• Tidak ada hasil yang ditemukan

META DATA TARGET INDIKATOR AIR MINUM. Kupas Tuntas SDGs 6.1 Air Minum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "META DATA TARGET INDIKATOR AIR MINUM. Kupas Tuntas SDGs 6.1 Air Minum"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

META DATA

TARGET INDIKATOR

AIR MINUM

(2)

Kerja Sama

BAPPENAS, POKJA Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air Minum dan Sanitasi Nasional (PPAS) dan USAID IUWASH PLUS

(3)

META DATA

TARGET INDIKATOR

AIR MINUM

(4)

META DATA TARGET INDIKATOR AIR MINUM

Kupas Tuntas SDGs 6.1 Air Minum 1

1. Konsep dan Definisi 1

2. Metode Perhitungan 6

3. Sumber, Cara dan Frekuensi Pengumpulan Data 8

4. Manfaat 10

5. Hasil Perhitungan 11

LAMPIRAN 15

Kombinasi Akses Air Minum Layak 16

(5)

AMDK Air Minum Dalam Kemasan

BJP Bukan Jaringan Perpipaan

BPS Badan Pusat Statistik

DAMIU Depot Air Minum Isi Ulang

IUWASH PLUS Indonesia Urban Water Sanitation and Hygiene Penyehatan Lingkungan untuk Semua

JP Jaringan Perpipaan

MCK Mandi Cuci Kakus

MDGs Millenium Development Goals

PAH Penampungan Air Hujan

PDAM Perusahaan Daerah Air Minum

PKAM Pengawasan Kualitas Air Minum

Permenkes Peraturan Menteri Kesehatan

Pokja PPAS Kelompok Kerja Pembangunan Perumahan, Permukiman,

Air Minum, dan Sanitasi

PPN/Bappenas Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

RKPD Rencana Kegiatan Pemerintah Daerah

RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

SDGs Sustainable Development Goals

RT Rukun Tetangga

SKA Survei Kualitas Air

SKAM Survei Kualitas Air Minum

SUSENAS Survei Sosial Ekonomi Nasional

TDS Total Dissolve Solid/Total Zat Pada Terlarut

USAID U.S. Agency for International Development

(6)

META DATA

TARGET INDIKATOR

6.1.1. AIR MINUM

(7)

1. Konsep dan Definisi

Sesuai dengan Permenkes No. 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Mengacu pada tingkatan (ladder) SDGs, terdapat 5 (lima) tingkatan yang perlu diukur dalam pencapaian target 6.1 SDGs: “Pada tahun 2030, mencapai akses universal dan merata terhadap air minum yang aman dan terjangkau bagi semua”, yaitu:

Indikator 6.1.1. pada metadata Sustainable Development Goals (SDGs) ini berbunyi : “Proporsi populasi yang menggunakan sumber air minum aman”. Indikator 6.1.1. merupakan proxy terhadap ladder 5 serta merupakan indikator utama yang

diamanatkan dalam SDGs target 6.1. Adapun definisi operasional dari proporsi populasi yang menggunakan sumber air minum aman adalah perbandingan antara rumah tangga yang

menggunakan sumber air minum aman dengan jumlah rumah tangga seluruhnya, dinyatakan dalam satuan persen (%).

META DATA TARGET INDIKATOR

6.1.1. AIR MINUM

(8)

Ladder

SDGs

Surface Water

Tidak Ada Aks es (sumber air berasal dari air permukaan)

Unimproved

Akses Tidak Layak (Sumber air minum tidak layak)

Limited

Akses Layak Terbatas (sumber air minum layak dan wakt u tempuh mengumpulkan air > 30 m enit)

Basic

Akses Layak Dasar (sumber air minum layak dan waktu tempuh mengumpulkan air < 30 menit)

Safely Manage

Akses Aman (Sumber Air Layak, lokasi sumber ada di dalam atau dihalaman rumah, tersedia setiap saat dibutuhkan dan memenuhi kualitas air minum)

Definisi sumber air minum layak adalah rumah tangga yang menggunakan sumber air minum yang terlindung, meliputi: (i) ledeng perpipaan (keran individual); (ii) ledeng eceran; (iii) keran umum/hydrant umum; (iv) terminal air; (v) penjual eceran; (vi) penampungan air hujan (PAH); (vii) mata air terlindungi; (viii) sumur terlindung; dan (ix) sumur bor atau sumur pompa. Sejak tahun 2016, SDGs mendefinisikan air ledeng yang dijual melalui penjual keliling (ledeng eceran) mulai dikategorikan sebagai sumber air minum layak.

DEFINISI

AKSES AIR

MINUM LAYAK

(9)

Rumah tangga menggunakan sumber air secara langsung tanpa pengolahan yang berasal dari air permukaan seperti sungai, danau, waduk, atau kolam.

Rumah tangga menggunakan sumber air minum yang berasal dari sumur tidak terlindung atau mata air tidak terlindung.

Rumah tangga menggunakan sumber air minum layak, namun waktu untuk mengumpulkan air dari rumah ke sumber air minum (pulang pergi, termasuk waktu antri) lebih dari (>) 30 menit.

Rumah tangga menggunakan sumber air minum layak, lokasi sumber air minum berada di dalam atau di halam rumah (on premises), tersedia setiap saat dibutuhkan, dan memenuhi syarat kualitas air minum sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010. Sesuai dengan ketentuan SDGs dan dengan mempertimbangkan kondisi kesiapan Indonesia, pengukuran akses aman diprioritaskan dilakukan untuk parameter fisika (Bau, Warna, Total Zat Padar Terlarut (TDS), Kekeruhan, Rasa dan Suhu), biologi (bakteri E.coli dan total Coliform), dan kimiawi (Nitrat, Nitrit, dan Arsen).

Rumah tangga menggunakan sumber air minum layak dan waktu untuk mengumpulkan air dari rumah ke sumber air minum (pulang pergi, termasuk waktu antri) kurang dari atau sama dengan dari (<) 30 menit.

Sumber air minum layak merupakan proxy terhadap ladder 3 dan 4 serta merupakan indikator lanjutan yang juga dihitung dalam mengetahui capaian MDGs target 7.8. Pada perhitungan MDGs target 7.8 yaitu dari tahun 2000-2015, akses air minum layak yang bersumber dari pompa, sumur terlindungi dan mata air terlindungi memperhitungkan jarak ke tempat penampungan limbah/kotoran/tinja terdekat, yaitu jaraknya harus lebih besar sama dengan 10 m. Namun demikian, perhitungan ladder 3 dan 4 untuk SDGs (tahun 2016 dan seterusnya) tidak lagi memperhitungkan jarak antara sumber dengan tempat penampungan limbah/kotoran/tinja terdekat, karena faktor keamanan kualitas air akan diukur melalui uji kualitas air yang dilakukan baik di laboratorium ataupun perangkat water and sanitation kit.

5

Akses Aman

4

Akses Layak Dasar

3

Akses Layak Terbatas

2

Akses Tidak Layak

1

Tidak Ada Akses

(10)

1.1. Opsi Teknologi Akses Air Minum Layak

A. Tidak Ada Akses (Sumber Air Minum Adalah Air Permukaan)

B. Akses Air Minum Tidak Layak

Gambar 1. Galian tambang yang dijadikan sumber air. Gambar 2. Sungai. Gambar 3. Danau. Foto: USAID IUWASH PLUS

Gambar 4. Sumur Tidak Terlindung, Foto: www. wikimedia.org Gambar 5. Mata Air Tidak Terlindungi Foto: USAID IUWASH PLUS

C. Akses Air Minum Layak

Gambar 6. Air Ledeng Meteran/Air Pipa, Gambar 7. Air Ledeng Tanpa Meteran, Gambar 8. Kran Umum

Foto: USAID IUWASH PLUS

Gambar 9. Sumur Pompa. Foto: USAID IUWASH PLUS Gambar 10. Sumur Terlindungi Foto: www. pixabay.com

(11)

Gambar 11. Ledeng Eceran/Penjual Eceran

Gambar 12. Mata Air Terlindungi Foto: USAID IUWASH PLUS

Gambar 13. Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Foto: www.freepik.com Gambar 14. Air Isi Ulang Foto: www.waterindo.com

Bagaimana dengan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) atau air isi ulang yang saat ini banyak digunakan oleh rumah tangga sebagai sumber air minum utama? Apakah rumah tangga tersebut dapat dikategorikan memiliki akses air minum layak?

AMDK merupakan pangan jenis minuman yang diproses dan dikemas, yang selanjutnya dikategorikan sebagai beverages (minuman). Bagi rumah tangga yang menggunakan air kemasan dan/atau air isi ulang sebagai sumber air minum dapat dikategorikan sebagai rumah tangga yang memiliki akses layak jika sumber air rumah tangga untuk masak dan MCK-nya menggunakan sumber air minum terlindung (akses layak). Jika sumber air rumah tangga untuk masak dan MCK bukan berasal dari sumber air minum layak, maka rumah tangga tersebut dikategorikan “tidak” memiliki akses air minum layak.

TAHUKAH

ANDA?

(12)

Gambar 15. Diagram Perhitungan Akses Air Minum Aman Sumber : Hasil Olah Bappenas, 2019

2. Metode Perhitungan

Diagram Algoritma Perhitungan Akses Sumber

Air Minum Aman

(13)

1. Keluarga Bapak Asep menggunakan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) sebagai sumber air minum utama. Sedangkan untuk keperluan mandi, masak dan MCK, sumber air berasal dari sumur tidak terlindungi. Apakah Keluarga Bapak Asep tersebut dapat dikategorikan memiliki akses air minum layak?

2. Keluarga Ibu Ida menggunakan Sumur Terlindung sebagai sumber air minum utama. Sedangkan untuk keperluan mandi, masak dan MCK, sumber air berasal dari air permukaan (sungai). Apakah Keluarga Ibu Ida tersebut dapat dikategorikan memiliki akses air minum layak?

3. Keluarga Bapak Bambang menggunakan air galon yang diisi dari Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) sebagai sumber air minum utama. Sedangkan untuk keperluan mandi, masak dan MCK, sumber air berasal dari jaringan perpipaan PDAM. Apakah Keluarga Bapak Bambang tersebut dapat dikategorikan memiliki akses air minum layak?

4. Keluarga Ibu Ayu memperoleh air minum serta air untuk keperluan masak dan MCK dengan cara “menumpang” dari jaringan perpipaan PDAM tetangganya. Apakah Keluarga Ibu Ayu tersebut dapat dikategorikan memiliki akses air minum layak?

STUDI KASUS

Sumber utama air minum rumah tangga berasal dari AMDK, sehingga perlu dilihat sumber air untuk keperluan mandi, masak, dan MCK yang berasal dari sumur tidak terlindungi atau sumber air minum tidak layak. Dengan demikian, status akses air minum Keluarga Bapak Asep dikategorikan sebagai:

SUMBER AIR MINUM TIDAK LAYAK.

Sumber utama air minum rumah tangga berasal dari sumur terlindungi. Dengan demikian, status akses air minum Keluarga Ibu Ida dikategorikan sebagai: SUMBER AIR MINUM LAYAK.

Sumber utama air minum rumah tangga berasal dari air isi ulang, sehingga perlu dilihat sumber air untuk keperluan mandi, masak, dan MCK yang berasal dari

perpipaan/ledeng. Dengan demikian, status akses air minum Keluarga Bapak Bambang dikategorikan sebagai:

SUMBER AIR MINUM LAYAK.

SUMBER AIR MINUM LAYAK.

Namun perlu diperhatikan bahwa kepemilikan akses air minum Keluarga Ibu Ayu BUKAN AKSES SENDIRI. Sehingga jika dilanjutkan untuk pengukuran akses aman, maka pada proxy on premises, Keluarga Ibu Ayu TIDAK DAPAT dikategorikan memiliki akses air minum layak yang on premises.

(14)

Terdapat beberapa sumber dan cara pengumpulan data akses air minum layak dan aman, yaitu:

3. Sumber, Cara dan Frekuensi

Pengumpulan Data

3.1 Sumber, Cara dan Frekuensi Pengumpulan Data

Data Susenas tersebut dapat diagregasi berdasarkan:

1. Wilayah administrasi : nasional, provinsi dan kabupaten/kota; 2. Daerah tempat tinggal : perkotaan dan perdesaan;

3. Jenis kelamin kepala rumah tangga; 4. Kelompok pendapatan (pengeluaran);

5. Jenis teknologi fasilitas air minum yang dimiliki rumah tangga : sistem Jaringan Perpipaan (JP) dan sistem Bukan Jaringan Perpipaan (BJP). Sementara pengukuran terhadap parameter biologi dan kimia akan dilakukan melalui Program Pengawasan Kualitas Air Minum (PKAM) oleh Kementerian Kesehatan dan Survei Kualitas Air Minum (SKAM) yang merupakan program kerjasama antara Kementerian Kesehatan dan BPS. Secara bertahap sampai dengan akhir tahun 2030, Indonesia akan mengarah ke pengukuran akses air minum yang aman (safely managed drinking water).

Sumber Cara Pengumpulan Data Pengumpulan DataFrekuensi

BPS Survei Sosial Ekonomi Nasional

(Susenas) 1) Susenas KOR : Tahunan2) Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan : Tiga (3) tahunan

Kementerian

Kesehatan 1) Pengawasan Kualitas Air Minum (PKAM) 2) Survei Kualitas Air Minum

(SKAM)

1) PKAM : Tahunan 2) SKAM : Tahunan

(pelaksanaan mulai tahun 2020)

B P S

Badan Pusat Statistik

Hingga tahun 2019, data Susenas BPS hanya dapat memotret pencapaian akses aman hingga parameter fisika. Data akses yang dapat diperoleh dari hasil Susenas BPS adalah sebagai berikut:

1. Akses air minum layak,

2. Akses air minum layak-on premises,

3. Akses air minum layak-on premises dan tersedia sepanjang tahun, serta 4. Akses air minum layak-on premises, tersedia sepanjang tahun serta

memenuhi syarat kualitas fisik air minum.

SEKILAS INFO

(15)

3.2. Cara Perhitungan

3.3. Rumus Perhitungan

Data akses air minum aman diperoleh dengan menghitung proporsi populasi yang menggunakan sumber air minum aman, yaitu jumlah rumah tangga yang memiliki akses terhadap sumber air minum aman pada waktu tertentu dibagi dengan jumlah rumah tangga seluruhnya pada periode yang sama dinyatakan dalam satuan persen (%).

Sumber data merupakan integrasi hasil olah data Susenas yang dikeluarkan oleh BPS dengan data Survey Kualitas Air Minum (SKAM) yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan bersama BPS.

C.1. Sumber Air Minum Layak (Akses Layak)

Keterangan:

P AML : Proporsi populasi yang menggunakan sumber air minum layak.

JRTAML : Jumlah rumah tangga yang menggunakan sumber air minum layak.

JRT : Jumlah rumah tangga seluruhnya.

C.2. Sumber Air Minum Layak dan Berlokasi di On-premises

Keterangan:

PAMLH : Proporsi populasi yang menggunakan sumber air minum layak dan lokasi sumber berada di dalam atau di halaman rumah (on-premises). JRTAMLH : Jumlah rumah tangga yang menggunakan

sumber air minum layak dan lokasi sumber berada di dalam atau di halaman rumah

(on-premises).

JRT : Jumlah rumah tangga seluruhnya.

PAML = JRTAML

JRT

x 100% PAMLH=JRTAMLH

JRT x100%

C.3. Sumber Air Minum Layak, Berlokasi di

On-premises, dan Tersedia Sepanjang Tahun

Keterangan:

PAMLST : Proporsi rumah tangga yang menggunakan sumber air minum layak, lokasi sumber berada di dalam atau di halaman rumah, dan air tersedia sepanjang tahun.

JRTALST : Jumlah rumah tangga yang menggunakan sumber air minum layak, lokasi sumber berada di dalam atau di halaman rumah, dan air tersedia sepanjang tahun.

JRT : Jumlah rumah tangga seluruhnya

C.4. umber Air Minum Layak, Berlokasi On Premises, Tersedia Sepanjang Tahun dan Memenuhi Persyaratan Kualitas Air Minum

Keterangan:

PAMLAf : Proporsi rumah tangga yang menggunakan sumber air minum layak, lokasi sumber berada di dalam atau di halaman rumah

(on-premises), air tersedia sepanjang tahun, dan

memenuhi persyaratan kualitas air minum. JRTAMLAf : Jumlah rumah tangga yang menggunakan sumber air minum layak, lokasi sumber berada di dalam atau di halaman rumah (on-premises), air tersedia sepanjang tahun, dan memenuhi persyaratan kualitas air minum.

JRT : Jumlah rumah tangga seluruhnya.

PAMLST=JRTAMLST

JRT

x100%

PAMLST= JRTAMLST

(16)

Manfaat pengumpulan data akses air minum aman adalah untuk memantau proporsi populasi yang menggunakan sumber air minum aman (safely managed drinking water) berdasarkan asumsi bahwa sumber air tersebut dapat menyediakan kebutuhan dasar yang dapat memenuhi kebutuhan pokok air sehari-hari masyarakat dan memenuhi syarat kualitas air minum. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum, kebutuhan pokok air minum didefinisikan sebagai air untuk memenuhi keperluan minum, masak, mandi, cuci, peturasan, dan ibadah. Sementara, kualitas air minum telah diatur sesuai dengan Permenkes Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

Data Kabupaten XYZ adalah sebagai berikut: 1. Jumlah Rumah Tangga (RT) : 100.000 RT

2. Jumlah RT dengan akses air minum layak : 80.000 RT.

3. Jumlah RT dengan akses air minum layak yang on premises : 50.000 RT 4. Jumlah RT dengan akses air minum layak yang on premises dan tersedia

sepanjang tahun : 40.000 RT

5. Jumlah RT dengan akses air minum layak yang on premises, tersedia sepanjang tahun serta air minum memenuhi kualitas air minum : 20.000 RT

MARI BERHITUNG

Bagaimana capaian akses air minum Kabupaten XYZ jika ditinjau berdasarkan tangga akses air minum aman?

Dengan demikian, selain perlu meningkatkan cakupan layanan menjadi 100% akses air minum layak, Pemerintah Kabupaten XYZ juga perlu memastikan agar kondisi akses air minum layak yang dimiliki warganya masuk dalam kategori on-premises (berada didalam atau di halaman rumah), tersedia sepanjang tahun, serta aman secara kualitas (memenuhi persyaratan kualitas air minum).

Capaian Akses Air Minum

Kab. XYZ

Akses Air Minum Layak Akses Air Minum Layak On

Premises

Akses Air Minum Layak On

Premises, Tersedia Sepanjang

Tahun

Akses Air Minum Layak On

Premises, Tersedia Sepanjang

Tahun, Memenuhi Kualitas Air Minum

80%

50%

40%

20%

90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%

4. Manfaat

(17)

Dengan demikian, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Provinsi harus menggunakan indikator ini dalam merumuskan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penyusunan RPJMD dan Rencana Kegiatan Pemerintah Daerah (RKPD).

Hingga tahun 2018, capaian akses air minum layak Indonesia telah mencapai 88%, dengan proporsi akses perpipaan sebesar 20% dan akses bukan jaringan perpipaan sebesar 68%. Bagaimana dengan akses aman? Indonesia belum memiliki capaian akses air minum aman. Jika mengacu pada hasil Survey Kualitas Air (SKA) di Provinsi DI Yogyakarta tahun 2015, maka estimasi capaian akses air minum aman nasional adalah sekitar 7%.

Capaian akses air minum layak ini terus meningkat dari tahun ke tahun, dengan kisaran laju peningkatan sebesar 1-2% tiap tahunnya. Gambar 16 dibawah ini menunjukkan peningkatan akses air minum layak dari tahun 2011 hingga 2018, baik dalam level nasional, perkotaan dan perdesaan. Sedangkan Gambar 17 menunjukkan capaian akses air minum layak berdasarkan jenis sistem penyediaan air minum (JP dan BJP).

5. Hasil Perhitungan

Gambar 16. Capaian Akses Air Minum Layak Nasional, Perkotaan dan Perdesaan

Sumber : Hasil Olah Susenas BPS oleh Bappenas, 2019

87.75% 94.20% 94.20% 90% 100% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Akses Air Minum Indonesia Perkotaan Perdesaan

80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Gambar 17. Capaian Akses JP dan BJP

Sumber : Hasil Olah Susenas BPS oleh Bappenas, 2019

20.14%

(18)

Jika ditinjau per provinsi, masih terdapat 20 provinsi dengan capaian akses air minum layak berada dibawah capaian nasional. Pada Gambar 18 dapat dilihat bahwa seluruh provinsi di wilayah Pulau Sumatera dan Pulau Papua memiliki capaian akses yang lebih rendah dibandingkan dengan capaian akses nasional.

Gambar 18. Peta Sebaran Capaian Akses Air Minum Layak Per Provinsi

Sumber : Hasil Olah Susenas BPS oleh Bappenas, 2019

Jika mengamati capaian akses perpipaan, laju peningkatan akses pipa di Indonesia rata-rata adalah 2% tiap tahunnya. Gambar 19 menunjukkan bahwa masih terdapat 4 provinsi dengan akses perpipaan dibawah 10% dan masih terdapat 18 provinsi dengan capaian akses perpipaan berada dibawah rata-rata capaian nasional (20%).

Gambar 19. Peta Sebaran Capaian Akses Perpipaan Per Provinsi

Sumber : Hasil Olah Susenas BPS oleh Bappenas, 2019

Sedangkan jika mengamati capaian akses bukan jaringan perpipaan terlindungi, laju peningkatan akses di Indonesia rata-rata adalah 2.5% tiap tahunnya. Gambar 20 menunjukkan bahwa terdapat 2 provinsi dengan akses bukan jaringan perpipaan dibawah 40%, dengan rata rata capaian nasional 68%.

(19)

Gambar 20. Peta Sebaran Capaian Akses Bukan Perpipaan Terlindungi Per Provinsi

Sumber : Hasil Olah Susenas BPS oleh Bappenas, 2019

Untuk hasil perhitungan capaian akses air minum sesuai dengan tingkatan SDGs dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.

Gambar 21. Tabel Perhitungan Akses Air Minum Aman

Ladder 1

Tidak Ada Akses 2016 : 1.53 % 2017 : 1.30 % 2018 : 1.33 %

Ladder 2

Akses Tidak Layak 2016 : 12.02 % 2017 : 11.16 % 2018 : 10.92 % Ladder 5 Akses aman Akses layak*

(komponen I dari ladder 5) 2016 : 86.44 % 2017 : 87.54 % 2018 : 87.75 % Akses layak dan on premises (komponen II dari ladder 5) 2016 :

-2017 : 33.51 % 2018 : 46.18 %

Akses layak, on-premises dan kualitas fisik air minum (komponen IV dari ladder 5) 2016 :

-2017 : 31.81 % 2018 : 42.22 % Akses layak, on premises, dan tersedia setiap tahun (komponen III dari ladder 5) 2016 :

-2017 : Data terkait ”Ketersediaan Air Sepanjang Tahun” tidak tersedia di Susenas 2017 2018 : 44.28 %

Ladder 4

Akses Layak Dasar 2016 : -2017 : 78.26 % 2018 : 81.43 %

Ladder 3

Akses Layak Terbatas 2016 : -2017 : 9.28 % 2018 : 6.32 %

Ladder

SDGs

Perhitungan Akses Air Minum Aman

(20)

Gambar 21 menunjukkan grafik proxy akses air minum aman. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa terjadi penurunan yang cukup signifikan antara angka akses air minum layak dengan angka akses air minum layak yang on premises. Sekitar 50% dari akses layak tergolong sebagai akses yang “tidak” terletak di dalam atau di halaman rumah (on premises). Salah satu opsi teknologi yang mendukung penyediaan akses air minum layak on premises adalah melalui jaringan perpipaan individu.

Gambar 22. Proxy Akses Air Minum Aman 2017-2018

Sumber : Hasil Olah Susenas BPS oleh Bappenas, 2019

80 90 100 70 60 50 40 30 20 10 0 33.51 31.81 0 87.54 46.18 44.28 42.22 87.75 AKSES LAYAK

(%) ON PREMISES, AKSES LAYAK,

DAN TERSEDIA SETIAP TAHUN (%) AKSES LAYAK DAN ON PREMISES (%) AKSES LAYAK, ON PREMISES, DAN KUALITAS FISIK AIR MINUM (%) 2017 2018

(21)

LAMPIRAN

(22)

Kombinasi Akses Air Minum Layak

Sumber Air Minum

Utama

Sumber Air Minum untuk Lainnya (Masak, MCK dan Keperluan Hygiene)

Sungai Danau Waduk

K olam Bekas Tambang Sum ur Tidak T erlindung Mata Air Tidak T erlindung Pipa/Ledeng Kran Um um/Hidran Um um Sum ur Bor Sum ur P ompa Sum ur T erlindungi

Ledeng Eceran/ Penjual Eceran

Mata Air T erlindungi Penampungan Air Hujan Air Min um Dalam K

emasan (AMDK) Air Isi Ulang

Sungai X X X X X X X X X X X X X X X X Danau X X X X X X X X X X X X X X X X Waduk X X X X X X X X X X X X X X X X Kolam Bekas Tambang X X X X X X X X X X X X X X X X Sumur Tidak Terlindung X X X X X X X X X X X X X X X X Mata Air Tidak

Terlindung X X X X X X X X X X X X X X X X Pipa/Ledeng ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Kran Umum/ Hidran Umum ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Sumur Bor ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Sumur Pompa ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Sumur Terlind-ungi ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Ledeng Eceran/ Penjual Eceran ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Mata Air Terlindungi ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Penampungan Air Hujan ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Air Minum

Da-lam Kemasan

(AMDK) X X X X X X ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ X X Air Isi Ulang X X X X X X ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ X X

Sumber air minum utama adalah yang digunakan untuk keperluan minum. Selama sumber air minum utama masuk dalam kategori layak, maka rumah tangga dikategorikan memiliki akses air minum layak. Namun, jika rumah tangga menggunakan air minum dalam kemasan dan air isi ulang sebagai sumber air minum utama, maka perlu dilihat sumber air minum kedua (untuk masak, cuci, mandi, dll), kategori akses rumah tangga tersebut akan mengikuti jenis sumber air minum kedua.

(23)
(24)

Direktorat Perkotaan, Perumahan dan Permukiman Kementerian PPN/BAPPENAS

Jalan Taman Suropati No.2, Jakarta Pusat 10310 Kerja Sama

BAPPENAS, POKJA Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air Minum dan Sanitasi Nasional (PPAS) dan USAID IUWASH PLUS

Gambar

Foto : Skt. Pokja AMPL
Gambar 4. Sumur Tidak Terlindung,  Foto: www. wikimedia.org Gambar 5.  Mata Air Tidak Terlindungi Foto: USAID IUWASH PLUS
Gambar 11. Ledeng Eceran/Penjual  Eceran
Gambar 15. Diagram Perhitungan Akses Air Minum Aman Sumber : Hasil Olah Bappenas, 2019
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dalam strategi pengajaran dan pembelajaran seni bahasa guru harus menetapkan objektif yang perlu dicapai oleh murid dengan merujuk Standard Kandungan dan

Pengujian kadar gula pereduksi pada pulp limbah kayu adalah untuk mengetahui kandungan monomer glukosa yang dihasilkan setelah proses sakarifikasi dan setelah fermentasi

Berbekal pembuktian panjang akan teknologi, kualitas, kemudahan, dan akurasi, maka Pengembang Software SMR bersama- sama dengan Tim Komputer Ujian Nasional di Pusat Penilaian

16 Berdasarkan pengertian putusan tersebut jika dikaitkan dengan inkonsistensi putusan MKRI maka MKRI sebagai pelaku kekuasaan kehakiman yang diberikan kewenangan

Adanya kristal yang masih berukuran nano pada hasil uji SEM tersebut, dapat disimpulkan sintesis ZnO:Co telah berhasil menghasilkan ukuran kristal nanometer, sehingga

Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan validitas uji, uji reliabilitas, uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda, uji hipotesis t dan uji

Langkah pertama dalam penelitian ini seperti yang dikemukakan oleh Sugiono adalah identifikasi Potensi dan masalah. Identifikasi ini merupakan analisis kebutuhan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah apakah permainan kartu bilangan dapat mengembangkan kemampuan mengenal bilangan 1-10 pada anak kelompok B TK Mawar