• Tidak ada hasil yang ditemukan

Khusnul Khotimah MAN 2 Mataram, Mataram, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Khusnul Khotimah MAN 2 Mataram, Mataram, Indonesia"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Indonesian Journal of

Teacher Education Vol. 1 No. 3. 2020: 127-131

127 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS (KBK) SISWA KELAS XI MIA

1 SEMESTER GANJIL MAN 2 MATARAM TAHUN 2017-2018 Khusnul Khotimah

MAN 2 Mataram, Mataram, Indonesia e-mail: ch.kholis041106@gmail.com

Received: 30 Juli 2020; Accepted: 17 September 2020; Published: 30 September 2020 Abstract

This research is a classroom action research conducted in two cycles which aims to find out the increase in critical thinking skills of students of class XI MIA 1 MAN 2 Mataram. The subjects in this study were all students of class XI MIA 1 MAN 2 Mataram, totaling 44 people. Data obtained from tests were analyzed using descriptive statistics. The results of this study indicate that the critical thinking skills of 30 students in the first cycle were in the high category with an average score of 70.02, while in the second cycle there were 36 students in the high category, and the average score of 75.6 increased their absorption ability from 68 , 18 percent to 81.8 percent. This study concludes that there is an increase in students' critical thinking skills and student learning outcomes in class XI MIA 1 MAN 2 Mataram through the guided inquiry method.

Keywords: Inquiry Learning Model, Guided Inquiry Method, Critical Thinking Ability Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI MIA 1 MAN 2 Mataram. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIA 1 MAN 2 Mataram yang berjumlah 44 orang. Data yang diperoleh dari tes dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis 30 siswa pada siklus I berada pada kategori tinggi dengan skor rata-rata 70,02, sedangkan pada siklus II terdapat 36 siswa dengan kategori tinggi, dan skor rata-rata 75,6 meningkatkan kemampuan penyerapannya dari 68,18 persen menjadi 81,8 persen. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa kelas XI MIA 1 MAN 2 Mataram melalui metode inkuiri terbimbing.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Inkuiri, Metode Inkuiri Terbimbing, Kemampuan Berpikir Kritis

PENDAHULUAN

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003). Dengan perkembangan ilmu pengetahuan semakin maju, tidak lepas dari peran dari manusianya dan pendidikan yang diterima oleh manusia. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang tidak lepas dari kondisi majunya IPTEK. IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

(2)

Indonesian Journal of

Teacher Education Vol. 1 No. 3. 2020: 127-131

128 penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Berdasarkan hasil observasi dilakukan di MAN 2 Mataram, ditemukan beberapa masalah yaitu siswa yang sulit diatur dan tidak memperhatikan guru saat pembelajaran berlangsung. Selain itu sebagian besar siswa tidak mau mengerjakan tugas jika diberi tugas rumah. Sementara guru dalam mengajar fisika jarang melibatkan peserta didik. Akibatnya peserta didik menjadi berkurang motivasinya untuk belajar, sehingga mereka menganggap fisika itu pelajaran sulit dan membosankan. Hasil wawancara dari beberapa siswa MAN 2 Mataram menganggap fisika itu pelajaran yang sulit dipahami, karena banyak rumus yang harus dihafal. Rumus dalam pelajaran fisika yang dianggap begitu banyak, membuat mereka kurang menyukai pelajaran fisika. Kurangnya motivasi untuk belajar membuat nilai mereka jauh dari KKM yang sudah ditentukan oleh sekolah.

Sejak 2014_2015, MAN 2 Mataram telah menggunakan kurikulum 2013 dengan memilih model pembelajaran yang sudah ditentukan oleh pemerintah, salah satunya menggunakan model Discovery Learning (pembelajaran penemuan). Akan tetapi kegiatan pembelajaran yang berlangsung tidak sepenuhnya menggunakan langkah-langkah Discovery Learning, karena guru lebih dominan dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Sedangkan pada pembelajaran Discovery Learning, siswa dituntut lebih dominan, dan guru sebagai fasilitator.

Dalam Kurikulum 2013 selain model Discovery Learning, banyak model pembelajaran lain yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran didalam kelas. Model -model pembelajaran ini menggunakan pendekatan saintifik. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran inquiri terbimbing dimana model Pembelajaran inkuiri yang biasa disebut dengan model pembelajaran penemuan. Pembelajaran inkuiri membuat siswa untuk bisa mencari dan menyelidiki suatu masalah dengan cara yang sistematis, kritis, logis dan di analisis dengan baik. Model pembelajaran ini akan membuat siswa lebih banyak berdiskusi untuk memecahkan masalah. Model pembelajaran ini cocok untuk pembelajaran IPA, karena siswa dituntut untuk meneliti suatu hal dengan lebih kritis. Disini guru hanya menjadi fasilitator yang membimbing siswa untuk menemukan permasalahan yang diberikan. Secara umum ada dua jenis pembelajaran inkuiri yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran inkuiri bebas. Diharapkan dengan model pembelajaran ini siswa tidak bosan dengan penjelasan guru terus menerus, dimana guru jarang melibatkan siswa. Dan tentunya siswa mampu menemukan sendiri konsep fisika sehingga lebih mudah dipahami dan tidak menganggap fisika itu membosankan dengan banyak rumus.

Kemampuan berpikir kritis merupakan kegiatan penalaran yang reflektif, kritis, dan kreatif, yang berorientasi pada suatu proses intelektual yang melibatkan pembentukan konsep (conceptualizing), aplikasi, analisis, menilai informasi yang terkumpul (sintesis) atau dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi, komunikasi sebagai landasan kepada suatu keyakinan (kepercayaan) dan tindakan.

Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam dan kejadian kejadian yang ada di alam. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang penerapan model pembelajaran Inquiri Terbimbing yang diharapkan siswa lebih tertarik terhadap fisika dan mampu berpikir kritis..

METODE

Metode Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas 2 siklus dengan 2 kali pertemuan pada setiap siklusnya. Tahapan penelitian ini terdiri dari (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan evaluasi, (4) refleksi di akhir tindakan (Arikunto,2012). Instrumen pengumpulan data penelitian ini meliputi butir soal tes dan Lembar observasi/ Rubrik dengan teknik pengambilan data menggunakan tes tulis dan oservasi. Untuk analisis data kemampuan berpikir kritis dilakukan dengan analisis deskriptif berdasarkan hasil

(3)

Indonesian Journal of

Teacher Education Vol. 1 No. 3. 2020: 127-131

129 tes kemampuan berpikir kritis. Ketrampilan berpikir kritis siswa dinyatakan telah meningkat jika perolehan skor mencapai > 75 persen dari jumlah peserta didik, dan nilai siswa lebih dari sama dengan 75.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Pembelajaran di XI MIA 1 sebelum diadakan Penelitian Tindakan Kelas masih pada teacher center, menggunakan metode ceramah dan dilanjutkan dengan latihan soal-soal dan tugas kepada siswa. Sebagian siswa cenderung kurang aktif karena hanya melihat teman-temannya mengerjakan soal-soal dan lebih sebagai pendengar gurunya mengajar. Pengamatan guru pada saat mengajar, keaktifan siswa pada saat pembelajaran berlangsung sebagai berikut.

Gambar 1. Diagram Aktivitas Siswa Pra Tindakan

Dari hasil proses pembelajaran di kelas XI MIA 1 diperoleh nilai ketuntasan 55,45 % dengan nilai rata-rata 69,04.

a. Siklus 1

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I diawali dengan langkah perencanaan sesuai dengan model pembelajaran inkuri dengan metode inkuiri terbimbing. Dengan menyusun RPP dan LKS. Langkah kedua yaitu pelaksanaan, sesuai dengan sintaks dari model pembelajaran inkuiri, dilanjutkan dengan langkah ketiga yaitu evaluasi. Selama proses pembelajaran aktivitas siswa pada siklus I mulai menurun pada kategori sangat tidak aktif, tidak aktif dan sedang. Dan pada kategori aktif dan sangat aktif, meningkat .

Hasil pembelajaran untuk kemampuan berpikir kritis (KBK) siswa untuk katergori tinggi hingga 68 % dan kategori sedang dan rendah 32 %. Kemampuan berpikir kritis (KBK) siswa dilakukan pengambilan data dengan tes tertulis soal-soal suhu dan kalor, dengan tingkat kesulitan C4, C5 dan C6.(SOAL HOTS). Analisis data yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang tertuang dalam berikut.

Gambar 2. Diagram Grafik Kemampuan Berpikir Kritis Siklus 1

11 29 31 22 4,5 0 20 40

sangat aktif aktif sedang tidak aktif sangat tidak aktif

Aktivitas Siswa Pra Siklus

jumlah siswa presentase

0 30 9 5 0 0 68.18181818 20.45454545 11.36363636 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80

sangat tinggi tinggi sedang rendah sangat rendah

Data Hasil KBK Siswa Siklus 1

(4)

Indonesian Journal of

Teacher Education Vol. 1 No. 3. 2020: 127-131

130 b. Siklus 2

Proses pembelajaran pada siklus II diawali dengan langkah perencanaan sesuai dengan model pembelajaran inkuri dengan metode inkuiri terbimbing. Dengan menyusun RPP dan LKS. Langkah kedua yaitu pelaksanaan, sesuai dengan sintaks dari model pembelajaran inkuiri, dilanjutkan dengan langkah ketiga yaitu evaluasi. Selama proses pembelajaran aktivitas siswa pada siklus II menurun pada kategori sangat tidak aktif menjadi 4,5 % dan sedang 20% serta kategori sangat tidak aktif 0%. Aktivitas siswa meningkat pada kategori aktif 54,5 % dan sangat aktif, 20 %.

Gambar 3. Data Aktivitas Siswa pada Siklus 2

Gambar 4. Data Hasil Kemampuan berpikir Kritis Siklus 2

Kemampuan berpikir kritis siswa dilakukan pengambilan data dengan lembar observasi selama pembelajaran dan tes tertulis soal-soal suhu dan kalor, dengan tingkat kesulitan C4, C5 dan C6.(SOAL HOTS). Analisis data yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang tertuang dalam Data di atas menggambarkan bahwa 81,8 % siswa atau sebanyak 36 siswa ada pada kategori KBK siswa kriteria tinggi saat proses pembelajaran, 9,1 % siswa atau 4 siswa masuk dalam kategori KBK sedang, 4 orang atau 9,1 % siswa tergolong dalam KBK masih rendah dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model Inquiry.

Jika dilihat, sebagian besar siswa sudah menunjukkan KBK pada kategori tinggi (81,8%) dan KBK dalam mengikuti pembelajaran pada katagori sedang (9,1%). Meskipun demikian, masih ada siswa yang KBK nya dalam pembelajaran pada katagori rendah (9,1%).

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan selama dua siklus menunjukkan adanya peningkatan terhadap Hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis melalui penerapan model inquiry termbimbing pada pembelajaran Fisika

20.45454545 54.54545455 20.45454545 4.545454545 0 0 10 20 30 40 50 60

sangat aktif aktif sedang tidak aktif sangat tidak aktif

Aktivitas Siswa Siklus 2

jumlah siswa presentase 0 36 4 4 0 0 81.81818182 9.090909091 9.090909091 0 0 20 40 60 80 100

sangat tinggi tinggi sedang rendah sangat rendah

Data KBK Siklus 2

(5)

Indonesian Journal of

Teacher Education Vol. 1 No. 3. 2020: 127-131

131 Kemampuan berpikir Kritis adalah kemampuan dalam proses berpikir mendalam tentang suatu informasi melalui penyelidikan, eksplorasi, eksperimen dan lain-lain untuk memperoleh kesimpulan yang akurat agar terjadi pengkonstruksian secara bermakna. Data kemampuan berpikir kritis siswa dilakukan dengan menggunakan tes tertulis terhadap kemampuan berpikir anak. Ditampilan sebuah soal dengan kriteria C4, C5, dan C6.

Berdasarkan analisis yang diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis siswa, dimana pada siklus 1 sebesar 68,18% dan belum mencapai indikatorr ketuntasan, sehingga peningkatan dan perbaikan proses pembelajaran harus terus dilakukan. Perbaikan-perbaikan dilakukan terhadap beberapa kendala yang ditemukan selama proses pembelajaran berlangsung, seperti yang telah dipaparkan pada hasil refleksi siklus I.

Berdasarkan perbaikan-perbaikan yang sudah dilakukan tersebut, maka pada siklus II diperoleh adanya peningkatan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI MIA 1 MAN 2 MATARAM meningkat sebesar 13,6 % yaitu 68,18 menjadi 80,2. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penerapan model inquiry terbimbing mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI MIA 1 MAN 2 Mataram semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018.

Hal ini memberikan suatu indikasi bahwa model inquiry terbimbing efektif diterapkan dalam pembelajaran Fisika dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan, pembelajaran dengan model inquiry terbimbing memiliki beberapa kebaikan yang dapat digunakan sebagai rekomendasi bagi guru dalam penerapannya di kelas. Adapun kebaikan-kebaikan tersebut yaitu: (1). Pembelajaran inquiry lebih menekankan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga konsep lebih tertanam pada diri siswa. (2). Pembelajaran inquiry lebih menekankan pada pendekatan induktif deduktif dalam menemukan pengetahuan dan kondisi yang memungkinkan siswa untuk menganalisis dan memecahkan masalah secara sistematis.

SIMPULAN (PENUTUP)

Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing Mampu Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI MIA 1 MAN 2 Mataram Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2017/2018. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus I sebesar 70,02 dengan ketuntasan klasikal 68,18% dan pada siklus II menjadi 75,8 dengan ketuntasan klasikal 80,8%.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Ikhlasun,dkk. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X MIA pada Materi Pencemaran Lingkungan di Surakarta. Jurnal Bio Eduasi Volume 10 p-ISSN: 1693-265X e-ISSN: 2549-0605 Februari 2017. Joyce, et all. 2009. Model-model Pengajaran.Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Nurhudayah,dkk.2016. Penerapan Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Dalam Pembelajaran Fisika Sma Di Jember. Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 5 No. 1, Juni 2016, hal 82-88.

Purwanto .2016. Evaluasi Hasil Belajar.Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Gambar

Gambar 2. Diagram Grafik Kemampuan Berpikir Kritis Siklus 1
Gambar 3. Data Aktivitas Siswa pada Siklus 2

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berat labur adalah banyaknya perekat yang diberikan pada permukaan kayu, berat labur yang terlalu tinggi selain dapat menaikkan biaya produksi juga akan mengurangi

Tujuan pembelajaran ini adalah (i) untuk menemukan bagaimana macam- macam bentuk metapora dalam iklan perawatan kecantikan yang ditemukan di majalah allure Magazine. (ii)

Program Studi adalah kesatuan rencana belajar sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan akademik dan atau profesional yang diselenggarakan atas dasar suatu kurikulum serta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan, kinerja lingkungan dan kepemilikan institusional terhadap pengungkapan informasi lingkungan yang

Hasil yang diperoleh sesuai dengan penelitian dari Silviyani,et.al (2014) dan Fuadi (2007) yang menyatakan volume perdagangan tidak signifikan mempengaruhi return

Hasil perhitungan nilai kalor sebesar 5,55 kkal/ton hingga 6,07 kkal/ton menunjukkan bahwa sampah combustible zona aktif 1 TPA Jatibarang memenuhi nilai kalor minimal

Pada tahapan ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana KBIH NU Hasyim Asy’ari melakukan bimbingan manasik haji, untuk mengetahui hal tersbut KBIH NU Hasyim Asy’ari

Pada tahun 2014 Gumilang Regency Hotel mengalami penurunan occupancy dan penjualan tidak mencapai target biasanya, oleh karena itu cara untuk meningkatkan hunian