• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL INQUIRY BERBANTUAN THINKING MAPS TERHADAP HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) PADA MATERI SIFAT KEPERIODIKAN UNSUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL INQUIRY BERBANTUAN THINKING MAPS TERHADAP HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) PADA MATERI SIFAT KEPERIODIKAN UNSUR."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL INQUIRY BERBANTUAN THINKING MAPS TERHADAP HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) PADA

MATERI SIFAT KEPERIODIKAN UNSUR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun oleh:

Eka Kharismayuni

11150162000030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2020

(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Inquiry berbantuan Thinking Maps terhadap Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada Materi Sifat Keperiodikan Unsur” disusun oleh Eka Kharismayuni NIM. 11150162000030, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 26 Agustus 2020

Yang Mengesahkan,

Pembimbing I Pembimbing II

Tonih Feronika, M.Pd Luki Yunita, M.Pd

NIP. 19760107 200501 1 007 NIDN. 2028068501

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

Burhanudin Milama, M.Pd NIP. 19770201 200801 1 011

(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

(4)

iii

(5)

iv ABSTRAK

Eka Kharismayuni, NIM 11150162000030. Efektivitas Model Inquiry berbantuan Thinking Maps terhadap Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada Materi Sifat Keperiodikan Unsur. Skripsi. Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.

Kurikulum 2013 sangat menekankan sistem pembelajaran yang dapat membangun Higher Order Thinking Skills (HOTS) peserta didik. Model Inquiry diketahui dapat meningkatkan Higher Order Thinking Skills (HOTS). Meskipun dianggap efektif untuk meningkatkan Higher Order Thinking Skills (HOTS), tetapi model Inquiry memiliki beberapa kekurangan sehingga dibutuhkan bantuan peta visual atau Thinking Maps. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas model Inquiry berbantuan Thinking Maps terhadap Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada materi sifat keperiodikan unsur. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment dengan desain penelitian Nonequivalent Pretest And Posttest Control Grup Design. Sampel penelitian melibatkan siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 di SMA Al-Hasra Depok dengan jumlah masing-masing sampel sebanyak 25 peserta didik yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Data diperoleh dari instrumen soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) pilihan ganda sebanyak 25 soal. Hasil uji hipotesis posttest menggunakan Independent Sample T Test menunjukkan bahwa nilai Sig. 2-tailed sebesar 0,021 < α (0,05) yang berarti bahwa H1 diterima. Hasil penelitian

menunjukan bahwa terdapat efektivitas model pembelajaran Inquiry berbantuan Thinking Maps terhadap Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada materi sifat keperiodikan unsur. Model Inquiry berbantuan Thinking Maps dapat melatih Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada peserta didik.

Kata Kunci : Inquiry, Thinking Maps, Higher Order Thinking Skills (HOTS), Sifat Keperiodikan Unsur.

(6)

v ABSTRACT

Eka Kharismayuni, NIM 11150162000030. Efectivity of Inquiry Model assisted Thinking Maps on Higher Order Thinking Skills in Periodic Properties of Elements. Skripsi. Chemistry Education Studies Program, Department of Science Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2020.

The 2013 curriculum emphasized a learning system that creates sudents’ Higher Order Thinking Skills (HOTS). Inquiry model is known to improve Higher Order Thinking Skills (HOTS). Even though it is considered effective to improve Higher Order Thinking Skills (HOTS), Inquiry model has several shortcomings so that the help of visual maps or Thinking Maps is needed. This study aimed to know the effect of Inquiry Model assisted Thinking Maps on Higher Order Thinking Skills (HOTS) in Periodic Properties of Elements. The research method was Quasi Experiment and design research was Nonequivalent pretest and posttest control group design. The sample involving student of class X MIPA 1 and X MIPA 2at SMA Al-Hasra Depok with the total number of each classes were 25 students who taken uses the purposive sampling technique. Data were obtained from 25 multiple choice Higher Order Thinking Skills (HOTS) questions instruments. The result of the posttest hypothesis tested using independent sample t-test shows p-value (sig.2-tailed) obtained by 0,021 < α (0,05), then H1 accepted. The results showed there is an influence of the Inquiry model assisted by Thinking Maps on Higher Order Thinking Skills (HOTS) Thinking Skills in Periodic Properties of Elements. Inquiry Model assisted Thinking Maps can train Higher Order Thinking Skills (HOTS) on students.

Keywords: Inquiry, Thinking Maps, Higher Order Thinking Skills (HOTS), Periodic Properties of Elements.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrohim,

Alhamdulillahi rabbil „alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita mendapatkan syafa‟at beliau dihari akhir kelak.

Skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Inquiry Berbantuan Thinking Maps Terhadap Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada Materi Sifat Keperiodikan Unsur” ini ditujukkan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) pada Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung, dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya adalah:

1. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Burhanuddin Milama, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus validator ahli instrumen penelitian yang telah memberikan kritik dan saran selama proses validasi.

3. Tonih Feronika, M.Pd., selaku dosem pembimbing I yang telah meluangkan waktu, ilmu, saran, dan motivasi kepada penulis dengan penuh kesabaran selama penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu memberkahi dan merahmati Bapak. Aamiin.

4. Luki Yunita, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu, ilmu, saran, dan motivasi kepada penulis dengan penuh kesabaran selama penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu memberkahi dan merahmati Ibu. Aamiin.

(8)

vii

5. Buchori Muslim, M.Pd., selaku selaku validator instrumen soal HOTS yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis selama proses validasi. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan memberikan keberkahan ilmu yang telah diberikan. Aamiin.

6. Rizqy Nur Sholihat, M.Pd., selaku validator instrumen soal HOTS yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis selama proses validasi. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan memberikan keberkahan ilmu yang telah diberikan. Aamiin.

7. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPA, khususnya dosen Program Studi Pendidikan Kimia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

8. Antik Handayani, S.Pd., selaku kepala sekolah SMA Al-Hasra Depok yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. 9. Dra. Lismaili Amir., selaku guru kimia kelas X SMA Al-Hasra Depok yang

telah mengizinkan serta memberikan dukungan kepada penulis dalam melakukan penelitian ini.

10. Abdurrohim, S.Pd., selaku guru kimia kelas XI SMA Al-Hasra Depok yang telah mengizinkan serta memberikan dukungan kepada penulis dalam proses validasi empirik.

11. Darwanto, Ayah yang menjadi sosok inspirasi bagi penulis untuk selalu berusaha dan pantang menyerah dalam menghadapi rintangan serta tak lupa Mama tercinta (Nunung, S.Pd) yang memberikan kasih sayang, semangat, dukungan, doa, dan bantuan moril maupun materil kepada penulis, dan adik satu-satunya (Fauzi Ramadhan) yang telah memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Guru SMA Al-Hasra Depok yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama proses penelitian.

13. Sahabat yang telah berjuang bersama (Ainun Nisa, Fitri Nurlaela, Kiki Zakiah, Nidaa, Umi Khoerunnisa) yang selalu menyemangati, membantu, dan menjadi tempat berbagi keluh kesah penulis selama perkuliahan.

(9)

viii

14. Sahabat SMP dan SMA yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

15. Teman-teman KOMMUN (Komunitas Muda Nuklir) yang selalu memotivasi dan mendoakan penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

16. Teman-teman kost-an yang menjadi tempat berkeluh kesah bagi penulis terkait proses penelitian dan sebagainya.

17. Teman-teman Pendidikan Kimia kelas A angkatan 2015 yang saling memberikan motivasi dan doa.

18. Teman-teman bimbingan Pak Tonih dan Ibu Luki yang saling menyemangati, tempat berkeluh kesah, serta memberikan saran dan masukan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi.

19. Adik-adik SMA Al-Hasra Depok yang telah membantu dan memotivasi penulis dalam proses penelitian.

20. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu hingga tersusunnya skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu sangat diharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan manfaat dan kebaikan bagi banyak pihak serta bernilai ibadah di hadapan Allah SWT.

Jakarta, 26 Agustus 2020

Eka Kharismayuni NIM.11150162000030

(10)

ix DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... ii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB IIKAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Kajian Teori ... 10

1) Kemampuan High Order Thinking Skills (HOTS) ... 10

2) Model Inquiry ... 19

3) Thinking Maps ... 24

4) Sifat Keperiodikan Unsur... 28

B. Penelitian Relevan ... 34

C. Kerangka Berpikir ... 36

D. Hipotesis Penelitian ... 39

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN ... 40

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 40

B. Metode dan Desain Penelitian... 40

(11)

x

1) Persiapan Penelitian ... 41

2) Pelaksanaan Penelitian ... 42

3) Penyelesaian Penelitian ... 43

D. Teknik Pengambilan Sampel ... 45

1) Populasi ... 45

2) Sampel... 45

E. Variabel Penelitian ... 45

F. Teknik Pengumpulan Data ... 46

G. Instrumen Penelitian ... 47

1) Tes ... 47

H. Validitas dan Realibilitas ... 49

1) Validitas ... 49

2) Reliabilitas ... 50

3) Taraf Kesukaran Soal ... 51

4) Daya Pembeda Soal ... 52

I. Teknik Analisis Data ... 55

1) Uji Prasyarat Analisis ... 56

2) Uji Hipotesis ... 58

J. Hipotesis Statistik ... 59

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Hasil Penelitian ... 60

1) Data Hasil Nilai Pretest dan Posttest pada Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 60

2) Data Hasil Pretest dan Posttest Berdasarkan Indikator (HOTS) pada Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 62

3) Hasil Uji Prasyarat Analisis Data ... 65

BAB V ... 85

KESIMPULAN DAN SARAN ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Higher Order Thinking Skills (HOTS) Brookhart ... 16

Tabel 2.2 Jenis Thinking Maps ... 27

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 41

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 47

Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Higher Order Thinking Skills (HOTS) ... 49

Tabel 3.4 Tingkat Kesukaran ... 52

Tabel 3.5 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal ... 52

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda Soal ... 53

Tabel 3.7 Hasil Validasi Kisi-kisi Instrumen Tes (HOTS) ... 54

Tabel 3.8 Interpretasi Skor ... 56

Tabel 4.1 Data Hasil Nilai Pretest dan Posttest ... 61

Tabel 4.2 Persentase Indikator HOTS Pretest ... 62

Tabel 4.3 Persentase Indikator HOTS Posttest ... 64

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Pretest ... 65

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Pretest ... 66

Tabel 4.6 Hasil Uji Independent Sample T Test Pretest ... 67

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Posttest ... 68

Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Posttest ... 69

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ... 38 Gambar 3.1 Bagan Prosedur penelitian ... 44 Gambar 4.1 Persentase Ketercapaian Indikator (HOTS) Data Posttest ... 76

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ... 94

Lampiran 2. RPP Kelas Eksperimen ... 121

Lampiran 3. RPP Kelas Kontrol ... 151

Lampiran 4. Hasil Validasi Instrumen Tes ... 180

Lampiran 5. Soal HOTS Sifat Keperiodikan Unsur Pretest dan Posttest ... 188

Lampiran 6. Lembar Kerja Peserta Didik ... 203

Lampiran 7. Hasil Tes HOTS Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 219

Lampiran 8. Hasil Pretest Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator HOTS ... 220

Lampiran 9. Hasil Posttest Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator HOTS .. 223

Lampiran 10. Hasil Tes HOTS Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ... 226

Lampiran 11. Hasil Pretest Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator HOTS ... 227

Lampiran 12. Hasil Posttest Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator HOTS ... 230

Lampiran 13. Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen .... 233

Lampiran 14. Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen . 236 Lampiran 15. Hasil Uji Hipotesis Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 237

Lampiran 16. Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 239

Lampiran 17. Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen 241 Lampiran 18. Hasil Uji Hipotesis Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 242

Lampiran 19. Surat Bimbingan Skripsi ... 244

Lampiran 20. Surat Keterangan Telah Melakukan Validasi ... 246

Lampiran 21. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 247

Lampiran 22. Dokumentasi Penelitian ... 248

(15)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan juga merupakan suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi muda bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan (Siswinarti, 2017). Pembaharuan dalam berbagai bidang pendidikan senantiasa dilakukan untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional. Namun untuk mencapai tujuan tersebut, masih terdapat banyak masalah yang dihadapi oleh pendidikan di Indonesia yang disebabkan oleh mutu pendidikan yang masih rendah.

Dalam rangka upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia yang masih rendah, pemerintah mengembangkan kurikulum, bahan ajar, model pembelajaran, dan sistem evaluasi atau penilaian menuju standar nasional dan internasional. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan mengembangkan Kurikulum 2013 melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Setiowati, C.S, & ES, 2015)

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang diupayakan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada peserta didik untuk dapat berpikir kreatif, mandiri, dan inovatif. Fadillah (2014) mengungkapkan bahwa Kurikulum 2013 menekankan pada peningkatan dan keseimbangan soft skill dan hard skill yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kurikulum 2013 sangat menekankan sistem pembelajaran yang dapat membangun kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills) peserta didik. (Haryanto, Ahda, & Darussyamsu, 2017). Hal serupa juga dijelaskan oleh Gradini (2019), bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skill (HOTS) merupakan tuntutan kurikulum 2013 (Gradini, 2019).

(16)

2

Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 sangat erat kaitannya dengan keterampilan Higher Order Thinking Skill (HOTS) di mana peserta didik diarahkan untuk mampu memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam menentukan pemecahan permasalahan yang dihadapi. (Fitriani & Sari, 2019). Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah konsep baru reformasi pendidikan berdasarkan Taksonomi Bloom. Konsep ini berkonsentrasi pada pemahaman peserta didik dalam proses pembelajaran berdasarkan metode mereka sendiri. (Ping, Ahmad, Adnan, & Hua, 2017).

Menurut Newman dan Wehlage dalam Widodo (2013: 162), melalui HOTS peserta didik akan mampu menyampaikan argumen yang dimiliki dengan baik, menyelesaikan permasalahan, serta mampu untuk memahami hal kompleks menjadi suatu hal yang lebih jelas. Akan tetapi, yang menjadi suatu permasalahan dalam praktiknya adalah seringkali seorang guru membuat suatu soal yang mengarah pada HOTS, akan tetapi pada pelaksanaan pembelajaran seorang guru kurang menekankan pembelajaran dengan menggunakan keterampilan Higher Order Thinking Skills (HOTS) (Fitriani & Sari, 2019). Guru lebih mendominasi kegiatan proses pembelajaran sedangkan siswa lebih pasif sehingga aktivitas siswa saat proses belajar mengajar menjadi rendah dengan demikian pembelajaran menjadi tidak bergairah dan tidak efektif (Barus & Sani, 2017).

Pada pelaksanaan pembelajaran, guru harus memilih model yang dapat menumbuhkan HOTS siswa dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan harus dapat melibatkan siswa dan menemukan konsep baru mereka sendiri yang konstruktif. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan dan melatih siswa untuk belajar menemukan adalah pembelajaran inquiry-discovery (Wartono, Takaria, Botlolona, Grusche, Hudha, & Jayanti, 2018). Sesuai dengan implementasi Kurikulum 2013 menurut Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses,

(17)

3

model pembelajaran yang diharapkan dapat membentuk perilaku saintifik, sosial serta mengembangkan rasa keingintahuan adalah model pembelajaran inkuiri (Inquiry Based Learning), model pembelajaran discovery (Discovery Learning), model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning), dan model pembelajaran berbasis permasalahan (Problem Based Learning) (Setiowati, C.S, & ES, 2015).

Hal serupa juga dijelaskan oleh (Nurkholik & Yonata, 2020) bahwa salah satu dari model pembelajaran yang menjadi solusi untuk melatihkan HOTS yaitu model pembelajaran inkuiri. Karakter utama dari model inkuiri adalah aktivitas peserta didik dikerahkan secara maksimal untuk mencari dan menemukan konsep dilakukan dengan berpikir secara kritis dan analitis. Proses pembelajaran dengan mengimplementasikan model inkuiri menempatkan peserta didik untuk memecahkan masalah atau fenomena dan mengembangkan cara berpikir ilmiah dalam mencari pengetahuan yang bersifat penyelidikan atau penemuan sehingga dapat memahami konsep-konsep sains (Nurkholik & Yonata, 2020).

Pembelajaran inkuiri dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar melalui penjelasan guru secara verbal (ceramah), tetapi mereka dituntut untuk menemukan sendiri konsep dari materi yang dipelajari dengan menalar secara logis dan kritis yang digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan dalam kehidupan atau mempelajari materi lain diberbagai ranah ilmu pengetahuan (Nurkholik & Yonata, 2020).

Menurut Yuliati dkk, pembelajaran berbasis inkuiri yaitu pembelajaran yang terbukti mampu menghasilkan dampak positif, seperti

mampu menaikan keterampilan proses maupun literasi sains,

meningkatkan kemampuan peserta didik dalam membuat penjelasan ilmiah, meningkatkan motivasi peserta didik, meningkatkan pemahaman konsep, dan membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan (Yuliati, Kusairi, & Munfaridah, 2016).

(18)

4

Hal yang serupa juga dijelaskan oleh Simbolon (2015) pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, guru memberikan peluang bagi peserta didik secara luas untuk menemukan teori dan konsep yang dipelajari melalui kegiatan eksperimental. Berdasarkan penelitian Hasanah dkk (2017) serta Fatmaryanti dkk (2017) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri efektif dalam mengkomunikasikan aspek melalui penemuan, prediksi, hipotesis dan interpretasi data. Selain itu menurut Varela P dan Costa M F (2015) bahwa pembelajaran berbasis inkuiri dapat mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi dan pengembangan keterampilan penalaran yang lebih baik serta pengembangan keterampilan proses ilmiah. (Mubarok, Suprapto, & Adam, 2019)

Meskipun banyak penelitian yang membuktikan efektifitas pembelajaran inquiry, beberapa penelitian juga membahas kelemahan dari pembelajaran berbasis inquiry. Kirschner, Sweller, dan Clark (2006) mengatakan jika pembelajaran dengan panduan minimal contohnya pembelajaran berbasis inquiry bisa saja tidak berhasil dikarenakan pembelajaran berbasis inquiry tersebut dapat memunculkan beban kognitif yang justru bisa menghambat proses belajar peserta didik, khususnya peserta didik awam yang masih belum memiliki skema untuk mengintegrasikan informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

Kekurangan lainnya yang sangat mungkin terjadi yaitu pemahaman tidak lengkap atau pengetahuan maupun informasi yang tidak terstruktur dengan baik. Untuk menutupi segala kekurangan yang mungkin terjadi dari penggunaan model inquiry dapat digunakan alat bantu visual seperti yang dijelaskan oleh Hyerle (2008) dalam jurnal (Yuliati, Kusairi, & Munfaridah, 2016) bahwa pemetaan visual yaitu salah satu teknik untuk mengstrukturkan informasi yang sebelumnya telah diketahui oleh peserta didik.

(19)

5

Salah satu jenis pemetaan visual yang lebih baru adalah thinking maps. Hal yang serupa juga dijelaskan oleh Schlesinger (2007), dalam konteks menyangkut pengembangan proses sains ada beberapa strategi yang bertujuan untuk memprovokasi pemikiran, menarik perhatian, meningkatkan daya serap dan meningkatkan kemampuan mental peserta didik, termasuk Thinking Maps, yang didefinisikan sebagai alat berpikir efektif dengan efisiensi tinggi mewakili materi, dan model inovatif untuk informasi materi. (Mansoor, Zahraan, & Ahmed, 2018).

Thinking map berarti "pemikiran inovatif" yang menjadikan murid dibekali dengan keterampilan berpikir. Tujuan memperkenalkan Thinking Map adalah untuk menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki pemikiran kritis, kreatif, inovatif dan kompetitif di masa depan. (Hassan, Rosli, & Zakaria, 2016). Sedangkan menurut Holzman, thinking maps adalah strategi penting untuk kesuksesan peserta didik. Mereka membantu semua anak, bagaimanapun gaya belajar utama mereka baik itu kinestetik, pendengaran, atau verbal. Thinking maps bisa efektif digunakan untuk mendukung keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS). (Holzman, 2005, hal. 1)

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Owi Wei Ping, Azhar Ahmad, Mazlini Adnan, dan Ang Kean Hua (2017) menunjukkan bahwa menerapkan konsep HOTS melalui thinking maps bermanfaat bagi peserta didik untuk meminimalkan pembuatan kesalahan saat memecahkan pertanyaan matematika serta membuktikan bahwa kelas menengah dan bawah mampu menguasai konsep matematika melalui thinking maps dalam konsep HOTS. (Ping, Ahmad, Adnan, & Hua, 2017) Penelitian lainnya dilakukan oleh Salah A. Al-naqa dan Mohammed F. Abu-Owda (2014) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antara hasil peserta didik dalam ujian sains kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang menggunakan thinking maps dimana kelompok eksperimen lebih unggul daripada kelompok kontrol. (Al Naqa & Abu Owda, 2014)

(20)

6

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Datur, Yuliati, dan Mufti (2017) pembelajaran dengan bantuan thinking map dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam

menyelesaikan soal ditunjukkan dengan perubahan kognitif siswa yang semakin membaik dan peningkatan jumlah siswa yang menjawab soal posttest dengan benar (Datur, Yuliati, & Mufti, 2017). Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Yuliati dkk menghasilkan kesimpulan bahwa pembelajaran berbasis inkuiri dengan berbantuan thinking maps dapat meningkatkan dan mengembangkan Higher Order Thinking Skills karena pembelajaran inkuiri dengan berbantuan thinking maps dapat membuat lingkungan belajar yang kondusif dimana peserta didik bebas untuk berkreasi dan mengembangkan pemahamannya. (Yuliati, Kusairi, & Munfaridah, 2016)

Thinking Maps sendiri memiliki delapan peta yang terdiri dari Circles Map, Bubble Map, Double Bubble Map, Tree Map, Brace Map, Flow Map, Multi-Flow Map dan Bridge Map. Setiap Peta memiliki proses berpikirnya sendiri. (Hassan, Rosli, & Zakaria, 2016). Namun pada penelitian ini, peneliti menggunakan Thinking Maps jenis Tree Map dan Brace Map yang paling sesuai dengan materi sifat keperiodikan unsur pada pembelajaran kimia.

Pembelajaran kimia melibatkan keterampilan proses berfikir dan penalaran (Nurkholik & Yonata, 2020). Menurut Taber (2003) Konfigurasi elektron dan sifat periodik unsur (meliputi: jari-jari atom, afinitas elektron, energi ionisasi, dan keelektronegatifan) merupakan salah satu pokok bahasan dalam kimia SMA yang berisi konsep-konsep yang bersifat abstrak dan dianggap sulit oleh peserta didik. Konsep tersebut menjadi prasyarat bagi konsep berikutnya, misalnya konsep ikatan kimia (Rahmaningsih, Prayitno, & Yahmin, 2013).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan materi sifat keperiodikan unsur dikarenakan materi tersebut memiliki Kompetensi Dasar (KD) yang sesuai dengan model pembelajaran Inquiry.

(21)

7

Permasalahan mengenai rendahnya Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada peserta didik diharapkan dapat teratasi melalui model pembelajaran Inquiry berbantuan Thinking Maps

Jika pada penelitian sebelumnya di lakukan pada mata pelajaran fisika, maka pada penelitian ini selain di lakukan pada mata pelajaran kimia juga dilaksanakan pada materi sifat keperiodikan unsur yang pada materi tersebut mengandung konsep abstrak yang sulit di mengerti oleh peserta didik. Seperti yang dijelaskan oleh Shahibudin Ishak, adanya visualisasi konsep materi yang diajarkan dalam hal ini berupa thinking maps, dapat memudahkan peserta didik memiliki gambaran nyata terhadap materi yang bersifat abstrak. (Putri, Parno, & Supriana, 2018).

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Efektivitas Model Inquiry Berbantuan Thinking Maps terhadap Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada Materi Sifat Keperiodikan Unsur”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1) Kurikulum 2013 sangat menekankan sistem pembelajaran yang dapat membangun kemampuan berpikir tingkat tinggi Higher Order Thinking Skills (HOTS) peserta didik.

2) Pada pelaksanaan pembelajaran seorang guru kurang menekankan pembelajaran dengan menggunakan keterampilan Higher Order Thinking Skills (HOTS)

3) Guru lebih mendominasi kegiatan proses pembelajaran sedangkan peserta didik lebih pasif.

4) Materi sifat keperiodikan unsur bersifat abstrak dan dianggap sulit oleh peserta didik

(22)

8

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, agar pembatasan tidak meluas dan menyimpang maka penulis perlu membatasi lingkup permasalahan, antara lain:

1) Higher Order Thinking Skills (HOTS) peserta didik yang diukur pada penelitian ini menggunakan indikator Bookhart yang terdiri dari 7 indikator yaitu menganalisis, mengevaluasi, mencipta, penalaran dan

logika, mengambil keputusan, pemecahan masalah, dan

kreativitas/berpikir kreatif.

2) Model pembelajaran yang digunakan yaitu inquiry berbantuan thinking maps dengan jenis thinking maps yang digunakan yaitu tree map atau peta aliran dan brace map.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah sebagaimana telah dijelaskan, maka dibuatlah perumusan sebagai berikut:

“Apakah Model Inquiry berbantuan Thinking Maps Efektif terhadap Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada materi Sifat Keperiodikan Unsur?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini yaitu:

Mengetahui Efektivitas Model Inquiry berbantuan Thinking Maps terhadap Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada Materi Sifat Keperiodikan Unsur.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, yaitu: 1) Manfaat bagi Peserta didik

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada peserta didik.

(23)

9

2) Manfaat bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru untuk menggunakan model Inquiry berbantuan Thinking Maps sebagai salah satu model pembelajaran kimia.

3) Manfaat bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan terkait penggunaan model Inquiry berbantuan Thinking Maps untuk meningkatkan Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada peserta didik.

(24)

40 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020 yaitu pada tanggal 4 November 2019 sampai 18 November 2019. Penelitian ini dilakukan di SMA Al-Hasra Depok yang berlokasi di Jalan Raya Parung Ciputat No. 23 Bojongsari Baru, Kecamatan Bojongsari Kota Depok Jawa Barat 16516.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009, hal. 2). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian quasi experiment dengan satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen. Creswell menjelaskan bahwa metode quasi experiment merupakan metode yang jika masing-masing partisipan tidak ditugaskan secara acak ke dalam beberapa kelompok (Creswell, 2016, hal. 224).

Desain penelitian yang dipakai pada penelitian ini yaitu Nonequivalent (Pretest-Posttest) Control-Group Design. Penelitian terdiri dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang pada kedua kelompok tersebut dilaksanakan pretest sebelum diterapkan perlakuan. Hanya pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan khusus. Lalu pada kedua kelompok tersebut diberikan posttest untuk melihat perbedaan dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (Creswell, 2016, hal. 231).

Adapun desain penelitian Nonequivalent (Pretest-Posttest) Control-Group Design menurut (Creswell, 2016, hal. 231) yaitu sebagai berikut:

(25)

41

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Nonequivalent Pretest and Posttest Control Group Design

Group Pretest Perlakuan Posttest

Kelompok A O1 X O2

Kelompok B O3 Y O4

Keterangan:

A : Kelas Eksperimen

B : Kelas Kontrol

X : Perlakuan dengan menerapkan model Inquiry berbantuan

Thinking Maps

Y : Perlakuan dengan menerapkan model konvensional (Inquiry,

tanya jawab, dan diskusi).

O1 : Test awal (pretest) kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan

O2 : Test akhir (posttest) kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan

O3 : Test awal (pretest) kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan

O4 : Test akhir (posttest) kelas kontrol tanpa diberi perlakuan

C. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam melaksanakan penelitian ini terdapat 3 tahap, meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian penelitian. 1) Persiapan Penelitian

a) Melakukan studi literatur terkait jurnal-jurnal penelitian model pembelajaran inquiry berbantuan thinking maps dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS)

b) Melakukan analisis Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD), langkah pembelajaran model inquiry berbantuan thinking maps, dan indikator HOTS dengan materi yang dipilih yaitu sifat keperiodikan unsur.

(26)

42

c) Menyusun perangkat pembelajaran yang akan digunakan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan indikator yang disesuaikan dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan langkah pembelajaran model inquiry berbantuan thinking maps.

d)

Membuat instrumen penelitian berupa soal tes Higher Order

Thinking Skills (HOTS), dan lembar kerja peserta didik (LKPD) thinking maps.

e) Menguji validitas instumen tes kepada para ahli (dosen) dan kemudian memperbaiki instumen tes tersebut sesuai saran ahli (dosen). Dilanjut dengan menguji cobakan instumen tes yang telah diperbaiki tadi kepada peserta didik untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. Hasil uji coba dikonsultasikan kembali dengan dosen pembimbing, dan apabila sudah layak maka insturmen tes dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.

2) Pelaksanaan Penelitian

a) Melaksanakan pretest dengan instrumen soal tes HOTS sebelum pembelajaran kimia materi sifat keperiodikan unsur dimulai terhadap dua kelas yang telah dipilih.

b) Menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen berdasarkan rata-rata skor pretest yang diperoleh. Kelas yang memiliki rata-rata-rata-rata skor pretest lebih tinggi menjadi kelas kontrol dan kelas yang memiliki rata-rata skor pretest lebih rendah menjadi kelas eksperimen.

c) Pada kelas eksperimen akan diberikan pembelajaran dengan model inquiry berbantuan thinking maps, sedangkan kelas kontrol akan diberikan pembelajaran konvensional (inquiry, tanya jawab, dan diskusi).

d) Pada kelas eksperimen sebelum pembelajaran dimulai, peserta didik dibagi menjadi 4 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 6-7 peserta didik, kemudian membagikan lembar kerja peserta didik (LKPD) thinking maps.

(27)

43

e) Setelah pembelajaran dilakukan selama 2 kali pertemuan, diberikan posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk melihat efektivitas model pembelajaran inquiry berbantuan thinking maps terhadap Higher Order Thinking Skills (HOTS).

3) Penyelesaian Penelitian

a) Mengolah data hasil pretest dan posttest Higher Order Thinking Skills (HOTS) peserta didik.

b) Menganalisis data dan membahas hasil penelitian. c) Membuat kesimpulan dari hasil penelitian.

(28)

44 Studi literatur terkait

jurnal-jurnal penelitian model pembelajaran inquiry berbantuan

thinking maps dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Analisis KI, KD, dan indikator

Pembuatan RPP

Pembuatan instrumen tes

Validasi instrumen tes Revisi

Tahap Persiapan

Tahap Pelaksanaan

Melakukan pretest

Rata-rata skor tinggi Rata-rata skor rendah

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Penerapan Model Konvensional (Inquiry)

Penerapan Model Pembelajaran Inquiry berbantuan Thinking Maps

Melakukan posttest

Analisis Data Tahap Penyelesaian

Menyusun hasil penelitian dan pembahasan

Penarikan kesimpulan Gambar 3.1 Bagan Prosedur penelitian

(29)

45

D. Teknik Pengambilan Sampel

1) Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti (Suharjo, 2013, hal. 7). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009, hal. 80).

Jadi populasi meliputi objek atau subyek yang akan diteliti. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X MIPA SMA Al-Hasra.

2) Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (Suharjo, 2013, hal. 7). Hal serupa juga dijelaskan oleh Sugiyono, bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009, hal. 81). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Teknik ini digunakan penelitian kuantitatif dengan tujuan untuk mendapatkan subjek-subjek yang memiliki sejumlah karakteristik tertentu, atau mendapatkan kelompok-kelompok penelitian yang sebanding dalam karakteristik tertentu sehingga dapat dianalisis secara valid (Sulistyaningsih, 2012, hal. 74). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah peserta didik kelas X MIPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIPA 2 sebagai kelas kontrol dengan jumlah tiap kelas sebanyak 25 peserta didik. Pertimbangan yang dilakukan dalam penelitian ini didasarkan pada kemampuan awal (pretest) yang sama pada kedua kelas penelitian.

E. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala faktor, kondisi, situasi, perlakuan (treatment) dan semua tindakan yang bisa dipakai untuk mempengaruhi eksperimen.

(30)

46

(Sanjaya, 2014, hal. 95). Pendapat yang serupa dikemukakan oleh (Sulistyaningsih, 2012, hal. 55), variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (Independent Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable). 1) Variabel Bebas atau Independent Variable

Variabel independent atau sering disebut variabel bebas, stimulus, prediktor, antecedent. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat) (Sulistyaningsih, 2012, hal. 56). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Model Inquiry berbantuan Thinking Maps.

2) Variabel Terikat atau Dependent Variable

Variabel terikat sering disebut variabel output, kriteria, konsekuen. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. (Sulistyaningsih, 2012, hal. 56). Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah Higher Order Thinking Skills (HOTS) peserta didik.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

(31)

47

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data

No Data Instrumen

Penelitian Subjek Keterangan

1. Higher Order Thinking Skills Tes pilihan ganda Peserta didik

Tes pilihan ganda diberikan di awal penelitian (pretest) dan di akhir penelitian (posttest) pada kelas kontrol dan kelas eksperimen 2. Keterlaksanaan pembelajaran dengan model inquiry berbantuan thinking maps Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Peserta didik

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berisikan thinking maps yang diberikan kepada peserta didik di kelas eksperimen dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) diksusi kepada peserta didik dikelas kontrol

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat bantu yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data (Arikunto, 2016, hal. 134)

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1) Tes

Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2006, hal. 53). Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes pilihan ganda untuk memperoleh data kuantiatif Higher Order Thinking Skills (HOTS)

(32)

48

peserta didik. Tes disusun berdasarkan rumusan indikator

pembelajaran dan indikator Higher Order Thinking Skills (HOTS) menurut Brookhart. Tes diberikan kepada peserta didik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah pembelajaran (posttest). Tes yang diujikan berupa pilihan ganda untuk menguji Higher Order Thinking Skills (HOTS).

Adapun kisi-kisi soal tes Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada materi sifat keperiodikan unsur disajikan dalam tabel 3.3 berikut.

(33)

49

Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Higher Order Thinking Skills (HOTS)

No Indikator HOTS menurut Brookhart

Sub-Indikator HOTS menurut Brookhart

Nomor Butir Soal

1. Menganalisis Membandingkan dan

Membedakan

7*, 4, 19*, 10*, 20*,

24*

2. Mengevaluasi

Mengevaluasi materi dan metode berdasarkan tujuan yang dimaksud

11*, 3*, 27*

3. Mencipta

Menyatukan hal-hal berbeda dengan cara yang

baru

17*, 32*

4. Penalaran dan Logika

Membuat atau mengevaluasi kesimpulan

induktif

2*, 26, 31*, 13*

5. Mengambil Keputusan Mengidentifikasi asumsi

yang tersirat 5*, 9*,12*,14, 6*, 1*, 15*, 16*, 22*, 30, 25*, 8*, 28*

6. Pemecahan Masalah Menjelaskan dengan data 18*, 23*

7. Kreativitas dan Berpikir

Kreatif Berpikir Kreatif 21*, 29*

Keterangan: * = Butir soal yang valid

H. Validitas dan Realibilitas 1) Validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan maupun kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat

(34)

50

(Arikunto, 2010, hal. 211). Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2006, hal. 65).

Uji validitas pada penelitian ini yaitu validitas logis dan empiris. Validitas logis yakni validitas yang menguji item-item yang terdapat dalam instrumen apakah sudah mewakili keseluruhan cakupan materi yang akan diukur, dimana penulis dapat menunjukkan kisi-kisi sebagai bukti dari validitas ini, serta dapat memberikan nilai kelayakan isi item dari kisi-kisi untuk menunjukkan bukti validitas isi (Rustam, Sari, & Yunita, 2018, hal. 74). Validitas logis dalam penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan pendapat para ahli selaku validator mengenai kesesuaian indikator dan butir soal yang dikembangkan.

Sedangkan untuk validitas empiris dapat diketahui melalui pengujian validitas instrumen yang telah disusun berdasarkan pengalaman (Arikunto, 2010, hal. 212). Validitas empiris dilakukan dengan memberikan instrumen tes pada peserta didik yang bukan merupakan subjek penelitian, kemudian hasil data tersebut dihitung nilai validitasnya menggunakan bantuan software SPSS versi 22.

2) Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda (Arifin, 2013, hal. 258). Kereliabilitasan instrumen dapat diukur dengan menggunakan rumus Alpha Crownbach

r11 = reliabilitas instrumen

(35)

51

Σ 𝜎2𝑏 = jumlah varians butir

𝜎2

t = varians total (Arikunto, 2010, hal. 239).

Perhitungan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan software SPSS versi 22. Setelah seluruh data dimasukkan, maka peneliti bisa memperoleh nilai reliabilitas tes. Nilai reliabilitas yang didapatkan pada penelitian ini sebesar 0,715.

3) Taraf Kesukaran Soal

Taraf kesukaran tes adalah kemampuan tes tersebut dalam menjaring banyaknya subjek peserta tes yang dapat mengerjakan tes dengan betul. Jika pada hasil tes diperoleh banyak peserta tes yang sanggup mengerjakan tes tersebut , maka taraf kesukaran tes tersebut akan semakin tinggi. Sebaliknya, jika sedikit peserta tes yang sanggup mengerjakan tes tersebut, maka taraf kesukaran akan semakin rendah (Arikunto, 2016, hal. 176). Rumus yang dipakai untuk mengetahui tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut (Sudjana, 2012, hal. 137):

𝐼=

Keterangan:

I : Indeks kesukaran untuk setiap butir soal

B :banyaknya peserta didik yang menjawab setiap butir soal dengan benar

N :banyaknya peserta didik yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan

Semakin kecil taraf atau indeks yang diperoleh maka makin sukar soal tersebut, begitu pula sebaliknya (Sudjana, 2012, hal. 137). Kriteria indeks kesukaran soal menurut (Sudjana, 2012, hal. 137) yaitu sebagai berikut:

(36)

52

Tabel 3.4Tingkat Kesukaran

Tingkatan Kesukaran Keterangan

0,00 – 0,30 Soal sukar

0,31 – 0,70 Soal sedang

0,71 – 1,00 Soal mudah

Perhitungan uji tingkat kesukaran instrumen dalam penelitian ini menggunakan bantuan software Anates versi 4.0. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut:

Tabel 3.5 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal

Kategori Soal Jumlah Soal No. Soal

Sukar 1 26 Sedang 28 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 31 Mudah 3 4, 20, 32 Jumlah 32 32

4) Daya Pembeda Soal

Daya pembeda merupakan pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu dalam membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang kurang atau belum menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu. Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu butir soal, maka semakin mampu butir soal tersebut membedakan antara peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang kurang atau belum menguasai kompetensi (Arifin, 2013, hal. 273).

(37)

53

Perhitungan daya pembeda suatu soal dapat dirumuskan sebagai berikut (Arifin, 2013, hal. 273):

DP =

Keterangan:

DP : daya pembeda

WL : jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah

WH : jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok atas

n : 27% x banyaknya peserta didik yang memberikan

jawaban (N)

Arikunto (Arikunto, 2006, hal. 218) menjelaskan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut:

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda Soal

Tingkatan Daya Pembeda Keterangan

0,00 – 0,20 Jelek

0,20 – 0,40 Cukup

0,40 – 0,70 Baik

0,70 – 1,00 Baik Sekali

Pengujian daya pembeda dalam penelitian ini menggunakan bantuan software Anates versi 4.0. Setelah selesai uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda, maka didapat hasil uji instrumen yang valid dan tidak valid. Berikut ini hasil validasi kisi-kisi instrumen tes Higher Order Thinking Skills (HOTS):

(38)

54

Tabel 3.7 Hasil Validasi Kisi-kisi Instrumen Tes Higher Order Thinking Skills (HOTS)

No Materi Indikator Higher Order Thinking Skills (HOTS) Nomor Soal Sebelum Validasi Soal Terpilih Sesudah Validasi 1. Jari-jari atom 1. Menganalisis 7* 7 1 2. Mengevaluasi 11* 11 2 3. Penalaran dan Logika 2* 2 3 4. Mengambil Keputusan 5*, 9*, 12*, 14, 6* 5, 9, 12, 6 4, 5, 6, 7 2. Afinitas elektron 1. Menganalisis 4, 19*, 10* 19, 10 8, 9 2. Mengevaluasi 3* 3 10 3. Mencipta 17* 17 11 4. Mengambil Keputusan 1*, 15*, 16* 1, 15, 16 12, 13, 14 5. Pemecahan Masalah 18* 18 15 3. Energi ionisasi 1. Mengevaluasi 27* 27 16 2. Penalaran dan Logika 26, 31*, 31 17 3. Mengambil Keputusan 22*, 30, 25* 22, 25 18, 19 4. Pemecahan Masalah 23* 23 20

(39)

55 5. Kreativitas dan Berpikir Kreatif 21* 21 21 4. Keelektronegatifan 1. Menganalisis 20*, 24* 20, 24 22, 23 2. Mengambil Keputusan 8*, 28* 8, 28 24, 25 3. Mencipta 32* 32 26 4. Penalaran dan Logika 13* 13 27 5. Kreativitas dan Berpikir Kreatif 29* 29 28 Jumlah soal 32 28 28

Keterangan : *soal yang valid

I. Teknik Analisis Data

Setelah dilakukan penelitian, maka akan diperoleh data yang kemudian data-data tersebut diolah menggunakan rumus-rumus statistik untuk menjawab rumusan masalah penelitian (Sujarweni & Endrayanto, 2012, hal. 6). Setiap butir soal pilihan ganda Higher Order Thinking Skills (HOTS) materi sifat keperiodikan unsur diberikan skor 1. Data yang telah diperoleh akan diolah lebih lanjut dengan langkah-langkah seperti berikut:

a) Memberikan skor pada setiap jawaban peserta didik berdasarkan kunci jawaban yang telah dibuat.

(40)

56

c) Menentukan nilai persentase setiap butir pertanyaan dengan rumus sebagai berikut (Purwanto, 2012, hal. 102):

NP =

x 100%

Keterangan:

NP : Nilai persen yang dicari

R : Skor mentah yang diperoleh peserta didik SM : Skor maksimal ideal

d) Mengkonversikan skor yang didapat kedalam bentuk persentase dan mengkategorikan Higher Order Thinking Skills peserta didik seperti pada tabel 3.8 sebagai berikut (Arikunto, 2016, hal. 44):

Tabel 3.8 Interpretasi Skor

Skor (%) Kategori 81 – 100 Sangat Baik 61 – 80 Baik 41 – 60 Cukup 21 – 40 Kurang 0 – 20 Sangat Kurang

Data yang sudah didapat kemudian dioleh dan dianalisis dengan bantuan software SPSS versi 22.

1) Uji Prasyarat Analisis a) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan pada hasil posttest. Uji ini memiliki fungsi untuk melihat normal atau tidaknya distribusi dari sampel yang diteliti. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dilakukan dengan bantuan software SPSS versi 22.

Langkah-langkah uji normalitas yakni sebagai berikut (Kadir, 2015, hal. 156-157):

(41)

57

1. Masukkan data pada kolom Data View.

2. Pilih menu Analyze, kemudian pilih sub menu

Descriptive Statistics, klik Explore.

3. Masukkanlah data yang akan diuji normalitasnya pada kotak Dependent List, kemudian klik Plots.

4. Pada Boxplots, klik None, selanjutnya klik Normality plots with test, lalu klik Continue dan OK.

Menarik kesimpulan dari output uji normalitas

Kolmogorov-Smirnov, dengan ketentuan penerimaan atau penolakan H0 sebagai berikut (Kadir, 2015, hal. 156):

H0 : Distribusi populasi normal

Jika probalitas (p-value) > 0,05, H0 diterima.

H1 : Distribusi populasi tidak normal.

Jika probalitas (p-value) ≤ 0,05 H0 ditolak.

b) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan pada skor pretest dan posttest. Uji homogenitas bertujuan untuk menguji apakah data yang diperoleh memiliki varians yang sama (homogen). Pengujian menggunakan uji homogenitas Levene’s statistic dengan bantuan software SPSS versi 22. Langkah pengujian adalah sebagai berikut (Kadir, 2015, hal. 167-168):

1. Masukkanlah data di kolom Data View.

2. Bukalah menu utama Analyze kemudian klik General

Linear Model.

3. Lalu klik univariate, masukan data yang hendak

diujikan homogenitasnya ke dalam Dependent Variabel dan variabel “Kelompok (atau Kelas)” ke Fixed Factor(s), selanjutnya klik Options.

(42)

58

4. Langkah berikutnya masukan data “Kelompok (atau

Kelas)” pada Display Means for, pilihlah Homogenity test selanjutnya klik Continue kemudian OK.

Menyimpulkan dari output uji homogenitas Levene’s

statistic yaitu dengan ketentuan penerimaan atau penolakan H0

sebagai berikut (Kadir, 2015, hal. 167-169):

H0 : Distribusi data memiliki varians homogen.

Jika probalitas (p-value) > 0,05, H0 diterima.

H1 : Distribusi data tidak homogen.

Jika probalitas (p-value) ≤ 0,05 H0 ditolak.

2) Uji Hipotesis

Uji hipotesis tentang perbedaan 2 parameter berfungsi untuk mengetahui perbedaann rata-rata variabel kriterium dari dua kelompok atau yang dapat dikelompokkan sebagai 2 kelompok. Uji hipotesis dilaksanakan setelah melakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas (Kadir, 2015, hal. 295). Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan Independent Sample T Test dengan taraf α = 0,05. Uji hipotesis dilakukan pada data pretest maupun posttest. Uji hipotesis pada data pretest bertujuan untuk mengetahui keadaan awal apakah sampel layak atau tidak untuk digunakan pada penelitian. Sedangkan uji hipotesis pada data posttest bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran inquiry berbantuan thinking maps efektif terhadap Higher Order Thinking Skills peserta didik. Adapun langkah-langkah uji hipotesis Independent Sample T-Test yaitu sebagai berikut (Kadir, 2015, hal. 300-301):

1. Masukkanlah data pada kolom Data View.

2. Klik Analyze, pilih submenu Compare Means, selanjutnya klik

(43)

59

3. Masukan data yang sesuai pada Test Variable(s) dan Grouping

Variable. lalu klik Define Groups. Isi angka 1 pada Group 1 dan angka 2 pada Group 2, kemudian klik Continue dan OK. Menarik kesimpulan dari output uji hipotesis menggunakan Independent Sample T Test, dengan ketentuan penerimaan atau penolakan H0 sebagai berikut (Kadir, 2015, hal. 302):

Jika p-value (Sig. 2-tailed) > 0,05, H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika p-value (Sig. 2-tailed) ≤ 0,05, H0 ditolak dan H1 diterima.

J. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik adalah pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. Perumusan hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut (Kadir, 2015, hal. 139):

H0 : 𝜇1 = 𝜇2

H1 : 𝜇1 ≠ 𝜇2

Keterangan:

H0 :Tidak terdapat efektivitas model inquiry berbantuan thinking maps

terhadap High Order Thinking Skill (HOTS) peserta didik pada materi sifat keperiodikan unsur.

H1 :Terdapat efektivitas model inquiry berbantuan thinking maps

terhadap High Order Thinking Skill (HOTS) peserta didik pada materi sifat keperiodikan unsur.

𝜇1 :Rata-rata Higher Order Thinking Skills (HOTS) peserta didik yang

menggunakan model inquiry berbantuan thinking maps pada materi sifat keperiodikan unsur.

𝜇2 :Rata-rata Higher Order Thinking Skills (HOTS) peserta didik yang

tidak menggunakan model inquiry berbantuan thinking maps pada materi sifat keperiodikan unsur.

(44)

85 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil analisis data dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran inquiry berbantuan thinking maps efektif terhadap Higher Order Thinking Skills (HOTS) siswa materi sifat keperiodikan unsur. Hal ini berdasarkan hasil uji hipotesis data posttest menggunakan independent sample t-test diperoleh nilai sig < α yaitu 0,021 < 0,05 pada taraf signifikansi 5% sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi, model

pembelajaran inquiry berbantuan thinking maps efektif terhadap Higher Order Thinking Skills (HOTS) siswa pada materi sifat keperiodikan unsur.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan model inquiry berbantuan thinking maps dapat menjadi salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran kimia guna mengembangkan Higher Order Thinking Skills (HOTS) siswa.

2. Penerapan model inquiry berbantuan thinking maps pada proses pembelajarannya memerlukan alokasi waktu yang banyak. Sehingga guru yang ingin menerapkan model pembelajaran ini dapat mengatur alokasi waktu dengan baik agar semua tahapan model pembelajaran inquiry berbantuan thinking maps terlaksana dengan optimal.

3. Bagi peneliti selanjutnya, perlu melakukan variasi jenis thinking maps yang lain antara lain circle map, bubble map, double bubble map, flow map, multi flow map, dan bridge map.

(45)

86

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, G. P. (2012). Keterampilan Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep Siswa pada Model Siklus Belajar Hipotesis Deduktif. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 201-209.

Ahmad, S., Prahmana, R. C., Kenedi, A. K., Helsa, Y., Arinil, Y., & Zainil, M. (2017). The Instruments of Higher Order Thinking Skills. Journal of Physics: Conference Series, 2.

Aini, R. N., & Siswono, T. Y. (2014). Analisis Pemahaman Siswa SMP dalam Menyelesaikan Masalah Aljabar pada PISA. Mathedunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 159.

Al Naqa, S. A., & Abu Owda, M. F. (2014). The Effect of Using Thinking Maps Strategy to Improve Science Processes in Science Course on Female Students of the Ninth Grade. Science Journal of Education.

Alikhan, N. (2014). Thoughts on Thinking Maps: A New Way to Think. Los Angeles: New Horizon School.

Annuuru, T. A., Johan, R. C., & Ali, M. (2017). Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dalam Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Peserta Didik Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Treffinger. Edutcehnologia, 137.

Arifin, Z. (2013). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2016). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Armawan, D., Parno, & Yuliati, L. (2017). Analisis Strategi Thinking Maps dalam pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 652-660. Atmojo, I. R., Sajidan, Sunarno, W., & Ashadi. (2017). Profil Kemampuan

Menganalisis Model Pembelajaran Level of Inquiry untuk Membelajarkan Materi IPA Berbasis HOTS pada Calon Guru Sekolah Dasar. Seminar Nasional Pendidikan Sains.

Azid, N., Abdullah, S. S., & Mohamed, Z. H. (2018). The Making of Science Smart i-Think: Science Expert Teachers‟ Evaluation. International Journal of Engineering & Technology, 287-289.

(46)

87

Barus, E. L., & Sani, R. A. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Usaha dan Energi di Kelas X Semester II. Jurnal Inovasi Pembelajaran Fisika (INPAFI), 17. Brookhart, S. M. (2010). How to Assess Higher-Order Thinking Skills in Your

Classroom. USA: ASCD.

Brown, M., & Dugmore, C. (2015). Teaching and Learning History Through Thinking Maps. Yesterday & Today, 88-89.

Chang, R. (2005). Kimia Dasar Edisi Ketiga Konsep-Konsep Inti Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Collins, R. (2014). Skills for the 21st Century: Teaching Higher Order Thinking. Independent Schools Queensland, 12(14).

Creswell, J. W. (2016). Research Design Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Datur, I. S., Yuliati, L., & Mufti, N. (2017). Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Fluida Statis melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Thinking Map. Jurnal Inspirasi Pendidikan, 118-127.

Dinni, H. N. (2018). HOTS (High Order Thinking Skills) dan Kaitannya dengan Kemampuan Literasi Matematika. Prisma, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 171.

Direktorat, J. G. (2018). Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Duron, R., Limbach, B., & Waugh, W. (2006). Critical Thinking Framework for Any Discipline. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education, 160-166.

Ennis, R. H. (2011). The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking Dispositions and Abilities. Chicago: University of Illinois.

Erny, Haji, S., & Widada, W. (2017). Pengaruh Pendekatan Saintifik pada Pembelajaran Matematika terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Kepahingan. Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, 1-22.

Fitriani, S. A., & Sari, D. E. (2019). Penerapan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi pada Penyelesaian Soal High Order Thinking Skill (HOTS) dalam Pembelajaran Akuntansi. Seminar Nasional Pendidikan Pengembangan Kualitas Pembelajaran Era Generasi Milenial (pp. 73-76). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

(47)

88

Gradini, E. (2019). Menilik Konsep Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills) dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Numeracy, 189-203.

Hamzah, A. (2013). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Haryanto, Ahda, Y., & Darussyamsu, R. (2017). Analysis the Aspect of Higher Order Thinking Skill on Fungi Content Assesment Instrument for Senior High School Grade 10. FMIPA Universitas Negeri Padang, 32-40.

Hassan, S. R., Rosli, R., & Zakaria, E. (2016). The Use of I-Think Map and Questioning to Promote Higher-Order Thinking Skills in Mathematics. Creative Education, 1069.

Hayon, V. H., Wariani, T., & Bria, C. (2017). Pengaruh Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (High Order Thinking) terhadap Hasil Belajar Kimia Materi Pokok Laju Reaksi Mahasiswa Semester I Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Unwira Kupang Tahun Akademik 2016/2017. Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW, 312.

Hendryarto, J., & Amaria. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri untuk Melatih Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa pada Materi Pokok Laju Reaksi. Unesa Journal of Chemical Education, 151-158.

Hidayati, R., Santoso, I., & Erdawati. (2013). Analisis Berfikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking) dengan Menggunakan Peta Konsep pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. JRPK, 188.

Holzman, S. (2005). Thinking Maps: Strategy-Based Learning for English Language Learners (and Others). Amerika Serikat: Sonoma County Office of Education.

Imansari, M., Sudarmin, & Sumarni, W. (2018). Analisis Literasi Kimia Peserta Didik Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Bermuatan Etnosains. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 2202.

Iqbal, M. H. (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian & Aplikasinya. Bogor: Ghalia Indonesia.

Kadir. (2015). Statistika Terapan Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan Program SPSS/Lisrel dalam Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kimia, S. P. (1997). Kimia Dasar 1. Bogor: IPB.

Kostelnikova, M., & Ozvoldova, M. (2013). Inquiry in Physics Classes by means of Remote Experiments. Procedia-Sosial and Behavioral Sciences, 133-138.

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ...............................................................
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data
Tabel 3.3  Kisi-kisi Tes Higher Order Thinking Skills (HOTS)  No  Indikator HOTS menurut
+5

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pengumpulan data yang diguna- kan peneliti adalah sebagai berikut: (1) menyu- sun instrumen yang akan digunakan dalam pene- litian, seperti soal tes HOTS , rubrik

Berdasarkan hasil tes kemampuan HOTS pada aspek pemecahan masalah diperoleh hasil bahwa sebanyak 0% dari 121 siswa kelas XII Mipa (N=0) memiliki kategori tinggi, sebanyak 100%

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa (1) bentuk soal HOTS tingkat menganalisis pada buku teks bahasa Indonesia SMP/MTS kelas IX edisi revisi

disimpulkan sebagai berikut: (1) engembangan tes HOTS pada materi getaran harmonis telah memenuhi karakteristik tes, yaitu validitas konstruk dengan uji analisis faktor

Oleh karena itu, Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul bermuatan HOTS pada materi ikatan kimia (mengingat materi ikatan kimia merupakan materi yang

Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1) menghasilkan desain instrumen penilaian hasil belajar fisika berorientasi HOTS, 2) mengembangkan instrumen penilaian hasil belajar

Hasil penelitian berupa 20 butir soal tes formatif matematika materi persamaan garis lurus berbasis HOTS berbentuk pilihan ganda yang memenuhi kriteria validitas

Proses inti yang dilakukan dalam penelitian pengembangan ini adalah menyusun draft instrumen asesmen HOTS, validasi ahli, revisi I, uji coba terbatas, revisi II