA 11240114 10. MR.HAMDE MOSU 11240115 11. M FAJRUL FALAH 11240116 12. YUNIARTI PAMILI 11240117 13. DIAH RIRIN N. 11240118 14. BADRUZZAMAN AL FAUZI 11240119 15. M IRFAN ROMADHON 11240120 16. YENI SRI ROSNAENI 11240121 17. RAGIL PURNOMO 11240122 18. NUR SOHIRIN 11240123 19. AHMAD SYAUQI WILDAN 11240124 20. NOVAL MAZDI IHSANI 11240125 21. HANIFAH ALIF FITRI 11240126 22. ROSILAH MAWADATI 11240127 23. M WACHID HARDIANTORO 11240128 24. HERLINE RAHKMATIKA PUTRI 11240129 25. ENDAH DWI AGUSTINA 11240131 26. SAIDATUL UMMAH 11240132 27. TAUFIK HIDAYAT 11240133 28. FRIDA SETYE AYU WULANDARI 11240134
29. HAFIDOH 11240135
30. RISKI ADI PERWIRA 11240136 31. MUTHII „ATUL MUNAWWARAH 11240137 32. FARUQ ASROR 11240138 33. HESTI WURYANDARI 11240139 34. DICA SUCI ENGGAR JATI 11240141
DAFTAR ISI Halaman Pengesahan... i Daftar mahasiswa... ii Daftar isi ... iv BAB I a. Latar Belakang... b. Rumusan masalah ... c. Tujuan ... 1 1 1 BAB II Pembahasan... 2 BAB III Kesimpulan... 8 Dokumentasi ... 9 BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang
Boyong dalam bahasa Jawa artinya “Membawa”, sedangkan Kalegan artinya “Kelegaan” atau “Kepuasan”. “Membawa pulang kelegaan”, yakni dengan gaya ala pedesaan. Agar suasana alam pedesaan yang segar dan sejuk pun terasa. Sehingga akan menarik para pengunjung yang haus akan suasana pedesaan. Apalagi di tambah tersediannya berbagai hidangan. Menambah kenyamanan bagi wisatawan yang hendak berwisata kuliner maupun sekedar refreshing.
Konsep seperti itulah yang di pakai Restoran Boyong Kalegan. Sebuah restoran yang terletak jauh dari hiruk pikuk keramaian kota Yogyakarta. Boyong Kalegan berada di Jl. Raya Pakem Turi SlemanYogyakarta,berdiri dan mulai beroperasi pada tanggal 19 Juli 2000. Dan sudah tercatat bahwa restoran yang bernama “Boyong resto” dan “Kalegan resto ini banyak dicari konsumen.
Dalam survai kami dalam “Boyong Resto” ini, untuk mencapai semua itu tak hanya dibutuhkan kerja keras namun juga perlu trik-trik untuk menarik para konsumen agar betah singga di resto tersebut, yakni dengan proses manajemen (management). Salah satu proses manajemen ialah perencanaan. Dan disini kami akan membahas tentang proses perencanaan tersebut.
b. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perencanaan dalam manajemen dalam perkembangan organisasi ataupun
perusahaan ?
2. Terdiri dari apa sajakah proses perencanaan tersebut ?
3. Bagaimana uraian proses perencanaan dalam “Boyong Resto” hingga banyak diserbu
c. Tujuan
1. Menjadikan pengetahuan sebagaimana perencanaan yang baik bagi seorang manajer dalam
sebuah organisasi atau perusahaan.
2. Dengan adanya survai tersebut menjadikan bekal dan jembatan meniti karir bagi mahasiswa
awal seperti kami.
BAB II PEMBAHASAN
Perencanaan adalah tindakan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang ditentukan dalam jangka ruang dan waktu. Perencanaan merupakan dasar dari rangkaian kegiatan suatu organisasi. Untuk menentukan kemana arah dan hal apa saja yang akan dilakukan organisasi. Tak terkecuali organisasi tersebut besar atau kecil. Mereka pasti mempunyai perencanaan untuk organisasinya agar dapat menjalankan organisasinya, termasuk Restoran Boyong Kalegan.
Dalam manajemen, terkenal dengan proses tujuh perencanaan yang baik, yakni :
1. FORECASTING 2. OBJECTIVES 3. POLICIES 4. PROGRAMS 5. SCHEDULES 6. PROCEDURES 7. BUDGET
Dimana kaitannya dengan resto tersebut bapak Kasworo pemilik resto dan juga seorang BRIMOB ini mempunyai pemikiran-pemikiran yang cerdas untuk mengembangkan restorannya bersama istri tercintanya. Melalui perencanaan yang Ia terapkan, restoran yang Ia beli dari orang lain kini mampu menguasai pasaran dan diakui keberadaanya.
Dalam hasil survai kami kemarin uraian tujuh perencanaan yang baik dapat kita uraikan sebagai berikut :
1. FORECASTING
Wisata kuliner tidak akan berjalan dengan pesat bila tidak ada pengunjung atau yang sering disebut dengan konsumen. “Boyong Resto” selalu terbuka untuk siapapun yang ingin berkunjung di wisata kuliner ini, entah dari kawasan sendiri yakni daerah Sleman, Yogyakarta, ataupun daerah terpencil seperti kota Bantul. Tak hanya ruang lingkup sekecil itu, banyak konsumen yang berkunjung disini berasal dari daerah luar Provinsi Yogyakarta , luar Jawa , bahkan orang-orang asingpun juga sering sinngah di “Boyong Resto” ini. Sebenarnya tujuannya selain ingin makan juga untuk melepaskan kepenatan, entah itu masalah kantor ataupun lainnya dengan nuansa yang disuguhkan “Boyong Kalegan”.
Dilihat dari segi keadaan alamnya minat konsumen memilih tempat wisata kulinernya diwilayah Provinsi DIY, sangatlah banyak presentase minat pengunjung untuk berkunjung di Kabupaten Sleman dibandingkan kota Yogyakarta yang sudah berubah menjadi kota yang jauh dari nuansa alam. Selain kota
Yogyakarta , presentase kabupaten Bantul juga sedikit apabila dibandingkan dengan kabupaten Sleman, karena Kabupaten Bantul bukan terkenal dalam bidang wisata kuliner namun Bantul lebih unggul dalam wisata pantai meskipun masih kalah dengan pantai kabupaten Gunung Kidul. Begitu juga dengan kabupaten-kabupaten di wilayah DIY lainnya presentase pengunjung masih dibawah kabupaten Sleman dalam bidang kuliner yang bernuansa kembali kealam.
2. OBJECTIVES
Dari tampilan luar resto ini sudah nampak sekali sasaran mana saja yang dituju resto ini. Disini akan ditampilkan tabel sasaran utama resto tersebut :
usia
penghasilan
Atas Menengah bawah
Anak
-Remaja
-Dewasa
-Dalam hal sasaran, Bapak Kasworo menjelaskan bahwa Boyong Kalegan mempunyai sasaran untuk meningkatkan omsetnya pasca terkena lahar dingin merapi. Melalui jaringan instansi pemerintahan dan lingkungan masyarakat, mereka mempromosikan restorannya. Dengan gaya sikap yang low profile dan santai, mereka memperkenalkan restorannya yang nyaman dan menarik untuk dikunjungi.
Dengan masalah harganya, beliau juga menyesuaikan dengan masyarakat yang berkembang saat ini. Dimana fakta yang ada saat ini konsumen menjadi lebih cermat dan rasional dalam membelanjakan uangnya. Boyong Kalegan terus saja mencermati hal tersebut, agar tidak menjadikan konsumen sebagai obyek tetapi juga sebagai subyek yang harus diajak berpartisipasi dalam bisnis mereka. Oleh sebab itu sasaran utamanya adalah kalangan atas dan kalangan menengah.
3. POLICIES
Sebuah strategi berarti bukanlah sebuah usaha asal-asalan, yang asal dijalankan. Untuk menuju sasaran yang tepat dibutuhkan strategi pemasaran yang matang. Dalam kaitannya dengan SWOT analisist “Boyong Resto”, yakni : Strength atau kekuatan yang mereka miliki yaitu :
1. Restoran apung pertama di Jogja
2. Suasana yang berbeda dengan restoran lain
3. Mempunyai banyak Relasi
4. Boyong kalegan Resto lokasinya sangat strategis
Weakness atau kelemahannya adalah :
1. Peralatan yang perlu dibenahi rusak karena akibat erupsi merapi
sehingga banyak atap rusak yang bahan bakunya dari jerami. Opportunity atau kesempatan yaitu :
1. Bisnis Universal yaitu berupa kebutuhan primer (pokok) makanan,
karena makanan dibutuhkan semua orang jadi peluang untuk bangkrut kecil.
Treath atau Ancaman-ancaman yang akan dihadapi yakni :
1. Secara geografis terletak dekat dengan gunung merapi yang bisa
setiap saat mengancam dengan gempanya , terutma lahar dingin yang akhir-akhir ini sering terjadi.
Stategi Pemasaran
Prices atau harga yang “Boyong Resto” tawarkan sebanding dengan pelayanan mereka yang
memuaskan dan membuat pengunjung nyaman.
Places atau tempat yang mereka sediakan sangat nyaman sesuai konsep yang masyarakat
inginkan yang bersifat natural.
Promotion atau promosi yang mereka lakukan melalui website, namun yang paling berperan
adalah dari relationship atau hubungan relasi sehingga promosi jauh lebih efektif dan efisien.
4. PROGRAMS
Tak hanya sekedar keistimewaannya dengan restoran apung pertama kali di Yogyakarta, namun untuk menciptakan suasana yang nyaman dengan nuansa alam tersebut juga dibutuhkan nuansa live musik untuk menambah suasana romantis yang bisa dinikmati semua kalangan. Semua itu diciptakan oleh pak Kasworo dan istrinya beserta team kerjanya dengan sangat-sangat sederhana agar nampak alami tanpa dibuat-buat.
Untuk kalangan remaja ataupun bahkan untuk keluarga yang ingin berlibur, malam mingguan ataupun ingin berwisata hari libur seperti hari Minggu, di “Boyong Resto” ini juga dihadirkan “Band” yang setia melantunkan lagu-lagu untuk konsumen yang bersinggah di resto ini pada hari Sabtu dan Minggu untuk berlibur, makan bahkan hanya ingin menikmati suasananya yang tenang saja.
Namun semua itu tak lengkap bila tidak ada menu hidangan spesial dalam suatu wisata kuliner, dan tak bisa dipungkiri menu hidangan spesial di “Boyong Resto” ini bisa dibilang sangat sempurna dan lezat untuk disantap bersama teman-teman, pacar, bahkan keluarga. Menu spesial tersebut adalah “Gurameh Bakar”. Resto ini benar-benar mengandalkan menu spesial tersebut untuk memanjakan konsumennya. Dengan Service
excellence dan Customer instimacy maka konsumen merasa nyaman seperti berada dirumah
sendiri yang berada di alam terbuka.
Tak lepas dari semua itu “Boyong Resto” memberikan fasilitas-fasilitas yang memadai yakni :
Meeting Room VVIP
Resort dan Hotel
Menyediakan tempat VVIP, VIP, Economy
Musholah dan MCK
5. SCHEDULES
Tak hanya nuansanya yang alami dan apa adanya, pemilik resto ini dalam menjalankan bisnis sehari-harinya juga dengan prinsip apa adanya dan tampak alami, tanpa mengistimewakan hari-hari besar, seperti hari Raya Idhul Fitri ataupun Natal. Mengapa demikian ?
“dalam hari-hari biasa saja kami sudah kualahan, apa lagi hari-hari besar yang penuh dengan keistimewaan. Jadi kami menjalanka semua ini dengn natural, tanpa dibuat-buat. Karena yang terpenting bagi kami sesuatu yang kecilpun bisa menjadi istimewa apabila mampu kita manfaatkan dengan baik” begitu papar pak Kisworo yang juga menjabat sebagai BRIMOB.
Tambahnya lagi “ Yang terpenting bagi kami bukanlah sesuatu yang rumit dengan rencana-rencana yang belum tentu berjalan lancar, namun membuat pengunjung nyaman singgah ditempat kami itulah tujuan didirikannya resto kami ini. Meskipun kami belum pernah belajar tentang kepemimpinan, namun kami mau membuka diri untuk mempelajari hal-al yang sekiranya mampu meningkatkan daya uasaha kami untuk menyambung hidup dan menggaji para karyawan.”
6. PROCEDURES
Karyawan “Boyong Resto” ada 60 karyawan. Demi kelancaran sebuah perusahaan termasuk dalam “Boyong Resto” dibutuhkan adanya tata tertib – tata tertib yang harus djalankan, dimana sudah dijelaskan oleh bapak Kasworo adalah sebagai berikut :
1. Jam kerja karyawan 8 jam
2. Terdiri dari 4 siff
a. 07.00 - 15.00 wib (bidang housekipping,security,produksi)
b. 08.00 - 16.00 wib (mecanikal electrical)
c. 11.00 - 19.00 wib
d. 14.00 - 22.00 wib
3. Resto buka pukul 10.00-22.00.
4. Jam sibuk: 13.00-15.00.
5. Dalam 1minggu karyawan mendapat libur 1hari (selain hari sabtu dan minggu).
6. Semua ketua divisi pada masing-masing bagian bertanggung jawab kepada owner.
STRUKTUR ORGANISASI
OWNER
KABAG PRODUKSI( Divisi pengadaan barang)
Meanical electrikal
House Kipping dan Security
Pelayanan (Divisi Service)
7. BUDGET
Dulu resto ini mampu mencapai omset Rp 400jt/bln, namun setelah terjadinya eropsi merapi, “Boyong Kalegan” ini hanya mencapai omset sebesar Rp 200jt/bln , dengan keuntungan Rp 80jt/bln. Namun untuk tahun 2012 ini, “Boyong Resto” mulai meluncurkan rencana-rencana baru untuk menaikan omsetnya kembali, bahkan pak Kisworo menargetkan 500jt/bln.
Memang tampaknya sulit setelah terjadinya eropsi merapi, namun beliau tetap optimis untuk mencapai omset yang ditargetkannya.