• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. URAIAN PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. URAIAN PENELITIAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak -- Tujuan utama dari tugas akhir ini adalah melakukan studi tentang implementasi Risk based inspection (RBI) untuk estimasi harga kapal bekas. Pertama, pendekatan estimasi harga yang saat ini dilakukan dikaji ulang. Saat ini, estimasi harga kapal bekas masih dilakukan dengan menggunakan market value sebagai dasar dan umumnya hanya mempertimbangkan kondisi umum kapal. Pendekatan ini perlu ditingkatkan karena penilaian yang dilakukan cenderung kurang rinci dan akurat ketika digunakan untuk negosiasi harga antara pihak yang berkepentingan. Kedua, framework untuk pelaksanaan RBI pada estimasi harga kapal yang digunakan diidentifikasi dan diformulasikan. Risk Based Inspection (RBI) diimplementasikan dengan menggunakan Fault Tree Analysis (FTA) dan daftar pemeriksaan khusus. Ketiga, studi kasus dilakukan untuk membandingkan pendekatan yang saat ini dilakukan dengan pendekatan berbasis RBI pada estimasi harga. Faktanya pendekatan RBI yang diusulkan mengakibatkan pengurangan harga kapal karena tambahan pertimbangan dalam memprediksi risiko kerusakan dan ketidaklengkapan dokumen kapal. Implementasi Risk Based Inspection (RBI) diharapkan dapat meningkatkan akurasi estimasi

harga kapal bekas. Kata Kunci— Kapal bekas, Estimasi

Harga, RBI, Risk Based Inspection

I. PENDAHULUAN

Dalam industri perkapalan, jual beli kapal adalah salah satu kegiatan yang sering terjadi. Hal ini melibatkan banyak proses dan memerlukan pengetahuan profesi seperti pengetahuan tentang jenis dan fungsi dari kapal tertentu, pengetahuan hukum dan pengetahuan menawar. Untuk mengurangi perselisihan dan memperlancar prosedur jual beli, biasanya pemilik kapal (penjual) dan pembeli akan menunjuk broker menjadi perantara untuk menangani transaksi. Ada tiga tahap utama untuk penjualan dan pembelian kapal yang meliputi negosiasi dan kontrak tahap, tahap pemeriksaan dan penyelesaian. Dari tahapan yang berbeda, itu termasuk isu-isu penting yang berbeda dan peraturan.

Pada tahapan penjualan kapal bekas tentu ada tahap inspeksi, inspeksi sendiri terbagi menjadi 2 meliputi inspeksi dokumen dan inspeksi fisik yaitu inspeksi kapal itu sendiri. Untuk proses pembelian kapal bekas, tahap inspeksi kapal merupakan tahap yang penting karena disini akan diketahui sejarah maupun keadaan nyata kapal sebelum dibeli. Pada inspeksi dokumen, pembeli akan memeriksa

ship class record’s (catatan klasifikasi kapal).

Catatan-catatan inspeksi sebelumnya akan menunjukkan sejarah perbaikan kapal tersebut dan pemenuhan akan

persyaratan-persyaratan klasifikasi. Sementara untuk inspeksi fisik bisa berupa inspeksi pada permukaan lambung dan konstruksinya.

Risk based inspection (RBI) adalah sistem yang

digunakan untuk memperkirakan risiko yang ada dengan inspeksi sebagai aspek pentingnya, dalam tugas akhir ini memperkirakan risiko yang dapat mempengaruhi harga kapal bekas, sehingga keluar depresiasi harga kapal itu sendiri.

Dengan menggunakan pendekatan risk based

inspection proses pembelian kapal bekas dapat dijadikan

acuan untuk menentukan risiko-risiko yang ada pada kapal bekas dengan melakukan inspeksi terlebih dahulu pada kapal yang akan dibeli. Metode ini digunakan untuk memetakan risiko pada bagian-bagian kapal dengan melakukan identifikasi risiko terlebih dahulu pada bagian-bagian tersebut. Bagian-bagian-bagian yang memiliki kemungkinan risiko besar mengalami kerusakan itulah yang mempengaruhi harga kapal.

II. URAIANPENELITIAN

A. Tahap Telaah

Hal pertama yang dilakukan pada tahap ini adalah menentukan poin-poin permasalahan yang akan dibahas lebih dalam dalam penelitian ini dan menentukan batasan pembahasan masalah. Studi literatur adalah hal selanjutnya yang dilakukan untuk menemukan dasar teori. Dasar teori inilah yang digunakan untuk mendukung pembahasan yang akan dilakukan. Selanjutnya dilakukan konsolidasi data sebagai gambaran penilaian kapal bekas dan implementasi

risk based inspection. Data-data yang dikumpulkan adalah

data utama kapal dan data sekunder kapal.

Data Utama yang dikumpulkan merupakan data-data utama kapal seperti kapasitas kapal,jenis kapal,ukuran utama kapal,mesin dll. Data-data utama kapal ini dibutuhkan untuk mencari data selanjutnya berupa data sekunder kapal. Data sekunder kapal ini berupa data bagian-bagian kapal yang akan dilakukan inspeksi,status survey kapal sebagai acuan untuk identifikasi risiko bagian-bagian kapal,kelengkapan surat-surat kapal,data survey/docking terakhir kapal, dan data-data kapal sejenis untuk menemukan harga pasar dari kapal yang dinilai.

B. Tahap Analisis

Tahap analisis dilakukan sesuai dengan rumusan masalah yang sudah ditetapkan untuk mengetahui apakah metode risk based inspection (RBI) dapat diimplementasikan dalam penilaian kapal bekas dan risiko-risiko yang ada dalam kapal bekas yang akan ditanggung pihak pembeli. Selanjutnya (RBI) ini dilakukan dalam bentuk identifikasi risiko pada setiap bagian kapal yang

Studi Implementasi Risk Based Inspection (RBI) Untuk

Estimasi Harga Kapal Bekas

Septian Aji D., Ir. Triwilaswandio W.P.,M.Sc. dan Sri Rejeki Wahyu Pribadi.,ST.MT. Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

(2)

merupakan aset dalam kapal bekas. Pada tahap ini akan menghasilkan framework penilaian kapal bekas

menggunakan metode RBI

,

risiko pada bagian-bagian kapal dan biaya yang dikeluarkan sebagai mitigasi risiko pada bagian-bagian kapal yang menyebabkan pengurangan pada estimasi harga kapal bekas.

III. PENILAIANKAPALBEKAS

A. Gambaran Umum

Kapal yang merupakan moda angkutan barang dan orang, sering menjadi obyek penilaian untuk berbagai keperluan, seperti jaminan, jual beli, asuransi, dan sebagainya. Kapal dalam bentuk scrap juga sering menjadi obyek penialaian untuk proses pelelangan. Dalam kegiatan pelelangan. Dalam kegiatan penilaian, kapal juga properti personal dan sangat beragam ukuran, tipe kelas, Negara pembuat, tahun dan perlengkapan serta kapasitasnya. Karena itu tidaklah mudah untuk melakukan penilaian.

Salah satu faktornya adalah faktor fisik. Faktor fisik disini berkaitan dengan teknis dan ukuran pokok, seperti

Gross Register Ton (GRT), Net Register Ton (NRT), Dead Weight Ton (DWT)/bobot mati, Light Weight Ton (LWT),

peralatan dek, navigasi, keselamatan, mesin dan system propulsi, pompa-pompa dan lainnya.

Kapal dengan kapasitas yang sama dibangun atau dibuat oleh satu Negara dan Negara yang lain akan memiliki perbedaan harga yang signifikan. Setiap kapal juga mempunyai kondisi teknis yang berbeda-beda sekalipun ukuran DWT, GRT, NRT dan tahun pembuatannya sama. Tongkang minyak dengan DWT yang sama akan memiliki berat kasko, bentuk fisik dan usia ekonomis yang berbeda jauh. Hal tersebut dikarenakan pada tongkang minyak banyak menggunakan pelat-pelat penyangga tangki dan kompartemen. Setiap komponen yang ada di kapal, seperti mesin, pompa, peralatan dek, alat tambat, alat navigasi, dan lainnya mempunyai economic life time yang berbeda-beda. Maka sangat penting bagi penilai untuk memperhatikan komponen-komponen tersebut. (Deden Irawan S, 2012)

Bahan baja yang dipakai untuk membuat kapal biasanya merupakan baja pilihan yang kuat, namun memiliki kelenturan dan ketebalan pelat disesuaikan dengan konstruksi dan di bagian mana pelat akan diletakkan. Sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh lembaga klasifikasi kapal, system perawatan berupa docking, overhaul mesin, dan peralatan kapal diatur oleh badan klasifikasi secara periodic, baik regular maupun insidentil sesuai hasil inspeksi dan rekomendasi dari tim klasifikasi maupun tingkat kerusakan yang dialami oleh kapal. Dengan demikian, keamanan kapal dapat senantiasa terjaga dan kelas kapal dapat dipertahankan.

Pasar kapal memiliki keterbatasan dan belum tentu memiliki pasar internasional yang luas. Karena itu nilai pasar dalam hal ini cukup berpengaruh pada harga kapal. Nilai Pasar didefinisikan sebagai estimasi sejumlah uang pada tanggal penilaian, yang dapat diperoleh dari transaksi jual beli atau hasil penukaran suatu properti, antara pembeli yang berminat membeli dengan penjual yang berminat menjual, dalam suatu transaksi bebas ikatan, yang pemasarannya dilakukan secara layak, di mana kedua pihak

masing-masing bertindak atas dasar pemahaman yang dimilikinya, kehati-hatian dan tanpa paksaan.(SPI).

Gambar 1. Kurva pasar permintaan dan penawaran.

Kurva diatas merupakan kurva suplai dan demand yang ada pada pasar. (Haralambides, 2005)

- Kurva suplai memberikan gambaran mengenai seberapa banyak produser akan jual untuk setiap harga yang mereka terima di pasar,

- Kurva demand memberikan gambaran mengenai seberapa banyak konsumen akan beli untuk setiap harga yang mereka harus bayarkan di pasar.

B. Metode penilaian

Metodologi ship valuation secara umum: • Ship condition survey

Dengan baseline aturan statutory maupun regulatory yang berlaku

• Ship performance survey

Dengan baseline performance yang tertera pada brosur/performance pada initial condition • Ship valuation

Tergantung kepada pendekatan value yang dipilih

Approach ship valuation berdasarkan definisi nilai

sesuai dengan Standar Penilaian Indonesia (SPI) tahun 2002, yang dimaksud dengan :

I. Nilai Pasar (Market Value) (SPI 0.5.39.1)

II. Biaya Pengganti Terdepresiasi (Depreciated

Replacement cost) (SPI 0.5.12.1)

III. Biaya Pembangunan/Penggantian baru (Reproduction/Replacement Cost New) (SPI 0.5.11.1)

IV. Nilai Jual Paksa (Nilai Likuidasi) (SPI 0.5.33.1) Metode-metode diatas dapat dipakai untuk proses penilaian kapal, tepi metode-metode tersebut dapat disimpulkan memiliki arti berikut ini:

a. Pendekatan Harga pasar (market value)

- Pendekatan dengan melihat harga jual kapal-kapal dengan dimensi utama kapal, tahun pembuatan dan teknologi (kapasitas mesin induk, permesinan bantu, sistem navigasi, dll) yang setara

- Untuk kapal standar (handysize, handymax, dsb) harga referensi dapat mempergunakan figure fixture yang diterbitkan oleh perusahaan terkemuka seperti Baltic Exchange, Lloyd Register dsb

(3)

- Kesulitan pada metode pendekatan ini adalah terjadinya generalisasi, tidak memperhatikan kekhususan pada kapal

b. Biaya penggantian terdepresiasi (Depreciated Replacement Cost )

- Pendekatan dengan melihat harga penggantian komponen-komponen/keseluruhan kapal dan mengkoreksinya berdasarkan pada hasil condition survey dan performance survey

- Lebih dapat mengakomodasi kekhususan yang ada pada kapal

- Kesulitan pada metode pendekatan ini adalah pada pengumpulan biaya penggantian komponen, dan tidak setiap komponen lama tidak selalu ada dg spesifikasi yg sama

- Potensi bias untuk mengkoreksi baru (penggantian) dengan kondisi kapal sebenarnya.

c. Biaya Pembangunan / Pengganti Baru (Reproduction / Replacement Cost New)

- Pendekatan dengan melihat harga penggantian komponen-komponen/keseluruhan kapal

- Lebih dapat mengakomodasi kekhususan yang ada pada kapal

- Kesulitan pada metode pendekatan ini adalah pada pengumpulan biaya penggantian komponen

C. Proses Penilaian

seperti yang sudah dijelaskan diatas pada ship

valuation approach tergantung pada metode yang

digunakan. Pada contoh metode penilaian kapal berikut ini merupakan metode Depreciated Replacement Cost.

1. Pendekatan harga pasar (market value)

Metode pendekatan pasar atau Market Value adalah metode yang menggunakan harga pasar sebagai acuannya. Harga pasar disini adalah Harga pasar disini adalah membandingkan nilai/harga KM dengan kapal dengan spesifikasi sejenis dengan Kapal yang dinilai Daftar harga pasar diperoleh dari harga penawaran yang dilakukan oleh international ship broker yaitu maritimesales, international ship brokering, shiplink dengan memperhatikan ukuran kapal dan perlengkapan kapal serta tahun pembangunan kapal.

Data kapal diperoleh dari international ship brokering, data bersifat publik dan dapat diakses pada www.shipbroker.net. Data yang berjumlah ratusan penawaran jual kemudian dipilih yang mempunyai DWT mendekati DWT kapal yang dinilai, karena dengan DWT yang relatif sama, maka ukuran kapal dan dimensi kapal relatif sama,dan yang terpenting adalah daya angkut kapal relatif hampir sama.

2. Pendekatan harga penggantian (Depreciated

Replacement Cost.

Depreciated Replacement Cost adalah pendekatan

yang melihat harga pergantian komponen-komponen/keseluruhan kapal dan mengoreksinya pada hasil condition survey dan performance survey. Maka dalam penilaian kapal dengan menggunakan metode ini diperlukan data-data yang diperlukan dan dicatat pada saat inspeksi maupun untuk kebutuhan pelaporan.

PENILAIAN KAPAL

Kondisi Kapal Status Survey

Docking Schedule Lambung Dokumen Kapal Gross Akte Sertifikat Kelayakan Kapal Sertifikat Lambung Surat Ukur Internasional Sertifikat Keselamatan Kapal Barang Sertifikat Radio Komunikasi Sertifikat Bebas polusi

Sertifikat Bebas Tikus

Permesinan dan Outfitting

Perlengkapan

Gambar 2. Pembagian pemeriksaan bagian-bagian kapal

IV. ANALISADANPEMBAHASAN

A. Analisis Penilaian Kapal

Penilaian teknis kapal dilakukan setelah membuat peringkat-peringkat kejadian,keparahan maupun deteksi. Penilaian ini dengan didasarkan identifikasi dan peringkat risiko yang telah dibuat maka dibuat alur penilaian kapal bekas dengan metode risk based inspection didalamnya. Untuk data kapal pada penilaian ini mengacu pada penilaian yang telah dilakukan sebelumnya dengan menggunakan data kapal dan kondisi kapal yang sama tetapi dalam hal ini dimasukkan segi risiko dari bagian penilaian tersebut. hal yang dilakukan adalah melihat survey kapal yang telah dilakukan kemudian mempertimbangkan model risiko yang telah dibuat seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini.

(4)

1) Data Kapal

Data pertama yang di peroleh adalah data utama kapal yang akan dinilai.

Data Kapal

Nama : Mentaya River No IMO : 7928237 Year of built : 1981

Jenis Kapal : ContainerShip Bendera : Indonesia Klasifikasi : BKI LOA (m) : 101,3 m LPP (m) : 92,6 m B (m) : 17 m H (m) : 9 m T (m) : 5,35 m DWT (Ton) : 4380 ton • Sistem / peralatan utama Mesin induk

- Merek : MAK

- Pabrik pembuat : MAK MASCHINENBAU - Model : 9 M 453 AK

- Seri : 26411 - BHP : 3670 HP

- RPM : 600 putaran per menit - Jumlah mesin : 1

Mesin bantu

- Merek : MAN

- Pabrik pembuat : MAN DIESEL ENGINE CO., LTD.

- Model : D 2542 MTE - BHP : 385 - Jumlah mesin : 3

Data kapal diatas didapat dari data kapal yang tertera pada data dari Biro Klasifikasi Indonesia yang merupakan kelas dari kapal tersebut. Berdasarkan data dari kelas kapal Biro Klasifikasi Indonesia maka dapat diketahui posisi atau status survey kapal seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Pada kondisi kapal sendiri juga diperhitungkan juga jadwal docking kapal. Sesuai data sekunder kapal diketahui kapal terakhir dilakukan survey adalah pada annual survey ke-1 setelah survey pembaharuan kelas pada tahun lalu, jadi diperkirakan pada tahun depan kapal akan dilakukan survey antara atau juga dock survey. Karena itu pada kondisi ini risikonya juga diperhitungkan biaya yang akan keluar pada docking selanjutnya, seperti biaya docking ataupun biaya potensi kerusakan pada bagian-bagian kapal yang akan direparasi.

Setelah diketahui kondisi atau status survey kapal maka dapat diperkirakan pergantian atau jadwal docking kapal yang berhubungan dengan pergantian dari kondisi kapal. dan status dari dokumen-dokumen kapal yang berhubungan dengan jadwal pembaharuan sertifikat-sertifikat pada kapal.

2) Kondisi Lambung

Pada kondisi badan bagian yang diketahui pada saat survey adalah bagian kulit luar kapal. Pada bagian ini diperhitungkan ketebalan pelat kapal pada saat terakhir dilakukan ultrasonic test. Diketahui bahwa corrosion rate atau laju korosi yang mengakibatkan penipisan pelat kapal adalah 0.1 mm / year, dan sesuai aturan BKI penipisan tebal pelat kapal yaitu maksimal 20% dengan ketebalan pelat 12mm dan 14mm untuk keel plate. Maka menghasilkan risiko dan mitigasinya seperti tabel dibawah.

Tabel 4. Risiko kondisi lambung

keterangan ceruk buritan ruang mesin ruang muat ceruk haluan ketebalan pelat (mm) 10 9.6 9.7 10

kondisi 0.9 0.8 0.8 0.8

risiko low medium medium low mitigasi risiko tidak  repair repair tidak keterangan ceruk buritan ruang mesin ruang muat ceruk haluan ketebalan pelat (mm) 9.7 9.7 9.7 10

kondisi 0.8 0.8 0.8 0.8

risiko medium medium medium low mitigasi risiko repair repair repair tidak keterangan ceruk buritan ruang mesin ruang muat ceruk haluan ketebalan pelat (mm) 13 12 12 12.6

kondisi 0.9 0.9 0.9 0.9

risiko low low low low

mitigasi risiko tidak tidak tidak tidak keterangan ceruk buritan ruang mesin ruang muat ceruk haluan ketebalan pelat (mm) 9.9 9.7 10.9 10.7

kondisi 0.9 0.8 0.9 0.9

risiko low medium low low

mitigasi risiko tidak repair tidak tidak kulit luar pe la t  si si  at as pe la t  si si  baw ah pe la t  keel pe la t  b o tto m

pada kondisi lambung diatas terdapat bagian-bagian yang berpotensi mengalami kerusakan atau melewati batas minimum pelat pada kondisi docking selanjutnya, dan risikoharga atas kekurangan fisik tersebut adalah medium yang disebabkan karena depresiasi harga atas kekurangan fisik lambung tersebut.

3) Kondisi Permesinan & Outfitting

Pada kondisi permesinan & outfitting dilakukan survey dan analisis dari data docking terakhir. Jadi diperhitungkan pada kondisi permesinan & outfitting bagian yang sudah mengalami reparasi. Setelah itu dibuat risiko harga atas kondisi permesinan yang berpengaruh pada depresiasi harga kapal. berikut dibawah ini kondisi permesinan & outfitting beserta mitigasi risikonya.

Tabel 5. Risiko kondisi permesinan & outfitting

sistem struktur kondisi risiko mitigasi

telah dilakukan overhaul engine total  pada survey pembaharuan kelas telah dilakukan overhaul engine total  pada survey pembaharuan kelas

poros dan daun kemudi setiap dock survey dilakukan reparasi medium perawatan poros dan baling‐baling propeler setiap dock survey dilakukan reparasi medium perawatan pipa di kamar mesin kondisi masih baik tanpa ada kebocoran low tidak

pipa di ballast kondisi masih baik tanpa ada kebocoran low tidak pompa air bersih telah dilakukan perawatan pada docking terakhir medium perawatan pompa pemadam telah dilakukan perawatan pada docking terakhir medium perawatan pompa bilga telah dilakukan perawatan pada docking terakhir medium perawatan pompa air ballast telah dilakukan perawatan pada docking terakhir medium perawatan pompa BBM telah dilakukan perawatan pada docking terakhir medium perawatan pompa minyak pelumas telah dilakukan perawatan pada docking terakhir medium perawatan pompa pendingin telah dilakukan perawatan pada docking terakhir medium perawatan perawatan perawatan sistem permesinan & outfitting mesin utama mesin bantu medium medium pe rm e si n an pi p a po m pa 4) Kondisi Peralatan

Pada kondisi perlengkapan dilakukan survey dan analisis dari data docking terakhir. Diperhitungkan juga dari surat-surat kapal yang berlaku pada kondisi peralatan kapal seperti pada peralatan keselamatan maupun peralatan navigasi kapal. Setelah itu dibuat risiko harga atas kondisi permesinan yang berpengaruh pada depresiasi harga kapal. status survey

(5)

Tabel 6. Kondisi Peralatan

C. Analisis Perbandingan Terhadap Metode Risk Based Inspection

Dari data rekapitulasi hasil dari beberapa pergantian atau reparasi pada kapal didapatkan perbedaan total biaya antara penilaian dengan metode yang eksis dengan biaya yang menggunakan metode risk based inspection. Rekapitulasi biaya diatas menjelaskan dengan metode risk

based inspection pengurangan atau depresiasi harga kapal

bekas dapat diuraikan secara rinci daripada metode yang konvensional. depresiasi harga ini yang nantinya dapat sebagai pertimbangan negosiasi tentang harga kapal bekas.

Pada metode yang konvensional harga kapal berdasarkan harga pasar dan inspeksi dilakukan untuk mengetahui kondisi kapal apakah masih dapat dioperasikan dengan baik dengan dilihat secara garis besarnya. Sedangkan pada metode risk based inspection terdapat depresiasi harga sebesar 85 % dikarenakan kondisi kekurangan kapal yang memiliki risiko untuk mengurangi nilai harga kapal bekas. Hal ini terjadi dikarenakan depresiasi harga kapal tidak hanya berdasarkan kondisi visual kapal yang terlihat. tetapi metode risk based inspection merupakan metode yang mengoptimalkan pemeriksaan berdasarkan kekritisan atas kekurangan fisik kapal. Maka dari itu bagian struktur kapal yang berpotensi mengalami kerusakan pada waktu dekat atau pada docking berikutnya juga dipertimbangkan sebagai pengurangan atau depresiasi harga kapal bekas.

Jika dianalisis dari biaya yang dikeluarkan pada metode risk based inspection, terdapat perbedaan biaya yang merupakan bagian yang memiliki risiko tinggi mengalami kerusakan sehingga menambah biaya pada biaya penggantian atau reparasi. Penambahan biaya tersebut terdapat pada bagian kulit luar dan equal profile, dan sistem permesinan kapal.

Karena pertimbangan dalam menilai kapal ini berdasarkan model risiko yang telah dibuat berdasarkan tingkatan risiko masing-masing bagian kapal. pada bagian yang memiliki risiko tinggi dan berpotensi mengalami kerusakan walaupun belum melanggar aturan atau batas minimal dari kelas, hal ini dapat dipertimbangkan untuk dilakukan mitigasi risiko berupa penggantian biaya ataupun reparasi. seperti contoh pada kulit luar dibawah garis air. pada data survey diketahui bahwa ketebalan pelat minimum masih 9.7 mm atau diatas batas minimal kelas. Tetapi karena risiko kegagalan struktur pada bagian itu tinggi maka perlu dilakukan penggantian atau reparasi pada docking berikutnya ataupun immediate docking.

Dengan begitu yang mempengaruhi harga kapal pada metode risk based inspection merupakan bagian yang memiliki risiko kerusakan pada bagian kapal, serta risiko pengaruh kekurangan fisik tersebut terhadap harga kapal. karena itu jika penilaian pada bagian kapal yang memiliki risiko yang sudah dijabarkan identifikasi risiko, hal ini

dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan pengurangan atau depresiasi harga kapal bekas.

V. KESIMPULAN

1. Penilaian kapal bekas yang saat ini dilakukan dengan menggunakan metode Pendekatan harga pasar (market value), yang menggunakan harga pasar kapal bekas dan dengan melihat kondisi luar beserta kemampuan operasi kapal. Pendekatan ini memiliki kekurangan cenderung terjadi generalisasi, penilaian yang kurang akurat dan kurang memperhatikan kekurangan masing-masing komponen kapal.

2. Pada pendekatan harga pasar, yang dilakukan pendekatan regresi pada beberapa kapal sejenis didapatkan harga pasar pada kapal yang dinilai sebesar 24.832.900.500 rupiah.

3. Kondisi penilaian kapal bekas yang ada saat ini perlu ditinjau untuk dilakukan implementasi risiko. Hal ini dilakukan untuk mengetahui risiko pada bagian-bagian kapal yang akan dijual atau dibeli apakah memiliki potensi untuk terjadinya kerusakan sehingga merugikan pihak pembeli. Maka dari itu dengan implementasi Risk Based Inspection dapat diketahui nilai risiko yang berpotensi tidak memenuhi batas minimum class sehingga perkiraan estimasi harga kapal bekaspun semakin akurat.

4. Identifikasi Risiko pada kapal yang akan dijual menunjukkan bagian lambung kapal dan bagian permesinan kapal memiliki risiko medium yang mempengaruhi depresiasi terhadap harga kapal .

5. Pada metode risk based inspection didapatkan depresiasi harga sebesar 85% terhadap harga pasar didasarkan oleh kekurangan fisik kondisi kapal yang menghasilkan harga kapal bekas sebesar 21.107.965.425 rupiah.

6. Perbedaan metode yang konvensional dan metode risk based inspection terdapat pada depresiasi harga kapal karena identifikasi risiko yang dilakukan yang menghasilkan risiko kekurangan fisik kapal yang mempengaruhi harga kapal.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih penulis S.A.D. ucapkan kepada kedua orang tua yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melanjutkan studi di bangku kuliah.

DAFTARPUSTAKA

[1] Beenstock, M. (1985). A Theory of Ship Prices. In M. Beenstock,

Maritime Policy and Management (Vol. 12, pp. 215–225).

[2] Biro Klasifikasi Indonesia. (2006). Rule BKI Volume I - Rules For

Classification and Survey. Jakarta: Biro Klasifikasi Indonesia.

[3] Deden Irawan S, M. M. (2012). Menilai kapal,butuh kejelian. Majalah

Penilai , 48-52.

[4] Ir. Surjo W. Adji, M. (2004). Idustri Perkapalan Indonesia : Menyongsong Masa Depan. WORKSHOP BANK INDONESIA, (p. 19). Jakarta.

[5] rick peterson, P. Risk Based Inspection as part on overall Inspection

Management Program. edmonton,CANADA: metegrity inc.

[6] spinxhero. (2009, april 8). Contoh Aplikasi Metode Penilaian Kapal. Retrieved april 15, 2013, from Scribd: http://www.scribd.com [7] Willcox, P. (n.d.). The Science of Ship Valuation. Retrieved february 10,

2012, from C.W. Kellock and Co. Ltd: http://www.cwkellock.com [8] Wintle, U. B. (2010, june). Risk based optimisation of inspection

planning in ships. Retrieved april 4, 2013, from twi:

Gambar

Gambar 1. Kurva pasar permintaan dan penawaran.
Gambar 2. Pembagian pemeriksaan bagian-bagian kapal
Tabel 4. Risiko kondisi lambung
Tabel 6. Kondisi Peralatan

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Daerah Kementerian Keuangan Provinsi Jawa Barat melaksanakan Pelelangan Pengadaan Jasa Konstruksi Pekerjaan Penambahan Luas

TUI{TUTAII DEALER SEPEDA Mt|T(lR AKIBAT WA]IPRESIASI.. PEIIBELI DALAiI PERIAIIIIA]I SEWA BEII

Berdasarkan lirik lagu tersebut, tulis karangan tentang pengorbanan ibubapa. Tulis karangan kamu

Penilaian yang paling sering digunakan dan menjadi satu-satunya penilaian yaitu tes objektif (selected response test) dimana diantara pelaksanaanya siswa diminta untuk

 usaha pengawasan terhadap semua factor yang ada dalam lingkungan fisik yang memberi pengaruh atau mungkin memberi pengaruh buruk thd kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan

Semua pendapatan dari retribusi pemeriksaan sebagaimana ayat (2) pasal ini disetirkan oleh bendahawan khusus penerima Dinas Kesehata ke Bank Pembangunan Daerah Propinsi daerah

Pascakualifikasi Metode Satu File dengan Evaluasi Sistem Gugur menggunakan Sistem Aplikasi Full E- Procurement, sehingga bagi calon penyedia jasa yang berminat

1.25.01 Sekretariat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Sub Unit Organisasi : 1.25. 01 Sekretariat Komisi Penyiaran